laporan tahunan balai penelitian tanaman...
TRANSCRIPT
LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIA
Balai Penelitian Tanaman Serealia Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian
2017
LAPORAN TAHUNAN BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIA Penanggung Jawab: Dr. Muhammad Azrai Kepala Balai Penelitian Tanaman Serealia
Diterbitkan oleh Balai Penelitian Tanaman Serealia Jalan Dr. Ratulangi No. 274 Maros Telp. 0411-371529, fax. 0411-371961 e-mail: [email protected] http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id
PENDAHULUAN
Struktur organisasi Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal)
ditetapkan sesuai dengan SK Mentan Nomor.80/Kpts/ OT.210/1/2002. Dalam
melaksanakan tugas, Kepala Balai dibantu oleh (1) Subbagian Tata Usaha yang
mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan,
surat menyurat, dan rumah tangga, (2) Seksi Pelayanan Teknik mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana, program, pemantauan,
evaluasi dan laporan serta pelayanan sarana penelitian tanaman serealia, dan (3)
Seksi Jasa Penelitian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan kerjasama,
informasi dan dokumentasi serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil
penelitian tanaman serealia.
Sebagai lembaga penelitian, kerja Balitsereal harus sistematis dan terarah.
Untuk itu diperlukan rumusan visi sebagai keinginan ideal yang hendak dicapai,
serta misi sebagai pemandu untuk mengarahkan prioritas kegiatan Balit-sereal.
Visi dan Misi Balitsereal disusun dan diselaraskan dengan Visi dan Misi Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan serta Visi dan Misi Badan Litbang
Pertanian. Visi Balitsereal adalah:”Balitsereal sebagai lembaga penelitian tanaman
serealia berkelas dunia dalam mewujudkan Sistem Pertanian – Bioindustri
Bekelanjutan”.
Rumusan visi tersebut diharapkan menjadi acuan dalam menentukan arah
prioritas kegiatan di Balitsereal. Untuk mencapai visi tersebut, misi yang harus
dilaksanakan adalah:
1. Mewujudkan inovasi teknologi tanaman serealia bioindustri tropika unggul
berdaya saing berbasis advanced technology dan bioscience, bioengineering,
teknologi responsif terhadap dinamika perubahan iklim, dan aplikasi Teknologi
Informasi serta peningkatan scientific recognition.
2. Mewujudkan spektrum diseminasi multi channel (SDMC) untuk mengoptimalkan
pemanfaatan inovasi teknologi tanaman serealia berbasis bioindustri tropika
unggul serta peningkatan impact recognition.
Perencanaan dan pelaksanaan operasional penelitian dilaksanakan dengan
mempertimbangkan pertumbungan dan perkembangan komoditas serealia
utamanya jagung, sorgum, gandum, dan serealia potensial lainnya di Indonesia
dan dunia.
Jagung dalam kaitannya dengan harga baik di pasar domestik maupun
internasional terus meningkat seiring tingginya permintaan pasar khususnya
industri pakan ternak. Berdasarkan data statistik, produksi jagung nasional tahun
2015 sebesar 20 juta ton dengan produktivitas level 5,08 t/ha sementara pada
tahun 2016 produksi jagung nasional meningkat menjadi 23,13 juta ton atau
sebesar 3,33% dengan produktivitas meningkat sebesar 1,75% dari tahun
sebelumnya. Mengingat trend permintaan jagung kedepan yang masih tinggi serta
masih besarnya potensi lahan untuk pengembangan jagung yang belum di garap,
perlu diupayakan sejumlah langkah-langkah strategis diantaranya peningkatan
luas pertanaman varietas hibrida dan komposit unggul. Disisi lain, areal tanam
jagung lokal (komposit non unggul) diturunkan secara bertahap, dengan tetap
memperhatikan kebutuhan jagung komposit untuk kebutuhan pangan masyarakat
lokal.
Kondisi lain yang dihadapi komoditas jagung ini adalah adanya perubahan
iklim global (climate change) yang melanda dunia dalam dasa warsa terakhir ini
juga merupakan salah satu ancamana terhadap kelangsungan produksi dan
pemenuhan kebutuhan jagung. Hal ini disebabkan karena dengan perubahan
iklim akan berdampak pada peningkatan suhu (global warming) yang diikuti
dengan bahaya banjir dan kemarau yang ekstrim serta ledakan penyakit utama
jagung seperti penyakit bulai yang terbukti menyebabkan kekegagalan panen di
beberapa sentra pengembangan jagung. Perubahan lainnya yang akan
berpengaruh terhadap kegiatan budidaya pertanian adalah pergeseran pola
distribusi hujan yang semakin sulit diprediksi sehingga penentuan waktu tanaman
sulit dilakukan dan risiko gagal panen semakin besar. Selain itu, penggunaan
pupuk nitrogen (N) oleh petani yang berlebihan dan belum efisien yang sering
terjadi terutama saat musim tanam sehingga merupakan salah satu penghambat
dalam pencapaian hasil jagung secara optimal karena terjadinya toksisitas.
Lahan kering merupakan salah satu sumberdaya lahan potensial untuk
pembangunan pertanian, khususnya tanaman jagung. Wilayah dataran rendah
beriklim kering yang berpotensi untuk tanaman jagung berupa lahan kering yang
menyebar terutama di Indonesia bagian timur, serta sebagian di Jawa, Kalimantan
dan Sumatera. Di wilayah tersebut umumnya berupa lahan tadah hujan yang juga
menghadapi kendala musim hujan yang terlalu pendek dan tanah berbatu-batu di
beberapa tempat sehingga sering terancam oleh resiko kekurangan air. Tanaman
jagung sangat sensitif terhadap cekaman kekeringan terutama pada periode 1
minggu sebelum sampai dengan 2 minggu setelah berbunga. Kekeringan pada
periode ini, tanaman akan mengalami peningkatan ASI (Anthesis silking interval)
sehingga penyerbukan tidak sinkron (Edmeades et al., 1992) dan pembentukan
biji yang tidak optimal bahkan sama sekali tidak ada biji yang terbentuk karena
adanya reduksi hasil fotosintesis (Zinselmeier at al., 1995; Schussler and Westgate,
1995).
Curah hujan yang tidak menentu pada akhir-akhir ini selain sering
menimbulkan kekeringan, juga dapat menimbulkan banjir. Tanaman jagung
sangat sensitif terhadap genangan air sehingga pada daerah-daerah yang sering
dilanda banjir sering mengalami gagal panen jagung. Tanaman jagung pada lahan
tegal sering mengalami kekeringan pada fase pengisian biji. Dalam keadaan
kekeringan akan menurunkan hasil biji, berat tongkol, memperlambat waktu
berbunga dan memperbesar interval berbunga (perbedaan antara antesis dan
keluarnya rambut tongkol), memperpendek tanaman dan memperbesar tanaman
yang mandul. Jagung berumur genjah berpeluang dapat terhindar dari kekeringan
sehingga dapat mengurangi resiko kegagalan panen (Subandi et al., 1988). Untuk
itu, varietas unggul jagung berumur genjah diperlukan oleh banyak petani
terutama untuk menyesuaikan pola tanam dan ketersediaan air.
