pengkajian keperawatan medikal bedah sistem neurologi

Upload: lindakerri

Post on 07-Feb-2018

268 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah Sistem Neurologi

    1/23

    PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH SISTEM NEUROLOGI

    A. RIWAYAT

    1. Data Biografi dan Demografia. Keluhan utama

    No Keluhan Area sistem saraf yang mengalami gangguan

    1). Elevasi kesadaran (insomnia,

    agitasi, mania, delirium)

    Penurunan kesadaran

    (somnolen, letargi, semikoma,

    koma)

    Reticular activating system(mesensephalon,

    diensephalon), hemisphere kiri dan kanan

    2). Disorientasi Hemisphere cerebral dan fungsi regional yang

    spesifik

    3). Tidak mengindahkan

    penampilan, dan kebiasaan

    Lobus frontal dan jaras yang menghubungkan

    area cerebrum

    4). Proses pikir tidak sesuai

    dengan tingkat pendidikan

    Intelektual dasar (lobus frontal) terhubung

    daengan area lain

    5). Gangguan memori atau ingatan Lobus temporal dengan seluruh area kortek

    6). Afek dangkal: histeris,

    schizophrenia,

    Seluruh otak dan bifrontal (biasanya kedua

    hemisphere)

    7). Halusinasi penglihatan Kortek oksipital

    8). Halusinasi bau Gyrus postcentral

    9). Dysathria ( gangguan

    artikulasi, irama bicara)

    Kerusakan otot lidah, palatum, bibir karena

    penurunan impuls saraf dan penurunan

    koordinasiBatang otak, cerebellum, atau akibat ektra

    neural: saraf kranial V, VII IX, X XII

    10). Dysphonia(ketidakmampuan

    menghasilkan suara dari

    laring)

    CN X

    11). Aphasia (ketidakmampuan

    dalam menulis dan memahami

    tulisan dan bicara

    Aphasia receptive

    Aphasia ekspresif

    Aphasia global

    - Lobus temporal kiri dan lobus parietal

    - Area broca (bagian inferior lobus frontal)

    - Lobus temporal kiri dan lobus parietal dan

    Area broca (bagian inferior lobus frontal)

    12). Perubahan ekspresi wajah

    (ketidak simetrisan

    mengangkat alis,

    ketidaksimetrisan tersenyum)

    CN VII (fasial)

    13). Perubahan ukuran pupil,

    penurunan daya akomodasi,

    nistagmus, diplopia

    CN III, IV, VI

    14). Tonus meningkat, kekuatan

    otot menurun akibat atropi dan

    tidak digunakan, peningkatan

    reflek

    Motor Precentral gyrus (pyramidal) dan system

    cerebral, ganglia basal, CN XI, spinal cord, saraf

    motorik atas,

  • 7/21/2019 Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah Sistem Neurologi

    2/23

    15). Flaccid (tonus menurun), tonus

    hilang karena ukuran otot

    menurun,reflek menurun atau

    hilang, fasciculation

    Lower motor neuron

    16). Tidak ada klonus, kehilangan

    koordinasi dan keseimbangan

    Cerebellum

    17). Kehilangan lapang penglihatan CN II, Lobus oksipital

    18) Kehilangan penciuman,

    halusinasi penciuman

    CN I

    19). Tuli konduktif, Menieres

    syndrome (tinitus, tuli, vertigo,

    nistagmus)

    CN VIII, bagian cochlear, lobus temporal,

    20). Penurunan pendengaran Disfungsi pembuluh darah batang otak atau

    tumor

    21). Otorhea Fraktur basis cranii,

    22). Penurunan pengecapan CN VII, CN IX

    Lesi batang otak

    23). Polineuropati Saraf perifer (dermatomes, spinal cord, jaras)

    24). Inkontinensia fekal Saraf otonom (S3-5)

    25). Inkontinensia urin

    Flaccid bladder

    Spastic bladder

    Sistem saraf otonom :

    Saraf spinal T9L2, S2-4

    Saraf spinal T11-L2

    26). Mengompol Kortek serebral

    b. Riwayat Munculnya Penyakit

    Ditanyakan kapan munculnya, jenis-jenis keluhan, serta perkembangan dari keluhan.

    Perawat harus jeli pada pengkajian neurologis pada masalah yang berhubungan denganalkohol, penyalahgunaan obat, gangguan metabolik, metastase tumor.

    2. Riwayat Kesehatan Masa laluKaji tentang penyakit sebelumnya, perawatan di rumah sakit, penyakit infeksi dan

    penyakit pada masa anak-anak dan imunisasi (penyakit: rubela, rubeola, citomegalovirus,

    herpes simpleks, influenza dan meningitis; Imunisasi : polio, tetanus, cacar air), riwayat

    pengobatan, masa perinatal, tumbuh kembang, riwayat kesehatan keluarga, riwayat

    psikososial dan gaya hidup. Perawat hendaknya juga menanyakan tentang gangguan

    neurologis yang terjadi masa lalu. Misal: perubahan kesadaran, penglihatan, wicara, fungsi

    motorik dan sensorik, sakit kepala, kejang, pusing, vertigo, limbung (gloyoran), postur badan.

    Penyakit yang berhubungan dengan gangguan sistem neurologis juga harus dikaji. Seperti :diabetes mellitus, pernicious anemia, kanker, infeksi dan hipertensi. Penyakit hati kronis, dan

    penyakit ginjal menyebabkan gangguan metabolik yang berakibat pada penurunan fungsi

    mental. Juga keterangan tentang perawatan di rumah sakit, injury, pembedahan, atau masalah

    yang berhubungan dengan sistem neurologis, seperti trauma kepala, kejang, stroke, rusaknya

    jaringan otak karena injury. Ditanyakan juga apakah klien pernah dilakuka pemeriksaan tes

    diagnostik neurologik

    3. Riwayat kesehatan keluarga

  • 7/21/2019 Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah Sistem Neurologi

    3/23

    Riwayat Kesehatan Keluarga : Perawat perlu menanyakan tentang penyakit-penyakit

    keturunan : epilepsi, penyakit huntington desease, amiotrophic lateral sklerosis, muskular

    distrophy, hipertensi, stroke, retardasi mental, dan gangguan psikiartik.

    4. Riwayat psikososial dan gaya hidup:

    Pemahaman terhadap psikososial personal, latar belakang pendidikan, penampilan(perubahan personalitas). Akurasi pengkajian diperlukan untuk melihat perubahan rutinitas

    keseharian klien (pola tidur, latihan/olah raga rutin, hobi dan rekreasi, stressor, dan kegiatan

    sexual. Perlu juga diperoleh data mengenai : apakah klien terpapar oleh zat komia beracun

    (misal : pestisida) atau klien tinggal /bekerja di ruang yang tidak berventilasi.

    5. Pemeriksaan Fisika. Tanda-tanda Vi tal

    Klien dengan injury pada daerah cervical menunjukkan trias perobahan tanda tanda vital :

    hipotensi, bradycardi dan hypotermi yang dihubungkan dengan hilangnya fungsi system saraf

    simpatis.

    Peningkatan tekanan intra cranial akan mengakibatkan tubuh mengusahakan suplay oksigendan glukosa yang adekuat ke otak dengan cara meningkatkan aliran darah. Cushings respon

    akan meningkatkan tekanan darah sistolik, tekanan nadi yang melebar dan bradycardi,

    perobahan frekwensi dan irama nafas.

    b. Mental Status

    Pengkajian status mental adalah :

    1) Language

    a) Sensory/receptive aphasia

    Hilangnya kemampuan klien untuk memahami tulisan dan perkataan. Aphasia ini terdiri atas

    auditoric ( acoustic ) dan

    visual.

    b )Motor/expressive aphasia

    Hilangnya kemampuan mengexpresikan :katakata, kata/kalimat dalam tulisan, symbol

    symbol

    Untuk mengkaji deficits language ini, hal yang dapat dilakukan dilakukan perawat adalah :

    a.) Tunjukkan bendabenda atau objekobjek yang umum kemudian minta klien untuk

    menyebutkan nama benda tersebut.

    b). Minta klien untuk membaca beberapa kata lalu cocokkan dan minta klien untuk menulis kata

    kata sesuai dengan gambar yang diberikan.

    c). Minta klien untuk merespon perkataan yang sederhana dan menuliskan perintahperintah.

    Contoh : point to your toes or raise your left arm

    2). Orientasi

    Orientasi ini meliputi kemampuan klien untuk mengetahui : waktu, tempat dan orang dengan

    membrikan pertanyan pertanyaan yang bijaksana. Hal hal yang dapat ditanyakan oleh

    perawat kepada klien adalah : kota atau tempat tinggal , jam , tanggal, nama-nama hari

    dalam 1 minggu, lamanya sakit, nama, nama anggota keluarga.

