laporan tahunan balai penelitian tanaman...

127
LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIA Balai Penelitian Tanaman Serealia Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian 2017

Upload: doanminh

Post on 08-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIA

Balai Penelitian Tanaman Serealia Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian

2017

Page 2: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIA Penanggung Jawab: Dr. Muhammad Azrai Kepala Balai Penelitian Tanaman Serealia

Diterbitkan oleh Balai Penelitian Tanaman Serealia Jalan Dr. Ratulangi No. 274 Maros Telp. 0411-371529, fax. 0411-371961 e-mail: [email protected] http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id

Page 3: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

PENDAHULUAN

Struktur organisasi Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal)

ditetapkan sesuai dengan SK Mentan Nomor.80/Kpts/ OT.210/1/2002. Dalam

melaksanakan tugas, Kepala Balai dibantu oleh (1) Subbagian Tata Usaha yang

mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan,

surat menyurat, dan rumah tangga, (2) Seksi Pelayanan Teknik mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana, program, pemantauan,

evaluasi dan laporan serta pelayanan sarana penelitian tanaman serealia, dan (3)

Seksi Jasa Penelitian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan kerjasama,

informasi dan dokumentasi serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil

penelitian tanaman serealia.

Sebagai lembaga penelitian, kerja Balitsereal harus sistematis dan terarah.

Untuk itu diperlukan rumusan visi sebagai keinginan ideal yang hendak dicapai,

serta misi sebagai pemandu untuk mengarahkan prioritas kegiatan Balit-sereal.

Visi dan Misi Balitsereal disusun dan diselaraskan dengan Visi dan Misi Pusat

Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan serta Visi dan Misi Badan Litbang

Pertanian. Visi Balitsereal adalah:”Balitsereal sebagai lembaga penelitian tanaman

serealia berkelas dunia dalam mewujudkan Sistem Pertanian – Bioindustri

Bekelanjutan”.

Rumusan visi tersebut diharapkan menjadi acuan dalam menentukan arah

prioritas kegiatan di Balitsereal. Untuk mencapai visi tersebut, misi yang harus

dilaksanakan adalah:

1. Mewujudkan inovasi teknologi tanaman serealia bioindustri tropika unggul

berdaya saing berbasis advanced technology dan bioscience, bioengineering,

teknologi responsif terhadap dinamika perubahan iklim, dan aplikasi Teknologi

Informasi serta peningkatan scientific recognition.

2. Mewujudkan spektrum diseminasi multi channel (SDMC) untuk mengoptimalkan

pemanfaatan inovasi teknologi tanaman serealia berbasis bioindustri tropika

unggul serta peningkatan impact recognition.

Perencanaan dan pelaksanaan operasional penelitian dilaksanakan dengan

mempertimbangkan pertumbungan dan perkembangan komoditas serealia

utamanya jagung, sorgum, gandum, dan serealia potensial lainnya di Indonesia

dan dunia.

Jagung dalam kaitannya dengan harga baik di pasar domestik maupun

internasional terus meningkat seiring tingginya permintaan pasar khususnya

Page 4: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

industri pakan ternak. Berdasarkan data statistik, produksi jagung nasional tahun

2015 sebesar 20 juta ton dengan produktivitas level 5,08 t/ha sementara pada

tahun 2016 produksi jagung nasional meningkat menjadi 23,13 juta ton atau

sebesar 3,33% dengan produktivitas meningkat sebesar 1,75% dari tahun

sebelumnya. Mengingat trend permintaan jagung kedepan yang masih tinggi serta

masih besarnya potensi lahan untuk pengembangan jagung yang belum di garap,

perlu diupayakan sejumlah langkah-langkah strategis diantaranya peningkatan

luas pertanaman varietas hibrida dan komposit unggul. Disisi lain, areal tanam

jagung lokal (komposit non unggul) diturunkan secara bertahap, dengan tetap

memperhatikan kebutuhan jagung komposit untuk kebutuhan pangan masyarakat

lokal.

Kondisi lain yang dihadapi komoditas jagung ini adalah adanya perubahan

iklim global (climate change) yang melanda dunia dalam dasa warsa terakhir ini

juga merupakan salah satu ancamana terhadap kelangsungan produksi dan

pemenuhan kebutuhan jagung. Hal ini disebabkan karena dengan perubahan

iklim akan berdampak pada peningkatan suhu (global warming) yang diikuti

dengan bahaya banjir dan kemarau yang ekstrim serta ledakan penyakit utama

jagung seperti penyakit bulai yang terbukti menyebabkan kekegagalan panen di

beberapa sentra pengembangan jagung. Perubahan lainnya yang akan

berpengaruh terhadap kegiatan budidaya pertanian adalah pergeseran pola

distribusi hujan yang semakin sulit diprediksi sehingga penentuan waktu tanaman

sulit dilakukan dan risiko gagal panen semakin besar. Selain itu, penggunaan

pupuk nitrogen (N) oleh petani yang berlebihan dan belum efisien yang sering

terjadi terutama saat musim tanam sehingga merupakan salah satu penghambat

dalam pencapaian hasil jagung secara optimal karena terjadinya toksisitas.

Lahan kering merupakan salah satu sumberdaya lahan potensial untuk

pembangunan pertanian, khususnya tanaman jagung. Wilayah dataran rendah

beriklim kering yang berpotensi untuk tanaman jagung berupa lahan kering yang

menyebar terutama di Indonesia bagian timur, serta sebagian di Jawa, Kalimantan

dan Sumatera. Di wilayah tersebut umumnya berupa lahan tadah hujan yang juga

menghadapi kendala musim hujan yang terlalu pendek dan tanah berbatu-batu di

beberapa tempat sehingga sering terancam oleh resiko kekurangan air. Tanaman

jagung sangat sensitif terhadap cekaman kekeringan terutama pada periode 1

minggu sebelum sampai dengan 2 minggu setelah berbunga. Kekeringan pada

Page 5: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

periode ini, tanaman akan mengalami peningkatan ASI (Anthesis silking interval)

sehingga penyerbukan tidak sinkron (Edmeades et al., 1992) dan pembentukan

biji yang tidak optimal bahkan sama sekali tidak ada biji yang terbentuk karena

adanya reduksi hasil fotosintesis (Zinselmeier at al., 1995; Schussler and Westgate,

1995).

Curah hujan yang tidak menentu pada akhir-akhir ini selain sering

menimbulkan kekeringan, juga dapat menimbulkan banjir. Tanaman jagung

sangat sensitif terhadap genangan air sehingga pada daerah-daerah yang sering

dilanda banjir sering mengalami gagal panen jagung. Tanaman jagung pada lahan

tegal sering mengalami kekeringan pada fase pengisian biji. Dalam keadaan

kekeringan akan menurunkan hasil biji, berat tongkol, memperlambat waktu

berbunga dan memperbesar interval berbunga (perbedaan antara antesis dan

keluarnya rambut tongkol), memperpendek tanaman dan memperbesar tanaman

yang mandul. Jagung berumur genjah berpeluang dapat terhindar dari kekeringan

sehingga dapat mengurangi resiko kegagalan panen (Subandi et al., 1988). Untuk

itu, varietas unggul jagung berumur genjah diperlukan oleh banyak petani

terutama untuk menyesuaikan pola tanam dan ketersediaan air.

Hal lain yang menjadi fokus Balitsereal adalah sorgum dimana sebagai

sumber energi mempunyai kelebihan dibanding tanaman lain seperti jarak, jagung

dan tebu karena daya adaptasi tanaman sorgum luas, tanaman sesuai untuk

dibudidayakan di daerah kering beriklim kering. Untuk kebutuhan industri

bioetanol, pertanaman harus dilakukan sepanjang tahun dan sebaiknya tidak

memanfaatkan lahan-lahan yang merupakan lahan pertanaman pangan. Untuk

pemenuhan industri bioetanol diperlukan lahan yang sangat luas. Produktivitas

sorgum dalam menghasilkan bioetanol adalah 2.000-3.500 liter/ha/musim atau

4.000-7.000 liter/ha/tahun. Untuk dapat menghasilkan 60 juta kilo liter/tahun

sebagai pengganti BBM diperlukan lahan seluas 15 juta ha.

Indonesia memiliki areal lahan yang sangat luas, baik pada wilayah beriklim

basah seperti: Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua maupun wilayah

beriklim kering (Nusa Tenggara, Sulawesi Tenggara, sebagian Sumatera dan

Jawa). Total lahan kering di Indonesia diperkirakan seluas 143,9 juta hektar. Dari

luasan tersebut, 31.5 juta hektar berupa lahan kering dengan topografi yang datar

Page 6: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

berombak (kemiringan lereng < 8%) yang layak untuk dikembangkan perkebunan

sorgum (Sihono, 2009).

Keunggulan sorgum batang manis antara lain gula yang terfermentasi

tinggi, daya bakar tinggi, dan alkoholnya bermutu tinggi. Kualitas sorgum untuk

produksi bioetanol terutama ditentukan oleh kandungan pati dalam biji atau gula

dalam nira pada batang. Balitsereal telah menyeleksi sorgum manis untuk

bioetanol sebanyak 13 galur/varietas yang mampu menghasilkan etanol 2500 –

3000 l/ha. Selanjutnya ke 13 galur/varietas sorgum manis tersebut akan dilakukan

perbaikan populasi/galur berdasarkan data jarak genetic dari Lab. Molekuler.

Demikian pula halnya sorgum biji untuk pangan dan pakan ternak akan dilakukan

perbaikan populasi/galur berdasarkan data dari Lab. Molekuler.

Salah satu upaya untuk mendukung pengembangan sorgum harus

didukung teknologi budidaya termasuk kegiatan penelitian menghasilkan teknologi

pemupukan N, P, K, dan bahan organik spesifik lokasi serta teknologi populasi

optimal pada komoditi tersebut. Sebagai bahan baku industri sorgum manis

merupakan salah satu sumber gula potensial, dapat mendukung industri gula,

sirup maupun alkohol. Karena itu diperlukan varietas unggul sorgum manis yang

beradaptasi pada kondisi lahan sub optimal dengan berbagai faktor pembatas

pertumbuhan maupun produksi tanaman. Faktor iklim meliputi curah hujan eratik,

suhu dan kelembaban yang ekstrim juga menjadi faktor pembatas perlu

diperhatikan karena umumnya sorgum ditanam pada lahan kering dengan sumber

air sangat tergantung pada curah hujan. Aklimatisasi benih maupun tanaman

sorgum manis berupa modifikasi suhu dan kelembaban dapat membantu untuk

meningkatkan atau mempertahankan produksi gula brix pada sorgum manis,

sekaligus dapat menjadi acuan untuk menentukan daerah yang sesuai untuk

pengembangannya.

Sementara itu tanaman gandum merupakan salah satu tanaman serealia

yang memiliki arti ekonomi sangat penting di Indonesia. Jenis gandum

diklasifikasikan berdasarkan tekstur dan warna bijinya yaitu gandum hard wheat

dengan kandungan protein 11 – 17 % untuk bahan baku roti, gandum soft wheat

dengan kandungan protein 6-11% memiliki kandungan gluten yang lemah (wheat

gluten) untuk bahan baku kue dan biskuit sedangkan gandum durum untuk bahan

baku makaroni, spageti, dan produk lainnya dalam bentuk pasta. Hasil olahan biji

gandum berupa tepung terigu adalah bahan pangan terbesar kedua setelah beras.

Page 7: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Konsumsi tepung terigu per kapita di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya

seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan semakin membaiknya gizi

masyarakat terutama di perkotaan yaitu mulai dari 6,18 kg/kapita pada tahun 1984

menjadi 15,84 kg/kapita pada tahun 2003, dan meningkat menjadi 16,9 kg/kapita

pada tahun 2005. Berdasarkan data Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia

(APTINDO), konsumsi terigu Indonesia meningkat sangat signifikan dari 9,9 kg per

kapita pada 2002, menjadi 17,11 kg per kapita pada 2007 atau sekitar 12% dari

konsumsi pangan Indonesia dan pada tahun 2009 diproyeksikan mencapai 17,7

kg/kapita. Karena itu, impor gandum juga terus membengkak dimana pada tahun

2003 hanya sekitar 3,736 juta ton, pada tahun 2005 mencapai 4,5 juta ton.

Dengan demikian, Indonesia kini menjadi negara pengimpor gandum terbesar

kelima di dunia dengan laju impor sebesar 2,6%/tahun (Adnyana et al., 2006).

Badan Pusat Statistik mencatat pada tahun 2006 Indonesia mengimpor gandum

sebesar 4,64 juta ton (US$ 676.420.000), sedangkan pada tahun 2007 impor

gandum menjadi 4,77 juta ton (US$ 697.524.000). Hal ini berdampak negatif bagi

bangsa Indonesia karena selain membuat ketergantungan terhadap biji gandum

dari negara lain, juga menguras devisa negara dengan jumlah yang cukup besar.

Jika dikaji lebih lanjut, kebijakan impor terigu bukan suatu solusi untuk

menjawab peningkatan permintaan kebutuhan terigu di dalam negeri. Justru

sebaliknya, kebijakan inilah yang menjadi masalah besar bagi Indonesia karena

nilai impor terigu membengkak setiap tahunnya. Dengan harga tepung terigu saat

ini sebesar US$ 593/ton, maka dibutuhkan devisa negara sekitar US$ 2,4 miliar

atau Rp 22,1 triliun per tahun.

Tanaman Gandum (Triticum aestivum. L) pada dasarnya dapat beradaptasi

baik di Indonesia, terutama di daerah pada ketinggian 1000 – 3000 m dpl dengan

pengairan yang baik, tanah lempung berpasir dan daerah arid serta semi arid. Pada

ketinggian tersebut sangat sesuai bagi tanaman gandum yang memerlukan suhu

rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan bahwa dengan

pengairan, pemupukan, dan pemeliharaan yang sesuai, hasil gandum dapat

mencapai 5 t/ha dan akan semakin menurun pada ketinggian tempat yang lebih

rendah. Hasil penelitian Balitsereal menunjukkan bahwa gandum di dataran tinggi

Malino (1350 m dpl) dapat mencapai hasil 3 – 5 t/ha (Hamdani et al., 2002). Hasil

evaluasi terhadap gandum mutan yang dihasilkan oleh BATAN berkisar antara 4.5

– 6.5 t/ha di Tosari (Hamdani et al., 2009).

Page 8: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Meskipun tanaman gandum mampu memberikan hasil yang tinggi pada

daerah ketinggian > 1000 m dpl, namun pengembangan gandum pada daerah

tersebut akan bersaing dengan tanaman hortikultura (sayuran dan buah-buahan).

Diharapkan melalui kegiatan penelitian, Indonesia akan dapat mengembangkan

gandum tropis yang sesuai untuk daerah dataran rendah sehingga pada suatu saat

nanti budidaya gandum tidak lagi terbatas hanya di dataran tinggi saja.

Program peningkatan jagung nasional melalui peningkatan produktivitas

dan perluasan areal tanam akan berlangsung pada berbagai lingkungan atau agro-

ekosistem yang beragam mulai dari lingkungan berproduktivitas tinggi (lahan

subur) sampai yang berproduktivitas rendah (baik lahan sawah maupun lahan

kering). Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat tercapainya swasembada jagung

berkelanjutan. Untuk itu diperlukan penyediaan teknologi produksi jagung yang

beragam dan spesifik lingkungan.

Budidaya jagung dengan pendekatan PTT diharapkan mampu memberikan

produktivitas dan pendapatan petani yang optimal karena terjadinya efisiensi

produksi, terlebih jika penerapannya didasarkan pada peningkatan IP. Peningkatan

IP baik pada lahan sawah maupun lahan kering dalam skala luas diharapkan dapat

meningkatkan luas areal panen dan produksi jagung nasional serta ekonomi

masyarakat yang terkait. Hal ini mengingat penambahan luas baku lahan untuk

pertanian masih sulit dilakukan karena memerlukan biaya yang cukup besar. Di

lain pihak penyusutan lahan baku pertanian terus berlangsung dan masih sulit

untuk dikendalikan mengingat kepentingan berbagai pihak mulai dari perumahan,

industri, dan lainnya. Areal lahan sawah maupun lahan kering yang ada, dan telah

dimanfaatkan dengan tanaman pangan, tidak semuanya berpotensi dapat

ditingkatkan indeks pertanaman (IP) nya. Namun tidak menutup kemungkinan

diantaranya masih terdapat peluang untuk dapat ditingkatkan IP nya, jika

dicermati secara seksama dengan mempertimbangkan potensi yang ada, terutama

potensi sumber air tanah dangkal. Areal lahan sawah tadah hujan yang ada, diduga

sebagian besar mempunyai potensi sumber air tanah dangkal yang selama ini

belum dimanfaatkan. Oleh karena itu, agar peningkatan IP jagung ini dapat terujud

maka perlu dilakukan identifikasi wilayah potensial untuk peningkatan IP

berdasarkan potensi yang ada di setiap daerah, sehingga akan diperoleh peta

wilayah pengembangan jagung melalui peningkatan IP.

Page 9: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Upaya peningkatan produktivitas jagung nasional yang saat ini rata-ratanya

masih rendah (4,7 t/ha), berikut peningkatan efisiensi dan pendapatan

usahataninya, akan terwujud diantaranya dengan pemberian hara/pupuk secara

berimbang, yaitu pemberian pupuk disesuaikan dengan spesifik lokasi dan

jenisnya. Pemberian pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tanaman, terlebih pada

pola tanam jagung dengan peningkatan IP yang diduga masih tersedia residu

pupuk di dalam tanah. Dengan demikian maka penghematan penggunaan pupuk

dapat terujud. Selain itu, mengingat ratio kenaikan harga pupuk dengan harga biji

jagung semakin meningkat, yang berarti nilai keuntungan yang diperoleh petani

tidak seiring dengan kenaikan harga pupuk, untuk itu efisiensi dalam pemupukan

sangat diperlukan.

Demikian juga pada lahan sawah, biasanya untuk pemberian pupuk dalam

satu pola tanam padi-jagung hanya memperhitungkan takaran pupuk dalam satu

komoditas tanpa memperhitungkan residu pupuk dari pertanaman sebelumnya.

Pupuk yang diberikan ke dalam tanah tidak semuanya dapat diserap oleh tanaman.

Oleh karena itu penggunaan pupuk anorganik yang diaplikasikan pada lahan sawah

tadah hujan harus dihitung dalam satu pola tanam padi-jagung dengan

mempertimbangkan residu pupuk pada setiap musim tanam. Tanpa

mempertimbangkan residu pupuk pada pertanaman sebelumnya akan terjadi

akumulasi hara yang dapat menyebabkan keseimbangan hara dalam tanah

terganggu.

Pemanfaatan lahan secara intensif dengan penanaman secara

berkelanjutan dapat memperburuk kesuburan dan tekstur tanah. Penambahan

bahan organik, selain berfungsi sebagai sumber hara bagi tanaman dalam jangka

panjang, juga berfungsi untuk memperbaiki tekstur tanah. Pemanfaatan bahan

organik dari limbah tanaman jagung, selain bermanfaat langsung sebagai mulsa

juga dalam jangka panjang dapat berfungsi sebagai sumber hara bagi tanaman

insitu, namun memerlukan proses perombakan limbah tersebut yang cukup lama.

Oleh karena itu diperlukan mikroorganisme dekomposer yang dapat merombak

limbah batang tanaman jagung secara cepat, sehingga limbah tanaman dapat

diproses insitu dan tidak perlu lagi mengangkut limbah keluar lahan. Dengan

demikian usahatani jagung dapat berkelanjutan dan efisien.

Salah satu masalah dalam produksi benih dari F1 hibrida silang tunggal

adalah rendahnya hasil benih yang dihasilkan (hanya berkisar 1,0-1,5 ton per

Page 10: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

hektar) dibanding hasil benih jagung komposit yang dapat mencapai 4-5 ton per

hektar tergantung kelas benih yang dihasilkan dan jenis varietasnya. Hal tersebut

yang antara lain menyebabkan harga benih F1 cukup mahal mencapai Rp.40.000,-

sampai Rp.60.000,-/kg. Pada tiga tahun terakhir ini penanaman jagung hibrida di

Indonesia cukup melejit, dan mencapai luasan sekitar 56% dari total luas panen

jagung. Mengingat harga benih jagung hibrida yang telah mencapai Rp 40.000-

Rp 60.000,-/kg, maka penyediaan benih jagung hibrida produk Badan Libang

Pertanian yang telah dikembangkan perlu ditingkatkan produktivitasnya agar para

konsumen dapat memperoleh benih hibrida dengan harga yang terjangkau.

Penyediaan benih di tingkat petani bersumber pada bantuan pemerintah,

penyimpanan petani, membeli di kios pasar, atau meminjam ke petani lain. Pada

umumnya penanaman jagung masih mengandalkan curah hujan sehingga

kebutuhan benih di tiap wilayah memerhatikan luas areal tanam dan pola curah

hujan yang ada.

Adanya efek samping yang sangat berbahaya bagi kesehatan mahluk hidup

dengan menggunakan bahan kimia untuk pengendalian organisme pengganggu

tanaman, telah mulai mengubah polapikir konsumen unntuk mengkonsumsi

tanaman yang tidak diberi perlakuan pestisida. Pengembangan pengendalian

secara biologis dengan memanfaatkan musuh-musuh alami yang di Indonesia

dikenal dengan pengendalian hayati, akan ramah lingkungan.

Berdasarkan uraian di atas, Badan Litbang Pertanian melalui Balai

Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal) telah menghasilkan inovasi teknologi

untuk mendukung peningkatan produksi serealia baik melalui penyediaan varietas

unggul baru maupun teknologi produksi dan pascapanen. Pada Tahun 2016,

Balitsereal telah melepas 7 varietas unggul serealia yang terdiri atas 4 varietas

jagung hibrida, 1 varietas jagung komposit, 1 varietas sorgum dan 1 varietas

gandum. Selain itu, pendekatan lain yang dilakukan untuk peningkatan

produktivitas hasil jagung adalah menerapkan prinsip Pengelolaan Tanaman

Terpadu (PTT), melalui Sekolah Lapangan (SL). Balitsereal secara aktif berperan

dalam memberikan dukungan dan pendampingan SL-PTT di Indonesia. Program

introduksi benih hibrida (Bima-1 sampai Bima- 20 URI) juga telah ditampilkan pada

demonstrasi plot dan uji adaptasi di Laboratorium Lapang.

Page 11: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Selain komoditas jagung, peningkatan produksi sejumlah komoditas sereal

penting lainnya juga diupayakan seperti gandum, sorgum, jewawut dan jali. Saat

ini pemerintah sedang berupaya mengeksplorasi sumber energi yang berasal dari

bahan baku nabati seperti tanaman sorgum yang berpeluang sebagai penghasil

alkohol atau bioetanol. Berdasarkan hal tersebut penyelamatan sumberdaya

genetik sebagai bahan dalam perakitan varietas unggul baru perlu mendapat

perhatian serius.

Koleksi, karakterisasi, dan evaluasi plasma nutfah sebagai dasar untuk

memperoleh sumber genetik unggul terus dilakukan. Pembentukan varietas unggul

baru untuk pangan dan pakan yang diarahkan pada potensi hasil tinggi harus

didasarkan pada sifat ketahanan terhadap hama/penyakit utama dan kesesuaian

terhadap target lingkungan spesifik wilayah. Wilayah marjinal dengan

permasalahan utama seperti kesuburan tanah rendah, tingkat kemasaman tanah

tinggi, dan ancaman kekeringan merupakan wilayah target pengembangan jagung

ke depan. Teknologi ramah lingkungan terus digali, dan pemanfaatan alat dan

mesin pertanian untuk mendukung efisiensi produksi dan peningkatan kualitas

hasil juga terus diteliti dan dikembangkan. Diseminasi beberapa varietas unggul

baru (VUB) yang produktif dan efisien terus dilakukan di beberapa wilayah sasaran,

khususnya melalui peningkatan kapasitas Unit Produksi Benih Sumber (UPBS)

jagung bersari bebas dan hibrida.

I. PLASMA NUTFAH

Page 12: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Sumber Daya Genetik Tanaman Jagung dan Serealia Potensial yaitu

diperoleh 1.000 aksesi. Untuk kegiatan Koleksi, Rejuvinasi, Karakterisasi, dan

Evaluasi Sumber Daya Genetik Tanaman Serealia diperoleh sebanyak 726 aksesi

(Tabel 6). Kegiatan Penelitian Analisis Genotip Berbasis Marka Molekuler (Jagung,

Gandum, dan Sorgum) Menunjang Perakitan Varietas Unggul diperoleh sebanyak

274 aksesi (Tabel 7).

Tabel 6. Jumlah aksesi dari hasil penelitan Koleksi, Rejuvinasi, Karakterisasi, Dan Evaluasi Sumber Daya Genetik Tanaman Serealia, Tahun 2017.

Kegiatan Jenis Serealia Jumlah

Koleksi/Eksplorasi

Jagung 52

Sorgum 5

Jewawut 2

Hermada 5

Total 64

Karakterisasi Jagung 31

Sorgum 39

Total 70

Rejuvinasi Jagung 264

Sorgum 90

Jewawut 31

Total 385

Evaluasi Cekaman Biotik Kumbang Bubuk 33

Bulai 82

Karat Daun 92

Total 207

Total SDG 2017 726

A. Eksplorasi dan koleksi plasma nutfah serealia

Eksplorasi telah dilaksanakan di dua propinsi yaitu propinsi Sulawesi

Tengah dan Nusa Tenggara Barat. Jumlah aksesi yang berhasil dikumpulkan di

propinsi Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Barat masing-masing 35 dan 28

aksesi serta ditambah satu aksesi dari peneliti. Dengan demikian jumlah aksesi

yang berhasil di eksplorasi tahun 2017 sebanyak 64 aksesi (Tabel 12).

Tabel 12. Jumlah aksesi plasma nutfah serealia yang baru yang terkumpul pada tahun 2017

Page 13: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

No

Propinsi

Kabupaten

Kecamatan

Jenis tanaman serealia

Jum-

lah

Ja-

gun

g

Sor-

gum

Jew

a

wut

Her-

ma-

da

1 Sulawesi

Tengah

1. Sigi

2. Parigi Moutong

3. Poso

4.Tojo Una-Una

5.Luwuk

- Dolo Selatan

- Palu Utara

+Parigi

* Poso Pesisir

Utara

* Poso Pesisir

* Lage

* Ulu Bongka

- Luwuk

- Balantak

- Balantak

Selatan

- Kintom

- Luwuk Utara

- Luwuk Timur

1

1

2

1

6

2

3

1

3

3

3

1

7

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

1

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

1

1

2

1

6

2

3

1

3

3

3

1

8

J u m l a h 34 1 35

2 NTB 1.Lombok Utara

2.Lombok

Tengah

3.Lombok Timur

4.Sumbawa Besar

5.Kota Bima

- Bayan

- Gangga

* Pujut

- Sikur

- Masbagik

* Three

- Mpunda

- Palibelo

- Rasanae Timur

- Wawo

1

3

3

1

3

1

1

1

4

-

1

-

1

-

-

-

-

-

1

-

-

-

-

-

-

-

1

-

1

-

-

-

-

-

-

-

2

2

-

1

2

3

4

1

3

1

4

3

6

1

J u m l a h 18 3 2 5 28

Peneliti 1.Prof Suarni - 1 - - 1

J u m l a h - 1 - - 1

Total 52 5 2 5 64

B. Rejuvinasi Plasma Nutfah Serealia

Komoditas serealia yang direjuvinasi adalah jagung, sorgum, dan jewawut.

Kegiatan ini dilakukan di KP Maros (surjan) dan rumah kawat.

B.1. Rejuvinasi Plasma Nutfah Jagung

Page 14: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Kegiatan ini dilakukan beberapa kali penanaman secara bertahap di

lokasi yang sama. Setiap aksesi dilakukan persilangan sendiri (selfing) untuk

menjaga kemurnian sesuai dengan daerah asalnya.Hasil rejuvinasi yang

diperoleh dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Daftar hasil rejuvinasi aksesi plasma nutfah jagung, KP. Maros 2017

No

Urut

No.

Kolek-

si

Bobot

biji

(g)

Warna biji

No

Urut

No.

Kolek-

si

Bobot

biji

(g)

Warna biji

1 2 461 kuning 30 78 165 putih

2 3 217 Putih 31 80 1.017 Putih

3 4 539 putih 32 82 386 Putih

4 6 497 Putih 33 84 899 Merah

5 7 309 Putih 34 84-B 200 putih

6 8 358 Putih 35 84-C 195 kuning

7 9 1.217 Kuning 36 85 655 Kuning

8 10 718 Kuning 37 85-A 872 Kuning &

kemerahan

9 11 823 Kuning 38 86 1.169 Kuning & putih

10 12 524 Kuning 39 88 330 Merah

11 47 305 Kuning,ungu,putih 40 89 424 Merah

12 48 760 Kuning, putih,

ungu

41 93 500 Kuning besar

13 56 2.180 Putih (KIMA) 42 95 637 kuning

14 57 665 Kuning,putih 43 97 1.055 merah

15 58 900 Kuning,mutiara 44 98 230 orange

16 59 710 putih 45 100 128 Ungu

17 60 445 Kuning 46 101 1.390 Putih

18 62 430 Putih 47 102 708 Putihn & kuning

19 63 505 Putih pulut 48 103 758 putih

20 64 765 Kuning kecil 49 104 569 putih

21 65 300 Putih pulut 50 105 1.250 Putih

22 66 510 Putih kecil 51 106 2.060 Putih besar &

kuning

23 69 507 Kuning+putih 52 107 210 putih

24 70 447 Putih 53 108 885 Kuning

25 70-B 291 Kuning +putih 54 110 1.097 Putih

26 71 515 Putih bersih 55 111 177 Putih

27 72 165 putih 56 112 553 Kuning & putih

28 76 976 Putih besar 57 114 53 Putih kecil

29 77 1.003 Putih 58 139 369 kuning

Lanjutan Table 13. ......

Page 15: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

No

Urut

No.

Kolek-

si

Bobot

biji

(g)

Warna biji

No

Urut

No.

Kolek-

si

Bobot

biji

(g)

Warna biji

59 149 294 Orange,besar 99 304 165 orange

60 164 135 Kng kemrahn 100 305 340 orange

61 165 132 Merah 101 306 178 ungu

62 173 148 Kuning 102 307 220 Ungu

63 183 165 Kng kmrhan 103 308 115 Merah

64 198 a 183 Putih 104 309 640 Pth ada krput

65 198 b 285 Putih 105 311 140 Ungu

66 202 227 merah 106 315 295 Putih

67 211 676 merah 107 319 842 Kuning kemerahan

68 212 117 hitam 108 325 326 Putih

69 219 83 Kuning 109 339 105 putih

70 226 249 Kuning pucat 110 341 417 Kuning kemerahan

71 226-B 18 Kuning kemerhan 111 342 626 Kuning

72 227-B 265 kuning 112 344 572 Kuning

73 228 303 Putih 113 345 871 Kuning

74 290 360 Merah 114 348 412 Merah

75 291 740 Kuning 115 349 1.143 Kuning

76 234 388 Putih kecil 116 352 1.114 Kuning

77 235 431 Putih pulut 117 354 399 Kuning

78 237 393 Kuning 118 355 243 Kuning

79 238 137 Putih 119 356 235 Kuning

80 239 105 Putih 120 358 380 Kuning&putih

81 240 199 Kuning 121 359 970 Putih

82 240-A 27 Putih 122 361 522 Putih

83 240-B 106 kuning 123 362-a 622 Putih

84 241 24 Putih, jggl pth 124 363-a 445 Putih

85 241-A 90 Putih,jggl mrh 125 365 806 Puti & ungu

86 242 151 Putih 126 366 425 Putih

87 243 39 Putih 127 368 219 Kuning

88 245 166 Hitam/ungu 128 404 173 Kuning

89 263 82 Putih 129 405 247 Kuning

90 271 222 Ungu 130 406 210 Kuning

91 271-A 560 Ungu,jggl pth 131 407 237 Ung,mrh,kng

92 271-B 101 Putih bsr jgl mrh 132 408 276 Kn kemrhan

93 271-C 141 merah 133 409 488 Kuning

94 273 425 Kuning 134 410 138 kuning

95 274 119 Putih 135 416 194 Kng, mrh

96 275 154 Putih 136 417 409 Kng, merah

97 275-A 207 Putih,kecil 137 418 258 Kuning

98 301 155 Kning kecil 138 419 354 Kuning

Lanjutan Table 13. .........

