laporan uv-vis_m.sukron.f.husein_011400389.pdf

Upload: ukon

Post on 07-Jul-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Laporan UV-VIS_M.Sukron.F.Husein_011400389.pdf

    1/19

    LAPORAN PRAKTIKUM

    INSTRUMENTASI KIMIA

    MATERI :

    Spektrofotometri UV-VIS

    Disusun Oleh :

     Nama : M.Sukron.F.Husein

     NIM :011400389

    Jurusan : Teknokimia Nuklir

    Kelompok :B4

    Rekan Kerja : Hezekiel Karunia Putra

    Amanda Wilis W

    Tanggal Praktikum : November 2015

    Asisten : Maria Ch. P

    SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR

    BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

    YOGYAKARTA

    2015

  • 8/18/2019 Laporan UV-VIS_M.Sukron.F.Husein_011400389.pdf

    2/19

    Spektrofotometri UV-VIS

    I.  TUJUAN

    1. 

    Mempelajari penggunaan spektrofotometri UV-VIS2.  Menentukan limit deteksi, limit kuantitasi, dan ketidakpastian total

    II.  DASAR TEORI

    Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya oleh

    suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu (Day, 2002). Sinar ultraviolet (UV)

    mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar tampak (visible) mempunyai

     panjang gelombang 400-750 nm. Pengukuran spektrofotometri menggunakan alat

    spektrofotometer yang melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang

    dianalisis, sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisiskuantitatif dibandingkan kualitatif. Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk pengukuran

    secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan

    mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum

    Lambert-Beer (Rohman, 2007)

    Spektofotometri merupakan salah satu metoda dalam kimia analisi yang digunakan untuk menentukan

    komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi

    dengan cahaya. Peralatan yang digunakan dalam spektrofotometri adalah spektrofotometer. Cahaya yang

    dimaksud dapat berupa cahaya visible, UV dan inframerah, sedangkan materi dapat berupa atom dan

    molekul namun yang lebih berperan adalah elektron valensi.

    Sinar atau cahaya yang berasal dari sumber tertentu disebut juga sebagai radiasi elektromagnetik.

    Radiasi elektromegnetik yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah cahaya matahari.

    Dalam interaksi materi dengan cahaya atau radiasi elektromagnetik kemungkinan

    dihamburkan,diabsorbsi atau dihamburkan sehingga dikenal adanya spektroskopi

    hamburan,spektroskopi absorbsi ataupun spektroskopi emisi.

    Pengertian spektroskopi dan spektrofotometri pada dasarnya sama yaitu di dasarkan pada

    interaksi antara materi dengan radiasi elektromagnetik. Namun, pengertian spektrofotometri lebih

    spesifik atau pengertiannya lebih sempit karena ditujukan pada interaksi antara materi dengan cahaya

    (baik yang dilihat maupun tidak terlihat ). Sedangkan pengertian spektroskopi lebih luas.Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan

    fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Jadi

    spektofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan,

    direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer

    dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih lebih dapat terseleksi dan ini

    diperoleh dengan alat pengurai sperti prisma,grating ataupun celah optis. Pada fotometer filter, sinar

  • 8/18/2019 Laporan UV-VIS_M.Sukron.F.Husein_011400389.pdf

    3/19

    dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan berbagai filter dari berbagai warna yang

    mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filetr, tidak

    mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang

    gelombang 30-40 nm. Sedangkan spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi

    dapat diperoleh dengan bantuan alat sperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber

    spektrum tampak yang kontinyu,monokromator sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blanko dan

    suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding.

    HUKUM LAMBERT-BEER 

    Hukum Lambert-Beer digunakan untuk radiasi monokromatik, dimana absorbansi sebanding

    dengan tebal medium (b) dan konsentrasi (c) senyawa yang mengabsorpsi. Hal ini dapat dinyatakan

    dengan persamaan sebagai berikut :

    A= a. b. c ........................................................ (2.1)

    Dimana a adalah faktor kesebandingan yang disebut absorptivitas. Besarnya dan ukuran dari a tergantung

    pada satuan untuk b dan c. Untuk larutan dari senyawa yang mengabsorpsi, b sering diberikan dalam

    centimeter dan c dalam gram per liter. Maka absorptivitas dalam satuan L.g-1.cm-1.

