makalah fiqih "pelepasan dan perubahan harta"

29
1 MAKALAH FIQIH BAB II Semester Genap PELEPASAN DAN PERUBAHAN HARTA Di susun oleh: 1. Andri Nur Malida 2. Elfrida Ikvina H. 3. Hidayati Fatimah 4. Karimatul Mubarokah 5.M.Habiburrohman 6. Nindya Fitri Amirtha 7. Novianti Rossalina 8. Siti Muzaro’ah Kelas : X-2 (Sepuluh Dua ) Guru Pembimbing: M.Luthfillah, M.Ag MADRASAH ALIYAH NEGERI BABAT

Upload: novianti-rossalina

Post on 25-Jun-2015

6.635 views

Category:

Education


1 download

DESCRIPTION

By: Novianti Rossalina dkk X-2 MAN Babat Lamongan

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah fiqih "PELEPASAN DAN PERUBAHAN HARTA"

1

MAKALAH FIQIHBAB II

Semester GenapPELEPASAN DAN PERUBAHAN HARTA

Di susun oleh:1. Andri Nur Malida2. Elfrida Ikvina H.3. Hidayati Fatimah4. Karimatul Mubarokah5. M.Habiburrohman6. Nindya Fitri Amirtha7. Novianti Rossalina8. Siti Muzaro’ah

Kelas :X-2 (Sepuluh Dua )

Guru Pembimbing:M.Luthfillah, M.Ag

MADRASAH ALIYAH NEGERI BABATTP: 2010 / 2011

Page 2: Makalah fiqih "PELEPASAN DAN PERUBAHAN HARTA"

2

KATA PENGANTAR

ASSALAMU’ALAIKUM Wr. Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ilahi robbi atas limpahan nikmat dan karuniaNya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada baginda Rosullullah Muhamad SAW beserta keluarga. Amin.

Selama ini, mungkin kita mengira urusan Fiqih, hanyalah urusan mengenai ibadah semata. Selain mengatur tata cara ibadah, fiqih juga mengatur mengenai harta manusia. Materi yang akan kami sampaikan ini mengenai “PELEPASAN DAN PERUBAHAN HARTA”. Pada bab ini, kami akan memperkenalakan dan menjelaskan tentang Tata cara waqof dan hikmahnya, serta Shodaqoh, Hibah Hadiah dan Hikmahnya.

Dengan meenggunakan berbagai sumber ilmu fiqih, kami mencoba mengemasnya dalam sebuah KONSEP MAKALAH FIQIH ini, dalam rangka untuk memenuhi tugas kami, maka dari itu makalah ini kami buat, dan berharap semoga dapat menambah hasanah berfikir kita.

Ucapan terima kasih, kami sampaikan kepada: 1. Kedua orang tua yang memberi dorongan pada kami.2. Bpk. M. Luthfillah, M.Ag selaku guru pembimbing3. Semua pihak yang telah membantu terselesainya makalah ini.Akhirnya, dengan memohon petunjuk ALLAH SWT, semoga kita selalu

mendapat petunjuk ke jalan yang benar. Dan menyadari segala kekurangan yang melekat pada KONSEP MAKALAH FIQIH ini, untuk itu kritik dan saran dari semua guru agama dan teman-teman merupakan suatu hal yang di harapkan jika kita melakukan kesalahan atau kurang benar yang berhubungan dengan makalah ini.

Wassalamu’alaikum wr.wb.Lamongan,..............-2011

Hormat kamipenyusun

DAFTAR ISI

Halaman Cover........................................................................................................................Kata pengantar Daftar isi BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan 1.4 Manfaat Penulisan BAB II. PEMBAHASAN

Page 3: Makalah fiqih "PELEPASAN DAN PERUBAHAN HARTA"

3

A. WAQAF2.1.1 Pengertian Waqaf 2.1.2 Dasar Hukum Waqaf2.1.3 Macam-macam Waqaf 2.1.4 Rukun dan Syarat Waqaf 2.1.5 Barang yang Syah dan tidak Syah di waqafkan 2.1.6 Pengelolaan Waqaf 2.1.7 Mengganti benda Waqaf 2.1.8 Pelaksanaan Waqaf di Indonesia

2.1.9 Hikmah waqaf B. SHADAQAH

2.2.1 Pengertian Shadaqah 2.2.2 Dasar Hukum Shadaqah 2.2.3 Rukun Shadaqah dan Syarat Shadaqah 2.2.4 Tata cara Pelaksanaan Shadaqah 2.2.5 Hikmah Shadaqoh

C. HIBAH 2.3.1 Pengertian Hibah 2.3.2 Dasar Hukum Hibah 2.3.3 Ketentuan Hibah 2.3.4 Rukun Hibah 2.3.5 Syarat Hibah 2.3.6 Macam-macam Hibah 2.3.7 Mencabut Hibah 2.3.8 Beberapa masalah mengenai Hibah 2.3.9 Tata cara pelaksanaan Hibah 2.3.10 Hikmah Hibah.

D. HADIAH 2.4.1 Pengertian Hadiah 2.4.2 Dasar Hukum Hadiah 2.4.3 Rukun Hadiah 2.4.4 Syarat Hadiah 2.4.5 Tata cara pelaksanaan Hadiah 2.4.6 Hikmah Hadiah 2.4.7 Persamaan dan Perbedaan Shadaqah, Hibah dan Hadiah

BAB III. PENUTUP 3.1 Kesimpulan

BAB IV. DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Makalah fiqih "PELEPASAN DAN PERUBAHAN HARTA"

4

BAB IPENDAHULAN

1.1 LATAR BELAKANG Islam adalah agama yang kaya akan ilmu pengetahuan. Karna kekayaan ilmu islam

itulah, kita harus bisa mempelajari, mengenalkannya, serta menerapkannya. Disamping itu, dengan perkembangan zaman yang semakin mendunia dan bebas, penerapan ilmu islam semakin tersingkirkan.

