bab i uv vis 2
DESCRIPTION
bab iTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
1. Memahami prinsip analisa dengan menggunakan UV-VIS
2. Mampu mengoperasikan alat UV-VIS Cary 50 Conc Varian
3. Mampu mempersiapkan sampel dengan cermat
4. Menganalisa samper seperti kadar besi dalam air
1.2. Dasar Teori
1.2.1 Spektrofotometri
Spektrofotometri merupakan metode analisa berdasarkan spektroskopi, yaitu
adanya interaksi antara materi dengan cahaya. Spektrofotometri dapat
dibayangkan sebagai suatu perpanjangan dari penilikan visual dalam mana
studi yang lebih rinci mengenai penyerapan energi cahaya oleh spesies kimia
memungkinkan kecermatan yang lebih besar dalam pencirian dan pengukuran
kuantitatif. Dengan menggantikan mata manusia dengan detektor-detektor
radiasi lain, dimungkinkan studi absorbsi (serapan) diluar daerah spektrum
tampak, dan seringkali eksperimen spektrofotometri dilakukan secara
automatik. Dalam penggunaan dewasa ini, istilah spektrometri menyiratkan
pengukuran jauhnya penyerapan energi cahaya oleh suatu sistem kimia itu
sebagai fungsi dari panjang gelombang radiasi, demikian pula pengukuran
penyerapan yang menyendiri pada suatu panjang gelombang
tertentu(Underwood,1986).
1.2.2 Spektrofotometri Vis (visibel)
Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energi
adalah cahaya tampak (visible). Cahaya visible termasuk spektrum
elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang
sinar tampak adalah 380 sampai 750 nm. Sehingga semua sinar yang dapat
dilihat oleh kita, entah itu putih, merah, biru, hijau, apapun.. selama ia dapat
dilihat oleh mata, maka sinar tersebut termasuk ke dalam sinar tampak(visible).
Sumber sinar tampak yang umumnya dipakai pada spektro visible adalah
lampu Tungsten. Tungsten yang dikenal juga dengan nama Wolfram
merupakan unsur kimia dengan simbol W dan no atom 74. Tungsten
mempunyai titik didih yang tertinggi (3422 ºC) dibanding logam lainnya.
karena sifat inilah maka ia digunakan sebagai sumber lampu. Sampel yang
dapat dianalisa dengan metode ini hanya sampel yang memiliki warna. Hal ini
menjadi kelemahan tersendiri dari metode spektrofotometri visible. Oleh
karena itu, untuk sample yang tidak memiliki warna harus terlebih dulu dibuat
berwarna dengan menggunakan reagent spesifik yang akan menghasilkan
senyawa berwarna. Reagent yang digunakan harus betul-betul spesifik hanya
bereaksi dengan analat yang akan dianalisa. Selain itu juga produk senyawa
berwarna yang dihasilkan stabil.
1.2.3 Spektrofotometri UV (ultra violet)
Berbeda dengan spektrofotometri visible, pada spektrofotometri UV
berdasarkan interaksi sampel dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang
gelombang 190-380 nm. Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu
deuterium. Deuterium disebut juga heavy hidrogen merupakan isotop hidrogen
yang stabil yang terdapat berlimpah di laut dan daratan. Inti atom deuterium
mempunyai satu proton dan satu neutron, sementara hidrogen hanya memiliki
satu proton dan tidak memiliki neutron. Nama deuterium diambil dari bahasa
Yunani, deuteros, yang berarti ‘dua’, mengacu pada intinya yang memiliki dua
pertikel. Karena sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata kita, maka senyawa
yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa yang tidak
memiliki warna. Bening dan transparan. Oleh karena itu, sample tidak
berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan penambahan reagent tertentu.
Bahkan sampel dapat langsung dianalisa meskipun tanpa preparasi. Namun
perlu diingat, sampel keruh tetap harus dibuat jernih dengan filtrasi atau
centrifugasi. Prinsip dasar pada spektrofotometri adalah sample harus jernih
dan larut sempurna. Tidak ada partikel koloid apalagi suspensi.
Spektrofotometri UV memang lebih simple dan mudah dibanding
spektrofotometri visible, terutama pada bagian preparasi sample. Namun harus
hati-hati juga, karena banyak kemungkinan terjadi interferensi dari senyawa
lain selain alat yang juga menyerap pada panjang gelombang UV. Hal ini
berpotensi menimbulkan bias pada hasil analisa.
1.2.4 Spektrofotometri UV-Visible
Spektrofotometri UV-Visible adalah bagian teknik analisa spektroskopi
yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat (190-380 nm)
dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrument spektrofotometer.
