makalah pbt kelompok 1-uas
DESCRIPTION
MakalahTRANSCRIPT
Makalah Pengetahuan Bahan Teknik
Judul : Besi Cor (Cast Iron)
Disusun oleh :
1. Fahmi Faizal F141100982. Diang Sagita F141200013. M.Yusup F141200024. M.Fatchur Rahman F141200035. M.Iswadi F141200046. Andi Ismanto F141200057. Giska Setya Priaji F141200068. Sahat T.Munthe F141200079. Nurul Dwi Qurniawati F1412000810. Reggy Apriansyah W. F14120009
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur sudah selayaknya kami panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan ridho-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini kami maksudkan
untuk memenuhi tugas Pengetahuan Bahan Teknik. Selain itu, makalah ini juga
dimaksudkan untuk membahas bahan teknik yang lebih spesifik pada BESI COR (
Cast Iron ) .
Para penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.Ir.Desrial
M.Eng. atas bimbingannya pada mata kuliah Pengetahuan Bahan Teknik, dan
berbagai pihak yang telah membantu, baik secara moril maupun materiil.
Harapan kami, makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan
para pembaca. Kami menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna
sehingga masih terdapat kekurangan dalam pengerjaan makalah ini. Oleh karena
itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan di
masa mendatang dari berbagai pihak yang telah membaca makalah ini.
Bogor, 15 Desember 2013
Hormat Kami,
Kelompok 1
I. KANDUNGAN ATOM/UNSUR DAN IKATANNYA
Besi cor adalah paduan besi - karbon dengan beberapa elemen yang dibuat
dengan melelehkan pig iron, scrap dan beberapa elemen tambahan lain. Untuk
membedakan besi cor dengan baja, besi cor merupakan cetakan alloy dengan
kadar karbon minimal 2,03% untuk menghasilkan Besi cor dapat berupa alloy
atau non alloy. Berdasarkan kandungan unsur, berikut adalah tabel jenis-jenis besi
cor
Tabel 1. Chemical Composition Ranges for Typical Unalloyed Cast Iron
Jenis Besi corPersentase Unsur lain (%)
C Si Mn P S
Gray Cast Iron (Kelabu) 2.5-4.0 1.0-3.0 0.2-1.0 0.002-1.0 0.02-0.025
Ductile Iron 3.0-4.0 1.8-2.8 0.1-1.0 0.01-0.1 0.01-0.03
White Cast Iron (putih) 1.8-3.6 0.5-1.9 0.25-0.8 0.06-0.2 0.06-0.2
Malleable Iron 2.2-2.9 0.9-1.9 0.15-1.2 0.02-0.2 0.02-0.2
Sumber: Henkel, Daniel P. 2002. Structure and Properties of Engineering Materials. New York: Mcgraw-Hill Companies
Lima unsur tersebut sangat berpengaruh terhadapat sifat yang dihasilkan.
Didalam besi cor, karbon bersenyawa dengan besi membentuk karbida besi atau
dalam keadaan bebas sebagai grafit. Grafit meningkatkan kemampuan pemesinan.
Kadar karbon mempengaruhi sifat besi cor, kadar karbon ini tergantung dari jenis
besi kasarnya, besi bekas dan yang diserap dari kokas selama proses peleburan.
Sifat fisis logam selain tergantung pada kadar karbon, juga ditentukan oleh bentuk
karbon (grafit)nya. Morfologi grafit tergantung dari laju pendinginan dan kadar
silikon. Kadar silikon yang tinggi memperbesar kemungkinan pembentukan grafit.
Grafit meningkatkan kemampuan pemesinan. Kekuatan dan kekerasan besi
meningkat dengan bertambahnya kadar karbon. Kadar silikon menentukan berapa
bagian dari karbon terikat dengan besi dan berapa bagian membentuk grafit
(karbon bebas) setelah tercapai keadaan setimbang. Mangan merupakan unsur
deoksidasi, pemurni sekaligus meningkatkan fluiditas, kekuatan dan kekerasan
besi. Belerang sangat merugikan, karena menyebabkan terjadinya lubang-lubang
(blow holes) akibat membentuk ikatan dengan karbon dan menurunkan fluiditas
sehingga mengurangi kemampuan tuang besi cor. Jadi, selama proses peleburan
selalu diusahakan untuk mengikatnya, antara lain dengan menambahkan
ferromangan. Fosfor dapat meningkatkan fluiditas logam cair dan menurunkan
titik cair.
