lp appendicitis acut

Upload: sugeng-winoto

Post on 04-Apr-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 Lp Appendicitis Acut

    1/11

    APPENDICITIS ACUT

    A. DEFINISI

    Appendiks akut adalah peradangan dari appendiks vermiformis yang merupakan penyebab

    umum dari akut abdomen (Junaidi, dkk, 1982). Appendisitis adalah peradangan dari suatu

    appendiks.

    Appendisitis akut adalah keadaan yang disebabkan oleh peradangan yang mendadak pada

    suatu appendiks ( Baratajaya, 1990).

    B. PATOFISIOLOGI

    Penyebab utama appendisitis adalah obstruksi penyumbatan yang dapat disebabkan oleh

    hiperplasia dari folikel limfoid merupakan penyebab terbanyak,adanya fekalit dalam lumen

    appendiks. Adanya benda asing seperti cacing, stiktura karena fibrosis akibat peradangan

    sebelumnya, sebab lain misalnya keganasan (karsinoma karsinoid).

    Obsrtuksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa terbendung, makin

    lama mukus yang terbendung makin banyak dan menekan dinding appendiks oedem serta

    merangsang tunika serosa dan peritonium viseral. Oleh karena itu persarafan appendiks sama

    dengan usus yaitu torakal X maka rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit disekitar

    umblikus.

    Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah, kemudian timbul

    gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu, peradangan yang timbul meluas dan

    mengenai peritomium parietal setempat, sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah,

    keadaan ini disebut dengan appendisitis supuratif akut.

    Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini disebut dengan

    appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut itu pecah, dinamakan

    appendisitis perforasi. Bila omentum usus yang berdekatan dapat mengelilingi apendiks yang

    meradang atau perforasi akan timbul suatu masa lokal, keadaan ini disebut sebagai

    appendisitis abses. Pada anak anak karena omentum masih pendek dan tipis, apendiks yang

    relatif lebih panjang , dinding apendiks yang lebih tipis dan daya tahan tubuh yang masih

    kurang, demikian juga pada orang tua karena telah ada gangguan pembuluh darah, maka

    perforasi terjadi lebih cepat. Bila appendisitis infiltrat ini menyembuh dan kemudian

    gejalanya hilang timbul dikemudian hari maka terjadi appendisitis kronis (Junaidi ; 1982).

  • 7/30/2019 Lp Appendicitis Acut

    2/11

    C. ETIOLOGI

    1. Ulserasi pada mukosa

    2. Obstruksi pada colon oleh fecalit (faeses yang keras)

    3. Pemberian barium

    4. Berbagai macam penyakit cacing

    5. Tumor

    6. Striktur karena fibrosis pada dinding usus

    D. MANIFESTASI KLINIS

    Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari : Mual, muntah dan

    nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak dimulai di perut

    sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah. Setelah beberapa jam, rasa

    mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan bagian bawah. Jika dokter menekan daerah

    ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa

    bertambah tajam. Demam bisa mencapai 37,8-38,8 Celsius.

    Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut. Pada

    orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri tumpulnya

    tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat. Infeksi yang

    bertambah buruk bisa menyebabkan syok. (Anonim, Apendisitis, 2007)

    E. PEMERIKSAAAN DIAGNOSTIK

    Untuk menegakkan diagnosa pada apendisitis didasarkan atas anamnese ditambah dengan

    pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.

    Gejala apendisitis ditegakkan dengan anamnese, ada 4 hal yang penting adalah: Nyeri

    mula-mula di epigastrium (nyeri viseral) yang beberapa waktu kemudian menjalar ke perut

    kanan bawah. Muntah oleh karena nyeri viseral. Panas (karena kuman yang menetap di

    dinding usus).

    Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit,

    menghindarkan pergerakan, di perut terasa nyeri.

    1. Pemeriksaan yang lain Lokalisasi.

    Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluruh perut, tetapi paling terasa

    nyeri pada daerah titik Mc. Burney. Jika sudah infiltrat, lokal infeksi juga terjadi jika orang

    dapat menahan sakit, dan kita akan merasakan seperti ada tumor di titik Mc. Burney.

  • 7/30/2019 Lp Appendicitis Acut

    3/11

    2. Test rektal.

    Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada

    daerah prolitotomi. Pemeriksaan laboratorium Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis

    untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang.

    Pada apendisitis akut dan perforasi akan terjadi lekositosis yang lebih tinggi lagi. Hb

    (hemoglobin) nampak normal. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis

    infiltrat. Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal. Pemeriksaan radiologi

    Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosa apendisitis akut, kecuali bila

    terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai berikut: Adanya

    sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan. Kadang ada fecolit

    (sumbatan). Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma.