    Ketika persamaan (2.1) dinyatakan dalam mol per liter dan tebal medium dalam centimeter, absorptivitas

    disebut absorptivitas dan diberi simbol khusu yaitu ɜ. Jadi, ketika b adalah centimeter dan c dalam mol

    per liter maka persamaanya adalah sebagai berikut :

    A = ɜ.b . c ...................................................(2.2)

    Dimana ɜ dalam satuan L.mol-1.cm-1.

    KETERBATASAN HUKUM LAMBERT-BEER 

    Beberapa pengecualian ditemukan untuk menyamaratkan absorbansi sebagai garis lurus. Disisis

    lain, penyimpangan dari perbandingan langsung diantara absorbansi dan konsentrasi ketika b adalah

    konstan seringkali ditemukan. Beberapa penyimpangan ini adalah dasar dan menunjukkan keterbatasan

    yang nyata dari hukum ini.

  • 8/18/2019 Laporan UV-VIS_M.Sukron.F.Husein_011400389.pdf

    4/19

     

    Gambar 1. Spektrofotometri UV-VIS

      Bagian-bagian Spektrofotometer UV-Vis

    1. Sumber cahaya

    Sumber cahaya pada spektrofotometer harus memiliki panacaran radiasi yang stabil

    dan intensitasnya tinggi. Sumber cahaya pada spektrofotometer UV-Vis ada dua macam :

    a. Lampu Tungsten (Wolfram)

    Lampu ini digunakan untuk mengukur sampel pada daerah tampak. Bentuk

    lampu ini mirip dengna bola lampu pijar biasa. Memiliki panjang gelombang antara

    350-2200 nm. Spektrum radiasianya berupa garis lengkung. Umumnya memiliki

    waktu 1000jam pemakaian.

    Gambar 3. Lampu Tungsten

     b. Lampu Deuterium

    Lampu ini dipakai pada panjang gelombang 190-380 nm. Spektrum energyradiasinya lurus, dan digunakan untuk mengukur sampel yang terletak pada daerah

    uv. Memiliki waktu 500 jam pemakaian.

    2. Monokromator

  • 8/18/2019 Laporan UV-VIS_M.Sukron.F.Husein_011400389.pdf

    5/19

    Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya polikromatis menjadi

    cahaya tunggal (monokromatis) dengan komponen panjang gelombang tertentu. Bagian-

     bagian monokromator, yaitu :

    a. Prisma

    Prisma akan mendispersikan radiasi elektromagnetik sebesar mungkin

    supaya di dapatkan resolusi yang baik dari radiasi polikromatis.

     b. Grating (kisi difraksi)

    Kisi difraksi memberi keuntungan lebih bagi proses spektroskopi. Dispersi

    sinar akan disebarkan merata, dengan pendispersi yang sama, hasil dispersi akan

    lebih baik. Selain itu kisi difraksi dapat digunakan dalam seluruh jangkauan

    spektrum.

    c. Celah optis

    Celah ini digunakan untuk mengarahkan sinar monokromatis yang

    diharapkan dari sumber radiasi. Apabila celah berada pada posisi yang tepat, maka

    radiasi akan dirotasikan melalui prisma, sehingga diperoleh panjang gelombang

    yang diharapkan.

    d. Filter

    Berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga cahaya yang

    diteruskan merupakan cahaya berwarna yang sesuai dengan panjang gelombang

    yang dipilih.

    3. Kompartemen sampel

    Kompartemen ini digunakan sebagai tempat diletakkannya kuvet. kuvet merupakan

    wadah yang digunakan untuk menaruh sampel yang akan dianalisis. Pada spektrofotometer

    double beam, terdapat dua tempat kuvet. Satu kuvet digunakan sebagai tempat untuk

    menaruh sampel, sementara kuvet lain digunakan untuk menaruh blanko. Sementara pada

    spektrofotometer single beam, hanya terdapat satu kuvet.