    Contoh pertanyaan :

    Where are you now ? , What day is it today ?

    3) Memory

    Ada 3 memory yang dapat dikaji :

    a) Immediate recall- Minta klien untuk mengulangi menyebutkan 3 seri angka ( mis : 7-4-3 ) dengan perlahan

  • 7/21/2019 Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah Sistem Neurologi

    4/23

    - Minta klien untuk mengulangi menyebutkan seri angka yang lebih banyak lagi sampai klien

    tidak mampu mengulangi seri yang benar ( mis : 7-4-3-5, 7-4-3-5-6, 7-4-3-5-6-2 , dst )

    - Mulai lagi dengan 3 angka tapi pada saat klien akan mengulangi lagi minta klien untuk

    membelakangi perawat. Rata rata seseorang dapat mengulangi kembali 3 8 digit seri

    angka dan 46 digit seri angka secara tebalik.

    b) Recent memory- Minta klien untuk meyebutkan kejadian-kejadian yang dialami pada hari itu

    - Minta klien untuk mengulangi informasi yang baru disampaikan, misalnya: nama Perawat.

    - Berikan klien 3 benda yang dapat disebutkan lagi, mis : warna , benda, alamat ) atau 3 seri

    angka dan kemudia minta klien untuk mengulanginya, dan pada saat interview selanjutnya

    minta lagi klien untuk menyebutkan ke 3 hal tadi.

    c) Remote memory

    Perawat dapat menayakan pengalamannya sekitar 5 tahun yang lalu, misalnya : ulang tahun

    pribadi atau ulang tahun pernikahan.

    4) Penampilan intelektual

    a) Perawat harus menguji kemampuan klien untuk berkonsentrasi dengan cara meminta pasienuntuk meyebutkan huruf atau angka yang dimulai dari akhir ke awal atau menghitung

    mundur ( mis : 10-9-8-7-6-dst).

    b) Perawat harus menguji kempuan kalkulasi klien dengan cara minta klien untuk menyebutkan

    seri angka yang selalu dikurang 7 atau 3 ( mis : 10093-86 -81 -74-dst)

    Rata rata orang dewasa dapat menyebutkannya dalam 90 detik secara lengkap dengan 3

    atau sedikit kesalahan.

    5) Level Of Consciousness ( LOC)

    Pengkajian ini disebut dengan Glasgow Coma Scale ( GCS )yang terdiri dari 3 komponen,

    yaitu :

    n membuka mata Score

    Spontaneous 4

    To verbal command 3

    To pain 2

    No response 1

    b) Respon motorik

    To verbal command 6

    To painful stimuli :

    Localizes pain 5

    Flexes and withdraw 4Decorticate posture 3

    Decerebrate posture 2

    No response 1

    c) Respon verbal

    Orientasi 5

    Confused conversation 4

    Inapproriate words 3

    Incomprehensible sounds 2

    None 1

    Penjumlahan total GCS = 15 menunjukkan klien sadar penuh atau orientasi, total 7 atau

    kurang menunjukkan klien comatose.

  • 7/21/2019 Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah Sistem Neurologi

    5/23

    6) Mood dan Affect

    Kaji apakah klien mengalami euphoric atau depresi, apakah sikap klien sesuai dengan situasi

    yang ada.

    7) Judgment dan insight

    Kaji alasanalasan dari klien, berfikir abstrak dan pemecahan masalah. Apakah pertanyaanmasuk akal dan berhubungan dengan pertanyaan.

    Contoh pertanyaan : apa yang akan anda lakukan bila kunci rumah anda hilang?

    c. Pengkaj ian Kepala , leher dan back

    Inspeksi : Ukuran, bentuk dan kesimetrisan kepala.Ecchymosis di sekitar mata atau di

    belakang telinga. Fraktur pada tulang tengkorak sering mengakibatkan raccoon eyes

    dengan adanya ecchymosis pada periorbital dan kadang kadang CSF akan mengalir keluar

    melalui hidung. Fraktur pada Middle fossa basiler sering mengakibatkan ecchymosis di atas

    processus mastoideus di belakang telinga disebut dengan Battle s sign dan mengalirnya

    darah atau CSF dari kedua telinga.

    Palpasi :Apakah ada benjolan atau massa pada tulang tengkorak.Daerah leher apakah adamassa atau area tenderness. Minta klien menundukka kepalanya sampai menyentuh dagunya

    kemudian amati apakah terdapat nuchal rigidity yang merupakan salah satu tanda Meningitis.

    Perkusi : Perkusi yang gentle pada prosessus spinous dan dapat menemukan nyeri dan

    tenderness.

    Auskultasi : Auskultasi pada pembuluh darah besar di leher atau pembuluh darah yang lain

    untuk mengetahui adanya bunyi bruit atau suara bunyi suara abnormal lain.

    d. Saraf Kranial1). N. I ( Nervus Olfactory ) berfungsi sebagai saraf sensory untuk penghiduan . Perawat dapat

    mengkaji dengan cara : minta klien untuk menghidu sesuatu yang aromatic dan tidak bersifat

    iritatif ( Kopi, alcohol, pasta gigi ) dengan menutup mata. Bila klien tidak mampu

    menyebutkan aroma yang dihidu disebut dengan Anosmia.

    2) N. II ( Nervus Optik/vision ) berfungsi sebagai saraf sensory. Perawat mengkaji dengan cara

    :

    ksi : katarak, inflamasi atau keabnormalitasan yang lain

    etajaman penglihatan dengan Snellen,s chart

    apang pandang

    eriksa fundus mata dengan alat Opthalmoscope

    3) N. III ( Nervus Oculomotor )

    Hal yang dikaji ukuran kedua pupil dan pergerakan pupil. Konstriksi pupil dapat dikaji

    perawat dengan penlight. Normalnya bila diberi rangsangan maka akan terjadi kontriksi.4) N. IV ( Nervus Trochlear )

    Untuk pergerakan mata ke arah inferior dan medial. Pengkajian saraf ini dilakukan

    bersamaan dengan pengkajian saraf VI

    5).N. V ( Nervus Trigeminal )

    Memiliki divisi motorik dan sensorik. Untuk pemeriksaan fungsi motorik

    denganmenggerakkan kedua dagu ke sisi atau tersenyum, normal semua gerakan dapat

    dilakukan . Sedangkan untuk pemeriksaan fungsi sensorik dilakukan dengan cara

    menyentuhkan kapas lembut yang steril ke kornea atau sentuhan agak keras ke kelopak mata,

    normal reaksi mata akan berkedip

    6).N. VI ( Nervus Abducens )

    Mengontrol pergerakan bola mata ke arah lateral . Bersama N. III, dan N. IV dapat dikaji 6posisi cardinal dari penglihatan.

  • 7/21/2019 Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah Sistem Neurologi

    6/23

    7). N. VII ( Nervus Facial )

    Memiliki divisi sensorik dan motorik, divisi motorik untuk mengontrol ekspresi wajah.

    Perawat dapat mengkaji dengan cara minta klien untuk mengerutkan dahi, tersenyum ,

    mengembungkan pipi, menaikkan alis mata, memejamkan mata dengan rapat dan rasakan

    adanya tahanan pada saat membuka mata .

    8). N. VIII ( Nervus Vestibulocochlear/Acoustic ).Merupakan saraf sensory yang terdiri dari 2 divisi yaitu : cochlear dan vestibular.

    Cochlear untuk pendengaran. Test pendengaran dapat dilakukan dengan cara minta pasien

    untuk mendengar bisikan lalu minta untuk melaporkan apa yang didengarkan atau dengarkan

    bunyi garpu tala. Tes bone dan air conduction dilakukan dengan garpu tala. Audiometry

    dapat digunakan untuk pengkajian yang tepat. Vestibular untuk membantu mempertahankan

    keseimbangan melalui koordinasi otot-otot mata , leher dan extremitas. Tes keseimbangan

    dapat dilakukan dengan cara Romberg test , calori test ( oculovestibular reflex ) dan

    electronystagmography.

    Kemungkinan keabnormalan yang ditemukan dapat disebabkan oleh Meniere,s syndrome dan

    neuroma acoustic.

    9).N. IX ( Nervus Glossopharyngeal ) dan N. X ( Nervus Vagus ).Merupakan saraf sensorik dan motorik. Karena kedua saraf ini masuk ke pharynx maka

    pengkajian kedua saraf ini bersamaan.