(Mulja,Muhammad;1995)
Prinsip kerja dari spektrofotometri UV-Visible adalah penyerapan cahaya
oleh molekul-molekul. Semua molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah
UV-Visible (tampak) karena mereka mengandung elektron, baik berpasangan
maupun sendiri yang dapat dieksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi,
panjang gelombang bila mana absorpsi itu terjadi, bergantung pada kekuatan
elektron itu terikat dalam molekul. Elektron dalam suatu ikatan kovalen tunggal
terikat dengan kuat dan diperlukan radiasi berenergi tinggi atau panjang
gelombang rendah untuk eksitasinya.
Spektrofotometri UV-Visible dapat menentukan penentuan terhadap sampel
yang berupa larutan, gas, atau uap. Untuk sampel yang berupa larutan perlu
diperhatikan beberapa persyaratan pelarut yang dipakai antara lain:
1. Pelarut yang dipakai tidak mengandung ikatan rangkap terkonjugasi pada
struktur molekulnya dan tidak berwarna
2. Tidak terjadi interksi dengan molekul senyawa yang dianalisa
3. Kemurniannya harus tinggi untuk dianalisa
Spektrofotometri UV-Visible melibatkan energi elektromagnetik cukup
besar pada molekul yang dianalisis, sehingga Spektrofotometri UV-Visible
lebih banyak dipakai untuk analisa kuantitatif dibanding analisa kualitatif.
Analisa dengan Spektrofotometri UV-Visible selalu melibatkan pembacaan
radiasi elektromagnetik oleh molekul atau radiasi elektromagnetik yang
diteruskan, keduanya dikenal dengan absorbansi (A) tanpa satuan dan
transmitansi dengan satuan persen (%).
1.2.5 Hukum Lambert Beer
Analisis dengan spektrofotometri UV – Visible selalu melibatkan
pembacaan absorbansi radiasi elektromagnetik oleh molekul atau radiasi
elektromagnetik yang diteruskan. Keduanya dikenal sebagai absorbansi (A)
tanpa satuan dan transmitansi dengan satuan persen (% T ),
(Mulja,Muhammad;1995).
Apabila suatu radiasi elektromagnetik dikenakan pada suatu larutan dengan
intensitas radiasi semula (I0), maka sebagian radiasi tersebut akan diteruskan (I),
dipantulkan (Ip) dan diabsorpsi (Ia) sehingga :
I0 = Ip + Ia + I
Harga Ip (± 4 % ) dengan demikian dapat diabaikan karena pengerjaan
dengan metode spektrofotometri UV – Visible dipakai larutan pembanding
sehingga :
I0 = Ia+ I
Bouguer, Lambert dan Beer membuat formula secara matematik hubungan
antara transmitansi atau absorbansi terhadap intensitas radiasi atau konsentrasi
zat yang akan dianalisa dan tebal larutan yang mengabsorpsi sebagai :
A = ε b C
T = ¿
I 0 = 10 –εbC
A = log 1T
= ε b C
Dimana:
T = persen transmitansi
I0 = intensitas radiasi yang datang
It = intensitas radiasi yang diteruskan
ε = absorsivitas molar ( L mol-1cm-1)
C = konsentrasi
b = tebal larutan
A = absorbansi
1.2.7 Instrumentasi Spektrofotometri UV-Visible
Spektrofotometer UV-Vis merupakan spektrofotometer berkas ganda
sedangkan pada spektrofotometer VIS ataupun UV termasuk spektrofotometer
berkas tunggal. Pada spektrofotometer berkas ganda blanko dan sampel
dimasukan atau disinari secara bersamaan, sedangkan spektrofotometer berkas
tunggal blanko dimasukan atau disinari secara terpisah.
Spektrofotometer UV-VIS seperti yang tertera pada gambar.
Gambar 1.1 Bagian Optik Spektrofotometri UV-Visible
Double-beam dibuat untuk digunakan pada panjang gelombang 190 sampai
750 nm. Double-beam instrument dimana mempunyai dua sinar yang dibentuk
oleh potongan cermin yang berbentuk V yang disebut pemecah sinar. Sinar
pertama melewati larutan blangko dan sinar kedua secara serentak melewati
sampel, mencocokkan fotodetektor yang keluar menjelaskan perbandingan yang
ditetapkan secara elektronik dan ditunjukkan oleh alat pembaca.
a. Sumber cahaya
Sumber cahaya pada spektrofotometer harus memiliki panacaran radiasi
yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber cahaya pada spektrofotometer
UV-Vis ada dua macam :
- Lampu Tungsten (Wolfram), Lampu ini digunakan untuk mengukur sampel
pada daerah tampak. Bentuk lampu ini mirip dengna bola lampu pijar biasa.
