makalah alkalosis respiratorik uas
TRANSCRIPT
KARYA TULIS ILMIAH
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
ALKALOSIS RESPIRATORIK
TIM PENULIS:
SELVA JUWITA ( 10-135 )
DIYA TRIUTAMI ( 10-129 )
PEMBIMBING:
dr. Rahma Triyana
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2013
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Segala puji bagi Allah SWT penguasa segala sesuatu. Shalawat serta salam semoga
tercurah kepada rasul kita, Muhammad SAW, keluarganya, sahabat-sahabatnya dan umatnya
yang setia hingga akhir zaman kelak. Alhamdulillah, atas kehendak-Nya karya tulis yang
berjudul “Alkalosis Respiratorik” ini dapat diselesaikan.
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis memperoleh bantuan, baik secara moril
maupun materiil dari berbagai pihak. Tidak ada hal lain yang bisa diberikan selain ucapan terima
kasih yang penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam pembuatan
karya tulis ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini mesih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai bahan evaluasi dan langkah
menuju masa depan yang lebih baik.
Akhir kata, semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua Amin.
Penulis
28 Januari 2013
Abstract
Acid is anything that produces hydrogen ions in a solution of water (proton donor). Base
are all things that produces hydroxide ions in aqueous solutions (aseptor protons). Acid and
Base is two group of chemical substance that more important in our life. Maintain acid-base
homeostasis is important for living organisms. Initiated by acid-base abnormalities: PaCO2
changes in respiratory abnormalities and plasma bicarbonate changes in metabolic
abnormalities. The system acts as a buffer system or system of retaining a buffer against changes
in pH. This buffer consists of a weak acid as hydrogen donor and a weak base ion as an acceptor
of hydrogen ions. Abnormalities of acid-base can be asidosi respiratory, respiratory alkalosis,
metabolic acidosis and alkalosis metabolic. In this paper, the author will focus on the problem of
respiratory alkalosis.
Respiratory alkalosis (lack of carbonic acid) is a primary decrease in PaCO2
(hypocapnia), resulting in a decrease in pH. PaCO2 < 35 mmHg and pH > 7.45 with
compensation in the form of decreased renal excretion of H +, resulting in less absorption of
HCO3-. Decrease of HCO3- serum depend on circumstances that acute or chronic. As if it leads
to symptoms of respiratory system, the complaint that is often expressed is not able to get enough
air to breathe, despite being redundant. Other noticeable symptoms are head feels light, tingling
and numbness in the fingers and toes.
Abstrak
Asam adalah segala sesuatu yang mengasilkan ion hidrogen dalam larutan air (donor
proton). Basa adalah segala sesuatu yang mengasilkan ion hidroksida dalam larutan air
(aseptor proton). Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam
kehidupan. Menjaga homeostasis asam basa penting utk kehidupan organisme. Kelainan
asam basa dimulai oleh : perubahan PaCO2 kelainan respirasi dan perubahan bikarbonat
plasma kelainan metabolik . Adapun system buffer berperan sebagai sistim penahan atau sistim
penyangga terhadap perubahan pH. Buffer ini terdiri dari asam lemah sebagai donor ion
hidrogen dan basa lemah sebagai akseptor ion hidrogen. Kelainan asam basa dapat berupa
asidosis respiratorik, alkalosis respiratorik, asidosis metabolic, dan alkalosis metabolic. Dalam
hal ini, penulis akan memfokuskan masalah pada alkalosis respiratorik.
Alkalosis respiratorik (kekurangan asam karbonat ) adalah penurunan primer PaCO2
(hipokapnia), sehingga terjadi penurunan ph. PaCO2 <35 mmhg dan ph >7,45 degan
kompensasi ginjal berupa penurunan eksresi H+, dengan akibat lebih sedikit absorbsi HCO3-.
Penurunan HCO3- serum bergantung pada keadaannya yang akut atau kronis. Adapun gejala
jika menjurus ke system pernafasan , maka keluhan yang sering diutarakan adalah tidak dapat
memperoleh udara yang cukup walaupun sudah bernafas berlebihan. Gejala mencolok lainnya
adalah kepala terasa ringan, kesemutan dan rasa baal di jari tangan dan kaki.