    F. PENATALAKSANAAN

    Pada apendisitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi appendiks. Dalam

    waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita di obsevarsi, istirahat dalam posisi fowler, diberikan

    antibiotik dan diberikan makanan yang tidak merangsang peristaltik, jika terjadi perforasi

    diberikan drain diperut kanan bawah.

    a. Tindakan pre operatif, meliputi penderita di rawat, diberikan antibiotik dan kompres untuk

    menurunkan suhu penderita, pasien diminta untuk tirah baring dan dipuasakan

    b. Tindakan operatif ; appendiktomi

    c. Tindakan post operatif, satu hari pasca bedah klien dianjurkan untuk duduk tegak di

    tempat tidur selama 2 x 30 menit, hari berikutnya makanan lunak dan berdiri tegak di luar

    kamar, hari ketujuh luka jahitan diangkat, klien pulang

    Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan. Antibiotik dan

    cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan. analgesik dapat diberikan setelah

    diagnosa ditegakkan. Apendektomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan

    sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.

    Apendektomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi abdomen

    bawah atau dengan laparoskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif. Konsep

    Asuhan Keperawatan Sebelum operasi dilakukan klien perlu dipersiapkan secara fisik

    maupun psikis, disamping itu juga klien perlu diberikan pengetahuan tentang peristiwa yang

    akan dialami setelah dioperasi dan diberikan latihan-latihan fisik (pernafasan dalam, gerakan

    kaki dan duduk) untuk digunakan dalam periode post operatif. Hal ini penting oleh karena

    http://nursingbegin.com/kompres-hangat/http://nursingbegin.com/kompres-hangat/
  • 7/30/2019 Lp Appendicitis Acut

    4/11

    banyak klien merasa cemas atau khawatir bila akan dioperasi dan juga terhadap penerimaan

    anastesi.

    G. ASUHAN KEPERAWATAN

    1. Pengkajian

    a. Pengumpulan data

    1. Anamnesa

    a. Identitas

    Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, tanggal atau jam masuk

    rumah sakit, nomor register, diagnosa, nama orang tua, alamat, umur

    pendidikan, pekerjaan, pekerjaan orang tua, agama dan suku bangsa.

    b. Riwayat penyakit sekarang

    Klien dengan post appendiktomy mempunyai keluhan utama nyeri yang

    disebabkan insisi abdomen.

    c. Riwayat penyakit dahulu

    Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh klien seperti hipertensi,

    operasi abdomen yang lalu, apakah klien pernah masuk rumah sakit, obat-

    abatan yang pernah digunakan apakah mempunyai riwayat alergi dan

    imunisasi apa yang pernah diderita.

    d. Riwayat penyakit keluarga

    Adalah keluarga yang pernah menderita penyakit diabetes mellitus,

    hipertensi, gangguan jiwa atau penyakit kronis lainnya uapaya yang

    dilakukan dan bagaimana genogramnya .

    e. Pola Fungsi Kesehatan

    1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

    Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan

    kebiasaan olah raga (lama frekwensinya), bagaimana status ekonomi

  • 7/30/2019 Lp Appendicitis Acut

    5/11

    keluarga kebiasaan merokok dalam mempengaruhi lamanya

    penyembuhan luka.

    2. Pola Tidur dan Istirahat

    Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga

    dapat mengganggu kenyamanan pola tidur klien.

    3. Pola aktifitas

    Aktifitas dipengaruhioleh keadaan dan malas bergerak karena rasa

    nyeri luka operasi, aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrest

    berapa waktu lamanya setelah pembedahan.

    4. Pola hubungan dan peran

    Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa

    melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat.

    penderita mengalami emosi yang tidak stabil.

    5. Pola sensorik dan kognitif

    Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan, pearaan serta

    pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu, orientasi

    terhadap orang tua, waktu dan tempat.

    6. Pola penanggulangan stress

    Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi masalah.

    7. Pola tata nilai dan kepercayaan

    Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan bagaimana cara klien

    mendekatkan diri dengan tuhan selama sakit.

  • 7/30/2019 Lp Appendicitis Acut

    6/11

    2. Pemeriksaan

    a. Pemeriksaan Fisik

    1. Status Kesehatan umum

    Kesadaran biasanya kompos mentis, ekspresi wajah menahan sakit tanpa sakit

    ada tidaknya kelemahan.

    2. Integumen

    Ada tidaknya oedem, sianosis, pucat, pemerahan luka pembedahan pada

    abdomen sebelah kanan bawah .

    3. Kepala dan Leher

    Ekspresi wajah kesakitan pada konjungtiva lihat apakah ada warna pucat.

    4. Torax dan Paru

    Apakah bentuknya simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas, gerakan

    cuping hidung maupun alat Bantu nafas frekwensi pernafasan biasanya

    normal (16 20 kali permenit). Apakah ada ronchi, whezing, stridor.