II. BENTUK STRUKTUR MIKRO
Pada dasarnya bentuk struktur mikro logam secara umum terdiri dari tiga
macam yaitu:
1. Face Centered Cubic (FCC) atau Kubus Pemusatan Sisi (KPS),
2. Body Centered Cubic (BCC) atau Kubus Pemusatan Ruang (KPR)
3. Hexagonal Close Poked (HCP) atau Hexagonal Tumpukan Padat.
Ada kurang lebih lima belas unsur yang memiliki sifat allotropi, termasuk besi.
Pada temperatur kamar, besi memiliki struktur space lattice BCC (dinamakan besi
alpha,α), pada temperatur antara 910 °C - 1400 °C space latticenya FCC (besi
gamma,γ) dari di atas 1400 °C sampai mencair space latticenya BCC (bentuk
delta). Bila temperatur kembali lagi maka struktur space
lattice juga akan kembali seperti semula. Berikut pengklasifikasian besi tuang
berdasarkan karakteristik struktur mikronya.
Gambar 1 Pola grafit pada sampel (a) CE%-4,4%;Mn-0,760%
(a) (b) (c)
(d) (e) (f)
(b) CE%-4,34%;Mn-0,760% (c) CE%-4,29%;Mn-0,808%
(d) CE%-4,26%;Mn-0,786% (e) CE%-3,97%;Mn-0,923%
III. CARA PEMBUATAN
Proses pengecoran (Casting) merupakan merupakan teknik dalam
pembuatan produk di mana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian
dituangkan ke dalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli dari produk
cor yang akan dibuat. Pengecoran juga dapat diartikan sebagai suatu proses
manufaktur yang menggunakan logam cair dan cetakan untuk menghasilkan
bagian-bagian dengan bentuk yang mendekati bentuk geometri akhir produk jadi.
Beberapa tahapan dalam pembuatan besi cor (cast iron), antara lain :
1. Pencairan
Pada proses ini hampir semua alat pencairan (melter) dapat digunakan,
asalkan karakteristiknya memenuhi kriteria pembuatan besi tuang.
Adapun beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh alat pencairan untuk
peleburan besi tuang, antara lain: pemanasan awal (pre heating), unit
pendinginan, furnace linting, kapasitas pencairan dan charge material, Kontrol
terhadap slag ( besi cair, komposisi kimia serta metalurgi)
Temperatur yang dicapai yaitu antara 1400 °C-1500 °C.
2. Desulfurisasi
Desulfurisasi adalah suatu proses yang diperlukan untuk mengurangi kadar
belerang hingga mencapai di bawah 0,03 %, dengan tujuan supaya proses
selanjutnya dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang diinginkan. Untuk
proses desulfurisasi pada umumnya digunakan kalsium karbid (CaC).
3. Inokulasi
Inokulasi adalah penambahan logam lain atau paduan ke dalam cairan besi
sebelum dituangkan. Jumlah penambahan ini kecil sekali, tidak cukup untuk
mengubah komposisi kimia dari besi cair. Inokulasi menyebabkan distribusi grafit
yang merata di dalam struktur logam dan memperbaiki sifat-sifat mekanis.
Inokulasi meninggikan kekuatan tarik dan menurunkan kekerasan. Inokulan yang
(f)
digunakan pada besi cor dapat berupa kalsium silikat dengan 30 sampai 35 % Ca
dan ferro silicon dengan 50 sampai 75 % Si.
4. Material treatment
Material treatment adalah proses penambahan elemen-elemen utama yaitu
C, Si, Mn, P, Satu proses penambahan elemen paduan minor yang meliputi Cr, Ni,
Pb dan Ba. Pada umumnya material treatment dapat dilakukan pada proses
manapun, baik bersama-sama proses pencairan, desulfurisasi, nodularisasi,
maupun inokulasi. Tetapi material treatment lebih baik dilakukan setelah
inokulasi karena setelah proses inokulasi komposisi kimia besi cor sudah tidak
berubah. Sehingga elemen paduan utama dan elemen paduan minor yang akan
ditambahkan jumlahnya dapat diatur dan disesuaikan dengan hasil akhir yang
diinginkan.