Sedangkan, justru penerapan-penerapan ilmu islam yang semakin tersingkirkan itu adalah bagian terpenting dalam kehidupan kita. Termasuk cara kita mengolah harta kita. Oleh sebab itu, perlunya kesadaran kita untuk memahami ilmu islam.

Page 5: Makalah fiqih "PELEPASAN DAN PERUBAHAN HARTA"

5

Islam juga merupakan agama yang mulia dan sempurna, islam mengatur seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia serta memberikan solusi terhadap seluruh problematika kehidupan islam yang telah menghimbau umatnya untuk saling menolong dalam hal-hal yang mendukung pada kebaikan dan ketaqwaan, salah satunya dalam mendemarkan hartanya, pribadi yang mulia dan muslim sejati adalah insan yang suka memberikan lebih dari apa yang di minta serta suka berderma diwaktu senang maupun susah, baik secara diam-diam maupun terang-terangan.

Untuk lebih memahami tentang cara mendermakan harta menurut islam. Sudilah kiranya makalah ini di jadikan sebagai salah satu dari refrensi para pembaca.

1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana cara mengola harta waqaf ?2. Bagaimana hukumnya jika tanah waqaf di salah gunakan oleh ahli waris ?3. Apa hukumnya menerima hadiah pada peringatan natal bagi umat islam ? 4. Apakah sama undian berhadiah dengan judi ? 5. Bagaimana hukumnya mencabut Hibah ?

1.3 TUJUAN PENULISAN1. Untuk mengetahui cara pengelolaan harta wakaf 2. Untuk mengetahui hukumnya jika tanah wakaf di salah gunakan oleh ahli waris 3. Untuk mengetahui hukumnya menerima hadiah pada saat peringatan natal bagi

umat islam 4. Untuk mengetahui apakah undian berhadiah sama halnya dengan judi atau tidak 5. Untuk mengetahui hukum mencabut hibah

1.4 MANFAAT PENULISAN 6. Dapat mengetahui cara pengelolaan harta wakaf 7. Dapat mengetahui hukumnya jika tanah wakaf di salah gunakan oleh ahli waris 8. Dapat mengetahui hukumnya menerima hadiah pada saat peringatan natal bagi

umat islam 9. Dapat mengetahui apakah undian berhadiah sama halnya dengan judi atau tidak 10. Dapat mengetahui hukum mencabut hibah

BAB IIPEMBAHASAN

A.WAQAF

2.1.1 PENGERTIAN WAQAF Waqaf menurut bahasa artinya menahan, sedangkan kalau menurut istilah artinya

menahan harta yang bisa di manfaatkan untuk umum tanpa mengurangi nilai harta tersebut untuk mendekatkan diri kepada allah swt. Harta w aqaf tersebut dapat di manfaatkan dengan ketentuan tidak mengalami perubahan

Page 6: Makalah fiqih "PELEPASAN DAN PERUBAHAN HARTA"

6

Dalam kompilasi hukum islam wakaf adalah perbuatan hukum seorang atau kelompok orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda miliknya dan melembagakan untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadah atau keperluan umum lainnya sesuai ajaran islam.

2.1.2 DASAR HUKUM WAQAF Dasar hukum waqaf ada 2 macam, yaitu dasar umum dan dasar khsusu.

a. Dasar Umum Waqaf Ada beberapa dalil atau ketentuan yang menjadi dasar amalan waqaf yaitu al-

quran yang memerintahkan agar manusia selalu berbuat kebaikan. Amalan waqaf termasuk salah satu macam perbuatan yang terpuji.

Artinya:“.... dan Berbuatlah kebaikan, agar kamu beruntung” (Qs, Al-Hajj:7)

b. Dasar Khusus Waqaf Dasa khusus mengenai amalan waqaf dapat di temukan dalam hadist Nabi

SAW yang di riwayatkan bukhori muslim yang meneritakan bahwa pada suatu hari sahabat Umar datang kepada Nabi SAW, untuk minta Nasihat tentang tanah yang di perolehnya dari Khaibar.

Artinya:“Umar menahan pangkalnya dan menafkahkan buahnya” (HR. Bukhori)

Ibnu Hajar mengatakan dalam Fathul Bari bahwa Hadist Umar tersebut adalah asal mula di isyaratkannya waqaf.

2.1.3 Macam-macam waqaf Menurut hukum islam, Waqaf terdiri dari 2 masam, yaitu waqaf ahly dan waqaf khairy a. Waqaf Ahly (Waqaf Keluarga)

Waqaf Ahly adalah Waqaf yang di serahkan untuk kepentingan pembinaan anggota keluarga atau kerabatnya. Misalnya, Waqaf sesuatu yang produktif untuk kepentingan pendidikan seluruh anggota keluarga sampai mereka sukses.

b. Waqaf Khoiry (Waqaf yang baik) Waqaf Khoiry adalah Waqaf yang di keluarkan untuk kepentingan bersama.

Misalnya, wakaf tanah untuk pembangunan masjid dan madrasah. Waqaf semacam ini dapat di rasakan oleh masyarakat banyak, tidak seperti waqaf ahly yang hanya di miliki ke untungannya untuk keluarganya.

Waqaf khairy lebih sejalan dengan amalan waqaf sebenarnya. Waqaf termasuk ibadah yang pahalanya terus menerus mengalir meskipun yang bersangkutan telah meninggal dunia, selama harta waqaf masih memberikan manfaatnya pada orang banyak.

Berdasarkan uraian di atas mengenai waqaf ahly dan khairy di peroleh simpulan bahwa waqaf khairi lebih bersifat umum, yakni bagi orang bayak sehingga kemungkinan jarang menimbulkan fitnah di kemudian hari. Sebaliknya, waqaf ahly rentan terhadap sengketa dalam keluarga.

