maria tingkat pengembangan_tanah_ekspansif

15
SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 2, Juli 2014 ___________________________________________________________________________ 75 TINGKAT PENGEMBANGAN DAN KANDUNGAN MINERAL TANAH EKSPANSIF STUDI KASUS: KAWASAN INDUSTRI GATOT SUBROTO KAV. 25 SEMARANG Maria Wahyuni Fakultas Teknik Unika Soegijapranata ABSTRAKSI Expansive soil atau lebih dikenal dengan istilah tanah mudah mengembang banyak sekali dijumpai diberbagai daerah di Indonesia pada umumnya dan di kota Semarang pada khususnya. Penelitian tanah mudah mengembang ini mengambil lokasi di Kawasan Industri Candi Gatot Subroto Kav. 25 Semarang. Secara visual, lapisan pada permukaan tanah di lokasi ini menunjukkan pola retakanretakan yang cukup lebar serta tanah mudah hancur jika terkena air. Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan jenis tanah adalah lempung warna abuabu dengan plastisits tinggi (CH). Nilai Liquid Limit 53.91%- 92.51% dan Index Plastisitas berkisar antara 28.82% - 61.42%. Void ratio (e) berkisar antara 0.87 1.16 dan swelling yang dilakukan dengan uji konsolidsi berkisar antara 2.64% - 17.62% dan menunjukkan tingkat pengembangan yang relative tinggi. Mineral yang terdapat dalam lapisan tanah mudah mengembang di lokasi ini komposisi mineral meliputi kuarsa, kalsit, kaolinite dan monmorilonite. Kata kunci: expansive, soil, pengembangan, komposisi, mineral PENDAHULUAN Tanah sebagai material yang secara alami terbentuk didunia ini mempunyai sifat yang sangat menarik untuk dicermati. Dalam satu lokasi atau kawasan yang sama, sifat tanah bisa berbeda dan bisa memiliki karakter tanah yang mempengaruhi bangunan di atasnya secara berbeda juga. Tanah menurut klasifikasi berdasarkan ukuran butir tanah dibedakan menjadi tanah berbutir kasar dan tanah berbutir halus. Tanah berbutir kasar diantaranya adalah pasir dan kerikil, sementara itu untuk tanah yang berbutir halus diantaranya adalah tanah lanau dan tanah lempung. Sifat khusus dari tanah lempung akan lebih terlihat dari kandungan mineral yang ada didalam butiran tanah tersebut. Tanah mudah mengembang atau expansive soil merupakan salah satu jenis tanah berbutir halus yang memiliki sifat mudah mengembang apabila terendam oleh air dan mudah mengalami penyusutan yang relative besar pada saat tanah

Upload: kusmira

Post on 15-Apr-2017

39 views

Category:

Engineering


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Maria tingkat pengembangan_tanah_ekspansif

SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 2, Juli 2014

___________________________________________________________________________

75

TINGKAT PENGEMBANGAN DAN KANDUNGAN MINERAL

TANAH EKSPANSIF

STUDI KASUS: KAWASAN INDUSTRI GATOT SUBROTO

KAV. 25 SEMARANG

Maria Wahyuni

Fakultas Teknik Unika Soegijapranata

ABSTRAKSI

Expansive soil atau lebih dikenal dengan istilah tanah mudah mengembang

banyak sekali dijumpai diberbagai daerah di Indonesia pada umumnya dan di kota

Semarang pada khususnya. Penelitian tanah mudah mengembang ini mengambil

lokasi di Kawasan Industri Candi Gatot Subroto Kav. 25 Semarang. Secara visual,

lapisan pada permukaan tanah di lokasi ini menunjukkan pola retakan–retakan

yang cukup lebar serta tanah mudah hancur jika terkena air. Hasil penelitian di

laboratorium menunjukkan jenis tanah adalah lempung warna abu–abu dengan

plastisits tinggi (CH). Nilai Liquid Limit 53.91%- 92.51% dan Index Plastisitas

berkisar antara 28.82% - 61.42%. Void ratio (e) berkisar antara 0.87 – 1.16 dan

swelling yang dilakukan dengan uji konsolidsi berkisar antara 2.64% - 17.62%

dan menunjukkan tingkat pengembangan yang relative tinggi. Mineral yang

terdapat dalam lapisan tanah mudah mengembang di lokasi ini komposisi mineral

meliputi kuarsa, kalsit, kaolinite dan monmorilonite.