Page 16: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

No

Urut

No.

Kolek-

si

Bobot

biji

(g)

Warna biji

No

Urut

No.

Kolek-

si

Bobot

biji

(g)

Warna biji

139 420 437 Merah 181 687 950 Putih

140 421 130 Kuning 182 688 1.006 Kuning

141 423 266 Kng, mrh 183 690 130 kuning

142 424 175 merah 184 691 1.497 Ungu, putih,

kuning

143 425 638 Orange 185 692 899 Putih pulut

144 426 254 Putih 186 693 1.272 kemerahan

145 427 169 Kuning 187 693-A 793 Kuning+putih

146 429 507 Orange 188 700 560 Kuning

147 433 109 Kuning 189 701 1.245 Kuning

148 451 90 Kemrhan 190 701-A 223 Merah

149 452 265 Kuning 191 702 996 Merah bata

150 459 A1 350 Merah 192 702-A 553 Merah

151 459 A2 344 Kng, mrh 193 702-B 140 Merah pekat

152 465 215 Putih 194 702-C 233 Merah kehitaman

153 486 111 Kuning 195 703 323 Hitam & merah

154 488 345 Putih 196 704 935 Hitam, kuning,

merah

155 489 386 Putih 197 706 506 Merah

156 490 200 Putih 198 707 316 Merah & kuning

157 491 799 putih 199 709 190 Merah

158 494 235 Putih 200 710 495 Merah & kuning

159 495 257 Putih 201 748 764 Kuning

160 537 212 Pth, kng 202 748-A 307 merah

161 552 237 Ungu 203 749 452 Putih

162 553 269 Ungu 204 750 822 Putih

163 561 939 Orange, jgl mrh 205 751 744 Ungu

164 562 714 Kuning,jgl putih 206 752 714 Putih

165 567 669 Putih 207 753 632 Putih

166 568 380 putih 208 754 705 Putih

167 569 1.273 kuning 209 773 795 kuning

168 571 1.093 ungu 210 774 1.970 Kuning besar

169 572 827 ungu 211 775 359 Merah

170 575 176 putih 212 775-A 501 Coklat/kmrhan

171 622 222 Kemerahan 213 775-B 36 Putih

172 664 292 Putih 214 776 1.170 Kuning

173 680 455 ungu 215 777 51 Kuning kmrhn

174 681 284 Kemerahan 216 778 25 Putih besar

175 681-A 337 Orange 217 779 558 Kuning

176 681-B 106 kuning 218 780 62 Ungu

177 682 385 Kuning kmrhn 219 781 34 Mrh khitaman

178 682-B 355 Putih besar 220 781 233 Merah

179 685 158 putih 221 781-A 139 Kemerahan

Page 17: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

180 686 792 Ungu+putih 222 781-B 63 kuning

Lanjutan Table 13. ....

No

Urut

No.

Kolek

si

Bobot

biji (g)

Warna biji

No

Urut

No.

Kolek

si

Bobot

biji (g)

Warna biji

223 782 172 Merah

224 782-A 38 Kemerahan

225 782-B 492 Kuning

226 783 902 kuning

227 783-A 678 Kuning besar

228 784 63 Merah

229 784-A 352 Coklat/kmrhn

230 786 527 Putih

231 787 236 Kuning pucat

232 788 288 Ungu

233 789 584 Putih

234 790 233 Putih

235 791 42 Ungu

236 793 503 Putih

237 794 324 Kuning

238 794-A 51 putih

239 795 68 Ungu

240 796 317 Putih

241 797 107 Kuning pucat

242 798 274 Putih

243 799 504 Kuning besar

244 800 277 Putih

245 801 287 Ungu

246 804 1.026 Putih

247 805 162 Putih

248 806 760 Putih

249 807 354 putih

250 808 970 Orange

251 809 686 Kuning kemrhn

252 810 587 Putih pulut

253 811 687 Putih besar

254 812 126 Putih susu/plt

255 813 710 Kuning pucat

256 814 227 Putih besar

257 816 1.156 Kuning kemrhn

258 817 326 Putih pulut

259 818 175 Putih

260 819 408 Putih bsr-sdg

261 820 97 Putih

Page 18: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

262 821 519 Putih

263 822 306 Putih pulut

264 823 417 Putih besar

B.2. Rejuvinasi plasma nutfah sorgum

Rejuvinasi sorgum dilaksanakan di Surjan KP. Maros pada SM II tahun

2017. Hasil dari 90 aksesi yang direjuvinasi dapat dilihat padaTabel 14.

Tabel. 14. Daftar hasil rejuvinasi aksesi plasma nutfah sorgum, KP. Maros 2017

No

Urut

No.

Kolek-

si

Bobot

biji

(g)

Warna biji No

Urut

No.

Kolek-

si

Bobot

biji

(g)

Warna biji

1 7 1.802 Merah 36 125 2.225 Krem Kelabu

2 8 2.523 Putih 37 127 929 Putih,bersih,bsar

3 8-a 1.247 Putih keunguan 38 128 927 Putih/krem

4 14 835 Krem kecil 39 130 2.166 Merah

5 15 430 Krem kecil 40 131 1.396 Krem

6 16 128 Krem 41 133 432 krem

7 17 1.144 Hitam 42 134 1.390 Krem

8 40 955 Kemerahan 43 135 843 Coklat

9 43 1.343 Kemerahan 44 136 1.472 Kemerahan

10 45 316 Krem 45 138 1.541 Merah

11 47 822 Merah 46 139 a 1.938 Merah

12 48 855 Ungu 47 139 b 849 Kelabu

13 50 1.208 Krem 48 141 691 Merah

14 51 1.303 Krem 49 142 3.326 Coklat

15 55 2.139 krem 50 143 1.693 Coklat

16 72 429 Coklat pekat 51 144 1.589 Coklat pekat

17 99 3.353 Hitam 52 145 1.089 Merah pekat

18 100** 1.056 Kemerahan 53 145 a 580 Merah muda

19 109 337 Kemerahan 54 146 2.284 Coklat pekat

20 109-a 1.098 Krem 55 147 2.183 Coklat/krem

21 109-b 1.265 Kemerahan 56 149 1.285 Merah

22 111 634 Coklat pekat 57 150 1.926 Merah

23 112 2.029 Krem kelabu 58 151 1.562 Coklat

24 113 1.315 Krem kecoklatan 59 152 2.010 Merah

25 114 2.843 Putih 60 153 1.445 Kelabu

26 115 2.312 Merah 61 154 2.131 Kelabu kemerahan

27 117 1.201 Putih/krem 62 155 1.915 Merah muda

28 118 2.066 Putih/krem 63 156 944 Krem

29 119 2.694 Coklat 64 157 777 Krem

30 120 4.242 Putih kelabu 65 158 1.739 Krem

31 120-b 172 Krem,

bersih,besar

66 159 1.751 Putih, bersih, besar

32 121 2.298 Kelbu 67 160 1.389 Putih

Page 19: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

33 122 19 kelabu 68 161 430 Kelabu

34 123 366 Kelabu 69 162 1.760 Merah muda

35 124 1.049 Putih kelabu 70 163 2.495 Kelabu

Lanjutan Tabel 14. ....

No

Urut

No.

Kolek-

si

Bobot

biji

(g)

Warna biji

No

Urut

No.

Kolek-

si

Bobot

biji

(g)

Warna biji

71 164 1.340 Merah muda 81 173 1.027 Coklat

72 165 492 Coklat/kelabu 82 174 1.521 Merah

73 166 53 Merah pekat 83 175 791 coklat

74 167 1.000 Merah 84 176 773 Coklat

75 168 2.110 Krem kelabu 85 177 1.328 Coklat

76 169 2.877 Putih 86 178 1.614 Krem kotor

77 170 1.489 Merah 87 180 1.682 Putih/krem

78 171 ** 1.143 Merah pekat 88 182 1.059 Putih

79 171-a 781 Merah pekat 89 183 896 Hitam

80 172 1.825 Merah 90 198 412 Kelabu

** = tanamannya tinggi

B.3. Rejuvinasi plasma nutfah jewawut

Rejuvinasi plasma nutfah jewawut dilaksanakan dalam rumah kawat untuk

menghindari serangan burung. Kegiatan ini dilakukan pada SM II 2017 sebanyak

31 aksesi. Kegiatan ini terlambat dilaksanakan karena pada awal SM I masih

banyak hujan sehingga penanamannya dilakukan pada akhir SM II. Hasil

rejuvinasi atau perbanyakan jewawut TA 2017 dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Daftar hasil rejuvinasi plasma nutfah jewawut. KP. Maros, 2017

No. No.

Aksesi

Jumlah

(g)

Warna biji No. No.

Aksesi

Jumlah

(g)

Warna biji

1 1 490 Krem 16 81 58 Coklat

2 4 1.345 Krem 17 85 348 Krem kmrhan

3 8 1.688 Krem, besar 18 85-a 68 coklat

4 12 1.185 Kecoklatan, besar 19 87 304 Krem

5 13 1.206 Merah, kecil 20 88 322 Krem

6 31 290 Coklat 21 90 250 Krem, besar

7 40 1.039 Krem kecoklatan,

besar

22 91 306 Krem keckltn

8 52 1.227 Krem, besar 23 95 487 Krem

9 54 1.082 Krem, besar 24 96 634 Krem

10 59 1.287 Krem, besar 25 99 474 krem

11 63 1.782 Mrah kcokltn, kecil 26 100 71 Orange besar

12 68 1.173 Krem 27 103-a 447 Krem

Page 20: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

13 70 2.140 Kelabu besar 28 103-b 553 Krem

14 78 30 Krem, besar 29 105 56 Krem besar

15 79 206 krem 30 108 395 coklat

31 117 363 coklat

2. Database plasma nutfah tanaman serealia

Data data yang dikumpulkan berdasarkan hasil penelitian tahun tahun

sebelumnya, disamping hasil eksplorasi dan hasil penelitian tahun 2017 dan 2017.

3. Karakterisasi sifat agronomis plasma nutfah serealia

Kegiatan ini terdiri dari dua sub kegiatan yaitu karakterisasi sifat agronomis

jagung dan sorgum masing-masing 40 dan 27 aksesi. Kegiatan ini dilaksanakan

KP. Maros.

3.1. Karakterisasi Sifat Agronomis Plasma Nutfah Jagung

Penelitian ini dilaksanakan di KP. Maros. Jumlah aksesi yang dikarakterisasi

sebanyak 31 aksesi. Karakter agronomis yang diamati berdasarkan prosedur uji

DUS (Distinctness, Uniformity, Stability) yang ditentukan oleh UPOV (UPOV, 2009).

Selain itu pengamatan berdasarkan CIMMYT maize descriptors juga dilakukan

guna meningkatkan mutu penelitian.

Page 21: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Tabel 17. Karakter agronomis 31 aksesi plasma nutfah jagung untuk karakter 1-

15. Maros 2017

No. Nomor

Aksesi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1. 1A 5 3 2 5 3 5 1 9 55 59 0.00 8.11 3 1 13.8

2. 2 5 4 2 3 3 3 2 9 42 45 0.00 8.70 3 1 15.6

3. 3 5 2 2 1 3 5 2 5 53 55 0.00 9.09 3 1 13.6

4. 4 9 3 2 3 5 5 2 9 44 46 3.85 3.85 3 1 10.4

5. 6 3 2 2 3 3 3 1 7 46 48 0.00 6.90 3 1 13.2

6. 7 7 3 2 3 3 5 1 7 44 49 0.00 11.54 3 1 14.8

7. 8 1 2 2 5 3 5 2 9 55 58 50.00 50.00 3 1 14.2

8. 9 3 2 2 3 3 5 1 5 58 60 0.00 0.00 1 1 15.0

9. 10 1 4 2 5 3 5 1 5 48 52 0.00 0.00 3 1 14.0

10. 11 5 2 2 5 5 5 2 1 53 55 0.00 18.75 3 1 14.4

11. 12 7 4 2 5 1 3 2 7 55 57 7.69 30.77 1 5 14.4

12. 76 5 3 2 3 1 5 1 9 55 58 3.13 15.63 3 1 16.2

13. 77 3 3 2 5 3 5 1 9 53 56 0.00 0.00 3 1 16.4

14. 80 9 5 2 3 3 3 2 9 49 48 18.18 18.18 1 1 16.0

15. 85 7 5 2 5 3 5 1 9 53 55 18.18 18.18 3 1 12.6

16. 85A 7 5 2 5 3 3 2 9 53 55 0.00 0.00 3 1 12.4

17. 86 9 3 2 5 1 5 2 9 53 55 0.00 0.00 3 1 19.0

18. 93 7 2 2 5 3 5 2 9 53 56 8.00 44.00 5 1 13.6

19 97 9 3 2 3 1 3 2 7 53 56 3.70 25.93 5 3 13.0

20. 100 1 2 2 5 1 5 1 9 53 56 26.32 63.16 3 1 18.4

21. 101 5 3 2 5 3 5 1 9 58 62 31.82 31.82 3 3 14.0

22. 102 9 2 2 5 3 5 1 9 55 58 23.53 35.29 3 1 15.8

23. 103 5 2 2 5 3 5 1 9 55 58 0.00 0.00 1 1 16.4

24. 104 5 3 2 5 1 5 3 9 58 60 21.74 21.74 1 7 15.0

25. 105 7 2 2 5 1 5 2 9 55 57 0.00 0.00 1 1 16.0

26. 106 7 4 2 5 1 1 1 9 55 58 32.00 30.00 3 3 15.6

27. 107 3 3 2 5 1 5 2 9 55 58 0.00 11.76 3 3 12.8

28. 108 7 4 2 5 3 5 1 9 48 51 0.00 0.00 3 1 18.0

29. 111 7 4 2 5 3 5 2 5 46 48 35.29 35.29 3 3 9.6

30. 112 9 2 2 5 1 5 1 7 46 48 0.00 0.00 1 5 17.8

31. 114 7 3 2 3 5 5 3 9 46 48 18.18 18.18 3 1 9.0

Keterangan:

1 = Daun : Antosianin daun

pertama

6 = Daun : Pola helai daun 11 = Persentase rebah

akar (%)

2 = Daun : Bentuk ujung

daun pertama

7 = Batang:= Derajat Zigzag

batang

12 = Persentase rebah

akar (%)

3 = Daun : Intensitas warna

hijau daun

8 = Batang : Antosianin akar

tunjang

13 = Persentase rebah

batang (%)

4 = Daun : Mengombaknya

tepi daun

9 = Umur Anthesis (hari) 14 = Malai : Sudut Malai

5 = Daun : Sudut antara

daun dan batang

10 = Umur bunga betina (hari) 15 = Malai : Letak cabang

samping utama

Page 22: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Lanjutan Tabel 17. Karakter agronomis 31 aksesi plasma nutfah jagung untuk karakter 16-30

No. No.

Aksesi 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

1. 1A 14.8 25 28.6 1.1 1 3 9 1 101.26 9.76 245 164.2 2.36 3 1

2. 2 14.2 21.5 24.2 8.1 1 3 9 3 89.2 8.6 169.6 79.8 2.37 3 1

3. 3 8.6 28 24.2 4.88 1 5 9 5 85 9.5 156.2 84 2.51 1 1

4. 4 7.8 25.8 17.32 5.18 1 5 7 5 70.8 7.8 165.8 106.4 1.86 5 1

5. 6 14.2 30.6 29.8 8.16 1 3 7 1 87.4 9.82 191 110.4 2.88 1 1

6. 7 14.2 24.6 21 2.9 1 3 3 3 80 8.18 152 72.2 1.68 1 1

7. 8 14.2 26 28.4 4.7 1 5 7 1 89.6 8.38 230.6 136.6 2.76 1 1

8. 9 10.2 20.6 18 4.14 3 5 9 1 90.2 9.7 164.2 101.6 2.52 1 1

9. 10 13 23.8 28.8 4.74 1 3 7 1 96.7 9.68 212.2 120.6 2.3 1 1

10. 11 11 28 27.8 4.86 1 5 3 1 89.2 10.9 211.4 128.2 2.24 1 1

11. 12 11.6 29 30.4 3.38 1 5 9 3 101.2 10.98 207 140.8 2.38 1 1

12. 76 13.2 28.2 26.8 5.68 1 5 9 3 98.6 9.1 251 152 2.58 1 1

13. 77 15.4 20.6 25.2 7.66 1 3 9 1 95.8 9.8 231 126.2 2.12 1 4

14. 80 16.2 25 27.4 4 1 3 9 5 86.8 10.14 197.4 106.2 2.44 3 1

15. 85 12.2 26.8 24.4 6.46 3 5 7 1 99.2 10.1 230.4 150.4 2.18 1 1

16. 85A 13 15.4 2.8 14.4 1 3 7 1 94.4 9.46 232.6 135.6 2.42 1 1

17. 86 13 24.2 25.8 3.24 1 3 7 5 87.6 9.62 218.6 135.6 2.5 1 2

18. 93 12.2 21.2 23 4.98 3 3 7 1 98 10.3 230.4 150.4 2.84 1 1

19 97 14.2 12.4 3.8 17.6 1 3 7 5 86.8 10.04 222.2 136.6 2.32 1 1

20. 100 13.4 33 24 5.04 1 5 1 5 94.4 9.9 200.4 122 2.14 3 1

21. 101 13.6 30 20.34 10.72 5 5 9 5 93.4 8.68 243.6 152 2.24 5 1

22. 102 16.2 27.4 27.6 3.66 7 3 9 5 104.2 9.38 253.8 156.2 1.94 1 1

23. 103 14.2 22.4 23.4 6.28 1 3 7 1 94.2 10.76 217.2 139.2 2.54 1 1

24. 104 16.6 29 33 3.14 1 5 7 1 95.4 10.32 222 149.8 3.14 1 1

Page 23: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

25. 105 14.4 19.6 30.4 2.38 3 5 9 5 103.6 10.18 196.2 116.2 2.86 1 1

26. 106 15.4 22.6 24.4 5.48 5 3 9 1 96.6 11.3 240 157.8 3.42 1 1

27. 107 14.2 21 22.6 5.28 3 5 9 5 90.6 8.08 194 126 2.14 5 1

28. 108 16.4 21 25.3 4.36 1 3 9 5 98.8 10.14 228.8 122.8 2.38 5 2

29. 111 11.8 26.8 28.2 10.3 1 3 7 1 73.4 8.9 114.6 61 2.48 1 1

30. 112 17.8 26 26.04 21.58 1 3 7 5 99.2 10.2 250 157.8 2.22 5 1

31. 114 8.2 23 21.2 6.92 1 3 1 1 72.4 7.56 121.8 54.8 1.86 1 1

Keterangan:

16 = Malai : Panjang Poros Utama diatas Cabang Samping Terbawah (cm) 24 = Daun : Panjang Daun (cm)

17 = Malai : Panjang Poros Utama diatas Cabang Samping bagian lebih atas (cm) 25 = Daun : Lebar Daun (cm)

18 = Malai : Panjang Cabang Samping Utama (cm) 26 = Tinggi Tanaman (cm)

19 = Malai : Panjang Malai (cm) 27 = Tinggi Letak Tongkol (cm)

20 = Malai : Antosianin Kepala Sari yang masih segar 28 = Diameter batang (cm)

21 = Malai : Kerapatan bulir 29 = Batang : Antosianin Batang

22 = Tongkol : Antosianin rambut tongkol 30 = Tongkol : Penutupan klobot

23 = Daun : Antosianin seludang daun (daun pertengahan tinggi tanaman)

Page 24: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Tabel 18. Karakter agronomis 31 aksesi plasma nutfah jagung untuk karakter 31-44

No. Nomor

Aksesi 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44

1. 1A 15.5 2.69 1 2 14.4 25.4 2 Merah 23.89 33.4 27.6 1.2 102 16

2. 2 14.1 3.84 1 3 10.8 23.4 1 Kuning-orange 9.416 38.4 28.4 0.684 92 16

3. 3 11.72 3.56 1 3 9.2 19.4 2 Putih 8.008 18 15.1 0.815 92 6

4. 4 12.6 2.98 1 2 9.2 24 2 Putih 9.304 25.6 15.4 0.593 92 20

5. 6 15.48 4.36 1 3 11.2 22.8 2 Putih 8.324 31.3 27.3 1.558 92 22

6. 7 12.24 3.26 1 2 11.6 20.6 2 Putih 7.768 21.8 22.2 0.811 92 18

7. 8 15.42 3.31 1 3 11.6 22.4 2 Putih 8.514 29.3 24.2 1.2 102 22

8. 9 13.6 2.02 1 3 12 23.4 1 Kuning 9.12 28 27.9 1.2 110 36

9. 10 16.32 4.02 1 3 12 24.6 2 Kuning 8.152 27.2 24.5 0.8 102 22

10. 11 17 5.09 1 2 14 24.2 2 Kuning 9.496 34.3 27.9 2 102 20

11. 12 15.18 4.23 1 3 12 21.4 2 Kuning 9.332 35 29.4 0.8 102 6

12. 76 17.88 4.07 1 2 12.8 19 2 Putih 10.18 40.8 29.6 1.4 102 28

13. 77 18.8 4.10 1 2 10 21 2 Putih 10.286 40.1 29.5 1.3 102 18

14. 80 15.58 38.8 1 2 9.2 25.2 2 Putih 9.668 35.5 21.9 1.4 102 22

15. 85 16.7 4.15 1 3 12.4 18.6 1 Kuning 9.282 35.5 27.3 1.3 102 22

16. 85A 15.1 3.82 1 2 10.8 26 1 Kuning 9.726 30.7 23.5 0.8 102 24

17. 86 15.5 2.02 1 2 12.8 29.2 1 Kuning 9.188 36.9 25.3 1.2 110 28

19. 93 19.18 3.67 1 3 9.6 16.4 2 Kuning 10.198 36.2 26.3 1.5 102 22

20. 97 15.24 3.90 3 3 10.8 19 2 Merah 9.13 39.4 29.6 1.4 102 24

21. 100 14.8 3.77 1 2 10.8 13.2 2 Ungu 9.236 32.5 28.7 0.9 102 16

22. 101 18.48 3.35 1 2 11 14.2 2 Putih 7.9 26.8 32.8 1.5 102 34

23. 102 20.08 3.73 1 3 11.6 24.2 2 Putih-Kuning 9.548 37.4 27.6 1.4 102 32

24. 103 15.8 3.84 1 2 10.4 16.6 2 Putih 8.62 24.6 28 0.8 102 18

25. 104 19.32 2.03 1 2 12.8 23.6 2 Putih 9.2 38 23 1.1 110 36

Page 25: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

26. 105 21.12 2.02 1 2 12 24.4 2 Kuning 9.528 26.7 23.7 1.2 110 22

27. 106 17.94 2.02 1 2 12.4 19.2 2 Kuning-Putih 9.558 35.6 26.3 1.3 110 16

28. 107 13.3 3.58 1 3 11.6 17.2 2 Putih 8.762 39.4 29.9 1 102 10

29. 108 17.4 4.52 1 3 14.8 17.6 2 Kuning-Merah 9.496 37.5 29.8 1.5 102 10

30. 111 11.22 2.5 1 2 10 19 2 Putih Pulut 9.29 14.7 13.1 0.757 110 12

31. 112 19.2 3.97 1 3 10.8 20.8 2 Kuning-Putih 9.304 37.1 26.7 1.3 92 6

32. 114 9.06 3.2 1 3 10 14.75 2 Putih Pulut 7.678 15.4 14.4 0.79 92 6

Keterangan :

31 = Tongkol : Panjang (cm) 38 = Tongkol = Warna Biji

32 = Tongkol : Diameter (mm) 39 = Tongkol = Lebar Biji (mm)

33 = Tongkol : Warna Jenggel 40 = Berat 100 biji (gr)

34 = Tongkol : Bentuk 41 = Kadar Air Panen

35 = Tongkol : Jumlah Baris biji 42 = Berat 10 tongkol (kg)

36 = Tongkol : Jumlah biji per baris 43 = Umur Panen (HST)

37 = Tongkol : Tipe Biji 44 = Persentase Prolifik

Page 26: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Dengan mencermati beberapa karakter agronomispenentu hasil biji yang

mempengaruhi pemilihan sumber genetik bagi pemulia, maka terdapat 10 aksesi

plasma nutfah jagung yang dapat direkomendasikan dalam pemuliaan tanaman

jagung (Tabel 19).

Tabel 19. Plasma nutfah jagung yang dapat direkomendasikan dalam pemuliaan

tanaman jagung Tahun 2017.

No.

Aksesi

Karakter Morfologis

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

6 191 110.4 46 48 1 1.56 15.48 4.36 11.2 22.8 22 Putih

11 211.4 128.2 53 55 1 2.0 17.00 5.09 14 24.2 20 Kuning

76 251 152 55 58 1 1.4 17.88 4.07 12.8 19 28 Putih

80 197.4 106.2 46 49 1 1.4 15.58 3.88 9.2 25.2 22 Putih

85 230.4 150.4 53 55 1 1.3 16.7 4.16 12.4 18.6 22 Kuning

93 230.4 150.4 53 56 1 1.5 19.18 36.75 9.6 16.4 22

97 222.2 136.6 53 56 1 1.4 15.24 39.06 10.8 19 24 Merah

101 243.6 152 58 62 1 1.5 18.48 3.35 11 14.2 34 Putih

102 253.8 156.2 55 58 1 1.4 20.08 3.73 11.6 24.2 32

Putih-

Kuning

108 228.8 122.8 48 51 2 1.5 17.4 4.52 14.8 17.6 10

Kuning-

Merah

Keterangan:

1. Tinggi Tanaman

2. Tinggi Letak Tongkol

3. Umur berbungan Jantan

4. Umur Berbunga Betina

5. Penutupan Klobot

6. Berat 10 tongkol

7. Panjang Tongkol

8. Diameter Tongkol

9. Jumlah Baris

10. Jumlah Biji per baris

11. Persentase Prolifik

12. Warna Biji

Kesepuluh aksesi plasma nutfah jagung menunjukkan rasio tinggi tanaman

dengan tinggi letak tongkol berkisar 53,67% - 65,28%. Plasma nutfah jagung

dengan nomor aksesi 108 memiliki tinggi letak tongkol pada pertengahan tinggi

tanaman dengan rasio 53,67%.

Page 27: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

3.2. Karakterisasi Sifat Agronomis Plasma Nutfah Sorgum

Karakterisasi sorgum ini dilaksanakan di KP. Maros pada Semester II

Karakterisasi plasma nutfah sorgum dilakukan terhadap 39 aksesi yang

dikoleksi dari tiga sumber yakni 3 aksesi dari Propinsi Nusa Tenggara Barat, 34

aksesi koleksi peneliti Balitsereal dan 2 aksesi lainnya dari Demak dan Hermada

(Tabel 20).

Tabel 20. Aksesi plasma nutfah sorgum yang dikarakterisasi ada Tahun 2017.

