medikal bedah sistm pernafasan

Upload: tirolyn

Post on 16-Oct-2015

63 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Asuhan Keperawatan

TRANSCRIPT

  • SISTEM PERNAFASAN

  • PengertianPernafasan/ respirasi ad: peristiwa menghirup udara dari luar yg mengandung O2 dan mengeluarkan udara yg mengandung CO2.Penghisapan / inspirasi dan pengeluaran/ ekspirasi

  • O2 Paru-paru Vena Kava anterior dan superiorAtrium Dekstra melalui trikuspidalis ventrikel dekstra arteri Pulmonalis Atrium Sinistra melalui bikuspidalis keventrikel sinistra aorta oksidasi/ pembakaran dan sebagaiampasnya ad CO2

  • Organ-organ sistem pernafasanHidungFaringLaringTrakheaBronkhusBronkiolus Paru-ParuKanan 3 lobusKiri 2 lobus

  • ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PNEUMONIA

  • DefinisiPneumonia adalah: inflamasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian alveoli dengan cairan. Dan hal ini terjadi sebagai akibat adanya invasi agen infeksius atau adanya kondisi yang mengganggu tahanan saluran trakeobronkialis sehingga flora endogen yang normal berubah menjadi patogen ketika memasuki saluran nafas.

    EtiologiBerdasarkan penyebabnya Pneumonia dikalsifikasikan menjadi:a. Agen Penyebabnya1. Pneumonia bakterial ( stapyloccus aureus, streptococcus pneumoniae, protozoa, viral dan jamur (mycoplasma pneumoniae)

  • 2. Pneumonia Aspirasi: adanya aspirasi isi gaster, makanan atau cairan.3. Pneumonia Radiasi: disebabkan oleh adanya terapi radiasi terhadap kanker4. Pneumonia Hipostatik: disebabkan oleh imobilisasi yang lama5. Pneumonia inhalasi berkaitan dengan inhalasi gas yang bersifat toksik

  • 3. Gejala KlinisMenggigil mendadak, demam yang meningkat dengan cepat dan berkeringat sangat banyakNyeri dada seperti ditusuk yang diperburuk dengan pernafasan dan batukSakit parah dengan tachipnea jelas 25-45x/I dan dispneaNadi cepat dan bersambungBradikardi relatif ketika demam menunjukkan infeksi virus dan infeksi mycoplasmaSputum purulen kentalTanda lain: Demam, krakles

  • 4. Pemeriksaan DiagnostikSinar X untuk mendeteksi adanya abses luas / infiltaratPemeriksaan gram/ kultur sputum dan darah: untuk mendeteksi organisme penyebabnyaPameriksaan Darah: untuk mendeteksi peningkatan leukosit akibat adanya infeksiPemeriksaan serulogi: digunakan untuk membedakan diagnosis organisme khusus.Pemeriksaan fungsi paru, elektrolit dan Agda

  • 5. PenatalaksanaanPenatalaksanaan medis umumFarmakoterapiAntibiotik ( Penisillin G merupakan antibiotik pilihan)EkspektoranAntipiretikAnalgetikTerapi Oksigen dan nebulisasi aerosolFisioterapi dada dengan Drainase postural

  • b. Rencana Keperawatan terintegrasiPantauan terapi IntravenaImmobilisasi/ tirai baringc. Pertimbangan pulangObat- Obatan yang dilanjutkan dirumahTanda dan gejala kambuhPencegahan kekambuhanPerawatan lanjutan.

  • 6. KomplikasiAbses paruEfusi pleuraEmpiemaGagal nafasPerikarditisMeningitis Atelektasis

  • ASUHAN KEPERAWATANPengkajian Data DasarRiwayat/ adanya faktor resikoRiwayat PPOMPerokok beratImmobilisasi fisik lamaPemberian makanan melalui selang secara terus menerusRiwayat kemoterapi dan penggunaan obat kortikosteroid yang lamaAIDS dan kankerMenghirup/ aspirasi zat iritanTerpapar polusi udara terus menerusTerpasang selang endotrakeal/ trakeostomiPenurunan tingkat kesadaran

  • 2. Pada pemeriksaan fisik ditemukanDemam tinggi dan menggigilNyeri dada Tachipnea dan takhikardiRalesPada mulanya batuk tidak produktif kemudian berlanjut menjadi batuk produktifDispneaKelemahan/ mailaseSianosisKeringat hilang timbulPriode sakit kepala dan demam

  • 3. Pemeriksaan Diagnostik Peningkatan sel darah putihKultur sputum ditemukan adanya bakteriAGDA menunjukan hipoksia ( PaO2 kurang dari 80 mmhg dan PaCo2 kurang dari 35 mmhg)Sinar X menunjukkan konsolidasi lobarPemeriksaan fungsi paru: Penurunan kapasitas Vital

  • DIAGNOSA KEPERAWATANKerusakan pertukaran gas b/d infeksi paruResiko tinggi kekurangan cairan b/d demamIntoleransi aktivitas b/d adanya sesak nafasPerubahab rasa nyaman b/d nyeri dadaGangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan metabolisme tubuhAnsietas b/ d kurang pengetahuan

  • INTERVENSI/ IMPLEMENTASI1.Pantau status pernafasan, tanda vital dan AGDABerikan ekspektoran yang sesuaiDorong pasien banyak minum2-3 l/ hariSectionBerikan posisi semipowlerBerhenti merokokO2 tambahan2. Pantau input dan outputBerikan terapi intravenaBerikan cairan 2jam sekali dan mengandung kalori