DAFTAR ISI
Halaman Kulit…………………………………………………………. i
Kata pengantar………………………………………………………… ii
Abstrak ………………………………………………………………… iii-iv
Daftar Isi……………………………………………………………….. v
Bab I. Pendahuluan………………………………………………. …..
1.1 Latar Belakang……………………………………………...
1.2 Tujuan………………………………………………………
1.3 Manfaat…………………………………………………….
Bab II. Tinjauan Pustaka……………………………………………
2.1 Pengaturan Keseimbangan Asam-Basa
2.2 Gangguan Keseimbangan Asam-Basa
2.3 Alkalosis Respiratorik
2.3.1 Definisi……………………………………………………
2.3.2 Etiologi……………………………………………………
2.3.3 Gejala klinis…………………………………………………
2.3.4 Patogenesa…………………………………………………
2.3.5 Diagnosa…………………………………………………..
2.3.5.1. Pemeriksaan fisik……………………………….
2.5.3.2. Pemeriksaan penunjang …………………………
2.3.6. Diagnosa Banding…………………………………………...
2.3.7. Penatalaksanaan…………………………………………………..
2.3.8. Komplikasi……………………………………………………..
2.3.9. Pencegahan…………………………………………………….
Bab III. Kesimpulan dan Saran…………………………………………..
Bab IV. Daftar Pustaka……………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam-basa, larutan dikelompokkan menjadi tiga
golongan yaitu bersifat asam, basa dan netral. Larutan asam memiliki pH < 7,35 ; larutan basa
memiliki pH > 7,45 dan larutan netral memiliki pH = 7,35-7,45.
Asam didefinisikan sebagai zat yang dapat memberikan ion H+ ke zat lain (donor proton).
Sedangkan Basa/alkali adalah zat yang dapat menerima ion H+ dari zat lain (akseptor proton).
Pengaturan keseimbangan ion hydrogen (H+) dalam beberapa hal sama dengan pengaturan ion
lain dalam tubuh. Untuk mencapai homeostasis harus ada keseimbangan antara produksi H+ dan
pembuangan H+ dari tubuh. Pengaturan H+ yang tepat sangatlah penting, misalnya sebagai
pompa proton mitokondria pada proses fosforilasi oksidatif yang akan menghasilkan ATP dan
hampir semua aktivitas system enzim dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi H+. Karena
enzim mempunyai fungsi yang sangat banyak di dalam tubuh, maka gangguan konsentrasi ion
hydrogen dapat menyebabkan gangguan system tubuh yang sangat luas. Di bandingkan dengan
ion-ion lain, konsentrasi H+ dalam cairan tubuh normalnya dipertahankan pada tingkat yang
rendah. Perubahan konsentrasi ion hydrogen akan merubah derajat ionisasi protein sehingga
protein tidak akan berfungsi. Perubahan konsentrasi hydrogen sesungguhnya akan mengubah
fungsi seluruh sel tubuh. Oleh karena itu keseimbangan asam-basa darah harus dikendalikan
secara seksama, karena perubahan pH yang sangat kecil pun dapat memberikan efek yang serius
terhadap beberapa organ. Contoh gangguan keseimbangan asam-basa salah satunya adalah
Alkalosis Respiratorik yang akan dibahas secara khusus pada Karya Tulis Ilmiah ini.
.
1.2 Tujuan penulisan :
Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Alkalosis Respiratorik” ini yaitu:
1. Agar mahasiswa dapat memahami konsep dari keseimbangan asam basa.
2. Mahasiswa dapat mampu memahami pengaturan keseimbangan asam basa.
3. Mahasiswa mampu memahami gangguan-gangguan keseimbangan asam basa khususnya Alkalosis Respiratorik.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan alkalosis respiratorik.
1.3 Manfaat penulisan :
Manfaat dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini yaitu kami mengharapkan kepada
masyarakat umum khususnya mahasiswa yang membaca dapat memahami hal-hal yang
berkaitan dengan keseimbangan asam basa (khususnya mengenai pengaturan serta
gangguan Alkalosis Respiratorik) dan menjadikan referensi untuk melakukan
pengamatan selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Pengaturan Keseimbangan Asam Basa :
Keseimbangan asam-basa adalah suatu keadaan dimana konsentrasi ion H+ yang diproduksi setara dengan konsentrasi ion H+ yang dikeluarkan oleh sel. Walaupun produksi asam akan terus menghasilkan ion hydrogen dalam jumlah sangat banyak, ternyata konsentrasi ion hydrogen tetap dipertahankan pada kadar rendah sebesar pH 7,4. Cairan tubuh harus dilindungi dari perubahan pH melalui system pengaturan keseimbangan asam-basa karena sebagian besar enzim sangat peka terhadap perubahan pH.