    Kuvet yang baik harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut :

    a. Permukaannya harus sejajar secara optis

     b. Tidak berwarna sehingga semua cahaya dapat di transmisikan

    c. Tidak ikut bereaksi terhadap bahan-bahan kimia

    d. Tidak rapuh

  • 8/18/2019 Laporan UV-VIS_M.Sukron.F.Husein_011400389.pdf

    6/19

    e. Bentuknya sederhana

    Gambar 4. Kuvet Kuarsa

    Terdapat berbagai jenis dan bentuk kuvet pada spektrofotometer. Umumnya pada

     pengukuran di daerah UV, digunakan kuvet yang terbuat dari bahan kuarsa atau plexiglass.Kuvet kaca tidak dapat mengabsorbsi sinar uv, sehingga tidak digunakan pada saat

     pengukuran di daerah UV. Oleh karena itu, bahan kuvet dipilih berdasarkan daerah

     panjang gelombang yang digunakan. Gunanya agar dapat melewatkan daerah panjang

    gelombang yang digunakan.

    • UV : fused silika, kuarsa 

    • Visible : gelas biasa, silika atau plastik  

    • IR : KBr, NaCl, IRTRAN atau kristal dari senyawa ion 

    Bahan  Panjang gelombang 

    Silika 150-3000

    Gelas 375-2000

    Plastik 380-800

    Tabel 2 Bahan Kuvet Sesuai Panjang Gelombang

    4. Detektor

    Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar kemudian

    diubah menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan dalam rekorder dan ditampilkan dalam

     bentuk angka-angka pada reader (komputer).

    Terdapat beberapa jenis detector pada spektrofotometer :

  • 8/18/2019 Laporan UV-VIS_M.Sukron.F.Husein_011400389.pdf

    7/19

    Jenis detector  λ  range (nm)  Sifat pengukuran Penggunaan 

    Phototube 150 –  1000 arus listrik UV

    Photomultiplier 150 –  1000 arus listrik UV/Vis

    Solid state 350 –  3000

    Thermocouple 600 –  20.000 arus listrik IR

    Thermistor 600 –  20.000 hambatan listrik IR

    Tabel 3 Jenis-jenis detektor berdasarkan panjang gelombang

    Syarat-syarat ideal sebuah detector adalah :

    - Mempunyai kepekaan tinggi

    - Respon konstan pada berbagai panjang gelombang

    - Waktu respon cepat dan sinyal minimum tanpa radiasi

    - Sinyal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi

    5. Visual display

    Merupakan system baca yang memperagakan besarnya isyarat listrik, menyatakan

    dalam bentuk % Transmitan maupun Absorbansi.

  • 8/18/2019 Laporan UV-VIS_M.Sukron.F.Husein_011400389.pdf

    8/19

     

    Gambar 4. Diagram Kerja Spektrofotometri UV-Vis

    III. BAHAN DAN ALAT

    3.1 BAHAN 

    1.  Larutan Fe2+ 

    2.  Aquadest

    3.  Fenantrolin

    4.  Buffer NaCl.HCl ph 4

    3.2 ALAT

    1.  Buret

    2.  Pipet gondok 2 mL

    3.  Pipet ukur 100 mL

    4.  Gelas arloji

    5.   Neraca analitik

    6.  Labu ukur

    7.  Gelas beker

    8.  Batang pengaduk

    9.  Botol semprot

  • 8/18/2019 Laporan UV-VIS_M.Sukron.F.Husein_011400389.pdf

    9/19

    10. Kuvet

    11. Spektrofotometri UV-VIS

    IV. CARA KERJA

      Penyiapan larutan cuplikan

    1.  Larutan Fe2+ dibuat dengan konsentrasi 1000 ppm. Ditimbang Fe2+ sebanyak 0,1 g

    dilarutkan dalam 0,1 L aquadest dalam labu ukur.