  • 3.Tunda aktivatas bila frekwensi nafas meningkatBantu dalam melakukan gegiatan sehari-hariPertahankan terapi oksigen selama beraktivitas4. Pantau SuhuBerikan antipiretik dan antibiotik sesuai anjuran dokterBerikan tindakan untuk memberi rasa nyamanBerikan tindakan untuk mengurangi demam

  • 4. Kontrol nyeri dadaBerikan analgetikPantau pernafasan5. Pantau jumlah makan dan BBBerikan perawatan mulutKolaborasi dengan ahli dietBerikan makanan tinggi kalori tinggi proteinBerikan makanan sedikit tapi sering

  • 6. Temani pasien saat terjadi distres pernafasan Berikan penjelasan tentang penyakitnya, dan tindakan pengobatan

    EVALUASISesak berkurang, kulit normal dan lembab, klien dpt melakukan AKS sendiri tanpa bantuan, demam tidak adalagi, Nafsu makan bertambah, BB normal,Perasaan takut berkurang, nyeri dad tidak adalagi.

  • NILAI AGDA NORMALDARAH ARTERIARTERI+VENAPH7,35 7,457,33 7,43PO280 100 mmHg35 - 49PCO235 45 mmHg41 - 51HCO322 26 MEq/L24 - 28Base excese (BE)- 2s/d+20 4Sat O295 100%70 75%

  • ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TUBERCULOSIS PARU

    OLEH: Ns. Sunarti s.kep

  • PengertianTB Paru adalah: Penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru, dan dapat menyebar ke hampir setiap anggota tubuh termasuk meningens, ginjal, tulang dan nodus limfe.

    2. EtiologiPenyebab TB Paru adalah: Mycobakterium tuberculosis, berbentuk batang, tahan asam, yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultraviolet. M. Bovis dan M. Avium kejadian yang jarang terhadap penyakit Tuberculosis.

  • 3. Cara Penularan Dan Faktor ResikoTB Paru dapat ditularkan dari individu dengan penyakit pulmonal aktif yang menularkan organisme ketika berbicara, batuk, bersin atau menyayi dari droflet yang dikeluarkannya sehingga menginfeksi orang lain yang menghirup droflet tersebut.

  • Resiko Tinggi Untuk InfeksiMereka yang beresiko tinggi untuk mendapatkan infeksi termasukIndividu yang berhubungan dekat dengan seseorang yang berhubungan dekat dengan seseorang yang mempunyai TB Aktif.Penggunaan obat-obat terlarang IV dan pecandu alkoholIndividu yang tinggal didaerah kumuh, perumahan dibawah standarIndividu dengan gangguan imun, misalnya lansia, pasien yang menderita kanker

  • 5. Individu dengan kondisi medikal yang sudah ada sebelumnya, misalnya diabetes, gagal ginjal kronis, silokosis, malnutrisi6. Imigran dari negara dengan insiden TB tinggi misalnya Haiti, Asia tenggara7. Individu yang secara medikal kurang mampu: Tunawisma, miskin etnik atau ras minoritas, anak-anak dan dewasa muda8. Individu yang menjalani institusional mis: Perawatan jangka panjang, psikiatri, dalam penjara9. Tenaga Kesehatan.

  • 3. Gejala KlinisGejala yang dapat ditimbulkan dari TB Paru adalah:Awitan tersembunyiDimulai dengan demam rendah, keletihan, anoreksia, Penurunan berat badan, Keringat malam, Nyeri dada dan batuk menetap.Batuk non produktif pada awalnya, dan berlanjut sampai sputum mukopurulen dengan hemoptisis

  • 4. Pemeriksaan DiagnostikDiagnosis tuberkulosis dapat dilakukan pemeriksaan klinis seperti:Ronxen dada: Biasanya menunjukkan lesi pada lobus atasUsap basil tahan asam / BTAKultur sputumTest Tuberkulin

  • 5. PenatalaksanaanPenemuan casus dini / case findingPemberian agens antituberkulosis 6-12 bulan: Isoniazid ( INH ), Rifampisin (RIP), Streptomisin ( SM ), Etambutol ( IMB ), Pirazinamid ( PZA ) dan untuk meminimalkan efeksamping diberikan piridoksin (B6)

  • 6. KomplikasiPenyebaran infeksi keorgan lainHemoptisisRetraksi bronkialPneumothoraks

  • Proses KeperawatanLakukan pengumpulan riwayat kesehatan dan pemeriksaan kesehatan yang lengkapLakukan pengkajian pernafasan yang menggali adanya demam, anoreksia, penurunan berat badan, berkeringat malam, keletihan, batuk dan produksi seputum.

  • 3. Perubahan suhu tubuh, frekwensi pernafasan, jumlah dan warnah sekresi, frekwensi dan keparahan batuk dan nyeri dada4. Evaluasi bunyi nafas terhadap konsolidasi ( takterdengar, bronkial, atau bising, bronkovesikuler, krakles) Fremitus, dan perkusi ( pekak ).5. Kaji terhadap pembesaran, nodus limfe termasuk nyeri6. Kaji kesiapan emosional untuk belajar, persepsi dan pengertian tentang TB7. Tinjau ulang hasil pemeriksaan fisik dan evaluasi laboratorium.