No Nomor

Aksesi Asal Tahun Koleksi

1 15 Desa Wonda Kecamatan Wolowaru Kabupaten

Ende Nusa Tenggara Barat 2013

2 17 Desa Hobatuwea Kecamatan Leo Timur

Kabupaten Ende Nusa Tenggara Barat 2013

3 55 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014

4 112 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014

5 113 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014

6 114 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014

7 119 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014

8 120 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014

9 124 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014

10 125 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014

11 127 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014

12 128 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014

13 139 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014

14 139-A Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014

15 142 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014

16 145 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014

17 147 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014

18 156 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014

19 159 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014

20 133 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014

21 163-A Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014

22 168 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014

23 169 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014

24 170 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014

25 171 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014

26 172 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014

27 173 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014

28 173-A Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014

29 174 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014

30 175 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014

31 175-A Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014

32 177 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014

33 178 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014

34 179 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014

35 180 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014

Page 28: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

36 181 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014

37 182 Lokal Demak 2015

38 183 Hermada 2014

39 184 Lokal Bima-1 2015

Page 29: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

23

Tabel 21. Karakter agronomis 39 aksesi plasma nutfah sorgum untuk karakter 1-15

NO Nomor

Aksesi

Karakter Agronomis Plasma Nutfah Sorgum

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 15 3 5 1 1 258 2 5 89.1 8.36 39.18 6.22 1 56 4 3

2 17 3 5 1 7 245.4 1.8 5 71.16 6.6 39.32 5.4 1 54 3 5

3 55 3 5 1 1 202.4 2.44 5 61.8 9.34 33.16 8.5 1 61 1 5

4 112 3 3 1 1 204.2 2.7 5 74.2 9.38 58 5.86 1 61 1 5

5 113 3 3 1 1 227.6 2.42 5 68.8 9.2 41.86 7.46 1 60 1 5

6 114 3 3 1 1 238.6 2.28 5 60.8 9.2 38.12 7.8 1 60 1 5

7 119 3 3 1 1 263.6 2.56 5 66.7 9 39.54 5.92 3 60 1 5

8 120 3 3 1 1 238 2.3 5 73.8 9 57.74 6.72 1 58 2 5

9 124 3 3 1 1 220.4 2.2 5 57.8 9.7 32.6 6.02 1 54 4 5

10 125 3 3 1 1 242.2 2.06 5 60.3 9.32 35.2 6.84 1 60 4 7

11 127 3 3 1 1 236.6 2.18 5 68.2 9.34 26.8 7.4 1 61 3 5

12 128 3 3 1 1 142.6 2.3 5 40.7 9.46 52 7.82 1 61 3 7

13 139 3 5 1 1 199 2.68 7 83.3 8.48 50.9 5.92 3 60 3 7

14 139-A 3 5 1 1 199 2.74 7 77.78 8.52 53.34 7.06 3 61 3 7

15 142 3 3 1 1 237 2 5 75.3 9.04 28.44 15.12 1 61 3 7

16 145 3 7 1 1 202 2.68 7 69.06 9.06 62.68 7.92 3 61 3 7

17 147 3 5 1 1 297 2.6 7 75.94 8.6 49.6 6.86 3 61 5 3

18 156 3 3 1 1 180 2 7 78.98 9 58.1 7.72 1 58 6 5

19 159 3 3 1 1 221.4 1.96 5 84.6 10 58.62 8.12 1 61 4 5

20 133 3 3 1 1 167 1.18 7 67 6.82 55.42 7.34 1 58 4 5

21 163-A 3 3 1 1 134.6 1.38 5 82.1 7.96 57.44 7.84 1 61 2 5

22 168 3 3 1 1 173 1.52 5 69.36 8.66 34.45 7.25 1 64 4 3

23 169 3 3 1 1 219.6 2.46 7 74.6 9.78 49.1 8.76 1 64 3 5

24 170 3 3 1 1 299 2.66 5 70.04 7.54 40.2 6.7 3 61 4 1

Page 30: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

24

25 171 3 5 1 1 268 2.54 7 86.7 8.42 52.12 6.6 3 58 3 1

26 172 3 5 1 1 255 2.62 7 76.4 8.7 50.8 7.5 3 60 3 5

27 173 3 5 1 1 178.4 2.4 7 80.2 9.16 56.7 7.12 3 58 3 5

28 173-A 3 5 1 1 344.6 2.36 5 73.14 8.94 53.2 7 3 61 4 3

29 174 3 5 1 1 332.6 2.84 7 68.26 9.78 41.8 8.5 3 58 5 1

30 175 3 3 1 1 303.6 2.74 5 79.5 8.3 53.7 7 3 58 6 7

31 175-A 3 5 1 1 251.2 2.2 5 62.5 5.86 42.3 5.9 3 60 4 3

32 177 3 3 1 1 269.8 2.26 5 73.32 8.14 42 6.96 3 61 3 3

33 178 3 3 1 1 231.6 2.4 5 63.18 9.24 37.3 5.9 1 60 4 5

34 179 3 3 1 1 257 2.76 5 66.12 9.7 44.8 7.96 1 60 4 9

35 180 3 5 1 1 243 2.525 5 65.56 10.28 49.78 9.56 1 60 2 7

36 181 3 3 1 1 246 2.52 5 70.8 9.36 43.4 8.26 1 60 3 5

37 182 3 3 1 1 160 2.34 5 72.84 9.62 51.2 9.1 1 60 4 5

38 183 3 3 1 5 200.4 1.5 5 74 6.44 45.4 5.4 3 60 3 5

39 184 3 3 1 1 244.8 2.8 5 66.38 8.02 36.8 4.6 1 60 4 5

Keterangan

1 = Warna Antosianin Sisi Dorsal daun I 9 = Lebar Helai Daun pada daun ketiga dari malai (cm)

2 = Warna Antosianin Selubung Daun I 10 = Panjang Daun Bendera (cm)

3 = Warna Antosianin helai daun 11 = Lebar Daun Bendera (cm)

4 = Malai: Antosianin Kelopak Bunga 12 = Daun: Perpanjangan perubahan warna midrid (pelepah) pada daun bendera

5 = Tinggi Tanaman saat tanaman masak fisiologis (cm) 13 = Umur Munculnya Malai (HST)

6 = Diameter Batang pada 1/3 tinggi tanaman saat masak

fisiologis (cm)

14 = Malai : Warna kelopak saat malai mulai berbunga

7 = Intensitas warna hijau daun yang diamati saat muncul

malai

15 = Malai : Kepadatan Malai saat tua

8 = Panjang helai Daun pada daun ketiga dari malai (cm)

Page 31: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

25

Tabel 22. Karakter agronomis 39 aksesi plasma nutfah sorgum untuk karakter 16-28

NO Nomor

Aksesi

Karakter Agronomis Plasma Nutfah Sorgum

16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

1 15 35.1 11.08 1 2.461 3.21 Coklat-Merah 6.28 1.9 2.5 120 0 14.286 8.32

2 17 29.8 16.1 1 2.422 3.374 Hitam 5.8 1.8 2.1 108 1 27.273 11.2

3 55 19 3.9 2 2.896 4.552 Krem 7.08 3.2 4 98 0 4.7619 5.32

4 112 21.4 2.75 2 2.786 4.442 Putih abu-abu 6.46 3.2 4 98 0 15 4.84

5 113 20.9 0.3 2 3.132 4.714 Putih 7.5 4 4.2 98 0 9.5238 5.18

6 114 20.16 2.06 2 2.964 4.708 Putih 8.48 3 4 98 0 35 2.28

7 119 23.9 1.04 2 2.944 4.57 Coklat 11.36 4 4.3 98 1 16.667 6.4

8 120 22.5 2.52 2 3.064 4.494 Krem 12.72 3 3.3 98 0 14.286 5.48

9 124 22 4.58 1 2.826 4.054 Putih abu-abu 7.1 2.3 2.4 98 2 4.5455 4.58

10 125 22.72 1.8 2 2.792 3.984 Putih abu-abu 5.68 2 3 98 1.75 15.789 5.46

11 127 19.9 1.84 2 2.896 4.23 Putih 6.62 2.4 3.2 98 1 5.2632 5.58

12 128 26.8 0.9 3 2.798 3.866 Putih 3.94 2 2.1 98 0 0 2.26

13 139 22.66 0.72 3 2.998 4.618 Merah 12.7 3 3.5 98 0 15.789 6.18

14 139-A 18.8 0.94 3 2.954 4.198 Merah 8.1 3 5 98 1.5 10 7

15 142 16.9 5.35 3 2.582 4.55 Coklat 24.9 2.3 3.3 98 1.5 20 5.1

16 145 21.8 2.34 3 2.83 4.314 Merah 8.5 2.1 3 98 1 5.5556 7.14

17 147 31.86 3.58 1 2.704 4.162 Coklat Kemerahan 15.7 5 4 98 0 12.5 4.68

18 156 33.4 0.52 3 2.296 3.626 Krem 6 1.1 2 98 0 5 11.4

19 159 21.1 3.22 1 3.152 4.52 Putih 9.82 3 3.9 98 1 13.636 5

20 133 15.96 15.76 3 2.832 4.12 Putih 12.54 0.9 1 98 1 5.2632 4.32

21 163-A 28.9 1.18 2 2.848 4.366 Putih abu-abu 6.6 1.2 1.6 108 0 10 8.24

22 168 19.6 1.3 5 2.826 4.084 Putih abu-abu 19.7 1 2 108 2 10 5.9

23 169 13.4 1.54 3 2.688 4.122 Putih 21.5 2.6 3 98 0 9.5238 3.6

24 170 23.1 8.7 5 3.114 3.33 Merah 9.92 2.3 3.8 98 1 28.571 9.5

Page 32: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

26

25 171 24 1.64 5 2.752 3.942 Merah 18.5 3.8 4.5 98 2 4.7619 5.3

26 172 18.78 2.78 1 2.988 4.23 Merah 14.28 5.8 6 98 1.6667 30 3.78

27 173 15.2 2.38 2 2.632 3.312 Coklat 11.96 2.5 3 98 1 0 2

28 173-A 30 9.02 1 2.418 3.704 Coklat 15.5 3.6 4 98 1 28.571 8.04

29 174 25.8 6.98 2 2.87 3.806 Merah 13.3 4 5 98 1.75 35.294 5.26

30 175 24.86 2.14 2 2.758 4.064 Coklat 13.7 5.3 5.5 98 1 11.765 5.4

31 175-A 24.86 2.14 1 2.58 4.296 Coklat 16.2 3 4 98 1 5.5556 6.6

32 177 25.4 3.38 1 2.828 4.128 Merah 19.1 2.4 3 98 3.25 6.25 6.12

33 178 11.3 1.1 1 2.656 3.93 Krem 25.3 3.4 4.5 98 0 5.8824 4.6

34 179 20.22 2.36 2 2.838 4.434 Putih 17.9 4 4.5 98 3.5 15.789 5.24

35 180 12.2 1.34 2 2.768 4.64 Putih 14.5 4 4.5 98 0 16.667 5.1

36 181 22.28 1.68 2 3.16 4.814 Putih 14.8 4.6 5.5 98 0 0 8.975

37 182 12.6 1.04 1 2.712 3.916 Putih 9.8 2 3 98 1 0 4.2

38 183 8.5 3.9 2 2.554 3.274 Hitam/Hermada 7.9 1.2 1.9 98 1.6667 20.833 23.9

39 184 46.82 3.18 1 2.892 4.156 Hitam 6.06 1.5 2.7 120 0 0 13.8

Keterangan:

16 = Malai : Panjang Malai (cm) 23 = Batang : Biomassa Batang (kg)

17 = Malai : Panjang Tangkai Malai (cm) 24 = Biomassa keselurahan tanaman tanpa malai (kg)

18 = Malai : Bentuk Malai saat masak fisiologis 25 = Umur Panen (Hari Setelah Tanam)

19 = Malai : Panjang Biji 26 = Batang : Jumlah cabang tangkai pada tangkai utama

20 = Malai : Tebal Biji (mm) 27 = Batang : Persentase Rebah Batang

21 = Malai : Warna Biji 28 = Malai : Panjang cabang utama malai (cm)

22 = Batang : Kadar Gula

Page 33: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Hasil karakterisasi 39 aksesi plasma nutfah sorgum yang telah dilakukan didapatkan tiga aksesi

plasma nutfah sorgum yang memiliki kadar gula brix cukup tinggi yakni nomor aksesi 142, 169

dan 178 masing-masing 24,9%, 21,5 dan 25,3%. Ketiga aksesi ini dapat dipertimbangakan dalam

pengembangan sorgum manis.Adapun beberapa karakter agronomis ketiga aksesi plasma nutfah

tersebut sebagai berikut (Tabel 23).

Tabel 23. Karakterisasi agronomis 3 aksesi plasma nutfah sorgum dengan kandungan kadar gula

brix tinggi

Nomor

Aksesi

Karakter agronomis

1 2 3 4 5 6 7 8

142 237 2 61 98 2.3 24.9 7 16.9

169 219.6 2.46 64 98 2.6 21.5 5 13.4

178 231.6 2.4 60 98 3.4 25.3 5 11.3

Keterangan:

1. Tinggi Tanaman

2. Diameter Batang

3. Umur Berbunga

4. Umur Panen

5. Biomassa Batang

6. Kadar Gula Brix

7. Kerapatan Malai

8. Panjang Malai

4. Evaluasi Plasma Nutfah Jagung terhadap Cekaman Biotik

4.1. Evaluasi Plasma Nutfah Jagung terhadap Cekaman Kumbang Bubuk

Populasi F1

Rata-rata jumlah populasi F1 S. zeamais yang dihasilkan berkisar dari 0 sampai 171,5

ekor. Dari 33 entry yang diuji ada 12 aksesi yang memperlihatkan rata-rata populasi projeni

baru yang muncul (F1) lebih rendah dan yang lebih kecil dari 10 ekor yaitu nomor aksesi 7, 10,

11, 12, 100, 101, 102, 104, 116, 121, 126, 753, dan yang memperlihatkan jumlah populasi projeni

baru yang muncul (F1) yang tinggi dari lima ekor ada 21 aksesi (Tabel 24).

Meningkatnya populasi projeni baru (F1) S. zeamais menyebabkan semakin berat

infestasinya dan semakin tinggi kerentanannya yang dihasilkan dengan kata lain bahwa semakin

peka aksesi tersebut terhadap S. Zeamais. Munculnya populasi projeni baru (F1) S. zeamais

berkorelasi positif dengan kerentan suatu galur. Kekerasan butir jagung merupakan faktor

penting pada permulaan infestasi serangga S. zeamais dan lebih menyukai butir yang lunak

karena lebih mudah meletakkan telur (Seshagiri 1953).

Page 34: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Adentuji (1988) melaporkan bahwa jumlah serangga dewasa F1 merupakan akibat dari

antibiosis dan berkorelasi dengan jumlah telur yang diletakkan oleh S. zeamais, yang tergantung

pada ketidak sukaan untuk melakukan oviposisi. Dengan meningkatnya populasi projeni baru

yang muncul (F1) maka nilai indeks kerentanan semakin besar dan mengakibatkan varietas/galur

tersebut semakin peka terhadap hama kumbang bubuk S. zeamais, dan berkorelasi positif antara

indeks kerentanan dengan populasi projeni baru yang muncul (F1). Indeks kerentanan berkorelasi

dengan faktor-faktor seperti penurunan bobot biji, jumlah projeni F1, kekerasan biji, dan laju

peningkatan populasi serangga (Classen et.al., 1990).

Ketahanan varietas/galur ini juga sangat dipengaruhi oleh kekerasan biji, komposisi kimia

biji salah satu adanya komposisi asam fenolat biji. Kekerasan biji sangat dipengaruhi oleh

kandungan asam fenolat biji, semakin tinggi asam fenolat biji semakin keras biji tersebut sehingga

untuk infestasi telur sangat rendah (Classen et.al., 1990). Peningkatan kandungan asam fenolik

biji mengakibatkan projeni baru yang muncul (F1) semakin rendah. Gudrups et al. (2001)

melaporkan bahwa peningkatan ukuran biji yang dikombinasikan dengan karakteristik biji lainnya

seperti tekstur biji, menghasilkan penurunan tingkat kerentanan terhadap kumbang S. zeamais.

Kerusakan biji

Pada Tabel 24 terlihat bahwa ada 14 aksesi/entry yang menunjukkan persentase

kerusakan biji relatif rendah yang lebih kecil dari 10 persen yaitu entry nomor yaitu nomor aksesi

7, 10, 11, 12, 100, 101, 102, 104, 116, 121, 126, 745, 748, 753, dan lebih rendah dibanding

dengan beberapa aksesi/entry lainnya, rendahnya kerusakan biji tersebut sangat dipengaruhi

oleh populasi projeni baru yang muncul (F1), dan kemungkinan juga disebabkan entry tersebut

mengandung asam fenolik yang tinggi yang meyebabkan serangga S.zeamais sulit menembus

untuk meletakkan telur dan menyebabkan entry tersebut menghasilkan populasi F1 yang lebih

rendahdan mengakibatkan kerusakan biji juga lebih rendah. Komposisi asam fenolat pada

entry/galur tersebut lebih tinggi dibanding entry/galur lainnya yang dapat menyebabkan pericarp

biji lebih keras yang menyebabkan serangga sulit untuk meletakkan telur sehingga projeni baru

yang dihasilkan (F1) lebih rendah dan menakibatkan kerusakan biji juga lebih rendah. Tenrirawe

dan Tandiabang (2009) melaporkan bahwa dengan kandungan asam fenolik yang tinggi dapat

menyebabkan kerusakan biji lebih rendah dibanding dengan biji dengan kandungan fenolik yang

rendah. Classen et al. (1990) melaporkan bahwa populasi jagung dengan kandungan asam

fenolat yang tinggi pada kulit biji (perikarp) lebih resisten terhadap serangan hama gudang S.

zeamias dibanding dengan populasi jagung dengan kandungan asam fenolat yang rendah. Dobie

Page 35: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

(1973) menemukan korelasi positif antara kelunakan varietas jagung dan kerentanannya

terhadap S. zeamais. Lebih lanjut Serratos et.al., (1987) melaporkan bahwa adanya suatu

kemungkinan peranan dari asam fenolik jagung sebagai penolak terhadap S. zeamais. Arnason

et al. (1994) melaporkan bahwa genotip resisten memiliki konsentrasi asam diferulic dalam

jumlah yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan genotip rentan. Lebih lanjut García-Lara et al.,

(2004) mengamati bahwa korelasi yang tinggi antara kekerasan kernel dan pericarp dinding sel

dari jagung resisten pada S. zeamais

Tabel 24. Rata-rata populasi Sitophilus zeamais dan kerusakan biji pada beberapa

aksesi/varietas plasmanutfah jagung. Lab hama 2017

No Nomor Aksesi Variabel Pengamatan

Rata-rata Populasi Serangga Rataa-rata Kerusakan biji (%)

1 2 10.5 9.3

2 4 19 13.7

3 6 171 51.3

4 7 7 4.1

5 8 12.5 5.4

6 9 34.5 12

7 10 0 0

8 11 0 0

9 12 4 5.8

0 80 14.5 12.8

11 86 130 47.5

12 98 25 16.2

13 100 6.5 3.5

14 101 5 5.1

15 102 6.5 4.7

16 104 0 0

17 108 21 12.3

18 116 0 0

19 121 6.5 3.8

20 125 171.5 72.3

21 126 5.5 7.1

22 137 32.5 33.2

23 745 33 9.7

24 746 163.5 49.1

25 747 37.5 29.2

26 748 10.5 5

27 753 9.5 5.1

28 756 25.5 18.2

29 757 42 19.2

30 759 32 22.1

Page 36: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

31 760 12 14.6

32 785 73 23.4

33 786 23 10.9

4.2. Evaluasi plasma nutfah jagung terhadap cekaman penyakit bulai

Hasil pengamatan pada tanaman sumber inokulum di sekeliling galur uji yang ditanam 3

minggu sebelum penanaman tanaman perlakuan, menunjukkan bahwa penyakit bulai

menginfeksi sekitar 40 % pada sumber inokulum yang terletak pada sekeliling percobaan. Namun

pada sumber inokulum yang berada pada antar ulangan mencapai 100 %. Ketersediaan tanaman

sumber inokulum tersebut menyebabkan galur-galur uji dalam perlakuan, memperoleh infeksi

bulai yang optimal dan tidak adanya peluang terdapat galur yang terhindar (escape) dari sebaran

konidia penyakit bulai. Keadaan sumber inokulum yang optimal tersebut juga didukung oleh

adanya area pertanaman jagung di sekitar lokasi penelitian. yang terinfeksi berat penyakit bulai

dan keadaan iklim yang tergolong agak kering (Tabel 25). Keadaan iklim yang agak kering

menciptakan iklim mikro yang ideal pada permukaan daun, sehingga konidia yang hinggap pada

air gutasi kelopak daun, dapat menginfeksi sel jaringan lapisan efidermis tanaman secara optimal

sebelum kering oleh cekaman matahari.

Tabel 25. Keadaan iklim (suhu dan hari hujan) selama pertanaman, KP Bajeng 2017.

Umur (MST) Suhu (oC)

Hari Hujan(HH)

dalam setiap minggu Curah hujan

1 28 - 32 0 -

2 28 - 32 2 Sedang

3 27 - 33 2 Sedang

4 28 – 33 1 Ringan

5 28 - 32 0 -

6 28– 33 1 Ringan

7 27 - 32 0 -

8 27 – 33 0 -

9 29 – 33 0 -

10 28 – 31 0 -

11 27 – 32 1 Ringan

12 27 – 33 0 -

13 27 - 33 2 Sedang

14 27 – 34 2 Sedang

15 25 - 36 1 -

Keterangan :

MST = Minggu Setelah Tanam

Suhu, Hari Hujan (HH) dan Curah Hujan (Sedang dan rendah):

Page 37: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Sesuai dengan pengamatan langsung dalam setiap hari, Khusus suhu dengan menggunakan alat

Termometer Mercury, pengamatan pada pagi hari dan siang hari.

Indikasi sebaran penyakit bulai yang tinggi tersebut terlihat pada pengamatan 30 HST (Tabel 26),

Infeksi bulai sudah ditemukan menyebar pada galur-galur uji, berkisar 6,2% - 100%. Masa

inkubasi atau fase awal penetrasi sampai timbulnya gejala penyakit bulai sekitar 10-14 hari, dan

puncak serangan dilapangan yaitu pada 35 HST. (Pakki 2017). Kecenderungan infeksi yang

tinggi pada umur tanaman muda tersebut didukung oleh ketersediaan sumber inokulum yang

tinggi. Keadaan ini terekpresi dengan sebaran infeksi pada pembanding rentan telah mencapai

80%-100%.

Tabel 26. Intensitas serangan penyakit bulai pada 30 dan 45 Hari Setelah tanam

No urut

No/Kode

aksesi

pemulia

Rerata

tan. yg

tumbuh

Intensitas

Bulai pada 30

HST

Intesitas Bulai

pada 45 HST

Kriteria

Ketahanan

1 102 14 28,6 57,1 Rentan

2 98 16 68,9 81,1 Rentan

3 103 17 76,4 88,2 Rentan

4 97 11 45,4 72,7 Rentan

5 100 16 43,7 56,2 Rentan

6 107 15 60,0 66,6 Rentan

7 114 18 55,5 66,6 Rentan

8 104 7 71,4 100 Rentan

9 103 18 22,2 61,1 Rentan

10 110 14 100 100 Rentan

Rentan Anoman 20 100 100 Pemb. Rentan

Tahan Bima -3 20 0,00 5 Pemb. Tahan

11 187 13 61,5 76,9 Rentan

12 194 19 10,5 15,7 Agak tahan

13 196 17 70,5 88,2 Rentan

14 193 15 6,6 20 Agak tahan

15 188 18 22,2 66,6 Rentan

16 206 14 7,1 7,1 Tahan

17 213 19 21,0 21,0 Agak Tahan

18 203 15 20 20 Agak Tahan

19 198 20 55,0 100 Rentan

20 199 15 75 80 Rentan

Rentan Anoman 20 100 100 Pemb. Rentan

Tahan Bima-3 20 5 10 Pemb. Tahan

21 116 18 55,5 72,2 Rentan

22 119 18 61,1 66,6 Rentan

23 124 16 18,7 18,7 Agak Tahan

24 131 16 6,2 12,5 Agak Tahan

Page 38: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

25 151 18 44,4 66,6 Rentan

26 173 20 100 100 Rentan

27 179 19 89,4 100 Rentan

28 184 15 80 80 Rentan

29 183 17 17,6 17,6 Agak Tahan

30 186 18 72,2 77,7 Rentan

Rentan Anoman 20 100 100 Pemb. Rentan

Tahan Bima-3 20 0 10 Pemb. Tahan

31 246 19 84,2 100 Rentan

32 248 20 50,0 70 Rentan

33 745 20 30,0 60,6 Rentan

34 264 20 60,0 70,0 Rentan

35 256 20 60,0 90,0 Rentan

36 249 20 50,0 90,0 Rentan

37 250 18 80,1 88,8 Rentan

38 253 17 76,4 94,1 Rentan

39 254 18 55,5 100 Rentan

40 252 20 35,0 85,0 Rentan

Rentan Anoman 20 100 100 Pemb. Rentan

Tahan Bima-3 20 0 5 Pemb. Tahan

41 230 20 60 70 Rentan

42 231 20 20 20 Agak Tahan

43 235 13 23,0 76,9 Rentan

44 237 20 15 65,0 Rentan

45 236 18 5,5 5,5 Tahan

46 238 18 77,7 83,3 Rentan

47 241 20 20 20 Agak Tahan

48 242 14 85,7 100 Rentan

49 243 12 100 100 Rentan

50 240 20 25 25 Agak Tahan

Rentan Anoman 20 100 100 Pemb. Rentan

Tahan Bima-3 20 0 5 Pemb. Tahan

51 87 16 62,5 81,2 Rentan

52 86 14 78,5 92,8 Rentan

53 9 20 15 15 Agak Tahan

54 8 18 77,7 88,8 Rentan

55 7 15 20 20 Agak Tahan

56 11 16 100 100 Rentan

57 6 16 62,5 99,0 Rentan

58 2 20 20 70 Rentan

59 3 18 11,1 66,6 Rentan

60 1-a 14 7,1 7,1 Tahan

Rentan Anoman 20 80 100 Pemb. Rentan

Tahan Bima-3 20 0 10 Pemb. Tahan

61 85 12 8,3 16,6 Agak Tahan

Page 39: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

62 759 8 12,5 100 Rentan

63 760 16 18,7 50 Rentan

64 747 19 73,6 89,4 Rentan

65 748 20 75,0 75,0 Rentan

66 753 20 50,0 100 Rentan

67 756 14 71,4 85,7 Rentan

68 757 20 35 60,0 Rentan

69 784 16 6,2 6,2 Tahan

70 746 18 55,5 72,2 Rentan

Rentan Anoman 18 55,5 100 Pemb. Rentan

Tahan Bima—3 20 5 5 Pemb. Tahan

71 214 20 35 55,0 Rentan

72 215 16 56,2 75 Rentan

73 218 14 50 60 Rentan

74 210 18 11,1 16,6 Agak Tahan

75 216 18 55,5 72,2 Rentan

76 217 19 26,3 52,6 Rentan

77 218 18 22,2 66,6 Rentan

78 219 20 35,0 70,0 Rentan

79 227 16 56,2 75,0 Rentan

80 229 17 58,8 98,0 Rentan

Rentan Anoman 20 100 100 Pemb. Rentan

Tahan Bima-3 18 0 5 Pemb. Tahan

81 211 20 5 5 Tahan

82 786 20 70 100 Rentan

Keadaan sebaran yang cendrung meningkat berlanjut dan pada 45 HST, (Tabel 26),

dalam keadaan semua pembanding rentan (Anoman) telah mencapai intensitas 100%. Pada

aksesi uji telah ditemukan rerata intensitas sekitar 5%-100%. Keadaan serangan penyakit bulai

yang tinggi tersebut di dukung oleh kondisi iklim yang tergolong agak kering, sehingga konidia

bulai yang diproduksi dari tanaman sumber inokulum di sekeliling tanaman uji, mampu

menginfeksi baik pada setiap galur uji. Penularan bulai dapat terjadi apabila spora telah

menghasilkan konidia, melalui angina konidia kemudian berpindah ke tanaman sehat, hinggap

pada embun air di cerobong daun titik tumbuh, berkecambah dan kemudian konidia menginfeksi

tanaman. Selanjutnya bila respon genetik dari galur uji yang tidak mempunyai sifat ketahanan

terhadap penyakit bulai, maka konidia akan berkembang sempurna dalam sel-sel jaringgan

tanaman dan menyebabkan tanaman menjadi kerdil atau sebagain mati. Secara fisiologis suatu

tanaman yang terinfeksi cendawan patogen mengalami penurunan klorofil dan hormon,

Page 40: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

penurunan laju fotosintesis dan peningkatan laju respirasi yang diikuti oleh meningkatnya enzim

oksidasi menyebabkan tanaman menjadi kerdil ( Farrar and Lewis 1987).

Pengamatan selanjutnya pada 45 HST (Tabel 2), 5 aksesi plasma nutfah yaitu aksesi 206,

236, 211, 1-a, 784, yang memperlihatkan reaksi yang rendah pada 35 HST, juga tetap tidak

mengalami peningkatan persentase infeksi bulai yang tinggi, hanya berkisar 5,0% sampai dengan

7,1%. Adanya tingkat intensitas yang lebih rendah tersebut sebagai akibat adanya respon

genetik yang berbeda dari setiap galur uji terhadap cekaman penyakit bulai yang disebabkan oleh

spesies P. philippinensis.

Aksesi uji lainnya yang tergolong agak tahan dengan intensitas serangan bulai berkisar

11-25% yaitu aksesi nomor 194, 193, 213, 203, 124, 131, 183, 231, 241, 240, 9, dan aksesi

nomor 7. Pada galur yang tergolong agak rentan, kompabilitas konidia P. philippiinensis dan

aksesi plasma nutfah yang diuji tergolong tinggi, keadaan ini memungkinkan miselia konidia

dapat berkembang dalam jaringan sel tanaman sehingga aksesi yang agak tahan tersebut,

populasi yang terinfeksi bulai mencapai sekitar 11% sampai dengan 25 %.

Ekspresi sifat tahan dan agak tahan dari setiap aksesi uji tersebut terukur oleh ciri sebaran

infeksi penyakit bulai pada semua pembanding rentan (Anoman) yang tersebar acak pada setiap

10 aksesi, mencapai 100% atau sebagian tanamannya mati. Demikian pula sebaliknya pada

pembanding tahan (Bima-3), hanya terinfeksi 5%-10%. Penggunaan varietas tahan dalam

pengendalian bulai adalah tergolong efektif, mudah dan murah dalam pemanfaatannya

(Wakman. 2000; Wakman dan Burhanuddin. 2007). Penemuan galur yang tergolong tahan

tersebut, dapat memperbanyak sumber ketahanan terhadap penyakit bulai. Memperluas

preferensi konsumen serta mendorong tersedianya calon varietas-varietas baru guna

menanggulangi cekaman penyakit bulai, terutama di daerah endemi.

Menilik data-data tersebut dengan jumlah aksesi yang tergolong tahan, yaitu berkisar

6,25 %, agak tahan 16,25% dan rentan 77,50% (Gambar 1). Kejadian intensitas tersebut

memberi gambaran bahwa persentase aksesi yang mempunyai sifat genetik tahan adalah

tergolong rendah yaitu berkisar 6,25 %. Gambaran penemuan rendahnya jumlah aksesi yang

tergolong tahan juga telah dilaporkan oleh Pakki et al. (2012); Pakki et al (2013); Pakki et al.

(2015) yaitu berkisar 5 %. Penemuan aksesi tahan terhadap penyakit bulai yang rendah tersebut

juga dihadapkan pada masalah bahwa pada umumnya aksesi tahan mempunyai produktivitas

yang rendah. Sehingga untuk memperoleh varietas unggul baru yang tahan penyakit bulai

dengan produktivitas yang tinggi memerlukan waktu yang lama dalam proses persilangan dan uji

lanjutan gabungan potensi hasilnya. Keadaan demikian memberi sinyal bahwa agar donor galur

Page 41: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

tetua tahan penyakit bulai selalu tersedia, maka kegiatan skrining ketahanan terhadap penyakit

bulai, haruslah dilakukan secara berkelanjutan.

Gambar 1. Persentase sebaran respon infeksi dari 80 plasma nutfah jagung terhadap penyakit bulai yang disebabkan spesies P. philippinensis pada jagung.KP Bajeng 2017.

4.3. Evaluasi plasma nutfah jagung terhadap cekaman penyakit karat daun

No.

Urut

Nomor

Aksesi

Intensitas serangan (%) saat

tanaman berumur… Tingkat Ketahanan

50 HST 60 HST 70 HST

1 1-a 10 24 26 AgakTahan

2 2 2 6 30 AgakRentan

3 3 24 8 32 AgakRentan

4 4 20 38 74 Rentan

5 6 6 8 42 AgakRentan

6 7 16 18 32 AgakRentan

7 8 6 8 18 AgakTahan

8 9 14 26 42 AgakRentan

9 86 12 16 48 AgakRentan

10 87 24 22 52 Rentan

11 97 20 18 48 AgakRentan

12 98 30 14 28 AgakRentan

13 100 16 6 20 AgakTahan

14 101 24 20 46 AgakRentan

0

10

20

30

40

50

60

70

80

T AT R

T(Tahan)

AT(Agak Tahan)

R(Rentan)

Page 42: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

15 102 12 36 44 AgakRentan

16 103 18 18 50 AgakRentan

17 104 6 26 46 AgakRentan

18 107 18 24 48 AgakRentan

19 110 20 4 46 AgakRentan

20 114 26 16 84 SangatRentan

21 116 26 20 54 Rentan

22 119 6 36 50 AgakRentan

23 124 0 20 44 AgakRentan

24 131 2 12 50 AgakRentan

25 151 10 32 54 Rentan

26 173 10 38 68 Rentan

27 179 18 14 42 AgakRentan

28 183 10 38 46 AgakRentan

29 184 10 28 48 AgakRentan

30 186 8 30 52 Rentan

31 187 14 34 58 Rentan

32 188 16 34 80 SangatRentan

33 193 4 30 54 Rentan

34 194 4 16 46 AgakRentan

35 196 40 36 88 SangatRentan

36 198 18 18 46 AgakRentan

37 199 8 48 58 Rentan

38 203 6 20 52 Rentan

39 206 4 30 42 AgakRentan

40 213 22 46 80 SangatRentan

41 214 22 42 78 SangatRentan

42 215 4 32 48 AgakRentan

43 218 10 6 22 AgakTahan

44 210 8 38 58 Rentan

45 216 6 14 24 AgakTahan

46 217 0 48 64 Rentan

47 218 6 8 28 AgakRentan

48 219 2 4 10 Tahan

49 227 14 18 34 AgakRentan

50 229 20 34 70 Rentan

51 230 26 40 54 Rentan

52 231 2 8 46 AgakRentan

53 235 18 20 62 Rentan

54 236 14 14 44 AgakRentan

55 237 6 18 50 AgakRentan

Page 43: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

56 238 4 28 64 Rentan

57 240 26 28 52 Rentan

58 241 12 16 46 AgakRentan

59 242 24 8 52 Rentan

60 243 4 6 18 AgakTahan

71 246 4 10 36 AgakRentan

72 248 6 38 58 Rentan

73 249 8 26 70 Rentan

74 250 4 10 54 Rentan

75 252 6 26 54 Rentan

76 253 10 46 80 SangatRentan

77 254 14 42 58 Rentan

78 256 12 34 54 Rentan

79 264 8 34 60 Rentan

80 745 6 44 54 Rentan

81 746 4 22 46 AgakRentan

82 747 10 32 54 Rentan

83 748 4 48 58 Rentan

84 753 12 66 74 Rentan

85 756 14 68 70 Rentan

86 757 12 48 64 Rentan

87 759 2 40 48 AgakRentan

88 760 8 28 48 AgakRentan

89 784 12 48 54 Rentan

90 785 2 34 38 AgakRentan

91 BIMA 2 2 22 AgakTahan

92 ANOMAN 10 20 42 AgakRentan

Page 44: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Tabel 7. Jumlah aksesi dari hasil Penelitian Berbasis Marka Molekuler, Tahun 2017.

Jenis Serealia Jumlah

Jagung pulut anthosianin (ungu) 22

Jagung tahan cekaman penyakit bulai untuk pemetaan QTL 150

Karakterisasi sorgum manis 25

Identifikasi gen terpaut gula brix tinggi sorgum manis 9

Karakterisasi gandum toleran suhu tropis 37

Gandum yang mengandung gen yang toleran terhadap suhu tinggi 31

Total 274

Karakterisasi molekuler 45 inbrida jagung anthosianin berbasis marka SSR.