Memiliki panjang gelombang antara 350-2200 nm. Spektrum radiasianya
berupa garis lengkung. Umumnya memiliki waktu 1000jam pemakaian.
- Lampu Deuterium, lampu ini dipakai pada panjang gelombang 190-380
nm. Spektrum energy radiasinya lurus, dan digunakan untuk mengukur
sampel yang terletak pada daerah uv. Memiliki waktu 500 jam pemakaian.
b. Wadah Sampel
Kebanyakan spektrofotometri melibatkan larutan dan karenanya
kebanyakan wadah sampel adalah sel untuk menaruh cairan ke dalam berkas
cahaya spektrofotometer. Sel itu haruslah meneruskan energy cahaya dalam
daerah spektral yang diminati: jadi sel kaca melayani daerah tampak, sel kuarsa
atau kaca silica tinggi istimewa untuk daerah ultraviolet. Dalam instrument,
tabung reaksi silindris kadang-kadang diginakan sebagai wadah sampel. Penting
bahwa tabung-tabung semacam itu diletakkan secara reprodusibel dengan
membubuhkan tanda pada salah satu sisi tabung dan tanda itu selalu tetap
arahnya tiap kali ditaruh dalam instrument. Sel-sel lebih baik bila permukaan
optisnya datar. Sel-sel harus diisi sedemikian rupa sehingga berkas cahaya
menembus larutan, dengan meniscus terletak seluruhnya diatas berkas.
Umumnya sel-sel ditahan pada posisinya dengan desain kinematik dari
pemegangnya atau dengan jepitan berpegas yang memastikan bahwa posisi
tabung dalam ruang sel (dari) instrument itu reprodusibel.
c. MonokromatorMonokromator adalah alat yang akan memecah cahaya polikromatis
menjadi cahaya tunggal (monokromatis) dengan komponen panjang gelombang tertentu. Bagian-bagian monokromator, yaitu :
1. Prisma.
Prisma akan mendispersikan radiasi elektromagnetik sebesar mungkin
supaya di dapatkan resolusi yang baik dari radiasi polikromatis.
2. Grating (kisi difraksi)
Kisi difraksi memberi keuntungan lebih bagi proses spektroskopi. Dispersi
sinar akan disebarkan merata, dengan pendispersi yang sama, hasil dispersi
akan lebih baik. Selain itu kisi difraksi dapat digunakan dalam seluruh
jangkauan spektrum.
3. Celah optis
Celah ini digunakan untuk mengarahkan sinar monokromatis yang
diharapkan dari sumber radiasi. Apabila celah berada pada posisi yang tepat,
maka radiasi akan dirotasikan melalui prisma, sehingga diperoleh panjang
gelombang yang diharapkan.
4. Filter.
Berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga cahaya yang
diteruskan merupakan cahaya berwarna yang sesuai dengan panjang
gelombang yang dipilih.
d. Detektor
Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar
kemudian diubah menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan dalam rekorder dan
ditampilkan dalam bentuk angka-angka pada reader (komputer). Detector dapat
memberikan respons terhadap radiasi pada berbagai panjang gelombang Ada
beberapa cara untuk mendeteksi substansi yang telah melewati kolom. Metode
umum yang mudah dipakai untuk menjelaskan yaitu penggunaan serapan ultra-
violet. Banyak senyawa-senyawa organik menyerap sinar UV dari beberapa
panjang gelombang. Jika anda menyinarkan sinar UV pada larutan yang keluar
melalui kolom dan sebuah detektor pada sisi yang berlawanan, anda akan
mendapatkan pembacaan langsung berapa besar sinar yang diserap. Jumlah
cahaya yang diserap akan bergantung pada jumlah senyawa tertentu yang
melewati melalui berkas pada waktu itu. Anda akan heran mengapa pelarut
yang digunakan tidak mengabsorbsi sinar UV. Pelarut menyerapnya! Tetapi
berbeda, senyawa-senyawa akan menyerap dengan sangat kuat bagian-bagian
yang berbeda dari specktrum UV. Misalnya, metanol, menyerap pada panjang
gelombang dibawah 205 nm dan air pada gelombang dibawah 190 nm. Jika
anda menggunakan campuran metanol-air sebagai pelarut, anda sebaiknya
menggunakan panjang gelombang yang lebih besar dari 205 nm untuk
mencegah pembacaan yang salah dari pelarut
e. Visual Display/Recorder
Merupakan system baca yang memperagakan besarnya isyarat listrik,
menyatakan dalam bentuk % Transmitan maupun Absorbansi.