Pengaturan keseimbangan asam-basa diselenggarakan melalui koordinasi dari tiga system, yaitu :
a. Sistem BufferDisebut juga system penahan atau system penyangga, karena dapat menahan perubahan pH . Fungsi utama system buffer ini adalah mencegah perubahan pH yang disebabkan oleh pengaruh asam fixed dan asam organic pada cairan extraseluler. Sebagai buffer, system ini memiliki keterbatasan, yaitu :
- Tidak dapat mencegah perubahan pH di cairan extraselular yang disebabkan karena peningkatan CO2.
- System ini hanya berfungsi bila system respirasi dan pusat pengendali pernafasan bekerja normal.
- Kemampuan menyelenggarakan system buffer tergantung pada tersedianya ion bikarbonat.
Dalam tubuh terdapat beberapa system buffer yaitu :
1. Sistem Buffer Asam Karbonat-BikarbonatMerupakan system buffer di cairan ekstrasel terutama untuk perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat.
2. Sistem Buffer ProteinMerupakan system buffer di cairan ekstrasel dan intrasel.
3. Sistem Buffer HemoglobinMerupakan system buffer di dalam eritrosit untuk perubahan asam karbonat. Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan CO2 (suatu komponen asam). Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan sedikit CO2, dan begitu sebaliknya.
4. Sistem Buffer FosfatMerupakan system buffer di system perkemihan dan cairan intrasel.
b. Pengaturan keseimbangan asam-basa oleh ParuSistem respirasi berperan dalam mempertahankan agar PCO2 selalu konstan walaupun terdapat perubahan kadar CO2 akibat proses metabolisme tubuh. Keseimbangan asam-basa oleh system respirasi bergantung pada keseimbangan produksi dan ekskresi CO2. Jumlah CO2 yang berada di dalam darah tergantung pada metabolic rate (laju metabolism) sedangkan proses ekskresi CO2 bergantung pada fungsi Paru. Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah CO2 yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan. Jika pernafasan meningkat, kadar CO2 darah menurun dan darah menjadi lebih basa. Begitu pula jika pernafasan menurun, kadar CO2
darah akan meningkat dan darah menjadi lebih asam.
c. Pengaturan keseimbangan asam-basa oleh GinjalGinjal mengatur keseimbangan asam-basa dengan sekresi dan reabsorpsi ion hydrogen dan ion bikarbonat. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal sebagian besar dalam bentuk ammonia. Pada mekanisme pengaturan oleh ginjal ini berperan tiga system buffer asam karbonat-bikarbonat , buffer fosfat, dan buffer pembentukan ammonia.
2.2 Gangguan Keseimbangan Asam-Basa :
Gangguan keseimbangan asam-basa disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme pengaturan keseimbangan asam-basa seperti system buffer, system respirasi, fungsi ginjal, gangguan system kardiovaskular, maupun gangguan fungsi susunan saraf pusat.
Faktor-faktor tersebut misalnya :
Konsentrasi ion hydrogen (H+) Konsentrasi ion bikarbonat (HCO3
-) PCO2
Klassifikasi umum yang digunakan untuk gangguan keseimbangan asam-basa meliputi:
- Gangguan keseimbangan asam-basa respiratorik :Terjadi karena ketidakseimbangan antara pembentukan CO2 di jaringan perifer dengan eksresinya di Paru, ditandai oleh peningkatan atau penurunan konsentrasi CO2. Yang berperan dalam hal ini adalah Paru.
Contoh :
a. Asidosis RespiratorikTanda :
- Konsentrasi H+ meningkat- pH darah turun- Kadar PCO2 meningkat
b. Alkalosis RespiratorikTanda :
- Konsentrasi H+ menurun- pH darah meningkat- Kadar PCO2 menurun
- Gangguan keseimbangan asam-basa metabolic :Terjadi karena pembentukan CO2 oleh asam fixed dan asam organic yang menyebabkan peningkatan ion bikarbonat di jaringan perifer atau cairan ekstraseluler. Yang berperan dalam hal ini adalah Ginjal.