Dari total 45 inbrida jagung pulut anthosianin (ungu) yang dikarakterisasi berada pada

generasi 3 sampai generasi 7. Nampak generasi 3-4 pada umumnya masih memiliki homosigositas

<80%. Terdapat 17 (37,8%) inbrida yang masih memiliki homosigositas <80% dan 6 inbrida

memiliki persentase missing data >15% sehingga hanya 22 inbrida yang dianalisis lebih lanjut.

Inbrida-inbrida tersebut masih perlu ditingkatkan homosigositasnya sebelum dimasukkan ke

dalam program perakitan varietas hibrida atau sintetik. Selain itu marka SSR yang semula

direncanakan 50 lokus ternyata hanya 48 lokus yang dianalisis lebih lanjut karena dua lokus

monomorfis untuk 22 genotipe (Tabel 5).

Tabel 5. Persentase homosigositas dan missing data 45 inbrida jagung pulut anthosianin.

No. Inbrida jagung pulut anthosianin Homosigositas

(%) Missing data

(%)

1. PULUTS3-1-1-2-1-1B-B 0.94 0.00 2. PULUTS3-5-1-4-1B-B 0.80 0.02 3. PM10-2-4-4-1-4B-B 0.44 0.00 4. PUC3-1-1-1-1B-B 0.64 0.00 5. PUC 3-1-1-5B-B 0.64 0.00 6. PUT1-2-3-1B 0.54 0.00 7. PUT1-3-2-1B-1B 0.68 0.00 8. PUC1-1-1-1B 0.86 0.00 9. PUC2-1-1-7B 0.68 0.00 10. PUC3-1-1-3B 0.58 0.00 11. PUT1-11-1-1-1-1 0.82 0.00 12. PM5-1-1-1-1 0.72 0.00 13. PUC1-3-1-1-1B 0.70 0.00 14. PUMuda2-5-2-1-4-2 0.86 0.02 15. PUT1-2-3-1-6B 0.64 0.00

Page 45: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

16. PUMudaXPARAMITHA 1-1-1-1 0.88 0.00 17. PUT1-3-2-3-2 0.86 0.00 18. PUT2-6-1-1-2 0.96 0.00 19. PUT1-2-3-5-1B-B 0.70 0.02 20. PUT1-2-3-3-2 0.80 0.00 21. PUT2-7-3-3-2 0.88 0.02 22. PUT2-4-3-3 0.90 0.02 23. PUT1-2-3-7-1 0.84 0.00 24. PUTXPARAMITHA4-1-1-3 0.58 0.02 25. PUTXPRT4-1-2-3-2 0.82 0.00 26. PUMuda2-8-2-1-6 0.88 0.02 27. PUMuda2-8-2-3-1 0.84 0.08 28. PUMuda2-3-3-3-1 0.86 0.02 29. PUMuda2-17-3-1-1 0.94 0.00 30. PUMuda1-10-8-1-2 0.64 0.00 31. PUT201602-3-1-4 0.88 0.22 32. PUT201602-1-1-1 0.82 0.06 33. PUT201602-4-1-1 0.78 0.00 34. PUT201602-5-1-3 0.90 0.16 35. PUT201603-1-1-1 0.94 0.28 36. PUT201603-2-3-1 0.86 0.06 37. PUT201603-3-1-1 0.84 0.06 38. PH201605-4-1-1 0.90 0.20 39. PMC201601-1-1-2 0.58 0.06 40. PMT201601-3-1-1 0.80 0.32 41. PUMudaXPRT1-1-1-1-1-4 0.86 0.00 42. PUMudaXPRT1-1-3-1-6 0.94 0.20 43. PUMuda2-7-2-1-1-1-1 0.56 0.02 44. PUMuda2-8-2-1-5-2-2 0.76 0.02 45. PUMuda2-8-2-2-3-6-1-4 0.86 0.02

Profil data SSR (Tabel 6) menggunakan program PowerMarker V3.25. Frekuensi alel

utama menunjukkan rentang 0,27 (bnlg1327 - 0,98 (umc1279) dengan skor rata-rata 0,63

(<0,95) atau jumlah alel per lokus SSR >2, mengindikasikan bahwa semua lokus ikut

berperan menentukan variasi genetik dari 22 inbrida yang diuji. Dari total 22 inbrida jagung

pulut anthosianin, observasi terendah sebanyak 18 sampel pada lokus bnlg391, rata-rata

observasi 22. Kisaran ketersediaan alel tinggi pada setiap aksesi, berkisar dari 0,91-1,00,

dengan nilai rata-rata 0,98, menunjukkan bahwa pada umumnya alel terdeteksi pada semua

genotipe yang dianalisis. Jumlah alel per lokus berkisar antara 2-8 alel, total 191 alel, rata-

rata 4,00. Keragaman genetik per berkisar antara 0,04 (umc1279) - 0,81 (bnlg1443), rata-

rata 0,43, menunjukkan tingkat polimorfisme yang tergolong informatif sedang. Skor

PIC<0,25 sebanyak 12 lokus SSR (25,00%), PIC>0,25-0,50 sebanyak 16 lokus SSR

(33,33%), sedangkan skor PIC>0,50 sebanyak 20 lokus SSR (41,67%). Nilai polimorfis (PIC)

dan keragaman genetik, tidak jauh berbeda satu dengan yang lain. Botstein et al. (1980)

Page 46: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

mengemukakan bahwa lokus SSR berkisar dari sangat rendah yaitu 0,04 (lokus) sampai tinggi

yaitu 0,83 (lokus bnlg1443), rata-rata 0,48 tergolong sedang.

Dari total 48 lokus SSR yang digunakan dalam penelitian ini, tingkat polimorfisme (PIC)

nilai PIC (Polymorphism Information Content) dijadikan sebagai standar dalam mengevaluasi

marka genetik berdasarkan pita DNA hasil ampifikasi PCR, dengan mengelompokkan nilai PIC

menjadi 3 kelas yaitu PIC>0,5, tergolong sangat informatif, PIC 0,25-0,5, tergolong sedang,

dan PIC< 0,25 tergolong rendah.

Frekuensi alel berkisar antara -0,08-1,00. Terdapat sejumlah lokus yang memiliki PIC

relatif rendah tetapi frekuensi alilnya tinggi. Menurut Pauline (2013), lokus-lokus dengan nilai

PIC relatif rendah namun memiliki frekuensi alel tinggi masih dapat digunakan dalam program

pemuliaan untuk perbaikan tanaman.

Pemetaan QTL (Quantitative Trait Locy) ketahanan penyakit bulai pada jagung

Pembentukan populasi F2:3 untuk pemetaan jagung tahan cekaman penyakit bulai

dilakukan pada semester II. Tongkol F2 yang terseleksi untuk ditanam adalah populasi F2 no. 5

dan no. 17 (Gambar 2).

Gambar 2. Tongkol F2 terseleksi untuk pembentukan populasi F2:3 yang akan digunakan untuk kegiatan karakterisasi fenotipik di lapangan.

Page 47: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Dari kedua populasi tersebut di atas yang digunakan untuk membentuk populasi F2:3

adalah tongkol F2 no. 17 dimana diperoleh sebanyak 323 biji pipilan pada tongkol. Sedangkan

populasi F2 no. 5 sebagai cadangan. Biji yang sudah ditanam diambil DNA per individu tanaman

pada umur 4 minggu setelah tanam. Hasil ekstraksi DNA dapat dilihat pada. Total DNA yang

diperoleh berkisar 10 sampai >300 ng/ul larutan (Gambar 3). Terdapat sebanyak 35 individu yang

memiliki total DNA yang rendah akan dilakukan ekstraksi ulang. Sampel daun sebagai cadangan

sudah disiapkan.

Gambar 3. Penampilan sebagian stok DNA hasil ekstraksi populasi F2 jagung dari total 323 individu yang semuanya telah diekstraksi untuk persiapan genotyping (George et al. 2004 dan Khan et al. 2004).

Penampilan tanaman populasi F2 dari 323 biji dari satu tongkol dapat dilihat pada Gambar

4. Biji yang dihasilkan pada tongkol adalah biji F2:3, yang akan digunakan untuk phenotyping

yang datanya akan digabung dengan data genotyping untuk analisis pemetaan gen ketahanan

cekaman penyakit bulai pada jagung. Panen diperkirakan pertengahan Desember 2017. Dari

pengamatan di lapangan, yang berhasil sekitar 200 tongkol. Diharapkan dapat diperoleh minimal

150 individu tongkol.

Page 48: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Gambar 4. Tampilan tanaman populasi F2, sedangkan tongkol yang dihasilkan adalah tongkol F2:3.

Karakterisasi 25 aksesi plasma nutfah sorgum manis berbasis marka SSR.

Profil data 69 marka SSR terhadap 25 genotipe sorgum dapat dilihat pada Tabel 6. Semua

lokus yang terlibat sifatnya polimorfik yang ditunjukkan oleh frekuensi alel 0,61 (<0,95) atau

jumlah alel per lokus SSR >2. Jumlah alel per lokus bervariasi 2-6 total 244 alel, rata-rata 3,5

alel/lokus SSR. Keragaman gen untuk setiap lokus berkisar antara 0,04-0,77 dengan rata-rata

0,49. Heterosigositas lokus SSR berkisar antara 0,00-0,92, rata-rata 0,12. Tingkat polimorfisme

(PIC) berkisar dari 0,04 (xtxp40) - 0,73 (xtxp001) , rata-rata 0,43, tergolong informatif sedang

(Botstein et al. 1980). Proporsi lokus polimorfik pada suatu populasi merupakan salah satu indeks

keragaman genetik. Berat molekul dari masing-masing marka yang diuji berkisar antara 82.00

(xtxp321) – 553.00 (xtxp312) bp. Nampak pada Tabel 8, tingkat polimorfisme tidak jauh berbeda

dengan nilai keragaman gen untuk masing-masing lokus. Dari data ini menggambarkan bahwa

25 genotipe sorgum memiliki variabilitas genetik yang cukup luas.

Tabel 8. Profil data 69 marka SSR terhadap 25 aksesi koleksi plasma nutfah sorgum.

Page 49: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

No. Marker Frekuensi alel

utama Jumlah

alel Keragaman

Gen Heterosigositas

Polimorfisme (PIC)

Kisaran basa (bp)

1. gpsb067 0.56 2.00 0.49 0.00 0.37 190.20 - 219.60 2. gpsb069 0.64 3.00 0.52 0.00 0.46 142.75 - 187.75 3. gpsb089 0.61 3.00 0.51 0.09 0.42 145.50 – 170.00 4. gpsb123 0.96 2.00 0.08 0.08 0.07 286.20 – 369.00 5. gpsb148 0.59 5.00 0.60 0.39 0.56 136.33 - 216.33 6. msbcir240 0.40 5.00 0.73 0.00 0.69 106.75 - 145.50 7. msbcir246 0.92 3.00 0.15 0.04 0.14 94.60 - 130.57 8. msbcir262 0.68 4.00 0.47 0.16 0.40 195.10 – 311.00 9. msbcir276 0.94 3.00 0.11 0.12 0.11 214.00 - 272.25

10. msbcir286 0.54 2.00 0.50 0.00 0.37 122.40 - 135.60 11. msbcir300 0.54 3.00 0.51 0.04 0.40 100.00 - 126.80 12. msbcir306 0.86 3.00 0.25 0.04 0.22 200.00 - 264.50 13. msbcir329 0.86 3.00 0.24 0.00 0.23 129.00 - 230.62 14. sbAGAB02 0.64 4.00 0.53 0.04 0.48 180.40 – 200.00 15. Sb6-84 0.80 2.00 0.32 0.00 0.27 92.80 – 129.00 16. SVPEPCAA 0.64 3.00 0.47 0.04 0.38 212.25 - 290.33 17. Xcup02 0.72 4.00 0.44 0.08 0.39 183.66 – 280.00 18. Xcup11 0.67 3.00 0.46 0.04 0.37 159.16 - 236.75 19. Xcup53 0.66 3.00 0.48 0.12 0.41 190.20 – 249.00 20. Xcup61 0.50 3.00 0.52 0.04 0.40 191.83 - 216.33 21. Xgap32 0.42 5.00 0.69 0.08 0.63 200.00- 284.42 22. Xgap084 0.82 4.00 0.31 0.12 0.29 175.50- 183.66 23. Xgap236 0.72 2.00 0.40 0.00 0.32 165.00 - 232.67 24. Xicep0107 0.98 2.00 0.04 0.04 0.04 191.80 - 212.25 25. Xtxp001 0.33 5.00 0.77 0.09 0.73 175.50 - 224.50 26. Xtxp003 0.40 4.00 0.68 0.00 0.61 191.83 - 226.75 27. Xtxp3 0.38 6.00 0.69 0.08 0.64 151.00 - 256.75 28. Xtxp10 0.62 4.00 0.54 0.24 0.48 142.75 - 187.75 29. Xtxp12 0.48 4.00 0.62 0.08 0.55 159.16 - 191.83 30. Xtxp14 0.56 6.00 0.57 0.48 0.49 236.75 - 330.33 31. Xtxp15 0.59 4.00 0.58 0.04 0.52 129.00 – 200.00 32. Xtxp18 0.79 2.00 0.33 0.00 0.28 209.80 - 261.40 33. Xtxp21 0.57 3.00 0.54 0.14 0.45 172.00 – 179.00 34. Xtxp23 0.40 3.00 0.65 0.00 0.58 200.00 - 236.75 35. Xtxp34 0.36 4.00 0.69 0.08 0.62 145.50 - 191.83 36. Xtxp40 0.98 2.00 0.04 0.04 0.04 154.50 – 200.00 37. Xtxp46 0.98 2.00 0.04 0.04 0.04 295.50 - 330.33 38. Xtxp57 0.56 4.00 0.56 0.04 0.49 132.66 – 140.00 39. Xtxp067 0.44 5.00 0.64 0.04 0.57 155.90 - 170.60 40. Xtxp136 0.64 4.00 0.53 0.64 0.49 175.50 - 219.60 41. Xtxp145 0.50 4.00 0.61 0.04 0.54 157.12 - 208.16 42. Xtxp149 0.50 2.00 0.50 0.76 0.38 143.66 - 206.12 43. Xtxp159 0.36 5.00 0.72 0.04 0.66 167.33 - 183.66 44. Xtxp177 0.69 4.00 0.48 0.13 0.43 171.41 - 244.10 45. Xtxp179 0.54 2.00 0.50 0.92 0.37 200.00 - 218.37 46. Xtxp183 0.50 3.00 0.62 0.08 0.55 145.50 – 249.00 47. Xtxp201 0.41 4.00 0.69 0.00 0.63 180.40 - 190.20 48. Xtxp212 0.68 4.00 0.47 0.12 0.40 175.50 - 218.37 49. Xtxp217 0.76 3.00 0.38 0.00 0.33 179.00 - 219.60 50. Xtxp219 0.90 4.00 0.19 0.08 0.18 179.58 - 218.37 51. Xtxp223 0.72 3.00 0.44 0.00 0.39 204.90 – 311.00 52. Xtxp225 0.72 4.00 0.43 0.52 0.38 257.85 – 427.00 53. Xtxp227 0.76 2.00 0.36 0.00 0.30 239.20 – 427.00 54. Xtxp258 0.44 5.00 0.69 0.08 0.63 171.41 - 298.60 55. Xtxp265 0.33 4.00 0.69 0.08 0.63 183.66 - 257.85 56. Xtxp273 0.62 3.00 0.50 0.08 0.41 236.75 – 249.00 57. Xtxp279 0.58 3.00 0.52 0.08 0.42 194.55 - 290.33 58. Xtxp289 0.44 4.00 0.60 0.08 0.52 177.72 - 230.62 59. Xtxp297 0.40 6.00 0.75 0.46 0.72 131.20 - 219.60 60. Xtxp298 0.38 6.00 0.75 0.08 0.71 151.00 – 186.00 61. Xtxp299 0.68 2.00 0.44 0.00 0.34 200.00 – 369.00 62. Xtxp302 0.50 4.00 0.66 0.04 0.60 195.10 - 212.25 63. Xtxp312 0.64 4.00 0.54 0.05 0.50 311.00 – 553.00 64. Xtxp317 0.54 3.00 0.51 0.04 0.40 123.50 - 299.40

Page 50: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

65. Xtxp321 0.42 5.00 0.67 0.12 0.60 82.00 - 110.80 66. Xtxp339 0.94 3.00 0.11 0.12 0.11 280.00 - 295.50 67. Xtxp343 0.32 5.00 0.76 0.05 0.71 240.83 - 269.66 68. Xtxp348 0.52 3.00 0.55 0.86 0.46 257.85 - 302.14 69. Xtxp354 0.83 2.00 0.29 0.00 0.25 216.33 - 304.80

Jumlah 42.35 244 33.69 8.49 29.55 Rata-rata 0.61 3,5 0.49 0.12 0.43 82.00 – 553.00

Dua puluh lima koleksi plasma nutfah sorgum yang dikoleksi berasal dari tiga Propinsi

yaitu Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Ketiga

propinsi tersebut dipilih karena iklim kering cukup tinggi sehingga sorgum lokal banyak

berkembang (Tabel 9).

Tabel 9. Dua puluh lima koleksi plasma nutfah sorgum berdasarkan asal koleksi

No. Koleksi Plasma nutfah Kode koleksi Asal Koleksi

1. Wonogiri5 LWNG5 Jawa Tengah 2. G.Kidul15 LGK15 DIY 3. L.Okin LOK NTT 4. G.Kidul5 LGK5 DIY 5. Demak2 LDM2 Jawa Tengah 6. Wonogiri2 LWNG2 Jawa Tengah 7. G.Kidul6 LGK6 DIY 8. L.Wotaholot LWTHL NTT 9. Numbu (Varietas Nasional) VNumbu Balitsereal

10. Demak1 LDM1 Jawa Tengah 11. G.Kidul13 LGK13 DIY 12. KC7117 KC7117 Cina 13. G.Kidul14 LGK14 DIY 14. Wonogiri7 LWNG7 Jawa Tengah 15. Super-1 (Varietas Nasional) VSuper-1 Balitsereal 16. Magelang LMGL Jawa Tengah 17. G.Kidul10 LGK10 DIY 18. Wonogiri3 LWNG3 Jawa Tengah 19. Wonogiri6 LWNG6 Jawa Tengah 20. Kuali LKL NTT 21. L.Wolo LWL NTT 22. L.Vega LVG NTT 23. G.Kidul9 LGK9 DIY 24. Wonogiri1 LWNG1 Jawa Tengah 25. Wonogiri4 LWNG4 Jawa Tengah

Page 51: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Karakterisasi aksesi plasma nutfah gandum berbasis marka SSR.

Dalam analisis ini menggunakan 37 lokus SSR. Dari total 37 lokus tersebut,

terdapat 24 lokus yang terpaut dengan toleransi terhadap cekaman suhu tinggi (tropis)

(Tabel 3). Hasil analisis, profil data 37 marka SSR terhadap 31 askesi gandum dapat

dilihat pada Tabel 12. Hampir semua lokus yang terlibat sifatnya polimorfik yang

ditunjukkan oleh frekuensi alel mayor 0,78 (<0,95), kecuali lokus Xbarc225 (0,97),

Gwm325 (0,97), Xbarc190 (0,97), Xbarc234 (0,98), dan Xgdm113 (0,95). Jumlah alel per

lokus bervariasi 2-5 alel dengan total 95 alel, rata-rata 2,57 alel/lokus SSR. Keragaman

gen untuk setiap lokus berkisar antara 0,03-0,52 rata-rata 0,25. Heterosigositas lokus

SSR berkisar antara 0,00-0,97, rata-rata 0,31. Tingkat polimorfisme (PIC) bervariasi yaitu

0,03-0,52 dengan rata-rata 0,25 tergolong informatif sedang (Botstein et al. 1980).

Proporsi lokus polimorfik pada suatu populasi merupakan salah satu indeks keragaman

genetik. Dari data ini menggambarkan bahwa 31 genotipe gandum memiliki variabilitas

genetik sedang.

Tabel 12. Profil data hasil analisis 37 lokus SSR yang diamati pada 48 aksesi gandum.

No. Marker Frekuensi

alel Jumlah

alel Keragaman

Gen Hetero-sigositas

Polimorfisme (PIC)

Kisaran basa (bp)

1. Gwm268 0.53 4.00 0.55 0.81 0.46 200.00 - 217.80 2. Gwm291 0.90 2.00 0.18 0.00 0.16 159.90 - 164.36 3. Gwm293 0.57 3.00 0.54 0.73 0.45 160.80 - 180.40 4. Xwmc407 0.70 3.00 0.43 0.59 0.35 129.00 - 140.00 5. WMC420 0.90 2.00 0.19 0.00 0.17 118.00 - 122.88 6. Xbarc101 0.88 5.00 0.22 0.13 0.21 103.60 - 151.00 7. Xbarc113 0.74 2.00 0.38 0.52 0.31 124.00 - 134.00 8. Xbarc119 0.50 3.00 0.56 1.00 0.46 170.60 - 272.25 9. Xbarc121 0.47 4.00 0.56 0.97 0.46 175.50 - 427.00

10. Xbarc136 0.84 3.00 0.28 0.13 0.26 240.83 - 369.00 11. Xbarc157 0.78 2.00 0.35 0.00 0.29 261.40 - 273.80 12. Xbarc215 0.53 2.00 0.50 0.94 0.37 122.40 - 135.60 13. Xbarc225 0.97 2.00 0.06 0.00 0.06 224.50 - 269.60 14. Xbarc314 0.90 2.00 0.17 0.00 0.16 160.80 - 185.30 15. Xbarc1087 0.90 2.00 0.18 0.20 0.16 131.20 - 135.60 16. Xgwm18 0.93 2.00 0.14 0.00 0.13 196.23 - 204.90 17. Xgwm617 0.45 5.00 0.60 0.93 0.52 126.25 - 295.50 18. Xbarc1145 0.50 2.00 0.50 0.94 0.38 195.54 - 213.99 19. Xgwm356 0.55 2.00 0.50 0.90 0.37 212.25 - 259.33 20. Xcfd43 0.55 2.00 0.50 0.90 0.37 167.33 - 208.16 21. Xcfa2129 0.84 3.00 0.28 0.04 0.26 140.00 - 170.60 22. Gwm325 0.97 2.00 0.06 0.00 0.06 131.20 - 140.00 23. Xgwm484 0.90 3.00 0.18 0.00 0.18 151.00 - 185.90 24. Xbarc190 0.97 2.00 0.06 0.06 0.06 185.99 - 204.08 25. Xbarc49 0.87 3.00 0.24 0.10 0.21 209.80 - 295.50 26. Xgwm261 0.88 4.00 0.21 0.07 0.20 168.49 - 224.50 27. Xgwm111.2 0.90 2.00 0.17 0.00 0.16 132.66 - 142.75 28. Xgwm190 0.90 2.00 0.18 0.00 0.16 209.80 - 219.60 29. Xgwm133a 0.86 2.00 0.24 0.00 0.21 102.99 - 105.99

Page 52: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

30. Xgwm123 0.65 2.00 0.46 0.70 0.35 84.57 - 87.14 31. Xgwm294 0.80 2.00 0.32 0.00 0.27 105.99 - 118.00 32. Xbarc116 0.92 3.00 0.15 0.16 0.14 145.50 - 190.20 33. Xbarc111.7 0.94 2.00 0.12 0.06 0.11 242.87 - 259.33 34. Xbarc234 0.98 2.00 0.03 0.03 0.03 120.75 - 137.25 35. Xbarc103 0.68 3.00 0.44 0.60 0.36 191.83 - 229.40 36. Xgdm113 0.95 2.00 0.10 0.03 0.09 142.75 - 145.50 37. Xgwm557 0.87 2.00 0.23 0.00 0.20 159.16 - 171.41 Jumlah 28.96 95.00 10.86 11.55 9.18 - Rata-rata 0.78 2.57 0.29 0.31 0.25 84.57 - 427.00

Hasil konstruksi dendrogram berdasarkan UPGMA (Gambar 6), nilai korelasi koefisien

kofenetik (r) =0.98 tergolong very good fit (Rohlf, 2000) menunjukkan bahwa 37 primer SSR

yang digunakan sangat mendukung konstruksi dendrogram. Koefisien kemiripan genetik 0,52-

1,00, mengindikasikan bahwa dari total 31 aksesi yang dianalisis berada pada tingkat kemiripan

sedang sampai maksimum. Nilai kemiripan 1,00 menunjukkan bahwa aksesi tersebut sama untuk

37 lokus yang dianalisis. Adapun aksesi yang dimaksud adalah CBF3178/244, DHp60/42 dan

DHpS15/10. Hal menarik bahwa genotipe CBF3178/244 inisialnya cukup berbeda dengan kedua

genotipe lainnya namun memiliki kemiripan genetik tertinggi dengan kedua genotipe lainnya

berdasarkan 37 marka SSR yang digunakan. Berdasarkan tingkat kemiripan pada nilai 0,52,

terbentuk 2 klaster yaitu masing-masing klaster I terdiri atas 27 aksesi, didominasi oleh genotipe

hasil persilangan konvergen dari sejumlah koleksi introduksi (25 aksesi), kecuali Oasis dan Selayar

dimana keduanya termasuk tetua persilangan. Klaster II terdiri atas 4 aksesi, 3 diantaranya

adalah koleksi introduksi dan satu varietas nasional Dewata.

Gambar 6.Dendrogram 31 aksesi gandum dikonstruksi berdasarkan UPGMA menggunakan program NTSYS-pc 2.1.

Page 53: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Sebagaimana diketahui bahwa pada umumnya koleksi gandum introduksi memiliki

variabilitas genetik yang sempit, tetapi setelah dilakukan persilangan konvergen maka variabilitas

genetik mengalami peningkatan. Dengan demikian ada peluang untuk melakukan perbaikan

varietas perakitan varietas utamanya yang mengarah kepada varietas gandum tropis.

Page 54: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

II. PERAKITAN VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) SEREALIA

Rilis VUB Serealia

Pada tahun 2017, Varietas Unggul Baru Serealia yang dilepas sebanyak 3 varietas unggul

baru serealia. Untuk kegiatan Perakitan Varietas Jagung Toleran Lahan Sub Optimal Mendukung

Swasembada Pangan Berkelanjutan dirilis 1 varietas yaitu jagung hibrida Nasa 29. Kegiatan

Perakitan Varietas Jagung Mendukung Ketahanan Pangan Nasional untuk Lahan Optimal dirilis 1

varietas Srikandi Andi Depu 2. Kegiatan Perakitan Varietas dan Teknologi Produksi Gandum Tropis

Mendukung Pertanian Bioindustri Berkelanjutan dirilis 1 varietas yaitu Guri 7 Agritan. Adapun

keunggulan varietas unggul baru serealia yang dilepas pada tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel

1.

Tabel 1. Varietas unggul baru serealia yang dilepas tahun 2017.

No Nama

VUB

Umur

(hari)

Potensi

hasil

(t/ha)

Keterangan

1. Nasa

29

103 13,7 Umur sedang, tahan terhadap Bulai (Peronosclerospora maydis

dan Peronosclerospora philippinensis), hawar daun

Helminthosporium maydis) dan karat daun. Beradaptasi luas

dari dataran rendah sampai tinggidan prolifik ≥30% pada

lingkungan yang sesuai. Perakaran kuat dan tahan rebah.

2. Srikandi

Andi

Depu 2

98 7,5 Jagung biji ungu kaya nutrisi antioksidan dengan kandungan

antosianin 60mikrogram/g sampel. Beradaptasi pada dataran

rendah daerah tropis. Agak moderat terhadap Bulai

(Peronosclerospora maydis)

(Sudah dilaksanakan sidang pelepasan varietas dengan catatan)

3. Guri 7

Agritan

105 3 Galur G7 dengan potensi hasil 3,93 t/han dengan rata-rata

hasil3,11 t/ha dengan umur berbunga 55 hst dan umur panen

99 hst. Beradaptasi pada dataran menengah 600 mdpl.

(Pengusulan proposal pelepasan varietas)

Page 55: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Gambar 1. Penampilan jagung hibrida Nasa 29

Perakitan VUB Serealia

RPTP Perakitan Varietas Jagung Adaptif Lahan Sub Optimal Mendukung Swasembada

Pangan Berkelanjutan

1. Perbaikan populasi dan perakitan galur jagung umur genjah - sedang toleran

cekaman kekeringan, Kemasaman Tanah dan pemupukan N rendah

Pembentukan populasi toleran kekeringan populasi C3 dari populasi Mr 04/CML 440,

B11209/CML 444, Lamuru/Nei9008 diperoleh masing-masing 28, 41, dan 30 populasi

dengan kriteria tongkol besar dengan jumlah bari <14 baris.