Hal lain yang menjadi fokus Balitsereal adalah sorgum dimana sebagai
sumber energi mempunyai kelebihan dibanding tanaman lain seperti jarak, jagung
dan tebu karena daya adaptasi tanaman sorgum luas, tanaman sesuai untuk
dibudidayakan di daerah kering beriklim kering. Untuk kebutuhan industri
bioetanol, pertanaman harus dilakukan sepanjang tahun dan sebaiknya tidak
memanfaatkan lahan-lahan yang merupakan lahan pertanaman pangan. Untuk
pemenuhan industri bioetanol diperlukan lahan yang sangat luas. Produktivitas
sorgum dalam menghasilkan bioetanol adalah 2.000-3.500 liter/ha/musim atau
4.000-7.000 liter/ha/tahun. Untuk dapat menghasilkan 60 juta kilo liter/tahun
sebagai pengganti BBM diperlukan lahan seluas 15 juta ha.
Indonesia memiliki areal lahan yang sangat luas, baik pada wilayah beriklim
basah seperti: Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua maupun wilayah
beriklim kering (Nusa Tenggara, Sulawesi Tenggara, sebagian Sumatera dan
Jawa). Total lahan kering di Indonesia diperkirakan seluas 143,9 juta hektar. Dari
luasan tersebut, 31.5 juta hektar berupa lahan kering dengan topografi yang datar
berombak (kemiringan lereng < 8%) yang layak untuk dikembangkan perkebunan
sorgum (Sihono, 2009).
Keunggulan sorgum batang manis antara lain gula yang terfermentasi
tinggi, daya bakar tinggi, dan alkoholnya bermutu tinggi. Kualitas sorgum untuk
produksi bioetanol terutama ditentukan oleh kandungan pati dalam biji atau gula
dalam nira pada batang. Balitsereal telah menyeleksi sorgum manis untuk
bioetanol sebanyak 13 galur/varietas yang mampu menghasilkan etanol 2500 –
3000 l/ha. Selanjutnya ke 13 galur/varietas sorgum manis tersebut akan dilakukan
perbaikan populasi/galur berdasarkan data jarak genetic dari Lab. Molekuler.
Demikian pula halnya sorgum biji untuk pangan dan pakan ternak akan dilakukan
perbaikan populasi/galur berdasarkan data dari Lab. Molekuler.
Salah satu upaya untuk mendukung pengembangan sorgum harus
didukung teknologi budidaya termasuk kegiatan penelitian menghasilkan teknologi
pemupukan N, P, K, dan bahan organik spesifik lokasi serta teknologi populasi
optimal pada komoditi tersebut. Sebagai bahan baku industri sorgum manis
merupakan salah satu sumber gula potensial, dapat mendukung industri gula,
sirup maupun alkohol. Karena itu diperlukan varietas unggul sorgum manis yang
beradaptasi pada kondisi lahan sub optimal dengan berbagai faktor pembatas
pertumbuhan maupun produksi tanaman. Faktor iklim meliputi curah hujan eratik,
suhu dan kelembaban yang ekstrim juga menjadi faktor pembatas perlu
diperhatikan karena umumnya sorgum ditanam pada lahan kering dengan sumber
air sangat tergantung pada curah hujan. Aklimatisasi benih maupun tanaman
sorgum manis berupa modifikasi suhu dan kelembaban dapat membantu untuk
meningkatkan atau mempertahankan produksi gula brix pada sorgum manis,
sekaligus dapat menjadi acuan untuk menentukan daerah yang sesuai untuk
pengembangannya.
Sementara itu tanaman gandum merupakan salah satu tanaman serealia
yang memiliki arti ekonomi sangat penting di Indonesia. Jenis gandum
diklasifikasikan berdasarkan tekstur dan warna bijinya yaitu gandum hard wheat
dengan kandungan protein 11 – 17 % untuk bahan baku roti, gandum soft wheat
dengan kandungan protein 6-11% memiliki kandungan gluten yang lemah (wheat
gluten) untuk bahan baku kue dan biskuit sedangkan gandum durum untuk bahan
baku makaroni, spageti, dan produk lainnya dalam bentuk pasta. Hasil olahan biji
gandum berupa tepung terigu adalah bahan pangan terbesar kedua setelah beras.
Konsumsi tepung terigu per kapita di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya
seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan semakin membaiknya gizi
masyarakat terutama di perkotaan yaitu mulai dari 6,18 kg/kapita pada tahun 1984
menjadi 15,84 kg/kapita pada tahun 2003, dan meningkat menjadi 16,9 kg/kapita
pada tahun 2005. Berdasarkan data Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia
(APTINDO), konsumsi terigu Indonesia meningkat sangat signifikan dari 9,9 kg per
kapita pada 2002, menjadi 17,11 kg per kapita pada 2007 atau sekitar 12% dari
konsumsi pangan Indonesia dan pada tahun 2009 diproyeksikan mencapai 17,7
kg/kapita. Karena itu, impor gandum juga terus membengkak dimana pada tahun
2003 hanya sekitar 3,736 juta ton, pada tahun 2005 mencapai 4,5 juta ton.
Dengan demikian, Indonesia kini menjadi negara pengimpor gandum terbesar
kelima di dunia dengan laju impor sebesar 2,6%/tahun (Adnyana et al., 2006).
Badan Pusat Statistik mencatat pada tahun 2006 Indonesia mengimpor gandum
sebesar 4,64 juta ton (US$ 676.420.000), sedangkan pada tahun 2007 impor
gandum menjadi 4,77 juta ton (US$ 697.524.000). Hal ini berdampak negatif bagi
bangsa Indonesia karena selain membuat ketergantungan terhadap biji gandum
dari negara lain, juga menguras devisa negara dengan jumlah yang cukup besar.
Jika dikaji lebih lanjut, kebijakan impor terigu bukan suatu solusi untuk
menjawab peningkatan permintaan kebutuhan terigu di dalam negeri. Justru
sebaliknya, kebijakan inilah yang menjadi masalah besar bagi Indonesia karena
nilai impor terigu membengkak setiap tahunnya. Dengan harga tepung terigu saat
ini sebesar US$ 593/ton, maka dibutuhkan devisa negara sekitar US$ 2,4 miliar
atau Rp 22,1 triliun per tahun.
Tanaman Gandum (Triticum aestivum. L) pada dasarnya dapat beradaptasi
baik di Indonesia, terutama di daerah pada ketinggian 1000 – 3000 m dpl dengan
pengairan yang baik, tanah lempung berpasir dan daerah arid serta semi arid. Pada
ketinggian tersebut sangat sesuai bagi tanaman gandum yang memerlukan suhu
rendah untuk proses vernalisasi. Saunders (1988) mengemukakan bahwa dengan
pengairan, pemupukan, dan pemeliharaan yang sesuai, hasil gandum dapat
mencapai 5 t/ha dan akan semakin menurun pada ketinggian tempat yang lebih
rendah. Hasil penelitian Balitsereal menunjukkan bahwa gandum di dataran tinggi
Malino (1350 m dpl) dapat mencapai hasil 3 – 5 t/ha (Hamdani et al., 2002). Hasil
evaluasi terhadap gandum mutan yang dihasilkan oleh BATAN berkisar antara 4.5
– 6.5 t/ha di Tosari (Hamdani et al., 2009).