Contoh :
a. Asidosis MetabolikTanda :
- Konsentrasi H+ meningkat- pH darah turun- Kadar bikarbonat menurun
b. Alkalosis MetabolikTanda :
- Konsentrasi H+ menurun- pH darah meningkat- Kadar bikarbonat meningkat
2.3 Alkalosis Respiratorik :
2.3.1 Pengertian :
Alkalosis respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa. Terjadi pada
gangguan sistem respirasi dengan mengeluarkan CO2 yang berlebihan sebagai kompensasi untuk
mengurangi hypoxia yang ditandai dengan bernafas cepat dan dalam agar kadar CO2 menjadi
rendah dalam darah. Kelainan ini diawali oleh penurunan kadar PCO2 sehingga ion H+ rendah
akan mengasilkan peningkatan pH (PCO2 < 35 dan pH > 7,45). Kompensasi ginjal berupa
penurunan ekresi H+ dengan akibat lebih sedikit absorbsi HCO3-.
2.3.2 Etiologi :
Penyebab dasarnya adalah hiperventilasi. Hiperventilasi menyebabkan kadar CO2 tubuh menurun sehingga terjadi kompensasi tubuh untuk menurunkan pH dengan meretensi H+ oleh ginjal agar absorpsi HCO3
- berkurang. Penyebab hiperventilasi yang sering ditemukan adalah kecemasan.
Penyebab lainnya :
Rangsangan pusat pernafasan :- Hiperventilasi psikogenik yang disebabkan oleh stress emosional (penyebab
tersering)- Keadaan hipermetabolik : demam, tirotoksikosis gangguan CNS- Cedera kepala atau gangguan pembuluh darah otak, tumor otak, intoksikasi
salisilat (awal)
Hipoksia Pneumoni, asma, edema paru Gagal jantung kongestif Fibrosis paru Tinggal ditempat yang tinggi (oleh karena kadar oksigen yang rendah) Ventilasi mekanis yang berlebihan Sepsis gram negative Sirosis hepatis Latihan fisik Overdosis aspirin
2.3.3 Gejala klinis :
Pasien sering menguap Nafas cepat dan dalam Kepala terasa ringan Parestesi (kesemutan) sekitar mulut Kesemutan dan terasa kebas dijari tangan dan kaki Apabila alkalosisnya sudah cukup parah dapat timbul kelelahan kronis, berdebar debar,
cemas, mulut terasa kering, tidak bisa tidur. Telapak tangan dan kaki teraba dingin dan lembab
Ketegangan emosi Gangguan konsentrasi, kekacauan mental, dan sinkop
2.3.4 Patogenesa :
Pada keadaan hiperventilasi seperti saat mengalami stress,maka terjadi pengeluaran CO2
yang berlebihan sehingga kadar ion H+ dalam darah menurun dan hal ini menyebabkan
terjadinya peningkatan pH. Pada keadaan inilah yang akan meyebabkan terjadinya alkalosis
respiratorik.
Hipoksia adalah penyebab lazim terjadinya hiperventilasi.hiperventilasi kronis terjadi
sebagai respon penyesuain terhadap ketinggian (tekanan oksigen lingkungan yang
rendah ).alkalosis respiratorik juga dapat disebabkan oleh factor iatrogenic akibat fentilasi
mekanis dengan fentilator siklus volume atau tekanan. Alkalosis respiratorik sering terjadi pada
sepsis gram negative dan serosis hati.hiper pnea pada latihan fisik yang berat kadang juga dapat
menimbulkan alkalosis respiratorik untuk semantara
Alkalosis akut juga merangsang pembentukan asam laktat dan piruvat didalam sel dan
membantu pelepasan H+ lebih banyak kedalam cairan ekstra sel (ECF). Bafer ekstra sel oleh
protein plasma hanya sedikit menurunkan HCO3- plasma. Efek mekanisme bafer ECF dan ICF
sedikit menurunkan HCO3_ plasma.apabila hipokapnia tetap berlangsung,maka penyesuain
ginjal mengakibatkan lebih banyak HCO3- plasma yang berkurang. Terjadi hambatan reabrsobsi
tubulus ginjal dan pembentukan HCO3- baru.kompensasi pada alkalosis respiratorik kronik jauh
lebih sempurna dibandikangkan pada keadaan akut.pada keadaan akut,penurunan kadar HCO3-
plasma diperkirakan sebesar 2mEq/L untuk setiap penurunan PCO2 sebesar 10mmHg.