    5. Abdomen

    Pada post operasi biasanya sering terjadi ada tidaknya pristaltik pada usus

    ditandai dengan distensi abdomen, tidak flatus dan mual, apakah bisa

    kencing spontan atau retensi urine, distensi supra pubis, periksa apakah

    produksi urine cukup, keadaan urine apakah jernih, keruh atau hematuri jika

    dipasang kateter periksa apakah mengalir lancar, tidak ada pembuntuan serta

    terfiksasi dengan baik.

    6. Ekstremitas

    Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya nyeri yang hebat,

    juga apakah ada kelumpuhan atau kekakuan.

  • 7/30/2019 Lp Appendicitis Acut

    7/11

  • 7/30/2019 Lp Appendicitis Acut

    8/11

    3. Perencanaan

    1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan insisi pembedahan.

    Tujuan :

    Nyeri berkurang dalam waktu kurang dari 24 jam.

    Kriteria Hasil :

    Klien menyatakan nyeri berkurang, tidak takut melakukan mobilisasi, klien dapat

    istirahat dengan cukup.

    Skala nyeri sedang

    Rencana Tindakan :

    a. Beri penjelasan pada klien tentang sebab dan akibat nyeri.

    b. Ajarkan teknik relaksasi dan destraksi.

    c. Bantu klien menentukan posisi yang nyaman bagi klien.

    d. Rawat luka secara teratur daan aseptik.

    Rasional :

    a. Penjelasan yang benar membuat klien mengerti sehingga dapat diajak bekerja

    sama.

    b. Dapat mengurangi ketegangan atau mengalihkan perhatian klien agar dapat

    mengurangi rasa nyeri.

    c. Penderita sendiri yamg merasakan posisi yang lebih menyenangkan sehingga

    mengurangi rasa nyeri.

    d. Perawatan luka yang teratur dan aseptik dapat menghindari sekecil mungkin

    invasi kuman pada luka operasi.

    e. Analgesik dapat mengurangi rasa nyeri.

  • 7/30/2019 Lp Appendicitis Acut

    9/11

    2. Potensial terjadi infeksi sehubungan dengan invasi kuman pada luka operasi.

    Tujuan :

    Infeksi pada luka operasi tidak terjadi.

    Kriteria hasil :

    Tidak ada tanda tanda infeksi (rubor, dolor ) luka bersih dan kering.

    Rencana tindakan :

    a. Beri penjelasan pada klien tentang pentingnya perawatan luka dan tanda -

    tanda atau gejala infeksi.

    b. Rawat luka secara teratur dan aseptik.

    c. Jaga luka agar tetap bersih dan kering.

    d. Jaga kebersihan klien dan lingkungannya.

    e. Observasi tanda tanda vital.

    f. Kolaborasi dengan dokter untuk antibiotik yang sesuai.

    Rasional :

    a. Penderita akan mengerti pentingnya perawatan luka dan segera melapor

    bila ada tanda tanda infeksi.

    b. Perawatan luka yang teratur dan aseptik dapat menghindari sekecil

    mungkin invasi kuman pada luka operasi.

    c. Media yang lembab dan basah merupakan media yang baik untuk

    pertumbuhan kuman.

    d. Mengetahui sedini mungkin tanda tanda infeksi pada luka operasi.

    e. Mengetahui sedini mungkin tanda tanda infeksi secepatnya mengatasi .

  • 7/30/2019 Lp Appendicitis Acut

    10/11

    3. Kecemasan sehubungan dengan kurangnya informasi dari Antibiotik menghambat

    proses infeksi dalam tubuh.

    Tujuan :

    Rasa cemas berkurang.

    Kriteria hasil :

    Klien dapat mengekspresikan kecemasan secara konstruktif, klien dapat tidur

    dengan tenang dan berkomunikasi dengan teman sekamarnya.

    Rencana Tindakan :

    a. Jelaskan keadaan proses penyebab dan penyakitnya

    b. Jelaskan pengaruh psikologis terhadap fisiknya (Penyembuhan

    penyakit).

    c. Jelaskan tindakan perawatan yang akan diberikan.

    Rasional :

    a. Dengan penjelasan diharapkan klien dapat mengerti sehingga klien

    menerima dan beradaptasi dengan baik.

    b. Pengertian dan pemahamannya yang benar membantu klien berfikir

    secara konstruktif.

    c. Dengan penjelasan benar akan menambah keyakinan atau kepercayaan

    diri klien. (FK UI; 1990)

  • 7/30/2019 Lp Appendicitis Acut

    11/11

    DAFTAR PUSTAKA

    Carpenito, L.J. (2001),Buku Saku Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta.

    Doengoes, M.E. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman untuk Perencanaan dan

    Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC, Jakarta.

    Rothrock, J.C. (2000),Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif, EGC, Jakarta.

    Sjamsuhidajat, R. & Jong, W.D. (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed. Revisi, EGC, Jakarta.