pengaturan defects untuk pencegahan pemborosan pada produktivitas
DESCRIPTION
pengaturan defect untuk pencegahan pemborosan pada produktivitas di industri farmasiTRANSCRIPT
KAPITA SELEKTA I
“PENGATURAN DEFECTS UNTUK PENCEGAHAN PEMBOROSAN PRODUKTIVITAS”
Disusun oleh:
Wahyu Adi Irwanto, S.Farm. (2014000187)Westri Penibudiyati, S.Farm. (2014000156)Winda Ayu Rasmasari, S.Farm. (2014000157)Windy Risti Pratiwi, S.Farm. (2014000158)Wulan Nugraini, S.Farm. (2014000159)
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2014
ABSTRAK
(A) Wahyu Adi Irwanto, S.Farm. (2014000187); Westri Penibudiyati (2014000156); Winda Ayu Rasmasari, S.Farm. (2014000157); Windy Risti Pratiwi, S.Farm. (2014000158); Wulan Nugraini, S.Farm. (2014000159
(B) Pengaturan defects untuk mencegah pemborosan produktivitas
(C) i + 13 halaman; 2014
(D) Kata Kunci: defects, pemborosan, produktivitas
(E) Perkembangan industri, khususnya industri farmasi dituntut untuk terus meningkatkan produktifitas dengan kualitas yang terjamin. Industri dalam hal ini dituntut untuk lebih berorientasi kepada konsumen dengan menciptakan produk-produk dengan kualitas yang tinggi tetapi dengan biaya seminimum mungkin. Dalam hal menyikapi persaingan yang sengit tersebut, proses produksi harus dijaga seefisien dan seefektif mungkin, namun dalam menjalankan proses produksi, industri masih banyak mengalami masalah, khususnya pada proses produksi. Permasalahan tersebut diketahui dari berbagai macam waste pada proses produksinya, salah satu contoh yaitu defect. Defect pada produk akan menyebabkan aktual produksi tidak sesuai dengan rencana, sehingga akan mengakibatkan pemborosan. Hal-hal yang mempengaruhi defect diantaranya adalah personalia, peralatan dan produksi. Untuk menghidari terjadinya defect maka diperlukan penerapan CPOB. Diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi defect yaitu bahan awal atau material, bahan pengemas, produksi, mesin dan personalia. Cara pencegahan defect untuk menghindari pemborosan produktivitas adalah personalia yang kommpeten dan terlatih pada bagian pengendalian mutu dan pemastian mutu, produksi dengan metode yang tervalidasi, mesin yang memenuhi kualifikasi dan dilakukan pengecekan secara berkala, bahan pengemas yang memenuhi persyaratan, dan bahan material yang memenuhi spesifikasi.
(F) Daftar Rujukan: 6 buah (2007-2014)
(G) Prof. Dr. Shirly Kumala, M.Biomed., Apt.
(H) 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan industri, khususnya industri farmasi dituntut untuk terus
meningkatkan produktifitas dengan kualitas yang terjamin. Peningkatan
industri tersebut diiringi dengan tingkat persaingan yang sengit juga. Industri
yang mampu bersaing dan bertahan adalah industri yang mampu
memberikan pelayanan yang memuaskan terhadap konsumen. Industri
dalam hal ini dituntut untuk lebih berorientasi kepada konsumen dengan
menciptakan produk-produk dengan kualitas yang tinggi tetapi dengan biaya
seminimum mungkin. Untuk mencapai target produksi tersebut, dibutuhkan
manajemen mutu yang baik, terutama dalam proses produksi.
Dalam hal menyikapi persaingan yang sengit tersebut, proses
produksi harus dijaga seefisien dan seefektif mungkin, namun dalam
menjalankan proses produksi, industri masih banyak mengalami masalah,
khususnya pada proses produksi. Permasalahan tersebut diketahui dari
berbagai macam waste pada proses produksinya, salah satu contoh yaitu
defect. Defect pada produk akan menyebabkan aktual produksi tidak sesuai
dengan rencana, sehingga akan mengakibatkan pemborosan. Hal-hal yang
mempengaruhi defect diantaranya adalah personalia, peralatan dan produksi.