2.3.5 Diagnosa :
Pada alkalosis respiratorik Diagnosis pasti yaitu dengan penurunan kadar CO2 yang
rendah. Peningkatan frekuensi dan dalam pernafasan umumnya meningkat bermakna terutama
bila disebabkan oleh kelainan otak atau metabolic. Keluhan pasien umumnya adalah rasa cemas
berlebihan dan sesak atau nyeri dada. Hal lain yang mungkin terjadi dalam kaitan dengan
alkalosis respiretorik adalah tetani,parestasia sirkumoral atau sinkop.diagnosis alkalosis
respiratorik dapat dipastikan dengan kadar PCO2 yanng rendah.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan untuk melihat apakah terdapat gejala-gejala alkalosis
yang dapat dilihat melalui inspeksi,palpasi dan auskultasi.
Pada inspeksi akan ditemukan parestesia circum oral dan digitalis, iritabilitas, spasme
carpopedal, tetani dan ganguan gerak pernafasan.
Pada palpasi akan didapatkan disritmia ventricular dan supra ventricular akibat
hipokapnea.
Pada auskultasi akan didapatkan peningkatan frekuansi dan volume ventilasi.Pada
alkalosis respiratorik akut dapat terjadi takipnea yang tampak jelas, dan pada respiratorik kronik
gejala takipnea dapat digantikan oleh peningkatan dalamnya ventilasi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium pada alkalosis respiratorik akut adalah PH yang lebih dari 7,45
dan PaCO2 yang kurang dari 35 mmHg. Pada alkalosis respiratorik akut maupun kronis akan
terjadi penurunan kompensasi dari kadar bikarbonat plasma sebesar 2,0 meq/L(akut) dan 5,0
meq/L (kronik) untuk tiap 10 mmHg penurunan Paco2 yang akan menyebabkan kenaikan pH
darah.
Pemeriksaan laboratorium lainnya hiperkloremia timbal balik. Diagnosis alkalosis
respiratorik ditegakkan berdasarkan pada anamnesis, gejala dan tanda, serta dipastikan dengan
bukti hasil pemeriksaan laboratorium.
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pada alkalosis respiratorik akut maupun kronis akan terjadi penurunan kompensasi dari
kadar bikarbonat plasma sebesar 2,0 meq/L(akut) dan 5,0 meq/L (kronik) untuk tiap 10 mmHg
penurunan Pco2 yang akan menyebabkan kenaikan pH.
Analisa Gas Darah
Analisa gas darah adalah suatu pemeriksaan daya serap / interaksi darah dengan gas yang
dihirup lewat pernafasan. sampel darah diambil langsung dari arteri. Adapun prosedur nya yaitu :
Elektrolit, ph dan co2 diukur dengan menggunakan elektroda spesifik untuk masing
masing parameter.
kadar Na dan K diukur dengan metode fotometrik nyala api atau ion selective
electrode.kadar cl diukur dengan metode ftokolimetrik, cuolometry (titrasi berdasarkan
pembentukan agcl/perak clorida) atau ion selective electrode.
pengukuran pH dilakukan dengan electrode ph
pengukuran pCO2 dilakukan elekroda CO2.elektroda berada dalam lingkungan buffer
bikarbonat dan dipisahkan dari sampel darah oleh suatu memebran semipermeabel
untuk CO2.CO2 yang berdifusi kedalam buffer menyebabkan perubahan ph dan nilai ini
yang di ukur oleh elekroda.
pengukuran pO2 di ukur dengan elektroda 02.
Saat ini pengukuran ph darah dilakukan bersamaan dengan parameter lain seperti pco2 ,hco3-,
na, k, cl, glukosa, aseton, ureum, kreatinin dan osmolaritas. Penetapan hco3 dilakukan melalui
perhitungan ph dan dan pco2 berdasarkan persaaman Henderson-haselbalch. Nilai co2 total adalah
sesuai dengan jumlah asam karbonat ditambah bikarbonat.pengukuran co2 total umumnya sesuai
dengan kadar hco3-.