    2.  Larutan Fe2+ 100 ppm dibuat dengan pengenceran dari 1000 ppm sebanyak 100 mL.

    3.  Kemudian langkah 2 diulangi untuk mendapatkan konsentrasi larutan Fe2+ sebesar, 40

     ppm, 30 ppm, 20 ppm, 12 ppm,6 pm, dan 2 ppm dengan menggunakan buret msing-

    masing dalam 100 mL.

      Pengukuran dengan Spektrofotometer Uv-Vis (SOP penggunaan )

    A.  Photometric

    1.  Tekan { 1 } photometric pada keyboard

    2. 

    Tekan { go to wl } masukkan numerik panjang gelombang kemudian enter  

    3.  Tekan { F1 } untuk mengubah mode pengukuran dari ABS ke %T atau sebaliknya

    4.  Masukkan kuvet yang berisi larutan blanko kedalam kompartment sampel

    5.  Tekan { Autozero } untuk mengenolkan sampel

    6.  Ganti kuvet blanko dengan larutan yang akan dianalisa

    7.  Tekan { start} untuk membaca nilai absorban (ABS) atau % T

    8.  Ulangi langkah (6)-(7) untuk sampel berikutnya

    B. 

    Spektrum

    1.  Tekan { 2 } spektrum pada keyboard

    2.  Ganti parameter sesuai kebutuhan

    3.  Masukkan kuvet yang berisi larutan kedalam kompartment sampel

  • 8/18/2019 Laporan UV-VIS_M.Sukron.F.Husein_011400389.pdf

    10/19

    4.  Tekan { F1 } untuk melakukan koreksi baseline tunggu sampai selesai

    5.  Ganti kuvet dengan kuvet yang berisi larutan sampel , lalu tekan { start }

    6.  Untuk mencetak spektrum, tekan { print }

    7.  Untuk melihat puncak spektrum hasil analisa tekan { F2 } PEAK

    8.  Untuk mengubak ke tabel, tekan { F3 } VALLEY

    C.  Quantitative

    Tekan { 3 } ENTER

    Ubah parameter analisa

    Masukkan kuvet blanko di dalam kompartment sampel kemudian { Auto Zero }

    Masukkan kuvet yang berisi larutan standart START masukkan semua nilai

    konsentrasi standart ke dalam tabel START ulangi untuk standart –  standart

     berikutnya

    Masukkan kuvet yang berisi larutan sampel START ulangi untuk sampel berikutnya

    III.  DATA PENGAMATAN

    a.  Penyiapan larutan (pengenceran) Fe2+ 

      Larutan 2 ppm dibuat dari pengenceran 100 ppm menggunakan labu ukur 100

    ± 0,05 mL dan buret 50 ± 0,05 mL

      Larutan 6 ppm dibuat dari pengenceran 100 ppm menggunakan labu ukur 100

    ± 0,05 mL dan buret 50 ± 0,05 mL

      Larutan 12 ppm dibuat dari pengenceran 100 ppm menggunakan labu ukur 100

    ± 0,05 mL dan buret 50 ± 0,05 mL

      Larutan 20 ppm dibuat dari pengenceran 100 ppm menggunakan labu ukur 100

    ± 0,05 mL dan buret 50 ± 0,05 mL

      Larutan 30 ppm dibuat dari pengenceran 100 ppm menggunakan labu ukur 100

    ± 0,05 mL dan buret 50 ± 0,05 mL

  • 8/18/2019 Laporan UV-VIS_M.Sukron.F.Husein_011400389.pdf

    11/19

      Larutan 40 ppm dibuat dari pengenceran 100 ppm menggunakan labu ukur 100

    ± 0,05 mL dan buret 50 ± 0,05 mL

     b.  Pengukuran

      Larutan standar

    λ = 509,0 nm

     No. Konsentrasi (ppm) Absorbansi

    1. 0,000 0,000

    2. 2,000 0,448

    3. 6,000 1,249

    4. 12,000 1,429

    5. 20,000 1,430

    6. 30,000 1,446

    7. 40,000 1,312

     