Untuk menghidari terjadinya defect maka diperlukan penerapan CPOB.
Penerapan CPOB sangatlah penting, karena pengendalian menyeluruh
sangatlah esensial untuk menjamin produk yang diproduksi memenuhi kualitas
mutu. Tidaklah cukup bila produk jadi hanya sekedar lulus dari serangkaian
pengujian tetapi yang lebih penting, mutu harus dibentuk kedalam produk
tersebut. Dengan demikian, produk akhir yang dihasilkan adalah produk yang
bebas cacat dan tidak ada lagi pemborosan yang harus dibayar mahal
karena produk tersebut harus dibuang atau melakukan pengerjaan ulang.
B. Definisi
Produktivitas adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu.
Berhubungan dengan daya produksi dan keproduktifan.
Defect adalah Pemborosan yang terjadi karena harus ada pengerjaan
ulang terhadap produk atau bila produk cacat maka harus dimusnahkan.
Pemborosan adalah semua aktivitas kerja yang tidak memberikan nilai
tambah dalam proses pembuatan produk sehingga harus egera
diminimasi atau dihilangkan dari proses produksi.
CPOB adalah bagian dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa obat
dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu
yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin
edar dan spesifikasi produk.
C. Maksud dan Tujuan
1. Mengetahui faktor apa saja yang menyebaban defect pada produk
2. Mengetahui cara pencegahan defect agar tidak terjadi pemborosan
produktivitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. MATERI POKOK
Industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri
Kesehatan untuk melakukan pembuatan obat atau bahan obat. Industri
farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan
penggunaannya dan memenuhi syarat. Persyaratan yang diberlakukan
yang diatur dalam CPOB.
Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat
diandalkan, diperlukan manajemen mutu yang didesain secara
menyeluruh dan diterapkan secara benar. Manajemen mutu berkaitan erat
dengan pemastian mutu, cara pembuatan obat yang baik (CPOB),
pengawasan mutu dan manajemen resiko. Namun untuk mencapai target
peningkatan produktivitas banyak kendala yang sering dialami oleh suatu
industri. Kendala-kendala tersebut berakibat pemborosan yang dapat
menurunkan target produktivitas.
Pemborosan adalah semua aktivitas kerja yang tidak memberikan
nilai tambah dalam proses pembuatan produk sehingga harus segera
diminimasi atau dihilangkan dari proses produksi.
Menurut Heizer dan Render (2009), dengan hal tersebut dapat dijelaskan
7 jenis pemborosan antara lain yaitu
a. Produksi berlebih – Overproduction
Produksi berlebih adalah menghasilkan produk atau barang yang secara
berlebihan dari yang dibutuhkan pelanggan. Merupakan pemborosan
paling buruk yang sering ditemukan di pabrik. Karena pemborosan ini
menyebabkan produksi produk lebih banyak dari jumlah pemesanan,
sehingga dapat menyebabkan permintaan menurun dan tidak terjualnya
persediaan (stock).
b. Menunggu – Waiting
Pemborosan terjadi saat tangan operator menganggur atau menunggu
proses. Pemborosan ini dapat terjadi pada gangguan mesin sehingga
menunggu perbaikan mesin, jalur kerja yang tidak seimbang.
Pemborosan tersebut karena operator hanya melihat dan mengawasi
proses berjalannya mesin sehingga operator tidak melakukan apa-apa,
dan pekerjaan sepenuhnya telah dilakukan oleh mesin.
c. Memindahkan – Transporting
Pemborosan memindahkan – transporting terjadi pada kegiatan
pergerakan yang berlebihan dan penanganan yang berlebihan bisa
menimbulkan kerusakan serta kemungkinan menyebabkan mutu produk
menurun. Hal ini terjadi pada produk yang ditangani secara berulang-
ulang dari satu proses ke proses berikutnya tanpa memberikan nilai
tambah produk.
d. Proses – Processing
Pemborosan ini terjadi adanya teknologi yang kurang tepat atau
rancangan produk yang kurang baik. Pemborosan ini terjadi pada
banyak kasus seperti yang diakibatkan karena kegagalan melakukan
sinkronisasi proses.