Kata kunci: expansive, soil, pengembangan, komposisi, mineral

PENDAHULUAN

Tanah sebagai material yang secara

alami terbentuk didunia ini mempunyai

sifat yang sangat menarik untuk dicermati.

Dalam satu lokasi atau kawasan yang

sama, sifat tanah bisa berbeda dan bisa

memiliki karakter tanah yang

mempengaruhi bangunan di atasnya secara

berbeda juga.

Tanah menurut klasifikasi berdasarkan

ukuran butir tanah dibedakan menjadi

tanah berbutir kasar dan tanah berbutir

halus. Tanah berbutir kasar diantaranya

adalah pasir dan kerikil, sementara itu

untuk tanah yang berbutir halus

diantaranya adalah tanah lanau dan tanah

lempung. Sifat khusus dari tanah lempung

akan lebih terlihat dari kandungan mineral

yang ada didalam butiran tanah tersebut.

Tanah mudah mengembang atau

expansive soil merupakan salah satu jenis

tanah berbutir halus yang memiliki sifat

mudah mengembang apabila terendam

oleh air dan mudah mengalami penyusutan

yang relative besar pada saat tanah

Page 2: Maria tingkat pengembangan_tanah_ekspansif

SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 2, Juli 2014

___________________________________________________________________________

76

mengering. Kondisi ini berdampak buruk

terhadap bangunan yang ada di atasnya.

Pada kondisi ekstrim, dampak dari

pengembangan tanah jenis ini dapat

mengakibatkan lantai bangunan di atasnya

pecah dan pondasi bangunan dapat

bergeser dari posisinya.

Penelitian tentang tingkat

pengembangan dan kandungan mineral

tanah ekspansif yang mengambil lokasi di

Kawasan Industri Candi Gatot Subroto

Kav. 25 Semarang Barat menunjukkan

kondisi tanah yang terbentuk secara alami

ini. Dalam satu lokasi lahan, warna tanah

yang saling berdekatan bisa jauh berbeda.

Secara visual, lokasi Kawasan Industri

Candi Gatot Subroto menunjukkan kondisi

geologi perbukitan dengan kondisi lapisan

tanah yang teguh dan keras, apalagi

ditunjang dengan keberadan kawasan ini

adalah di daerah perbukitan.

Gambar 1. Kondisi Lokasi Studi Kasus Penelitian yang menunjukkan kondisi lokasi studi

penelitian tanah ekspansif dan batas – batas lahan.

METODE PENELITIAN

Page 3: Maria tingkat pengembangan_tanah_ekspansif

SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 2, Juli 2014

___________________________________________________________________________

77

Untuk melakukan penelitian di lokasi

ini, setelah mendapatkan ijin dari pemilik

lahan, dilakukan beberapa tahap

pengambilan sampel tanah. Adapun tujuan

dari tahapan pengambilan sampel tanah

adalah untuk menentukan pengujian

lapangan yang lebih tepat dilakukan di

lokasi ini. Selanjutnya, berikut ini

ringkasan sederhana metode penelitian

yang telah dilakukan.

Observasi Lapangan

Metode ini dilakukan untuk

mengetahuikarakteristik tanah secara

visual sebelum pengambilan sampel tanah

dilakukan. Beberapa petunjuk yang ada di

lapangan terkait dengan kondisi dan

informasi lahan didata untuk menentukan

langkah – langkah pelaksanaan penelitian

berikutnya. Peralatan yang lebih banyak

digunakan adalah kamera.

Pengambilan Sampel Tanah

Sampel tanah untuk tahap awal

penelitian dilakukan pada bagian

permukaan tanah yang secara visual

terlihat berbeda warnanya. Pada saat

observasi, warna tanah yang terlihat di

permukaan meliputi coklat muda

kekuningan; coklat tua dan abu – abu.