    Perawat dapat mengkaji N. IX dengan cara :

    Minta klien untuk membuka mulut lebar-lebar sambil menyebutkan ah, observasi posisi

    dan pergerakan dari uvula dan palatum, apakah berada di garis tengah ?

    Kaji reflex gag dengan cara sentuh bagian pharynx dengan spatel lidah , maka akan

    didapatkan respon gag ( respon muntah ).

    Kaji respon menelan dengan memberikan klien sedikit minum.

    Kaji 1/3 bagian belakang lidah terhadap rasa. Disgungsi dari N. IX akan mengakibatkan

    hilangnya rasa pengecapan dan sensasi nyeri pada Glossopharyngeal.

    Perawat dapat mengkaji N. X dengan cara :

    Minta klien untuk batuk dan berbicara. Kerusakan pada saraf ini akan mengakibatkan

    ketidakefektifan dan kelemahan batuk serta suara parau. Untuk membedakan area yang lemah

    minta klien untuk mengeluarkan suara : kuh-kuh ( Soft palate ), mi-mi ( bibir ), la la (

    lidah ). Kemungkinan penyebab dari keabnormalan yang ditemukan disebabkan : trauma

    batang otak, trauma leher, tumor batang otak dan stroke.

    10). N. XI ( Nervus spinal accessory )

    Merupakan saraf motorik yang mempersarafi otot sternocleidomastoideus dan bagian atas

    dari otot trapezius.

    Perawat dapat mengkaji dengan cara :

    a). Minta klien menaikkan bahu dengan dan tanpa tahananb). Minta klien untuk memutarkan kepala ke kedua sisi secara bergantian.

    c). Dorong dagu ke belakang ke arah garis lurus

    d). Dorong kepala ke depan dan lawan dengan tahanan

    11). N. XII ( Nervus Hypoglossal ).

    Merupakan saraf motorik yang mempersarafi lidah.

    Perawat dapat mengkaji dengan cara :

    Minta klien untuk membuka mulut lebar-lebar dan lidah dikeluarkan dan dengan cepat lidah

    digerakkan ke kirikanan, keluarke dalam, amati adanya deviasi. Minta klien untuk

    mendorong lidahnya ke daerah pipi dan apakah ada tekanan di daerah luar. Kemungkinan

    keabnormalan yang ditemukan dapat disebabkan kerusakan pembuluh darah besar di daerah

    leher.

  • 7/21/2019 Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah Sistem Neurologi

    7/23

    e. Sistem Motori k). Ukuran otot

    Inspeksi kesimetrisan otot bilateral, intercostals dan abdominal.

    ). Kekuatan otot

    Pengkajian kekuatan otot pada semua extremitas, hasil yang didapatkan :

    -. 5/5 : kekuatan penuh-. 4/5 : dapat bergerak secara bebas dan maksimal serta dapat melawan grafitasi dan lemah bila

    diberi tahan

    - 3/5 : otot dapat bergerak secara bebas dan hanya dapat melawan gravitasi

    -. 2/5 : Otot dapat begerak dengan bebas dengan bantuan dalam melawan efek gravitasi.

    - 1/5 : Otot tidak dapat berpindah tetapi kontraksi otot dapat dipalpasi

    - 0/5 : Tidak ada kontreaksi dan pergerakan otot

    3). Tonus otot

    Tonus otot dikaji ketika extremitas bergerak pada ROM pasif. Pada hipotonik atau penurunan

    tonus otot, tonus otot lemah dan lembek. Peningkatan tonus otot terjadi jika resisten untuk

    bergerak dan spasme. Kaji juga flexi abnormal dan extensi abnormal.

    4). Koordinasi otot.

    Test perubahan pergerakan yang cepat, gerakan dari satu titik ke titik lain secara berulang-

    ulang ( point to point maneuver ), keseimbangan posisi tubuh dan kepala.

    Untuk menguji perubahan pergerakan yang cepat , minta klien untuk menyentuh setiap jari-

    jari ke ibu jari dengan cepat.

    In point to point testing dengan cara test menunjuk hidung jari

    Keseimbangan posisi tubuh ditest dengan cara minta klien merobah posisi dengan cepat dari

    duduk ke berdiri.

    Posisi kepala ditest dengan meminta klien menggerakkan kepala mengikuti gerakan

    pemeriksa

    5).Postur tubuh dan kestabilan.

    Kaji dengan cara minta klien untuk berdiri tegak , berjalan, dan berjalan lurus dalam satu

    garis.

    6).Perpindahan

    Kaji apakah terjadi fasciculation ( gerakan involunter yang terjadi secara berulang-ulang

    pada saat relaksasi ) untuk mengetahui adanya ganguan pada lower motor neuron ( LMN )

    Test Apraxia dilakukan dengan cara meminta klien untuk melakukan gerakan sederhanaseperti mengikat tali sepatu atau menyisir rambut.

    7). Uji motorik pada klien yang tidak sadar

    Uji ini dilakukan dengan cara memberikan rangsang nyeri yang terintergrasi pada pengukuran

    GCS.

    f. Fungsi SensorikPengkajian sensorik ini dengan memberikan rangsang nyeri, sentuhan, getaran, posisi dan

    kemampuan membedakan sensasi. Kaji juga pendengaran, penglihatan, penghiduan dan

    pengecapan.Test ini terdiri dari

  • 7/21/2019 Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah Sistem Neurologi

    8/23

    1). Sensasi Superficial

    Dengan cara merangsang kulit pada daerah yang simetris kedua sisi tubuh dengan rasa nyeri

    benda tajam dan tumpu

    2). Sentuhan dan nyeri

    Minta klien untuk menutup mata dan minta menyebutkan rangsangan yang diberikan.dan

    menyebutkan rangsangan itu dilakukan didaerah tubuh yang mana. Apabila rangsang tajamtumpul tidak sensitive maka dilakukan test padaubuh bagian belakang dengan cara memberi

    rangsangan suhu yang berbeda.

    3). Pengujian yang lain

    Dengan cara sentuhan kapas dan sinar penghangat.

    g. Sensasi Mekanik

    Terdiri dari :

    1.)Vibrasi

    Test ini dilakukan dengan cara getarkan ujung garpu tala pada tulang yang paling distal ( jari

    kaki ), tanyakan pada klien daerah mana yang tidak merasakan vibrasi. Jika vibrasi tidak

    dirasakan pindahkan getaran pada pergelangan tangan atau siku atau pada tumit.2) Propioception

    Test ini dilakukan dengan cara minta klien untuk mempertahankan posisi tubuh dengan jinjit

    dan menggunakan salah satu kaki dan menggunakan ibu jari kaki dan jari telunjuk kaki maka

    secara normal jarijari lain akan mengalami flexi dan minta klien untuk menahan tubuhnya

    h. Diskriminasi

    Test ini untuk membedakan sensasi yang superficial dan sensasi yang dalam.

    1) Astereognosis bertujuan untuk mengetahui bentuk dan konfigurasi objek dengan cara

    merasakan.Caranya minta klien untuk menggenggam benda yang kecil secara bergantian dan

    minta klien untuk klien untuk menyebutkannya

    2).Agraphestesia bertujuan untuk mengenal bentuk dan konfigurasi tulisan. Tuliskan satu huruf

    di telapak tangan klien dan minta klien untukmenyebutkan tulisan tersebut3)Extinction phenomena bertujuan untuk mengetahui simultan stilulus dengan cara : cubit kulit

    klien pada tempat yang sama di kedua sisi tubuh lalu tanyakan pada klien apakah yang

    dicubit pada salah satu sisi tubuh atau pada keduanya.

    4)Two point stimulation bertujuan untuk mengetahui apakah klien dapat mengetahui jarak

    stimulus yang diberikan bersamaan pada 2 bagian tubuh. Sensasi abnormal :

    - dysesthesias : tidak dapat melokalisasi sensasi hangat, dingin, gatal, garukan, cubitan

    - parasthesia : terjadinya distorsi sensasi, mis; rangasang hangat dirasakan terbakar atau nyeri

    yang sangat hebat.

    - anesthesia : tidak dapat merasakan sentuhan- hypoesthesia : penurunan sensasi sentuhan

    - hyperesthesia : sensasi rangsangan yang berlebihan

    - hypagesia : penurunan sensasi nyeri

    - hyperalgesia : peningkatan rangsang nyeri

    - Agraphestesia : ketidakmampuan untuk mengidentifikasi symbol yang dituliskan di tangan

    dengan mata tertutup.

    - Analgesia : tidak mampu merasakan nyeri

    - Astereognosis : tidak mampu merasakan perbedaan dalam 3 dimensi

    i. Fungsi Motorik.