e. Persediaan – Inventory
Pemborosan persediaan merupakan pembelian bahan material yang
terlalu banyak, sehingga persediaan menjadi menumpuk digudang.
f. Gerakan – Motion
Terjadi karena adanya gerakan pekerja yang tidak berkaitan langsung
dengan nilai tambah. Hal tersebut sangat berpengaruh pada efisiensi
dari jalur produksi itu sendiri. Semua gerak kerja yang membutuhkan
usaha fisik berlebih dari pekerja merupakan pemborosan. Contoh
gerakan tersebut adalah:
gerakan hilir-mudik mencari alat bantu.
mengambil dan mengembalikan alat ke tempat kerja yang letaknya
berjauhan.
g. Cacat – Defects
Pemborosan yang terjadi karena harus ada pengerjaan ulang terhadap
produk atau bila produk cacat maka harus dimusnahkan. Hal ini
berdampak pada:
operator pada proses produksi berikutnya menunggu.
menambah biaya produksi.
Salah satu dari beberapa jenis pemborosan, defect menjadi
permasalahan penting untuk diperhatikan bagi suatu industri. Defect
sangat dipengaruhi oleh semua bagian sistem pemastian mutu dengan
tersedianya personel yang kompeten, proses produksi bangunan dan
sarana serta peralatan yang cukup dan memadai.
1. Personalia, industri farmasi hendaklah memiliki personil yang terkualifikasi
dan berpengalaman praktisi dalam jumlah yang memadai. Sumber daya
manusia sangat berperan penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang
benar. Personil kunci mencakup kepala bagian produksi, kepala bagian
pengawasan mutu dan kepala bagian pemastian mutu.
Pemastian mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat
dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu
yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya (Manajemen Industri Farmasi,
2007).
Pengawasan mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan
dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan
organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa
pengujian yang diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa bahan
yang belum diluluskan tidak digunakan serta produk yang belum
diluluskan tidak dijual atau dipasok sebelum mutunya dinilai dan
dinyatakan memenuhi syarat.
2. Produksi, hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB menjamin agar senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar.
a. Bahan awal
I. Pengadaan bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah
disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan.
II. Semua penerimaan, pengeluaran, dan jumlah bahan tersisa
hendaklah dicatat.
III. Sebelum diluluskan dan digunakan hendaklah memenuhi
spesifikasi dan diberi label.
IV. Tiap pengiriman atau bets bahan awal diberi nomor rujukan yang
menunjukkan identitas pengiriman.
V. Tiap penerimaan hendaklah dilakukan pemeriksaan visual tentang
kondisi umum, keutuhan wadah dan segelnya, ceceran dan
kemungkinan adanya kerusakan bahan, dan kesesuaian catatan
pegiriman dengan label dari pemasok.
VI. Wadah dari bahan awal diambil hendaknya diberi identifikasi.
VII. Sampel bahan awal hendaklah diuji pemenuhannya terhadap
spesifikasi.
VIII. Menjamin bahwa wadah yang berisi bahan awal selama
pengiriman adalah benar dan menjamin tidak ada salah
penandaan wadah oleh pemasok.
IX. Bahan awal yang diterima sebelum dipakai dikarantina sampai
disetujui kemudian diluluskan oleh bagian pengawasan mutu.
X. Bahan awal selama penyimpanan diberi label, disimpan dalam
wadah tertutup rapat dan diperiksa secara berkala.
b. Bahan pengemas
I. Pengadaan, penanganan, dan pengawasan bahan pengemas
primer dan bahan pengemas cetak serta bahan pencetak lain
hendaklah diberi perhatian lain yang sama seperti terhadap bahan
awal.
II. Bahan cetak disimpan dengan kondisi keamanan yang memadai,
disimpan dan diangkut dalam wadah tertutup. Bahan pengemas
hendaklah diserahkan pada orang yang berhak sesuai dengan
prosedur tertulis.
III. Tiap penerimaan atau tiap bets bahan pengemas primer diberi
nomor yang spesifik atau penandaan yang menunjukkan
identitasnya.
IV. Bahan pengemas yang tidak memenuhi syarat dimusnahkan dan
pemusnahannya dicatat.