Ketiga sampel tanah dengan warna yang

berbeda diambil dengan menggunakan alat

cangkul seperti tampak pada gambar

berikut ini.

Gambar 2. Pengambilan Sampel Tanah

Page 4: Maria tingkat pengembangan_tanah_ekspansif

SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 2, Juli 2014

___________________________________________________________________________

78

Pemboran Dalam dan Standard Penetration Test

Pemboran dalam menggunakan alat bor mesin dilakukan untuk mengetahui jenis tanah

yang ada di bawah permukaan tanah serta mengetahui loksi muka air tanahnya. Sementara itu

Standard Penetration Test (SPT) dilakukan untuk mengetahui tingkat kekerasan dari lapisan

tanah yang ada di bawah permukaan tanah. Pemboran dalam dilakukan pada dua (2) titik yang

berbeda dan dengan kedalaman masing – masing lubang bor 30.00 m dari permukaan tanah

eksisting. Untuk SPT dilakukan pada setiap interval kedalaman 2.00 m. Pemboran dan SPT

dilakukan oleh CV. Georekayasa Semarang.

Gambar 3. Pemboran Dalam dan Standard Penetration Test

Sampel tanah yang sudah terambil dari lubang bor selanjutnya dimasukkan ke dalam core-

box atau kotak sampel. Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui jenis tanah dari

permukaan tanah hingga akhir kedalaman pemboran. Gambar berikut ini menunjukkan core-

box berikut sampel tanahyang sudah diambil.

Gambar 4. Core Box Sampel Tanah

Page 5: Maria tingkat pengembangan_tanah_ekspansif

SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 2, Juli 2014

___________________________________________________________________________

79

Pengujian Sifat Dasar Sampel Tanah

Sampel tanah yang telah diambil dari

lapangan, sebagian digunakan untuk diuji

dilaboratorium guna mendapatkan sifat –

sifat dasar dari tanah. Untuk sifat dasar

tanah dilakukan di laboratorium Mekanika

Tanah Unika Soegijapranata Semarang dan

PT. Geotechnical Engineering Consultant

Bandung.

Pengujian kandungan mineral sampel

Kandungan mineral tanah lempung mudah

mengembang perlu diketahui. Hal ini

untuk lebih memastikan kebenaran dari

tanah mudah mengembang serta tingkat

pengembangannya. Untuk mengetahui

kandungan mineralnya pengujian

dilakukan pengujian XRD di TEKMIRA

Bandung.

HASIL PENELITIAN

Observasi Lapangan

Berdasarkan hasil observasi di

lapangan, kondisi lahan pada saat musim

penghujan menunjukkan tanaman rumput

tumbuh sangat subur dan cepat. Lahan

yang pada awalnya sudah dibersihkan akan

dengan cepat tertutup oleh rumput yang

relative tinggi. Pada saat musim kemarau

atau pada saat panas dan tanah mulai

mengering, permukaan tanah yang awalnya

berair dan tanahnya mudah hancur

menunjukkan retakan – retakan yang

menunjukkan jarak antar retakan relative

lebar. Meskipun di belakang tahan terdapat

tanah berbukit, namun tanah pada bukit

tersebut terlihat mulai melapuk serta

terdapat sumber- sumber air kecil yang

terus mengalir kea rah lahan bagian bawah.

Gambar berikut ini menunjukkan hasil

observasi di lapangan selama pelaksanaan

penelitian.

(a) Kondisi awal observasi penelitian

(b) Kondisi saat uji bor dan SPT

Page 6: Maria tingkat pengembangan_tanah_ekspansif

SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 2, Juli 2014

___________________________________________________________________________

80

(c) Kondisi tanah terendam air

(d) Kondisi tanah mengering

Gambar 5. Tanaman Tumbuh Subur & Permukaan tanah Retak -Retak

Terlihat pada gambar tersebut area di bagian belakang lahan berupa tanah berbukit. Secara

kasat mata, lapisan tanah trelihat teguh dan keras. Pada kenyataannya yang terjadi di

lapangan, lapisan tanah yang terlihat teguh dan keras ini jika terkena air menjadi mudah rapuh

atau pecah. Beberapa dokumentasi ini menunjukkan kondisi tanah setelah hujan dan

mongering serta kerusakan bangunan yang terjadi pada lokasi di sebelah lahan penelitian ini.