5. Penuangan
Proses akhir dari pembuatan besi cor adalah dituangkannya cairan panas
besi cor ke dalam cetakan. Cetakan ini biasanya terbuat dari bahan pasir
ditambahkan bentonit, semen, serta air bila diperlukan. Pasir cetak yang
diperlukan untuk pembuatan cetakan harus mempunyai sifat-sifat yang memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Distribusi besar butir yang cocok
b. Permeabilitas yang cocok
c. Mempunyai sifat mampu bentuk sehingga mudah dalam pembuatan cetakan dengan kekuatan yang cocok
d. Tahan panas terhadap temperatur logam yang dituang
e. Mampu dipakai kembali
f. Komposisi yang cocok
IV. KLASIFIKASI/PENGGOLONGAN
Berdasarkan sejarah, klasifikasi pertama dari besi cor berdasarkan dari
serpihannya (fracture), yaitu :
1. Besi Cor Putih (White Cast Iron)
Besi cor putih dibuat dengan cara pendinginan cetakan secara cepat
sehingga sisa karbon terikat secara kimia dan berwarna lebih putih. Sifat dari besi
cor putih yaitu sangat keras, tahan gesek, dan tahan pakai. Jenis in juga diperkeras
melalui proses tempa dengan cara pemanasan yang kemudian didinginkan secara
perlahan. Besi cor putih yang telah ditempa (malleable iron) bersifat lebih keras
dan kuat dibanding sebelumnya. Komposisi dari besi cor putih yaitu karbon (C)
2,6% sampai 4,5%, Si 0,5% sampai 3,0%, dan sisanya adalah besi (Fe).
2. Besi Cor Kelabu (Gray Cast Iron)
Besi cor kelabu merupakan besi cor yang dibuat dengan cara
mendinginkan secara perlahan-lahan pada suhu alami dalam cetakan, sehingga
karbon yang terbentuk berwarna kelabu. Sifat dari besi cor atau besi tuang ini
yaitu rapuh (brittle), tidak kuat untuk gaya tarik, baik untuk gaya tekan, lebih
kaku, dan dapat dicetak untuk segala model. Komposisi dari besi cor kelabu, yaitu
besi (Fe) 93%, Karbon (C) 3,4%, Si 2,1%, P 0,4%, Mg 0,6%, dan S 0,1%.
Adapun keistimawaan besi cor kelabu terhadap baja yakni : mampu meredam
getaran.
Untuk lebih jelas perbedaan antara besi cor putih dan besi cor kelabu dapat
dilihat pada tabel berikut:
Besi cor kelabu Besi cor putih
didinginkan perlahan-lahan
kaku tetapi rapuh
tidak kuat untuk gaya tarik
baik untuk gaya tekan
dapat dicetak untuk segala model
Fe 93%, C 3,4%, Si 2,1%, P 0,4%, Mg 0,6%, S 0,1%.
Didinginkan cepat
sangat keras
tahan gesek
tahan pakai
C 2,6% - 4,5%, Si 0,5% - 3,0%, Fe
3. Besi cor bergrafit bulat (Ductile Cast Iron atau Noduler Cast Iron)
Unsur penyusun dari besi cor bergrafit bulat yakni : Fe + C + Si + Mg /
Ce. Penambahan Mg atau Ce bertujuan untuk “melunakan” grafit menjadi bulat
sehingga konsentrasi tegangan sedikit sekali (besi cor bersifat ulet). Contoh
penggunaan besi cor bergrafir bulat pada kontruksi penjepit rel kereta api, batang
torak kompresor, dll.
4. Besi cor mampu tempa (malleable cast iron)
Untuk membuat besi cor mampu tempa dapat dibuat dengan memanaskan
besi cor putih hingga mencapai suhu 700 Derajat Celcius selama 30 Jam. Hal ini
bertujuan agar sementid terturai menjadi Fe (ferit) dan C (grafit). Grafit yang
dihasilkan berbentuk pipih. Contoh penggunaan besi cor mampu tempa pada spare
part yang berukuran kecil-kecil.
V. SIFAT-SIFAT TEKNIK BAHAN
SIFAT MEKANIK
1. Kekerasan dan Keuletan Besi Cor (Hard and Ductility of Cast Iron)
Kekerasan diartikan sebagai kemampuan sebuah benda untuk menahan
gesekan atau goresan dari benda lain. Kekerasan akan cenderung meningkat
seiring meningkatya kandungan karbon pada logam. Keuletan diartikan
sebagai besarnya perubahan panjang yang terjadi akibat gaya tarik yang
dikerjakan pada benda sebelum benda tersebut putus. Sebagai besi berkarbon
tinggi dengan presntase antara 2-4%, besi cor tentunya mempunyai
kekerasan yang sangat tinggi. Dengan kekerasan yang tinggi ini, besi cor
mempunyai ketahanan gesek (ketahanan aus yang tinggi). Namun dibalik
keunggulannya itu, besi cor mempunyai beberapa kelemahan. Karena secara
alamiah, benda yang mempunyai kekerasan cukup tinggi akan mempunyai
tingkat kerapuhan yang tinggi dan keuletan yang rendah. Berikut ini disajikan
analisis sifat mekanik besi cor berdasarkan kandungan atom C (karbon).