Tabel 1. Famili C2 terseleksi Progeny Mr04/CML440 hasil persilangan balance compossite di KP. Bajeng (Gowa, Sulsel) MH 2016

Page 56: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

No. Entri Pedigree No. Entri Pedigree

1 1 ML444/MR04-1-1 15 140 ML444/MR04-4-35

2 8 ML444/MR04-1-8 16 148 ML444/MR04-5-7

3 14 ML444/MR04-1-15 17 154 ML444/MR04-5-14

4 16 ML444/MR04-1-17 18 164 ML444/MR04-5-24

5 20 ML444/MR04-1-21 19 176 ML444/MR04-5-36

6 21 ML444/MR04-1-22 20 177 ML444/MR04-5-37

7 42 ML444/MR04-1-43 21 196 ML444/MR04-6-15

8 61 ML444/MR04-2-18 22 208 ML444/MR04-6-30

9 63 ML444/MR04-2-20 23 233 ML444/MR04-7-18

10 80 ML444/MR04-3-18 24 235 ML444/MR04-7-20

11 102 ML444/MR04-3-41 25 236 ML444/MR04-7-21

12 117 ML444/MR04-4-10 26 244 ML444/MR04-7-29

13 120 ML444/MR04-4-14 27 245 ML444/MR04-7-30

14 128 ML444/MR04-4-23 28 251 ML444/MR04-7-37

Tabel 2. Famili C2 terseleksi Progeny B11209/CML 444 hasil persilangan balance compossite di KP. Bajeng (Gowa, Sulsel), MH 2016

No. Entri Pedigree No. Entry Pedigree

1 3 CML 440/B11 209-10-3 22 111 CML 440/B11 209-24-8

2 6 CML 440/B11 209-10-6 23 119 CML 440/B11 209-24-21

3 9 CML 440/B11 209-10-9 24 136 CML 440/B11 209-24-40

4 11 CML 440/B11 209-10-12 25 137 CML 440/B11 209-24-41

5 15 CML 440/B11 209-10-16 26 144 CML 440/B11 209-24-49

6 18 CML 440/B11 209-10-19 27 145 CML 440/B11 209-24-50

7 24 CML 440/B11 209-10-25 28 147 CML 440/B11 209-24-52

8 26 CML 440/B11 209-10-27 29 152 CML 440/B11 209-24-60

9 39 CML 440/B11 209-10-41 30 159 CML 440/B11 209-24-67

10 48 CML 440/B11 209-10-50 31 161 CML 440/B11 209-24-69

11 54 CML 440/B11 209-10-56 32 163 CML 440/B11 209-24-71

12 58 CML 440/B11 209-10-60 33 169 CML 440/B11 209-24-77

13 72 CML 440/B11 209-10-74 34 172 CML 440/B11 209-24-80

14 74 CML 440/B11 209-10-76 35 183 CML 440/B11 209-24-91

15 75 CML 440/B11 209-10-77 36 185 CML 440/B11 209-24-93

16 81 CML 440/B11 209-10-83 37 186 CML 440/B11 209-24-95

17 86 CML 440/B11 209-10-88 38 188 CML 440/B11 209-24-97

18 89 CML 440/B11 209-10-91 39 192 CML 440/B11 209-24-101

19 101 CML 440/B11 209-10-99 40 199 CML 440/B11 209-24-108

20 106 CML 440/B11 209-24-3 41 201 CML 440/B11 209-24-110

21 108 CML 440/B11 209-24-5

Page 57: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Tabel 3. Famili C2 terseleksi Progeny Lamuru/Nei9008 hasil persilangan balance compossite di di KP. Bajeng (Gowa, Sulsel), MH 2016

No. Entri Pedigree No. Entri Pedigree

1 6 Lamuru/Nei9008P-10-147 16 48 Lamuru/Nei9008P-50-131

2 8 Lamuru/Nei9008P-11-140 17 51 Lamuru/Nei9008P-51-129

3 15 Lamuru/Nei9008P-14-151 18 52 Lamuru/Nei9008P-51-129

4 17 Lamuru/Nei9008P-15-142 19 53 Lamuru/Nei9008P-52-100

5 19 Lamuru/Nei9008P-17-135 20 55 Lamuru/Nei9008P-54-136

6 20 Lamuru/Nei9008P-18-110 21 57 Lamuru/Nei9008P-64-99

7 22 Lamuru/Nei9008P-18-153 22 62 Lamuru/Nei9008P-65-107

8 23 Lamuru/Nei9008P-18-153 23 64 Lamuru/Nei9008P-66-93

9 24 Lamuru/Nei9008P-23-114 24 66 Lamuru/Nei9008P-67-87

10 27 Lamuru/Nei9008P-24-106 25 69 Lamuru/Nei9008P-69-103

11 29 Lamuru/Nei9008P-26-82 26 70 Lamuru/Nei9008P-70-98

12 30 Lamuru/Nei9008P-38-148 27 71 Lamuru/Nei9008P-76-82

13 32 Lamuru/Nei9008P-38-148 28 74 Lamuru/Nei9008P-80-10

14 38 Lamuru/Nei9008P-43-96 29 76 Lamuru/Nei9008P-80-22

15 43 Lamuru/Nei9008P-48-130 30 80 Lamuru/Nei9008P-80-30

Populasi daun tegak C1 yang diperoleh dari B11/BS18 sebanyak 14 populasi, selain itu

juga dibentuk Populasi daun tegak C0 populasi mon95xPD30//Pop 31xBio29 sebanyak 7

populasi sedangkan populasi Mal03xB11//P27 sebanyak 11 populasi dengan kriteria sudut

daun <25o dan tipe lekuk daun skor 1-2

Tabel 4. Famili C0 yang terseleksi Progeny B11/BS 18 yang dilakukan hasil persilangan balance compossite di KP. Maros, MH 2017

No. Pedigree No. Pedigree

1 B 11// BS 18 -1 8 BS 18//B 11-2

2 B 11// BS 18 -2 9 BS 18//B 11-3

3 B 11// BS 18 -3 10 BS 18//B 11-4

4 B 11// BS 18 -4 11 BS 18//B 11-5

5 B 11// BS 18 -5 12 BS 18//B 11-6

6 B 11// BS 18 -6 13 BS 18//B 11-7

7 BS 18//B 11-1 14 BS 18//B 11-8

Page 58: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

73 galur Cimmyt toleran kekeringan dilakukan selfing untuk peningkatan homosigositas

dan dibentuk 197 hibrida silang tunggal (testcross) yang akan diuji daya gabung dan

produktivitasnya

Tabel 5. Galur-galur CYMMIT yang diselfing untuk meningkatkan homosigositasnya dan pembentukan hibrida silang uji dengan tester MAL03, CY11 dan B11 di KP. Maros

No. Name Hibrida (F1) Tester

Pedigre I II III

1 CAL1412 (CLQ-6601xCL-02843)-B-26-1-1-BB-1-B*4 B11 CY 11 Mal 03

2 CAL1427 CLQ-RCYQ12-B-1-B*4 B11 CY 11 Mal 03

3 CAL1450 CLQS89YQ04-BB B11 CY 11 Mal 03

4 CAL1461 S04YLWL-90-B-3-1-B-1-B*8 B11 CY 11 Mal 03

5 CAL1471 CA00310/AMATLC0HS71-1-1-2-1-1-1-B*18 B11 CY 11 Mal 03

6 CAL1473 CLRCY030-B*9 B11 CY 11 Mal 03

7 CAL1497 (CML150xCL-03618)-B-11-1-1-1-B*4-1-B*4 B11 CY 11 Mal 03

8 CIL 1225 (CML.470/CA00388(Sel)-BBB B11 CY 11 Mal 03

9 CIL 1238

(POOL16BNSEQC3F28x15-3-1-2-1-BB/C18SeqC5F19-

1-2-1-2-4-BB)-B-2-BBB B11 CY 11 Mal 03

10 CIL12111 CL161X165-53-1-1-BBB B11 CY 11 Mal 03

11 CIL12125 (CLQ-RCYQ31xCLQ-RCYQ35)-B-2-2-BB-B1 B11 CY 11 Mal 03

12 CIL12148

(CML70xSCB/FAW-GCA-YELLOW114-1-1-2-1)-B-5-1-

BB-2-BBB B11 CY 11 Mal 03

13 CIL1218 CA14514-8-3-2-B*7 B11 CY 11 Mal 03

14 CIL1283 (S04YEBLSB)F2-8-3-2-B-3-BBB B11 CY 11 Mal 03

15 CIL1284 CA00102/CA14509-B-20-1-BB-B1 B11 CY 11 Mal 03

16 CIL1295 VL1016267 B11 CY 11 Mal 03

17 CIL1299 VL1016284 B11 CY 11 Mal 03

18 CILO1268 T-SEQUIAS03446-2-B-8-1-BBB-B1 B11 CY 11 Mal 03

19 CML161 CML161-1-B*6 B11 CY 11 Mal 03

20 CML465 CA00310-BBB-B B11 CY 11 Mal 03

21 CML486 CML486 = P45c8-76-1-2-1-2-B*13-B B11 CY 11 Mal 03

22 SNL142839 (DMSyn-C1)-24-1-B B11 CY 11 Mal 03

23 SNL142863 (DMSyn-C1)-40-1-B B11 CY 11 Mal 03

24 SNL142913 (DMSyn-C1)-73-3-B B11 CY 11 Mal 03

25 SNL143393 (CA14514-7-B-2-B/CA00106-9-B-2-B)-B-8-2-B B11 CY 11 Mal 03

26 V1010763

(CML161XCLQRCYQ49=(CML176/CL-G2501)-B-55-2-

1-B)-B-13-4-BB-1-B B11 CY 11 Mal 03

27 VL 109697 P6 1C1-BBB-16-B*5 B11 CY 11 Mal 03

28 VL1010000 TempxTrop(H0)QPM-BBB-22-B*6 B11 CY 11 Mal 03

29 VL1016305 S89YQ06-B-1-B B11 CY 11 Mal 03

30 VL1016416 (CLQ-RCY31xCLQ-RCYQ35)-B-3-1-BB B11 CY 11 Mal 03

31 VL1016457

(CLQ-RCYQ46xCLQ-RCYQ14=(CML164*CML161)-B-1-

1-1-BBB)-B-2-1-BB B11 CY 11 Mal 03

Page 59: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

32 VL1016475 (CML161xCLQ-RCYQ310-B-22-2-BB B11 CY 11 Mal 03

33 VL1016492

(CML161xCLQ-RCYQ49=(CML176/CL-G2501)-B-55-2-

1-B)-B-12-4-BB B11 CY 11 Mal 03

34 VL1016518 (9CML176xCLG2501)-B-55-1-5-2-B B11 CY 11 Mal 03

35 VL1016537 CML161x165-18-2-1-2-B B11 CY 11 Mal 03

36 VL1016910 (CLQ-RCW01xP73TLC3#153-1-1-##B)-1-69-2-BBB B11 CY 11 Mal 03

37 VL1016934 (CML161x165)-F2-32-2-2-B-1-3-B B11 CY 11 Mal 03

38 VL109285

(CML161xCLQ-RCYQ49=(CML176/CL-G2501)-B-55-2-

1-B)-B-11-5-B*4 B11 CY 11 Mal 03

39 VL109288

(CML161xCLQ-RCYQ49=CML176/CL-G2501)-B-55-2-

1-B)-B-8-2-B*4 B11 CY 11 Mal 03

40 VL109378 POOL17C8(TEYVQPM)-B-117-B*6 B11 CY 11 Mal 03

41 VL1110173

(G18SeqC5F19-1-2-1-2-4-BB/(CML165xK145)-B-14-1-

B*4-1)-B-7-B*7 B11 CY 11 Mal 03

42 VL1110185

(POOL16BNSEQC3F28x15-3-1-2-1-

BB/(CML161xCML451)-B-23-1-B*4-1)-B-5-B*7 B11 CY 11 Mal 03

43 VL121104

(SW92145-2EV-7-3-B*8-1/CML444)-B-3(sel)-BBB-1-

BBB B11 CY 11 Mal 03

44 VL13687 (CL02450/CML470(-B-34(Unsel)-BB-1-B B11 CY 11 Mal 03

45 VL13688 (CL02450/CML470(-B-34(Unsel)-BB-2-BB B11 CY 11 Mal 03

46 VL13689 (CL02450/CML470)-B-35(Unsel)-BB-1-BB B11 CY 11 Mal 03

47 VL13690 (CL02450/CML470)-B-35(Unsel)-BB-2-BB B11 CY 11 Mal 03

48 VL13691 (CL02450/CML470)-B-35(Unsel)-BB-3-BB B11 CY 11 Mal 03

49 VL13692 (CL02450/CML470)-B-60(Unsel)-BB-1-BB B11 CY 11 Mal 03

50 VL13693 (CL02450/CML470)-B-60(Unsel)-BB-2-BB B11 CY 11 Mal 03

51 VL144077 CL-RCY031=(CL-02410*CML287)-B-9-1-1-2-B*13 B11 CY 11 Mal 03

52 VL145600

(G18SeqC5F100-1-1-3-2-B/(DT/LN/EM-46-3-

1xCML311-2-1-3)-B-F243-1-1)-BB-3-BBB-B B11 CY 11 Mal 03

53 VL145755

(SO4YLWL-172-B-1-1-B-1-B(DT/LN/EM-46-3-

Xcml311-2-1-3)-B-F330-1-1-B)-B*4-B1-B B11 CY 11 Mal 03

54 Z487-1

(G18SeqC5F100-1-1-3-1-2-B/G18SeqC5F76-2-2-1-1-

1-B)-B-7-B*4-B B11 CY 11 Mal 03

55 ZL135518

WLS-F191-2-1-1-B-1-B/SO4YLWL-172-B-1-1-B-1-B*5-

B1-B B11 CY 11 Mal 03

56 ZL14456

WLS-F102-3-2-1-B-1-B/SO4YLWL-112-B-1-2-B-1-B*5-

B1-B B11 CY 11 Mal 03

57 CAL1433 POB45cF210-17-1-2-B*13 B11 Mal 03

58 CIL12133 (CML161x165)-F2-18-2-1-1-B-1-1-BB B11 Mal 03

59 CML163 CML163-BBB-2-B*4 B11 Mal 03

60 VL1016556 CML161x165-3-2-3-BB B11 Mal 03

61 VL13682 (CL02450/CML470)-B-6(Unsel)-BB-1-B B11 Mal 03

62 VL145575

(DTPWC9-F67-2-2-1-3-2-1-2-B/(DT/LN/EM-46-3-

1xCML311-2-1-3)-B-F243-1-1)-BB-2-BBB-B B11 Mal 03

63 ZL132133 (WL-18-6-2-3-3-1-B*4/WLS-F287-1-3-1-B-1-B)-B*5-B B11 Mal 03

Page 60: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

64 ZL135513

P31C4S5B-23-##-4-B*7-4-B/P31C4S5B-23-##-6-

B*6-3-B-2-B*5-B1-B B11 Mal 03

65 CIL1291 LaPostaSeqC7-F103-2-6-1-2-B*5-B2-B CY 11 Mal 03

66 VL109412 S01SIYQ-BBB-27-B*6 CY 11 Mal 03

67 CAL1426 CA14517/P145C4MH7-1-B-1-1-B-1-B*17 Mal 03

68 CML451 CML451-B*4 Mal 03

69 VL1016498

(CML161xCLQ-RCYQ49=(CML176/CL-G2501)-B-55-2-

1-B)-B-2-3-BB Mal 03

70 CAL1457 CA03147-B*8 B11 CY 11

71 CIL12144

(CL-RCY016x(CML165xCLQ-6203)-B-54-1-1-BB)-B-

28-1-BBB-B B11 CY 11 72 CIL1299 VL1016276 CY 11 73 SNL142363 (NE19202-B/BLSB-R(China)-BB-7-B CY 11

hibrida 23/B11, 26/B11, 34/B11, dan 34/Mal3 (dari populasi S6 Yw) yang memiliki

produktivitas yang nyata lebih tinggi dibanding hibrida uji lainnya baik pada kondisi

pemberian air normal dan cekaman kekeringan. Produksi pada kondisi pengairan normal

berkisar 9,3-9,7 t/ha dan kondisi cekaman kekeringan berkisar 6,0-7,3 t/ha hasil tersebut

tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding terbaik yaitu Bisi 18 dengan hasil biji

pada kondisi pengairan normal 9,5 t/ha dan kondisi cekaman kekeringan 6.3 t/ha

Tabel 6. Nilai kuadrat tengah dari beberapa variabel jagung hibrida (S6 Yw) pada kondisi normal di KP. Bajeng (Gowa, Sulsel)

Variabel Ulangan Hibrida Galat Total

Diameter batang 0.6147 2.5115 tn 1.5978 1.8769

Tinggi tanaman 113.0070 557.7180 ** 186.7480 306.4960

Tinggi kedudukan tongkol 17.3235 265.8370 ** 105.3610 156.0500

Ratio tinggi dan kedudukan tongkol 0.0000 0.0032 * 0.0019 0.0023

Panjang daun 169.8980 62.0576 ** 22.9336 38.6269

Lebar daun 15.1978 0.7729 tn 0.5730 0.9279

Umur berbunga jantan 0.3627 5.2267 tn 3.3729 3.9190

Umur berbungan betina 0.4804 7.1622 tn 5.7834 6.1289

Rendemen biji 0.0004 0.0017 ** 0.0006 0.0010

Kadar air biji panen 7.2748 10.1293 tn 7.8600 8.5898

Hasil 1.9048 2.4539 ** 1.0005 1.4933

Bobot 100 biji 5.9638 29.0337 ** 9.6332 15.8993

Aspek tongkol 0.1477 0.7377 ** 0.2190 0.3871

Jumlah baris biji/tongkol 4.2592 3.3585 ** 0.7493 1.6713

Jumlah biji/baris 0.2306 22.1655 ** 5.3328 10.7316

Panjang tongkol 1.7524 3.4965 ** 0.7396 1.6604

Diameter tongkol 10.4377 30.1044 ** 5.4660 13.5605

Page 61: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Keterangan :** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji F 1%; * = berpengaruh nyata pada taraf uji

F 5%; tn = tidak berbeda nyata pada taraf uji F 1%

Populasi convergent terbaik pada kondisi pengairan normal dan cekaman kekeringan

adalah Pop08, Pop09, Pop10, Pop11, Pop15, Pop27, Pop28 dengan hasil biji pada kondisi

pengairan normal berkisar 10,6-11,2 t/ha dan kondisi cekaman kekeringan berkisar 7,3-

8,3 t/ha tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding terbaik yaitu hasil tidak berbeda

nyata dengan hibrida pembanding terbaik yaitu Bisi 18, DK 85, DK 95, PAC 105, PAC 339

dengan hasil pada kondisi pengairan normal 10,3-11,8 t/ha dan cekaman kekeringan

berkisar 8,4-9,2 t/ha.

Galur S5 toleran Masam yang terbentuk sebanyak 13 galur.

Galur toleran pemupukan N rendah (low N) di yang ditingkatkan homosigositasnya

sebanyak 98 galur yang juga dilakukan pembentukan hibrida silang tunggal dengan cara

test cross sebanyak 297 hibrda silang tunggal

2. Perbaikan Populasi dan Perakitan Galur Jagung Umur Genjah - Sedang Toleran Genangan Air dan Naungan.

Hasil evaluasi genotip jagung toleran cekaman genangan memiliki pertumbuhan yang

cukup baik pada umur 30 hst, serta memiliki nilai ASI yang baik (negatif) sehingga

diharapkan akan menghasilkan panen yang tinggi.

Hibrida CY-15/NEI 9008 memiliki potensi hasil yang tinggi dengan umur berbunga jantan

dan umur berbunga betina yang genjah serta memiliki diameter batang, indeks luas daun,

jumlah baris biji, bobot 100 biji dan rendemen biji yang baik pada kondisi naungan 55%.

3. Perbaikan populasi dan perakitan galur jagung super genjah toleran cekaman kekeringan.

Evaluasi genotip hibrida pada kondisi lingkungan tercekam kekeringan di KP. Bajeng

terseleksi genotip terbaik yakni ST 2016042, ST 2016043, dan ST 2016014.

Evaluasi genotip hibrida pada kondisi lingkungan pengairan normal di KP. Bajeng

terseleksi genotip terbaik yakni ST 2016014.

Evaluasi genotip hibrida pada kondisi lingkungan pengairan normal di Pare-Kediri

terseleksi genotip terbaik yakni ST 2016003, ST 2016006, ST 2016014, ST 2016017, dan

ST 2016023.

Page 62: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

4. Perbaikan populasi jagung khusus (Jagung minyak dan jagung tepung) sintetik berumur genjah - sedang, toleran cekaman kekeringan.

Populasi galur S1 MHOC0-9 jagung minyak memiliki hasil pipilan kering tertinggi di KP.

Jambegede tetapi tidak lebih tinggi dari varietas pembanding MS3.

Terdapat enam populasi galur S1 jagung minyak yang memiliki hasil piplan kering lebih

tinggi dari varietas pembanding MS6 dan MS3 di KP. Maros.

Tidak ada populasi galur S1 jagung tepung yang memiliki hasil piplan kering lebih tinggi

dari varietas pembanding Bima 10 dan MS5 di KP. Jambegede

Tidak ada populasi galur S1 jagung tepung yang memiliki hasil piplan kering lebih tinggi

dari varietas pembanding Bima 15 di KP. Maros.

Umur panen populasi galur S1 jagung minyak dan tepung lebih banyak berumur sedang

dibandngkan umur genjah

4. Penyaringan populasi, galur dan hibrida tahan penyakit utama jagung

Penyaringan galur terhadap penyakit bulai di KP. Bajeng menunjukkan bahwa semua galur

yang diuji tahan hingga sangat tahan terhadap penyakit bulai, kecuali satu galur yang

agak tahan yaitu NK33-S1-1.

Terdapat 17 calon varietas hibrida dikategorikan sangat tahan dan 11 tahan terhadap

penyakit bulai.

Penyaringan calon varietas hibrida terhadap penyakit hawar daun menunjukkan bahwa

terdapat 4 calon varietas yang tahan penyakit hawar daun yaitu: B11209/1027-9, 1042-

71/B11209, CY4/Nei9008, dan Mal03/B11.

Evaluasi calon varietas dan varietas eksisting terhadap penyakit bulai menunjukkan bahwa

tidak ada satupun genotype yang bereaksi tahan terhadap bulai. Terdapat 3 genotipe

yang agak tahan yaitu: Bisi18, 12/Nei9008, dan 8/Mal03.

5. Uji multilokasi calon varietas unggul baru jagung hibrida tongkol ganda toleran kekeringan dan jagung hibrida toleran naungan.

Terdapat 2 calon varietas toleran naungan yang memiliki rata-rata hasil tinggi dari 11

lokasi yaitu hibrida 1042-71/B11209 dan B11209/1027-9 dengan rata-rata 9,25 t/ha lebih

tinggi dibanding varietas Bisi 2 dan Bima 3 dengan rata-rata hasil hanya 7,76 t/ha dan

8.05 t/ha.

Page 63: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Calon varietas jagung hibrida unggul baru MZR072 (10-2612 / MAL 03) mempunyai

keunggulan kompetitif untuk memperkaya pilihan jagung hibrida bagi para petani di

Indonesia. Hibrida MZR072 memiliki potensi hasil 13,73 t/ha dan rata-rata hasil 11,93

t/ha lebih tinggi tertinggi dari dua varietas pembanding yaitu Bima 14 dan Bisi 2 dengan

rata-rata hasil 8,48 t/ha dan 9,11 t/ha . Hasilnya stabil dan beradaptasi luas dengan

penampilan tanaman yang seragam dan kokoh, rendemen biji, panjang dan diameter

tongkol serta jumlah baris biji dan biji/baris lebih unggul dibanding kedua varietas

pembanding.

Produksi benih hibrida MZR072 dapat mencapai 1,52 t/ha dengan menggunakan rasio 1:3

Hasil analisis menunjukkan bahwa calon varietas jagung hibrida MZR072 memilki

kandungan protein dan karbohidrat sebesar 9,71% dan 71,60% lebih besar dibanding

Bima 14 yang hanya memiliki kandungan protein dan karbohidrat hanya 4,20% dan

71,35%.

RPTP Perakitan Varietas Jagung Hibrida dan Bersari Bebas Mendukung Ketahanan Pangan Nasional untuk Lahan Optimal

1. Evaluasi adaptasi genotip jagung hibrida untuk lahan optimal

Lokasi : Sulawesi Selatan (4 lokasi), Sulawesi Utara (1 lokasi), Sulawesi Tengah (1 lokasi), Jawa

Timur (3 lokasi), dan Nusa Tenggara Barat (1 lokasi).

Bahan : 10 genotip F1 (ST201315, ST201328, ST201342, ST201364, ST201320, ST201359,

ST201312, ST201309, ST201318, ST201319) dan empat pembanding hibrida Silang Tunggal yang

komersial.

Metode: Rancangan Acak Kelompok

Page 64: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Gambar 4. Keragaan pertanaman kegiatan evaluasi adaptasi genotip jagung hibrida untuk lahan

optimal saat umur pertanaman 90 hst, di KP. Jambegede MK2017.

Gambar 6. Keragaan pertanaman kegiatan evaluasi adaptasi genotip jagung hibrida untuk lahan

optimal saat pertanaman umur 75 hst, di KP. Muneng, Probolinggo MK2017.

Page 65: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Gambar 10. Keragaan dan penampilan potensi genetik pertanaman kegiatan evaluasi

adaptasi genotip jagung hibrida untuk lahan optimal, di KP. Pandu, Manado

MK2017.

Gambar 11. Keragaan pertanaman kegiatan evaluasi adaptasi genotip jagung hibrida

untuk lahan optimal, di Pare-Kediri MK2017.

Page 66: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Penggaluran Populasi QPM, Provit A, dan Antosianin.

Karakter tanaman dari kegiatan populasi jagung QPM, Provit A, antisianin, disajikan pada

tabel 13. Pada tabel terlihat bahwa famili kawin diri yang dihasilkan 138-253 famili. Pada table

terlihat bahwa telah terjadi inbreeding yang ditandati tinggi tanaman 85-190 cm, sedang populasi

mencapai 210-220 cm.

Tabel 13. Karakter populasi jagung fungsional saat kawin diri, MT I KP. Maros

Karakter Galur QPM Galur Provit A Galur Antisianin

Tinggi tanaman, cm 190-210 180-185 85-120

Tinggi tongkol, cm 85-100 90-100 80-90

Umur menyerbuk, hr 48-53 48-51 42-45

Aspek tanaman, skor 1-2 1 2-3

Aspek kelobot, skor 1-2 1 2

Aspek tongkol, skor 1,0 1,0 2,0

Rebah batang, % 2.5 2,0 1,4

Rebah akar, % 4,0 2,5 3.0

Keseragaman, % 100 90 95

Umur panen, hari 90 95 95

Bulai, % 2,0 - -

Kadar air, % .34,5 32,0 25-29

Warna malai merah muda merah tua merah muda

Warna rambut merah muda merah cerah merah muda

Panjang tongkol, cm 15,2-20,1 14,2-18.5 14,8-19,4

Diameter tongkol, cm 4,2-4,8 3,8-4,5 3,6-4,1

Jumlah barisan biji 12-14 10-14 12-14

Jumlah biji per baris 24-32 26-35 24-37

Warna biji kuning merah Ungu-hitam

Tekstur biji mutiara mutiara Gigi kuda-mutiara

Jumlah tongkol panen per plot 2-4 2-5 3-5

Bobot biji per tongkol, gr 15-22 20-28 18-24

Jumlah famili dikawin diri 171 138 253

Perbanyakan tetua calon VUB OPV

Sebanyak dua populasi digandakan sebagai materi induk jika dirilis yaitu : OPV biji kuning

(Srikandi Depu 1) dan calon VUB anthosianin tinggi. Metoda perbanyakan dengan persilangan

antar tanaman dalam populasi (sibbing). Karakter kedua populasi serta bobot biji yang dieroleh

disajikan sebagai berikut : hasil Populasi yang telah dipanen adalah Q.COM.C0(SK2) dengan

perolehan hasil benih inti : ± 8 kg.

Page 67: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Tabel 14. Karakter populasi calon VUB saat digandakan, MT II KP. Maros

Karakter Q.COM.C0(SK2)

(S.Depu 1)

PMU(S1)SynthF

.C1

Tinggi tanaman, cm 210 180-190

Tinggi tongkol, cm 110 90-100

Umur menyerbuk, hr 53-55 47-50

Aspek tanaman, skor 1-2 1

Aspek kelobot, skor 1-2 1

Aspek tongkol, skor 1-2 1

Rebah batang, % 2,0 -

Rebah akar, % 3,5 -

Keseragaman, % 90 90

Umur panen, hari 102 92

Bulai, % <10,0 <10,0

Kadar air, % 28,5 30,5

Warna malai Merah muda Merah muda

Warna rambut Merah Merah

Panjang tongkol, cm 18,2 16,0

Diameter tongkol, cm 4,8 3,9

Jumlah barisan biji 14 12

Jumlah biji per baris 28 25

Warna biji Kuning Ungu ke

hitaman

Tekstur biji Mutiara Mutiara

Jumlah tongkol panen 300-350 400-500

Bobot biji per tongkol, gr 80 75

Jumlah tongkol di sibbing 450-500 410-450

1. Telah dihasilkan sejumlah galur generasi lanjut jagung khusus QPM, Provit A (beta

carotene), amylose dan anthocyanin dengan kisaran jumlah entri 80-120 generasi S4/S5.

Materi/inbrida yang dihasilkan merupakan dasar dalam perakitan VUB baik OPV maupun

hibrida untuk kegiatan 2018

3. Kandidat jagung ungu opv sebagai VUB nasional yaitu PMU(S1)Synt,F.C1 mengandung

anthocyanin 51,92 μg/g atau lebih tinggi 76,7% dari entri chek.

4. Kandidat calon hibrida silang puncak jagung ungu telah rampung UDHL dengan perolehan

hasil 9,20 t/ha atau lebih tinggi sekitar 5,0% dari varietas chek. Hibrida silang puncak

jagung biji merupakan target iku untuk 2018.

5. Tetua dari calon VUB akan tetap dilakukan screening terhadap ketanahan penyakit bulai

Page 68: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

III. INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI

Adapun teknologi budidaya tanaman serealia yang dapat meningkatkan potensi

hasil pada tahun 2017 sebagai berikut.

1. Teknologi budidaya jagung hibrida Nasa 29

Jagung hibrida Nasa29 yang dilepas sebagai varietas unggul dengan potensi ± 13 t/ha,

mempunyai rendemen >82%, bertokol 2 dan ramping dengan warna kuning-orange mempunyai

preferensi petani yang cukup baik. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dan rendemen tetap

tinggi serta persentase tongkol 2 yang dominan, diperlukan teknologi budidaya yang sesuai

dengan agroekosistem lahan.

Teknologi budidaya jagung Nasa29 pada agroekosistem lahan kering berbeda dengan

lahan sawah beririgasi sesudah padi. Di lahan kering peluang hasilnya 10-11 t/ha, sedangkan di

lahan sawah (air tidak jadi pembatas) peluang hasilnya 11-13 t/ha. Teknologi budidaya untuk

mencapai peluang hasil tersebut dan persentase tongkol 2 yang tinggi adalah 1) Teknologi sistem

tanam legowo dan 2) pemupukan berdasarkan agroekosistem lahan/spesifik lokasi.

Teknologi sistem tanam legowo dengan populasi saat panen yang optimal adalah 66.000

– 71.000 tanaman/ha untuk mencapai populasi panen optimal yaitu : a) sistem legowo (90-50)

cm x 20 cm, b) sistem legowo (100-50) cm x 20 cm dengan 1biji/lubang tanam.

Takaran pupuk di lahan kering dengan peluang hasil 10 – 11 t/ha adalah 185 kg N/ha,

45-56 kg P2O5 dan 35 – 45 kg K2O/ha, dan pupuk organik 1 t/ha. Takaran pupuk di lahan sawah

beririgasi dengan peluang hasil 11 – 13 t/ha adalah 210 kg N/ha, 15-35 kg P2O5 dan 15-35

K2O/ha, dan pupuk organik 1 t/ha. Pupuk organik diberikan pada saat tanam sebagai penutup

lubang tanam, sedangkan pupuk anorganik yaitu ½ dari dosis N dan seluruh takaran P dan K

pada awal tanam (<10 hari seudah tanam) dan sisa N diberikan pada umur 40-45 hst.

Page 69: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Gambar 2. Teknologi budidaya jagung hibrida Nasa 29

2. Teknologi penyimpanan sorgum

Sorgum varietas Numbu dan Lokal dalam bentuk malai yang diperoleh setelah panen,

sejumlah 7 malai setiap perlakuan dengan tiga ulangan dimasukkan dalam wadah penangas (uap

air panas) dengan suhu 55-60°C. Perlakuan uap air panas ini akan memenetrasi biji sorgum dan

diharapkan mikroorganisme yang berada di dalamnya dapat mati namun mutu biji masih cukup

terjaga dan layak sebagai bahan pangan. Dalam hal ini menggunakan panci yang memiliki

kukusan, waktu perlakuan uap air panas masing-masing 5 menit, 10 menit, 15 menit dan tanpa

perlakuan uap air panas merupakan kontrol. Sampel kontrol dengan sampel pemberian uap air

panan diproses, dihancurkan dengan alat blender, menjadi sampel siap analisis. Anaisis untuk

komposisi proksimat dan kandungan tanin, selanjutnya setelah penyimpanan tiga bulan, untuk

semua sampel diperlakuakan seperti sampel awal sebelum penyimpanan.

Data kadar air sampel sorgum varietas Numbu setelah penyimpanan tiga bulan

menunjukkan kadar air kontrol terjadi kenaikan dari penyimpanan awal 10,99% setelah

penyimpanan tiga bulan naik menjadi 11,56%. Sampel dengan perlakuan uap air panas 5 menit

juga mengalami kenaikan dari 10,92% tidak mengalami perubahan 10,90% sedangkan

perlakuan uap air panas 10 menit maupun 15 menit, walaupun mengalami kenaikan adar air

tetapi relatif sedikit. Untuk kadar abu untuk semua sampel belum mengalami perubahan yang

berarti, walaupun ada perubahan yang relatif masih sedikit. Data kadar lemak untuk sampel

kontrol mengalami perubahan dari 1,72% turun menjadi 1,49% setelah bulan simpan tiga bulan,

sedang sampel perlakuan uap air panas belum mengalami penurunan yang berarti. Untuk kadar

protein juga mengalami penurunan pada sampel kontrol dari 9,16% turun menjadi 8,35%.

Sedangkan untuk semua sampel perlakuan uap air panas, hanya yang 5 menit mengalami

Page 70: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

penurunan kadar protein 9,08% turun menjadi 8,57%, sedangkan perlakuan uap 10, 15 menit

penurunannya relatif kecil.

Untuk hasil analisis kadar tannin kontrol dari 48,40 mg/100g turun menjadi 47,85

mg/100g menunjukkan penurunan yang tidak berarti, sedangkan sampel yang diberi perlakuan

uap mengalami penurunan yang berarti.