Dugaan sementara, tanah di lokasi ini merupakan tanah yang mudah mengalami

pengembangan dan penyusutan atau dikenal sebagai expansive soil.

Hasil Pemboran Dalam dan SPT

Denah lokasi titik bor dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Page 7: Maria tingkat pengembangan_tanah_ekspansif

SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 2, Juli 2014

___________________________________________________________________________

81

B1

B2

BUKIT

JALAN RAYA

PA

BR

IK/

KA

NT

OR

Gambar 6. Denah Lokasi Titik Bor dan SPT

Secara garis besar hasil dari uji pemboran dan SPT untuk kedua lokasi titik bor adalah

sebagai berikut: Secara keseluruhan, jenis tanah yang ditunjukkan dari hasil pemboran di

tempat ini secara visual adalah lempung bewarna abu – abu kebiruan atau abu – abu

kehitaman. Muka air tanah yang diukur setelah selesai pemboran berada pada kedalaman -

4.30 m (lokasi B1) dan pada -6.20 (lokasi B2).

Berdasarkan nilai SPT yang telah dilakukan pada setiap interval 2.00 m menunjukkan

konsistensi lapisan tanah yang keras. Nilai SPT dari awal pengujian hingga akhir

pengujian dikedalaman 30.00 m menunjukkan angka di atas 30 pukulan/30cm.

Berdasarkan table 1 (Atkinson), nilai SPT > 20 pukulan menunjukkan konsistensi lapisan

tanah yang sangat kuat/keras (very hard).

Page 8: Maria tingkat pengembangan_tanah_ekspansif

SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 2, Juli 2014

___________________________________________________________________________

82

:

: :

: :

: :

: :

SAMPLE TYPE : : :

BACKFILL TYPE :

0

9 20

13 20

consistency hard

consistency hard

100%

100%

100%

17

PROJECT KAWASAN INDUSTRI GATOT SUBROTO KAV. 25

LOCATION SEMARANG DIISKRIPTION BY Suparman

DEPT OF GWL

Bor No. BH-01

22-May-13 DATE FINISH 25-May-13

4,30 m

ELEVATION EXISTING

Krucov Damanik

Note : Pengamatan GWL Saat Pelaksanaan PengeboranUDS & DS DEPT OF BOR 30,0 m ( 0-30m) TYPE OF HAMMER

MASTER BOR

DATE START

0

40

Automatic Hammer

US

C

% o

f C

ore

SO

IL S

YM

BO

L

SOIL DESCRIPTION

ELE

VA

TIO

N (

m)

45

0

1 -1

Lempung, warna bau - abu kebiruan

2 11

100%

1,5-2,0

UDS20

N1 N2 N3 N25 355 15

20 30 5010

3

55

0

Depth

(m

)

Depth

of G

WL

SPT (N)STANDARD PENETRATION (N)

60

100%

15 20

-3

32

35

-9

-8

-7

-19

37

consistency hard

-5

6 8 18 22 40

4 8

-6

-4

5

5,5-6,0

UDS

8 8

11

9

13

12

10

13 19

7

-2

18 10 21

17

10 22

15

14

16

56

48

10 22 28

5020 13 23 27

28

25

25

31

100%

19

21

23

24 14

22 11 23

20,5-21,0

-27

-21

29

-23

-24

-2252Lempung, warna bau - abu kebiruanconsistency hard

UDS

-25

-20

-26

29 -29

26 7 22 26

9 22

27

-30

25 47 -28

Lempung, warna bau - abu consistency hard

29,5-30,0

30 9 19 23 42 UDS

KONTRAKTOR KONSULTAN PELAKSANA

-12

-16

-17

-15

( SUPARMAN )