Nilai normal
Darah arteri atau kapiler
Parameter Neonates dan bayi Anak dan dewasa
Ph 7.32-7,49 7,35-7,43
PCO2(mmHg) 26,4-41,2 35-45
HCO3-(mEq/L) 16-24 21-28
PO2(%) 95-99 95-99
Darah vena
Parameter Anak dan dewasa
Ph 7,32-7,43
PCO2(mmHg) 38-50
HCO3-( mEq/L) 22-29
Persamaan Henderson hasselbalch
Persamaaan ini menggambarkan hubungan antara bikarbonat(HCO3-) dengan CO2 yang
merupakan system buffer ubuh utama.Rasio normal HCO3- dengan CO2 adalah 20:1. Perubahan masing-
masing variable akan mengakibatkan perubahan Ph.
Anion gap
PH = PK +log(HCO3-)
PCO2 X 0,03
Gangguan keseimbangan asam-basa dapat berupa dua atau tiga jenis kelainan yang terjadi
secara bersamaan atau mungkin suatu kasus gangguan keseimbangan asam-basa dengan nilai Ph,
PCO2, HCO3- normal dan satu-satunya pertanda gangguan keseimbangan adalah peningkatan
perbedaan nilai anion (anion gap, AG ).
Normal 12 3 mEq/L
b. Pemeriksaan saturasi oksigen
Pemeriksaan saturasi oksigen perlu dilakukan untuk mengetahui kadar oksigen dalam tubuh. Untuk
mengetahuinya diperlukan peralatan yaitu pulse oximetri.
2.3.6 Diagnosa Banding :
Definisi Gejala Tes laboratoriumAsidosis respiratorik
Peningkatan PCO2 dan terjadi penurunan pH
Sesak nafas, nyeri kepala,iritabilitas,delirium,mengantuk dan koma.
Peningkatan kompensasi dari kadar bikarbonat, Pco2 (penurunan 0,9 mmHg untuk tiap peningkatan 1,0 mEq/L kadar bikarbonat),hipokalemia, kemih yang asam dan hipokloremia
Asidosis metabolik
Turun kadar ion HCO3
diikuti dengan penurunan tekanan parsial CO2 di dalam arteri
Hipokalemia,hiperkalemia,penurunan volume,demikian pula hiperventilasi
Penurunan pH serum, penurunan kadar bikarbonat plasma, penurunan Pco2(yaitu,penurunan Pco2 sebesar 1,2 mmHg untuk setiap penurunan kadar bikarbonat 1,0 meq/l)
Alkalosis metabolic
Peningkatan primer bikarbonat dalam arteri
Gejala-gejala penurunan volume dan hipokalemia
Ph serum yang lebih tinggi, meningkatkan kadar bikarbonat, Pco2(penurunan 0,9
AG= Na - Cl + HCO3-
sehingga PCO2
meningkat di arteri dan meningkatnya konsentrasi HCO3 dalam urin.
mmHg untuk tiap peningkatan 1,0 meq/L kadar bikarbonat), hipokalemia,kemih yang asam dan hipokloremia
2.3.7 Penatalaksanaan :
Pengobatan yang dilakukan adalah memperlambat pernafasan.jika penyebabnya adalah
kecemasan, memeperlambat pernafasan bisa meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya adalah
rasa nyeri,maka diberikan pereda nyeri.menghembuskan nafas dalam kantung kertas bisa
membantu meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita menghirup kembali
karbondioksida yang dihembuskannya. Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk
menahan nafasnya selama mungkin,kemudian menarik nafasnya selama mungkin.Hal ini
dilakukan beerulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali.
Jika kadar karbondioksida menigkat, gejala hiperventilasi akan membaik, sehingga mengurangi
kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis respiratorik.
Pada kondisi normal, PH darah berkisar antara 7,35-7,45. Pada kondisi PH<7, terjadi kerusakan
struktur ikatan kimiawi dan perubahan bentuk protein yang menyebabkan kerusakan jaringan
dan perubahan fungsi selular. Bila PH>7, terjadi kontraksi otot skelet yang tidak terkendali.
