laporan urinalisis

26
URINALISIS LAPORAN Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Anatomi dan Fisiologi Manusia yang dibina oleh Drs. H. Soewolo, M.Pd dan Nuning Wulandari, S.Si, M.Si. Oleh: Kelompok 3 Arif Lailatul Faricha 120342400172 Hestin Atas Asih 120342400172 Kharirotun Nafiah 120342422498 Nina Mufida 120342422469 Novia Hylsandy 120342400172 Pramesti Dwi Rhumana 120342422498 Yuniar Indra Permana

Upload: mh

Post on 18-Nov-2015

53 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Anisman

TRANSCRIPT

URINALISIS

LAPORAN

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Anatomi dan Fisiologi Manusia

yang dibina oleh Drs. H. Soewolo, M.Pd dan Nuning Wulandari, S.Si, M.Si.

Oleh:

Kelompok 3

Arif Lailatul Faricha

120342400172

Hestin Atas Asih

120342400172

Kharirotun Nafiah

120342422498

Nina Mufida

120342422469

Novia Hylsandy

120342400172

Pramesti Dwi Rhumana

120342422498

Yuniar Indra Permana

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

Oktober 2014

A. TopikPraktikum UrinalisisB. TujuanPraktikum ini bertujuan untuk mengetahui kandungan zat dalam urine C. Dasar TeoriUrinalisis merupakan pemeriksaan uji saring untuk mengetahui gangguan ginjal dan saluran kemih atau gangguan metabolisme tubuh (Strasinger & Schaub, 2001 dalam Maranatha, 2013). Urinalisis adalah analisis kimia, makroskopis, dan mikroskopis terhadap urin. Urinalisis berguna untuk mendiagnosis penyakit ginjal atau infeksi traktus urinarius dan untuk mendeteksi adanya penyakit metabolik yang tidak berhubungan dengan ginjal (Kee, Joyce Le Fever, 2007 dalam digib unimus, tanpa tahun). Menurut Amacher, 2006 dalam Maranatha, 2013 menyatakan bahwa metode pemeriksaaan urinalisis ada dua macam yaitu metode konvensional dan metode spektrofotometri menggunakan autoanalyzer. Soewolo,dkk (2003) menyebutkan bahwa ada beberapa sifat urin yang meliputi:

1. Volume urin normal orang dewasa 600-2500 ml/hari. Jumlah ini tergantung pada masukan air, suhu luar, makanan dan keadaan mental/fisik individu. Produk akhir nitrogen dan kopi, teh, alkohol mempunyai efek dieresis.2. Berat jenis berkisar antara 1,003-1,030

3. Reaksi urin biasanya asam dengan pH kurang dari 6 (sekitar 4,7-8). Jika masukan protein tinggi, urin menjadi asam karena fosfat dan sulfat berlebihan dari hasil katabolisme protein. Keasaman meningkat pada asosiasi dan pada demam. Urin menjadi alkali karena perubahan urea menjadi ammonia dan kehilangan CO2 di udara. Urin menjadi alkali pada alkalosis seperti setelah banyak muntah.

4. Warna urin normal adalah kuning pucat atau ambar. Pigmen utamanya urokrom, sedikit urobilin dan hematopofirin. Pada keadaan demam, urin berwarna kuning tua atau kecoklatan. Pada penyakit hati pigmen empedu mewarnai urin menjadi hijau, coklat, atau kuning tua. Darah (hemoglobin) memberi warna seperti asap sampai merah pada urin. Urin sangat asam mengendapkan garam-garam asam urat dengan warna dadu