1.2.8 Prinsip Kerja Spektrometer UV-VIS
Cahaya yang berasal dari lampu deuterium maupun wolfram yang bersifat
polikromatis di teruskan melalui lensa menuju ke monokromator pada
spektrofotometer dan filter cahaya pada fotometer. Monokromator kemudian
akan mengubah cahaya polikromatis menjadi cahaya monokromatis (tunggal).
Berkas-berkas cahaya dengan panjang tertentu kemudian akan dilewatkan pada
sampel yang mengandung suatu zat dalam konsentrasi tertentu. Oleh karena itu,
terdapat cahaya yang diserap (diabsorbsi) dan ada pula yang dilewatkan.
Cahaya yang dilewatkan ini kemudian di terima oleh detector. Detector
kemudian akan menghitung cahaya yang diterima dan mengetahui cahaya yang
diserap oleh sampel. Cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat
yang terkandung dalam sampel sehingga akan diketahui konsentrasi zat dalam
sampel secara kuantitatif.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada spectrometer UV-VIS adalah:
- Larutan yang dianalisis merupakan larutan berwarna.
Apabila larutan yang akan dianalisis merupakan larutan yang tidak
berwarna, maka larutan tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi
larutan yang berwarna. Kecuali apabila diukur dengan menggunakan lampu
UV.
- Panjang gelombang maksimum
Panjang gelombang yang digunakan adalah panjang gelombang yang
mempunyai absorbansi maksimal. Hal ini dikarenakan pada panajgn
gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal karena pada panjang
gelombang tersebut, perubahan absorbansi untuk tiap satuan konsentrasi
adalah yang paling besar. Selain itu disekitar panjang gelombang maksimal,
akan terbentuk kurva absorbansi yang datar sehingga hukum Lambert-Beer
dapat terpenuhi. Dan apabila dilakukan pengukuran ulang, tingkat
kesalahannya akan kecil sekali.
- Kalibrasi Panjang gelombang dan Absorban
Spektrofotometer digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang
dipancarkan dan cahaya yang diabsorbsi. Hal ini bergantung pada spektrum
elektromagnetik yang diabsorb oleh benda. Tiap media akan menyerap
cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawa yang
terbentuk. Oleh karena itu perlu dilakukan kalibrasi panjang gelombang dan
absorban pada spektrofotometer agar pengukuran yang di dapatkan lebih
teliti.
1.2.9 Kegunaan UV-Visible SpektrofotometerUV-Visible Spectrofotometer dapat digunakan untuk menentukan
kandungan zat organic maupun anorganik dalam suatu larutan. Absorbs energy
radiasi pada daerah spectrum UV dan Visible tergantung terutama pada jumlah
dan susunan electron pada molekul-molekul atau ion-ion penyerap. Pada
senyawa anorganik penyerapan terjadi bilamana ada energy level yang kosong
tertutup oleh energy level yang penuh, biasanya terbentuk dengan koordinat
kovalen dengan atom lain. Absorbs pada molekul-molekul organic tergantung
pada sebaran electron-elektron pada molekul. Senyawa organic jenuh tidak
menunjukkan adanya absorbs untuk daerah visible dan UV. Senyawa dengan
ikatan ganda menyerap dengan kuat pada daerah UV. Ikatan rangkap
terkonjugasi menyerap panjang gelombang yang lebih panjang. System
terkonjugasi sempurna dalam sebuah senyawa disebut chromophore dari
senyawa itu. (Tim Penyusun, 2014)
1.2.10 AbsorbansiAbsorbansi larutan akan bervariasi berdasarkan konsentrasi atau ukuran
wadah. Absorptivitas molar diperoleh dari pembagian absorbansi dengan konsentrasi dan panjang larutan yang dilalui sinar. Hal ini artinya bahwa untuk membandingkan antara satu senyawa dengan senyawa lainnya tanpa mengkhawatirkan pengaruh konsentrasi dan panjang larutan. Disamping itu dalam penentuan absorbansi larutan jika suatu larutan terlalu pekat, maka akan diperoleh absorbansi yang sangat tinggi karena ada banyak molekul yang berinteraksi dengam sinar. Akan tetapi, dalam larutan yang sangat encer, sangat sulit untuk melihat warnanya. Absorbansinya sangat rendah.
Pengujian pengaruh lama pemanasan terhadap absorbansi pigmen menunjukkan bahwa pada umumnya penurunan absorbansi secara nyata terjadi setelah pemanasan selama 30 menit. Selanjutnya penurunan absorbansi hampir sama dengan sebelumnya. Penurunan absorbansi secara kualitatif menyatakan penurunan intensitas warna.
