manusia dan kebenaran

12
MANUSIA DAN KEBENARAN Noor Rochman

Upload: noor-rochman

Post on 26-Jan-2017

585 views

Category:

Spiritual


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Manusia dan kebenaran

MANUSIA DAN KEBENARAN

Noor Rochman

Page 2: Manusia dan kebenaran

PENDAHULUAN

• Pertanyaan yang paling sering muncul dalam hati manusia ialah "benarlah'? manusia sering heran, ragu-ragu "Benarkah orang Tuktuk (Samosir) pandai berbahasa Inggris? Benarkah segala besi yang dipanaskan memuai? Benarkah engkau mencintai saya? Benarkah Tuhan ada? Ternyata bahwa dalam segala pertanyaan manusia mau menuju kebenaran. Pengetahuan yang benar bernilai, sedangkan pengetahuan yang salah mau dihindari.

Page 3: Manusia dan kebenaran

Manusia dan Kebenaran• Tema “Manusia dan Kebenaran” adalah tema yang paling pokok

untuk Filsafat Pengetahuan (Epistemologi).• Jalan menuju pengetahuan yang benar tidak sama untuk semua

ilmu. Misal : “Sains”, pengetahuan yang benar terbatas pada dunia empiris. Filsafat, khususnya Metafisika terarah kepada dimensi-ada dan mencakup segala apa yang ada. Untuk segala ilmu, yang paling dasariah adalah persesuaian pengetahuan dengan kenyataan.

• Kebenaran adalah segala pengetahuan yang menuju kebenaran.• Masalahnya ialah hubungan antara pengetahuan dan kenyataan,

Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang sesuai dengan kenyataan. Mungkinkah manusia dapat mengetahui pengetahuan dengan kenyataan yang ada diluar pengetahuannya?

• Pengetahuan yang benar bersifat dinamis, paradoksal, dan multimensional.

Page 4: Manusia dan kebenaran

Dinamis: Menuju Kebenaran

• “Dinamis” berarti manusia tetap “menuju” kebenaran dan tidak berhenti.

• Pengetahuan manusia dipengaruhi masalah evolusi dan sejarah, lingkungan sosial, kebudayaan, dan faktor-faktor individual.

• Oleh karena itu, dalam segala kebenaran hadir relativitas, kata “relatif” berarti “ber-relasi” kepada manusia”. Setiap manusia bersifat unik. Namun demikian, dalam segala keunikan terdapat kesamaan yang menjadi dasar sifat mutlak dan umum.

Page 5: Manusia dan kebenaran

Paradoks: Mutlak dan Relatif• Hubungan antara relatif dan mutlak disebut paradoksal.• Kebenaran tidak mungkin melulu bersifat relatif (relativisme) dan juga

tidak mungkin melulu “mutlak” (dogmatisme atau fundamentalisme).• Kebenaran bersifat relatif, namun sekaligus mutlak.• Paradoks menjadi suatu tantangan, manusia ternyata sulit hidup

dengan paradoks sehingga tergoda untuk menghapus sifat paradoksal itu. Ia cenderung memilih yang satu dan menolak yang lain.

• Dalam Dogmatisme dan Fundamentalisme segala unsur relatif terhapus, sedangkan dalam relativisme dan subjektivisme segalanya bersifat mutlak, tetap, dan umum.

• Kebenaran bersifat relatif, namun tidak sama dengan “relativisme” yang menghapus sifat mutlak dan umum. Relativisme inilah yang bisa merasuki hidup moral dan politik, juga hidup agama.

• Dasar dialog menuju kebenaran harus terbuka satu sama lain dan keterbukaan bagi kenyataan kta dapat bersama-sama menuju kebenaran.

Page 6: Manusia dan kebenaran

Mitos dan Logos• Pada zaman Sokrates krisis kebudayaan diakibatkan oleh proses

Entmythologisierung, dewi-dewi mitologi Yunani sudah mati (Entgotterung). Hal ini menimbulkan goncangan bagi kebudayaan Yunani, mirip dengan pernyataan Nietzsche di zaman kita yakni Gott ist Tod (Tuhan sudah mati).

• Dalam usaha mengataso krisis kebudayaan kamu filsuf Sokrates, Plato, Aristoteles menyumbangkan logos tidak menghapus mitos. Kebenaran mitos lebih dekat pada penghayatan hidup. Logos tidak boleh lepas dari penghayatan.