27 48

50

45

48

-10

-13

-18

-14

-11

9,5-10,0

UDS

15,5-10,0

UDS

23 43

25

26

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

Lempung kepasiran, coklat keabuan,

Lempung, warna bau - abu

Lempung, warna bau - abu kebiruanconsistency hard

Lempung, warna bau - abu kehitaman

Lempung, warna bau - abu

consistency hard

Lempung, warna bau - abu

Lempung bercampur bahan organik, warna hitamconsistency hard

Lempung, warna bau - abu kebiruan

consistency hard

consistency hard

Lempung, warna bau - abu kebiruanconsistency hard

consistency hard

Lempung kepasiran, warna bau - abu

consistency hard

Lempung, warna bau - abu consistency hard

Lempung, warna bau - abu kebiruan

Lempung, warna bau - abu kehitaman

GWL

CV. GEOREKAYASASoil Investigation, Geotechnics, Surveys

and Engineering Services

Gambar 7a. Borlog B1

Sumber: CV. Georekayasa Semarang

Page 9: Maria tingkat pengembangan_tanah_ekspansif

SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 2, Juli 2014

___________________________________________________________________________

83

:

: :

: :

: :

: :

SAMPLE TYPE : : :

BACKFILL TYPE :

0

consistency hard

consistency hard

Lempung, warna bau - abu kehitaman

consistency hard

Lempung, warna bau - abu

Lempung, warna bau - abu kehitaman

Lempung, warna bau - abu kehitaman

Lempung bercampur bahan organik, warna hitam

Lempung, warna bau - abu kebiruan

Lempung, warna bau - abu kebiruan

consistency hard

Lempung, warna bau - abu kehitamanconsistency hard

Lempung, warna bau - abu kebiruanconsistency hard

Lempung sedikit pasir , warna bau - abu

Lempung, warna bau - abu consistency hard

9,5-10,0

UDS

15,5-10,0

UDS

100%

100%

100%

24 42

25

25 46

39

46

49

-10

-13

-18

-14

-11

-12

-16

-17

-15

( SUPARMAN )

KONTRAKTOR KONSULTAN PELAKSANA

30 9 18 23 41 UDS -30

28 51 -28

Lempung, warna bau - abu consistency hard

29,5-30,0

100%

-26

29 -29

26 16 27 31

13 23

27

UDS

-25

-20

20,5-21,0

-27

-21

27

-23

-24

-2251Lempung, warna bau - abu consistency hard

19

21

23

24 15

22 18

28

24

25

29

20 18 22 27

24

53

58

15 16 23

49

16 22 27

15

14

18 16 21

17

16

11

9

13

12

10

-6

-4

-2

4 6

5

5,5-6,0

UDS

8 8 15 23

7

-5

6 6 13 18 31

11 16

-3

38

27

-9

-8

-7

-19

5010

3

55

0

Depth

(m

)

Depth

of G

WL

SPT (N)STANDARD PENETRATION (N)

60

25 355 15

N1 N2 N3 N

0

1 -1

2 5

consistency very stiff20

Lempung, warna bau - abu kehitaman

20 30 40

Automatic Hammer

US

C

% o

f C

ore

SO

IL S

YM

BO

L

SOIL DESCRIPTION

ELE

VA

TIO

N (

m)

45

Note : Pengamatan GWL Saat Pelaksanaan PengeboranUDS & DS DEPT OF BOR 30,0 m ( 0-30m) TYPE OF HAMMER