1.2.11 Larutan IndukLarutan induk adalah larutan baku kimia yang dibuat dengan kadar tinggi
dan akan digunakan untuk membuat larutan baku dengan kadar lebih rendah.
1.2.12 Larutan StandarLarutan baku/ larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah
diketahui. Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan ditentukan konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan menggunakan pipet volumetri dan ditempatkan di erlenmeyer.
a. Larutan baku primer
Larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya
diketahui secara tepat melalui metode gravimetri (perhitungan massa), dapat
digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui.
Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan
penimbangan teliti dari zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume
tertentu. Contoh: K2Cr2O7, As2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat.
Syarat-syarat larutan baku primer :
- Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada
suhu 110-120 derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni. (Syarat
ini biasanya tak dapat dipenuhi oleh zat- zat terhidrasi karena sukar untuk
menghilangkan air-permukaan dengan lengkap tanpa menimbulkan
pernguraian parsial).
- Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara; kondisi ini
menunjukkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh
udara atau dipengaruhi karbondioksida.
- Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif dan
kepekaan tertentu.
- Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekuivalen
yang besar.
- Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
- Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan
langsung.
b. Larutan baku sekunder
Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat
karena berasal dari zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi larutan ini
ditentukan dengan pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya
melalui metode titrimetri. Contoh: AgNO3, KmnO4, Fe(SO4)2
Syarat-syarat larutan baku sekunder :
- Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
- Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan
penimbangan
- Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.
1.2.13 Larutan Blanko
Larutan blanko adalah larutan tidak berisi analit. Larutan blanko biasanya
digunakan untuk tujuan kalibrasi sebagai larutan pembanding dalam analisis
fotometri. Larutan blanko dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu :
1. Kalibrasi blanko (larutan yang digunakan untuk membuat titik nol
konsentrasi darigrafik kalibrasi; larutan ini hanya berisi pengencer
digunakan untuk membuat larutan standar).
2. Reagen blanko (larutan berisi reagen yang digunakan untuk melarutkan
sampel, pembacaan absorbansi untuk larutan ini biasanya dikurangi dari
pembacaan sampel).
3. Metode blanko (larutan yang diperlakukan sama dengan sampel, ditambah
dengan reagen yang sama, mengalamai kontak dengan alat yang sama dan
diperlakukan dengan prosedur yang sama).
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat yang digunakan
1. Spektrofotometer UV-Visible Cary 50 Conc - Varian
2. Botol semprot
3. Bulp
4. Gelas kimia 100 ml
5. Kuvet
6. Labu ukur 50 ml dan100 ml
7. Pipet tetes
8. Pipet volume 1 ml dan 5 ml
2.1.2 Bahan yang digunakan
1. Aquadest
2. Larutan Induk Fe2+ 100 ppm
3. Larutan Orto phenantroline
4. Larutan Buffer asetat
5. Larutan Hidroksilamin
6. Sampel Air
2.2 Prosedur Percobaan
2.2.1 Pembuatan Larutan Fe2+ 10 ppm
1. Memipet 10 ml larutan induk Fe2+100 ppm ke dalam labu ukur 100 mL.
2. Menambahkan aquadest hingga tanda batas, lalu mengocoknya sampai
larutan menjadi homogen.
2.2.2 Pembuatan Larutan Standar Fe2+ (0,2 ppm; 0,5 ppm; 0,8 ppm; 1,1 ppm;
dan 1,4 ppm)
1. Memipet masing-masing 1 mL, 2,5mL, 4 mL, 5,5 mL, dan 7 mL larutan
Fe2+ 10 ppm ke dalam labu ukur 100 mL.
2. Menambahkan masing-masing 5 mL larutan Hidroksolamin.
3. Menambahkan masing-masing 5 mL larutan buffer asetat dan 5 mL Orto
phenantroline.
4. Menambahkan aquadest hingga tanda batas, lalu mengocoknya sampai
larutan menjadi homogen.
5. Memindahkan larutan ke dalam gelas kimia.
2.2.3 Pembuatan Larutan Sampel
1. Mempipet 25 mL air sampel dan memasukkan kedalam labu ukur 100 mL
2. Menambahkan 5 mL larutan Hidroksolamin.
3. Menambahkan 5 mL larutan buffer asetat dan 5 mL Orto phenantroline.
4. Menambahkan aquadest hingga tanda batas, lalu mengocoknya sampai
larutan menjadi homogen.