Tata laksana alkalosis respiratorik ditujukan terhadap kelainan primernya. Alkalosis yang
disebabkan oleh hipoksemia diatasi dengan member terapi oksigen. Alkalosis respiratorik yang
disebabkan oleh serangan panik diatasi dengan menenangkan pasien atau memberikan
pernafasan menggunakan system air rebreathing. Overventilasi pada pasien dengan ventilasi
mekanik diatasi dengan mengurangi minute ventilation atau dengan menambahkan dead space.
Alkalosis respiratorik yang disebabkan oleh hipoksemia diterapi dengan oksigen dan
memperbaiki penyebab gangguan pertukara gas. Koreksi alkalosis respiratorik dengan
menggunakan rebreathing mask harus berhati-hati, terutama pada pasien dengan kelainan
susunan saraf pusat,untuk menghindari ketidakseimbangan PH cairan serebrospinal dan PH
perifer.
Jika hipoksia yang menjadi penyebabnya lakukan koreksi secepatnya dengan
memberikan oksigen tambahan
Carilah dan obati setiap penyeban dasar terutama emboli paru
Untuk hiperventilasi psikogenik gunakan kantong kertas untuk penghisapan
kembali CO2 atau berikan diazepam 5-10mg secara oral atau secara intravena
sesuai indikasi
2.3.8 Komplikasi :
Pada kondisi PH<7, terjadi kerusakan struktur ikatan kimiawi dan perubahan bentuk
protein yang menyebabkan kerusakan jaringan dan perubahan fungsi selular. Bila PH>7, terjadi
kontraksi otot skelet yang tidak terkendali.
1. gagal nafas akut
2. gagal jantung
3. gagal ginjal kronik
4. kerusakan otak
5. kematian
2.3.9 Pencegahan :
Mengurangi aktivitas yang menyebabkan factor pencetus/kelainan primer
1. Selalu sediakan OKSIGEN
2. Mengetahui cara system air rebreathin
BAB III
Kesimpulan dan Saran
KESIMPULAN
Alkalosis respiratorik adalah gangguan sistem respirasi akibat pengeluaran co2 yang berlebihan pada hiperventilasi yang ditandai dengan penurunan kadar paC02 sehingga ion H rendah dan menyebabkan peningkatan PH.adapun gejala dari alkalosis respiratorik ini adalah sesak nafas,nyeri dada,rasa ringan dikepala(pusing),parestesia,circumoral numbness dan kesemutan. Pengobatan yang dapat dilakukan dengan menenangkan pasien,terapi oksigen dan memberikan pernafasan dengan menggunakan system air rebreathing.
SARAN
Perlu penambahan tinjauan kepustakaan agar karya tulis ilmiah berikutnya dapat lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Utama,Hendra.dr.dkk. 2010. GANGGUAN KESEIMBANGAN AIR-ELEKTROLIT DAN ASAM BASA. Jakarta: balai penerbit FKUI.
Mark H. Swartz. 1995. BUKU AJAR DIAGNOSTIK FISIK. Jakarta : EGC
Mengel, mark B.MD.MPH. L peter schwiebert.MD. 2001. REFERENSI MANUAL KEDOKTERAN KELUARGA. Jakarta: Hipokrates.
Guyton , Arthur C. 2007. BUKU AJAR FISIOLOGI KEDOKTERAN . Jakarta : Hipokrates.
A prince , Sylvia, Wilson Loraine. 2006. PATOFISIOLOGI VOL.2. Jakarta : EGC.
Gan Gunawan, Sulistia, dkk. 2009. FARMAKO DAN TERAPI, Ed-5. Jakarta : balai penerbit FK-UI.
Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. ILMU PENYAKIT DALAM, Jil-2. Jakarta : Interna Publishing.
Lynn, Pamella. 2009. BIOKIMIA HARPER. Jakarta :EGC.
Baron, Dn. 1990. KAPITA SELEKTA PATOLOGI KLINIK. Jakarta : EGC.
Soebrata, 2009. LABORATORIUM KLINIK. Jakarta : Dian Rakyat.
Eliastam, Michelle. 1998. PENUNTUN KEDARURATAN MEDIS. Jakarta : EGC
Kumala, Poppy. 1998. KAMUS SAKU KEDOKTERAN DORLAND. Jakarta : EGC.