2.1.4 Rukun dan Syarat Waqaf

Page 7: Makalah fiqih "PELEPASAN DAN PERUBAHAN HARTA"

7

Dalam ibadah waqaf ada beberapa rukun dan syarat yang harus di penuhi yaitu: a. Orang yang mewaqafkan

Orang yang mewaqafkan harta di sebut Waqif, syaratnya adalah: 1. Baligh dan Rasyid, artinya sang waqif harus orang yang mampu

mempertimbangkan segala sesuatu dengan jernih. Tidak syah hukumnya jika waqaf di lakukan oleh anak-anak, orang gila atau orang yang kurang waras, dan hamba sahaya.

2. Tidak punya hutang 3. Dengan kemauan sendiri atau bukan karena terpaksa oleh sesuatu atau seseorang. 4. Waqaf tidak boleh di batalkan.

b. Harta yang di waqafkan Harta yang di waqafkan di sebut Mauquf, syaratnya adalah: 1. Zat benda yang di waqafkan adalah tetap, tidak epat habis atau rusak agar dapat

di gunakan dalam waktu lama. 2. Batas-batasnya harus jelas. 3. Waqaf tidak boleh di batalkan.

c. Penerimaan waqaf di sebut Mauquf alaih, syaratnya adalah: 1. Dewasa, Bertanggung jawab, dan mampu melaksanakan amanat 2. Sangat membutuhkan, Tidak sah berwaqaf kepada pihak yang tidak

membutuhkannya. d. Pernyataan waqaf atau yang di sebut dengan Sigat, yaitu pernyataan orang yang

mewaqafkan dan merupakan tanda penyerahan barang atau benda yang di waqafkan. Sigat dapat di nyatakan secara lisan atau tertulis. Sigat harus di nyatakan secara je;as bahwa telah melepaskan haknya atas benda tersebut untuk di waqafkan. Ketegasabn tersebut di perlukan agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.

Untuk sahnya amalan waqaf, kita sebaiknya memperhatikan ketentuan syarat-syarat berikut: a. Waqaf tidak di batasi oleh waktu atau keadaan. b. Harta waqaf harus dapat di manfaatkan tanpa mengurangi nilai asetnya. Dengan

demikian tidak sah waqaf dengan uang tunai karna nilai uang sering tidak stabil. c. Harta waqaf merupakan harta yang dapat di perjual belikan sehingga dapat di

nilai dengan mudah. d. Harta waqaf bukanlah sesuatu yang secara alam dapat berkurang atau menyusut

melalui proses pembusukan atau penguapan. e. Harta waqaf yang telah di serahkan tidak boleh di miliki perorangan atau badan

terhadap harta tersebut sudah di hentikan, dan pemilikan kembali kepada allah swt.

Adapun kitab lain menjelaskan syarat-syarat waqaf adalah sebagai berikut: a. Barang yang di waqafkan adalah Berupa barang yang dapat di ambil

manfaatnya serta keadaannya bisa bertahan lama. b. Perwaqafan tidak berupa barang yang terlarang. Artinya yang di haramkan,

maka tidak saah wakaf untuk membangun gereja karena untuk beribadah orang Nairani.(2)

2.1.5 Barang yang sah dan tidak sah di waqafkan Tidak semua barang atau benda menurut ketentuan islam sah untuk di

waqafkan, namun terdapat beberapa jenis barang dan benda yang tidak sah untuk di waqafkan.

Page 8: Makalah fiqih "PELEPASAN DAN PERUBAHAN HARTA"

8

1Para ulama sepakat bahwa jenis barang dan benda yang sah untuk di waqafkan dapat berupa tanah, perabot yang dapat di pindahkan, mushaf, kitab, atau senjata apa saja yang boleh di perjual belikan dan kebolehan memanfaatkan serta tetap utuhnya barang. Sementara itu, meskipun barang dapat di perjual belikan seperti binatang, para ulama’ sepakat termasuk barang yang tidak sah untuk di wakafkan.

Seseorang tidak sah mewaqafkan barang-barang yang cepat rusak apabila di manfaatkan. Seperti uang, lili, makanan, minuman, dan segala yang cepat rusak seperti bau-bauan dan tumbuhan aromatik. Di samping itu, seseorang tidak boleh mewaqafkan apa yang tidak boleh di perjual belikan dalam islam, seperti babi, anjing, binatang buas, dan barang tanggungan (borg).

2.1.6 Pengelolaan Waqaf Untuk menjamin agar harta benda waqaf tetap berfungsi sesuai dengan tujuan

waqaf, yakni menggekalkan manfaat benda waqaf, sebaiknya juga di perlukan badan pengelola yang profosional dan cakap dalam ilmu administrasi, agar pengelolaan harta waqaf benar-benar baik dan tidak di salah gunakan.

Para pengelola waqaf di sebut Nazir, dalam pengelolalan benda waqaf , sebaiknya si serahkan kepada nazir yang memiliki kriteria yaitu:

a. Harus berakal sehat.b. Cukup umur (dewasa).c. Harus dapat di percaya. d. Profesional (memahami hal-hal yang berkaitan dengan harta waqaf). e. Cakap dalam ke administrasian.

Badan pengelolaan waqaf berhak mendapat imbalan Jasauntuk keperluan hidupnya. Imbalan juga di ambil dari harta waqaf itu sendiri. Imbalan Jasa sangat penting karena dapat meningkatkan kinerja nazir lebih baik. Kebolehan mengambil imbalan jasa berdasarkan sabda Nabi saw yang artinya: “ Dan tidak ada halangan bagi orang yang mengurusinya untuk memakan sebagian darinya dengan cara yang ma’ruf”.