5. Memindahkan larutan ke dalam gelas kimia.
2.2.4 Pembuatan Larutan Blanko
1. Mempipet 5 mL larutan Hidroksolamin kedalam labu ukur 100 mL.
2. Menambahkan 5 mL larutan buffer asetat dan 5 mL Orto phenantroline.
3. Menambahkan aquadest hingga tanda batas, lalu mengocoknya sampai
larutan menjadi homogen.
4. Memindahkan larutan ke dalam gelas kimia
2.2.5 Penentuan λ maksmimum
1. Menghubungkan alat UV-Visible Cary 50 Conc-Varian dan komputer ke
sumber listrik serta memastikan sistem dan alat menyala dan self test
selesai.
2. Mengklik icon ”Scan” pada desktop sehingga tampil window scan.
3. Mengklik set up hingga tampil window set up dan melakukan pengukuran
parameter.
Cary instrument mode
X mode
Start : 600 nm
Stop : 400 nm
Y mode
Mode : absorbansi
Y min / X maks : skala absorbansi
Scan control
Display option : overlay data
Beam mode : dual beam
Baseline
Correction : none
Report
Name : kelompok 34 D4 2014
Include x-y
Peak table : all peaks
Auto store
Storage : storage on
4. Mengklik ok.
5. Memasukkan kuvet yang berisi larutan blanko ke dalam alat uv – vis dan
menutupnya.
6. Menekan tombol “zero” lalu menunggu sampai muncul angka 0,000 A
(Absorbansi) pada display dan λ = 510 nm.
7. Mengeluarkan kuvet yang berisi larutan blanko lalu mengganti dengan
larutan standar (sebelum memasukan larutan standar, sebaiknya kuvet
dibilas dengan aquadest dan sedikit larutan standar)
8. Memasukkan kedalam alat uv –visible dan menutupnya lalu mengklik
“Start”.
9. Muncul kotak save as, lalu memilih file name dan mengklik ok.
10. Mengklik finish, akan muncul grafik dan data λ maksimal
11. Mengklik print, kemudian mengklik exit
2.2.6 Penentuan Absorbansi Sampel Air pada λmaks
1. Mengklik icon “Cocentration” pada desktop computer.
2. Memastikan cary 50 conc-varian aktif.
3. Membuka set up kemudian mengklik carry dan mengganti λ maksimum
yang diperoleh sebelumnya melalui scan (λ = 510 nm).
4. Mengklik standard dan memasukkan satuan dan jumlah standar.
5. Mengisi data minimal R2=0,95
6. Mengklik sampel, kemudian mengisi nama sampel yang akan dianalisa.
7. Mengklik report ( kel 4 D3_concentration)
8. Mengklik Ok.
9. Mengklik setup hingga berubah satuan (mg/L).
10. Mengklik Ok.
11. Memasukkan kuvet yang berisi larutan blanko, kemudian menutup alat
UV-VIS.
12. Mengklik zero hingga absorbansi menunjukkan nilai = 0,0000
13. Mengklik start, kemudian memindahkan data larutan standard an larutan
sampel dari kotak kanan ke kotak kiri.
14. Mengklik Ok.
15. Mengklik nama file. Muncul kotak dialog present standar.
16. Memasukkan kuvet yang berisi larutan sampel kemudian menutup alat UV
VIS.
17. Mengklik start.
18. Mengklik finish, akan muncul kurva standar antara absorbansi melawan
konsentrasi dan data nilai konsentrasi larutan sampel.
19. Mengklik print, kemudian mengklik exit
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Pengamatan
3.1.1 Pengukuran Absorbansi larutan standar pada λ max = 510 nm
Tabel 1. Konsentrasi Dan Absorbansi Larutan Standar
No Larutan Konsentrasi (mg/L) Absorbansi Pers. Regresi Linear
1 Standar 1 0,2 0,0393Y = 0,19985x
+ 0,000432 Standar 2 0,5 0,09563 Standar 3 0,8 0,17204 Standar 4 1,1 0,21575 Standar 5 1,4 0,2790
3.1.2 Pengukuran Sampel Air
Tabel 2. Absorbansi Larutan Sampel
No Sampel Konsentrasi (mg/L) Absorbansi1 Air Sumur Bor 0,5 0,10142 Air Danau 1,2 0,24113 Air Sungai Mahakam 0,5 0,1065
Tabel 3. Konsentrasi dan Kadar Fe2+ dalam larutan sampel
No Sampel Factor Pengenceran
Konsentrasi Larutan (mg/L)
Kadar Fe2+ dalam sampel (mg/L)
1 Air Sumur Bor 50/25 0,5 12 Air Danau 50/25 1,2 2,43 Air Sungai Mahakam 100/75 0,5 0,67
3.2. Pembahasan Hasil
Pada praktikum UV-VIS II bertujuan untuk memahami prinsip analisa dengan menggunakan UV-VIS, mampu mengoperasikan alat UV-VIS II, mampu mengoperasikan alat UV-VIS II, mampu mempersiapkan sampel dengan cermat dan menentukan kadar Fe2+ dalam sampel air.