5. Urin segar beraroma sesuai dengan zat-zat yang dimakan.

Unsur-unsur normal dalam urin ditunjukkan dengan adanya (Soewolo, dkk, 2003): (1) urea yang lebih dari 25-30 gram dalam urin, (2) ammonia, pada keadaan normal terdapat sedikit dalam urins segar, adanya ketosis dan asidosis akibat diabetes mellitus yang tidak terkontrol, fungsi ginjal tidak terganggu, akan menyebabkan pengeluaran ammonia yang tinggi dalam urin, (3) kreatinin dan keratin (kreatinin adalah produk dari pemecahan kreatin). Kreatini normalnya 20-26 mg/kg pada laki-laki, pada perempuan 14-22 mg/kg, (4) asam urat, adalah hasil akhir terpenting oksidasi purin dalam tubuh, (5) asam amino: hanya sedikit dalam urin. Pada penderita hati yang lebih lanjut dank arena keracunan (kloroform, karbon, tetraklorida) maka jumlah asam amino yang disekresi meningkat, (6) klorida terutama disekresikan sebagai natrium klorida. Natrium klorida, pengeluarannya tergantung dari masukan, (7) sulfur, berasal dari protein yang mengandung sulfur dari makanan, dan konsentrasi sulfur dalam urin sebagai SO3, (8) fosfat di urin merupakan gabungan dari natrium dan kalium fosfat, berasal dari makanan yang mengandung protein berikatan dengan fosfat, (9) oksalat dalam urin rendah, pada penderita hiperoksaluria jumlah jumlah oksalat relative tinggi, (10) mineral: natrium, kalsium, kalium, dan magnesium ada sedikit dalam urin, (11) vitamin, hormone, dan enzim ditemukan dalam urin dengan jumlah kecil.Unsur-unsur abnormal dalam urin yaitu (Soewolo, dkk, 2003): Protein: proteinuria (albuminuria) yaitu adanya albumin dan globulin dalam urin dengan konsentrasi abnormal. Proteinuria fisiologis terdapat 0,5 % protein, hal ini dapat terjadi setelah latiha berat, setelah makan banyak protein, atau sebagai akibat gangguan sementara pada sirkulasi ginjal bila seseorang berdiri tegak. Proteinuria juga dapat terjadi karena keracunan tubulus ginjal oleh logam-logam berat (raksa, arsen, bismut). Glukosa: glukosuria tidak tetap dapat ditemukan setelah stress emosi (pertandingan atletik yang menegangkan), 15% kasus glikosuria tidak karena diabetes. Pentosuria terjadi sementara sesudah makan makanan yang mengandung gula pentosa. Benda-benda keton dapat terjadi pada saat kelaparan, diabetes, kehamilan, anestesi eter. Terdapat bilirubin dan adanya kandungan darah karena kerusakan pada ginjal.

D. Alat dan BahanAlat yang digunakan pada praktikum ini antara lain:

Alat sentrifugasi dan tabungnya Tabung reaksi

Pipet panjang

Penjepit tabung reaksi

Urinometer

Tabung urinalis

Gelas benda

Gelas penutup

Mikroskop

Lap flannel

Kertas isap

Lampu spritus

Korek api

Thermometer

Bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain: Urine segar Larutan benedict

Larutan NaOH 5%

Indikator universal

Reagen millon

Kristal sodium nitroprusside

Asam asetat

E. Prosedur Analisis Fisik

Analisis kimia

Analisis mikroskopis

F. Data Hasil Pengamatan

1. Analisis Fisika) Warna BahanWarna

Urine NormalKuning berbuih

Sampel urine: laki-laki

b) Berat jenis

BahanSkala UrinometerSuhu

Urin Normal1,030310C

Sampel urine

: laki-laki

Suhu

: 310C - 150C = 160C/3 = 5,330CBerat jenis urine: 5,33 x 0,001

: 0,005

: 1.030 + 0,005

: 1,0353c) pH

BahanpH

Urine normal6

Sampel urine: laki-laki2. Analisis Kimiaa) GlukosaBahanWarna

Urine normal + larutan benedict (dipanaskan)Biru kehijauan : ada gula

Sampel urine: laki-lakib) Protein Reagen MilonBahanPositif Negatif

Supernatan urine + reagen milonPositif

(terjadi warna lembayung)-

Sampel urine: laki-laki

Badan Keton (Aseton)

BahanPositif Negatif

Kristal sodium + urine + asam asetat + NaOH-Negatif

(merah kecoklatan)

Sampel urine: laki-laki

Pigmen Empedu

BahanHasil

Urine (dikocok)Buih berwarna putih

(tidak ada pigmen empedu)

Sampel urine: laki-laki3. Elemen dalam UrinBahanGambarKeterangan

Endapan urine

Panah hijau:

bakteriPanah merah:

serabut tanaman

Panah kuning:

Asam hipurik

G. ANALISIS DATA

Pada praktikum pengamatan urinalisis dilakukan 3 analisis yaitu analisis fisik yang meliputi pengamatan warna, berat jenis serta pH urine dan analisis kimia yang meliputi pengamatan adanya glukosa dan protein, selain itu juga dilakukan analisis mikroskopis yaitu pengamatan elemen yang terdapat dalam urine. Sampel urine yang digunakan pada pengamatan diambil dari subyek bergender laki-laki. Berdasarkan hasil pengamatan fisik didapatkan hasil, urine sampel berwarna kuning berbuih yang mungkin disebabkan oleh naiknya pigmen melanin. Pada pengamatan berat jenis dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut urinometer , alat ini dimasukkan ke dalam urine yang sudah dituang ke dalam tabung. Sebelumnya suhu urine diukur dengan menggunakan termometer. Diketahui suhu urine sampel yaitu 31oC. Setelah suhu diukur dan urinometer dimasukkan, skala yang ada di urinometer menunjukkan angka 1,030. Rincian cara penghitungan berat jenis urine adalah sebagai berikut:

Suhu =

= = 5,33oC

Suhu x 0,001 = 5,33 x 0,001

= 0,005

Berat Jenis Urine = 1,030 + 0,0053

= 1,0353

Berdasarkan hasil penghitungan tersebut diketahui bahwa berat jenis urine adalah 1,0353. setelah dilakukan penukuran pH urine diketahui bernilai 6.

Untuk analisis pengamatan sifat kimia pada urine sampel dilakukan beberapa uji. Untuk uji pengamatan kandungan glukosa dilakukan dengan menggunakan reagen berupa larutan Bennedict yang dicampurkan ke dalam 8 tetes urine. Berdasarkan hasil pengamatan, urine yang direaksikan dengan larutan bennedict menunjukkan warna biru kehijauan yang mengindikasikan adanya gula. Pada pengujian kandungan protein, urine sampel mula-mula disentrifuge terlebih dahulu, kemudian 3 ml supernatan hasil sentrifugasi diberi 5 tetes reagen millon, setelah diamati hasil reaksi urine dengan millon menunjukkan adanya warna lembayung (hasil positif) yang mengindikasikan urine mengandung protein. Saat pengujian badan keton, dilakukan dengan cara memberi kristal sodium nitroprusside dalam 5 ml urine kemudian ditetesi dengan 5 tetes larutan asam asetat dan 1 tetes NaOH. Hasil menunjukkan reaksi negatif pada pengujian ini, karena cincin ungu kemerahan tidak terbentuk dan yang muncul adalah warna merah kecokelatan. Pengujian selanjutnya adalah uji pigmen empedu dalam urine, pengujian dilakukan dengan cara mengocok tabung yang setengahnya diisi dengan urine, hasil pengamatan menunjukkan urine dalam tabung menjadi berbuih dan buih yang muncul berwarna putih, hal ini mengindikasikan tidak adanya pigmen empedu dalam urine.

Terakhir yaitu pengamatan komponen mikroskopis. Pengamatan ini dilakukan dengan cara mengambil endapan urine sisa hasil sentrifugasi dan diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100 kali. Hasil pengamatan menunjukkan terdapat beberapa elemen mikroskopis dalam urine yaitu adanya asam hipuric, serabut tanaman dan bakteri.

Berdasarkan keseluruhan pengamatan yang sudah dilakukan, telah diketahui bahwa urine dimungkinkan mengalami kenaikan melanin, memiliki pH sebesar 6 dan massa jenis sebesar 1,0353. Urine juga mengandung glukosa yang mengindikasikan bahwa subyek kemungkinan menderita penyakit diabetes mellitus, urine sampel juga menunjukkan hasil positif mengandung protein, tidak mengandung badan keton (aseton) dan tidak menunjukkan jika urine mengandung pigmen empedu, selain itu juga ditemukan beberapa elemen mikroskopis dalam urine di antaranya terdapat asam hipuric, serabut tanaman dan bakteri.H. PEMBAHASAN

1. Analisis fisik

a. Warna

Pada praktikum analisis fisik warna urin, sampel urin yang baru saja diambil dari subyek laki-laki ditampung pada penampung urinalis dan diamati warnanya. Dari pengamatan didapatkan hasil warna urin adalah kuning dan terdapat buih, hasil ini adalah normal seperti yang dinyatakan dalam Soewolo (2005), bahwa warna urine normal adalah kuning pucat atau ambar, mengandung pigmen utama urokrom, sedikit urobilin dan hematofirin. Pada keadaan demam, urin berwarna kuning tua atau kecoklatan, pada penyakit hati pigmen empedu mewarnai urin menjadi hijau,coklat, atau kuning tua. Darah (hemoglobin) memberi warna seperti asap sampai merah pada urin. Urin sangat asam mengendapkan garam-garam asam urat dengan warna dadu.