  • 7/21/2019 Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah Sistem Neurologi

    9/23

    Pengkajian ini mempunyai tujuan untuk menilai Proprioceptors dan fungsi Cerebellum.

    Proprioceptor adalah ujung saraf sensorik yang berada di otot, tendon, jaringan penghubung,

    telinga bagian dalam yang memberikan tentang informasi pergerakan dan posisi tubuh.

    Stimulus dari Proprioceptor berjalan melalui posterior columna spinal cord. Klien yang

    mengalami kerusakan harus memperhatikan/melihat pergerakan tangan dan kaki untuk

    memastikan posisinya. Kerusakan/gangguan pada Cerebellum mengakibatkan munculnyagejala Ataxia yaitu : ketidakmampuan mempertahankan posisi, kurangnya koordinasi otot,

    tremor, gangguan keseimbangan.

    Pengkajian ini meliputi :

    1) Test pergerakan dan keseimbangan, yaitu :

    a) Gaya berjalan

    Minta klien untuk berjalan dalam ruangan. Secara normal pada saat berjalan posisi tangan ke

    depan akan berlawanan, berjalan tanpa bantuan dan mampu mempertahankan keseimbangan.

    b) Romberg test

    Minta klien untuk berdiri tegak dengan kedua tangan di sisi tubuh, anjurkan pasien membuka

    mata dan kemudian menutup mata.

    Rombergs sign : klien tidak mampu mempertahankan cara berdiri karena pasien membuatjarak pada kaki untuk mempertahankan posisi tubuh.

    Klien yang tidak dapat mempertahankan posisi pada saat menutup mata berarti mengalami

    ataxia sensory.

    Klien yang tidak mampu mempertahankan posisi pada saat membuka dan menutup mata

    berarti mengalami ataxia cerebellum.

    c) Berdiri dengan salah satu kaki dengan mata tertutup.

    Secara normal seseorang dapat mempertahankan posisi ini selama 5 detik

    d) Heeltoe walking

    Minta klien untuk berjalan pada garis lurus.

    Secara normal seseorang dapat berjalan dengan heelto walking pada garis lurus tersebut.

    e) Toe or heal walking

    Minta klien untuk berjalan beberapa langkah dengan jinjit atau dengan tumpuan kaki.

    Secara normal seseorang dapat melakukan beberapa langkah dengan jinjit atau tumpuan kaki.

    2) Test pada extremitas atas, yaitu :

    a) Fingerto nose test

    Minta klien untuk menaikkan tangan lurus setinggi bahu, tangan kiri diluruskan dengan

    posisi telapak tangan menghadap kea arah wajah kemudian dengan cepat tangan kanan

    menunjuk hidung dengan salah satu jari kanan kemudian menyentuh jari kiri secara

    bergantian.Secara normal dapat mengulangi sentuhan dengan rhythmical.

    b) Perubahan posisi tangan supinasi dan pronasi pada lutut.

    Minta klien untuk menepuk kedua lututnya dengan telapak tangan dan kemudian dengan

    punggung tangannya.

    Secara normal seseorang dapat menepuk dengan cepat dengan posisi supinasi dan pronasi

    c) Finger to nose and to the nurse finger.

    Minta klien untuk menyentuh hidungnya dan kemudian menyentuh jari perawat, jarak antara

    klien dan perawat 45 cm ( 18 inc ).

    Secara normal dapat dilakukan dengan cepat.

    d) Fingers to fingers

  • 7/21/2019 Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah Sistem Neurologi

    10/23

    Minta klien untuk membuat jarak kedua tangan setinggi bahu kemudian dekatkan kedua

    tangan sehingga posisi tangan berada di tengah dan posisi lurus, perlahan lahan anjurkan

    membuka lalu menutup mata, kemudian anjurkan membuka dan menutup mata dengan cepat.

    e) Finger to thumb (pada tangan yang sama )

    Minta klien untuk menyentuhkan dengan cepat setiap jarinya ke ibu jari .Secara normal dapat dilakukan dengan cepat.

    3) Test pergerakan pada extremitas bawah.

    Pada saat pengkajian ini posisi klien berbaring ( posisi supine ).

    Pengkajian yang dilakukan yaitu :

    a) Heel down opposite shin

    Minta klien untuk meletakkan salah satu telapak kaki di lutut kaki yang berlawanan dan

    turunkan telapak kaki tersebut , ulangi pada kaki sebelah. Untuk test ini klien juga dapat

    dalam posisi duduk.

    b) Toe or Ball of foot to the nurse finger

    Minta klien untuk menyentuh jari perawat dengan jarijari

    6. Aktivitas Reflek

    a. Reflek normal

    No. REFLEX TEKNIK PENGKAJIAN RESPON YG

    DIHARAPKAN

    Reflek Tendon

    1 Reflek Bisep suatu pukulan pada diatas ibu

    jari pemeriksa yang ditempatkan

    di atas urat daging bisep

    Fleksi siku

    2 Reflek

    Brachioradialis

    Styloid pada tulang radius

    ditepuk disaat lengan bawah

    dalam keadaan semifleksi dan

    semipronasi

    Fleksi siku, jari dan

    tangan dengan lengan

    bawah supinasi

    3) Reflek Trisep Pukulan pada tendon tricep tepat

    diatas olecranon

    Ekstensi siku

    4). Reflek Patella

    (lutut menghentak)

    Pukulan tepat di atas urat daging

    patella.

    Kaki membuka

    5). Reflek Achilles

    (mata kaki

    menghentak)

    Pukulan tepat di atas urat daging

    archilles.

    plantar kaki fleksi

    Reflek

    Superfisial

    1). Reflek Corneal Sentuhan Cahaya di simpangan

    corneoscleral

    kelopak mata

    menutup

    2). Reflek Palatal dan

    pharyngeal

    Sentuhan Cahaya yang lembut

    di palatum dan pharynx

    langit-langit mulut

    mengangkat/meninggi

    3). Reflek Abdominal Memukul kulit pada bagian atas,

    pertengahan dan bawag

    abdomen menuju ke arah

    umbilicus

    Kontraksi dinding

    abdomen kearah

    stimulur

    4). Reflek Kremasterik kulit yang di pukul dari bagianpertengahan lalu ke atas,

    kantong scrotum dantestis mengangkat

  • 7/21/2019 Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah Sistem Neurologi

    11/23

    5). Reflek Anus Pukul daerah perineal Spinter anus eksternal

    berkontraksi

    6). Reflek plantar

    (normal)

    Pukul tapak kaki Fleksi ujung kaki

    7). Reflek plantar

    (abnormal; tandababinskis )

    Pukul tapak kaki Dorfleksi ujung kaki

    dan sepertimenghembus ujung

    kaki lain

    b. Reflek tidak normal

    1) Reflek Babinskis

    Reflek ini sebagai indikasi penyakit SSP, yang mempengaruhi kostikospinal. Bila bagian

    lateral telapak di kaki digores maka terjadi kontraksi jari kaki dan menarik bersama-sama.

    Jari-jari kaki menyebar dan menjauh.

    2) Reflek dagu

    Kontraksi dagu dan menutupnya mulut sebagai akibat ketukan pada dagu ke arah bawah.

    Reflek ini sering terjadi pada penyakit sclerosis pada columna lateral atau tulang belakang.Sering disebut juga dengan reflek mandibular.

    3) Reflek Palm-Chin (Palmomental reflek)

    Dihasilkan oleh vigoroud, iritasi yang cepat pada permukaan tangan di ibu jari sehingga

    menyebabkan otot-otot dagu terdorong ke atas dengan sisi yang sama.

    4) Klonus

    Gerakan berulang-ulang; ditimbulkan dengan reflek regangan dan termasuk lesi dari traktus

    kortikospinal.

    5) Reflek moncong/mulut monyong

    Suatu pukulan di tengah pada bagian atas bawah mulut yang mengakibatkan pengerutan bibir6) Reflek memegang

    Pukulang pada samping wajah yg mengakibatkan mulut membuka dan kepala membelok

    pada arah yang distimulus.

    7) Reflek menghisap

    Sentuhan pada bibir dengan benda tumpul menghasilkan regakan pada lidah, bibir dan dagu

    8) Reflek Glabella

    Pukulan pada dahi diantara alis mata menghasilkan gerakan menutup pada kelopak mata

    9) Reflek Menggenggam

    Menempatkan objek pada telapak tangan menyebabkan jari mengeriting disekitar objek.