Asam lemah yaitu asam yang hanya terdisosiasi sebagian dalam air (berdisosiasi tidak
sempurna), asam karbonat hanya akan berdisosiasi sebagian menjadi ion H⁺ dan HCO₃ ⁻ (H₂CO₃ + H₂O ↔ H₃O⁺ + HCO₃ ⁻). Asam kuat yaitu asam yang berdisosiasi sempurna
dalam air . Contoh HCL akan terdisosiasi seluruhnya menjadi ion H⁺ dan CL⁻(HCL → H⁺ +
CL⁻) (HCL + H₂O → H₃O⁺ + CL⁻). Basa lemah adalah basa yang hanya terdisosiasi
sebagian / tidak sempurna. Reaksi asam lemah dan basa lemah merupakan reaksi keseimbangan
antara NH₄OH + H⁺ ↔ NH4⁺ + H₂O. Basa kuat adalah persenyawaan yang berdisosiasi
sempurna antara NaOH → Na⁺ + OH .
Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa
darah, yaitu:
1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia.
Ginjal memiliki kemampuan untuk mengatur jumlah asam atau basa yang dibuang, yang
biasanya berlangsung selama beberapa hari.
2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap
perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah.
Suatu penyangga pH bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu
larutan. Penyangga pH yang paling penting dalam darah adalah bikarbonat.
Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan karbondioksida
(suatu komponen asam).
Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih
banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida.
Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih
banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.
3. Pembuangan karbondioksida.
Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus
menerus yang dihasilkan oleh sel.
Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di paru-paru karbondioksida tersebut
dikeluarkan (dihembuskan).
Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan
mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan.
Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksida darah menurun dan darah menjadi
lebih basa.
Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih
asam. Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-
paru mampu mengatur pH darah menit demi menit.
Nilai pH dapat dilihat dari darah arterial dengan rentang normal 7,35-7,45. Harga normal hasil
pemeriksaan laboratorium analisis gas darah adalah sbb:
pH 7,35-7,45
pO2 80-100 mmHg
pCO2 35-45 mmHg
[HCO3-] 21-25 mmol/L
Base excess -2 s/d +2
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH tersebut, bisa menyebabkan
salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam keseimbangan asam basa adalah :
1. Konsentrasi ion hidrogen [H+]
2. Konsentrasi ion bikarbonat [HCO3-]
3. pCO2
Berikut perbandingan peranan masing-masing faktor dalam diagnosis gangguan asam basa :
Asidosis bila konsentrasi H+ meningkat, maka pH turun
Alkalosis bila konsentrasi H+ turun, maka pH naik
- Bila HCO3- berubah secara signifikan dalam kondisi tersebut, disebut suatu keadaan metabolik
- Bila pCO2 berubah secara signifikan dalam kondisi tersebut, disebut suatu keadaan respiratorik
Dari konsep tersebut, didapatkan empat kondisi, yaitu :
1. Asidosis metabolik
2. Asidosis respiratorik
3. Alkalosis metabolik
4. Alkalosis respiratorik
Penurunan PaCO2 berakibat Penurunan H2CO3, penurunan H+ dan HCO3 -, serta
meningkatkan PH darah sehingga AGD: PH naik, PaCO2 turun dan HCO3 turun
Meningkatnya K+ dalam serum, H+ intrasel keluar dan diganti K yang ada dalam
ekstrasel. H+ bergabung dengan HCO3- menjadi H2CO3 yang berakibat PH semakin
rendah. AGD: PH turun, HCO3 naik dan K turun
Hipokapnia akan merangsang Carotik dan aortik dan aortic bodiea----- frekuensi denyut
jantung naik tanpa naiknya tekanan darah, perubahan EKG dan kelelahan
Pada saat yang bersamaan, terjadi vasokonstriksi cerebral dan tururnnya perfusi darah ke
otak dengan gejala: Kecemasan, dispnea, keringat dingin, pernafasan cheyne stokes
pusing dan kesemutan.
Jika hipokapnia lebih dari 6 jam, ginjal akan meningkatkan sekresi HCO3 dan
menurunkan ekskresi H+
Keadaan PaCO2 yang turun terus menerus menyebabkan vasokonstriksi --- meningkatkan
hipoxia serebral dan perifer.
Alkalosis berat, Hambatan ionisasi Ca meningkatkan eksitasi syaraf dan konstraksi otot
dengan gejala: Kejang, hiperefleksi, koma.