  • Diagnosa keperawatan1.Bersihan jalan nafas tidak efektif2. Kurang pengetahuan rejimen pengobatan3. Resiko tinggi terjadi komplikasi

  • IntervensiPeningkatan Bersihan Jalan nafasInstruksi tentang posisi terbaik untuk memudahkan drainaseBerikan dorongan untuk memperbanyak masukan cairanBerikan masker wajah dengan kelembapan/ humidifier tinggi

  • Menasehatkan Tentang kepatuhan Dan PencegahanAjarkan bahwa TB merupakan penyakit menular dan minum obat yang diharuskan adalah cara yang paling efektif untuk pencegahan penularanAjarkan pasien tentang tindakan higienis, termasuk perawatan mulut dan hidung ketika batuk dan bersin, membuang tissu dengan tepat dan mencuci tangan dengan baikPenjelasan tentang obat, jadwal dan efek samping.

  • Tindakan Preventif Dan Penatalaksanaan KomplikasiKolaborasi dengan tim perawatan kesehatan untuk mengidentifikasi strategi untuk menjamin masukan nutrisi yang adekwat dan ketersediaan makanan yang bergiziKaji terhadap efek samping terapi obatBerikan dorongan untuk melakukan tindak lanjut pemeriksaan ginjal dan heparPantau hasil pemeriksaan kultur sputum untuk mengevaluasi kemanjuran terapi

  • 5. Ajarkan pasien yang mendapatkan INH untuk menghindari makanan yang mengandung Tiamin dan histamin6. Informasikan bahwa rifamfisin dapat mengubah warna lensa kontak7. Ajarkan untuk minum obat pada saat lambung kosong atau 1 jam sebelum makan karena makanan dapat mengganggu penyerapan obat.

  • 8. Instruksikan tentang resiko resistensi obat jika regimen terapi tidak diikuti dengan teratur: ketidak patuhan akan mengakibatkan resistensi banyak obat9. Waspada terhadap penyebaran infeksi TB pada tempat non pulmonal ( TB Miliaris )

  • Implementasi dan Evaluasi

    Sasaran utama termasuk kepatenan jalan nafas, pengetahuan tentang penyakit dan regimen pengobatan, kepatuhan tentang regimen obat dan komplikasi

  • ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIENDENGAN KANKER PARU

    NS. SUNARTI. SKEP

  • PenegertianKanker paru ad tumor maligna yang timbul dari epitelium bronkial yg memiliki ketahanan hidup rendah dan penyebab utama kematian.Penyebab/ Faktor Resikoa. Perokokb. Polusi udarac. Pemajanan ditempat kerjad. Predisposisi genetike. Penyakit pernafasan lain: PPOM dan tuberkulosis

  • 3. Manisfestasi KlinisMulai tersembunyi selama beberapa puluh tahun dan sering asimtomatik sampai tahap akhirTanda dan gejala tergantung pada lokasi, ukuran tumor, derajat obstruksi dan keberadaan metastasisGejala yang paling sering adalah batuk kering non produktif dan pada tahap akhir meghasilkan dahak kental dan purulentMengiPengeluaran sputum yg berwarnah merah darah pada pagi hari

  • Demam yang terjadi secara berulangNyeri dada, suara serak, disfagia, edema pada leherKelemahan, anoreksia, penurunan berat badan dan anemia akan terjadi pada tahap akhir

    4. Pemeriksaan DiagnostikPemeriksaan ronxen dada, sputum bronkoskopi, MRI Dan CT Scan.

  • 5. PenatalaksanaanTujuan penatalaksanaan adalah untuk memberikan kemungkinan penyembuhan maksimum. Pengobatan dpat termasuk pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi dan imunoterapi yang dilakukan secara terpisah atau dalam kombinasi.

  • ASUHAN KEPERAWATANPengkajiana. Riwayat atau adanya faktor resiko- Perokok berat- terpajan terhadap lingkungan karsingen ( polusi udara, arsenik , debu logam, asap kimia debu radio aktif dan asbestos)- Penyakit paru kronis

  • b. Pemeriksaan fisik berdasarkan sistem pernafasan- Batuk menetap, mengi, dispnea, hemoptisis, peningkatan sputum, nyeri dada, effusi pleura, parau, disfagia, edema muka, leher dan lenngan

    c. Pemeriksaan Diagnostik- Foto dada menunjukkan sisi lesi- Analisis sputum menunjukkan tipe sel kanker- Bronkoskopi untuk memperoleh sampel biopsi- Radionuklide Scan untuk menentukan luasnya metastase

  • 2. Diagnosa Keperawatan Nyeri b/d Karsinoma paruKerusakan pertukaran Gas b/d Kerusakan jaringan paru, metastase sel paruIntoleransi aktifitas b/d sesak nafas, kurangnya O2 keseluruh tubuhGangguan pola tidur b/d batuk menetap

  • 3. Intervensi Keperawatan/ Implementasia. - Kolaborasi dlm pemberian analgetik- Berikan matras yg lembut- Instruksikan pada pasien untuk menahan dada saat batuk- Dorong pasien untuk berhenti merokok

  • b. - Pantau pernafasan, fungsi paru dan AGDA- Berikan O2- Berikan tindakan Nebulizer dng kolaborasi- Siapkan pasien untuk bedah paru

    - Evaluasi respon pasien terhadap aktifitas- Bantu pasien dlm melakukan aktifitas- Berikan lingkungan yang tenang

  • - Ciptakan lingkungan yg nyaman, bebas polusi, asap rokok, serbuk bunga dan pengharum ruangan.- Pastikan ventilasi ruanagan baik- Pertahankan suhu ruangan yang nyaman- Berikan mandi air hangat sebelum tidur-Bantu pasien tidur dengan posisi yg nyaman-Berikan antibiotik sebelum tidur