    10) Reflek mengunyah

    Menempatkan mata lidah/ujung lidah diantara gigi menyebabkan dagu tertutup rapat.

    c. Penilaian Aktivitas Reflek

    Respon reflek sering dikelaskan dengan nilai antara 0 s/d 4 +

    4 + : hiperaktif dengan klonus terus menerus

    3 + : hiperaktif

    2 + : normal

    1 + : hipoaktif

    0 : tidak ada reflek

  • 7/21/2019 Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah Sistem Neurologi

    12/23

    7. Sistem Saraf AutonomManifestasi klinik dari gangguan sistem saraf otonom dapat terjadi pada beberapa

    sistem tubuh (akibat gangguan neurologis dan non neurologik).Gangguan neurologik dapat

    memperlhatkan manifestasi klinik meliputi : gangguan pola nafas, gangguan regulasi suhutubuh (hipotermia dan hipertermia), nadi tidak normal, respon pilomotor perubahan pupil,

    kulit dan vasomotor, serta gangguan digestif.. Kaji juga tentang adanya poliuria dan motilitas

    abnormal pada saluran cerna, pengkajian abdomen dapat ditemukan adanya distensi bowel

    atau bladder.Perhatikan juga adanya perubahan rasa haus, energi, libido, berat badan dan rasa

    lapar. Kaji kulit, membran mukosa, rambut dan kuku pada perubahan tropis. Perubahan ini

    dapat terjadi pada penyakit yang disebabkan oleh kehilangan inervasi (suplai saraf otonom).

    Perubahan tropis ini ditandai oleh : perubahn daerah yang berkeringat, suhu meningkat

    (seperti sianosis, wajah memerah, eritema), kuku bisa menjadi mudah patah, tipis, bengkok

    dan mudah rusak, kulit bisa menjadi ulserasi, tipis, atrophy, pigmentasi, berminyak, berkalus,

    bersisik, tebal, mengkilap dan kering. Rambut yang berminyak, mudah patah, atau kering dan

    pertumbuhan rambut yang abnormal. Kerusakan kulit pada daerah yang tertekan.

    8. Pengkajian fungsionalPengkajian fungsional dilaksanakan bersamaan pengkajian neurologi dikaitan dengan

    kemampuan klien melakukan aktivitas sehari-hari. Keterbatasan klien dan bagaimana klien

    mengatasinya harus dicatat. Ditanyakan juga pada keluarga dan klien tentang perubahan-

    perubahan yang telah dibuat untuk membantu kekurangan-kekurangan yang terjadi pada

    klien. Pendokumentasian tidak hanya pada ketidakmampuan klien tapi juga caa

    mengatasinya.

    9. Aplikasi klinikPengkajian pokok untuk diagnostik dan triase klien dengan kemungkinan penurunan

    neurologis meliputi riwayat, pemeriksaan fisik yang singkat, dan pemeriksaan neurologik.

    Pemeriksaan neurologik popok meliputi tingkat kesadaran dengan menggunakan GCS,

    respon pupil, keabnormalan sensorik dan motorik pada ekstremitas, fungsi batang otak

    melalui pengkajian reflek batuk, reflek muntah, reflek kornea. Perawat bertanggung jawab

    terhadap monitor perkembangan klien dan melaporkan perubahan yang tidak diharapkan.

    10. Prosedur Diagnostika. Tes diagnostik struktur noninvasive

    1) X-Ray kepala dan spinal

    Human Skull X-Ray

    Sumber : http--www_fotosearch_com

    X-Ray kepala dapat menunjukkan ukuran dan bentuk tulang tengkorak, pemisahan sutura

    pada bayi, fraktur atau defek pada tulang tengkorak, erosi dan pengapuran.. X-ray spinal

    dapat menunjukkan fraktur, dislokasi, kompresi, erosi, penyempitan kanal spinal cord,

    malformasi kongenital, neoplasma dan proses degeneratif.

    2) Computed Tomography Scanning

  • 7/21/2019 Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah Sistem Neurologi

    13/23

    Sumber : www.lc-radiology.comComputed Tomography Scanning, yang juga disebut CT scan, CAT scan atau Computerized

    Axial Tomography adalah alat yang digunakan dalam pemeriksaan diagnostic yang dapat

    memberikan gambaran struktur tubuh bagian dalam dengan menggunakan x-ray.Tujuan :

    Indikasi umum penggunaan CT scan :

    Pemeriksaan sinus

    CT scan dapat menunjukkan detail sinusitis, fraktur tulang dan adanya tumor pada tulang.

    Pemeriksaan otak

    CT scan dapat mendeteksi hematoma, tumor, stroke, aneurisma, dan jaringan otak yang

    mengalami proses degeneratif atau infeksi. Pengenalan terhadap CT scan, terutama spiral CT,

    dapat menolong mengurangi kebutuhan untuk melakukan prosedur invasif seperti Cerebral

    Angiography.

    Sumber : www.lc-radiology.com

    CT scan menunjukkan perdarahan intraserebral yang meluas

    Sumber : www.mja.com.au

    Pemeriksaan tubuhCT scan thorax, abdomen, tulang belakang dan ekstremitas dapat mendeteksi adanya tumor,

    nodus limfe yang membesar, pengumpulan cairan yang tidak normal dan penyakit pada

    vertebra. CT scan juga dapat membantu mengevaluasi luasnya tulang yang retak pada pasiendengan osteoporosis.

    Selain itu, CT scan juga dapat digunakan untuk mendeteksi adanya perdarahan intracranial,

    SOL (Space-Occupying Lesions), edema serebral dan perpindahan struktur otak. Infark,

    Hidrocephalus dan atrofi serebral juga dapat diidentifikasi. Terutama berguna saat terjadi

    trauma akut karena dapat mengidentifikasi luasnya injuri secara cepat.

    Teknik yang relatif baru, spiral (helical) CT telah meningkatkan keakuratan CT scan terhadap

    berbagai macam penyakit. Teknik penggambaran vascular yang terbaru, disebut spiral CT

    Angiography, adalah angiography non invasif dan lebih murah dibandingkan angiography

    konvensional dan dapat melihat gambaran pembuluh darah tanpa harus melalui prosedur

    invasif

    Kata spiral CT berasal dari bentuk gambaran yang diambil saat dilakukan scanning. Mejapemeriksaan berada dalam posisi yang tetap, sementara alat X-ray berotasi secara terus

    menerus mengelilingi pasien, membuat jejak berbentuk spiral melalui tubuh pasien.

    Hasil Spiral scan biasanya didapatkan selama pasien menahan satu kali nafas saja dan kita

    dapat melihat gambaran scan dada atau abdomen dalam 10 detik atau kurang. Kecepatan

    kerja jenis scan ini sangat penting bagi pasien lansia, pediatric atau pasien yang sedang dalam

    keadaan kritis, atau untuk kelompok pasien yang bermasalah dengan lamanya waktu

    scanning.

    Spiral CT menggunakan penyuntikan materi kontras, diikuti dengan gambaran pada layar

    monitor yang terus-menerus dan cepat untuk mempelajari pergerakan materi kontras melalui

    pembuluh darah serebral.

    Xenon CT menggunakan gas xenon yang dihirup, yang diabsorpsi ke dalam aliran darah,untuk meningkatkan gambaran aliran darah pembuluh darah serebral.

  • 7/21/2019 Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah Sistem Neurologi

    14/23

    a) Hal-hal Yang harus Diperhatikan :

    Wanita hamil atau wanita yang dicurigai hamil sebaiknya tidak menjalani pemeriksaan

    dengan CT scan, terutama scan seluruh badan atau scan bagian abdomen, kecuali kegunaan

    tes diagnostik ini pada wanita tersebut melebihi kerugian yang akan ditanggung. Jika

    pemeriksaan ini diperlukan untuk tujuan obstetric, tidak diperkenankan mengulangi prosedurjika terdapat kesalahan.

    Zat kontras sering digunakan dalam pemeriksaan CT, walaupun beberapa tumor lebih baik

    gambarannya tanpa zat kontras. Pasien terlebih dulu dijelaskan tentang kegunaan zat kontras

    dan diminta untuk menandatangani surat persetujuan pelaksanaan prosedur (informed

    consent form). Salah satu zat kontras, iodine, dapat menyebabkan reaksi alergi. Perawat

    harus mengkaji apakah pasien alergi terhadap iodine atau kerang laut. Jika pasien memang

    alergi maka perawat dapat melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat yang

    dapat mencegah atau meminimalkan reaksi alergi yang akan terjadi. Zat kontras juga dapat

    membuat pasien dengan Diabetes Melitus berisiko terkena gagal ginjal, terutama mereka

    yang mendapat pengobatan dengan Glucophage.

    b) Bagaimana CT scan dilakukan ?