    Pengukuran sampel

    λ = 509,0 nm

     No. Abs Conc.ppm

    1. 1,789 36,783

      Peak detection

     No. Absis ABS

    1. 509,0 1,251

  • 8/18/2019 Laporan UV-VIS_M.Sukron.F.Husein_011400389.pdf

    12/19

    IV.  PERHITUNGAN

      Massa garam mohr yang ditimbang

    () () . × =

    / /  ×  

    = 7000  

    = 7000 1000  

    Jadi, massa garam mohr yang ditimbang = 7 gr

      Dari 1000 Ppm larutan induk diencerkan menjadi 100 ppm

      Pembuatan 10 titik larutan standar Fe (pengenceran dari larutan Fe 100 ppm)

    2 ppm

    ×   = ×  

    100 ×   = 2 × 50  

    = 1  

    Dengan cara yang sama, didapat data sebagai berikut:

    Konsentrasi Yang dipipet

    2 1

    6 3

    12 6

    20 10

    30 15

    40 20

  • 8/18/2019 Laporan UV-VIS_M.Sukron.F.Husein_011400389.pdf

    13/19

     

    Pembuatan larutan buffer asetat 

    100% = ×10 ×%  

    100% = 1,05 ×10 ×100% 

    100% = 17,48543  

    Pengenceran dari 17,48543 M ke 0,1 M

    ×   = ×  

    0,1 × 1000 = 17,48543 ×  

    = 5,7  

    Jika dibuat grafik antara konsetrasi dengan absbansi pada panang gelombang 509,0 nmdiperoleh grafik sperti i bawah

     Namun, pada data 20 ppm, 30 m, dan 40 ppm terdapat data yang diindikasikan outlier,

     jadi pada data tersebut bisa dihilangkan, maka grafiknya menjadi.

    y = 0.0259x + 0.6383

    R² = 0.4495

    0

    0.5

    1

    1.5

    2

    0 10 20 30 40 50

          A      b     s     o

         r      b     a     n     s      i

    Konsentrasi (ppm)

    Grafik 6.1 Hubungan Konsentrasi dan

    Absorbansi

    Series1

    Linear (Series1)

  • 8/18/2019 Laporan UV-VIS_M.Sukron.F.Husein_011400389.pdf

    14/19

    Setelah dilakukan seleksi data, didapatkan kurva kalibrasi berikut

     

    a.  Limit Deteksi

    Rata-rata blanko =0,001 

    Dari grafik diketahui bahwa a = 0,207

    Limit deteksi = −

     

    = ,,  

    = 0,0144

    Didapatkan nilai asorbainya bernilai 0, jika nilai ini dimasukkan ke dalam

     persaman grafik dengan y adalah absorbansi, maka diperoleh

    y = 0.207x + 0.0136

    X= 0,000892/0,207 = 0,00431

    Jadi, nilai limit deteksi UV-Vis ini terdapat pada absorbansi 0 dan konsentrasi  –  

    0,00431 ppm.

    y = 0.207x + 0.0136

    R² = 0.9992

    0

    0.2

    0.4

    0.6

    0.8

    1

    1.2

    1.4

    0 1 2 3 4 5 6 7

          A       b     s     o     r       b     a     n     c     e

    Concentration (ppm)

    6.2 Kurva Kalibrasi

  • 8/18/2019 Laporan UV-VIS_M.Sukron.F.Husein_011400389.pdf

    15/19

     b.  Limit kuantitasi

    Limit kuantitasi = −

     