V. Bahan pengemas cetak tertentu saja yang diletakkan pada satu
tempat untuk menghindari campur baur.
c. Validasi proses
I. Validasi proses hedaklah sesuai dengan prosedur yang ditetapkan
kemudian dicatat hasil dan kesimpulannya.
II. Validasi dilakukan dengan peralatan, bahan, dan prosedur yang
cocok untuk pelaksanaan produksi rutin.
III. Perubahan pada proses peralatan atau bahan hendaklah disertai
dengan validasi ulang.
IV. Validasi dan peninjauan ulang dilakukan secara rutin terhadap
proses dan prosedur produksi.
3. Peralatan, pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi
yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi
dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari
bets ke bets dan untuk memudahkan pembersihan dan perawatan.
BAB III
PEMBAHASAN
Proses Defect seringkali terjadi pada Industri Farmasi. Defect
merupakan kecacatan pada produk yang dihasilkan, sehingga keadaan
tersebut dapat menurunkan target yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan
yang mengakibatkan pemborosan. Dalam hal ini, dapat dibahas pada kasus
defect yang terjadi pada pembuatan tablet non salut. Kecacatan atau
permasalahan yang terjadi pada pembuatan tablet yaitu :
1. Capping
2. Sticking
3. Binding
4. Mottling
5. Variasi berat
Capping
Capping adalah kecacatan yang menyebabkan terjadinya pemisahan pada
bagian tablet. Capping dapat terjadi akibat kadar air yang sangat rendah,
butirannya tidak benar-benar kering, jumlah pengikat yang kurang, massa
granular yang terlalu dingin dan kurangnya pelumas.
Pencegahan
Capping dapat dicegah dengan mengatur kesesuaian kelembaban butiran,
mengeringkan butiran dengan benar, menambahkan pengikat, meningkatkan
jumlah pelumas, dan melakukan pencetakan pada suhu kamar.
Binding
Binding adalah keadaan dimana bahan yang ditablet sebagian melekat pada
die atau matriks sehingga sukar didorong keluar. Penyebab terjadinya
kurang lubrikan, granul yang terlalu dingin atau terlalu panas
Pencegahan
Binding dapat dicegah dengan penambahan lubrikan yang sesuai, kondisi
granul yang tidak terlalu panas atau dingin serta die yang perlu diganti.
Sticking
Sticking adalah keadaan dimana sebagian massa tablet melekat pada
punch. Penyebab terjadinya peristiwa ini yaitu granul yang terlalu basah atau
pemanasan yang kurang sempurna, tekanan pengempaan mesin tablet
kurang, punch sudah usang
Pencegahan
Sticking dapat dicegah dengan granul yang cukup kering atau pemansan
yang sempurna, tekanan pengempaan yang tepat, punch yang diperbarui
Mottling
Mottling adalah keadaan dimana terjadi warna yang tidak merata pada
permukaan tablet. Penyebab peristiwa ini antara lain obat atau hasil
uraiannya mempunyai warna yang berbeda dengan bahan tambahan dan
tidak tecampur homogen, terjadi migrasi warna selama proses pengeringan
granul atau bahan tambahan yang berupa larutan berwarna tidak terbagi
merata.
Pencegahan
Keadaan ini dapat dicegah dengan tidak mencampurkan langsung larutan
panas dengan serbuk dingin.
Variasi Berat
Variasi berat adalah keadaan dimana tablet yang dihasilkan tidak memenuhi
syarat keragaman bobot. Penyebab terjadinya kecacatan ini yaitu distribusi
granul yang tidak rata atau waktu alirnya jelek,
Pencegahan
Variasi berat dapat dicegah dengan proses pencampuran yang sempurna.
Berbagai defect yang terjadi pada pembuatan tablet sangat terkait dengan
kualitas manajemen sistem yang diterapkan, terutama pada bagian Produksi,
Personalia, Mesin, Bahan Pengemas dan material. Bagian – bagian tersebut
perlu memenuhi berbagai persyaratan untuk menghindari terjadinya defect
yang berakibat pada pemborosan.