  • 4. EvaluasiNyeri hilang, ekpresi wajah rileks, pengembangan paru penuhFrekwensi nafas baik 18- 20x/ I, bunyi nafas paru bersih, warna kulit normal, tidak ada hemoptoeTidak ada keluhan lelah dan lemas, klien mampu melakukan aktifitas sendiriKlien dapat tidur malam 8 jam / hari, insomnia tidak ada lagi

  • ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIENDENGAN ASMA

    NS. SUNARTI, S.KEP

  • Pengertian Asma ad:Penyakit dengan karakteristik meningkatnya reaksi trakea dan bronkus oleh berbagai macam pencetusmdisertai oleh timbulnya penyempitan luas saluran nafas yg dapat berubah-ubah derajatnya secara spontan atau dengan pengobatan

  • 2. EtiologiPenyebab asma masih belum jelas namun ada hub dengan genetik. Dan hiperaktifitas bronkus disebabkan oleh adanya hambatan sistem adrenergik, kurangnya hormon adenilsiklase dan meningginya tonus sistem parasimpatik, sehingga mudah terjadi spasme bronkus rangsangan atau iritabilitas.

  • 3. Gejala KlinisSecara umum gejala klinis asma adalah:BatukDispneaMengi

    Dibagi menjadi 3 stadiumStadium 1Batuk kering dan sputum yang kental saat mulai terjadinya iritasi

  • Stadium 2Sekresi bronkus bertambah, Batuk dengan dahak yang jernih dan berbusa, mulai terjadi sesak, nafas dalam dan mengi, serta menggunakan otot bantu pernafasanStadium 3Spasme bronkus lebih berat, nafas dangkal,Frekwensi pernafasan meningkat batuk seperti ditekan

  • Serangan AsmaSering kali terjadi pada malam hariMulai secara mendadak dengan batuk dan sesak didadaPernafasan lambat dan mengiEkpirasi lebih kuat dari inspirasiDispnea oleh karena obstruksi pada jalan nafasBatuk sulit dan kering pada awalnya kemudian diikuti dengan batuk yang lebih kuat dan sputum yg encerTotal serangan 30 menit sampai beberapa jam

  • 4. Pemeriksaan DiagnostikUji faal paru: Untuk menilaiderajat obstruksi, hasil pengobatan dan perjalanan penyakitFoto Ronxen: Untuk menilai ada atau tidaknya atelektasis, dan menilai apakah adanya indikasi penyakit paru lainPemeriksaan darahUji tuberkulinSekret hidungUji alergi kulit dan imunologi

  • 5. PenatalaksanaanPemberian o2Periksa AGDAIVFD cairan 3;1 ( Glukosa 10%, NaCl 0,9% dan ditambah denagan KCLTheophiliinKortikosteroidPengencer dahak dengan obat mukolitikFoto Thorak dan EKG

  • 6. Pencegahan serangan AsmaHindari faktor pencetusObat-obatan dan terapi imunologi

    7. KomplikasiEmfisemaAtelektasis paruBronkopneumonia

  • ASUHAN KEPERAWATAN1.PengakajianPemajanan pada faktor pencetus Asma- Stres emosi- ISPA- Zat alerganb. Pemeriksaan fisik- Mengi- Susah bernafas- Orthopnea- Penggunaan otot bantu pernafasan, cuping hidung- Dehidrasi- sianosisTekanan darah sistolik turun 10 mmhg- gelisah- Takikardi- Diaforesis- Lemah- Ketakutan

  • c. Pemeriksaan LaboratoriumAGDA ( PaCo2 kurang 35 mmhg )Peningkatan eosinifilPemeriksaan fungsi paru: penurunan kapasitas vitalPemeriksaan sputum: Tes sensitifitasSinar X paru: Distensi alveoli

  • 2. Diagnosa KeperawatanKerusakan pertukaran gas b/d serangan asma yang menetapAnsietas b/d gagal nafas yang berat

    3. Intervensi/ implementasia.- Pantau pernafasan dan AGDA- Tempakan pada posisi powler- berikan infus: Kolaborasi- Beri oksigen

  • - Dampingi pasien saat gawat nafas- Batasi pengunjung- Jelaskan pada pasien program pengobatan, perawatan, pemeriksaan diagnostik

    4. EvaluasiFrekwensi nafas normal 18-20x/I, nadi normal, suara nafas bersih, mengi tidak ada lagi, dispnea tidak ada AGDA dlm batas normalEkspresi wajah tenang, takut dan gugup tidak ada lagi

  • ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN BRONKITIS KRONIS

    NS. SUNARTI, S.KEP

  • DefinisiBronkitis kronis adalah: keadaan klinis yang disebabkan oleh berbagai penyebab dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang-kuranngnya 2 minggu berturut-turut atau berulang paling sedikit 3x selama 3 bulan ( KONIKA, 1981 ).