Meskipun tanaman gandum mampu memberikan hasil yang tinggi pada
daerah ketinggian > 1000 m dpl, namun pengembangan gandum pada daerah
tersebut akan bersaing dengan tanaman hortikultura (sayuran dan buah-buahan).
Diharapkan melalui kegiatan penelitian, Indonesia akan dapat mengembangkan
gandum tropis yang sesuai untuk daerah dataran rendah sehingga pada suatu saat
nanti budidaya gandum tidak lagi terbatas hanya di dataran tinggi saja.
Program peningkatan jagung nasional melalui peningkatan produktivitas
dan perluasan areal tanam akan berlangsung pada berbagai lingkungan atau agro-
ekosistem yang beragam mulai dari lingkungan berproduktivitas tinggi (lahan
subur) sampai yang berproduktivitas rendah (baik lahan sawah maupun lahan
kering). Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat tercapainya swasembada jagung
berkelanjutan. Untuk itu diperlukan penyediaan teknologi produksi jagung yang
beragam dan spesifik lingkungan.
Budidaya jagung dengan pendekatan PTT diharapkan mampu memberikan
produktivitas dan pendapatan petani yang optimal karena terjadinya efisiensi
produksi, terlebih jika penerapannya didasarkan pada peningkatan IP. Peningkatan
IP baik pada lahan sawah maupun lahan kering dalam skala luas diharapkan dapat
meningkatkan luas areal panen dan produksi jagung nasional serta ekonomi
masyarakat yang terkait. Hal ini mengingat penambahan luas baku lahan untuk
pertanian masih sulit dilakukan karena memerlukan biaya yang cukup besar. Di
lain pihak penyusutan lahan baku pertanian terus berlangsung dan masih sulit
untuk dikendalikan mengingat kepentingan berbagai pihak mulai dari perumahan,
industri, dan lainnya. Areal lahan sawah maupun lahan kering yang ada, dan telah
dimanfaatkan dengan tanaman pangan, tidak semuanya berpotensi dapat
ditingkatkan indeks pertanaman (IP) nya. Namun tidak menutup kemungkinan
diantaranya masih terdapat peluang untuk dapat ditingkatkan IP nya, jika
dicermati secara seksama dengan mempertimbangkan potensi yang ada, terutama
potensi sumber air tanah dangkal. Areal lahan sawah tadah hujan yang ada, diduga
sebagian besar mempunyai potensi sumber air tanah dangkal yang selama ini
belum dimanfaatkan. Oleh karena itu, agar peningkatan IP jagung ini dapat terujud
maka perlu dilakukan identifikasi wilayah potensial untuk peningkatan IP
berdasarkan potensi yang ada di setiap daerah, sehingga akan diperoleh peta
wilayah pengembangan jagung melalui peningkatan IP.
Upaya peningkatan produktivitas jagung nasional yang saat ini rata-ratanya
masih rendah (4,7 t/ha), berikut peningkatan efisiensi dan pendapatan
usahataninya, akan terwujud diantaranya dengan pemberian hara/pupuk secara
berimbang, yaitu pemberian pupuk disesuaikan dengan spesifik lokasi dan
jenisnya. Pemberian pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tanaman, terlebih pada
pola tanam jagung dengan peningkatan IP yang diduga masih tersedia residu
pupuk di dalam tanah. Dengan demikian maka penghematan penggunaan pupuk
dapat terujud. Selain itu, mengingat ratio kenaikan harga pupuk dengan harga biji
jagung semakin meningkat, yang berarti nilai keuntungan yang diperoleh petani
tidak seiring dengan kenaikan harga pupuk, untuk itu efisiensi dalam pemupukan
sangat diperlukan.
Demikian juga pada lahan sawah, biasanya untuk pemberian pupuk dalam
satu pola tanam padi-jagung hanya memperhitungkan takaran pupuk dalam satu
komoditas tanpa memperhitungkan residu pupuk dari pertanaman sebelumnya.
Pupuk yang diberikan ke dalam tanah tidak semuanya dapat diserap oleh tanaman.
Oleh karena itu penggunaan pupuk anorganik yang diaplikasikan pada lahan sawah
tadah hujan harus dihitung dalam satu pola tanam padi-jagung dengan
mempertimbangkan residu pupuk pada setiap musim tanam. Tanpa
mempertimbangkan residu pupuk pada pertanaman sebelumnya akan terjadi
akumulasi hara yang dapat menyebabkan keseimbangan hara dalam tanah
terganggu.
Pemanfaatan lahan secara intensif dengan penanaman secara
berkelanjutan dapat memperburuk kesuburan dan tekstur tanah. Penambahan
bahan organik, selain berfungsi sebagai sumber hara bagi tanaman dalam jangka
panjang, juga berfungsi untuk memperbaiki tekstur tanah. Pemanfaatan bahan
organik dari limbah tanaman jagung, selain bermanfaat langsung sebagai mulsa
juga dalam jangka panjang dapat berfungsi sebagai sumber hara bagi tanaman
insitu, namun memerlukan proses perombakan limbah tersebut yang cukup lama.
Oleh karena itu diperlukan mikroorganisme dekomposer yang dapat merombak
limbah batang tanaman jagung secara cepat, sehingga limbah tanaman dapat
diproses insitu dan tidak perlu lagi mengangkut limbah keluar lahan. Dengan
demikian usahatani jagung dapat berkelanjutan dan efisien.
Salah satu masalah dalam produksi benih dari F1 hibrida silang tunggal
adalah rendahnya hasil benih yang dihasilkan (hanya berkisar 1,0-1,5 ton per
hektar) dibanding hasil benih jagung komposit yang dapat mencapai 4-5 ton per
hektar tergantung kelas benih yang dihasilkan dan jenis varietasnya. Hal tersebut
yang antara lain menyebabkan harga benih F1 cukup mahal mencapai Rp.40.000,-
sampai Rp.60.000,-/kg. Pada tiga tahun terakhir ini penanaman jagung hibrida di
Indonesia cukup melejit, dan mencapai luasan sekitar 56% dari total luas panen
jagung. Mengingat harga benih jagung hibrida yang telah mencapai Rp 40.000-
Rp 60.000,-/kg, maka penyediaan benih jagung hibrida produk Badan Libang
Pertanian yang telah dikembangkan perlu ditingkatkan produktivitasnya agar para
konsumen dapat memperoleh benih hibrida dengan harga yang terjangkau.
Penyediaan benih di tingkat petani bersumber pada bantuan pemerintah,
penyimpanan petani, membeli di kios pasar, atau meminjam ke petani lain. Pada
umumnya penanaman jagung masih mengandalkan curah hujan sehingga
kebutuhan benih di tiap wilayah memerhatikan luas areal tanam dan pola curah
hujan yang ada.
Adanya efek samping yang sangat berbahaya bagi kesehatan mahluk hidup
dengan menggunakan bahan kimia untuk pengendalian organisme pengganggu
tanaman, telah mulai mengubah polapikir konsumen unntuk mengkonsumsi
tanaman yang tidak diberi perlakuan pestisida. Pengembangan pengendalian
secara biologis dengan memanfaatkan musuh-musuh alami yang di Indonesia
dikenal dengan pengendalian hayati, akan ramah lingkungan.