Produksi
Bagian produksi memegang prinsip untuk memenuhi ketentuan CPOB
sehingga menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta
memenuhi ketentuan izin pembuatan. Dalam hal ini bagian produksi
memegang peranan penting untuk melakukan penanganan bahan tablet dan
metode yang digunakan dalam proses pembuatannya. Bagian produksi juga
memegang peranan penting yang dimulai dari penerimaan dan karantina,
pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan,
pengemasan supaya mengindarkan terjadinya defect pada tablet. Pemastian
bahan awal merupakan hal yang penting untuk ditangani karena akan
berhubungan dengan kestabilan tablet yang akan dibuat atau dicetak,
apabila bahan awal kurang memenuhi persyaratan berpengaruh terhadap
hasil yang buruk pada pencetakan tablet. Metode yang tidak divalidasi akan
mengakibatkan defect pada proses pembuatan tablet seperti capping,
sticking, mottling, variasi berat dan binding. Oleh karena itu semua yang
berkaitan dengan produksi terutama pada metode yang digunakan harus
divalidasi dan dikerjakan sesuai instruksi kerja yang ditetapkan.
Personalia
Bagian personalia merupakan sumber daya yang paling penting
dalam,pembentukan dan penerapan sistem pemastian mutu yang
memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu industri farmasi
bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam
jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Pengendalian
mutu dan pemastian mutu sangat bergantung pada kompetensi personalia.
Adanya defect yang terjadi pada proses pembuatan tablet dapat diakibatkan
oleh bagian pengendalian mutu dan pemastian mutu yang dijalankan oleh
personalia yang kurang kompeten dan kurang terampil.
Material
Material merupakan hal yang penting untuk menghasilkan produk yang
berkualitas tinggi. Material yang tidak memenuhi spesifikasi akan
mengakibatkan terjadinya defect pada hasil tablet diantaranya seperti
capping dan binding. Pengadaan bahan awal sebaiknya berasal dari
pemasok yang telah disetujui. Untuk menghindari terjadinya defect sebelum
diluluskan tiap bahan awal harus memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan
dan diberi label yang dinyatakan lulus.
Mesin
Kondisi mesin sangatlah memegang peranan penting terhadap produk yang
dihasilkan. Mesin yang mengalami masalah akan menyebabkan terjadinya
defect pada tablet yang dihasilkan. Defect atau kecacatan yang diakibatkan
dari mesin yaitu terjadinya sticking dan binding. Untuk menghindari defect
yang diakibatkan oleh mesin perlu dilakukan validasi mesin dan pengontrolan
kualitas dari mesin secara berkala.
Bahan pengemas
Bahan pengemas memerlukan penanganan yang sama halnya dengan
bahan awal karena apabila bahan pengemas tidak memenuhi persyaratan
menyebabkan defect pada tablet yaitu dapat menyebabkan perubahan
warna pada tablet ketika kontak dengan pengemas sehingga menurunkan
stabilitas dari tablet.
BAB IV
KESIMPULAN
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi defect yaitu bahan awal
atau material, bahan pengemas, produksi, mesin, dan
personalia
2. Cara pencegahan defect untuk menghindari pemborosan
produktivitas
Personalia yang kompeten dan terlatih pada bagian
pengendalian mutu dan pemastian mutu
Produksi dengan metode yang tervalidasi
Mesin yang memenuhi kualifikasi dan dilakukan
pengecekan secara berkala
Bahan pengemas yang memenuhi persyaratan
Bahan Material yang memenuhi spesifikasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Shanty KD. Minimasi defect produduk dengan konsep six sigma. Malang: Jurnal Teknik Industri, Vol. 13, No. 1, Februari 2012: 43–50
2. Rahman arif, Nasir WS, Putri KRS. Pendekatan Lean sigma sebagai upaya untuk meminimasi waste pada proses pengemasan industri farmasi. Malang: Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang 2010
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri Farmasi
4. Priyambodo bambang. Manajemen industri farmasi. Jakarta: 2007
5. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK.03.1.33.12.12.8195 tahun 2012 tentang
PENERAPAN PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK.
6. Rana AS, Kumar SLH. Manufacturing defecs of tablet - a review. India :
Rayat and Bahra Institute of Pharmacy, Sahauran, Kharar, Distt:- Mohali,
Punjab,India. 2013. Journal of Drug Delivery & Therapeutics; 2013, 3(6),
200-206