Prinsip analisa UV-VIS adalah penyerapan cahaya oleh molekul. Spektrofotometer UV-VIS merupakan alat dengan teknik spektrofotometer pada daerah ultraviolet dan sinar tampak. Alat ini digunakan guna mengukur serapan sinar ultraviolet atau sinar tampak oleh suatu material dalam bentuk larutan.
Syarat pada analisa dengan spektrofotometri UV-VIS adalah larutan yang dianalisa harus bersifat stabil membentuk kompleks dan berwarna. Oleh karena itu pada praktikum kali ini larutan blanko, larutan standar maupun larutan sampel harus ditambahkan larutan hidroksilamin klorida untuk mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+. Besi dalam keadaan Fe2+ lebih stabil dibandingkan dengan besi Fe3+. Dalam keadaan dasar larutan besi tidak berwarna sehingga perlu ditambahkan larutan orto-phenantrolin agar membentuk kompleks larutan berwarna. Reaksi antara besi dengan orto-phenantrolin merupakan reaksi kesetimbangan dan berlangsung pada Ph 6 sampai 8, karena alasan tersebut ph harus dijaga tetap dengan cara menambahkan larutan buffer asetat.
Dengan reaksi
4Fe3+ + 2NH2OH → 4Fe2+ + N2O + H2 + 4H+
Fe2+ + → [Fe(C18H8N2)3]2+
Pada pembuatan larutan sampel, untuk larutan sampel air sumur bor dengan air danau, sambal dipipet 25 Ml kemudian dimasukkan dalam labu ukur 50 ml dan ditambahkan 5 ml larutan hidroksilamin, 5 ml larutan buffer asetat dan 5 ml larutan orto phenantrolin, namun pada larutan sampel air sungai Mahakam, sampel yang digunakan sebanyak 75 ml dalam labu ukur 100 ml dengan perlakuan yang lainnya sama dengan larutan sampel air sumur bor dengan larutan sampel air danau. Hal ini dilakukan karena warna yang terbentuk pada larutan sampel air sungai Mahakam tidak berada dianatar warna yang terbentuk pada larutan standar sehingga factor
pengenceran ditambahkan agar warna yang terbentuk berada diantara warna yang terbentuk pada larutan standar.
Pada alat UV-VIS II terdapat 2 aplikasi yang digunakan untuk mengoperasikan alat, yaitu scan dan concentration. Aplikasi scan untuk mencari λmaks dan aplikasi concentration untuk menentukan absorbansi sehingga mendapatkan kurva standar. Sebelum mengukur absorbansi dari larutan standard an sampel, terlebih dahulu menentukan panjang gelombang maksimum dari zat yang akan dianalisa. Hal ini bertujuan agar mendapatkan pembacaan absorbansi maksimum. Panjang gelombang maksimum yang diperoleh sebesar 510,1 nm dengan absorbansi.
Panjang gelombang maksimum yang diperoleh digunakan untuk menentukan absorbansi dari larutan blanko, larutan standar. Pada larutan standar dengan konsentrasi 0,2 ppm diperoleh absorbansi sebesar 0,0393 ; larutan standar dengan konsentrasi 0,5 ppm diperoleh absorbansi sebesar 0,0956 ; larutan standar dengan konsentrasi 0,8 ppm diperoleh absorbansi 0,1720 ; larutan standar dengan konsentrasi 1,1 ppm diperoleh absorbansi 0,2157 dan larutan standar dengan konsentrasi 1,4 ppm diperoleh absorbansi 0,2790. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar konsentrasi maka semakin besar absorbansinya, hal ini sesuai dengan hukum lambert beer dimana A= ε b C , yang mana absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi.
Pada penentuan absorbansi larutan sampel diperoleh absorbansi pada larutan sampel air sumur bor sebesar 0,1014 ; larutan sampel air danau sebesar 0,2411 ; dan larutan sampel air sungai Mahakam sebesar 0,1065.