Data kadar air pada permulaan bulan simpan menunjukkan bahwa perlakuan uap air

panas agak berbeda tetapi, perubahan belum berarti. Sampel kontrol setelah penyimpanan 3

bulan menunjukkan adanya kenaikan kadar air dari 9,04% naik menjadi 10,09%, sedangkan

sampel pemberian uap mulai 5 menit, 10 menit, 15 menit mengalami kenaikan tetapi relative

sangat kecil. Perubahan kadar abu untuk semua perlakuan hingga penyimpanan 3 bulan belum

menunjukkan perbedaan, walaupun dari angka terdapat perubahan. Berbeda dengan kadar

lemak terdapat perbedaan kontrol dengan pemberian uap, demikian juga setelah bulan simpan

yang ke tiga. Kadar protein kontrol lebih tinggi dibanding pemberian uap untuk ke tiga perlakuan

mulai 5 menit, 10 menit dan 15 menit.

Untuk penyimpanan sorgum varietas Numbu dan varietas Lokal, perlakuan kontrol setelah

simpan tiga bulan, mulai diserang hama gudang, tetapi komposisi proksimatnya masih layak

sebagai bahan pangan. Perlakuan uap 5 menit untuk varietas Numbu mulai ada beberap ekor

hama gudang, tetapi untuk varietas Lokal belum terlihat adanya serangan hama gudang. Sesuai

informasi hasil penelitian sebelumnya bahwa serangan hama gudang terhadap biji sorgum sangat

cepat dibanding biji jagung (Pabbage et al. 1997, Pabbage et al. 1999). Selanjutnya, evaluasi

kerusakan biji termasuk penurunan kualitas biji sorgum beberapa galur/varietas setelah disimpan

hingga beberapa bulan akibat serangan hama gudang (Nonci et al. 1997). Varietas Numbu dan

Kawali, memiliki daya tahan simpan biji hanya bertahan hingga 3 bulan (Nonci et al. 2006). Hal

ini dilakukan dengan dalam bentuk biji sorgum yang telah disortasi dalam penyimpanan yang

aman, sedangkan dalam penelitian ini disimpan dalam bentuk malai, ditambah tanpa sortasi.

Sebagai rujukan untuk penyimpanan sorgum dalam bentuk tepung, menunjukkan daya simpan

yang lebih lama dibanding dalam bentuk biji. Dalam kemasan kantong plastik dapat bertahan

diatas enam bulan belum terserang hama gudang. Penurunan komposisi nutrisi tepung sorgum

varietas Numbu dan Kawali belum berarti hingga enam bulan. Daya simpan tepung sorgum lebih

lama dibanding tepung jagung, hal ini diduga karena dalam tepung sorgum masih tersisa tanin

(senyawa polyphenol) yang merupakan antioksidan yang rasanya sepat mungkin kurang

disenangi hama gudang (Suarni 2008). Sehubungan dengan hasil penelitian tersebut, terlihat

Page 71: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

pada penelitian ini, varietas Lokal dengan warna merah, teridentifikasi bahwa kandungan

polyphenolnya relative sangat tinggi dibanding varietas Numbu, sehingga lebih lama daya

simpannya.

3. Teknologi pengendalian penyakit bulai pada tanaman jagung berdasarkan spesies pathogen penyebabnya

Penyakit bulai adalah salah satu penyakitt utama yang menurunkan produktivitas jagung.

Spesies patogen penyakit bulai yang utama di Indonesia P. maydis, P. philippinensis. Untuk

mengendalikan penyakit bulai secara efektif dan efiisien diperlukan teknologi yang sesuai masing-

masing spesies patogennya.

Teknologi pengendalian pengendalain bulai berdasarkan spesies penyebabnya adalah

1). Pada wilayah endemik yang disebabkan oleh spesies P. maydis ditemukan di Kalimantan Barat,

Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Tengah, dan sebagian Sulawesi Selatan,

teknologinya dengan mengkombinasikan varietas tahan dengan pemberian b.a. Metalaksil ≥ 5-

7 gr/kg benih jagung. 2) Pada wilayah endemik P. philippinensis ditemukan di Sulawesi Utara,

Gorontalo, dan sebagian besar Sulawesi Selatan pengendaliaannya yang efektif adalah dengan

mengkombinasikan varietas tahan dengan takaran dosis b.a. Metalaksil cukup 2 gram/kg benih

jagung, pemberian metalaksis diatas dosis yang dianjurkan tidak efisien. Varietas tahan yang

dianjurkan antara lain adalah varietas hibrida Bima-3, Bima14, Bima-15, Bima-20, Nasa29, dan

varietas bersaribebas adalah lagaligo.

RPTP Perbaikan Teknologi Produksi Serealia (Jagung, Gandum, dan Sorgum) Mendukung Peningkatan Produktivitas Berkelanjutan

1. Pengelolaan Hara Spesifik Lokasi Pada Tanaman Jagung pada lahan kering dan lahan sawah di Sinjai

Takaran pupuk yang digunakan petani bervariasi setiap lokasi, rata-rata takaran pupuk

di setiap kecamatan adalah 93,1 – 180 kg N/ha (rata-rata kabupaten 125,3 kg/ha), 7,5 – 56,3 kg

P2O5/ha (27,7 kg/)P2O5), dan 7,5 – 56,3 kg K2O (27,7 kg K2O/ha), dan 5 – 35,7 kg S/ha (25,3

kg S/ha). Dengan tingkat hasil yang diperoleh petani antara 4,9 – 7,0 t/ha (5,3 t/ha) Tabel 2.

Berdasarkan hasil penelitian untuk memperoleh hasil 7 t/ha membutuhkan 55 - 110 kg N/ha

(tergantung Bahan organik tanah), dan 30 – 40 kg P2O5/ha (Syafruddin 2015), karena itu

takaran pupuk N yang dilaplikasikan petani berdasarkan tingkat hasil yang di peroleh saat ini

pada semua lokasi tergolong tinggi, sedangkan P pada kecamatan Barebbo, Awang Pone, dan

Palakka termasuk cukup, sedangkan di kecamatan lainnya masih rendah/tidak cukup (Tabel 11).

Page 72: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Tabel 11. Takaran pupuk dan hasil jagung ditingkat petani di Kabupaten Sinjai

No Kecamatan Takaran pupuk yang digunakan petani (kg/ha) N P2O5 K2O S Hasil (t/ha)

1 Sinjai Borong 122,0 25.5 25.5 5,0 2 Sinjai Selatan 93,1 25,5 25,5 24,7 4,0 3 Tellu Limpoe 93,1 25,5 25,5 6,0 4 Sinjai Timur 105,0 25.5 25.5 6,6 5 Bulupoddo 126,0 33.8 33.8 25,0 5,8 Rata-rata

107.8 27.2 27.2 9,94 5.48

Jenis pupuk yang umum digunakan petani di Kabupaten Sinjai pada tanaman jagung

adalah Urea yang dikombinasi dengan pupuk ZA dan majemuk Phonska (Tabel 12). Metode

aplikasi pemupukan di tingkat petani umumnya adalah dengan meletakkan pupuk di samping

barisan tanaman yang daiplikasikan 1 atau 2 kali, yaitu umur 15-20 HST dan 40-50 HST.

Pemberian pupuk dengan cara ini karena pertimbangan tenaga kerja yang kekurangan.

Tanaman jagung di Sinjai sebagian besar ditanam pada lahan kering dengan tingkat

produktivitas 4-5 t/ha Varietas yang digunakan adalah Bisi-18, NK33, dan Pak tani 2, dengan

takaran pupuk pupuk yang digunakan petani antara rata-rata 200 urea dan 100 phonska kg/ha.

Rekomendasi Pemupukan Spesifik lokasi di Kabupaten Sinjai

Peluang hasil jagung di Kabupeten Bone dapat diperoleh adalah 8-9 t/ha. Takaran pupuk

yang digunakan untuk memupuk satu jenis tanaman akan berbeda untuk masing-masing kondisi

tanah, karena setiap kondisi tanah memiliki karakteristik dan susunan kimia tanah yang berbeda.

Berdasarkan hasil pemograman menggunakan NE dengan sisfat fisik dan kimia tanah seperti

pada Tabel 1 dan dengan hasil jagung yang dapat diperoleh 9 t/ha direkomendasikan

pemupukan pada tanaman jagung adalah 170 kg N/ha, 47 – 57 kg P2O5/ha, dan 29 – 59 kg K2O/

ha, dan dan tidak diperlukan S (Tabel 13).

Rekomendasi pemupukan pada setiap lokasi menggunakan kedua pupuk tersebut

diperhitung berdasarkan takaran P2O5 yang dibutuhkan masing-masing lokasi (Tabel 4) dikonversi

kekandungan P2O5 pada pupuk majemuk Phonska masing-masing mengandung 15:15:15, ,

berturut N, P2O5, dan K2O), ini berarti sebagian N dan K2O diperoleh dari pupuk majemuk, sisa N

ditambahkan melalui pupuk Urea, sedangkan kekurangan K tidak diperhitungkan mengingat

bahwa KCl tidak tersedia di kios tani atau pedagang pupuk yang terdekat dari masing-masing

lokasi.

Page 73: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Tabel 13. Rekomendasi pemupukan N, P, dan K di Kabupaten Sinjai dengan Peluang hasil jagung 8 t/ha berdasarkan program Nutrient Expert (NE)

No

Kecamatan

Rekomendasi pemupukan (kg/ha)

N P2O5 K2O

1 Sinjai Borong 170 57 59

2 Sinjai Selatan 170 57 59

3 Tellu Limpoe 170 57 59

4 Sinjai Timur 170 47 29

5 Bulupoddo 170 57 59

Rata-rata

Tabel 14. Rekomendasi jenis, dosis, dan waktu pemberian pupuk pada tanaman jagung di Kabupaten Sinjai

No Kecamatan

Rekomendasi Jenis, Dosis, dan Waktu pemberian pupuk

≤ 10 HST (kg /ha) 40 – 45HST (kg/ha)

Urea Pupuk majemuk* Urea

1 Sinjai Borong 125 375 125

2 Sinjai Selatan 125 375 125

3 Tellu Limpoe 125 375 125

4 Sinjai Timur 125 325 125

5 Bulupoddo 125 375 125

Rata-rata 125 344,2 148,1

Keterangan : * = Pupuk majemuk yang banyak beredar ditingkat petani adalah Phonska dengan kandungan 15:15:15:10 (N,P2O5, K2O, dan S)

Berdasarkan perhitungan NE, maka takaran pupuk yang digunakan di Sinjai adalah 125 kg

urea/ha dan 344,2 kg pupuk majemuk Phonska/ha pada saat umur <10 HST dan 125 kg

Urea/ha saat umur 40 -45 HST.

Berdasarkan perhitungan NE, maka takaran pupuk di lahan kering masam dengan target

hasil 8 t/ha adalah 125 kg urea/ha dan 344,2 kg pupuk majemuk Phonska/ha pada saat

umur <10 HST dan 125 kg Urea/ha saat umur 40 -45 HST.

2. Penyusunan Metode Penentuan Rekomendasi Pupuk K Berdasarkan Ketersediaan Hara Tanah dan Peluang Hasil

Rekomendasi kebutuhan pupuk pada tanaman jagung dengan ketersedian hara K tinggi

sampai peluang hasil 9 t/ha tidak diperlukan K, peningatan 1 t/ha dari target hasil tersebut

membutuhkan kalium 25-30 kg K2O/ha.

3. Pemanfaat biomas tanaman jagung sebagai pembenah tanah insitu dalam mengefisienkan penggunaan pupuk anorganik

Page 74: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Dekomposer SAMEP Bakteri E7 yang dikombinasi dengan cendawan P7 dengan formulasi

beras+agar+mol mendekmposer limbah jagung yang lebih baik dibanding dengan

dekomposer lainnya, hal ini terlihat dari C/N ratio dan kadar air hasil dekomposisi (bahan

organik) yang rendah, yaitu C/N 19,74 dan kadar air 29.5%

4. Pengendalian penyakit hawar daun (B. maydis ) menggunakan formulasi Bacillus subtilis TM4

Pemanfaatan formulasi B. subtilis melalui penyelubungan benih (seed treatment) jagung

mampu merangsang pertumbuhan tanaman. Terdapat satu formulasi yang efektif

mmengendalikan penyakit busuk batang Fusarium yaitu B. subtilis BNt4.

Penyemprotan tanaman jagung dengan formulasi biopestisida B. subtilis TM4

dapat menekan perkembangan penyakit hawar daun Bipolaris maydis hingga 21,5% dan

berpotensi meningkatkan hasil panen varietas Bima-4 sebesar 47,6% dibandingkan

kontrol.

Pada pengujian di lapangan, aplikasi konsentrasi formulasi 3 g/l cenderung

memberikan hasil terbaik terhadap penekanan penyakit hawar daun B. maydis dan hasil

panen jagung varietas Bima-4.

Pemanfaatan formulasi B. subtilis melalui penyelubungan benih mampu

meransang pertumbuhan tanaman dan formulasi B. subtilis BNt4 dan TM3. Berturut–turut

30% dan 25,9% efektif lebih rendah dibanding tanpa perlakuan dalam mengendalikan

penyakit busuk batang F. verticilliodies tanaman jagung,

5. Peta penyebaran spesies penyebab penyakit bulai pada tanaman jagung di Indoensia

Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa dari sejumlah kabupaten yang

disurvei di Nusa Tenggara Barat, ditemukan gejala penyakit bulai di Sumbawa dan Lombok Timur

(Gambar 1). Hasil identifikasi di bawah mikroskop sampel-sampel dari kedua lokasi tersebut

menunjukkan bahwa secara morfologi spesies cendawan penyebab bulai adalah P. sorghi

(Gambar 2).

Page 75: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Gambar 2. Gejala serangan penyakit bulai pada tanaman jagung di Nusa Tenggara Barat

Gambar 3. Peta penyebaran Peronosclerospora spp. di Nusa Tenggara Barat

Pada Gambar 3 menunjukkan bahwa penyakit bulai di Nusa Tenggara Barat disebabkan

yang disebabkan oleh P. sorghi ditemukan Kabupaten Sumbawa Besar dan Kabupaten Lombok

Timur. Khusus di Pulau Lombok, survey dilakukan pada pertanaman jagung di seluruh

Kabupaten/Kota yakni Lombok Timur, Lombok Barat, Lombok Tengah, dan Mataram namun

serangan bulai hanya ditemukan di Kabupaten Lombok Timur.

Page 76: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Selain pengambilan sampel yang dilakukan di Propinsi Nusa Tenggara Barat, sampel juga

dikoleksi dari Kabupaten Malang, Jawa Timur dan Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Hasil

pengamatan di laboratorium menunjukkan bahwa spesies yang ditemukan di Kabupaten Malang

adalah P. maydis, sedangkan yang ditemukan di Kabupaten Banggai adalah P. sorghi. Data ini

kemudian digabungkan ke dalam peta penyebaran spesies penyebab penyakit bulai di Indonesia

seperti tertera pada Gambar 4.

Gambar 4. peta penyebaran spesies penyebab penyakit bulai di Indonesia

Peta tersebut di atas adalah rangkuman data dari penelitian sebelumnya (Lukman et al.

2013; Muis et al. 2013). Pada Gambar 4 menunjukkan bahwa P. maydis ditemukan di Kalimantan

Barat, Kalimantan Selatan, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Tengah dan

bagian dari Sulawesi Selatan. P. philippinensis ditemukan di Sulawesi Utara, Gorontalo, dan

sebagian Sulawesi Selatan. Sedangkan P. sorghi ditemukan di Aceh, Sumatera Utara, Lampung,

Jawa Barat, Jawa Timur, D.I. Yogyakarta, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Nusa

Tenggara Barat. Untuk beberapa provinsi seperti Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur,

Kalimantan Tengah, Maluku, Papua dan Papua Barat belum dilakukan survey sehingga belum ada

data yang bias ditampilkan. Namun, pada Gambar 9, menunjukkan bahwa ada tiga spesies

menyebabkan penyakit bulai jagung di Indonesia dan P. philippinensis hanya ditemukan di Pulau

Sulawesi. Hasil ini memperkuat studi sebelumnya bahwa P. maydis ditemukan tersebar luas di

Jawa terutama di daerah dengan kisaran suhu 25-300C, kelembaban relatif 80-100%, dan 1000-

Page 77: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

3000 mm curah hujan tahunan (Rustiani et al. 2015). Tingginya kadar keragaman penyakit bulai

di Jawa bisa karena dua penyebab, yakni karena variasi genetik dalam P. maydis, atau karena

adanya spesies bulai selain P. maydis (Lukman et al. 2013).

6. Pengendalian hama utama tanaman gandum dengan kombinasi varietas tahan dengan insektisida nabati

Jenis-jenis hama yang ditemukan pada fase vegetative adalah wereng hijau, pengorok

daun, belalang, penggerek batang. Wereng hijau, pengorok daun ditemukan dengan populasi

dan serangan yang rendah, kecuali penggerek batang populasinya agak tinggi. Adapun jenis-

jenis hama yang ditemukan pada fase generative adalah Mithymna separata, pengisap bulir, dan

penggerek batang. Gejala serangan penggerek batang ditandai denagn adanya lubang gerekan

pada batang (Gambar 10). Hasil pengamatan di laboratorium, diketahui bahwa jenis penggerek

batang yang ditemukan adalah Diatraea grandiosella (Gambar 2). Berbeda dengan yang

ditemukan pada lokasi dan waktu yang berbeda. Hasil penelitian di Kecamatan Rumbia,

Kabupaten Jeneponto pada tahun 2014 spesies penggerek batang yang ditemukakan adalah

Sesamia calamistis (Nonci dan Muis, 2014). Selanjutnya Nonci, at al., 2015 mengemukakan

bahwa penggerek batang yang ditemukakan di Kecamatan Rumbia, Kabupaten Jeneponto adalah

Sesamia inferens. Sesuai yang dikemukakan (Prescott et al., 2012) bahwa tanaman gandum

dapat dirusak oleh beberapa spesies penggerek batang. Pada Table 1 dapat dilihat persentase

serangan D. grandiosella pada fase fegetatif.

Gambar 10. Lubang gerekan pada batang gandum akibat serangan penggerek batang

Page 78: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Gambar 2. Larva, pupa, dan ngengat penggerek batang gandum di Malakaji, Gowa

Hasil analisis statistika terhadap persentase serangan pada fase vegetatif antara varietas

dan perlakuan pestisida nabati tidak ada interaksi dan tidak ada perberbedaan yang nyata antara

perlakuan. Yang berbeda nyata adalah perlakuan varietas, dimana intensitas serangan penggerek

batang pada varietas Guri 2 lebih rendah dibanding pada Guri 4 (Tabel 43).

Tabel 43. Rata-rata persentase serangan penggerek batang pada 30 HST

Perlakuan Varietas

Rata-Rata GURI 2 GURI 4

Mitol 20EC

Citral

Siori Spo 20EC

Mitol 20EC + Citral

Mitol 20EC + Siori Spo 20EC

Kontrol (tanpa pestisida)

24,05

20,84

24,14

17,82

22,73

27,45

28,90

27,73

32,49

25,84

22,82

28,89

26,48 tn

24,28

28,32

21,83

22,78

28,17

Rata-Rata 22,84 a 27,78 b

KK (%) 21,23

Angka pada kolom yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%.

Persentase serangan penggerek batang pada fase fegetatif pada Guri 2 antara 17,82% -

27,455%, sedangkan pada Guri 4 antara 22,82% – 28,90% (Tabel 2). Persentase serangan

penggerek batang pada fase generative pada Guri 2 antara 53,51% - 65,2%, sedangkan pada

Guri 4 antara 59,60% – 64,88% (Tabel 44). Persentase serangan pada fase generative

meningkat, baik pada Guri 2 maupun Guri 4. Persentase serangan pada Guri 2 (kontrol) fase

vegetatif 27,45% meningkat pada fase generatif menjadi 65,25%. Sedangkan persentase

Page 79: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

serangan pada Guri 2 (kontrol) fase fegetatif 28,89% meningkat pada fase generatif menjadi

62,17%.

Tabel 44. Rata-rata persentase serangan penggerek batang pada 60 HST

Perlakuan Varietas

Rata-Rata GURI 2 GURI 4

Mitol 20EC

Citral

Siori Spo 20EC

Mitol 20EC + Citral

Mitol 20EC + Siori Spo 20EC

Kontrol (tanpa pestisida)

60,49

55,94

53,51

61,89

63,17

65,25

64,88

60,43

60,88

59,64

59,60

62,17

62,69 tn

58,19

57,19

60,77

61,38

63,71

Rata-Rata 60,04 tn 61,27

KK (%) 12,61

Persentase serangan penggerek batang pada semua perlakuan pestisida nabati tidak

berbeda nyata antar perlakuan baik pada fase vegetatif maupun fase generatif (Tabel 2 dan Tabel

44). Hal ini mungkin disebabkan karena frekwensi pemberian pestisida nabatinya yang kurang,

hanya diberikan dengan interval 1 kali dalam 2 minggu, selain itu dosisnya perlu ditambah, lebih

dari dosis anjuran. Menurut Setiawati at al., (2008) bahwa pestisida nabati aplikasinya harus lebih

sering karena cepat terurai dan daya racunnya rendah.

Hasil pengamatan terhadap serangan penyakit menunjukkan bahwa penyakit yang

dominan menyerang tanaman gandum pada penelitian ini adalah penyakit hawar daun yang

disebabkan oleh cendawan Helminthosporium sp. (Gambar 11) dengan persentase serangan yang

sangat tinggi (Tabel 45).

Page 80: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Gambar 11. Gejala serangan hawar daun (kiri) dan konidia Helminthosporium sp. (kanan)

Tabel 45. Rata-rata persentase serangan Helminthosporium sp. pada 30 HST

Perlakuan Varietas

Rata-Rata GURI 2 GURI 4

Mitol 20EC

Citral

Siori Spo 20EC

Mitol 20EC + Citral

Mitol 20EC + Siori Spo 20EC

Kontrol (tanpa pestisida)

40,7

33,3

40,7

33,3

33,3

33,3

63,0

70,4

63,0

70,4

63,0

63,0

51,9 tn

51,9

51,9

51,9

48,1

48,1

Rata-Rata 35,8 a 65,4 b

KK (%) 21,11

Angka pada kolom yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%.

Pada Tabel 4 terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antar semua perlakuan

terhadap persentase serangan Helminthosporium sp. Bahkan semua perlakuan pestisida nabati

tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol. Hal yang berbeda adalah pada varietas, dimana

persentase serangan pada varietas Guri 2 (35,8%) lebih rendah daripada Guri 4 (65,4%).

Pada pengamatan berikutnya yakni pada fase generatif, rata-rata persentase serangan

penyakit pada varietas Guri 4 sudah mencapai 100% pada semua perlakuan, sedangkan pada

varietas Guri 2, rata-rata persentase serangan penyakit 77,8% pada semua perlakuan (Gambar

12).

Page 81: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Gambar 12. Penampilan varietas Guri 2 (V1) dan Guri 4 (V4) akibat serangan penyakit hawar daun Helminthosporium sp.

Hasil peneleitian ini menunjukkan bahwa pestisida nabati yang diuji tidak mampu

menekan perkembangan penyakit hawar daun gandum di lapangan.

Hasil pengamatan terhadap hasil panen menunjukkan bahwa hasil panen yang diperoleh

sangat rendah yakni di bawah 1 t/ha (Tabel 46). Rendahnya hasil yang diperoleh ini diduga

karena tingginya serangan penyakit hawar daun gandum.

Tabel 46. Rata-rata hasil (t/ha)

Perlakuan Varietas

Rata-Rata GURI 2 GURI 4

Mitol 20EC

Citral

Siori Spo 20EC

Mitol 20EC + Citral

Mitol 20EC + Siori Spo 20EC

Kontrol (tanpa pestisida)

0,057

0,065

0,058

0,068

0,076

0,067

0,074

0,057

0,086

0,051

0,062

0,048

0,066 tn

0,061

0,073

0,059

0,069

0,058

Rata-Rata 0,065 tn 0,063

KK (%) 51,16

Page 82: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

IV. BENIH SUMBER

Adapun teknologi budidaya tanaman serealia yang dapat meningkatkan potensi hasil

pada tahun 2017 sebagai berikut.

Produksi Benih Sumber Jagung Komposit Klas Benih Penjenis (BS) DAN F1 dengan penerapan SMM

Hasil benih jagung klas benih penjenis (BS) yang diproduksi di KP. Bajeng, disajikan pada

tabel di bawah ini.

Tabel 1. Produksi Benih Penjenis (BS) dan F1 Jagung, KP. Bajeng, Gowa, Sulsel, 2017.

Varietas Hasil (kg) Kadar air (%)

Pulut Uri 875 10,0

Srikandi Kuning 900 10,1

Bisma 1243 10,2

Lamuru 1230 10,2

Sukmaraga 1200 10,2

Anoman 725 10,1

Provit A1 1010 10,1

Arjuna 37 10,2

Gumarang 29 9,6

Bima 20 URI 258 10,2

Jumlah 7.507

Total hasil benih yang diperoleh dari kelima varietas jagung klas BS ialah 7.507 kg dengan

kadar air benih berkisar 9,6-10,2%, melebih target produksi benih jagung klas BS 7000 kg (Tabel

1).

Produksi Benih Sumber Jagung Komposit Klas Benih Dasar (FS) dengan penerapan SMM

Hasil benih yang diproduksi di lahan petani Kab. Takalar, Sulawesi Selatan

mencapai 14.000 kg.

Tabel 2. Produksi Benih Dasar (BD/FS) Jagung,Takalar, Sulawesi Selatan, 2017.

Varietas Hasil benih (kg) Kadar air (%)

Bisma 2.135 10,0

Lamuru 4.076 9,9

Srikandi Kuning 1.527 9,8

Pulut URI 1.575 9,8

Sukmaraga 4.160 9,8

Provit A1 477 9,5

Arjuna 50 9,5

Jumlah 14.000

Page 83: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Produksi Benih Sumber Sorgum dengan penerapan SMM

Hasil benih sorgum varietas Kawali, Numbu, Super 1, dan Super 2 disajikan pada Tabel

3 di bawah ini

Tabel 3.Hasil benih sorgum klas BS, KP. Bontobili, Sulsel. 2017.

Varietas Hasil benih (kg) Kadar air (%)

Kawali 344 9,5

Numbu 96 9,6

Super 1 435 9,6

Super 2 137 10,1

Jumlah 1.012

Produksi Benih Sumber Sorgum dengan penerapan SMM

Hasil benih gandum varietas Nias dan Dewata disajikan pada Tabel 4 di bawah ini

Tabel 4.Hasil benih gandum klas BS, Malino, Sulsel. 2017.

Varietas Hasil benih (kg) Kadar air (%)

Nias 50 8,4

Dewata 62 7,8

Jumlah 112

Distribusi Benih Tahun 2017

Pada tahun 2017 telah terdistribusi benih jagung klas BS sebanyak 5780,8 kg yang terdiri

dari jagung varietas Lamuru 834 kg, Sukmaraga 1080,2 kg, Bisma 812,5 kg, Anoman 43,8 kg,

Srilandi Kuning 1218 kg, Gumarang 7 kg, Provit A1 601,5 kg, dan Pulut URI 1183,8 kg. Benih

jagung klas BS ini didistribusikan keseluruh penjuru tanah air dengan pengguna/konsumen

antara lain Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Dinas Pertanian Tanaman Pangan tingkat

provinsi/kabupaten daerah, dan penangkar binaan Dinas Pertanian setempat. Sepanjang tahun

2017 ini kepuasan pelanggan mencapai 95%, dan tidak ditemukan adanya keluhan pelanggan

terkait mutu benih yang didistribusikan. Adapun keluhan yang ada biasanya menyangkut lamanya

waktu pengiriman benih terutama untuk wilayah-wilayah yang jauh dan memerlukan transportasi

yang cepat. Untuk hal tersebut telah diberikan informasi mengenai lama pengiriman ke propinsi

tertentu sehingga pihak pengguna dapat mengestimasi waktu penanaman dengan waktu

transportasi benih sumber dari produsen ke pengguna.

Varietas jagung klas BS yang terdistribusi sepanjang tahun 2017 ini, yang tertinggi ialah

varietas Srikandi Kuning, 1218 kg, disusul oleh Pulut URI 1183,8 kg, Sukmaraga 1080,2 kg,

Lamuru 834 kg, dan Bisma 812,5 kg (Gambar 1).

Page 84: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Gambar 1. Varietas jagung klas BS yang terdistribusi pada tahun 2017

Distribusi benih jagung klas BD/FS sepanjang tahun 2017 mencapai 14417,4 kg yang

terdiri dari jagung varietas Lamuru 4553,9 kg, Sukmaraga 1482,9 kg, Bisma 87 kg, Srikandi

Kuning 3125, 7 kg, Srikandi Putih 905,7 kg, Lagaligo 1296 kg, Provit A1 556,6 kg, dan Pulut URI

1639,6 kg. Benih ini didistribusikan ke seluruh propinsi di Indonesia. Diantara varietas jagung

yang didistribusikan ini yang tertinggi ialah jagung varietas Lamuru 4553,9 kg, Srikandi Kuning

3125,7 kg, Pulut URI 1639,6 kg, dan Sukmaraga 1482,9 kg (Gambar 2).

Gambar 2. Varietas jagung klas BD/FS yang didistribusikan tahun 2017.

834

1080.2

812.5

43.8

1218

7

601.5

1183.8

4553.9

1482.9

857

3125.7

905.71296

556.6

1639.6

Page 85: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Meskipun tidak sebesar jagung, namun benih sorgum juga telah banyak diminati oleh

pengguna, terutama dari wilayah NTT dan sebagaian Jawa. Distribusi benih sorgum sepanjanga

tahun 2017 ini ialah sebesar 530.7 kg yang terdiri dari sorgum varietas Kawali 11,4 kg, Numbu

96 kg, Super 1 245,8 kg, Super2 285,9 kg, Suri 3 42,4 kg, dan Suri 4 49,2 kg. Diantara varietas

sorgum yang didistribusikan, yang tertinggi ialah Super 2, 285,9 kg, Super 1, 245,8 kg, Numbu

96 kg, Suri 4, 49,2 kg dan Suri 3, 42,4 kg (Gambar 3). Berbeda dengan sorgum, distribusi benih

gandum sangat sedikit, dan sepanjang tahun 2017 ini penggunanya hanyalah untuk penelitian

di Balitsereal.

Gambar 3. Varietas Sorgum dan gandum yang terdistribusi tahun 2017.

Kawali Numbu Super 1 Super 2 SURI3 Suri 4 Nias Dewata

11.4

96

245.8

85.9

42.4 49.2

2.8 2.8

Page 86: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

V. DISEMINASI HASIL PENELITIAN

Diseminasi teknologi jagung dan serealia potensial yang terdiseminasikan pada tahun 2017

dapat dilihat pada Tabel 15.

1. Diseminasi Nasa 29

- Diseminasi dalam rangka Penas tahun 2017 di Propinsi Aceh, Kabupaten Aceh Besar dengan

luasan 2 ha, pelaksanaan Pebruari-Mei 2017

- Kegiatan gelar teknologi kerjasama Balitsereal dengan BPTP NTB, Kabupaten Sumbawa

dengan luasan 1 ha, pelaksanaan Januari-April 2017

- Kegiatan gelar teknologi dalam rangka kegiatan gebyar perbenihan tanaman pangan nasional

2017 di Kabupaten Sigi Propinsi Sulawesi Tengah dengan luasan 1 ha, pelaksanaan Agustus-

Nopember 2017

Page 87: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

- Kegiatan dalam rangka pengembangan lahan masam untuk pertanaman jagung kerjasama

Balitsereal dengan BPTP Jambi di Kabupaten Tebo Propinsi Jambi dengan luasan 2 ha,

pelaksanaan September-Desember 2017

- Kegiatan pengembangan VUB Nasional terbaru kerjasama Balitsereal dengan Pemda Takalar

dan Sidrap dengan luasan 70 ha, pelaksanaan Pebruari-Desember 2017.