MASTER BOR

DATE START

0 ELEVATION EXISTING

PROJECT KAWASAN INDUSTRI GATOT SUBROTO KAV. 25

LOCATION SEMARANG DIISKRIPTION BY Suparman

Bor No. BH-02

14 21

13 18

29-May-13

6,20 mKrucov Damanik DEPT OF GWL

26-May-13 DATE FINISH

100%

100% Lempung kepasiran, abu-abu kehitaman,

Lempung, warna bau - abu kecoklatan

7

1,5-2,0

UDS13

Lempung, warna bau - abu kehitamanconsistency hard

consistency very stiff100%

100%Lempung, warna bau - abu kehitaman

100%

Lempung, warna bau - abu kecoklatanconsistency hard

consistency very stiff

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

GWL

CV. GEOREKAYASASoil Investigation, Geotechnics, Surveys

and Engineering Services

Gambar 7b. Borlog B2

Sumber: CV. Georekayasa Semarang

Page 10: Maria tingkat pengembangan_tanah_ekspansif

SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 2, Juli 2014

___________________________________________________________________________

84

Tabel 1. Korelasi Empiris NSPT – su atau cu (M.F. Atkinson)

NSPT Konsistensisu atau cu

(kN/m2)

< 2 sangat lunak < 20

2 - 4 lunak 20 - 40

4 - 10 sedang 40 - 75

10 - 20 kuat 75 - 150

> 20 sangat kuat > 150

Hasil Uji Laboratorium

Uji laboratorium yang dicantumkan dalam laporan ini diambil dari sampel tanah hasil

pemboran dalam. Interval kedalaman uji yang dilakukan adalah -1.50; -550; -9.50; -15.50; -

20.50 dan -29.50.

Berdasarkan klasifikasi tanah menggunakan metode USCS, tanah masuk dalam klasifikasi

lempung dengan plastisitas tinggi (CH = Clay high plasticity). Kondisi plastisitas tinggi

ditunjukkan dari Nilai Liquid Limit (LL) yang mencapai lebih dari 50%. Sementara itu jenis

tanah lempung ditunjukkan dari persen lolos saringan no. 200 (0.075 mm) yang lebih dari

50% dari total berat kering tanah pada waktu disaring.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

0 20 40 60 80 100

LL (%)

PL (%)

PI(%)

LL; PL; PI (%)

De

pth

(m

)

0

5

10

15

20

25

30

35

40

0 20 40 60 80 100

LL (%)

PL (%)

PI(%)

LL; PL; PI (%) Lokasi B2

De

pth

(m

)

Gambar 8. Grafik hubungan LL; PL; PI vs Depth

Page 11: Maria tingkat pengembangan_tanah_ekspansif

SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 2, Juli 2014

___________________________________________________________________________

85

Sementara itu hasil uji LL; PL dan PI dari sampel tanah yang diambil dipermukaan yang

diambil secara manual menggunakan cangkul (sampel A, B dan C) juga menunjukkan nilai

plastisitas yang lebih dari 50%.. Tabel berikut ini menunjukkan nilai LL; PL dan PI dari

ketiga sampel tanah yang telah diuji.

Tabel 2. Hasil Uji LL; PL; PI Sampel A, B dan C

No Sampel LL (%) PL(%) PI(%)

1 Tanah A 69.8 20 49.8

2 Tanah B 71.4 22.2 49.2

3 Tanah C 69.2 21.2 48

Sumber: Wahyuni, M., 2013

Berdasarkan nilai Liquid Limit yang ternyata > 60% dan nilai Plastic Index yang > 35%.

Kondisi ini menunjukkan bahwa sampel tanah yang diambil bersifat sangat expansif.

Hasil Uji Mineral

Untuk mengetahui kandungan mineral yang ada pada tanah lempung ekspansif yang

sedang diteliti ini, maka sampel tanah baik dari sampel yang diambil secara manual (sampel

A, B dan C) maupun sampel tanah yang diambil dari pemboran dalam pada beberapa interval

kedalaman dilakukan uji XRD. Pengujian dilakukan di laboratorium TEKMIRA Bandung.

Menurut literature, sedikit kandungan mineral montmorilonit akan memberikan pengaruh

besar terhadap sifat mudah mengembang pada tanah.

Berdasarkan hasil uji XRD yang telah dilakukan baik terhadap sampel A, B, C maupun

sampel hasil bor dalam diketahui bahwa sampel tanah yangmengandung mineral

montmorilonit hanya pada sampel tanah A, B dan C saja, yang diambil di bagian permukaan

tanah. Rekap hasil kandungan mineral tanah lempung ekspansif dapat dilihat pada table–table

berikut ini.