Dari data absorbansi larutan standar dapat dibuat kurva kalibrasi standar dengan persamaan y = 0,199985x + 0,00043. Persamaan ini digunakan untuk menghitung kadar besi dalam larutan sampel. Kadar besi yang diperoleh dari masing-masing larutan sampel adalah sebagai berikut :
1. larutan sampel air sumur bor : 0,5 mg/L
2. larutan sampel air danau : 1,2 mg/L
3. larutan sampel air sungai Mahakam : 0,5 mg/L
Untuk mengetahui kadar besi yang terkandung dalam sampel maka kadar besi dalam sampel dikalikan dengan factor pengencer, sehingga diperoleh kadar besi dalam sampel sebagai berikut :
1. sampel air sumur bor : 1 mg/L
2. sampel air danau : 2,4 mg/L
3. sampel air sungai Mahakam : 0,62 mg/L
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Persamaan kurva kalibrasi yang didapat : y= 0,19985x + 0,000432. Konsentrasi pada larutan sampel : Air Danau = 1,2 mg/L
Air Sungai Mahakam = 0,5 mg/LAir Sumur Bor = 0,5 mg/L
3. Kadar Fe2+ pada larutan sampel : Air Danau = 2,4 mg/LAir Sungai Mahakam = 0,67 mg/LAir Sumur Bor = 1 mg/L
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Tipe dan Analisis Spektrofotometri UV-VIS.
http://kimiafarmasi.wordpress.com/2010/09/02/tipe-dan-analisis-
spektrofotometri-uv-vis/. Diakses tanggal : 13 Desember 2014
Anonim. 2011. Pengertian Dasar Spektrofotometer Vis UV Dan UV-Vis.
http://wanibesak.wordpress.com/2011/07/04/pengertian-dasar-spektrofotometer-
vis-uv-uv-vis. Diakses tanggal : 13 Desember 2014
Anonim. 2011. Larutan Baku (Larutan Standar).
http://artikelteknikkimia.blogspot.com/2011/12/larutan-baku-larutan-standar.html.
Diakses tanggal : 13 Desember 2014
Basset, J., Denney, RC., Jeffrey, G.H., Mendham, J. ”Buku Vogel Kimia Analisis
Kuantitatif Anorganik” Edisi 4. Surabaya : EGC.
Day, R.A., Underwood,J.R. 2002. “Analisis Kimia Kuantitatif” Edisi keenam.
Jakarta : Erlangga.
Mulja, Muhammad & Suharman. 1995. “Analisis Instrumental” Surabaya : Erlangga
University Press.
Tim Penyusun. 2014. “Penuntun Praktikum Analisa Instrumen”. Samarinda :
Politeknik Negeri Samarinda.
1. Pengenceran Larutan Induk Fe3+ 10 ppmN1 V1 = N2 V2
100 ppm x V1 = 10 ppm x 100 mlV1 = 10 ml
2. Pembuatan Larutan Standara. Larutan Standar Fe2+ 0,2 ppm
N1 V1 = N2 V2
10 ppm x V1 = 0,2 ppm x 50 mlV1 = 1 ml
b. Larutan Standar Fe2+ 0,5 ppmN1 V1 = N2 V2
10 ppm x V1 = 0,5 ppm x 50 mlV1 = 2,5 ml
c. Larutan Standar Fe2+ 0,8 ppmN1 V1 = N2 V2
10 ppm x V1 = 0,8 ppm x 50 mlV1 = 4 ml
d. Larutan Standar Fe2+ 1,1 ppmN1 V1 = N2 V2
10 ppm x V1 = 1,1 ppm x 50 mlV1 = 5,5 ml
e. Larutan Standar Fe2+ 1,4 ppmN1 V1 = N2 V2
10 ppm x V1 = 1,4 ppm x 50 mlV1 = 7 ml
3. Penentuan Konsentrasi Larutan Sampela. Air Danau
y = 0,19985x + 0,00043
0,2411 = 0,19985x + 0,00043 0,24067 = 0,19985x x = 1,2 mg/L
b. Air Sungai Mahakam y = 0,19985x + 0,00043 0,1065 = 0,19985x + 0,00043 0,10607 = 0,19985x x = 0,5 mg/L
c. Air Sumur y = 0,19985x + 0,00043 0,1014 = 0,19985x + 0,00043 0,10097 = 0,19985x x = 0,5 mg/L
4. Perhitungan Kadar Fe2+
a. Air Danau (Fe2+) = konsentrasi larutan sampel x fp
= 1,2 mg/L x (50/25) = 2,4 mg/L
b. Air Sungai Mahakam (Fe2+) = konsentrasi larutan sampel x fp
= 0,5 mg/L x (100/75) = 0,67 mg/L
c. Air Sumur Bor (Fe2+) = konsentrasi larutan sampel x fp
= 0,5 mg/L x (50/25) = 1 mg/L