Nakzir berhak mengatur benda waqaf untuk kepentingan komersial sehingga memberi keuntungan yang besar dan hasilnya di gunakan untuk kepentingan orang banyak. Saat ini banyak orang yang mewaqafkan tanahnya agar di manfaatkan untuk kepentingan umum, seperti: rumah, sekolah, masjid, rumah sakit, atau panti-panti. (3) 2.7Waqaf terhadap orang Kaya

Wakaf adalah salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada allah AZZA WAJALLA, apabila pewaqaf mensyaratkan seseatu yang tidak merupakan pendekatan kepadanya seperti mensyaratkan bahwa waqaf itu tidak akan di berikan kecuali kepada orang kaya, maka dalam hal ini ulama’ berselisih pendapat, di antara mereka yang berpendapat waqaf yang demikian itu karena bukan perbuatan maksiat, di antara mereka ada pula yang melarangnya sebab syarat itu merupakan syarat yang batil karena di berikan kepada yang tidak bermanfaat bagi pewaqaf baik dalam urusan dunia maupun agamanya.

2.1.7 Menggati Benda WaqafAdapun pengganti apa yang di waqafkan dengan yang lebih baik darinya

seperti dalam penggantian hadiah maka yang demikian ada 2 macam yaitu: Pertama: Penggantian karena kebutuhan misalnya: karena rusak maka barang

waqaf itu di jual dan harganya di pergunakan untuk membeli apa yang dapat mengganti

1

Page 9: Makalah fiqih "PELEPASAN DAN PERUBAHAN HARTA"

9

Kedua: pengganti dengan kepentingan yang lebih kuat. Misalanya: mengganti masjid dengan yang lebih layak bagi penduduk setempat dan masjid yang lama di jual untuk biaya penggantian tersebut. Hal ini boleh menurut Ahmad Ibnu Hanbal dan ulama- ulama’ lainnya. (4)

2.1.8 Pelaksanaan Waqaf di Indonesia a. Landasan

1) Peraturan pemerintah no. 28 tahun 1977 2) Peraturan mentri dalam negri no. 1 tahun 1977 3) Peraturan mentri Agama no. 1 tahun 1998 4) Peraturan direktur Jendral bimbingan Masyarakat islam No.kep/p/75/1978 (5)

b.Tata cara pewaqafan tanah milik 1) Calon waqif harus datang di hadapan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Waqaf

(PPAIW) untuk melaksanakan ikrar waqaf. 2) Untuk mewaqafkan tanah miliknya, calon waqif harus mengikrarkan secara

lisan, jelas dan tegas kepada nadhir/ nazir yang telah di syahkan di hadapan PPAIW yang mewilayahi tanah waqaf dan di akhiri saksi-saksi dan menuangkannya dalam bentuk-bentuk tertulis atau dengan surat.

3) Calon waqif yang tidak dapat datang di hadapan PPAIW membuat ikrar waqaf seara tertulis dengan persetujuan kepala kantor Departemen Agama Kabupaten/ kodya yang mewilayahi tanah waqaf yang di bacakan kepada nadhir/ nazir di hadapan PPAIW yang mewilayahi tanah waqaf serta di ketahui saksi.

4) Tanah yang di waqafkan baik seluruhnya maupun sebagian harus merupakan tanah dan milik harus bebas dari beban ikatan, jaminan, sitaan atau sengketa.

5) Saksi ikrar waqaf sekurang-kurangnya dua yang telah dewasa, sehat akalnya, segera setelah ikrar waqaf, PPAIW membuat Ikrar Akta Waqaf Tanah.

c.Surat yang harus di bawa dan di serahkan oleh waqaf kepada PPAIW Sebelum melaksanakan ikrar waqaf, calon waqif harus membawa serta dan menyerahkan kepada PPAIW surat0surat berikut:

1) Sertifikat hak milik atau sertifikat sementara pemilikan tanah (model E).2) Surat keterangan kepala yang di perkuat oleh camat setempat yang

menerangkan kebenaran kepemilikan tanah dan tidak bersangkut suatu perkara dan dapat di waqafkan.

3) Idzin Bupati / Walikota cq Subdit Agraria setempat.

d.Nadhir, Hak dan kewajibanNadhir / Nazir adalah kelompok orang atau badan hukum indonesia yang di serahi tugas pemeliharaan dan pengurusan waqaf.

1) Hak Nadhira) Nadhir berhak menerima penghasilan dari hasil tanah waqaf yang di

tentukan oleh Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten /Kotamadya dengan tidak melebihi 10% dari hasil bersih tanah waqaf.

b) Nadhir dalam menunaikan tugasnya dapat menggunakan fasilitas yang jenis dan jumlahnya di tetapkan oleh kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten / Kotamadya.

2) Kewajiban Nadhir Kewajiban Nadhir adalah Mengurus dan mengawasi harta kekayaan waqaf dan hasilnya antara lain:

a) Menyimpan dengan baik lembar kedua salinan akta Ikrar waqaf

Page 10: Makalah fiqih "PELEPASAN DAN PERUBAHAN HARTA"

10

b) Memelihara dan memanfaatkan tanah waqaf serta berusaha meningkatkan hasilnya

c) Menggunakan hasil waqaf sesuai dengan ikrar waqaf. (6)

2.1.9 Hikmah waqaf Hikmah waqaf di antaranya adalah :

1. Memberi pelajaran agar tidak kikir terhadap harta dan juga tolong –menolong terhadap sesama manusia.

2. Menghimpun dana bagi pengembangan dan kelangsungan syiar islam di suatu daerah.

3. Memberikan kesempatan pada umat islam untuk menabung amal atau beramal jariyah yang waktunya relatif lama dan dapat di manfaatkan masyarakat umum.

4. Dengan waqaf banyak anggota masyarakat yang terbantu karena waqaf adalah salah satu bentuk realisisasi solidaritas dan persaudaraan sesama manusia, khususnya sesama muslim.