Page 88: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

- Kegiatan dalam rangka pengembangan lahan kering dan masam kerjasama Balitsereal

dengan BPTP Kalsel di Kabupaten Tanah Bumbu dengan luasan 1 ha, pelaksanaan

September-Desember 2017.

2. Diseminasi Pulut Ungu

- Kegiatan dalam rangka pengenalan teknologi/vub kepada pengunjung Balitsereal (rata-rata

3.300 orang/tahun) di Kabupaten Gowa dengan luasan 0,5 ha, pelaksanaan Maret-Mei 2017

Page 89: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

3. Diseminasi jagung Puri 3H

- Kegiatan dalam rangka pengenalan teknologi/vub kepada pengunjung Balitsereal (rata-rata

3.300 orang/tahun) di visitor plot Balitsereal Kabupaten Maros dengan luasan 0,5 ha,

pelaksanaan Maret-Mei 2017

4. Diseminasi Bio Dekomposer

- Kegiatan dalam rangka pengenalan teknologi/vub kepada pengunjung Balitsereal (rata-rata

3.300 orang/tahun) di visitor plot Balitsereal Kabupaten Maros dengan luasan 0,5 ha,

pelaksanaan Pebruari-Mei 2017

Page 90: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Kegiatan Diseminasi Teknologi Jagung dan Serealia Potensial pada tahun 2017 adalah sebagai

berikut:

1. Gelar teknologi

Visitor plot Balitsereal

Visitor plot Balitsereal merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan untuk

mendiseminaiskan hasil-hasil inovasi teknologi yang telah dihasilkan. Visitor plot Balitsereal

mencakup areal sekitar dua hektar yangmana ditanami dengan varietas-varietas terbaru serta

calon varietas yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. Pada pertanaman pertama, inovasi

teknologi yang digelar adalah varietas unggul yang baru dilepas diantaranya Calon varietas Nasa

29, Bima 19 URI, Bima 20 URI, JH 27, sorgum varietas Numbu dan Super 1.

Gambar 3 . Penampilan calon varietas Nasa 29 dan Bima 19 URI

Visitor plot Balitsereal juga merupakan ajang temu lapang dengan para stakeholder.

Tujuan dari temu lapang ini adalah untuk menginformasikan dan sekaligus mendiskusikan tentang

varietas-varietas yang ditampilkan. Dari pertemuan di lapangan ini diharapkan diperoleh umpan

balik untuk perbaikan varietas-varietas baru yang lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan petani.

Sampai dengan Juni 2017, visitor plot Balitsereal telah dikunjungi oleh tak kurang dari

1.300 pengunjung yang terdiri dari Biro Organisasi dan Kepegawaian Kementan, BPTP se

Indonesia, Balitbangtan, IPB, Dewan Riset Nasional, Binus University, DPRD Luwu Utara, DPRD

Kab Selayar, PPL se Indonesia Timur, mahasiswa, siswa SMK, serta petani/masyarakat umum.

Visitor plot Balitsereal juga telah dikunjungi oleh Kapus Tanaman pangan.

Page 91: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Gambar 4 . Kunjungan tim produksi benih BPTP se Indonesia

Gambar 5. Kunjungan lapangan ke lokasi produksi benih F1 BIma 19

Page 92: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Gambar 6. Kunjungan lapang mahasiswa ke KP Balitsereal

Gambar 7. Kunjungan kerja rombongan DPRD Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara

Page 93: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

PENAS XV Tahun 2017

Ajang pertemuan petani dan nelayan nasional (Penas) ke-XV 2017 resmi dibuka oleh

Presiden Jokowi. Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka Pekan Nasional (Penas) Kontak Tani

Nelayan Andalan (KTNA) XV di Stadion Harapan Bangsa, Lhoong Raya, Banda Aceh pada tanggal

6 Mei 2017. Acara nasonal yang akan berlangsung pada tanggal 6-12 Mei 2017 menyajikan

berbagai inovasi terbaik karya anak negeri di bidang pertanian, peternakan dan pengolahan

potensi kelautan bahari. Acara yang digelar setiap tiga atau empat tahun sekali ini didisain lebih

dari sekedar pameran pada umumnya tetapi juga menunjukkan kondisi ril bagaimana teknologi

atau temuan di bidang pertanian, peternakan dan kelautan dapat diimplementasikan oleh petani.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian pada Penas kali

ini memanfaatkan lahan seluas 5 hektar. Lahan di disain cukup menarik dan dibagi menjadi

cluster. Ada delapan kluster teknologi yang ditampilkan, yaitu Tanaman Pangan; Peternakan;

Hortikultura; Perkebunan; Agroforestry; Sarana Produksi; Bioteknologi; serta Kelautan dan

Perikanan. Padi unggulan, jagung, kedelai dan kacang hijau tampak subur di kluster Tanaman

Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian menampilkan beragam varietas unggul

mulai dari padi, jagung, kedelai, sorgum, tebu, cabai, bawang serta hewan ternak.

Pada perhelatan Penas 2017, komoditas jagung mendapat tempat tersendiri karena

mendapatkan lahan yang cukup luas, sekitar 1 ha untuk gelar teknologi jagung dan sorgum.

Balitsereal menampilkan calon varietas jagung bertongkol ganda hasil penelitian Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) NASA 29. NASA 29 merupakan hasil persilangan

antara galur inbrida G10.26-12 sebagai tetua betina dan MAL03 sebagai tetua jantan. Kedua galur

tersebut dirakit oleh Tim Pemulia Jagung Balitbangtan Kementerian Pertanian. Galur G10.26-12

sendiri dirakit dengan menggunakan populasi dasar dari rekombinasi 8 varietas jagung nasional

yang dilakukan pada tahun 2003 sedangkan Galur MAL03 dirakit dari populasi dasar tahan

penyakit Bulai.

Page 94: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Gambar 8. Penampilan pertanaman jagung di lokasi penas 2017.

Selain varietas jagung, Balitsereal juga melakukan gelar teknologi tanaman sorgum pada

lahan seluas 0,25 ha. Varietas yang ditanam adalah Numbu dan Super 1 serta calon varietas

sorgum Numbu yang telah dimutasi. Walaupun lahan tergolong suboptimal dengan tingkat

salinitas yang tinggi, VUB sorgum masih dapat tumbuh dan berproduksi optimal. Lokasi gelar

teknologi jagung dan sorgum mendapat kunjungan dari petani se Indonesia, perguruan tinggi,

peneliti, penyuluh. Penas juga menggelar pameran indoor di kompleks stadion Aceh Besar. Stand

lapangan Badan Litbang Pertanian diisi oleh produk bioindustri tanaman pangan dan hortikultura

Page 95: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Gambar 9. Penampilan pertanaman sorgum di lokasi penas 2017.

2. Pameran dan showroom

Salah satu kegiatan penyebarluasan informasi dan promosi teknologi inovatif produksi jagung

adalah pameran/ekspose. Selain itu juga pameran yang diselenggarakan di tingkat regional

antara lain pameran pembangunan utamanya pada peringatan yang terkait dengan kegiatan di

daerah. Pameran tersebut dapat bersifat komersial maupun non-komersial, sehingga materi-

materi yang akan dipamerkan disesuaikan dengan tema acara. Sehubungan dengan hal tersebut

dan mengingat pengunjung yang hadir berasal dari berbagai lapisan masyarakat maka

penampilan materi disesuaikan dengan status calon pengunjung. Untuk itu diperlukan kejelian

dalam pemilihan dan penampilan materi untuk dapat lebih menarik calon pengguna dan mitra

kerjasama. Materi yang ditampilkan lebih banyak berupa fisik dari pada panel.

Diantara kegiatan pameran yang diikuti oleh Balai Penelitian Tanaman Serealia pada

tahun 2017 adalah:

Pameran dalam rangkaian Penas 2017 di Aceh

Pameran Perbenihan dan Pembibitan Indonesia

Pameran rintisan kerjasama Kementan dengan perguruan tinggi wilayah timur Indonesia

Agrinex Expo 2016 di Jakarta

Page 96: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Gambar 10. Pameran outdoor Penas 2017.

Gambar 11. Pameran indoor dalam rangkaian Penas 2017.

Gambar 12. Pameran Perbenihan dan Pembibitan Indonesia

Page 97: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Gambar 13. Pameran pembangunan Provinsi Sulawesi Selatan 2017.

Showroom

Showroom merupakan salah satu ruangan khusus untuk menampilkan/ memperagakan

kinerja penelitian dan juga sebagai sarana promosi yang dapat dikunjungi para tamu setiap saat.

Penampilan hasil penelitian dalam showroom sangat diperlukan dan perlu secara berkelanjutan.

Hal ini mengingat kehadiran para tamu yang berkunjung setiap saat ke Balitsereal dengan

berbagai tujuan, yang selalu ingin memperoleh informasi hasil-hasil penelitian.

Hasil-hasil penelitian yang diperagakan dalam showroom berupa contoh fisik maupun

panel yang ditata dalam tempat khusus, yang dapat dijadikan sebagai salah satu obyek tujuan

kunjungan setiap tamu yang datang ke Balitsereal. Selain itu, juga tersedia brosur atau leaflet-

leaflet hasil penelitian sehingga pengunjung dapat mengetahui informasi teknologi serealia. Salah

satu penampilan showroom Balitsereal di lobi tengah gedung induk disajikan pada Gambar 14.

Page 98: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Gambar 14. Showroom untuk promosi hasil-hasil penelitian Balitsereal.

3. Komunikasi Tatap Muka

Temu lapang merupakan forum yang sangat efektif untuk menyampaikan informasi secara

langsung kepada stakeholder yang umumnya dilakukan di areal pertanaman. Tujuan dari temu

lapang ini adalah untuk menginformasikan sekaligus mendiskusikan tentang varietas-varietas

yang ditampilkan. Dari pertemuan di lapangan ini diharapkan diperoleh umpan balik untuk

perbaikan varietas-varietas baru yang lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan petani. Temu

lapang Balitsereal Tahun 2017 dilaksanakan di berbagai lokasi diantaranya lokasi gelar teknologi

jagung hibrida dan komposit di Provinsi Sulawesi Tengah, Jambi, NTB, NTT, Sultra dan Sulsel.

Melalui diskusi lapangan ini diharapkan dapat lebih meningkatkan pemahaman petani akan

teknologi.

Page 99: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Gambar 15. Acara temu lapang di NTB, Sulsel, Jambi dan Sultra.

Kegiatan gelar teknologi dan temu lapang juga dilaksanakan di Kab. Sidrap dan Kab

Takalar pada luasan masing-masing 30 ha yangmana merupakan hasil kerjasama Badan Litbang

Pertanian dengan Pemkab Sidrap dan Takalar. Poduksi jagung di SIdrap menunjukkan trend yang

mengalami peningkatan. Pada tahun 2016 menurut BPS produksi jagung mencapai 113.160 ton,

naik dua kali lipat dalam 5 tahun terakhir (Tahun 2012) yang mana produksinya hanya 59.000

ton.. Peningkatan produksi ini sebagai dampak dari meningkatnya kebutuhan jagung untuk pakan

ternak di Sidrap. Jumlah ternak ayam di sidrap saat ini mencapai 4,5 juta ekor dan merupakan

salah satu sentra produksi telur dan ayam pedaging di Provinsi Sulawesi Selatan

Program pengembangan jagung hibrida NASA 29, Bima 14 dan Bima 19 URI di Kecamatan

Kulo mendapat apresiasi yang tinggi dari pemkab Sidrap. Walaupun di intercrop dengan tanaman

perkebunan namun varietas Balitbangtan masih dapat beradaptasi dengan baik. Hasil ubinan

Page 100: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

yang dilaksakan oleh BPS rabu, 29 Nopember 2017 diperoleh hasil ubinan sebesar 11,06 ton/ha.

Hasil ini tentu sangat membanggakan karena produktivitas rata-rata di tingkat petani di Sidrap

saat ini hanya sebesar 6 t/ha saja. Petani mengharapkan kegiatan gelar teknologi varietas unggul

Kementerian Pertanian dapat terus di perluas dan menggantikan varietas lama yang

produktivitasnya < 5 t/ha) yang saat ini luas pertanamannya masih cukup banyak.

Gambar 16. Temu lapang dalam rangka gelar teknologi jagung NASA 29 di Sidrap

Kegiatan panen raya dan temu lapang pengembangan jagung hibrida Balitbangtan juga

dilaksanakan di Kendari, Kupang NTT dan Sigi Sulteng. Kegiatan panen dan temu lapang

mendapat respon dari pemerintah setempat dan akan mendapatkan alokasi yang cukup besar

pada program bantuan benih pemerintah tahun 2017 dan 2018. Rata rata capaian produktivitas

di Kendari Sultra mencapai 10 t/ha, Kupang NTT sebesar 9,5 t/ha dan Sulteng mencapai 9 t/ha.

Page 101: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Gambar 17. Kegiatan temu lapang di Sulsel, Sultra, Sulteng, Jambi dan NTT

4. Pengembangan Informasi

Kegiatan pengembangan informasi terkait dengan pencetakan dan penyebarluasan informasi

hasil-hasil penelitian melalui media cetak dan elektronik. Kegiatan yang telah dilakukan adalah

pencetakan leaflet dan brosur/booklet. Informasi hasil-hasil penelitian yang telah dikemas dalam

media cetak disebarluaskan kepada pengguna, baik pada pameran, kegiatan open house/Seminar

Naisonal Serealia 2017, kunjungan tamu ke Balitsereal atau permintaan langsung dari pengguna

termasuk Dinas-Dinas Pertanian. Materi yang telah dicetak adalah Buku Gandum, Buku Aplikasi

Statistik untuk Pemuliaan Jagung, Jurnal Penelitian Serealia, Deskripsi Varietas, Highlight

Penelitian Serealia, leaftlet Budidaya Tanaman Jewawut, Tumpangsari jagung dan Kedelai Dalam

Sistim Tanam Legowo, Budidaya Jagung Hibrida, PTT jagung, Pengelolaan hara, sekilas

Balitsereal dan berbagai jenis brosur. Hasil cetakan kemudian di berikan kepada tamu yang

berkunjung di Balitsereal serta di kirim ke petugas lapangan pertanian yang ada di Dinas-Dinas

Pertanian di daerah.

Tabel 18. Daftar Realisasi Penyebaran Informasi 2017

No Judul Cetakan Jumlah

Cetakan

Yang

tersebar

Sisa

1 Kalender 500 500 0

2 Buku Gandum 200 100 100

3 Jurnal 100 54 46

4 Leaflet varietas 10.000

Leaflet Jagung Putih 1.000 550 450

Page 102: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Leaflet Budidaya Jagung IP 400 1.000 600 400

Leaflet teknologi budidaya jagung hibrida 1.000 476 524

Leaflet tumpang sari jagung kedelai 1.000 500 500

Leaflet budidaya sorgum 1.000 490 510

Leaflet PTT jagung 1.000 450 550

Leaflet budidaya jewawut 1.000 456 544

Leaflet Sorgum Super-1 1.000 823 177

Leaflet Sorgum Super-2 1.000 825 175

Leaflet petunjuk kekurangan hara 1.000 400 600

5 Buku Diskripsi Varietas Jagung Unggul (Buku

Saku

1.000 300 700

6 Buku Diskripsi Varietas Sorgum (Buku Saku) 1.000 - -

7 Buku Diskripsi Varietas Gandum (Buku Saku) 1.000 - -

8 Tas Diseminasi untuk penyebaran informasi 1.000 400 600

9 Leaflet sekilas Balai (Bahasa Indonesia) 2.500 1.100 1.400

10 Leaflet sekilas Balai (Bahasa Indonesia) 2.500 700 1.800

Gambar 18. Publikasi yang dicetak

Page 103: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Penyebarluasan informasi juga dilakukan dengan menggunakan media elektronik melalui

website resmi Balai Penelitian Tanaman Serealia yang dapat diakses pada

http://www.balitsereal.litbang.pertanian.go.id. Website ini dikunjungi mendapatkan 107.800 hits

pada periode pengamatan Januari-Desember 2017.

Gambar 19. Tampilan front page website Balai Penelitian Tanaman Serealia 2017.

Balitsereal juga menggelar seminar rutin yaitu Seminar Dua Mingguan yang dilaksanakan

pada hari senin. Seminar ini diikuti oleh para peneliti lingkup Balitsereal. Seminar tersebut lebih

bersifat penyampaian hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti, apakah

sifatnya sebagai laporan kegiatannya atau hasil penelitian yang telah dilakukan. Hasil

pembahasan materi hasil penelitian akan dijadikan materi untuk dipublikasikan di jurnal Badan

Litbang atau media publikasi lain.

Selain seminar internal, peneliti juga mengikuti seminar yang diselenggarakan oleh

instansi lain yaitu antara lain Puslitbang Tanaman Pangan, Balai Besar Pascapanen, Balai Besar

Alat dan Mesin Pertanian, BPTP, dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan.

Taman Sains Pertanian (TSP) dan Taman Teknologi Pertanian (TTP)

Salah satu program unggulan yang dituangkan dalam Sembilan program quick

wins pemerintah adalah pengembangan TSP dan TTP di sejumlah provinsi mulai dari Aceh sampai

Page 104: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

NTT. Pengembangan TSP dan TTP diharapkan dapat mempercepat adopsi teknologi yang sesuai

dengan kondisi spesifik wilayah.

Selama periode 2016/2017 TSP Balitsereal sebagai tempat pembelajaran telah menerima

kunjungan tamu sebanyak 3.166 orang, pelatihan sebanyak 391 orang, magang sebanyak 275

orang, praktek kerja lapang sebanyak 66 orang sehingga total kunjungan ke lokasi TSP pada

periode 2016/2017 sebanyak 3.898 orang.

Gambar 19. A. Pelatihan pembuatan pupuk kompos jagung, b. pelatihan budidaya jagung bagi PPL wilayah timur Indonesia, c. Pengembangan sistim surjan untuk budidaya jagung, padi dan ikan, d. Pembuatan produk es krim jagung ungu.

Balai Penelitian Tanaman Serealia yang merupakan pusat kegiatan penelitian tanaman

serealia berperan secara aktif dalam mengembangkan TSP di lingkungan KP Balitsereal serta

melakukan pembinaan terhadap TSP dan TTP yang tersebar di seluruh Indonesia.

Adapun jenis pendampingan pada lokasi pendampingan TSP/TSP adalah sebagai berikut:

TSTP Provinsi Kabupaten Kegiatan/Pendampingan

Page 105: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Balai Penelitian Tanaman Serealia

Sulawesi Selatan

Maros Demplot jagung, sorgum dan bioindustri tanaman serealia

Pengembangan integrasi jagung-ternak

Pengembangan fasilitas

TTP Jatim Jatim Lamongan Penyediaan narasumber teknologi jagung

TTP NTB NTB Sumbawa Demplot jagung Pulut URI Penyediaan narasumber

teknologi jagung

TTP Kaltim Kalimantan Timur

Samarinda Demplot varietas unggul jagung hibrida rendah emisi

Penyediaan narasumber teknologi jagung

Page 106: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Gambar 17. Pelatihan teknologi jagung di wilayah TTP Jatim, NTB dan TTP Kaltim, Kalsel.

Pendampingan Upsus Padi dan Jagung

Pendampingan upsus meliputi kegiatan yaitu 1. Pendampingan percepatan LTT lingkup

provinsi Sulawesi Selatan, 2. Pendampingan upsus jagung tingkat nasional 3. Pendampingan

serap gabah petani (Sergap) pada wilayah yang melaksanakan panen raya.

Pendampingan Produksi padi di sulsel dibagi menjadi tiga sektor yaitu sector barat meliputi

kabupaten Jeneponto, takalar, gowa, Makassar, maros, pangkep, barru, parepare, dan selayar

Adapun sector timur meliputi Kabupaten Bone, Soppeng, Wajo, Sinjai, Bulukumba, Bantaeng,

Sidrap dan Pinrang. Adapun sector peralihan meliputi Kabupaten Kabupaten Luwu, Luwu Utara,

Palopo, Toraja, Toraja Utara dan Enrekang.

Luas Tanam sector Barat periode MT 2016/2017 = 160.146 ha dan periode MT 2017

sebesar 92.373 ha. Total luas panen mencapai 240.626 ha dengan produksi mencapai 1.348.287

ton. Luas Tanam sektor Timur periode MT 2016/2017 = 297.102 ha dan periode MT 2017 sebesar

399.362 ha. Total luas panen mencapai 662.588 ha dengan produksi mencapai 3.903.403 ton.

Luas Tanam sektor Peralihan periode MT 2016/2017 = 121.754 ha dan periode MT 2017 sebesar

120.046 ha. Total luas panen mencapai 230.923 ha dengan produksi mencapai 1.213.163 ton.

Pendampingan Upsus tanaman padi dilakukan dengan melakukan rapat koordinasi

percepatan tanam di tingkat kabupaten, koordinasi dengan stakeholder terkait seperti TNI dan

Kepolisian untuk menggerakkan petani dan kelompok tani untuk mendukung program percepatan

tanam. Kegiatan pelaporan dilakukan secara rutin yaitu setiap hari dan di rekap juga untuk data

mingguan.

Page 107: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Gambar 18. Kegiatan pendampingan upsus : a.tanam perdana padi di Kab Bone, b. temu lapang jagung hibrida di Sultra, c. Kegiatan monitoring ketersediaan gabah oleh

tim SERGAP.

Gambar 19. Pelaporan luas tambah tanam (LTT) pada tahun 2017 lingkup Provinsi Sulawesi Selatan.

Page 108: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Gambar 20. Kegiatan Upsus mendukung peningkatan produksi komoditas padi dan jagung.

Kegiatan monitoring LTT tanaman jagung dilakukan dengan berkoordinasi dengan KCD

dan BPS Kabupaten. Pelaporan upsus jagung dilakukan dalam satuan bulanan. Hasil pemantauan

LTT jagung tahun 2017 menunjukkan peningkatan LTT jagung di provinsi Sulsel akibat adanya

penambahan PAT (Perluasan areal tanam baru), serta percepatan tanam. Total luas panen jagung

periode 2016/2017 sebesar 326 ribu ha. Balitsereal yang bertugas memantau LTT jagung pada

dua kabupaten yaitu Luwu Utara dan Kota Palopo, total luas tanam yang diperoleh adalah sebesar

10.000 ha dan 954 ha.

Gambar 21. Pelaporan luas tambah tanam komoditas jagung lingkup provinsi Sulawesi Selatan.

Page 109: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Kegiatan upsus tanaman jagung dilakukan dalam bentuk monitoring dan evaluasi kegiatan

produksi benih yang dilakukan oleh lisensor di Provinsi Jawa Timur, NTB, Jateng, Sulsel, NTB,

dan Sumatera Barat. Sebanyak 23 lisensor dari seluruh Indonesia memperbanyak benih jagung

hibrida F1 dan komposit diantaranya Bima 3, Bima 14, Bima 19 URI, Bima 20 URI, HJ 21 Agritan,

HJ 22 Agritan, JH 27 dan NASA 29. Adapun lisensor yang memproduksi benih jagung varietas

nasional adalah PT. Mulya Agro Sarana, PT. Pertani, PT. Sang Hyang Seri, PT. GIS, PT. Petrokimia

Gresik, PT. Sriajaya, PT. Esa Sarwaguna Adinata, PT. Qipas, UD. Saribumi, CV. Arindo, PT. Tani

Solusi, PT. Bunga Tani , UD. Oriza Sativa, PT. Twin, PT. Sadar Tani Bersaudara, PT. Sarana

Tunggal, UPTD Bantaeng, BPTP Sulsel, BPTP Aceh, BPTP NTB, BPTP Kalsel dan PT.RAHMAT

RODEL

Hasil pemantauan realisasi dan rencana produksi benih oleh lisensor sampai dengan

Oktober 2017 di dapatkan rencana produksi benih oleh lisensor sebesar 5.558.725 kg atau 5.558

ton. Benih jagung varietas nasional selanjutnya akan disebarkan ke seluruh Indonesia untuk

mengisi kuota benih jagung varietas nasional sebesar 40%.

8-May 9 Mei - 15 Juli Per 16-31 Juli Agustus September Oktober

1 PT. Mulya Agro Sarana Bima 20 URI 19,420 19,420

2 PT. Pertani JH 27 20,000 230,000 210,000 405,000 150,000 - 1,015,000

PT. Pertani Bima 19 URI 20,000 30,000 75,000 215,000 25,000 352,000 717,000

3 PT. Sang Hyang Seri Bima 10 4,075 620,000 175,000 352,000 1,151,075

PT. Sang Hyang Seri Bima 14 2,650 2,650

PT. Sang Hyang Seri Bima 15 4,020 4,020

PT. Sang Hyang Seri Bima 20 URI 2,000 2,000

PT. Sang Hyang Seri HJ 21 575 575

4 PT. GIS Bima 3 1,875 1,875

PT. GIS Bima 14 4,500 50,000 50,000 104,500

PT. GIS Bima 15 1,200 1,200

PT. GIS Bima 20 1,250 1,250

PT. GIS HJ 21 8,550 50,000 67,000 87,000 212,550

5 PT. Petrokimia Gresik Bima 14 1,200 1,200

6 PT. Sriajaya HJ 21 300 50,000 50,300

PT. Sriajaya Bima 14 1,900 50,000 50,000 200,000 301,900

PT. Sriajaya Bima 9 38,000 100,000 300,000 438,000

7 PT. Esa Sarwaguna Adinata Bima 20 150,000 100,000 250,000

8 PT. Qipas Bima 14 1,000 1,000

9 UD. Saribumi Bima 14 1,000 2,040 3,040

UD. Saribumi Bima 14 2,840 2,320 5,160

UD. Saribumi Bima 14 2,818 2,818

UD. Saribumi Bima 14 2,160 2,160

10 CV. Arindo Bima 14 1,000 1,000

11 PT. Tani Solusi Bima 19 URI -

PT. Tani Solusi Bima 20 URI -

12 PT. Bunga Tani Bima 14 400 400

PT. Bunga Tani Bima 19 250 250

13 UD. Oriza Sativa Bima 20 URI 15,000 15,000

14 PB. Oriza Satva Bima 20 URI 960 30,000 30,960

PB. Oriza Satva Bima 15 2,000 2,000

Bima 14 100 100

HJ 21 1,000 1,000

15 PT. Twin Bima 20 URI 1,262 180,563 14,703 196,528

PT. Twin Bima 16 4,000 186,590 12,605 203,195

16 PT. Sadar Tani Bersaudara Bima 15 100,000 100,000

Bima 10 100,000 100,000

Bima 20 300,000 300,000

17 PT. Sarana Tunggal Bima 11 500 500

PT. Sarana Tunggal Bima 14 1,000 1,000

18 UPTD Bantaeng Bima 20 300 300

19 BPTP Sulsel Bima 20 224 224

20 BPTP Aceh Bima 20 120 120

21 BPTP NTB Bima 20 150 150

22 BPTP Kalsel Bima 20 300 300

23 PT.RAHMAT RODEL BIMA16 40,000 40,000

BIMA16 40,000 40,000

Bima 20 100,000 100,000

Bima 15 75,000 75,000

Bima 14 10,000 10,000

Bima 10 40,000 40,000

Bima 20 12,000 12,000

124,081 712,033 604,606 2,027,000 1,387,000 704,000 5,558,720 Total =

Produsen BenihNoRencana Produksi (kg)Realisasi Produksi (kg) Per

Total (kg)Varietas

Page 110: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Gambar 22. Pemantauan produksi dan realisasi penyaluran benih jagung hibrida nasional tahun 2017.

SEKOLAH LAPANG DESA MANDIRI BENIH JAGUNG

SL kedaulatan pangan yang mengintegrasikan 1.000 desa mandiri benih mendukung

swasembada jagung di 5 propinsi dapat digambarkan sebagai berikut :

1. BPTP Sulawesi Selatan

Kegiatan produksi benih jagung hibrida varietas Bima-20 URI dilaksanakan pada areal lahan

kering seluas 2 ha, ditanam pada bulan akhir Maret 2017. Berdasarkan pemantauan lokasinya

sudah memenuhi syarat isolasi, bahwa tanaman jagung yang ada disekitarnya berbeda umur

tanamnya lebih 3 minggu. Kemudian persiapan lahannya cukup baik (agak gembur) sehingga

tidak dibajak, tetapi hanya disemprot dengan herbisida, kemudian ditanam dengan jarak tanam

70cm x 20cm, 1 tanaman perlubang. Persentase tumbuh mencapai 85% dan keserempakan

antara bunga jantan baris pejantan dengan bunga betina baris betina relatif serempak sehingga

penyerbukan berlangsung baik. Target produksi sebanyak 2 t/ha tercapai. Hasilnya telah

disalurkan melalui distributor benih jagung di Sulawesi Selatan untuk digunakan selain di

kabupaten Bantaeng, juga kabupaten lainnya.

a. Pelaksanaan kegiatan Pra Produksi

Penilaian terhadap pelaksanaan pra produksi di lapangan menunjukkan bahwa semua

prosedur yang dipersyaratkan dikerjakan dengan baik, kecuali kegiatan desaseling yang masih

harus ditingkatkan ketepatannya. Kegiatan Detaseling terhadap bunga jantan pada baris jantan

yang masih ada yang agak lain warnanya yang diperkirakan sudah terhibridisasi. Hal ini

kemungkinan disebabkan parent seed yang ditanam sudah mulai menurun kemurniannya.

Sedangkan tanaman betinanya terdetasel tepat waktu yaitu bunga jantan tercabut sebelum

mekar, sehingga kemurnian F1 terjamin baik. Pelaksanaan secara keseluiruhan kegiatan pra

produksi dapat dikatagorikan baik dan dapat direkomendasikan menjadi penangkar yang mandiri.

Page 111: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Gambar 1. Penampilan tanaman setelah didetasel di Sulsel

b. Kegiatan pasca panen

Kegiatan pasca panen yang dilakukan adalah pengeringan tongkol pada lantai jemur sambil

memisahkan tongkol-tongkol yang lain warnanya, tongkol yang rusak karena terserang

hama/penyakit, tongkol yang besar yang dicuriagai telah menyimpang. Dijemur sampai mencapai

kadar air sekitar 18-19% lalu dipipil dengan pemipil tresher. Hasil pipilan dijemur di pekarangan

dengan menggunakan plastik sampai mencapai kadar air 12%. Dikemas dengan kemasan 5 kg

lalu disimpan di gudang sambil menungguh hasil pengujian dari BPSB untuk selanjutnya

didistribusikan oleh distributor ke petani pengguna di Sulawesi Selatan. Berdasarkan proses

penilaian setiap pekerjaan dalam prosessing, diperoleh nilai skor sebesar 310 yang berarti baik

dan dapat direkomendasikan menjadi penangkar yang mandiri.

2. BPTP Sulawesi Tengah

Kegiatan SL Mandiri Benih di Sulawesi Tengah sudah memasuki tahun ketiga. Progresnya

menuju desa mandiri benih semakin menjanjikan karena penangkar binaan dapat menghasilkan

benih dan ditunjang dengan respon pemerintah daerah untuk pengembangannya dengan

memberi jaminan pasar.

a. Pelaksanaan Pra Produksi

Produksi benih jagung hibrida tahun 2017 di provinsi Sulawesi Tengah berkembang ke tiga

lokasi di kabupaten Sigi. Varietas yang ditanam adalah varietas Bima-20 URI dan HJ-21 masing-

masing seluas 50 ha. Sebagian ditanam pada bulan Maret 2017 dan telah panen dengan hasil

Page 112: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

rata-rata 1,75 t/ha dan telah dipasarankan melalui distributor dan Dinas Pertanian dengan harga

Rp.20.000/kg diterima ditempat petani. Lokasinya di perluas ke tiga desa sebagai upaya

pengembangannya Dan sebagian lainnya masih dipertanaman dengan pertumbuhan yang cukup

baik (Gambar 1). Organisasi penangkar juga berkembang dengan membentuk tim detaselling

sehingga kegiatan detaselling yang sangat menentukan kualitas benih tidak menjadi masalah di

Sulawesi Tengah. Berdasarkan pengamatan di lapangan bahwa lokasi telah memenuhi syarat

sebagai penangkaran, penyiapan lahan, penanaman, dan pemeliharaannya semakin baik dari

tahun sebelumnya. Berdasarkan pengamatan, kegiatan pra produksi berjalan baik dan semua

pekerjaan dikerjakan dengan baik sesuai dengan SOP.