Page 12: Maria tingkat pengembangan_tanah_ekspansif

SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 2, Juli 2014

___________________________________________________________________________

86

Tabel 3. Hasil Uji XRD

No. Kode Contoh Komposisi Mineral

1. A Kuarsa; Kalsit; Kaolinit; Monmorilonit

2. B Kuarsa; Kalsit; Kaolinit; Monmorilonit

3. C Kuarsa; Kalsit; Monmorilonit; Kaolinit

Sumber: Wahyuni, M., 2013

Tabel 4. Hasil Uji XRD Bor B1 dan B2

No. Kode Contoh Komposisi Mineral

1. BH01-1.5 - 2.0 Kalsit, Kuarsa, Ilit, Kaolinit

2. BH01-5.5 - 6.0 Kuarsa, Kalsit, Ilit

3. BH01-9.5 - 10.0 Kalsit, Kuarsa, Ilit, Kaolinit

4. BH01-15.5 - 16.0 Kalsit, Kuarsa, Ilit, Albit, Kaolinit

5. BH01-20.5 - 21.0 Kalsit, Kuarsa, Ilit, Albit, Kaolinit

6. BH01-29.5 - 30.0 kuarsa, Ilit, Kalsit, Albit, Kaolinit

7. BH02-1.5 - 2.0 Kuarsa,Kalsit, Ilit, Kaolinit

8. BH02-5.5 - 6.0 Kuarsa,Kalsit, Ilit, Kaolinit

9. BH02-9.5 - 10.0 Kuarsa,Kalsit, Ilit, Kaolinit

10. BH02-15.5 - 16.0 Kuarsa, Kalsit, Anortit, Ilit, kaolinit

11. BH02-20.5 - 21.0 Kuarsa, kalsit, Ilit, Kaolinit

12. BH02-29.5 - 30.0 Kuarsa, kalsit, Ilit, Kaolinit

Sumber: Wahyuni, M., 2013

Page 13: Maria tingkat pengembangan_tanah_ekspansif

SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 2, Juli 2014

___________________________________________________________________________

87

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dengan

data yang diambil dari penyelidikan

lapangan maupun laboratorium, diambil

beberapa kesimpulan dan saran sebagai

berikut:

1. Berdasarkan hasil uji bor dalam,

jenis tanah secara visual adalah

tanah lempung warna abu – abu,

dengan muka air pada kedalaman

antara 4.30 m – 6.20 m dari

permukaan tanah. Ada

kemungkinan air ini adalah air yang

terperangkap didalam lapisan

tanah.

2. Hasil uji laboratorium untuk

klasifikasi tanah menurut metode

USCS, jenis tanah adalah tanah

lempung dengan plastisitas tinggi

(CH).

3. Tanah lempung di lokasi penelitian

memiliki karakteristik secara visual

yang keras pada saat kering dan

sangat halus dan lengket pada saat

basah. Tanah ini mudah sekali

menjadi hancur dan lunak pada saat

jenuh air

4. Sifat mudah mengembang dapat

dilihat dari kecepatan kehancuran

bongkahan tanah kering mudah

mengembang ini pada saat

direndam dalam air

5. Hasil uji di laboratorium Mekanika

Tanah Unika Soegijapranata

Semarang dari 3 sampel tanah yang

diuji menunjukkan nilai kadar air

natural rata – rata sebesar 30%.

Sementara itu hasil dari uji

Atterberg limits menunjukkan nilai

LL berkisar antara 69 - 70 %; PL

berkisar antara 20 - 22 % dan PI

berkisar antara 48 - 50 %

6. Hasil yang tidak jauh beda juga

ditunjukkan pada sampel tanah

yang diuji di laboratorium PT. GEC

Bandunguntuk nilai LL; PL dan PI.

Kondisi nilai LL yang lebih besar

dari 50% menunjukkan sifat

pengembangan yang sangat tinggi.