Berdasarkan uraian di atas, Badan Litbang Pertanian melalui Balai
Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal) telah menghasilkan inovasi teknologi
untuk mendukung peningkatan produksi serealia baik melalui penyediaan varietas
unggul baru maupun teknologi produksi dan pascapanen. Pada Tahun 2016,
Balitsereal telah melepas 7 varietas unggul serealia yang terdiri atas 4 varietas
jagung hibrida, 1 varietas jagung komposit, 1 varietas sorgum dan 1 varietas
gandum. Selain itu, pendekatan lain yang dilakukan untuk peningkatan
produktivitas hasil jagung adalah menerapkan prinsip Pengelolaan Tanaman
Terpadu (PTT), melalui Sekolah Lapangan (SL). Balitsereal secara aktif berperan
dalam memberikan dukungan dan pendampingan SL-PTT di Indonesia. Program
introduksi benih hibrida (Bima-1 sampai Bima- 20 URI) juga telah ditampilkan pada
demonstrasi plot dan uji adaptasi di Laboratorium Lapang.
Selain komoditas jagung, peningkatan produksi sejumlah komoditas sereal
penting lainnya juga diupayakan seperti gandum, sorgum, jewawut dan jali. Saat
ini pemerintah sedang berupaya mengeksplorasi sumber energi yang berasal dari
bahan baku nabati seperti tanaman sorgum yang berpeluang sebagai penghasil
alkohol atau bioetanol. Berdasarkan hal tersebut penyelamatan sumberdaya
genetik sebagai bahan dalam perakitan varietas unggul baru perlu mendapat
perhatian serius.
Koleksi, karakterisasi, dan evaluasi plasma nutfah sebagai dasar untuk
memperoleh sumber genetik unggul terus dilakukan. Pembentukan varietas unggul
baru untuk pangan dan pakan yang diarahkan pada potensi hasil tinggi harus
didasarkan pada sifat ketahanan terhadap hama/penyakit utama dan kesesuaian
terhadap target lingkungan spesifik wilayah. Wilayah marjinal dengan
permasalahan utama seperti kesuburan tanah rendah, tingkat kemasaman tanah
tinggi, dan ancaman kekeringan merupakan wilayah target pengembangan jagung
ke depan. Teknologi ramah lingkungan terus digali, dan pemanfaatan alat dan
mesin pertanian untuk mendukung efisiensi produksi dan peningkatan kualitas
hasil juga terus diteliti dan dikembangkan. Diseminasi beberapa varietas unggul
baru (VUB) yang produktif dan efisien terus dilakukan di beberapa wilayah sasaran,
khususnya melalui peningkatan kapasitas Unit Produksi Benih Sumber (UPBS)
jagung bersari bebas dan hibrida.
I. PLASMA NUTFAH
Sumber Daya Genetik Tanaman Jagung dan Serealia Potensial yaitu
diperoleh 1.000 aksesi. Untuk kegiatan Koleksi, Rejuvinasi, Karakterisasi, dan
Evaluasi Sumber Daya Genetik Tanaman Serealia diperoleh sebanyak 726 aksesi
(Tabel 6). Kegiatan Penelitian Analisis Genotip Berbasis Marka Molekuler (Jagung,
Gandum, dan Sorgum) Menunjang Perakitan Varietas Unggul diperoleh sebanyak
274 aksesi (Tabel 7).
Tabel 6. Jumlah aksesi dari hasil penelitan Koleksi, Rejuvinasi, Karakterisasi, Dan Evaluasi Sumber Daya Genetik Tanaman Serealia, Tahun 2017.
Kegiatan Jenis Serealia Jumlah
Koleksi/Eksplorasi
Jagung 52
Sorgum 5
Jewawut 2
Hermada 5
Total 64
Karakterisasi Jagung 31
Sorgum 39
Total 70
Rejuvinasi Jagung 264
Sorgum 90
Jewawut 31
Total 385
Evaluasi Cekaman Biotik Kumbang Bubuk 33
Bulai 82
Karat Daun 92
Total 207
Total SDG 2017 726
A. Eksplorasi dan koleksi plasma nutfah serealia
Eksplorasi telah dilaksanakan di dua propinsi yaitu propinsi Sulawesi
Tengah dan Nusa Tenggara Barat. Jumlah aksesi yang berhasil dikumpulkan di
propinsi Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Barat masing-masing 35 dan 28
aksesi serta ditambah satu aksesi dari peneliti. Dengan demikian jumlah aksesi
yang berhasil di eksplorasi tahun 2017 sebanyak 64 aksesi (Tabel 12).
Tabel 12. Jumlah aksesi plasma nutfah serealia yang baru yang terkumpul pada tahun 2017
No
Propinsi
Kabupaten
Kecamatan
Jenis tanaman serealia
Jum-
lah
Ja-
gun
g
Sor-
gum
Jew
a
wut
Her-
ma-
da
1 Sulawesi
Tengah
1. Sigi
2. Parigi Moutong
3. Poso
4.Tojo Una-Una
5.Luwuk
- Dolo Selatan
- Palu Utara
+Parigi
* Poso Pesisir
Utara
* Poso Pesisir
* Lage
* Ulu Bongka
- Luwuk
- Balantak
- Balantak
Selatan
- Kintom
- Luwuk Utara
- Luwuk Timur
1
1
2
1
6
2
3
1
3
3
3
1
7
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
1
2
1
6
2
3
1
3
3
3
1
8
J u m l a h 34 1 35
2 NTB 1.Lombok Utara
2.Lombok
Tengah
3.Lombok Timur
4.Sumbawa Besar
5.Kota Bima
- Bayan
- Gangga
* Pujut
- Sikur
- Masbagik
* Three
- Mpunda
- Palibelo
- Rasanae Timur
- Wawo
1
3
3
1
3
1
1
1
4
-
1
-
1
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
1
-
1
-
-
-
-
-
-
-
2
2
-
1
2
3
4
1
3
1
4
3
6
1
J u m l a h 18 3 2 5 28
Peneliti 1.Prof Suarni - 1 - - 1
J u m l a h - 1 - - 1
Total 52 5 2 5 64
B. Rejuvinasi Plasma Nutfah Serealia
Komoditas serealia yang direjuvinasi adalah jagung, sorgum, dan jewawut.
Kegiatan ini dilakukan di KP Maros (surjan) dan rumah kawat.
B.1. Rejuvinasi Plasma Nutfah Jagung
Kegiatan ini dilakukan beberapa kali penanaman secara bertahap di
lokasi yang sama. Setiap aksesi dilakukan persilangan sendiri (selfing) untuk
menjaga kemurnian sesuai dengan daerah asalnya.Hasil rejuvinasi yang
diperoleh dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Daftar hasil rejuvinasi aksesi plasma nutfah jagung, KP. Maros 2017
No
Urut
No.
Kolek-
si
Bobot
biji
(g)
Warna biji
No
Urut
No.