Tabel 2. Analisis Sifat Mekanik Besi Tuang
Kandunagan
atom c
Tingkat
kekerasan
Tingkat
ketahanan
aus
Tingkat
kerapuhan
Tingkat
keuletan
Tingkat
kelenturan
Rendah
(berkisar 2%)
Paling
Rendah
Paling
Rendah
Paling
Rendah
Paling
Tinggi
Paling
Tinggi
Sedang Pertengah
an
Pertengahan Pertengahan Pertngah
an
Pertengahan
Tinggi
(mendekati
4%)
Paling
Tinggi
Paling
Tinggi
Paling
Rapuh
Paling
Rendah
Paling tak
Lentur
2. Kekuatan Tarik: Kemampuan sebuah logam untuk menerima gaya tarik
sebelum benda tersebut patah. Pada besi cor kemampuan tarinya cukup
rendah karena bersifat rapuh (brittle).
3. Elastisitas: Kemampuan suatu logam untuk kembali ke bentuk semula jika
dikenai suatu gaya. Besi cor mempunyai elastisitas yang cukup rendah.
4. Elongation: Besarnya perubahan dimensi suatu logam jika dikenai gaya.
Sebagian besar besi cor mempunyai elongasi yang cukup rendah, namun besi
cor nodular mempunyai nilai elastisitas hingga 20% dari panjang awal.
SIFAT FISIK
1. Panas dan DinginPengaruh panas dan dingin pada besi cor berbeda-beda. Pada saat besi
terkena panas akan terjadi pemuaian. Biasanya pemuaian terjadi pada siang hari
karena panas matahari. Sehingga apabila besi cor dibuat untuk sebagai bahan
bangunan akan diberi rongga sedikit untuk pemuaiannya, karena akan
berpengaruh pada bangunannya. Pengaruh besi cor terhadap suhu dingin
berbanding terbalik dengan panas, karena besi akan menyusut apabila terkena
suhu dingin, dan mungkin juga bisa terjadi pelapukan. Hal ini bisa merusak
bangunan yang kita buat
2. Machinability
Sifat ini berkenaan mudah tidaknya logam tersebut untuk diolah menjadi
bentuk-bentuk lain meliputi proses pembubutan, pengelasan, penempaan dan lain-
lain. Sebagai besi berkarbon tinggi yang kaku dan rapuh, besi cor mempunyai
sifat pemesinan yang buruk. Besi ini umumnya sukar dilas, apalagi besi cor
dengan kadar karbon yang semakin tinggi (mendekati 4%). Selain keamampuan
lasnya yang buruk, kemampuan tempa besi jenis ini juga tak jauh berbeda.
Meskipun sebagian kecil golongn dari jenis ini masih mampu untuk ditempa
(golongan karbon rendah) namun hasil dari penempaannya tidak sebaik baja
karbon. Hal yang sama juga terjadi pada proses pembubutan atau pengeboran.
Sifat besi cor yang keras dan kaku membuat mata bor atau pisau bubut cepat
rusak.
SIFAT DAN KAITANNYA DENGAN LINGKUNGAN 1. Korosi
Pada besi terdapat unsur Fe. Unsur Fe dapat teroksidasi menjadi Fe2O3.
Hal ini terjadi karena adanya unsur H2O dan O2 yang dapat mengoksidasi Fe
sehingga terjadi peristiwa korosi. Pada besi cor terdapat unsur Fe yang dapat
membuat korosi pada besi cor. Untuk mengurangi atau menghilangkan korosi kita
dapat menggunakan cat atau menggunakan unsur Cr supaya tidak terjadi korosi.
Karena besi tersebut telah dilapisi sehingga besi tidak terkontaminasi oleh H2O
dan O2. hal tersebut yang dapat membuat besi tahan terhadap korosi selain itu bisa
juga kita mengelap air hujan karena air hujan mengandung asam yang bisa
membuat korosi pada besi cor.
2. PelapukanPada besi juga bisa terjadi pelapukan, tapi sebelum terjadi pelapukan
biasanya terjadi korosi karena besi akan menjadi mudah patah apabila sudah
berkarat. Sehingga korosi dengan pelapukan saling berhubungan. Jadi,untuk
mencegahnya sama halnya dengan cara mencegah terjadi korosi. Pelapukan bisa
juga terjadi karena suhu dingin, sehingga hal dilakukan sama dengan cara yang di
atas.