5. Bila di lihat dari segi hukum, ibadah waqaf berbeda denga zakat yang hukumnya wajib. Waqaf hukumnya sunnah yang di anjurkan hannya bagi orang-orang yang mampu saja. (7)

B.SHODAQOH

2.2.1 Pengertian Sedekah Shodaqoh yang dalam bahasaa indonesia sering di sebut dengan sedekah, yaitu

memberikan sesuatu kepada orang lain dengan megharapkan keridhoan dari allah semata. Berkaitan dengan hal tersebut Allah telah berfirman di dalam QS. Al-Baqoroh: 272 sebagai berikut: (dalil)

Page 11: Makalah fiqih "PELEPASAN DAN PERUBAHAN HARTA"

11

Atinya:“Dan janganlah kamu berinfaq melainkan karena mencari ridho allah. Dan

apapun harta yang kamu infakkan, niscaya kamu akan di beri (pahala ) secara penuh dan kamu tidak akan di zalimi (di rugikan)”. (Qs. Al-Baqoroh:272 )(1)

2.2.2 Dasar Hukum Shodaqoh Hukum shodaqoh adalah sunnah, hal ini sesuai dengan perintah Allah swt sebagai berikut:

Artinya: “Dan bersedekahlah kepda kami. Sesungguhnya Allah memberi balasan kepada orang yang bersedekah.” (Yusuf:88)

Allah juga bderfirman sebagai berikut:

Artinya: “Dan janganlah kamu berinfak, melainkan karna menacri ridho allah. Dan

apapun harta yang kamu infakkan, niscaya kamu akan di beri (pahala) secara penuh dan kamu tidak akan di zalimi (di rugikan ).” (Al-Baqoroh:272)

Dalam sebuah hadist rosulullah bersabda:

Artinya: “Seseorang telah datang kepada nabi saw, lalu ia bertanya, Wahai rosulullah,

Shodaqah yang bagaimanakah yang lebih besar pahalanya? Rosulullah bersabda, “Shodaqoh dalam keadaan sehat dengan harta yang sangat di sayangi serta takut miskin dan ingin kaya. Dan jangan menunda-nunda bersedekah sehingga ruh telah sampai di tenggirikan (sekarat) lalu berwasiat untuk Fulan sekian untuk Fulan yang lain sekian.” (HR. Muttafaq ‘Alaih )

Hal ini sesuai dengan firman allah: (dalil)Artinya:

“ Dan memberikan harta yang di cintainya kepada kerabat, anak yati, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta.” (Al-Baqoroh : 177) (2)

2.2.3 Rukun Dan Syarat Sedekah Rukun dan syarat sedekah adalah sebagi berikut:

Page 12: Makalah fiqih "PELEPASAN DAN PERUBAHAN HARTA"

12

a. Orang yang memberi, Syaratnya orang yang memiliki benda itu dan berhak untuk memperedarkannya.

b. Orang yang di beri, Syaratnya berhak memiliki. Dengan memiliki tidak sah memberi kepada anak yang masih dalam kandungan ibunya atau memberi binatang, karena keduanya tidak berhak memiliki sesuatu.

c. Ijab dan Qobul. Ijab adalah pernyataan pemberian dari orang yang memberi, sedangkan qobul adalah pernyataan penerimaan dari orang yang menerima pemberian.

d. Barang yang di berikan. (3)

2.2.4 Tata Cara Penggunaan Shodaqoh 1. Diberikan secara sembunyi-sembunyi, tidak terang-terangan, tidak di pamerkan.2. Sedekah dapat di berikan setiap saat, yang terbaik adalah di bulan Ramadhon. 3. Jumlahnya tidak di batasi, tetapi sebanyak-banyaknya seperti abu bakar

menyedekahkan seluruh hartanya. 4. Di utamakan kepada orang yang sangat membutuhkan5. Brang yang di berikan bebas, asal halal. 6. Besedekah kepada keluarga dekat. (4)

2.2.5 Keutamaan dan Manfaat Sedekah a. Memperoleh kebaikan

Dalam surat Al Imron :92 Allah berfirman : (dalil)

Artinya: “Kamu sekali-kali tidak sampai pada kebajikan (yang sempurna) sebelum

kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. ” (Qs. Al Imron: 93)

b. Balasannya berlipat ganda Allah swt berfirman : (dalil)

Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang di keluarkan oleh) orang-orang yang

menafkahkan hartanya di jalan allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir, seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang di kehendaki. Dan Allah maha luas (karunia-Nya) lagi maha mengetahui”. (Qs. Al Baqoroh: 261)

c. Menghapus kesalahan Rosulullah bersabda: (dalil)

Page 13: Makalah fiqih "PELEPASAN DAN PERUBAHAN HARTA"

13

Artinya: “Sedekah itu menghapuskan kesalahan seperti air memadamkan api”. (HR.

At-Tirmidzi) d. Menyelamatkan dari neraka

Rosulullah bersabda: (dalil)

Artinya: “Bentengilah diri kalian dari neraka walau denga sebuah kurma”. (HR.

Bukhori-muslim) e. Obat bagi orang sakit

Rosulullah bersabda: (dalil)

Artinya: “Obatilah orang-orang sakit dari kalangan kalian dengan bersedekah.” (Hadist

Hasan )(5)

C.HIBAH

2.3.1 Pengertian Hibah Hibah menurut bahasa adalah pemberian. Menurut istilah, hibah ialah

pemberian harta dari seseorang kepada orang lain dengan alih kepemilikan untuk di manfaatkan sesuai kegunaanya dan langsung pindah pemilikannya saat akad hibah di nyatakan.

Pemberian di sebut hibah apabila dalam pemberian harta kepada orang lain tersebut di dasarkan atas rasa kasih sayang, juga di latar belakaangi oleh perasaan iba ( kasihan). Contohnya adalah pemberian hibah seorang ayah kepada anaknya untuk mengembangkan usaha guna menopang kehidupannya sehari-hari.