Kolek-
si
Bobot
biji
(g)
Warna biji
1 2 461 kuning 30 78 165 putih
2 3 217 Putih 31 80 1.017 Putih
3 4 539 putih 32 82 386 Putih
4 6 497 Putih 33 84 899 Merah
5 7 309 Putih 34 84-B 200 putih
6 8 358 Putih 35 84-C 195 kuning
7 9 1.217 Kuning 36 85 655 Kuning
8 10 718 Kuning 37 85-A 872 Kuning &
kemerahan
9 11 823 Kuning 38 86 1.169 Kuning & putih
10 12 524 Kuning 39 88 330 Merah
11 47 305 Kuning,ungu,putih 40 89 424 Merah
12 48 760 Kuning, putih,
ungu
41 93 500 Kuning besar
13 56 2.180 Putih (KIMA) 42 95 637 kuning
14 57 665 Kuning,putih 43 97 1.055 merah
15 58 900 Kuning,mutiara 44 98 230 orange
16 59 710 putih 45 100 128 Ungu
17 60 445 Kuning 46 101 1.390 Putih
18 62 430 Putih 47 102 708 Putihn & kuning
19 63 505 Putih pulut 48 103 758 putih
20 64 765 Kuning kecil 49 104 569 putih
21 65 300 Putih pulut 50 105 1.250 Putih
22 66 510 Putih kecil 51 106 2.060 Putih besar &
kuning
23 69 507 Kuning+putih 52 107 210 putih
24 70 447 Putih 53 108 885 Kuning
25 70-B 291 Kuning +putih 54 110 1.097 Putih
26 71 515 Putih bersih 55 111 177 Putih
27 72 165 putih 56 112 553 Kuning & putih
28 76 976 Putih besar 57 114 53 Putih kecil
29 77 1.003 Putih 58 139 369 kuning
Lanjutan Table 13. ......
No
Urut
No.
Kolek-
si
Bobot
biji
(g)
Warna biji
No
Urut
No.
Kolek-
si
Bobot
biji
(g)
Warna biji
59 149 294 Orange,besar 99 304 165 orange
60 164 135 Kng kemrahn 100 305 340 orange
61 165 132 Merah 101 306 178 ungu
62 173 148 Kuning 102 307 220 Ungu
63 183 165 Kng kmrhan 103 308 115 Merah
64 198 a 183 Putih 104 309 640 Pth ada krput
65 198 b 285 Putih 105 311 140 Ungu
66 202 227 merah 106 315 295 Putih
67 211 676 merah 107 319 842 Kuning kemerahan
68 212 117 hitam 108 325 326 Putih
69 219 83 Kuning 109 339 105 putih
70 226 249 Kuning pucat 110 341 417 Kuning kemerahan
71 226-B 18 Kuning kemerhan 111 342 626 Kuning
72 227-B 265 kuning 112 344 572 Kuning
73 228 303 Putih 113 345 871 Kuning
74 290 360 Merah 114 348 412 Merah
75 291 740 Kuning 115 349 1.143 Kuning
76 234 388 Putih kecil 116 352 1.114 Kuning
77 235 431 Putih pulut 117 354 399 Kuning
78 237 393 Kuning 118 355 243 Kuning
79 238 137 Putih 119 356 235 Kuning
80 239 105 Putih 120 358 380 Kuning&putih
81 240 199 Kuning 121 359 970 Putih
82 240-A 27 Putih 122 361 522 Putih
83 240-B 106 kuning 123 362-a 622 Putih
84 241 24 Putih, jggl pth 124 363-a 445 Putih
85 241-A 90 Putih,jggl mrh 125 365 806 Puti & ungu
86 242 151 Putih 126 366 425 Putih
87 243 39 Putih 127 368 219 Kuning
88 245 166 Hitam/ungu 128 404 173 Kuning
89 263 82 Putih 129 405 247 Kuning
90 271 222 Ungu 130 406 210 Kuning
91 271-A 560 Ungu,jggl pth 131 407 237 Ung,mrh,kng
92 271-B 101 Putih bsr jgl mrh 132 408 276 Kn kemrhan
93 271-C 141 merah 133 409 488 Kuning
94 273 425 Kuning 134 410 138 kuning
95 274 119 Putih 135 416 194 Kng, mrh
96 275 154 Putih 136 417 409 Kng, merah
97 275-A 207 Putih,kecil 137 418 258 Kuning
98 301 155 Kning kecil 138 419 354 Kuning
Lanjutan Table 13. .........
No
Urut
No.
Kolek-
si
Bobot
biji
(g)
Warna biji
No
Urut
No.
Kolek-
si
Bobot
biji
(g)
Warna biji
139 420 437 Merah 181 687 950 Putih
140 421 130 Kuning 182 688 1.006 Kuning
141 423 266 Kng, mrh 183 690 130 kuning
142 424 175 merah 184 691 1.497 Ungu, putih,
kuning
143 425 638 Orange 185 692 899 Putih pulut
144 426 254 Putih 186 693 1.272 kemerahan
145 427 169 Kuning 187 693-A 793 Kuning+putih
146 429 507 Orange 188 700 560 Kuning
147 433 109 Kuning 189 701 1.245 Kuning
148 451 90 Kemrhan 190 701-A 223 Merah
149 452 265 Kuning 191 702 996 Merah bata
150 459 A1 350 Merah 192 702-A 553 Merah
151 459 A2 344 Kng, mrh 193 702-B 140 Merah pekat
152 465 215 Putih 194 702-C 233 Merah kehitaman
153 486 111 Kuning 195 703 323 Hitam & merah
154 488 345 Putih 196 704 935 Hitam, kuning,
merah
155 489 386 Putih 197 706 506 Merah
156 490 200 Putih 198 707 316 Merah & kuning
157 491 799 putih 199 709 190 Merah
158 494 235 Putih 200 710 495 Merah & kuning
159 495 257 Putih 201 748 764 Kuning
160 537 212 Pth, kng 202 748-A 307 merah
161 552 237 Ungu 203 749 452 Putih
162 553 269 Ungu 204 750 822 Putih
163 561 939 Orange, jgl mrh 205 751 744 Ungu
164 562 714 Kuning,jgl putih 206 752 714 Putih
165 567 669 Putih 207 753 632 Putih
166 568 380 putih 208 754 705 Putih
167 569 1.273 kuning 209 773 795 kuning
168 571 1.093 ungu 210 774 1.970 Kuning besar
169 572 827 ungu 211 775 359 Merah
170 575 176 putih 212 775-A 501 Coklat/kmrhan
171 622 222 Kemerahan 213 775-B 36 Putih
172 664 292 Putih 214 776 1.170 Kuning
173 680 455 ungu 215 777 51 Kuning kmrhn
174 681 284 Kemerahan 216 778 25 Putih besar
175 681-A 337 Orange 217 779 558 Kuning
176 681-B 106 kuning 218 780 62 Ungu
177 682 385 Kuning kmrhn 219 781 34 Mrh khitaman
178 682-B 355 Putih besar 220 781 233 Merah
179 685 158 putih 221 781-A 139 Kemerahan
180 686 792 Ungu+putih 222 781-B 63 kuning
Lanjutan Table 13. ....
No
Urut
No.
Kolek
si
Bobot
biji (g)
Warna biji
No
Urut
No.