VI. APLIKASI DI BIDANG TEKNIK PERTANIAN/ TEKNIK MESIN
Besi cor (cast iron) mempunyai bentuk yang rumit contoh pipe fitting,
sprokect, pump, crank shaft mesin mobil dan beberapa peralatan yang terdapat
pada pabrik gula. Selain itu kegunaan dari masing-masing jenis besi, di antaranya:
1. Besi tuang putih : mata bajak, roll untuk penggiling padi, bantalan garu piring.
2. Besi cor kelabu : Aplikasi besi cor kelabu antara lain untuk silinder blok, plat
kopling, gear box, bodi mesin Perkakas, konstruksi mesin jahit, bagian- bagian
motor, box transmisi, lampu hias, mesin bubut, karena kemapuannya meredam
getaran.
3. Besi tuang tempa : mesin-mesin pertanian misalnya penutup mesin pemotong
rumput, roda gigi, pelat penyangga, pipa-pipa tertentu, as, rantai, spare part.
4. Besi cor nodular : Aplikasi besi cor putih digunakan untuk membuat komponen
yang membutuhkan permukaan material tahan aus akibat abrasi seperti plat
landasan, liner pompa, komponen mesin yang bergesekan, dan penggiling,
pasir.penjepit rel kereta api, batang torak kompresor, otomotif.
VII. STANDARISASI DAN PENGKODEAN
Standarisasi dan pengkodean terdiri dari ASM, ASTM, JIS, JCC,UNS,
DIN, ISO, AFNOR. Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah standar yang
ditetapkan oleh instansi teknis setelah mendapat persetujuan dari Dewan
Standarisasi Nasional dan berlaku secara nasional di Indonesia. Berikut contoh
standarisasi AISI-SAE.
AISI-SAE
Standarisasi dengan sistem AISI dan juga SAE merupakan tipe standarisasi dengan berdasarkan pada susunan atau komposisi kimia yang ada dalam suatu baja. Ada beberapa ketentuan dalam Standarisasi baja berdasarkan AISI atau SAE, yaitu:
Dinyatakan dengan 4 atau 5 angka:1. Angka pertama menunjukkan jenis baja.2. Angka kedua menunjukkan:
a. Kadar unsur paduan untuk baja paduan sederhana.b. Modifikasi jenis baja paduan untuk baja paduan yang kompleks.
3. Dua angka atau tiga angka terakhir menunjukkan kadar karbon perseratus persen.
4. Bila terdapat huruf di depan angka maka huruf tersebut menunjukkan proses pembuatan bajanya.
Contoh standarisasi Baja karbon dengan AISI-SAE :
SAE 1045, berarti :
Angka 1 : Baja Karbon Angka 0 : Persentase bahan alloy (tidak ada) Angka 45 : Kadar karbon (0.45% Karbon)
VIII. BENTUK, UKURAN, DAN HARGA YANG ADA INDONESIA
Setelah dilakukan survey di beberapa tempat di kabupaten Bogor diketahui
bahwa semua toko tidak menyediakan besi cor, karena besi cor tidak dijual dalam
keadaan murni yang digunakan sebagai bahan cetakan karena sifatnya yang rapuh
akibat kandungan karbon yang relatif sedikit. Jenis besi cor yang dijual di pasaran
sudah berupa besi plat,besi siku,dan besi beton. Pada umumnya bengkel teknik
kecil (seperti tukang las) mengambil bahan baku besi cor dari besi-besi kiloan
yang biasa banyak tersedia di pasar loak. Besi-besi kiloan tersebut biasanya dijual
dengan kisaran harga Rp.8000-Rp10.000/kg, untuk besi-besi sisa potongan behel,
siku, plat, dan sebagainya. Untuk limbah-limbah besi yang berupa silinder blok,
silinder head, rumah kopling, arm, dijual dengan kisaran harga Rp.25.000-
Rp.35.000/kg.
IX. DAFTAR PUSTAKA
http://crissitinjak.blogspot.com/2009/11/proses-pembuatan-baja.html
http://www.esabna.comeuweboxy_handbook589oxy15_8.html
http://www.gsa.govportalcontent111738
http://www.twi.co.uktechnical-knowledgejob-knowledgeweldability-of-materials-
cast-irons-025
http://jejakmetalurgis.blogspot.com/2011/12/besi-tuang-cast-iron.html
ASM Handbook, 1992, “ Metallography And Microstructures”, Volume 9,
American.
Henkel, Daniel P. 2002. Structure and Properties of Engineering Materials. New York: Mcgraw-Hill Companies
Syuaib, Faiz.2006. Modul Penuntun Kuliah dan Praktikum Perbengkelan. Bogor: IPB