    = ,

    ,  

    = 0,0483

    c.  Pengkuran Sampel

    Dari data pengamatan dapat diketahui bahwa niali absorbansi sampel adalah

    1,789 dan konsentrasi sampel sebesar 36,783 ppm. Maka konsentrasi sampel yang

    sebenarnya dapat dihitung dengan menggunakan persamaan grafiky = 0.207x + 0.0136

    1,789 = 0.207x + 0.0136

    1,7754 = 0,118x

    x = 15,045 ppm

    Persentase kesalahan = |−ℎ | 100% 

    |6,−,6, | 100% = 59,7 % 

    d.  Ketidakpastian pengukuran

    1.  Pengenceran larutan menjadi 2 ppm

    Pengenceran Daftar Alat Nilai Ketidakpastian

    1 ppm dari 100 ppm Labu takar 100 mL 0,05

    Buret 50 mL 0,05

  • 8/18/2019 Laporan UV-VIS_M.Sukron.F.Husein_011400389.pdf

    16/19

    4

    22

    1

    10.099,5

    100

    05,0

    500

    05,0

     

      

     

     

      

     S 

     

    2.  Ketidakpastian total

    Karena selama pengeceran menggunakan alat dengan volume yang sama

    dan uncertainty yang sama pula, maka nilai ketidakpastian total adalah

    %1704,0

    10.704,1

    )10.099,5()10.099,5(

    )10.099,5()10.099,5()10.099,5()10.099,5(

    (

    3

    2424

    24242424

    2

    6

    2

    5

    2

    4

    2

    3

    2

    2

    2

    1

    S S S S S S S total 

     

    V. 

    PEMBAHASAN

    Percobaan kali ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui cara kerja spektrometri

    UV-Vis dengan melakukan pengukuran sampel dan standar larutan Fe2+. Pada praktikum

    kali ini juga bertujuan untuk mencari limit deteksi, dan limit kuantitasi alat serta

    ketidakpastian total dari seluruh proses. Sebelum mengukur larutan Fe2+  uv-vis perlu

    dikalibrasi terlebih dahulu untuk menentukan gelombang kerja pada pengukuran ini.

    Kemudian diambil larutan standar dan diukur satu persatu untuk kalibrasi lebih lanjut dan

    mendapatkan hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi. Dari pengukuran tersebut

    didapat grafik 6.1 sebagai hasil dari hubungan antara konsentrasi standar (ditentukan) dan

    absorbansi (terukur). Didapat grafik yang tidak linear karena beberapa data yang outlier.

    Karena itu diperlukan pemilihan data sehingga terpilihlah 3 data untuk membuat kurva

    kalibrasi seperti pada grafik 6.2. Dengan menggunakan kurva tersebut dapat dihitung

    limitdeteksi, limit kuantitasi, serta konsentrasi sampel untuk menentukan ketidakpastian

     pengukuran.

    Pada perhitungan limit deteksi diperlukan data rata-rata blanko, sedangkan blanko

    terukur hanya mempunyai 1 data dan bernilai 0. Sehingga praktikan memutuskan untuk

    membuat rekayasa data menjadi 0,001 untuk penghitungan limit deteksi. Rekayasa ini

    diambil berdasarkan refrensi ketika mengukur Fe3+ menggunakan AAS dan pengukuran

     blanko menghasilkan data absorbansi 0,001. Karena blanko yang digunakan diambil dari

  • 8/18/2019 Laporan UV-VIS_M.Sukron.F.Husein_011400389.pdf

    17/19

    sumber yang sama maka rekayasa tersebut akhirnya dibuat. Dari rekayasa tersebut didapat

    limit deteksi dari alat adalah 0,0144, kemudian absorbansi terbawah (limit deteksi) ini

    dikonversi ke satuan konsentrasi menggunakan persamaan yang didapat dari kurva

    kalibrasi sehingga didapatkan limit deteksi konsentrasi untuk alat ini adalah 0,00431ppm.

    Dimana hasil ini membuktikan bahwa kemungkinan blanko memang mengandung Fe 2+ 

    dengan konsentrasi yang dibawah limit deteksi sehingga tidak dapat terbaca oleh alat ini

    dan menghasilkan nilai 0 pada pembacaan nya.