Gambar 1. Penampilan HJ-21 di Sulteng, 2017.

b. Kegiatan Pasca Panen

Kegiatan prosessing benih nampak juga semakin baik, walaupun drayer yang diberikan oleh

pemerintah belum digunakan untuk poroduksi benih. Prosessingnya masih menggunakan alat

yang sederhana yaitu terpal untuk pengeringan, tresher untuk pemipilan, dan hasil yang sudah

kering dikarungkan dan dijual dalam bentuk curah, sehingga tidak ada pengemasan pada tingkat

Page 113: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

petani, tetapi dikemas pada tingkat distributor dengan penampilan yang cukup menarik. Seluruh

prosedur yang mendasar dikerjakan dengan cukup baik, kecuali seleksi biji yang tidak lagi

dilakukan dengan pertimbangan sudah terseleksi di tongkol. Dengan demikian pelaksanaan

prosessing benih di Sulawesi Tengah dinilai baik sampai sangat baik.

3. BPTP Sulawesi Tenggara

Kegiatan SL Mandiri benih di Sulawesi Tenggara sudah memasuki tahun ketiga, namun

progresnya belum menggembirakan, karena pemasaran hasil yang masih sulit dijamin. Masih

perlu upaya keras memastikan pasar untuk menambah gairah petani menangkarkan jagung

a. Kegiatan Pra Produksi

Pelaksanaan kegiatan produksi benih jagung hibrida di Sulawesi Tenggara baru sampai pada

persiapan lahan. Tanam pada pertengahan bulan Juli 2017. Lokasi dan luas penangkarannya

tetap yaitu di kabupaten Konawe Selatan seluas 2 ha. Lokasi sudah teridentifikasi memenuhi

syarat karena didukung oleh sumber air pengairan, kemudian lahan cukup subur. Isolasi dengan

pertanaman lain juga sudah diatur sedemikian rupah sehingga tidak saling menghalangi.

Penyiapan lahan sangat baik dengan pengolahan sempurna, dibajak dengan traktor. Penanaman

juga menggunakan perbandingan 1:4 dengan harapan dapat hasil yang banyak. Pemupukan

sesuai dengans standar pemupukan di wilayah tersebut, sedang penyiangan menggunakan claris

sehingga areal pertanaman bersih dari rumput. Seleksi tidak banyak dilakukan dan hal itu

menunjukkan bahwa parent seednya masih cukup murni. al yang masih perlu dibenahi adalah

kegiatan Detaselling. Petani masih kurang hati-hati dan beberapa tanaman terlambat di

detaselling terutama tanaman yang agak terlambat pertumbuhannya yang bunga jantannya juga

terlambat keluar.

b. Kegiatan Pasca Panen

Kegiatan pasca panen yang masih tergolong lemah kontrolnya adalah kegiatan seleksi biji,

pengemasan dan penyimpanan sedang lainnyta dinilai cukup memadai. Seleksi biji tidak

dilakukan secara ketat. Biji-biji yang kecil dan besar masih tercampur, tetapi biji yang rusak

tersaring pada kegiatan penampian atau pembersihan kotoran. Kemudian pengemasan masih

sederhana, belum menggunakan nama perushaan, tetapi masih dikemas tampa nama.

Harapannya distributor yang akan membuat kemasan sesuai dengan lambang perusahannya.

4. BPTP Nusa Tenggara Barat

Page 114: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

a. Kegiatan Pra Produksi

Kegiatan produksi benih jagung hibrida di Provinsi Nusa Tenggara Barat sudah memasuki

tahun ke tiga. Terjadi perkembangan luas penangkaran yaitu pada tahun 2015 hanya 1 ha, tahun

2016 2 ha, dan tahun 2017 ini 5 ha. Tanam agak mundur dari tahun sebelumnya karena terjadi

perubahan pola hujan. Berdasarkan kondisi lapangan, baru dapat tanam pada akhir Juli 2017

(tanggal 25 Juli 2017). Lokasinya tetap yaitu di desa Tukad, Kecamatan Utan, kabupaten

Sumbawa. Isolasi sistim waktu karena petani di sekitarnya banyak yang menanam jagung,

dengan demikian syarat lokasi terpenuhi dengan baik.

B. Kegiatan Pasca Panen

Kegiatan pasca panen di Nusa Tenggara Barat masih dilakukan secara sederhana karena

peralatan belum memadai terutama dalam hal penyimpanan. Meeka belum memiliki gudang

benih yang representatif, sehingga benih yang lama tersimpan cepat menurun daya tumbuhnya.

Tetapi kegiatan lain seperti seleksi dan pengeringan tongkol dapat dilaksanakan dengan baik

dengan menggunakan terpal. Demikian pula pemipilan menggunakan tresher sehingga tidak

menjadi masalah bagi petani.

5. BPTP Nusa Tenggara Timur

a. Kegiatan Pra Produksi

Kegiatan produksi benih di Nusa Tenggara Timur sudah memasuki tahun ketiga. Luas

penangkaran juga terus bertambah. Tahun 2015 hanya 5 ha di desa Kolisia, Kecamatan

Mangepanda, tahun ini sudah mencapai 10 ha dengan rincian 3 ha varietas srikandi kuning yang

ditanam pada bulan bulan Juni 2017, 6 ha varietas Lamuru yang juga ditanam pada bulan Juni

2017 di kelompok tani yang lain. Selain itu, tahun ini direncanakan tanam 1 ha Bima-20 URI,

karena berdasarkan pengalaman tahun 2016, hasil yang dicapai cukup baik dan disenangi banyak

petani. Hasil Bima-20 URI tahun lalu digunakan untuk demplot-demplot di berbagai kelompok

dalam upaya menyebarkan inpormasi tersebut. Dalam upaya diseminasi itu, kelompok dibantu

oleh satu organisasi kemasyarakan dari Australia (PT. Prisma) yang berkedudukan di Surabaya

tetapi dapat membantu dalam melaksanakan demplot-demplot dan usaha pemasaran hasil.

Berdasarkan pemantauan di lapangan diperoleh kesan cukup baik terhadap pelaksanaan

kegiatan di lapangan. Lokasi terisolasi, dan persiapan lahan sangat bagus, diolah sempurna,

pertumbuhannya cukup seragam, baik Srikandi maupun Lamuru.

Page 115: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

b. Kegiatan Pasca Panen

Kegiatan pasca panen di NTT masih dilakukan dengan cara yang sederhana. Petani hanya

memproses sampai benih calon benih yang dilengkapi dengan bukti lolos uji dari BPSB, kemudian

pihak Dinas Pertanian bekerjasama dengan distributor yang mengemas sesuai dengan

permintaan pasar. Penilaian terhadap kegiatan pasca panen tergolong baik dan dapat

direkomendasikan jadi penangkar.

B. Kegiatan Koordinasi

Kegiatan kordinasi yang difokuskan pada pengembangan skala usaha dan penguatan

jaringan pemasaran dengan berbagai pihak yang terkait dengan penyediaan benih di tingkat

petani. Semua penangkar binaan telah menetapkan target luas dan target produksi dengan

perkiraan produksi antara 1,5 sampai 2,0 t/ha benih (Tabel 15). Demikian juga rencana

pemasarannya sudah ada yang menyanggupi untuk menyerap asalkan hasilnya dapat memenuhi

standar kualitas yang telah ditentukan yaitu mendapatkan label dari Balai Pengawasan dan

Sertifikasi Benih (BPSB) setempat.

Tabel 15. Target produksi dan rencana pemasaran hasil benih penangkar binaan, 2017.

Topik

pertemuan

BPTP/Penangkar Binaan

Sulsel Sulteng Sultra NTB NTT

Penetapan

target luas

penangkaran

dan target

produksi

2 ha

dan 3

ton

100 ha dan

100 ton

2 ha

dan 3

ton

5 ha dan

ton

10 ha

dan 30

ton

Penguatan

kelembagaan

pemasaran hasil

Hasil

diserap

SHS

Hasil

diserap

Distributor

(PT.Rahmat

Rodel)

Hasil

akan

diserap

PT.

Pertani

Hasil

diserap

kelompok

dan SHS

Hasil

diserap

oleh

Dinas

Pertanian

Pemasaran dan

rencana tahun

berikutnya

5 ha 130 ha 10 ha 5 ha 10 ha

Pembinaan yang intensif dilakukan pada calon penangkar yang baru mulai dilibatkan tahun

ini seperti di Sulawesi Selatan, sedang yang sudah memasuki tahun ketiga, hanya dipantau

melalui koordinasi via elektronik. Beberapa pertemuan yang dilakukan untuk mengkordinasikan

pengembangan produksi benih jagung sebagai berikut:

Page 116: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

1. Pertemuan di NTB menhadirkan seluruh calon penangkar dan petani-petani sekitarnya untuk

menyaksikan panen jagung yang akan diproduksi benihnya. Hadir kepala Dinas Pertanian

Sumbawa, perwakilan petani dari beberapa desa sekitar, serta seluruh PPL di kabupaten

Sumbawa. Harapan petani adalah kelompok penangkar ini harus diperluas sampai 50 ha,

karena wilayah ini cukup potensil untuk dikembangkan. Persoalan selama ini hanya masalah

isolasi waktu sehingga hanya sedikit petani yang tertarik bergabung. Kemudian hasil

sebelumnya dilaporkanpetani ada baik dan ada yang kurang baik daya tumbuhnya. Ternyata

yang kurang baik tumbuhnya adalah petani yang menanam di bawah pohon jati dan terlambat

tanam sehingga daya tumbuh benih sudah menurun.

Gambar 1. Diskusi dengan pelaksana kegiatan Mandiri Benih di NTB.

2. Kordinasi di Sulsel, Kordinasi yang dilakukan adalah menelusuri peluang perluasan

penangkaran dengan menamba lokasi penangkaran. Hadir dalam pertemuan adalah selain

peneliti, penangkar, juga calon-calon penangkar potensi. Direncanakan pengembangan pada

tahun 2018 sebanyak 30 ha untuk memproduksi Bima-20 URI dan Nasa-29.

Page 117: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Gambar 2. Kordinasi dengan penangkar di Bantaeng, Sulsel, 2017.

3. Kordinasi di Sulteng, Bersama dengan peneliti BPTP, Dinas Pertanian, Bakorluh menghadap

Bupati Sigit dalam rangka mendapatkan dukungan untuk pengembangan perbenihan di Sigi.

Reaksi Bupati akan memberikan dukungan penuh dengan memerintahkan SKP nya untuk

berkordinasi secara inten agar Sulteng maju pertaniannya termasuk penangkaran perbenihan

jagung dan padi, bahkan tanaman perkebunan jika itu memungkinkan. Harapan Bupati untuk

mempunyai varietas Baru dari jagung lokal yang selama ini dikenal sebagai jagung merah dan

mempunyai gizi tersendiri meminta dipercepat pelepasannya untuk dikembangkan pada

daerah-daerah yang masih mengkonsumsi jagung.

Gambar 3. Kordinasi dengan Pemda Sigit terkait dengan pengembangan benih, 2017.

Selain ke pemda juga dilakukan kordinasi ke lisensor Badan Litbang agar produsen benih

jagung hibrida di Sulteng dapat diserap hasilnya. Tahun 2017 ini ternyata sudah dikembangkan

sampai 100 ha dengan mengembangkan ke kecamatan lain dengan menanam Bima-20 dan JH-

Page 118: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

21. Untuk memudahkan pelaksanaan termasuk administrasinya, dibentuk perwakilan di Sulteng

dengan Surat Keputusan.

VI. TAMAN SAINS PERTANIAN

Pembangunan Taman Sains Pertanian (TSP) di KP. Maros Balitsereal, Sulawesi Selatan

memasuki tahun ketiga. Pada Tahun 2017 kegiatan TSP meliputi Operasional TSP, Peralatan TSP,

dan Pembangunan Gedung/Bangunan TSP Lanjutan.

Operasional TSP meliputi kegiatan Honor tenaga outsorching operasional TSP, ATK dan

bahan computer, saprodi dan bahan penunjang Ops unit ternak. Pengadaan peralatan dalam

rangka mendukung TSP meliputi 1 paket pengadaan peralatan kelengkapan BioIndustri, dan 1

paket pengadaan alat penetas telur ayam KUB. Pembangunan TSP meliputi pembangunan pos

satpam mendukung TSP, landscaping lahan TSP Lanjutan, pemasangan instalasi listrik untuk

pengairan TSP, pentaludan embung TSP, pembangunan gedung rohani TSP Lanjutan, dan

pembangunan kandang ayam KUB.

A. Kegiatan Fisik

a. Integrasi ternak dengan tanaman serealia telah menghasilkan anak sapi sebanyak 3 ekor,

pupuk kandang sebanyak 10 ton. Seluruh pupuk kandang telah digunakan pada kegiatan

Balitsereal. Kemudian unit produksi Bio Gas tidak berjalan karena terjadi peralihan dari

peternakan sapi menjadi pemeliharaan Ayam Kampung Unggul Badan Litbang (KUB),

sehingga anggaran yang dipersiapkan untuk pengadaan sapi direvisi dan digunakan untuk

pembangunan kandang ayam. Kandang ayam akan selesai pada Bulan Oktober ini yang

pembangunan fisiknya sudah mencapai 60%.

b. Produksi benih

1. Produksi benih padi, seluas 40 ha pada musim tanam yang lalu digunakan untuk

memproduksi benih Inpari 30 dengan teknologi Jarwo Super. Produksi yang dicapai

sekitar 40 ton bagian Balitsereal dan seluruhnya akan dijual melalui PT.Pertani. Proses

pengemasan sedang berlangsung dan dalam waktu dekat akan diambil oleh PT. Pertani

untuk disebarluaskan.

Page 119: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

2. Produksi benih sumber jagung hibrida. Jenis benih yang diproduksi adalah Induk Bima-

15, Induk Bima-20, Induk Bima-19, dan Induk Nasa 29. Sebagian telah panen dan

sebagian lagi masih di lapangan. Hasilnya akan disalurkan melalui mitra Balitsereal dan

BPTP yang tertarik memproduksi benih jagung hibrida.

c. Perbaikan kondisi kesuburan lahan untuk areal percontohan, telah ditimbun dengan top soil

beberapa surjan dihadapan kantor dan telah ditanami percontoah varietas baik yang akan

dirilis seperti Nasa-29 maupun yang sudah dirilis seperti HG 27, dan berbagai jenis sorgum.

d. Perbaikan taman dan rumah pos telah rampung, sedang perbaikan tanggul kolam air belum

berjalan karena kondisi areal belum memungkinkan (masih cukup tinggi air) sehingga sulit

untuk dibuat tanggulnya.

e. Pengadaan peralatan bioindustri khususnya pengolahan hasil hanya sebagian kecil yang

terpenuhi yaitu hanya alat pembuat es kream dan penyimpanannya. Es kream telah dicoba

oleh berbagai tamu termasuk dari Rombongan menristek yang memberi masukan untuk

perbaikan rasanya. Perbanyakan ek krim ini akan dikembangkan lebih lanjut untuk

mensuplai kebutuhan Balitsereal dan tamu-tamu yang datang ke Balitsereal.

B. Pelatihan

C. Magang

D. Agribisnis

No Kegiatan Tempat/waktu ket

1 Pelatihan

Pelatihan produksi benih jagung hibrida bagi BPTP se Indonesia

14-16 Mei 2017

Pelatihan perbenihan jagung bertujuan untuk Meningkatkan kemampuan peneliti BPTP dalam memproduksi benih sumber, baik varietas hibrida maupun komposit, serta ningkatkan jejaring kerjasama/harmonisasi antara Balit dan BPTP serta antar BPTP dalam kegiatan perbanyakanbenih di lapangan

2 Magang

Magang teknik produksi benih PT Agriteh

Magang Mahasiswa UNM

Juli-Agustus 2017

Pelatihan bagi tenaga pelaksana produksi nbenih dari lisensor yang mengembangkan VUB nasional

Pelatihan bagi mahasiswa untuk pembuatan aneka olahan pascapanen seperti es krim jagung ungu, marning jagung ungu serta cake sorgum

Page 120: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

bidang pascapanen

Agustus-Oktober 2017

3 Agribisnis

Produksi tetua/parent stock jagung hibrida nasional

Penggemukan ayam KUB

Maret-Juni 2017

Nopember 2017

Produksi beih tetua ditujukan bagi lisensor untuk bahan perbanyakan menjadi benih F1

Penggemukan ayam KUB bekerjasama dengan kelompok peternak di sekitar lokasi TSP Balitsereal

VII. SUMBERDAYA

Sumberdaya Manusia

Secara struktural Balitsereal dipimpin oleh seorang Pejabat Eselon III dan dibantu oleh

tiga (3) orang Pejabat Eselon IV a, yaitu Kepala Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Pelayanan

Teknik, dan Kepala Seksi Jasa Penelitian (Gambar 1). Disamping pejabat struktural tersebut,

Kepala Balisereal dibantu oleh Ketua-Ketua Kelompok Peneliti dan Kepala-Kepala Kebun

Percobaan.

Balitsereal didukung oleh 190 orang karyawan PNS dan 34 Tenaga Honorer yang

terdistribusi di kantor utama Balitsereal dan 3 Kebun Percobaan (KP Bajeng, KP Bontobili, dan KP

Maros). Berdasarkan latar belakang pendidikan akademis, komposisi Pegawai dan Honorer di

Balai Penelitian Tanaman Serealia terdiri dari 15 orang S3 (doktor), 34 orang S2, 36 orang S1,

17 orang SM/D3, 90 orang SLTA dan 10 orang SLTP dan 22 orang SD.

Berdasarkan jabatan Balitsereal memiliki 10 orang menjabat Peneliti Utama, 12 orang

Peneliti Madya, 14 orang Peneliti Muda, Peneliti Pertama 11 orang dan 1 orang Peneliti Non

Klasifikasi.

Tabel 1. Data Jumlah Peneliti Berdasarkan Tingkat Jabatan.

Nama Fungsional Jumlah

Peneliti Utama 10

Peneliti Madya 12

Peneliti Muda 14

Page 121: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Peneliti Pertama 11

Peneliti Non Klasifikasi 1

Jumlah 48

Tabel 2. Data Jumlah Pegawai Negeri Sipil dan Honorer Balitsereal Berdasarkan

Tingkat Pendidikan.

Jabatan Pendidikan Jumlah

S3 S2 S1 SM/ D3

SLTA

SLTP

SD

Peneliti 15 26 7 48

Pustakawan 2 1 3

Litkayasa 1 7 8

Arsiparis 0

Teknisi 2 1 13 2 18

PUMK 13 13

Administrasi 5 15 9 17 46

Satpam 8 8

Kebersihan 10 6 19 35

Sopir 6 6

Bengkel 5 5

Honorer 1 10 7 11 2 3 34

Total 15 34 36 17 90 10 22 224

Tabel 3. SDM Balitsereal Berdasarkan Golongan.

No. Uraian Jumlah (Orang)

1. Golongan IV 25

2. Golongan III 81

3. Golongan II 61

4. Golongan I 23

Jumlah Jumlah

Pembinaan tenaga terus dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu tenaga peneliti

maupun tenaga penunjangnya melalui pelatihan baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Pembinaan tenaga penunjang melalui pendidikan formal juga dinilai sangat penting untuk

Page 122: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

mengimbangi peningkatan mutu tenaga peneliti, sehingga proses pelaksanaan tugas dapat

berlangsung dengan baik.

Balitsereal melakukan peningkatan kemampuan staf peneliti dan teknisi dengan

mengikutsertakan dalam program pendidikan S3 dan S2 sejumlah 3 orang (Tabel 4).

Tabel 4. Staf Balitsereal yang mengikuti program pendidikan S3 dan S2 TA. 2017

Nama Pegawai Program Perguruan

Tinggi

Sumber

Dana

Sri Sunarti S3 Wageningen, Belanda SMARTD

Aviv Andriani S3 Wageningen, Belanda SMARTD

Jamaluddin S2 UNHAS DIPA Badan Litbang

Suwarti S3 IPB DIPA Badan Litbang

Nining Nurini Andayani S2 UNHAS DIPA Badan Litbang

Sarana dan Prasarana

Sebagai salah satu lembaga yang dapat menjadi rujukan utama dalam hal penelitian

serealia tingkat tinggi, terkemuka dan terpercaya, Balitsereal dalam menjawab isu dan tantangan

global disektor pertanian serta dalam mewujudkan visi dan misi disamping melibatkan SDM yang

handal dan kompeten, juga didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai yaitu :

Laboratorium Biologi Molekuler

Fungsi laboratorium biologi molekuler ini adalah sebagai pendukung dan membantu

dalam serangkaian kegiatan pemuliaan tanaman maupun hama dan penyakit tanaman serealia

dalam meningkatkan akurasi yang dari gen target yang menjadi tujuan utama dalam melepas

varietas unggul baru serealia dan membantu dalam mendeteksi tingkat ketahanan jenis penyakit

tanaman serealia, khususnya penyakit bulai (downy mildew). Laboratorium ini harus mampu

memberikan jaminan mutu dalam hal ini akurasi deteksi gen target lebih tinggi, sehingga produksi

inovasi varietas yang dihasilkan mendapat pengakuan nasional dan internasional. Hingga saat ini

laboratorium marka molekuler ini belum terakreditasi dan sementara ini dalam proses pengajuan

akreditasi/sertifikasi laboratorium.

Laboratorium Hama dan Penyakit

Fungsi laboratorium hama dan penyakit ini adalah sebagai pendukung dan membantu

Page 123: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

dalam serangkaian kegiatan pemuliaan tanaman dalam mengidentifikasi jenis hama dan

penyakit yang menyerang tanaman serealia, metode pengendalian dan sekaligus membantu

dalam menguji ketahanan galur-galur tanaman serealia khususnya jagung, gandum dan

sorgum dalam melepas varietas unggul baru serealia dan membantu dalam mendeteksi tingkat

ketahanan jenis penyakit tanaman serealia, khususnya penyakit bulai (downy mildew). Hingga

saat ini laboratorium hama dan penyakit ini belum terakreditasi dan sementara ini dalam proses

pengajuan akreditasi/sertifikasi laboratorium.

Laboratorium Pengujian Benih

Fungsi Laboratorium uji mutu benih ini adalah sebagai pendukung utama dalam

menentukan mutu dan kualitas benih sumber yang akan dikeluarkan balai, baik itu ditingkat

pemda, pengusaha maupun langsung ke tingkat petani. Sehingga dengan adanya

Laboratorium uji mutu benih ini komplain dari pihak pengguna dapat dieleminasi.

Laboratorium uji mutu benih ini telah memperoleh sertifikat ISO 17025:2005.

Unit Produksi Benih Sumber

Fungsi unit pengelola benih sumber (UPBS) adalah sebagai quality kontrol dalam

memproduksi benih sereal (jagung, gandum dan sorgum) mulai dari penentuan lokasi, waktu

tanam, pengolahan tanah hingga pasca panen sudah dibuatkan dalam bentuk SOP. Sehingga

dengan Unit produksi benih sumber ini merupakan jaminan utama dalam hal menjaga mutu

genetik tanaman serealia. Unit Produksi Benih Sumber ini telah terakreditasi dan memperoleh

sertifikat ISO 9001-2008.

Kebun Percobaan (KP)

Balitsereal didukung oleh 3 kebun percobaan yang seluruhnya berada dalam lingkup

Sulwesi Selatan. Fungsi utama dari kebun percobaan adalah tempat dalam melaksanakan

seluruh kegiatan riset/penelitian serealia, namun disamping ini sebagai tempat untuk memelihara

sumber daya genetik serealia, produksi benih sumber, visitor plot dan petak kunjungan mitra

kerja (petani, penyuluh dsbnya). Untuk mengoptimalkan fungsi KP sebagai tempat utama

penelitian harus dilakukan reformasi mulai dari pengelolaan KP hingga penyediaan sarana-

prasarana KP sehingga menjadi KP yang high profile.

Kebun percobaan tersebut adalah kebun percobaan yang terletak di Kabupaten Maros

seluas 96 ha, kebun percobaan bajeng yang terletak dikabupaten Gowa dengan luas 40,5 Ha

Page 124: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

dan kebun percobaan Bontobili yang juga terletak di kabupaten Gowa dengan luas 20,9 Ha.

Rumah Kaca (Green House)

Balitsereal didukung oleh 6 rumah kaca dan 4 screen house yang dapat digunakan dalam

kegiatan penelitian pemuliaan dan ekofisiologi serta skrining hama dan penyakit tanaman

serealia.

Keuangan

Pagu anggaran lingkup Balai Penelitian Tanaman Serealia Rp. 35.568.738.000,- (Revisi

ke VI). Realisasi anggaran Balai Penelitian Tanaman Serealia sampai dengan 31 Desember 2017

sebesar Rp. 31.739.804.735,- atau 89,24% terdiri dari belanja pegawai Rp. 14.202.768.758,-

(93,95%), belanja barang Rp. 8.344.904.377,- (99,45%), belanja modal Rp. 9.192.131.600,-

(76,22), dan sisa anggaran TA. 2017 sebesar Rp. 3.828.933.265,- (10,76%). Dana luncuran

SMARTD sebesar Rp. 1.529.201.600.

Tabel 6. Akuntabilitas Keuangan Balai Penelitian Tanaman Serealia TA. 2017.

No Program Anggaran Realisasi %

1 Penciptaan Teknologi dan

Varietas Unggul Berdaya

Saing

a. Belanja Pegawai

b. Belanja Barang

c. Belanja Modal

15.117.470.000

8.390.686.000

12.060.582.000

14.202.768.758

8.344.904.377

9.192.131.600

93,95

99,45

76,22

Total 35.568.738.000 35.568.738.000 31.739.804.735

Dalam hal revisi, ada 6 poin yang dilakukan dengan justifikasi sebagai berikut :

1. Revisi Dipa I berupa pergeseran dana PNBP

2. Revisi Dipa II berupa self blocking

3. Revisi Dipa III berupa perubahan anggaran hasil self blocking

4. Revisi Dipa IV berupa penambahan pagu anggaran

5. Revisi Dipa V berupa perubahan target PNBP

6. Revisi Dipa VI berupa pagu minus belanja pegawai

Page 125: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Pendapatan Negara Bukan Pajak

Balai Penelitian Tanaman Serealia berdasarkan peraturan yang berlaku diwajibkan untuk

mengumpulkan dan menyetorkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Secara umum target

yang ditetapkan dapat tercapai bahkan terlampaui, seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 5. Total Penerimaan PNBP TA. 2017.

No Jenis Penerimaan

Target

Penerimaan

(Rp)

Realisasi

Penerimaan

(Rp)

%

1

2

3

Penerimaan Umum

Penerimaan

Fungsional

Penerimaan Transito

7.714.000

829.171.000

-

429.132.214

860.915.200

-

5.563,0

103,8

-

TOTAL 836.885.000 1.290.047.414 154.1

Berdasarkan Tabel 17, menunjukkan bahwa realisasi penerimaan umum sebesar Rp.

429.132.214 (5563,0%) dan penerimaan fungsional sebesar Rp. 860.915.200 (103,8%). Hal ini

menunjukkan realisasi PNBP tahun 2017 telah melampaui target yang telah ditentukan.

Belanja Modal

Balai Penelitian Tanaman Serealia sebagai lembaga penelitian komoditas serealia (non-

padi) berupaya meningkatkan fasiltas kantor dan sarana penelitian. Dalam pelaksanaan kegiatan

berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah, yang menyebutkan : (1) pengelolaan barang milik negara/daerah dilaksanakan

berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum, transparansi dan keterbukaan, efisiensi,

akuntabilitas, dan kepastian nilai. (2) Pengelolaan barang milik negara/daerah meliputi:

perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan,

pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan,

pembinaan, dan pengawasan. Dengan berpedoman pada peraturan tersebut di atas maka tujuan

dan sasaran dari manajemen aset akan tercapai yaitu: tercapainya kecocokan/kesesuaian sebaik

mungkin antara keberadaan aset dengan strategi entitas (organisasi) secara efektif dan efisien.

Pada tahun anggaran Balitsereal telah melakukan beberapa kegiatan antara lain renovasi,

pemeliharaan dan penambahan fasilitas kantor dan fasiltas penelitian sebagai berikut :

A. Pengadaan Jasa Konsultansi:

Page 126: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

Konsultan perencana pembangunan jalan ternak

Konsultan pengawas renovasi gedung/kantor Balitsereal

Konsultan perencana pekerjaan jaringan distribusi air

Konsultan pengawas pekerjaan jaringan distribusi air

Konsultan perencana pekerjaan renovasi lantai jemur

Konsultan pengawas pekerjaan renovasi lantai jemur

Konsultan perencana pekerjaan pembangunan gudang workshop alsin UPBS

Konsultan pengawas pekerjaan gudang workshop alsin UPBS

B. Pengadaan Jasa Konstruksi

Renovasi gedung kantor

Pembangunan jalan ternak

Pembangunan gedung bioindustri lanjutan

Pembangunan gudang workshop alsin UPBS

Pekerjaan jaringan distribusi air

Renovasi lantai jemur

Perbaikan plat deucker kebun percobaan Maros

C. Pengadaan Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi

Pengadaan PC

Pengadaan Laptop

Pengadaan Printer Multifungsi

D. Pengadaan Peralatan dan Fasilitas Kantor

Pengadaan peralatan gedung utama

Pengadaan alat pembumbun

Pengadaan pompa air

PENUTUP

Keberhasilan pembangunan pertanian nasional tidak terlepas dari pengaruh perubahan

lingkungan strategis global dan internal yang berkembang di masyarakat dewasa ini. Isu global

yang menuntut persaingan dan efisiensi, serta perkembangan jumlah penduduk dan ketersediaan

Page 127: LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIAbalitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/08/... · rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan

sumber daya alam menjadi faktor pendorong dalam pengelolaan sumber daya bagi kepentingan

pembangunan.Oleh karena itu, Balai Penelitian Tanaman Serealia terus berupaya memacu kinerja

melalui penyusunan program secara komprehensif sesuai dengan keinginan pengguna dan

kebutuhan pembangunan nasional. Keberhasilan tersebut tentunya perlu dukungan dari berbagai

pihak yang terkait, institusi pemerintah dan pengguna. Peningkatan kinerja merupakan cita-cita

dan keharusan bercermin pada hasil-hasil yang pernah dicapai sebelumnya untuk mewujudkan

keinginan masyarakat.

Selama tahun 2017 telah dilepas varietas unggul jagung sebanyak 1 varietas jagung

hibrida dan 1 varietas jagung bersari bebas. Sementara itu, sebagian besar varietas unggul

jagung hibrida yang telah dilepas tahun ini menunjukkan respon yang positif dimasyarakat

khususnya jagung hibrida NASA 29.

Kegiatan penelitian perbaikan teknologi budidaya lahan sawah irigasi, lahan tadah hujan,

difokuskan pada penyempurnaan pendekatan PTT. Semua komponen teknologi yang dianjurkan

bermuara pada peningkatan efisiensi produksi, antara lain teknologi efisiensi penggunaan pupuk

dan air,dan teknologi budidaya peningkatan indeks pertanaman. Penggunaan benih berkualitas

tinggi dan varietas Kelayakan teknologi yang telah dilepas juga selalu dilakukan evaluasi dan

analisis untuk melihat sejauh mana dampak inovasi tersebut bagi pengguna. Kegiatan diseminasi

juga terus dilakukan dalam bentuk sosialisasi, keragaan varietas unggul dan penyediaan informasi

iptek dan inovasi mendukung sistem produksi padi pada pengguna.