  • 2. EtilogiInfeksi kronik saluran nafas bawahAsap rokok Polusi udaraDefisiensi imnologis

  • 3. Manifestasi KlinisBatuk kronis, produktif pada bulan- bulan musim dingin, tanda-tanda paling awal: batuk akan diperberat oleh cuaca dingin, kelembapan dan iritan pulmonalRiwayat merokok dan infeksi pernafasan yang sering terjadi

  • 4. PenatalaksanaanPerhatikan perubahab dalam pola sputum ( Sifat, warnah dan jumlah kekentalan ) dan pola batuk.Atasi infeksi bakteri dengan antibiotikTerapi bronkodilatorBerikan drainase postural dan perkusi dada

  • 5. Berikan cairan perobral atau parentteral untuk mempermudah sekresi6. Gunakan terapi steroid7. Pasien harus berhenti merokok8. Pemeriksaan sensitifitas9. Gunakan obat antimikroba yang tepat

  • ASUHAN KEPERAWATANPengkajianRiwayat faktor penunjang- Merokok tembakau- Bekerja diarea polusi udara beratPengkajian fisisk- Batuk prodktif dengan sputum berwarnah putih keabu-abuan, yang biasanya ter terjadi pada pagi hari dan biasanya diabaikan oleh perokok

  • - nspirasi ronchi kasar ( Cracles dan mengi )- Sesak nafas

    c. Pemeriksaan diagnostik- AGDA menunjukkan PaO2 rendah dan PaCo2 tinggi- Kultur sputum menunjukkan positif infeksi

  • 2. Diagnosa KeperawatanKerusakan pertukaran gas b/ d adanya infeksi bronkusIntoleransi aktifiitas b/d kurangnya oksigen pada jaringanPerubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidak cukupan pemasukan makanan terhadap distres pernafasanAnsietas b/d kesulitan bernafas

  • 3. Intervensi / Implementasi- Pantau status pernafasan dan AGDA- Kolaborasi dlm pemberian, brokodilator, steroid dan antibiotik- Beri O2 2L/I- Beri posisi powler-berikan banyak minum 3 L/ hsri- Ajarkan pernafasan dalam, fisioterapi dada dan postural drainase- Lakukan section- Anjurkan berhenti merokok

  • - Pantau frekwensi nafas sebelum dan sesudah melakukan aktifitas- Bantu melakukan AKS- Tingkatkan AKS secara bertahap-Berikan banyak waktu untuk beristirahat

  • - Timbang berat badan setiap minggu- Pantau masukan dan haluaran- Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan- Lakukan fisioterapi dada satu jam sebelum makan- Berikan tempat yang tepat untuk pembuangan dahak/ sekret

  • d. - Buka baju dan selimut yang tebal jika terjadi sesak nafas- Batasi jumlah pengunjung-Berikan oksigen lewat kanula-Instruksikan klg untuk menemani pasien-Pertahankan suhu ruangan yang sejuk- Atur posisi semi powler-Jelaskan program pengobatan, perawatan dan pemeriksaan diagnostik- Gunakan obat sedatif sesuai dengan anjuran

  • 4. EvaluasiFrekwensi nafas normal, bunyi nafas bersih AGDA dalam batas normalDapat melakukan aktifitas sendiri tanpa sesak nafasPasien tidak mengalami penurunan berat badan lebih lanjut, masukan makanan dan cairan meningkat, membran mukosa lembabEkpresi wajah rileks, frekwensi nafas dan nadi normal

  • ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SINDROM GAWAT PERNAFASAN DEWASA (ARDS)

    NS. SUNARTI, S.KEP

  • PengertianARDS ( Edema pulmonal non kardiogenik ) ad: sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan progresif kandungan oksigen yang terjadi setelah penyakit atau cidera

    2. Etiologi Trauma Aspirasi Syok Pembedahan Emboli lemak atau udara Infeksi dan sepsis Inhalasi berkepanjanga oksigen dengan kosentrasi tinggi, asap atau substansi krosif

  • 3. Manifestasi KlinisGagal pernafasan akutInfiltrat pulmonal bilateralHipoksemia ( PaO2 dibawah 50-60 mmhg )

  • 4. PatofisiologiTrauma / kontusio pulmonal

    Kerusakan membran alveolar

    Agregasi trombosit pada sisi yang rusak

    Pengeluaran substansi inflamasi: histamin, serotonin dan bradikinin

    Peningkatan permeabilitas membran alveolar

    Darah dan plasma keluar dari kapeler masuk keruang intersisial alveolar

    Produksi surfaktan menurun

    Alveoli kolaps dan menyebabkan atelektasis

    Pertukaran gas menjadi rusak

  • 5. Penatalaksanaan- Pendeteksia dini- Bantuan sirkulasi dan suplemen oksigen- intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanis- Farmakoterapi* bronkodilator untuk memperlebar jln nafas* Kortikosteroid untuk mengurangi inflamasi membran alveolar* Antibiotik untuk mencegah infeksi- terapi intravena: Cairan yang adekwat- Berikan dukungan nutrisi

  • ASUAHAN KEPERAWATAN

    Pengkajiana. Adanya riwayat atau faktor penyebab- Trauma, pembedahan, syok, aspirasi, infeksi dllb. Pemeriksaan fisik- Dispnea dan takipnea- Perubahan sistem syarap pusat ( agitasi, kacau mental, disorientasi, panik dan gelisah)

  • - Takikardi- Penggunaan otot bantu pernafasan- Bunyi nafas : Rales atau Mengi- Perubahan warnah kulit/ sianosisc. Pemeriksaan Diagnostik- AGDA menunjukkan hipoksemia berat- Foto dada menunjukkan infiltrat alveolar serta adanya area atelektasis

  • 2. Diagnosa keperawatanKerusakan pertukaran gas b/d edema paruResiko tinggi infeksi b/d penumpukan sekresi dialveoliKerusakan mobilitas fisik b/d perubahan tingkat kesadaran

  • 3. Intervensi dan implementasiPemantauan ketat karena kondisi dapat dengan cepat berubah menjadi situasi yang dapat mengancam jiwaFasilitasi penatalaksanaan pernafasan mis: posisi untuk memaksimalkan pernafasan, Oksigenisasi, intubasi endotrakeal, penghisapan lendirBerikan intervensi yang aman berhubungan dengan perawatan ventilatorBerikan masukan cairanBeri dukungan pasien untuk mengurangi ansietasPantau suhu dan tanda vitalGunakan tehnik mencuci tangan dan tindakan steril dalam penghisapan lendirPantau perubahan, jumlah, kekentalan , warnah dan bau sekresiKolaborasi dlm pemberian antibiotik yang tepatBantu klien dalam melakukan AKS

  • ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA DADA

    NS. SUNARTI, S.KEP

  • DefinisiTrauma dada ad: Cidera pada dinding dada yang disebabkan oleh trauma tajam atau tumpul.