Kolek
si
Bobot
biji (g)
Warna biji
223 782 172 Merah
224 782-A 38 Kemerahan
225 782-B 492 Kuning
226 783 902 kuning
227 783-A 678 Kuning besar
228 784 63 Merah
229 784-A 352 Coklat/kmrhn
230 786 527 Putih
231 787 236 Kuning pucat
232 788 288 Ungu
233 789 584 Putih
234 790 233 Putih
235 791 42 Ungu
236 793 503 Putih
237 794 324 Kuning
238 794-A 51 putih
239 795 68 Ungu
240 796 317 Putih
241 797 107 Kuning pucat
242 798 274 Putih
243 799 504 Kuning besar
244 800 277 Putih
245 801 287 Ungu
246 804 1.026 Putih
247 805 162 Putih
248 806 760 Putih
249 807 354 putih
250 808 970 Orange
251 809 686 Kuning kemrhn
252 810 587 Putih pulut
253 811 687 Putih besar
254 812 126 Putih susu/plt
255 813 710 Kuning pucat
256 814 227 Putih besar
257 816 1.156 Kuning kemrhn
258 817 326 Putih pulut
259 818 175 Putih
260 819 408 Putih bsr-sdg
261 820 97 Putih
262 821 519 Putih
263 822 306 Putih pulut
264 823 417 Putih besar
B.2. Rejuvinasi plasma nutfah sorgum
Rejuvinasi sorgum dilaksanakan di Surjan KP. Maros pada SM II tahun
2017. Hasil dari 90 aksesi yang direjuvinasi dapat dilihat padaTabel 14.
Tabel. 14. Daftar hasil rejuvinasi aksesi plasma nutfah sorgum, KP. Maros 2017
No
Urut
No.
Kolek-
si
Bobot
biji
(g)
Warna biji No
Urut
No.
Kolek-
si
Bobot
biji
(g)
Warna biji
1 7 1.802 Merah 36 125 2.225 Krem Kelabu
2 8 2.523 Putih 37 127 929 Putih,bersih,bsar
3 8-a 1.247 Putih keunguan 38 128 927 Putih/krem
4 14 835 Krem kecil 39 130 2.166 Merah
5 15 430 Krem kecil 40 131 1.396 Krem
6 16 128 Krem 41 133 432 krem
7 17 1.144 Hitam 42 134 1.390 Krem
8 40 955 Kemerahan 43 135 843 Coklat
9 43 1.343 Kemerahan 44 136 1.472 Kemerahan
10 45 316 Krem 45 138 1.541 Merah
11 47 822 Merah 46 139 a 1.938 Merah
12 48 855 Ungu 47 139 b 849 Kelabu
13 50 1.208 Krem 48 141 691 Merah
14 51 1.303 Krem 49 142 3.326 Coklat
15 55 2.139 krem 50 143 1.693 Coklat
16 72 429 Coklat pekat 51 144 1.589 Coklat pekat
17 99 3.353 Hitam 52 145 1.089 Merah pekat
18 100** 1.056 Kemerahan 53 145 a 580 Merah muda
19 109 337 Kemerahan 54 146 2.284 Coklat pekat
20 109-a 1.098 Krem 55 147 2.183 Coklat/krem
21 109-b 1.265 Kemerahan 56 149 1.285 Merah
22 111 634 Coklat pekat 57 150 1.926 Merah
23 112 2.029 Krem kelabu 58 151 1.562 Coklat
24 113 1.315 Krem kecoklatan 59 152 2.010 Merah
25 114 2.843 Putih 60 153 1.445 Kelabu
26 115 2.312 Merah 61 154 2.131 Kelabu kemerahan
27 117 1.201 Putih/krem 62 155 1.915 Merah muda
28 118 2.066 Putih/krem 63 156 944 Krem
29 119 2.694 Coklat 64 157 777 Krem
30 120 4.242 Putih kelabu 65 158 1.739 Krem
31 120-b 172 Krem,
bersih,besar
66 159 1.751 Putih, bersih, besar
32 121 2.298 Kelbu 67 160 1.389 Putih
33 122 19 kelabu 68 161 430 Kelabu
34 123 366 Kelabu 69 162 1.760 Merah muda
35 124 1.049 Putih kelabu 70 163 2.495 Kelabu
Lanjutan Tabel 14. ....
No
Urut
No.
Kolek-
si
Bobot
biji
(g)
Warna biji
No
Urut
No.
Kolek-
si
Bobot
biji
(g)
Warna biji
71 164 1.340 Merah muda 81 173 1.027 Coklat
72 165 492 Coklat/kelabu 82 174 1.521 Merah
73 166 53 Merah pekat 83 175 791 coklat
74 167 1.000 Merah 84 176 773 Coklat
75 168 2.110 Krem kelabu 85 177 1.328 Coklat
76 169 2.877 Putih 86 178 1.614 Krem kotor
77 170 1.489 Merah 87 180 1.682 Putih/krem
78 171 ** 1.143 Merah pekat 88 182 1.059 Putih
79 171-a 781 Merah pekat 89 183 896 Hitam
80 172 1.825 Merah 90 198 412 Kelabu
** = tanamannya tinggi
B.3. Rejuvinasi plasma nutfah jewawut
Rejuvinasi plasma nutfah jewawut dilaksanakan dalam rumah kawat untuk
menghindari serangan burung. Kegiatan ini dilakukan pada SM II 2017 sebanyak
31 aksesi. Kegiatan ini terlambat dilaksanakan karena pada awal SM I masih
banyak hujan sehingga penanamannya dilakukan pada akhir SM II. Hasil
rejuvinasi atau perbanyakan jewawut TA 2017 dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Daftar hasil rejuvinasi plasma nutfah jewawut. KP. Maros, 2017
No. No.
Aksesi
Jumlah
(g)
Warna biji No. No.
Aksesi
Jumlah
(g)
Warna biji
1 1 490 Krem 16 81 58 Coklat
2 4 1.345 Krem 17 85 348 Krem kmrhan
3 8 1.688 Krem, besar 18 85-a 68 coklat
4 12 1.185 Kecoklatan, besar 19 87 304 Krem
5 13 1.206 Merah, kecil 20 88 322 Krem
6 31 290 Coklat 21 90 250 Krem, besar
7 40 1.039 Krem kecoklatan,
besar
22 91 306 Krem keckltn
8 52 1.227 Krem, besar 23 95 487 Krem
9 54 1.082 Krem, besar 24 96 634 Krem
10 59 1.287 Krem, besar 25 99 474 krem
11 63 1.782 Mrah kcokltn, kecil 26 100 71 Orange besar
12 68 1.173 Krem 27 103-a 447 Krem
13 70 2.140 Kelabu besar 28 103-b 553 Krem
14 78 30 Krem, besar 29 105 56 Krem besar
15 79 206 krem 30 108 395 coklat
31 117 363 coklat
2. Database plasma nutfah tanaman serealia
Data data yang dikumpulkan berdasarkan hasil penelitian tahun tahun
sebelumnya, disamping hasil eksplorasi dan hasil penelitian tahun 2017 dan 2017.
3. Karakterisasi sifat agronomis plasma nutfah serealia
Kegiatan ini terdiri dari dua sub kegiatan yaitu karakterisasi sifat agronomis
jagung dan sorgum masing-masing 40 dan 27 aksesi. Kegiatan ini dilaksanakan
KP. Maros.