    Pasien tidur diatas meja CT. Tubuh pasien dapat disangga bantal untuk membantu agar posisi

    dalam keadaan tetap seperti semula dan dalam posisi yang tepat selama proses scanning. Saat

    pemeriksaan dimulai, meja akan bergerak perlahan kedalam CT scanner.

    Pemeriksaan CT scan sering menggunakan zat kontras yang berbeda untuk menningkatkan

    kejelasan gambaran jaringan atau pembuluh darah tertentu. Zat kontras tersebut dapat

    diminum, disuntikkan secara langsung via intravena ke dalam aliran darah atau diberikan

    dengan enema, tergantung pada tipe pemeriksaan. Sebelum memberikan zat kontras, dikaji

    apakah pasien memiliki alergi, terutama terhadap iodine, dan dikaji apakah pasien memiliki

    riwayat diabetes, asma, penyakit jantung, penyakit ginjal atau tiroid. Kondisi-kondisi ini

    mengindikasikan risiko reaksi yang lebih tinggi terhadap zat kontras atau berisiko

    menimbulkan masalah untuk mengeluarkan zat tersebut keluar dari system tubuh pasien via

    urin setelah pemeriksaan dilakukan.

    c) Apa yang akan dirasakan pasien ?

    CT scan tidak menimbulkan rasa sakit, dan dengan penggunaan spiral CT prosesnya akan

    lebih cepat untuk pasien. Untuk bagian tubuh yang berbeda, akan dilakukan persiapan yang

    berbeda juga. Pasien dapat diminta untuk minum air atau zat kontras (cairan yang

    memungkinkan radiologist melihat dengan lebih baik gambaran perut, usus kecil dan colon).

    Beberapa pasien merasakan rasa yang tidak enak tetapi masih dapat ditoleransi.

    Zat kontras pada umumnya disuntikkan kedalam vena. Dan beberapa pasien melaporkanadanya rasa panas dan kadang-kadang rasa metalik pada bagian belakang mulut. Sensasi ini

    akan menghilang dalam 1-2 menit. Beberapa pasien juga mengalami sensasi gatal.

    d) Perawatan Sebelum Prosedur :

    Jawab semua pertanyaan yang diajukan klien dan keluarga terkait CT scan. Jika perawat

    berpikir klien akan mengalami nausea, atur intake makanan & minumannya. Contoh :

    beberapa klien lebih memilih makanan yang ringan untuk mengurangi nausea, sementara

    yang lainnya mungkin memilih tidak makan apapun sebelum tes dilakukan.

    Jelaskan bahwa zat kontras mungkin akan digunakan.Tanyakan apakah klien alergi terhadap

    iodine karena beberapa zat kontras mengandung iodine. Cek apakah klien sudah

    menandatangani informed consent sebelum tes dilakukan. Jika klien tidak terpasang infuseintravena, maka akses intravena harus dipasang sebelum tes dilakukan.

  • 7/21/2019 Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah Sistem Neurologi

    15/23

    e) Perawatan Setelah Prosedur

    Setelah tes dilakukan, kaji klien apakah terjadi reaksi terhadap media kontras dan observasi

    adanya komplikasi, seperti adanya hematoma pada tempat penyuntikan. Klien dapat

    melakukan aktivitas seperti semula kecuali ada prosedur diagnostic lainnya yang akan

    dilaksanakan.

    f) Keuntungan

    - Memberikan gambaran berbagai tipe jaringan, termasuk paru-paru, tulang, jaringan lunak

    dan pembuluh darah

    - CT scanning tidak menimbulkan rasa nyeri, non invasif dan akurat

    - Pemeriksaan CT scan berlangsung cepat dan sederhana

    - Diagnosis yang dibuat dengan CT scan dapat menyingkirkan kebutuhan untuk prosedur

    invasif seperti operasi dan biopsy.

    - CT scan dapat mengidentifikasi struktur normal dan abnormal, membuatnya berguna sebagai

    alat panduan untuk radioterapi, biopsi dengan jarum atau prosedur invasif lainnya.

    - Biayanya lebih murah untuk berbagai macam masalah klinis

    g) Kerugian

    - Ada paparan terhadap radiasi dalam bentuk x-ray.

    - Wanita harus selalu menginformasikan kondisinya jika ada kemungkinan hamil

    - Wanita menyusui harus menunggu 24 jam setelah penyuntikan zat kontras sebelum

    melanjutkan kembali aktivitas menyusuinya.

    - Risiko reaksi alergi yang serius terhadap zat kontras yang mengandung iodine

    Sumber :www.scielo.br

    3) Magnetic Resonance Imaging (MRI)

    Sumber : www.scielo.br

    Memberikan gambaran anatomi tengkorak kepala denga lebih mendetail dibandingkan CT

    scan. Selain itu, MRI dapat mendeteksi gangguan pada white matter pathways yang

    disebabkan oleh hilangnya myelin, seperti pada kasus Multiple Sclerosis. MRI juga dapatmengevaluasi infark serebral dalam beberapa jam setelah kejadian. Juga menjadi pilihan scan

    untuk mendeteksi adanya malformasi otak congenital dan lesi pada spinal cord.

    a). Perawatan sebelum prosedur

    Mengajarkan klien dan keluarga tentang tujuan tes, apa yang klien rasakan selama

    pemeriksaan, dan kerjasama yang harus dilakukan klien selama tes berlangsung. Sebelum tes,

    klien harus menyingkirkan semua benda-benda yang mengandung metal. IV fluid pumps

    harus dilepas sebelum tes.

    Biasanya klien boleh makan dan mengkonsumsi obat yang diresepkan sebelum pemeriksaan.

    Jika akan menggunakan materi kontras, tanya apakah klien cenderung mudah mengalami

    nausea.

  • 7/21/2019 Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah Sistem Neurologi

    16/23

    b). Perawatan setelah prosedur :

    Setelah tes dilakukan, pasien dapat melakukan aktivitas seperti sebelumnya.

    4) Magnetic Resonance Spectroscopy (MRS)MRS adalah metode MRI non invasive yang mempelajari distribusi molekul atau proses

    kimiawi di dalam tubuh. MRS dapat mendeteksi jumlah jumlah molekul yang abnormal atauyang dalam keadaan normal tidak ada. Adanya molekul-molekul tertentu sering dikaitkan

    dengan penyakit neurodegenerative tertentu seperti Multiple Sclerosis, Huntingtons disease,

    demensia, gangguan pada mitokondia.

    Implikasi keperawatan sama dengan prosedur MRI.

    5) Positron Emission Tomography (PET)

    PET menampilkan visualiasasiFungsi fisiologis pada area tubuh.

    PET memiliki 3 kegunaan utama :

    -. Menentukan jumlah aliran darah

    ke jaringan tubuh tertentu

    - Menunjukkan keadekuatan jaringan

    menggunakan darah atau

    nutrisi, seperti oksigen

    - Memetakan reseptor spesifik,

    seperti medikasi & neurotransmitter

    Sumber : www.theteenbrain.com

    Aliran darah serebral, metabolisme glukosa serebral, ekstraksi oksigen dapat diukur dengan

    PET. PET digunakan untuk diagnosis stroke, tumor otak, epilepsy dan pencatatan

    perkembangan penyakit Alzheimer, Parkinson, cedera kepala, dan schizophrenia.

    Kerugian menggunakan PET adalah biayanya yang sangat mahal. Sebagai gantinya,

    modifikasi prosedur, yang dinamakan single-photon emission computed tomography

    (SPECT), telah dikembangkan.

    SPECT lebih stabil dan lebih komersial untuk mengukur aliran darah serebral. SPECT

    menggunakan kamera yang bergerak untuk melacak proton tunggal. Gambar diambil dari

    berbagai sudut pandang & dalam waktu 1 jam. Hanya kepala yang ditempatkan di dalam

    scanner. Satu hari sebelum scan dilakukan, klien diberikan isotope via intra vena. Isotopeakan dikeluarkan dari tubuh dalam 2 hari. Potasium iodide atau potassium perchlorate dapat

    diberikan via oral sebelum scan dilakukan untuk mengurangi jumlah iodine radioaktif yang

    diambil oleh kelenjar tiroid dari isotope.

    SPECT digunakan untuk menganalisa aliran darah pada stroke iskemik, perdarahan

    subaraknoid, migrain, penyakit Alzheimer, epilepsy dan penyakit neurodegeneratif lainnya,

    seperti Parkinson.

    a) Perawatan Sebelum

    Prosedur

  • 7/21/2019 Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah Sistem Neurologi

    17/23

    Berikan penjelasan tentang tujuan tes, apa yang akan klien dengar dan rasakan serta

    kerjasama yang diharapkan dapat dilakukan klien selama prosedur dilakukan.