b. Berat jenis

Pada praktikum ini urine yang berada pada penampung urinalis diukur berat jenisnya dengan alat urinometer.. Berat Jenis (BJ) dipengaruhi oleh tingkat keenceran urin sehingga banyaknya cairan yang diminum akan mempengaruhi berat jenis urin. Menurut Putri (2011) bahwa berat jenis urine, tergantung dari jumlah air yang larut di dalam urine atau terbawa di dalam urine. Berat jenis plasma (tanpa protein) adalah 1,010. Bila ginjal mengencerkan urine (misalnya sesudah minum air) maka berat jenisnya kurang dari 1,010. bila ginjal memekatkan urine (sebagaimana fungsinya) maka berat jenis urine naik diatas 1010. Daya pemekatan ginjal diukur menurut berat jenis tertinggi yang dapat dihasilkan, yang seharusnya dapat lebih dari 1,025. Apabila terdapat protein ataupun glukosa dalam urin akan meningkatkan berat jenis urin. jika ada protein dalam urin, maka setiap 1% proteinuria berat jenis bertambah 0,003. Jika ada glukosa dalam urine, maka setiap 1% glukosuria berat jenis bertambah 0,004.Dari hasil amatan dan dihitung pada analisis data didapatkan berat jenis urine dari subjek laki-laki didapatkan berat jenis urin sebesar 1,030 sedangkan berat jenis urin yang normal berkisar antara 1,003-1,030 (Suewolo, 2005), sehingga berat jenis urin praktikan masih dalam rentangan berat jenis normal.

c. pH

Ketika dilakukan tes pH dengan menggunakan indikator universal, didapatkan pH urin dari subjek laki-laki adalah 6. Hal ini menunjukkan bahwa urin subjek memiliki pH normal. pH dari urine yang normal biasanya asam dengan pH kurang dari 6 (berkisar antara 4,7-8). Reaksi urin biasanya asam sebab fosfat dan sulfat berlebihan dari hasil metabolisme protein. Keasaman meningkat pada asidosis dan pada demam. Urin akan menjadi alkali karena perubahan urea menjadi amonia dan kehilangan CO2 di udara. Urin menjadi alkali pada alkalosis seperti setelah banyak muntah (Soewolo, 2005).

2. Analisis Kimia

a. Glukosa

Untuk mengetahui urin praktikan mengandung glukosa praktikan melakukan uji benedict. Warna awal urin yang diamati adalah kuning. Setelah diberi penambahan larutan Benedict, warna urine bercampur dengan warna larutan Benedict menjadi biru. Kemudian dipanaskan selama 5 menit dalam air yang mendidih, hasilnya warna urin menjadi biru kehijauan. urin yang ditetesi larutan Bennedict dan dipanaskan selama 5 menit kemudian berwarna merah bata dengan endapan menunjukkan glukosa 4+, jingga-kuning menunjukkan bahwa terdapat glukosa 3+, coklat kehijauan menandakan terdapat glukosa 2+, kuning kehijauan menunjukkan bahwa terdapat glukosa 1+ sedangkan bila berwarna biru kehijauan menunjukkan terdapat glukosa, dan apabila tetap biru maka menunjukkan tidak ada kandungan glukosa pada urin (Basoeki, 2000).

Pereaksi Benedict yang mengandung kuprisulfat dalam suasana basa akan tereduksi oleh gula yang menpunyai gugus aldehid atau keton bebas (misal oleh glukosa), yang dibuktikan dengan terbentuknya kuprooksida berwarna merah. Glukosa mempunyai sifat mereduksi. Ion cupri direduksi menjadi cupro dan mengendap dalam bentuk merah bata. Semua larutan sakar yang mempunyai gugusan aldehid atau keton bebas akan memberikan reaksi positif. Na sitrat dan Na karbonat (basa yang tidak begitu kuat) berguna untuk mencegah pengendapan Cu+2. Sukrosa memberikan reaksi negatif karena tidak mempunyai gugusan aktif. Reaksi benedict sensitif, karena larutan sakar dalam jumlah sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, hingga praktis lebih mudah mengenalnya. Hanya terlihat sedikit endapan pada dasar tabung (Poedjiadi, 1994).Uji benedict lebih peka karena benedict dapat dipakai untuk menafsir kadar glukosa secara kasar, karena dengan berbagai kadar glukosa memberikan warna yang berlainan. Dari data tersebut memberikan hasil bahwa urine yang diperiksa mengandung glukosa karena memberi hasil positif terhadap tes Benedict dengan berubahnya warna menjadi biru kehijauan. Warna biru kehijauan menunjukkan hasil yang positif karena terbentuk kuprooksida meskipun dalam jumlah yang sedikit. Glukosuria tidak tetap dapat ditemukan setelah stess emosi, 15% kasus glukosuria tidak karena diabetes, pentosuria sementara dapat terjadi sesudah makan makanan yang mengandung gula pentosa (Soewolo, 2005)b. Protein