3.1. Karakterisasi Sifat Agronomis Plasma Nutfah Jagung
Penelitian ini dilaksanakan di KP. Maros. Jumlah aksesi yang dikarakterisasi
sebanyak 31 aksesi. Karakter agronomis yang diamati berdasarkan prosedur uji
DUS (Distinctness, Uniformity, Stability) yang ditentukan oleh UPOV (UPOV, 2009).
Selain itu pengamatan berdasarkan CIMMYT maize descriptors juga dilakukan
guna meningkatkan mutu penelitian.
Tabel 17. Karakter agronomis 31 aksesi plasma nutfah jagung untuk karakter 1-
15. Maros 2017
No. Nomor
Aksesi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1. 1A 5 3 2 5 3 5 1 9 55 59 0.00 8.11 3 1 13.8
2. 2 5 4 2 3 3 3 2 9 42 45 0.00 8.70 3 1 15.6
3. 3 5 2 2 1 3 5 2 5 53 55 0.00 9.09 3 1 13.6
4. 4 9 3 2 3 5 5 2 9 44 46 3.85 3.85 3 1 10.4
5. 6 3 2 2 3 3 3 1 7 46 48 0.00 6.90 3 1 13.2
6. 7 7 3 2 3 3 5 1 7 44 49 0.00 11.54 3 1 14.8
7. 8 1 2 2 5 3 5 2 9 55 58 50.00 50.00 3 1 14.2
8. 9 3 2 2 3 3 5 1 5 58 60 0.00 0.00 1 1 15.0
9. 10 1 4 2 5 3 5 1 5 48 52 0.00 0.00 3 1 14.0
10. 11 5 2 2 5 5 5 2 1 53 55 0.00 18.75 3 1 14.4
11. 12 7 4 2 5 1 3 2 7 55 57 7.69 30.77 1 5 14.4
12. 76 5 3 2 3 1 5 1 9 55 58 3.13 15.63 3 1 16.2
13. 77 3 3 2 5 3 5 1 9 53 56 0.00 0.00 3 1 16.4
14. 80 9 5 2 3 3 3 2 9 49 48 18.18 18.18 1 1 16.0
15. 85 7 5 2 5 3 5 1 9 53 55 18.18 18.18 3 1 12.6
16. 85A 7 5 2 5 3 3 2 9 53 55 0.00 0.00 3 1 12.4
17. 86 9 3 2 5 1 5 2 9 53 55 0.00 0.00 3 1 19.0
18. 93 7 2 2 5 3 5 2 9 53 56 8.00 44.00 5 1 13.6
19 97 9 3 2 3 1 3 2 7 53 56 3.70 25.93 5 3 13.0
20. 100 1 2 2 5 1 5 1 9 53 56 26.32 63.16 3 1 18.4
21. 101 5 3 2 5 3 5 1 9 58 62 31.82 31.82 3 3 14.0
22. 102 9 2 2 5 3 5 1 9 55 58 23.53 35.29 3 1 15.8
23. 103 5 2 2 5 3 5 1 9 55 58 0.00 0.00 1 1 16.4
24. 104 5 3 2 5 1 5 3 9 58 60 21.74 21.74 1 7 15.0
25. 105 7 2 2 5 1 5 2 9 55 57 0.00 0.00 1 1 16.0
26. 106 7 4 2 5 1 1 1 9 55 58 32.00 30.00 3 3 15.6
27. 107 3 3 2 5 1 5 2 9 55 58 0.00 11.76 3 3 12.8
28. 108 7 4 2 5 3 5 1 9 48 51 0.00 0.00 3 1 18.0
29. 111 7 4 2 5 3 5 2 5 46 48 35.29 35.29 3 3 9.6
30. 112 9 2 2 5 1 5 1 7 46 48 0.00 0.00 1 5 17.8
31. 114 7 3 2 3 5 5 3 9 46 48 18.18 18.18 3 1 9.0
Keterangan:
1 = Daun : Antosianin daun
pertama
6 = Daun : Pola helai daun 11 = Persentase rebah
akar (%)
2 = Daun : Bentuk ujung
daun pertama
7 = Batang:= Derajat Zigzag
batang
12 = Persentase rebah
akar (%)
3 = Daun : Intensitas warna
hijau daun
8 = Batang : Antosianin akar
tunjang
13 = Persentase rebah
batang (%)
4 = Daun : Mengombaknya
tepi daun
9 = Umur Anthesis (hari) 14 = Malai : Sudut Malai
5 = Daun : Sudut antara
daun dan batang
10 = Umur bunga betina (hari) 15 = Malai : Letak cabang
samping utama
Lanjutan Tabel 17. Karakter agronomis 31 aksesi plasma nutfah jagung untuk karakter 16-30
No. No.
Aksesi 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1. 1A 14.8 25 28.6 1.1 1 3 9 1 101.26 9.76 245 164.2 2.36 3 1
2. 2 14.2 21.5 24.2 8.1 1 3 9 3 89.2 8.6 169.6 79.8 2.37 3 1
3. 3 8.6 28 24.2 4.88 1 5 9 5 85 9.5 156.2 84 2.51 1 1
4. 4 7.8 25.8 17.32 5.18 1 5 7 5 70.8 7.8 165.8 106.4 1.86 5 1
5. 6 14.2 30.6 29.8 8.16 1 3 7 1 87.4 9.82 191 110.4 2.88 1 1
6. 7 14.2 24.6 21 2.9 1 3 3 3 80 8.18 152 72.2 1.68 1 1
7. 8 14.2 26 28.4 4.7 1 5 7 1 89.6 8.38 230.6 136.6 2.76 1 1
8. 9 10.2 20.6 18 4.14 3 5 9 1 90.2 9.7 164.2 101.6 2.52 1 1
9. 10 13 23.8 28.8 4.74 1 3 7 1 96.7 9.68 212.2 120.6 2.3 1 1
10. 11 11 28 27.8 4.86 1 5 3 1 89.2 10.9 211.4 128.2 2.24 1 1
11. 12 11.6 29 30.4 3.38 1 5 9 3 101.2 10.98 207 140.8 2.38 1 1
12. 76 13.2 28.2 26.8 5.68 1 5 9 3 98.6 9.1 251 152 2.58 1 1
13. 77 15.4 20.6 25.2 7.66 1 3 9 1 95.8 9.8 231 126.2 2.12 1 4
14. 80 16.2 25 27.4 4 1 3 9 5 86.8 10.14 197.4 106.2 2.44 3 1
15. 85 12.2 26.8 24.4 6.46 3 5 7 1 99.2 10.1 230.4 150.4 2.18 1 1
16. 85A 13 15.4 2.8 14.4 1 3 7 1 94.4 9.46 232.6 135.6 2.42 1 1
17. 86 13 24.2 25.8 3.24 1 3 7 5 87.6 9.62 218.6 135.6 2.5 1 2
18. 93 12.2 21.2 23 4.98 3 3 7 1 98 10.3 230.4 150.4 2.84 1 1
19 97 14.2 12.4 3.8 17.6 1 3 7 5 86.8 10.04 222.2 136.6 2.32 1 1
20. 100 13.4 33 24 5.04 1 5 1 5 94.4 9.9 200.4 122 2.14 3 1
21. 101 13.6 30 20.34 10.72 5 5 9 5 93.4 8.68 243.6 152 2.24 5 1
22. 102 16.2 27.4 27.6 3.66 7 3 9 5 104.2 9.38 253.8 156.2 1.94 1 1
23. 103 14.2 22.4 23.4 6.28 1 3 7 1 94.2 10.76 217.2 139.2 2.54 1 1