Page 14: Makalah fiqih "PELEPASAN DAN PERUBAHAN HARTA"

14

2.3.2 Hukum Hibah Pada dasarnya memberikan sesuatu kepada orang lain hukumnya adalah

mubah (jaiz), yakni mmberi dan boleh juga tidak memberi. Dari hukum asala mubah tersebut, hukum hibah dapat menjadi wajib, haram dan makruh.

a. Wajib Hibah yang di berikan kepada istri dan anaknya hukumnya wajib sesuai kemampuannya. Hal itu di dasrkan pada anak dan istri menjadi tanggung jawab suami. Agar tidak menimbulkan rasa iri, sebaiknya hibah kepada anak di berikan secara adil. Sesunggunya dengan hal tersebut, Rosulullah saw bersabda: (dalil)

Artinya: “Bertaqwalah kalian kepada allah dan berbuat adillah terhadap anak-anak

kalian”. (HR. Muslim) b. Haram

Hibah menjadi haram hukunya apabila harta yang telah di hibahkan di tarik kembali. Rosulullah saw bersabda: (dalil)

Artinya: “Orang yang meminta kembali hibahnya seperti orang yang meminta kembali

( menelan ) muntahnya”. (HR. Bukhori Muslim) Hukum haram menarik kembali hibah ini tidak berlaku bagi hibah seorang ayah kepada anaknya. Jadi di perbolehkan seorang ayah menarik kembali hibah yang di berikan, mengingat anak dan harta itu sebenarnya adalah milik ayahnya. Rosulullah saw bersabda dalam sebuah hadist (dalil)

Artinya: “Seseorang tidak halal memberi sesuatu kemudian menariknya kembali,

kecuali seorang ayah terhadap sesuatu yang ia berikan kepada anaknya”. (HR.Ibnu majjah)

c. Makruh Menghibahkan sesuatu dengan maksud mendapatkan sesuatu, baik berimbang maupun lebih banyak, hukumnya adalah makruh. Misalnya, ada seseorang menghibahkan sesuatu kepada orang lain dengan maksud orang tersebut membalasnya dengan pemberian yang lebih banyak. Orang yang menghibahkan sesuatu hendaknya dengan niat ikhlas untuk membantu orang lain dan hanya mengharapkan ridho dari Allah semata.

Untuk lebih jelasnya perhatikan ilustrasi berikut! Pak sholeh adalah seorang muslim yang taat dalam beribadah. Dia seorang yang sederhana dan banyak menyerahkan dirinya kepada allah dengan cara menghidupkan masjid. Dia karuniai 2 orang putra dan satu orang putri yang kesemuanya sudah memasuki usia dewasa.Berkat rahmat dari Allah,ia mempunyai sebidang tanah.Suatu hari pak Soleh mengumpulkan 3 orang putra

Page 15: Makalah fiqih "PELEPASAN DAN PERUBAHAN HARTA"

15

putrinya dan memberikan sebidang tanahnya untuk di bagikan kepada 3 anakny.Tindakan yang dilakukan pak Soleh kepada 3 orang putranya inilah yang disebut dengan “Hibah”.

2.3.3 ketentuan hibahHibah dapat dianggap sah apabila pemberian sudah mengalami proses serah

terima. Jika hibah itu baru diucapkan dan belum terjadi serah terima maka yang demikian belum termasuk hibah.

Jika barang dihibahkan itu telah diterima maka yang menghibahkan tidak boleh meminta kembali, kecuali yang memberi itu orang tuanya sendiri (ayah/ibu) kepada anaknya. Jika seorang ayah melihat bahwa dengan hibah tersebut, seorang anak justru menjadi lebih nakal/ terjerumus dalam kehidupan yang tidak diridhoi Allah dan makin tidak teratur, si ayah boleh menarik kembali hibahnya.

Selain hibah seorang ayah terhadap anaknya, pemberi hibah tidak boleh menarik hibahnya hibahnya kembali. Hal tersebut dikemukakan oleh Rosulullah saw dalam hadits berikut.Dalil

Artinya:“ Dari Ibnu Abbas ra, Dia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “seseorang tidak boleh memberi sesuatu kemudian menarik kembali pemberian itu, kecuali pemberiaan ayah terhadap anaknya.Perumpamaan orang yang memberikan sesuatu menarik kembali pemberiannya itu, seperti anjing yang menjilat kembali muntahnya”.(HR.Abu Dawud)

2.3.4 Rukun Hibaha) Orang yang memberikan hibah (Wahib)b) Orang yang diberi hibah (mauhub lahu)c) Barang yang dihibahkan (mauhub)d) Akad (ijab dan kabul) misalnya si pemberi menyatakan “ saya hibahkan atau

berikan kepadamu “ si penerima menjawab” ya. Saya terima”.

2.3.5 Syarat Hibah Syarat-syarat hibah ada yang berhubungan dengan wahib (pemberi hibah):

a) Sudah baligh artinya sudah mencapai umur dewasa.b) Dilakukan atas dasar kemauan sendiri dan ikhlas.c) Orang dibenarkan melakukan tindakan hukum.d) Orang yang berhak memiliki atas barang yang dihibahkan itu.

Syarat-syarat orang yang menerima hibah hendaknya penerima hibah itu terbukti adanya pada waktu di lakukan hibah.

Syarat-syarat barang yang di hibahkan :a) Barang yang di hibahkan itu jelas terlihat wujudnya. b) Barang yang di hibahkan adalah barang yang memiliki nilai atau harga.

2.3.6 Macam-macam Hibah Hibah ada 2 macam:a) Hibah barang, ada yang bermaksud mencari pahala ada yang tidak.

Page 16: Makalah fiqih "PELEPASAN DAN PERUBAHAN HARTA"

16

Hibah yang di maksud mencari pahala, ada yang di maksud untuk keridhoan allah dan keridhoan makhluk.

b) Hibah manfaat, terdiri dari hibah berwaktu (hibah muajjalah) dan hibah seumur hidup (an amri ). hihibah majalah termasuk dalam kategori pinjaman (ariyah) karena setelah lewat jangka

waktu tertentu barang yang di hibahkan manfaatnya itu harus di kembalikan. Hibah seumur hidup terdapat beberapa manfaat: a. Imam syafi’i, Abu hanifah, ats- tsauri dan ahmad berpendapat bahwa hibah

tersebut adalah hibah yang terputus sama sekali yaitu hibah terhadap pokok barangnya.

b. Imam malik dan pengikutnya berpendapat bahwa penerima hibah tersebut hanya mendapat hak guna atau manfaat saja.

c. Daud dan Abu tsauri’ berpendapat apabila pemberian di tunjukkan kepada seorang dari keturunannya, maka barang tersebut menjadi milik orang yang di beri hibah selamanya.