1) Reagen millon

Prinsip dari uji millon adalah pembentukan garam merkuri dari tirosin yang ternitrasi. Tirosin merupakan asam amino yang mempunyai molekul fenol pada gugus R-nya, yang akan membentuk garam merkuri dengan pereaksi millon. Protein albumin dan kasein mengandung tirosin sebagai salah asam amino penyusunnya, sedangkan gelatin dan pepton tidak. Fenol dalam hal ini digunakan sebagai bahan percobaan karena Tirosin memiliki molekul fenol pada gugus R-nya (Poedjiadi, 1994).Pada pengujian terhadap kandungan protein dalam urine, digunakan reagen Millon. Hasil positif dari uji Millon ini ditandai dengan warna lembayung pada urin. Warna lembayung menunjukkan bahwa urine mengandung protein. Seperti pada data yang diperoleh,uji millon pada urin didapatkan hasil positif, urin yang diberi reagen millon menunjukkan warna lembayung. Hal ini menunjukkan urin yang diamati terkandung unsur abnormal pada urin, yaitu protein seperti albumin yang konsentrasinya abnormal.

Proteinoria atau albuminoria adalah adanya albumin dan globulin dalam urin dengan konsentrasi abnormal, proteinuria fisiologis terdapat 0.5% protein, ini dapat terjadi setelah latihan berat, setelah makan banyak protein, atau sebagai akibat gangguan sementara pada sirkulasi ginjal bila seorang berdiri tegak. Proteinuria patologis, disebabkan oleh adanya kelainan dari organ ginjal karena sakit. Proteinuria juga dapat terjadi karena keracunan tubulus ginjal oleh logam-logam berat (raksa, arsen atau bismut) (Soewolo, 2005).

2) Badan keton (Aseton)Benda- benda keton dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan asam 13-hidroksi butirat. Adanya keton dalam urin ditandai dengan adanya endapan putih namun pada praktikum tidak didapatkan endapan dan warna sampel menjadi merah kecoklatan (negative). Adanya keton dalam urin dapat dipicu oleh keadaan puasa yang lama, kelainan metabolisme karbohidrat seperti pada diabetes mellitus, kelainan metabolisme lemak didalam urin didapatkan benda keton dalam jumlah yang tinggi (Riswanto, 2010).3) Pigmen empedu

Pada uji pigmen empedu ini, urine dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian dikocok hingga berbuih. Hasil yang diperoleh dari pengamatan adalah terdapat buih dan buih tersebut berwarna putih. Hal ini menunjukkan bahwa urine yang diamati tidak mengandung pigmen empedu.

Pigmen (bilirubin) pada kondisi normal akan terkonjugasi dalam empedu. Bilirubin terkonjugasi karena adanya enzim glokuronil tranferase. Bila bilirubin tidak terkonjugasi diakibatkan karena kurang atau tidak adanya enzim glokuroniltranferase tersebut, maka akan mengakibatkan presipitasi/pengendapan dari bilirubin tersebut. Ini disebabkan karena bilirubin tak terkonjugasi tidak larut dalam air, tetapi larut dalam lemak, sehingga lama kelamaan terjadi pengendapan bilirubin tak terkonjugasi, yang akhirnya bisa menyebabkan batu empedu. Berdasarkan hasil uji pigmen empedu pada praktikum yang kami lakukan sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa urine yang mengandung pigmen empedu, buihnya akan berwarna kuning kehijauan sampai coklat (Basoeki, 2000).

3. Analisis mikroskopik

Pemeriksaan diperlukan untuk mengamati sel dan benda berbentuk partikel lainnya. Banyak macam unsur mikroskopik dapat ditemukan baik yang ada kaitannya dengan infeksi (bakteri, virus) maupun yang bukan karena infeksi misalnya perdarahan, disfungsi endotel dan gagal ginjal (Riswanto, 2010).Terdapat berbagai elemen dalam urin seperti dijelaskan pada Basoeki (2000) bahwa pada urin bisa terdapat elemem-elemen berikut: sel-sel squamosa