    Scanner PET dan SPECT sangat tenang (tidak menimbulkan suara). Klien harus puasa 4 jam

    sebelum tes dilakukan. Jika klien penderita DM, lebih baik jika GDS kurang dari 150 g/dL.

    b) Perawatan Setelah Prosedur

    Klien dapat beraktivitas seperti semula.

    6) Tests for Vascular Abnormalities

    a) OpthalmodynamometryDigunakan untuk membandingkan tekanan arteri retina pada kedua mata. Dapat membantu

    menegakkan diagnosa penyakit vascular ekstrakranial. Saat retina diobservasi dengan

    ophtalmoscope, tekanan (atau suction) digunakan pada bola mata dengan dynamometer dan

    didapatkan hasilnya. Penurunan tekanan arteri retina menunjukkan adanya aliran karotis yang

    tidak adekuat pada sisi ipsilateral.

    b) Doppler Ultrasonography

    Digunakan untuk mengukur aliran darah (termasuk arah dan kekentalan) di area supraorbital.

    Pada pasien yang mengalami sumbatan atau stenosis pada arteri karotis interna, arah aliran

    darah terganggu di arteri supraorbital, perubahan itu dapat dideteksi oleh USG.

    c) Doppler scanning

    Mengkombinasikan USG Doppler dengan pulse-wave echochardiography. Sering digunakan

    untuk mengkaji aliran darah yang melalui arteri karotis.

    7) Functional Magnetic Resonance ImagingSama seperti MRI, functional magnetic resonance imaging (fMRI) menggunakan magnet

    yang kuat dan gelombang frekuensi radio untuk memproduksi gambar.

    Pada tes ini, klien diminta melakukan kegiatan-kegiatan motorik, kognitif dan

    sensorik selama scan dilakukan. Klien mungkin juga diminta menyebutkan semua kata yang

    diingatnya yang dimulai dengan satu huruf tertentu. Area-area tertentu pada otak diaktifkan

    dengan tiap jenis kegiatan yang dilakukan klien. FMRI mendeteksi perubahan oksigenisasi

    darah vena dan aliran darah pada area yang diaktifkan. Aliran darah meningkat pada areadimana terjadi peningkatan aktivitas neuron. FMRI lebih banyak digunakan untuk

    eksperimen dibanding untuk penentuan diagnosa.

    8) Electroencephalogram (EEG)

    EEG merupakan pengukuran aktivitas listrik pada permukaan superficial dari korteks

    serebral. Potensial listrik dari aktivitas neuron dalam otak dicatat dalam bentuk polagelombang.

  • 7/21/2019 Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah Sistem Neurologi

    18/23

    EEG digunakan untuk mengkaji gangguan berupa kejang pada pasien. Tidak adanya

    gelombang pada pencatatan (flat lines) menjadi satu criteria untuk menentukan kematian

    otak.

    Tipe-Tipe Gelombang Listrik Otak

    Bentuk Gelombang

    (durasi)

    Deskripsi

    Alpha (8-13

    siklus/dtk)

    Normal, terlihat selama keadaan relax, terjaga dengan mata

    tertutup, menghilang selama tidur, bangun tiba2x, perhatian

    kepada stimulus lingkungan & aktivitas mental. Ditemukan

    pada area oksipital & parietal

    Beta (12-40

    siklus/dtk)

    Gelombang cepat mengindikasikan aktivitas fisik atau

    mental, banyak ditemukan di area frontal & parietal

    Theta (4-7 siklus/dtk) Kurang / lebih sedikit ditemukan pada orang dewasa

    dibandingkan anak-anak, sering terlihat selama periode

    stress emosional & menjadi cirri kondisi koma & injuri pada

    otak, banyak ditemukan pada area temporal & parietal

    Delta (1-4 siklus/dtk) Normal, terlihat di tahap 3 & 4 saat tidur (tidur dalam)

    Sleep spindles (12-14

    siklus/dtk)

    Terlihat pada tidur tahap 2 ( bukan REM)

    Gelombang lambat &

    paku

    Terlihat pada jaringan otak yang mengalami iritasi (kejang)

    a. Perawatan sebelum prosedur

    Jelaskan tujuan tes & prosedur kepada klien dan keluarga.

    Yakinkan bahwa listrik tidak masuk keotak dan bahwa mesin tidak dapat membaca pikiran.

    Sebelum EEG, rambut klien harus dicuci pakai shampoo. Stimulan (kopi, alcohol, the, cola

    & rokok), antidepresi dan antikejang harus dihindari selama 24-48 jam sebelum test.

    Klien diminta untuk relax selama tes karena cemas dapat menghambat ritme alpha.

    b. Perawatan setelah prosedur

    Pasien dapat melakukan aktivitas, medikasi dan diit seperti sebelumnya. Rambut dapat dicuci

    dan aseton dapat digunakan untuk menghilangkan jel elektrode dari kulit kepala dan rambut.

    b. Tes Diagnostik Invasive

    1) Lumbal Punksi

  • 7/21/2019 Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah Sistem Neurologi

    19/23

    Lumbal Punksi adalah memasukkan spinal needle pada sub arachnoid space diantara vertebra

    lumbalis 3 dan 4 atau Lumbal 4 dan 5 atau pada Systerna Magna ( jarang dilakukan) untuk

    mengambil cerebrospinal fluid (CSF)

    Evaluasi Nilai Normal Hasil abnormal mengindikasikan

    Tekanan 70-180 mmH2O Meningkat pada meningitis bacterial,

    hydrocephalus, perdarahan serebral,

    tumor. Menurun pada kondisi syok & lesi

    pada spinal

    Warna Jernih & tidak

    berwarna

    Merah : perdarahan subaraknoid

    Keruh : bakteri

    Darah Tidak ada Perdarahan serebral

    Sel 0-5 mononuklear Neutrofil meningkat: infeksi bakteri.

    Limfosit meningkat: meningitis viral,

    tubercular, jamur

    Kultur &

    sensitivitas

    Tidak ada organisme Infeksi bakteri/jamur

    Protein

    Albumin

    15-45 mg/dl

    10-30 mg/dl

    Infeksi atau proses inflamasi

    Glukosa 50-70 mg/dl atau 20

    mg > rendah dari kadar

    glukosa darah

    Kadar glukosa rendah pada neoplasma,

    inflamasi & infeksi bakteri

    a) Tujuan

    - Mengukur tekanan pada ruang sub arachnoid dengan menggunakan manometer

    - Memperoleh LCS/ CSF untuk pemeriksaan

    - Untuk menentukan adanya daarah dalam cairan cerebro spinalis

    - Memeriksa hambatan pada spinal yang disebabkan oleh lesi pada medulla spinalis

    - Memasukkan zat contras atau udara guna pemeriksaan diagnostic

    - Melakukan spinal anestesi dan memasukkan obat

    - Pada kondisi tertentu dapat sedikit menurunkan tekanan intra cranial.

    b) Kontraindikasi

    - Pada klien yang menunjukkan tanda-tanda peningkatan TIK karena lumbal punksi akan

    menurunkan tekanan yang tiba-tiba sehingga terjadi pergeseran jaringan otak (herniasi otak)

    melalui foramen magnum selanjutnya akan menimbulkan tekanan pada medulla oblongata

    atau kompresi

    - Pada klien dengan infeksi kulit sekitar area punksi karena infeksi dapat masuk kedalam LCS

    - Klien dengan deformitas lumal

    c) Perawatan sebelum prosedur

  • 7/21/2019 Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah Sistem Neurologi

    20/23

    - Memberikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang tujuan LP, apa yang akan klien

    rasakan, peran serta klien selama prosedur berlangsung.

    - Minta klien menandatangani surat persetujuan dilakukan tindakan

    - Klien diminta BAB dan BAK sebelum prosedur

    - Periksa catatan medik untuk menilai adanya kontra indikasi seperti peningkatan tekanan

    intracranial atau gangguan degenerasi sendi- Kaji riwayat alergi terhadap obat-obat yang akan di gunakan untuk lokal anestesi atau obat

    yang akan dimaksukkan (Radiopaque dye)

    d) Perawatan setelah prosedur

    - Mengevaluasi TTV

    - Klien dianjurkan untuk tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa jam (3-12

    jam) setelah prosedur LP untuk mengurangi resiko sakit kepala dan mengembalikan sirkulasi

    liquor.