2.3.7 Mencabut Hibah Jumhur ulama’ berpendapat haram mencabut hibah meskipun pemberian itu di

lakukan antara saudara atau suami istri, kecuali pemberian orang tua terhadap anaknya. Jumhur ulama’ berpendapat orang yang memberi shodaqoh kepada anaknya lalu

anaknya meninggal dunia sesudah menguasai barang tersebut ia dapat mewarisinya begitu pula sebaliknya.

2.3.8 Beberapa Masalah Mengenai Hibah a. Pemberian orang sakit yang hampir meninggal.

Bila orang sakit hampir meninggal memberikan sesuatu keoada orang lain maka hukumnya seperti wasiat yaitu penerima harus bukan ahli waris dan jumlahnya tidak lebih dari sepertiga harta. b.Penguasaan orang tua atas hibah untuk anak.

Jumhur ulama’ berpendapat bahwa seorang bapak boleh menguasai barang yang di hibahkan olehnya kepada anaknya yang masih kecil dan berada dalam perwaliannya atau kepada anak yang sudah dewasa tetapi masih lemah akal. c.Melebihkan pemberian terhadap sebagian anak.

Tidak halal seseorang melebihkan pemberian terhadap anak atas sebagian yang lain karena hala itu menyalahi adat dan memutuskan persaudaraan yang di perintahkan allah untuk memper erat.

2.3.9 Tata Cara Pelaksanaan Hibah1. Pemberian hibah haruslah yang menjadi miliknya, bukan milik orang lain. Jika seseorang sakit memberikan hibah, maka hibah yang dikeluarkan adalah sepertiga dari harta peninggalan (tirkah)2. Penerima hibah adalah tidak terbatas hanya kaum muslimin saja, tetapi seluruh umat manusia3. Benda yang dihibahkan harus berwujud dan jelas4. Harus ada sighat aakad hibah dengan pasti dan jelas, yaitu ijab dan qabul seperti seseorang mengatakan “saya hibahkan ini kepada kamu”.

2.3.10 Hikmah Hibah

Page 17: Makalah fiqih "PELEPASAN DAN PERUBAHAN HARTA"

17

a. Dapat membantu si penerima hibah dari berbagai kesulitan hidup. b. Untuk mengakrapkan silaturrahmi dan menjinakkan hati serta meneguhkan

kecintaan di antara sesamanya. c. Mendapat perlindungan dari allah swt. d. Terhindar dari api neraka di akhirat kelak.

D. HADIAH Dalam bahasa sehari-hari kata hadiah bukan lagi menjadi istilah yang asing. Kita

sering mendengarnya bahkan sering menerima atau memberi hadiah dari atau kepada orang lain.

2.4.1 Pengertian Hadiah Hadiah ialah Pemebrian seseorang kepada orang lain dalam rangka untuk

memberikan penghormatan atas prestasi yang telah di raih atau sebagai ungkapan rasa terimakasih kepadanya. Roaullullah menganjurkan kepada umatnya agar saling membri hadiah karena yang demikian itu dapat menumbuhkan kecintaan dan saling menghormati antara sesama dan menghilangkan kedengkian.

Nabi saw besabda: (dali)

Artinya : “ Dari Abu hurairoh bahwasannya nabi saw bersabda : Hendaklah kalian

saling memberi hadiah, niscaya kalian akan saling mencintai”. (HR. Bukhori)

2.4.2 Dasar Hukum Hadiah Hukum hadiah adalah sunnah. Nabi saw bersabda : (dalil)

Artinya :“Dari abu hurairoh, dan Nabi saw. Beliau bersabda, “Andaikan saya di

undang untuk makan sepotong kaki atau lengan binatang pasti akan saya kabulkan undangan itu dan andaikan sepotong kaki atau lengan binatang itu di hadiahkan kepadaku, akan saya terima”. (HR. Al Bukhori )

Dalam hadist yang lain, Rosulullah saw bersabda: (dalil)

Artinya : “ Rosulullah saw menerima hadiah dan beliau selalu membalasnya”.

(HR. Albahzar).

Page 18: Makalah fiqih "PELEPASAN DAN PERUBAHAN HARTA"

18

2.4.3 Rukun Hadiah 1. Orang yang memberi, syaratnya orang yang memiliki benda itu dan berhak

mentasharrufkan 2. Orang yang di beri, syaratnya orang yang berhak menerima 3. Ijab dan Qobul 4. Barang yang di berikan, syaratnya barang yang dapat di jual

2.4.4 Syarat Hadiah 1. Orang yang memberi harus sehat akalnya dan tidak di bawah perwalian orang lain. 2. Penerima bukanlah orang yang meminta-minta 3. Penerima haruslah orang yang berhak untuk memilikinya. 4. Barang atau benda yang di berikan harus ada guna dan manfaatnya.

2.4.5 Tata Cara pelaksanaan Hadiah 1. Di berikan kepada orang-orang yang kita cintai2. Di berikan kepada orang yang telah menyenangkan kita3. Di berikan kepada orang yang telah berprestasi 4. Barang yang di berikan bebas asal halal5. Di berikan kepada siapa saja 6. Harus ada sigat akad hadiah dengan pasti dan jelas, yaitu ijab dan qobul, seperti

seorang mengatakan, “Saya hadiahkan piala ini kepada kamu atas prestasimu di bidang sains”.