sel epitel transisional

lekosit

bakteri

hialin cast

granular cast

blood cast

serabut tanaman

asam uric

triple fosfat

kalsium oksalat

kalsium fosfat

asam hipuric kolesterol

Pada hasil pengamatan endapan urin dari subyek laki-laki yang diamati di bawah mikroskop ditemukan bahwa urin mengandung asam hipuric, serabut tanaman, serta bakteri. Urine pada orang yang normal mengandung elemen-elemen tersebut dalam jumlah yang sedikit. Apabila elemen-elemen tersebut jumlahnya meningkat atau berlebihan maka urine mengalami abnormalitas. Adanya elemen-elemen dalam jumlah yang abnormal tersebut disebabkan oleh berbagai hal antara lain ketidaknormalan organ-organ yang berperan dalam system urinearia misalnya pada ginjal. Kristal-kristal yang terdapat dalam urine (asam hipuric). Kristal asam Hipuric Kristal asam hipuric selalu berkaitan dengan pH netral kristal ini biasanya tidak berwarna prisma dengan ujung piramida juga bisa tipis dan berbentuk jarum biasanya terkait denga diet tinggi buah-buahan dan sayur -sayuran yang mengandung sejumlah besar asam benzoat. Terdapatnya unsur tersebut tergantung dari jenis makanan, banyak makanan, kecepatan metabolisme dan kepekatan urine (Riswanto, 2010). Diperkuat pula bahwa fosfat di urine adalah gabungan dari natrium dan kalium fosfat, ini berasal dari makanan yang mengandung protein berikatan dengan fosfat (Soewolo, 2003).

Menurut Riswanto (2010), pemeriksaan mikroskopik diperlukan untuk mengamati sel dan benda berbentuk partikel lainnya. Banyak macam unsur mikroskopik dapat ditemukan baik yang ada kaitannya dengan infeksi (bakteri, virus) maupun yang bukan karena infeksi misalnya perdarahan, disfungsi endotel dan gagal ginjal.Epitel skuamosa umumnya dalam jumlah yang lebih rendah dan berasal dari permukaan kulit atau dari luar uretra. Signifikansi utama mereka adalah sebagai indikator kontaminasi (Riswanto, 2010).I. KESIMPULANUrinalisis adalah analisis kimia, makroskopis, dan mikroskopis terhadap urin. Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui urin subyek bergender laki laki:1. Urin sampel berwarna kuning dan berbuih yang menunjukkan urin normal.2. Memiliki pH sebesar 6 yang menunjukkan urin subyek masih tergolong urin normal.3. Massa jenis sebesar 1,0353, berat jenis urin masih dalam rentangan berat jenis normal.4. Urin yang diperiksa mengandung glukosa karena memberi hasil positif terhadap tes Benedict dengan berubahnya warna biru menjadi biru kehijauan.5. Urin sampel yang diuji dengan uji Millon menunjukkan warna lembayung. Warna lembayung menunjukkan hasil positif urin mengandung protein. 6. Urine tidak mengandung badan keton (aseton) karena tidak didapatkan endapan berwarna putih dan warna sampel menjadi merah kecoklatan (negative).7. Urine tidak mengandung pigmen empedu karena buih dari urin berwarna putih sedangkan urine yang mengandung pigmen empedu, buihnya akan berwarna kuning kehijauan sampai coklat.8. Dalam urin ditemukan beberapa elemen mikroskopis di antaranya terdapat asam hipuric, serabut tanaman dan bakteri. Urine pada orang yang normal mengandung elemen-elemen tersebut dalam jumlah yang sedikit. Apabila elemen-elemen tersebut jumlahnya meningkat atau berlebihan maka urine mengalami abnormalitas.DAFTAR RUJUKANBasoeki, Soedjono, dkk. 2000. Petunjuk Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia. Malang: FMIPA UM.Digilib, Unimus. Tanpa Tahun. Pemeriksaan Urin. (online)http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=5789.

Diakses pada tanggal 25 Oktober 2014Maranatha. 2013. Urinalisis. (online)

http://repository.maranatha.edu/1852/3/0410183_Chapter1.pdf.

Diakses pada tanggal 25 Oktober 2014Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia Press.Putri. 2011. Pemeriksaan Laboratorium Urine. (Online)(http://penelitialam.com/2011/06/10/uji-lab-urine/, diskses 24 Oktober 2014)

Riswanto. 2010. Uji Laboratorium Urine. (online)(http://labkesehatan.com/ujikandunganurine, diakses 24 Oktober 2014).Soewolo.dkk. 2003. Fisiologi Manusia. Jakarta: JICA IMSTEPSoewolo. 2005. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Malang: FMIPA UM