    2. EtiologiTrauma tumpul: Kecelakaan lalu lintasb.Trauma tajam: luka tusuk/ tikam dan luka tembak

  • 3. Beberapa trauma dada yang mengancam hidup adalah:a. Tensin pneumothorax : terjadi bila tusukan pada dinding paru memungkinkan udara masuk tapi tidak keluar rongga pleura. Udara yang terperangkap menyebabkan tekanan intra pleura yang akhirnya menekan paru-paru menyebabkan paru-paru kolaps.

  • b. Pneumotoraks terbuka: kolapsnya paru- paru yang disebabkan oleh pergantian udara dari atmosfer dengan tiba-tiba.c. Hemotoraks: Kolapsnya paru-paru karena akumulasi darah dlm rongga pleurad. Pneumotoraks tertutup: Kolapsnya paru-paru tanpa luka luare. Kontusio paru : Memarnya paru-paru akibat tekanan yang tiba-tiba oleh trauma tumpul dadaf. Fraktur Iga : Terjadi patah/ retaknya tulang iga dan menyebabkan organ dibawahnya beresiko untuk rusak spt: jantung, hati, limfa paru-paru.

  • 4. Manifestasi klinisNyeri dada yang tajam pada sisi yang sakit sewaktu bernafasDispnea dan takipneaTerdapat krepitasi pada fraktur igaBatuk mengeluarkan sputum dan bercak darah pada kontusio paru

  • Penggunaan otot bantu pernafasanTakikardiaDiaforesisTidak adanya bunyi nafas yang seiramaGelisah dan agitasiBunyi hipertimpani pada perkusi diatas daerah yang sakit dan pekak pada hemotorakLuka memar pada dada

  • 5. PenatalaksanaanLuka torak harus ditutup dengan pembalut untuk menghentikan kebocoran udaraPasang selang dada yang dihub dengan slang WSDBerikan oksigen tambahanBatasi kegiatan fisikBerikan analgetik untuk mengontrol nyeri dan antibiotik untuk resiko infeksiTerapi IVFD untuk mengontrol syokTransfusi darah bila diperlukanTindakan pembedahan

  • ASUHAN KEPERAWATAN

    Pengkajiana. Faktor penyebab- Adanya tusukan benda tajam, riwayat kecelakaan lalulintas, tertimpah benda berat, dllb. Pemeriksaan fisik- Nyeri dada yang tajam sewaktu bernafas- Dispnea dan takipnea- Penggunaan otot bantu pernafasan

  • - Takikardia- Diaforesis- Tidak adanya buny nafas seirama dengan gerakan dinding dada- Gelisah dan agitasi- Sianosiss- Bunyi hipertimpani pada perkusi diatas area yang sakit dan bunyi pekak pada hemotoraks serta bunyi krepitus pada fraktur iga-Adanya luka memar pada bagian dada-Batuk mengeluarkan sputum dan bercak darah pada kontusio paru

  • c. Pemeriksaan Diagnostik Ronxen dada menunjukkan kolaps paru, infiltrasi pulmonal dan fraktur igaAGDA PaCo2 Meningkat dan penurunan PaO2 EKG terjadi disritmia bila mengenai organ jantungEnzim jantung naik 4-6 jam kemudian

  • 2. Diagnosa keperawatanKerusakan pertukaran gas b/d trauma dadaResiko tinggi infeksi b/d kerusakan sistem pulmonalNyeri b/d benturan dada dengan benda tumpul/ tajam

  • 3. Intervensi/ Implementasi- Pantau status pernafasan, AGDA, foto ronxen, enzim jantung, Masukan dan haluaran- Pertahankan posisi sepowler dan powler- Berikan tambahan oksigen- Pantau terhadap pemberian IVFD- Pantau terhadap tanda-tanda syok

  • b.- Hindarkan miring pada sisi yang sakit- Pertahankan pembatasn aktifitas- Pantau WSD- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik

    c.- Pantau suhu setiap 4 jam- Pantau terhadap keadaan luka- Berikan antibiotik sesuai anjuran dokter- Berikan antitetanus- Lakukan semua tindakan medis dan keperawatan dengan prinsip steril

  • 4. EvaluasiPernafasan dan nadi normal, sianosis tidak ada AGDA dalam batas normal, ekspansi paru penuhEkspresi wajah rileks, ekspansi dada penuhSuhu normal, paru normal sputum tidak ada lagi.

  • ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASENDENGAN LARINGEKTOMI

    NS. SUNARTI, S.KEP

  • PengertianLaringektomi adalah: Tindakan pengobatan terhadap kanker laring

    2. EtiologiPenyebab utama terhadap kanker laring adalah:Perokok tembakauPeminum alkoholLaringitis kronisPemajanan industrial terhadap karsinogen

  • 3. Manifestasi klinisSerak diawal-awal diarea glotisNyeri dan rasa terbakar pada tenggorokan ketika minum cairan panas dan jus jerukTeraba benjolan pada leherGejala-gejala akhir: Disfagia, dispnea, serak dan nafas bauPembesaran nodul servical, penurunan berat badan dan nyeri yang menjalar ketelinaga dapat menandakan adanya metastasis

  • 4. Pemeriksaan diagnostikPemeriksaan laringoskopik langsung dibawah anastesi umum

    5. PenatalaksanaanPengobatan bervariasi tergantung pada kemajuan malignasi: pilihan termasuk terapi radiasi dan pembedahan Pemeriksaan gigi lengkap untuk menyingkirkan penyakit gigi sebelum pembedahan Terapi radiasi dapat digunakan dengan baik bila hanya satu sisi pita suara yang terkena Laringektomi dianjurkan pada tahap dini kanker laring

  • ASUHAN KEPERAWATAN

    Pengkajiana. Pemeriksaan fisisk- Suara parau yang menetap- Batuk yang menetap- Sakit menelan - Merasa ada gumpalan dileher- Sakit tenggorokan yang menetap- Merasa terbakar saat minum air hangat- Sakit pada jangkun- Pembesaran kelenjar limfe

  • b. Pemeriksaan radiologis- Pemeriksaan CT Scan: adanya massa- Laringoskopi memungkinkan terlihatnya gambaran langsung tumor.

    2. Diagnosa KeperawatanKurang pengetahuan tentang prosedur pembedahan dan perjalanan pasca operasiAnsietas b/d diagnosa kanker dan pembedahan yang akan dijalani

  • c. Ketidakefektifan brsihan jalan nafas b/d perubahan akibat pembedahan jalan nafasd. Kerusakan komunikasi verbal b/d pengangkatan laring dan edemae. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kesulitan menelanf. Gangguan citra tubuh b/d pembedahan mayor leherg. Kurang perawatan diri b/d perawatan pasca operasi

  • 3. Intervensi dan implementasi keperawatana.- Memberikan pada pasien penyuluhan ttentang penyakitnya terutama bahwa suara alamia akan hilang- Ajarkan batuk dan nafas dalam-Berikan penjelasan tentang program pengobatan dan perawatannya

  • b. - Kaji persiapan psikologi dan berikan kesempatan untuk mengungkapkan perasaan dan berbagai persepsi- Atur kunjungan pasien lain yang telah menjalani pasca laringektomi untuk membantu mengatasi situasi

  • c.- Baringkan pasien dalam posisi semipowler-Hindari obat yang menekan pernafasan-Ajarkan nafas dalam dan ambulasi dini-Lakukan penghisapan lendir/ section- Lakukan perawatan slang laringektomi dan trakeostomi

  • d. -Implementasikan sistem komunikasi dengan isyarat tangan-Gunakan tangan yg tidak dipasang infus untuk menulise.-Informasikan tentang status puasa dan pemberian nutrisi alternatif sperti : Infus, NGT dan TPN-Dimulai dengan makanan yg kental untuk mudah ditelan dan hindari makanan yang manis- Instruksikan untuk perawatan mulut, sikat gigi secara teratur

  • f. -Gunakan pendekatan yang positif dalam perawatan-Jadi pendengar yang baik- Rujuk pada kelompok pendukung

    -Bantu pasien dalam melakukan AKS-Ajarkan pada pasien dalam melakukan AKS secara bertahap-Anjurkan untuk beristirahat yang cukup sebelum melakukan AKS

  • 4. EvaluasiTingkat pengetahuan adekwat, Ansietas tidak ada lagi, Patensi jalan nafas baik, Perbaikan komunikasi, Nutrisi dan hidrasi optimal, peningkatan citra diri dan harga diri, Aktifitas dapat dilaksanakan secara mandiri tanpa bantuan

  • ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI MENAHUN/ PPOM

    NS. SUNARTI, S.KEP

  • DefenisiPPOM adalah: kondisi dimana aliran udara pada paru tersumbat secara terus menerus dan kondisi ini merupakan komplikasi dari penyakit asma, emfisema, Bronkitis.

    2. EtiologiPerokok kretek, polusi udara, pemajanan ditempat kerja.

  • 3. Manifestasi KlinisPeningkatan dispneaPenggunaan otot bantu pernafasanPenurunan bunyi nafasTakipneaOrthopneaBatuk kronisSesak nafas dan sianosis

  • 4. PenatalaksanaanFarmakoterapi ( Bronkodilator, steroid, antibiotikTambahan oksigenTerapi aerosol-nebuliserFisioterapi dada dengan drainase postural

  • ASUHAN KEPERAWATAN

    Pengkajiana. Riwayat atau adanya faktor penunjang- Merokok- Tinggal atau bekerja diarea pulusi udara berat- Riwayat alergi- Riwayat asma

  • b. Riwayat tentang gejala pernafasan dan manifestasi penyakit sebelumnya- Durasi kesulitan bernafas- Dispnea, sesak nafas, mengi, toleransi latihan, keletihanc. Data tambahan melalui pemeriksaan- Nadi, frekwensi pernafasan, dan irama pernafasan

  • - Kontraksi abdomen selama inspirasi- Penggunaan otot bantu pernafasan- Sianosis dan perbesaran vena leher- Edema perifer- Batuk, warnah, jumlah dan kosistensi sputum- Ketakutan