• Mitos dan logos tidak bertentangan dalam arti kontradiktoris, mereka sama-sama benar tapi terungkap dalam “permainan bahasa” yang berlainan.

Page 7: Manusia dan kebenaran

Multidimensional

• Kebenaran bersifat multidimensional. Metafisika tidak bersifat partikular, tetapi “seluas segala kenyataan”.

• Kenyataan bersifat multidimensional.

Page 8: Manusia dan kebenaran

Aneka Metode Verifikasi

• Cara memverifikasi kebenaran untuk masing-masing dimensi berlain-lainan.

• Dengan metode observasi, tidak dapat dibuktikan bahwa Tuhan ada.

Page 9: Manusia dan kebenaran

Model epistemologi dalam Islam• Bayani: berhasil membesarkan disiplin fiqih (yurisprudensi) dan

teologi, kelemahannya ketika berhadapan dengan teks-teks suci yang berbeda milik komunitas, masyarakat atau bangsa lain.

• Irfani : menghasilkan teori-teori besar dalam sufisme, kelemahannya telah terlanjur baku dalam tarekat-tarekat dg wirid tertentu butuh keberanian lebih untuk mengembalikan citra postif epistemologi irfani.

• Burhani: telah mengantarkan filsafat islam menuju puncak pencapaiannya, kelemahannya terletak pada kenyataan bahwa meski rasional lebih didasarkan atas model pemikiran induktif-deduktif.

• Perlu ditambah epistemologi tajribi penalaran yang mengandalkan eksperimen dan pengamatan objek fisik secara langsung untuk mengatasi persoalan keagamaan kontemporer.

Page 10: Manusia dan kebenaran

Cara mendapatkan pengetahuan• Bayani: pertama berpegang pada redaksi (lafal) teks dengan

menggunakan kaidah bahasa arab, nahwu-sharaf sbg alat analisis. Kedua: menggunakan metode qiyas (analogi) sbg prinsip utama.

• Irfani: butuh persiapan, harus mencapai tingkat spiritual tertentu, sehingga mengalami kesadaran diri (kasyf) sehingga mampu melihat dan memahami realitas diri dan hakikat yang ada sedemikian jelas dan gamblang.

• Burhani: sistem penalaran utama burhani adalah silogisme tetapi tidak setiap silogisme menunjukkan burhani. Sebelum melakukan silogisme ada tiga tahapan yang harus dilalui 1) tahap pengertian (ma’qulat), 2) tahap pernyataan (ibarat), 3) tahap penalaran (tahliat). Premis burhani harus merupakan premis yang benar, primer, yang diperlukan.

Page 11: Manusia dan kebenaran

PENUTUP• Dalam filsafat timur, “menuju kebenaran” adalah proses soteriologis

menuju keselamatan. Filsafat barat masalah paling pokok adalah dualisme atau kesatuan.

• Keyakinan umumnya bertumbuh dan berkembang dalam hidup penghayatan lalu menjadi bahan refleksi ilmiah, mnusia menuju kebenaran dalam penghayatan.

• Keputusan sebagai tempat kebenaran, tiap keputusan mempunyai dua kemungkinan benar atau salah”.

• Budi manusia adalah suatu cahaya (lumen) berkat kenyataan menjadi nyata. Kenyataan yang dikenal (imanen) dan kenyataan yang sebenarnya (transenden). Manusia seluas segala kenyataan.

• Manusia harus setia pada kebenaran yang dinamis, paradoksal, dan multidimensional, pertentangan tidak boleh dihapuskan dengan memilih yang satu dan menolak yang lain. Dua kebenaran itu bertentangan, namun hanya benar dalam kesatuannya.

Page 12: Manusia dan kebenaran

diskusi

• Jaelani: kebenaran apa? Kenapa tidak ada kebenaran mutlak di dunia, sedangkan mutlak adanya diagama? Kenapa manusia menginginka kebenaran, padahal kebenaran hanya untuk dirinya?

• Edi: kapan manusia butuh kebenaran? Kenapa kebenaran relatif dan mutlak juga disebut kebenaran?

• Irna: mengapa manusia mencari kebenaran padahal kebenaran juga sumber terjadinya kerusakan.