7. Kandungan mineral tanah lempung

pada sampel yang diambil di

permukaan tanah menunjukkan

adanya mineral montmorilonite,

sedangkan dari hasil uji dari sampel

yang diambil dari pemboran dalam

tidak menunjukkan adanya mineral

montmorilonite.

8. Saran bagi penelitian lebih lanjut

adalah perlu dilakukan ‘mock up’

pondasi skala 1 : 1 dan diuji coba

selama minimal 1 tahun, melewati

musim penghujan dan kemarau

untuk melihat efek dari

pengembangan dari tanah ekspansif

di lokasi ini.

9. Tahap selanjutnya, dilakukan uji

coba pencampuran tanah ekspansif

dengan material lain sebagai

peredam sifat mudah mengembang

dan menyusut, seperti pencampuran

dengan fly-ash; kapur dan lain

sebagainya.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan banyak terimakasih

kepada berbagai pihak yang telah

membantu dalam proses penelitian ini,

mulai dari perijinan masuk lokasi

Page 14: Maria tingkat pengembangan_tanah_ekspansif

SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 2, Juli 2014

___________________________________________________________________________

88

penelitian hingga penyelidikan labora-

torium maupun lapangan:

1. Bapak Budi, selaku pemilik lahan

tahap awal

2. Ir. Hadi Kumala dan owner pabrik

springbed (lokasi di sebelah lahan

penelitian), yang telah memberikan

banyak masukan tentang kondisi

lokasi di dalam pabrik dan di lokasi

penelitian

3. Bapak A. Tri Andhi, laboran

Laboratorium Mekanika Tanah

Unika Soegijapranata

4. PT. Geonika Utamaperdana,

Semarang

5. CV. Georekayasa, Semarang

6. PT. GEC, Bandung

7. PT. TEKMIRA, Bandung

DAFTAR PUSTAKA

Coduto., D.P., 1994, Foundation and Design, Principles and Practice., Prentice Hall

International, Inc

Das, B.M., 2004, Principles of Foundation Engineering, fifth edition., Thompson

Brooks/Cole

Dunbar, C.O.et.al, 1957, Principles of Stratigraphy., John Wiley & Sons., New York

Foth, H. D., Turk L. M., 1972, Fundamental of Soil Science., John Wiley & Sons Inc; 5th

edition

Millan, M., Earth Science., 1986, Mac Millan Publishing Company.

Mitchel, J.K., Soga,K, 2005, Fundamentals of Soil Behaviour, 3rd

edition., John Wiley

and Sons., New York

Mittal, S., 1988, Pile Foundations Design and Construction pg 9., University of Roorkee

Roorkee., CBS Publishers & Distributors., 11, Daryaganj, New Delhi-110002, India

Nelson., John D., Miller, Debora J., 1992, Expansive Soils, Problem and Practice in

Foundation and Pavement Engineering., John Wiley & Sons Inc

Plummer; Carlson; Geary, Mc., 2007, Physical Geology Eleventh Edition, Mc Graw Hill

Suparman, 2013, Laporan Hasil Penyelidikan Tanah Gatot Subroto K.25., CV. Georekayasa

Semarang

Rahardjo, P.P., 2013, Laporan Faktual Penyelidikan Tanah Kawasan Gatsu Kav.25

Semarang., PT. GEC Bandung

Page 15: Maria tingkat pengembangan_tanah_ekspansif

SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 2, Juli 2014

___________________________________________________________________________

89

Tarbuck., Edward J., Lut., F.K., 1999, Earth, An Introduction to Physical Geology., Sixth

Edition., Prentice Hall

Tomlinson, M. J., 1986, Foundation Design and Construction, 5th

Ed., New York, John Wiley

and Sons

Thompson., 2007, Earth Science and The Environtment., Thompson Brook/Cole.,

Wahyuni, M., 2013, Laporan Sementara Hasil Penyelidikan TanahGatot Subroto K-25

Semarang., PT. GEONIKA UTAMAPERDANA

Wahyuni, M., 2013, Karakteristik Tanah Mengembang dan Penanggulangannya., Penelitian

Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Unika Soegijapranata Semarang