lp bblr
TRANSCRIPT
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Bayi Berat lahir rendah adalah bayi lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan umur kehamilan. Pada BBLR
sering ditemui refleks menghisap atau menelan lemah, bahkan kadang-
kadang tidak ada. Bayi cepat lelah, saat menyusu sering tersedak atau
malas menghisap dll (Mansjoer, 2000).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah semua bayi yang
dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2500 gram (sampai dengan
2.499) tanpa melihat usia kehamilan. (Saifudin, 2002).
BBLR adalah setiap bayi yang beratnya hanya 2.500 gram atau di
bawahnya pada saat lahir. (Denis Tiran, 2003).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah
berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. (Ikatan Dokter
Anak Indonesia, 2004).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia
gestasi (Wong, 2004)
Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan bayi (neonatus) yang
lahir dengan memiliki berat badan kurang dari 2500 gram atau 2499 gram
(Hidayat, 2005).
Bayi prematur adalah bayi yang lahir kurang bulan menurut usia
kehamilannya (gestasi). Cukup bulan adalah usia kehamilan 37 hingga 42
minggu lebih atau kurang dari 2 minggu (Rahmi,2008).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan
kurang dari 2500 gram pada saat kelahirannya (Indrasanto, dkk, 2008)
Jadi dapat disimpulkan Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi
dengan berat lahir < 2500gr tanpa memandang masa gestasi.
1
Klasifikasi
BBLR dibagi menjadi 2 golongan :
a. Prematuritas murni
Prematuritas murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang
dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan
untuk masa kehamilan, atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai
masa kehamilan (MKB-SMK).
Gejala klinis (karakteristik):
Berat badan <2500 gram, panjang badan < 45 cm, lingkar kepala
<33 cm, lingkar dada <30 cm
Masa gestasi <37 minggu
Kepala lebih besar dari badan
Kulit tipis transparan
Lanugo (bulu halus) banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga dan
lengan
Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora (wanita), pada laki-laki testis belum turun
Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat terlihat
Rambut tipis, halus dan teranyam
Tulang rawan dan daun telinga
Putting susu belum terbentuk dengan baik
Pergerakan kurang dan lemah
Banyak tidur, tangis lemah, pernapasan belum teratur dan sering
mengalami apnea
Refleks tonus leher lemah, refleks menghisap dan menelan serta
refleks batuk belum sempurna
Kulit tampak mengkilat dan licin
2. Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa kehamilan, hal ini karena mengalami gangguan
pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilan (KMK). Dismatur dapat terjadi dalam pre term (< 38 minggu), term
(38-42 minggu), dan post term (> 42 minggu).
Gejala klinis (karakteristik):
2
a. Pre term :
Sama dengan bayi prematuritas murni
b. Term dan post term :
Kulit berselubung verniks kaseosa tipis/tidak ada
Kulit pucat/bernoda mekonium, kering keriput tipis
Jaringan lemak di bawah kulit tipis
Bayi tampak gesit, aktif dan kuat
Tali pusat berwarna kuning kehijauan
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat badan lahir
rendah dibedakan:
a. Bayi berat lahir rendah, berat lahir 1500 – 2500 gram
b. Bayi berat lahir sangat rendah, berat lahir kurang dari 1500 gram
c. Bayi berat lahir eksterem, Berat lahir kurang dari 1000 gram
Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur.
Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain.
a. Faktor ibu
Penyakit, seperti malaria, anemia, sipilis
Komplikasi pada kehamilan, seperti perdarahan antepartum, pre-
eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.
Usia Ibu dan paritas, angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada
bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia kurang dari 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun dan jarak hamil-bersalin terlalu dekat.
Faktor kebiasaan ibu seperti ibu perokok, ibu pecandu alkohol dan ibu
pengguna narkotika.
b. Faktor Janin
Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan
kromosom.
c. Faktor Lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan
tinggi, radiasi, sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun (Ikatan Dokter
Anak Indonesia, 2004)
Patofisiologi
3
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas.
Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan
(BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai
2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan
bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti
adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin
tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat
normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak
menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat
hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu
dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi
kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah
dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di
bawah normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang
paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi
besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk
metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada
saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat
mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan,
BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan
mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu
hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas
maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan
prematur juga lebih besar.
B. PATHWAY
4
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
5
X-ray pada dada dan organ lain untuk menentukan adanya
abnormalitas
Ultrasonografi untuk mendeteksi kelainan organ
Kadar kalsium serum, penurunan kadar berarti terjadi hipokalsemia
Kadar bilirubin untuk mengidentifikasi peningkatan (karena pada
prematur lebih peka terhadap hiperbilirubinemia)
Kadar elektrolit, analisa gas darah, golongan darah, kultur darah,
urinalisis, analisis feses dan lain sebagainya.
Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia
Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
D. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Riwayat Maternal
Umur ibu dalam resiko kehamilan ( < 16 thn atau > 35 thn)
Kehamilan ganda ( gemeli)
Status ekonomi rendah, malnutrisi dan ANC kurang
Adanya riwayat kelahiran prematur sebelumnya
Infeksi: TORCH, penyakit kelamin dll
Kondisi kehamilan: toksemia gravidarum, KPD, plasenta previa dll
Penggunaan Narkoba, alkohol, rokok
2. Riwayat Kelahiran
Gestasi : 24- 37 minggu
BB : < 2500 gram
APGAR SKORE
3. Sistem kardiovaskuler
HR : 120-160 x/menit
Saat lahir mungkin terdapat murmur: indikasi adanya shunt ke kiri
dan tekanan paru yang masih tinggi atau adanya atelektasis
4. Sistem gastrointestinal
Abdomen menonjol
Pengeluaran mekonium: 12-24 jam
Refleks hisap lemah, koordinasi mengisap dan menelan lemah
Anus: paten, jika tidak pertanda kelainan kongenital
Berat badan kurang 2500
6
5. Sistem integumen
Kulit: pucat, sianosis, ikterik, kutis marmorata atau kemerahan
Kulit tipis, transparan, halus dan licin
Lanugo banyak
Kuku pendek
Rambut sedikit dan halus
Garis tangan sedikit dan halus
6. Sistem muskuloskeletal
Tulang rawan telinga belum berkembang, telinga halus dan lunak
Tulang kepala dan tulang rusuk lunak
Reflek kurang dan letargi
7. Neuroensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran
kepala besar dalam hubungannya dengan tubuh. Edema kelopak mata
umum terjadi, mata mungkin merapat(tergantung usia gestasi).
8. Pernafasan
Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak
teratur; pernafasan diafragmatik intermiten atau periodik(40-60x/mt).
Mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan
substernal, atau berbagai derajat sianosis mungkin ada. Adanya bunyi
“ampelas” pada auskultasi, menandakan adaya sindrom distress
pernafasan (RDS).
9. Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah.
Kulit kemerahan atau tembus pandang, warna mungkin merah.
muda/kebiruan, sianosis/pucat. Lanugo terdistribusi secara luas
diseluruh tubuh.
10. Seksualitas
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia
mayora, dengan klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak turun,
rugae mungkin banyak atau tidak ada pada skrotum.
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
7
1. Tidak efektifnya termoregulasi berhubungan dengan kurangnya
jaringan lemak subkutan, sistem termoregulator imatur, tidak adanya
jaringan adiposa cokelat.
Mempertahankan temperatur pada aksila (36,5-37,2o C) dengan
cara mengkaji temperatur aksila tiap 1-4 jam
Pertahankan suhu lingkungan yang netral (25oC)
Mempertahankan kestabilan kebutuhan oksigen dengan mengkaji
status respiratory
Mencegah lingkungan terhadap peralatan dingin, kain basah.
Menyediakan selimut atau pakaian hangat
Mempertahankan suhu bayi ke dalam inkubator. Pengaturan suhu
inkubator:
Berat badan lahir
(gr)
0-24 jam 2-3 hari 4-7 hari 8 hari
1500
1501-2000
2001-2500
>2500
34-36oC
33-34 oC
33 oC
32-33 oC
33-35 oC
33 oC
32-33 oC
34 oC
33-34 oC
32-33 oC
32 oC
31-32 oC
32-33 oC
32 oC
32 oC
32 oC
2. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan imaturitas kulit
dan adanya mobilitas.
Kaji keadaan kulit dan membran mukosa tiap 2-4 jam
Mengatur posisi tiap 2-4 jam
Hindari penggunaan lotion, krim atau powder yang berlebihan
3. Potensial infeksi berhubungan dengan sistem imunitas yang imatur,
prosedur invasif.
Kaji tanda vital tiap 1-2 jam
Mempertahankan lingkungan dalam suhu normal
Mempertahankan prinsip aseptic sebelum kontak dengan klien
4. Potensial kurang cairan berhubungan dengan sensible dan insensible
kehilangan cairan
8
Kaji berat badan tiap hari dengan menggunakan skala yang sama
Monitor keseimbangan cairan, elektrolit
Kaji haluaran urine tiap 2-4 jam
Kaji adanya glukosuria tiap 4-8 jam
Monitor hasil pemeriksaan elektrolit Na, K. Laporkan segera jika
ada penyimpangan.
5. Gangguan pemenuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan penyimpanan glikogen, Ca, Fe inadekuat
Kaji berat badan tiap hari dengan menggunakan skala yang sama
Perhatikan setiap kenaikan pemberian makanan sesuai permintaan
Monitor terhadap keadaan yang menunjukkan hipoglikemi. Kaji
adanya letargi, penurunan tonus otot. Monitor glukosa darah.
Monitor terhadap keadaan yang menunjukkan hipokalsemia.
Observasi terhadap irritability, tremor. Monitor level serum Ca.
Kalkulasi kebutuhan kalori. Berikan glukosa IV atau TPN sesuai
permintaan
Tingkatkan pemberian nutrisi melalui botol atau ASI sesuai
indikasi
6. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan policitemia, infeksi
pernapasan
Monitor status respiratory tiap 2-4 jam ataus sesuai indikasi.
Gunakan pulse oximetri dan/atau transcutaneous monitor,
laporkan jika terdapat penyimpangan
Monitor hasil pemeriksaan BGA
Deteksi adanya episode apnea
7. Intoleran aktivitas berhubungan dengan prematuritas, sistem susunan
saraf imatur
Mempertahankan kestabilan oksigen dengan melakukan
monitoring terhadap nadi
Mengkondisikan lingkungan yang nyaman
Menyediakan monitoring jantung dan paru
Mengurangi stimulasi dengan mengkaji selama aktivitas
F. DAFTAR PUSTAKA
9
Ladewig,patricia,dkk. 2006. Buku Saku Asuhan Keperawatan Ibu Bayi
Baru Lahir Edisi 5. Jakarta: EGC
Ngatisyah. 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC
Surasmi,Asrining,dkk. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta:
EGC
Doengoes, M.E. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta:
EGC
Hidayat, A.A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta:
Salemba Medika
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak (untuk perawat
dan bidan). Jakarta: Salemba Medika
Bobak Jensen, Lowdermik. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
Jakarta : EGC
Wong, Donna L. 2003. Perawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
Supartini, Yupi, S.Kep, MSc. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar
Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.
10