    - Minum banyak cairan dapat membantu mengembalikan volume CSF

    2) Myelography

    Myelogram adalah pemeriksaan x-ray yang digunakan untuk menentukan penyebab nyeri,

    baal dan/atau kelemahan di area punggung, tangan kaki. Selama tes, medium kontras

    disuntikkanke dalam kanal spinal untuk dapat memberikan gambaran spinal cord dan saraf

    a) Perawatan sebelum prosedur

    - Tidak ada pemeriksaan diagnostik kecuali klien memiliki riwayat masalah perdarahan atau

    kondisi seperti penyakit ginjal atau gagal ginjal

    -. Medikasi : jangan mengkonsumsi aspirin atau produk yang mengandung aspirin- Jika klien menderita DM : tetap berikan insulin dan sarapan sebelum jam 8 pagi, tidak boleh

    makan lagi setelah sarapan

    - Jangan mengenakan perhiasan dan selama prosedur :

    * Premedikasi, walaupun jarang diperlukan, dapat membuat klien relaks dan mengantuk

    * Klien pakai gaun khusus RS selama pemeriksaan

    * Klien dianjurkan untuk tengkurap

    * Bagian punggung dibersihkan dengan antiseptik, kemudian diberikan anestesi local

    * Saat area tsbmenjadi baal, materi kontras disuntikkan ke dalam kanal

    spinal

    * Klien dapat merasakan sedikit rasa tidak nyaman atau sedikit pusing

    b) Perawatan setelah prosedur

    4) Pemantauan Tekanan Intrakraniala) Indikasi pemantauan/pengukuran TIK adalah cedera kepala, hemoragi subarachnoid, tumor

    otak, henti jantung, stroke dan pembedahan

    b) KontraindikasiKontraindikasi dan pengukuran TIK adalah infeksi sistemik atau infeksi local pada area penusukan

    alat pemantauan TIK.

  • 7/21/2019 Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah Sistem Neurologi

    21/23

    c) Prosedur

    Teknik IntraventrikularTeknik initerdiri atas pemasangan kedalam ventrikel lateral. Lubang ulir bersekrup atau lubang burpada bagian lateral kearah midline setinggi sutura korona, biasanya ditempatkan pada daerah yangtidak dominan. Kateter ventrikulostomi dipasang melalui serebrum kedalam kornu anterior ventrikel

    lateral. Dihubungkan ke kateter ventricular melalui stopkok atau selang bertekanan yang disebuttransduser. Larutan ringer laktat steril digunakan untuk mengisi cairan pada kolumna antara CSF dandiafragma transducer.

    Keuntungan: Pengukuran tekanan lang sung CSF Akses untuk drainase atau sample CSF

    Akses untuk menentukan respon-respon tekanan-volume Akses untuk memasukkan obat-obat

    Kerugian: Memerlukan punksi otak

    Kesulitan dalam menentukan letak ventrikel lateral

    Sumbatan pada kateter oleh komponen cairan atau dinding ventrikel Risiko terhadap hemoragi atau infeksi intrakranial

    Teknik SubaraknoidDevice mur dimasukkan melalui lubang ulir drill dan dijulurkan kedalarn spasium subdural atausubaraknoid. Walaupun serebrum tidak terpenetrasi, tekanan seperti pada teknik intraventrikular,

    diukur lang sung dan CSF. Transducer yang berisi larutan RL dihubungkan langsung dengan stopkokpada mur. Seperti halnya pada setiap teknik pemantauan TIK, device flus kontinu merupakankontraindikasi.

    Keuntungan:

    Pengukuran tekanan langsung dan CSF

    Tidak perlu penetrasi serebrum untuk menentukan letak ventrikel Akses untuk drainase dan pengambilan sample CSF

    Mudah pemasangannya.

    Kerugian:

    Berisiko terhadap komplikasi dibanding dengan teknik intraventrikuler

    Perlu melakukan penutupan tulang kepala

    Kemungkinan penyumbatan pada device pengukur karena TIK yang tinggi

    Kemungkinan pengukuran T1K dibawah perkiraan saat tekanan inimeningkat

    Teknik intra parenkimalKateter dimasukkan melalui baut kecil subaraknoid, dan setelah melakukan fungsi durameter

    dan mengkoagulasi membran araknoid, kateter didorong lebih dalam ke masa putih otak.

    Keuntungan:

    Akurat

    Mudah pemasangan

    Tidak ada system pengisian cairan dan udara

    Mengurangi efek tekanan hidrostatik

    Meminimalkan artifak-artifak, penyimpangan, kebocoran dan infeksi

    Tidak perlu penyelarasan setelah pemasangan

    Tidak perlu kalibrasi

    Tidak ada pengaruh terhadap posisi transducer

    Kerugian: Kateter akan rusak dengan lengkungan

  • 7/21/2019 Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah Sistem Neurologi

    22/23

    Tidak ada rute untuk drainase dan CSF

    Tidak bisa kembali ke titik nol

    Memerlukan peralatan yang baik

    Teknik Epidural

    Teknik mi memerlukan pemasangan alat epidural seperti balon dengan radionukleid,radiotransmiter atau serat optik atau transducer pneumatic antara tulang tengkorak dengan

    duramater.

    Keuntungan:

    Kurang invasive Pemanfaatan transducer tertentu untuk pemantauan ubun-ubun anterior

    Kerugian:

    Tekanan CSF yang ditunjukkan masih dipertanyakan

    Waktu respon lambat

    Tidak ada rute untuk drainase dan CSF

    Tidak bisa ke titik nol

    . Teknik Telenetri

    Dua keutamaan penggunaan teknik iniadalah menurunkan risiko infeksi dan pemantauanjangka panjang, seperti Mien yang mengalami hidrosefalus, ensefalopati metabolic dan tumorotak dengan terapi.

    D. Interpretasi hasil

    c. Tes diagnostic fungsi Non invasive

    1) Evoked Potential Studies (EP)

    EP merupakan suatu manifestasi listrik dari respon otak terhadap stimulus eskternal, seperti

    pendengaran, penglihatan, somatik atau kombinasi ketiganya. EP dapat digunakan untuk

    membantu diagnosis kebutaan, tuli, multiple sclerosis, GBS dan cedera batang otak

    d. Tes Diagnostik fungsi invasive

    1) Test Kalori

    Test Kalori bertujuan untuk mengetahui fungsi vestibular dari saraf cranial ke-VIII dan

    membantu diferensial diagnosis pada serebelum dan lesi batang otak.

    2) Electromyography (EMG)

    EMG berfungsi untuk mengukur aksi potensial otot-otot skeletal.EMG mampu

    mendiagnostik secara objektif penyakit-penyakit neuromuskular

    3) Biopsi Otot

  • 7/21/2019 Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah Sistem Neurologi

    23/23

    Biopsi Otot berfungsi untukmendiagnosis dan membedakan gangguan neuropathi dan

    myopathi

    4) Pengkajian Seluler

    Pengkajian Seluler berbentuk analisis kromosom yang digunakan untuk membantu diagnosis

    beberpa kondisi-kondisi abnormal neurologis dan bahan dasar konseling di keluarga untuk

    pembuktian malformasi neurologis kongenital.

    DAFTAR PUSTAKA

    Ackly & Badwin, (2004) Nursing Diagnosis Handbook, A Guide to Planning Care, 6th ed,

    Mosby Inc, St.Lous, Missouri.

    Arlene, (1996) Care Pr insiples and Practice of Medical Surgical Nur sing, WB Saunders

    Company, Philadelphia

    Black, (2005) Medical Surgical Nursing Clini cal M anagement for Contiuni ty of Care, 5th ed.

    WB Saunders Company, Philadelphia.

    Brunner & Suddarths (1996) Texbook of Medical Surgical Nur sing,8th ed, Lippincot-Raven

    Pub, Philadelpia

    Burrel & Barlack, (1997) Nur sing Management of Adult with Neurologic Problem, 2nd ed,

    Appleton & Lange, USA

    Hudak & Gallo, (1998) Cri tical Care Nursing a Hol istic Approach, Lippincot-Raven Pub,Philadelpia

    Polaski, (1996), Lucmanns Core Prinsiples and Practice od Medical Surgical Nursing, 1st ed,

    WB Saunders Company, Philadelphia

    Nursing Education Physical Assessment (2006) Neuro Exam.Diambil pada 11 September 2006

    dari http://www.med-ed.virginia.edu/courses/pom1/pexam/neuroexam

    http://www.med-ed.virginia.edu/courses/pom1/pexam/neuroexamhttp://www.med-ed.virginia.edu/courses/pom1/pexam/neuroexamhttp://www.med-ed.virginia.edu/courses/pom1/pexam/neuroexamhttp://www.med-ed.virginia.edu/courses/pom1/pexam/neuroexam