2.4.6 Hikmah Hadiah a. Dapat mengurangi beban hidup pihak yang di beri, khususnya keluarga yang miskin. b. mempererat tali silaturrahim (persaudaraan) antara yang memberi dan yang di beri. c. Semakin berkurangnya jurang pemisah antara orang yang mampu (memberi) dan dan yang kurang mampu. d.Terwujudnya kerukunan hidup bertetangga dan bermasyarakat. e. Memberi kemaslahatan dari orang yang berprestasi (khususnya pemberi hadiah) f. Dapat menumbuh kembangkan sikap gotong royong dan tolong menolong.

2.4.7 Persamaan dan Perbedaan Shodaqoh, Hibah dan Hadiah Berdasarkan uraian di atas, ke tiga bentuk infak ( sedekah, hibah dan hadiah )

memiliki persamaan dan perbedaan sebagai berikut: a. Persamaan

1. Sedekah, hibah dan hadiah merupakan wujud kedermawanan yang di miliki seseorang atau suatu kelompok organisasi.

2. Sedekah, hibah dan hadiah di berikan secara cuma – Cuma tanpa mengharapkan pemberian kembali dalam bentuk atau wujud apapun.

b. Perbedaan . 1. Sedekah dan hibah di berikan kepada seseorang karena rasa iba, kasih sayang atau

ingin mempererat persaudaraan.

Page 19: Makalah fiqih "PELEPASAN DAN PERUBAHAN HARTA"

19

2. Hadiah di berikan kepada seseorang sebagai imbalan jasa atau penghargaan atas prestasi yang di capai.

BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan Dengan penulisan makalah ini, kami dapat menarik beberapa kesimpulan

tentang beberapa permasalahan yang berkaitan dengan materi yang sedang di kaji pada makalah ini. Berikut ini adalah beberapa kesimpulan yang dapat kami tarik:

Akad wakaf tidak akan batal meskipun salah satu pihak yang berakad meninggal dunia, karena akad wakaf masih bisa di lanjutkan oleh ahli waris pihak yang bersangkutan.

Page 20: Makalah fiqih "PELEPASAN DAN PERUBAHAN HARTA"

20

Wakaf kepada orang kaya sebenarnya tidak di haramkan, akan tetapi wakaf yang demikian itu di aggap mubazir karena harta wakaf di serahkan kepada orang yang tidak membutuhkannya.

Berikut ini adalah tata cara pengelolaan wakaf, yaitu: Untuk menjamin agar harta benda wakaf tetap berfungsi sesuai dengan

tujuan wakaf, yakni mengekalkan manfaat benda wakaf sebaiknya juga di perlukan badan pengelola yag profesional dan cakap dalam ilmu administrasi, agar pengelolaan harta wakaf benar- benar baik dan tidak di salah gunakan.

Pengelola wakaf di sebut Nazir, dalam pengelolaan benda wakaf sebaiknya di serahkan kepada Nazir yang memiliki kreteria yaitu:

a. Harus berakal sehat. b. Cukup umur atau dewasa. c. Harus dapat di percaya. d. Profesional atau memahami hal- hal yang berkaitan dengan pengurusan

harta wakaf. e. Caka dalam ke administrasian.

Bahan pengelola wakaf berhak mendapatkan imbalan jasa untuk keprluan hidupnya. Imbalan jasa di ambil dari harta wakaf itu sendiri. Imbalan jasa sangat penting karena dapat meningkatkan kinerja nazir lebih baik. Kebolehan mengambil imbalan jasa berdasarkan sabda nabi saw yang artinya : “ Dan tidak ada halangan bagi orang yang mengurusinya, untuk memakan sebagian darinya dengan cara yang makruf”.

Nazir berhak mengatur benda wakaf untuk kepentingan komersial sehingga memberi keuntungan yang besar dan hasilnya di gunakan untuk kepentingan orang banyak. Saat ini banyak orang yang mewakafkan tanahnya agar di manfaatkan untuk kepentingan umum seperti rumah, sekolah. Masjid, rumah sakit ataupun panti-panti.

Apabila harta atau tanah waqaf di salh gunakan oleh ahli waris, maka yang berdosa adalah ahli waris karena pewakaf sebenarnya telah memberi amanat untuk mewaqafkan tanahnya untuk kepentingan yang bermanfaat.

Apabila pada hari perayaan natal kita mendapatkan sebuah hadiah dari orang non muslim maka hukumnya boleh saja, asalkan hadiah yang kita terima itu tidak mempengaruhi kita untuk menjadi murtad.

Mencabut kembali hibah yang telah di berikan itu hukumnya haram, kecuali hibah orang tua kepada anaknya. Karena mencabut kembali hibah yang telah di berikan sama halnya dengan menelan kembali ludah yang telah di muntahkan.

BAB IV DAFTAR PUSTAKA

1. Muttaqin Zainal, MA.Drs. Abyan Amir, MA. 2008. Pendidikan Agama Islam Fiqih

2. Departemen Agama RI. 2000. Fiqih Untuk Madrasah Aliyah Kelas II Jakarta

3. Munirul, Mag . 2010. Fiqih kelas VIII Semester Genap. Lamongan : UD Rizman Cendikia

Page 21: Makalah fiqih "PELEPASAN DAN PERUBAHAN HARTA"

21

4. Drs. Malik Abdul, Drs. Asyadi 2009. Fiqih kelas X. Surakarta : Putra Nugroho

5. Team Al- Azhar. 2009 . Al Azhar Fiqih kelas VIII Semester Genap. Driyorejo Gresik : Cv Putra Kembar Jaya

6. Sarjono 2008. Fokus Fiqih kelas VIII Semester I Solo : Cv Sindhunata

7. Abdur Rahman, Rolly. Sri Wahyuni, Yayuk 2005. Fiqih X MA. Jawa Timur

8. Departeman Agama Jawa Timur. 2008. Fiqih 2A. Surabaya9. Tim Guru PAI MA. 2008. Modul fiqih. Siagen:Akik Pusaka10. Husain Bin Ahmad. 2007. Fatrul Qorib. Surabaya: Huda Nurul