    Pada pengukuran sampel yang dilakukan. Praktikan mengambil sampel dari salah

    satu larutan standar kelompok sebelumnya dan mendapat data seperti pada hasil

     pengamatan diatas. Kemudian dari data yang didapan (konsentrasi dan absorbansi)

    dihitung kembali konsentrasi sampel ini dengan menggunakan kurva kalibrasi danabsorbansi terukurnya. Didapatkan hasil yang berbeda cukup jauh yaitu 15,045 ppm dari

    konsentrasi terukur 36,783ppm. Hal ini terjadi karena pada awalnya kalibrasi yang

    dilakukan menghasilkan kurva dengan persamaan pada grafik 6.1 yang kemudian membuat

    absorbansi terukur dari standar menghasilkan konsentrasi terukur 36,783ppm. Setelah

    kurva kalibrasi dibuat ulang dengan membuang beberapa data, hubungan antara

    konsentrasi dan absorbansi pun berubah sehingga menghasilkan konsentrasi terhitung yang

    cukup berbeda. Perbedaan yang terjadi pada kedua hasil ini dapat dihitung dengan

    membandingkan kedua konsentrasi yang didapat dan menghasilkan presentase kesalahan

    yang cukup besar yaitu 59,7%. Hal-hal yang berpengaruh terhadap presentase kesalahan

    ini salah satunya adalah ketidakpastian alat yang digunakan dalam pembuatan larutan.

    Sehingga konsentrasi larutan tidak tepat sesuai dengan yag ditentukan dan sebagian besar

    sebenarnya kurang baik untuk dijadikan standar. Selain dari ketidak pastian ini peran

     praktikan dalam menggunakan alat juga berpengaruh sehingga didapat data dengan persen

    kesalahan diatas 50% tersebut.

  • 8/18/2019 Laporan UV-VIS_M.Sukron.F.Husein_011400389.pdf

    18/19

     

    VI.  KESIMPULAN

    a.  Spekttrofotrometri uv-vis , merupakan metode pengukuran radiasi sinar uv dekat

    samapi pada sinar tampak. Spektrofotometer uv-vis merupakan alat analisis yang

    digunakan untuk menentukan kadar suatu sampel dalam bentuk cairan dan

     berdasarkan perbedaan warnanya. Spektrofotometri uv-vis mengacu pada hukum

    Lambert-Beer. Apabila cahaya monokromatik melalui suatu media (larutan), maka

    sebagian cahaya tersebut akan diserap, sebagian dipantulkan dan sebagian lagi akandipancarkan.

     b.  Limit deteksi dalam percobaan kali ini adalah 7,0129 x10-4 sedangkan limit

    kuantitasi dan ketidakpastian totalnya masing-masing adalah 2,3376 x10-3 dan

    1,5993

    VII.  DAFTAR PUSTAKA

    a.  Christina, Maria.2006. Instrumentasi Kimia I . Yogyakarta : STTN-BATAN

     b. 

    http://www.khusnul.blogspot.com/2012/06/spektrofotometri.html 

    c.  http://catatankimia.com/catatan/spektrofotometri-uv-vis.html 

    d.  http://catatankimia.com/catatan/tipe-dan-analisis-spektrofotometri-uv-vis.html 

    Yogyakarta,28 Desember 2015

    Asisten Praktikan,

    Maria Ch. P M.Sukron.F.Husein

    http://www.khusnul.blogspot.com/2012/06/spektrofotometri.htmlhttp://www.khusnul.blogspot.com/2012/06/spektrofotometri.htmlhttp://catatankimia.com/catatan/spektrofotometri-uv-vis.htmlhttp://catatankimia.com/catatan/spektrofotometri-uv-vis.htmlhttp://catatankimia.com/catatan/tipe-dan-analisis-spektrofotometri-uv-vis.htmlhttp://catatankimia.com/catatan/tipe-dan-analisis-spektrofotometri-uv-vis.htmlhttp://catatankimia.com/catatan/tipe-dan-analisis-spektrofotometri-uv-vis.htmlhttp://catatankimia.com/catatan/spektrofotometri-uv-vis.htmlhttp://www.khusnul.blogspot.com/2012/06/spektrofotometri.html

  • 8/18/2019 Laporan UV-VIS_M.Sukron.F.Husein_011400389.pdf

    19/19