  • d. Pemeriksaan DiagnostikAGDA menunjukkan PaO2 rendah dan PaCo2 tinggiSinar X menunjukkan hiperflasi paru-paru, pembesaran jantung dan bendungan pada area paru-paruPemeriksaan fungsi paru: peningkatan kapasitas paru-paru total dan penurunan kapasitas vitalPemeriksaan darah: peningkatan HB, hematokrit, dan jumlah darah merah

  • 2. Diagnosa KeperawatanKerusakan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi-perfusiKetidak efektifan jalan nafas b/d infeksi bronkopulmoner, ketidak fektifan batuk, peningkatan pembentukan lendir, kontriksi bronkialResiko tinggi infeksi b/d penurunan sistem daya tahan tubuh

  • 3. Intervensi Implementasi

    Perbaikan pertukaran gasPantau dispnea dan hipoksiaBerikan medikasi dan waspadai efeksampingPantau keefektifan oksigen danAGDA

  • Pembuangan Sekresi BronkialBerikan masukan cairan yang banyak untuk mengencerkan sekresiLakukan nebuliserBerikan drainase posturalInstruksikan tehnik pernafasan efektif: pernafasan diafragma, penghematan energi

  • Pencegahan Infeksi BronkopulmonalInstrusikan pasien untuk melaporkan jika sputum mengalami perubahan warnahInstruksikan untuk menghindari pemajanan polusi udaraInstruksikan untuk menghindari suhu iklim dan kelembapan yang tinggiPantau suhu dan kultur sputumBeri antibiotik sesuai dengan anjuranTempatkan pasie dalam ruanga tersendidri

  • EvaluasiFrekwensi pernafasan baik, nadi normal, AGDA dalam batas normal tidak ada sesak nafasSekresi dalam batas normal, tidak ada perubahan terhadap sputum, suara nafas normalTidak terjadi infeksi, suhu normal.

  • ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN EMBOLI PARU

    NS. SUNARTI, S.KEP

  • PengertianEmboli paru adalah: suatu kegawat daruratan medis yang mengacu pada obstruksi salah satu arteri pulmonal atau lebih oleh trombus.

    2. EtiologiPenyebab emboli paru oleh trombosis vena dalam dibetis atau jantung sebelah kiri yang terlepas. Kelainan ini berkatan dengan:

  • TraumaBedah (Ortopedik, Pelvis dan genokologi)KehamilanPenggunaan kontrasepsi oralGagal jantung kongestifUsia lanjut Dan imobilitas yang berkepanjangan

  • 3. Manifestasi KlinisGejala klinis ditunjukan tergantung dari ukuran trombus dan area penyumbatan diarteri pulmonal.Nyeri dada paling umum, awitan biasanya mendadak, sifatnya pleuritik, dapat substernal dan menyerupai angina pektorisDispnea merupakan gejala kedua yang paling umumTakipnea

  • Demam, takikardi, ketakutan, Batuk, diaforesis, hemoptisis, sinkop dan kematian mendadakEmboli kecil yang multipel dapat mengacu pada gagal jantung.

  • 4. PenatalaksanaanBerikan oksigen segerah untuk menghilangkan hipoksemia, distress pernafasan dan sianosisLakukan infus untuk rute dalam pemberian terapiLakukan angiografi pulmonal, AGDAPasang kateter untuk mengobservasi pemasukan dan pengeluaran

  • Atasi hipotensi dengan dopaminPantau EKG terhadap gagal ventrikel kananBerikan digitalis,, diuretik dan agen antidisritmiaPemeriksaan darah: Elektrolit serum, nitrogen, urea, hitung darah lengkap dan hematokrit

  • Pasang Ventilator bila diperlukanBerikan morfin dosis kecil untuk menghilangkan nyeri, ketidaknyamanan dada, ansietasPemberian antikoagulan seperti heparinPemberian agen trombolitik sesuai anjuran: Urekinase, streptokinasePembedahan

  • ASUHAN KEPERAWATAN

    Pengkajiana. Riwayat faktor resikoHiperkoagulan: Dehidrasi, anemia, penggunaan kontrasepsi oralCidera: fraktur tulang panjang, penyalagunaan obat IV, Bedah orthopedikAliran vena stasis: Imobilisasi, luka bakar yg luas, tromboflebitis, gagal jantung

  • b. Pemeriksaan fisikNyeri dada yg berat, kulit lembab dan dinginSesak nafas disertai takipneaTakikardiDemam ringanTD menurunSuara nafas ronchiBatuk produktifSianosisDistensi vena jugularis

  • c. Pemeriksaan diagnostikLeokositosis pada pemeriksaan darahAGDA menunjukkan hipoksemiaProtombin dan tromboplastin rendahScaning paru untuk menunjukan area yg hipoperfusi

  • 2. Diagnosa keperawatanKerusakan pertukaran gas b/d emboli paruAnsietas b/d perasaan sulit bernafasNyeri b/d sumbatan trombus pada arteri pulmonal

  • 3. Intervensi/ implementasia.- Pantau dispnea dan hipoksia- Pantau AGDA- Berikan O2-Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat seperti agen tombolitik dan antikoagulan- Tempatkan pada posisi semi powler- Pasang monitor EKG dan Infus

  • b. - Temani pasien ketika terjadi distres pernafasan- Berikan penjelasan tentang program pengobatan dan perawatanc. -Kaji tingkat nyeri pasien-Berikan Oksigen dengan segerah- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgesik: morfin sulfat

  • 4. EvaluasiFrekwensi nadi dan pernafasan normal, AGDA dalam batas normalEkspresi wajah rileks, ansietas berkurangNyeri dada berkurang