24. 104 16.6 29 33 3.14 1 5 7 1 95.4 10.32 222 149.8 3.14 1 1
25. 105 14.4 19.6 30.4 2.38 3 5 9 5 103.6 10.18 196.2 116.2 2.86 1 1
26. 106 15.4 22.6 24.4 5.48 5 3 9 1 96.6 11.3 240 157.8 3.42 1 1
27. 107 14.2 21 22.6 5.28 3 5 9 5 90.6 8.08 194 126 2.14 5 1
28. 108 16.4 21 25.3 4.36 1 3 9 5 98.8 10.14 228.8 122.8 2.38 5 2
29. 111 11.8 26.8 28.2 10.3 1 3 7 1 73.4 8.9 114.6 61 2.48 1 1
30. 112 17.8 26 26.04 21.58 1 3 7 5 99.2 10.2 250 157.8 2.22 5 1
31. 114 8.2 23 21.2 6.92 1 3 1 1 72.4 7.56 121.8 54.8 1.86 1 1
Keterangan:
16 = Malai : Panjang Poros Utama diatas Cabang Samping Terbawah (cm) 24 = Daun : Panjang Daun (cm)
17 = Malai : Panjang Poros Utama diatas Cabang Samping bagian lebih atas (cm) 25 = Daun : Lebar Daun (cm)
18 = Malai : Panjang Cabang Samping Utama (cm) 26 = Tinggi Tanaman (cm)
19 = Malai : Panjang Malai (cm) 27 = Tinggi Letak Tongkol (cm)
20 = Malai : Antosianin Kepala Sari yang masih segar 28 = Diameter batang (cm)
21 = Malai : Kerapatan bulir 29 = Batang : Antosianin Batang
22 = Tongkol : Antosianin rambut tongkol 30 = Tongkol : Penutupan klobot
23 = Daun : Antosianin seludang daun (daun pertengahan tinggi tanaman)
Tabel 18. Karakter agronomis 31 aksesi plasma nutfah jagung untuk karakter 31-44
No. Nomor
Aksesi 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
1. 1A 15.5 2.69 1 2 14.4 25.4 2 Merah 23.89 33.4 27.6 1.2 102 16
2. 2 14.1 3.84 1 3 10.8 23.4 1 Kuning-orange 9.416 38.4 28.4 0.684 92 16
3. 3 11.72 3.56 1 3 9.2 19.4 2 Putih 8.008 18 15.1 0.815 92 6
4. 4 12.6 2.98 1 2 9.2 24 2 Putih 9.304 25.6 15.4 0.593 92 20
5. 6 15.48 4.36 1 3 11.2 22.8 2 Putih 8.324 31.3 27.3 1.558 92 22
6. 7 12.24 3.26 1 2 11.6 20.6 2 Putih 7.768 21.8 22.2 0.811 92 18
7. 8 15.42 3.31 1 3 11.6 22.4 2 Putih 8.514 29.3 24.2 1.2 102 22
8. 9 13.6 2.02 1 3 12 23.4 1 Kuning 9.12 28 27.9 1.2 110 36
9. 10 16.32 4.02 1 3 12 24.6 2 Kuning 8.152 27.2 24.5 0.8 102 22
10. 11 17 5.09 1 2 14 24.2 2 Kuning 9.496 34.3 27.9 2 102 20
11. 12 15.18 4.23 1 3 12 21.4 2 Kuning 9.332 35 29.4 0.8 102 6
12. 76 17.88 4.07 1 2 12.8 19 2 Putih 10.18 40.8 29.6 1.4 102 28
13. 77 18.8 4.10 1 2 10 21 2 Putih 10.286 40.1 29.5 1.3 102 18
14. 80 15.58 38.8 1 2 9.2 25.2 2 Putih 9.668 35.5 21.9 1.4 102 22
15. 85 16.7 4.15 1 3 12.4 18.6 1 Kuning 9.282 35.5 27.3 1.3 102 22
16. 85A 15.1 3.82 1 2 10.8 26 1 Kuning 9.726 30.7 23.5 0.8 102 24
17. 86 15.5 2.02 1 2 12.8 29.2 1 Kuning 9.188 36.9 25.3 1.2 110 28
19. 93 19.18 3.67 1 3 9.6 16.4 2 Kuning 10.198 36.2 26.3 1.5 102 22
20. 97 15.24 3.90 3 3 10.8 19 2 Merah 9.13 39.4 29.6 1.4 102 24
21. 100 14.8 3.77 1 2 10.8 13.2 2 Ungu 9.236 32.5 28.7 0.9 102 16
22. 101 18.48 3.35 1 2 11 14.2 2 Putih 7.9 26.8 32.8 1.5 102 34
23. 102 20.08 3.73 1 3 11.6 24.2 2 Putih-Kuning 9.548 37.4 27.6 1.4 102 32
24. 103 15.8 3.84 1 2 10.4 16.6 2 Putih 8.62 24.6 28 0.8 102 18
25. 104 19.32 2.03 1 2 12.8 23.6 2 Putih 9.2 38 23 1.1 110 36
26. 105 21.12 2.02 1 2 12 24.4 2 Kuning 9.528 26.7 23.7 1.2 110 22
27. 106 17.94 2.02 1 2 12.4 19.2 2 Kuning-Putih 9.558 35.6 26.3 1.3 110 16
28. 107 13.3 3.58 1 3 11.6 17.2 2 Putih 8.762 39.4 29.9 1 102 10
29. 108 17.4 4.52 1 3 14.8 17.6 2 Kuning-Merah 9.496 37.5 29.8 1.5 102 10
30. 111 11.22 2.5 1 2 10 19 2 Putih Pulut 9.29 14.7 13.1 0.757 110 12
31. 112 19.2 3.97 1 3 10.8 20.8 2 Kuning-Putih 9.304 37.1 26.7 1.3 92 6
32. 114 9.06 3.2 1 3 10 14.75 2 Putih Pulut 7.678 15.4 14.4 0.79 92 6
Keterangan :
31 = Tongkol : Panjang (cm) 38 = Tongkol = Warna Biji
32 = Tongkol : Diameter (mm) 39 = Tongkol = Lebar Biji (mm)
33 = Tongkol : Warna Jenggel 40 = Berat 100 biji (gr)
34 = Tongkol : Bentuk 41 = Kadar Air Panen
35 = Tongkol : Jumlah Baris biji 42 = Berat 10 tongkol (kg)
36 = Tongkol : Jumlah biji per baris 43 = Umur Panen (HST)
37 = Tongkol : Tipe Biji 44 = Persentase Prolifik
Dengan mencermati beberapa karakter agronomispenentu hasil biji yang
mempengaruhi pemilihan sumber genetik bagi pemulia, maka terdapat 10 aksesi
plasma nutfah jagung yang dapat direkomendasikan dalam pemuliaan tanaman
jagung (Tabel 19).
Tabel 19. Plasma nutfah jagung yang dapat direkomendasikan dalam pemuliaan
tanaman jagung Tahun 2017.
No.
Aksesi
Karakter Morfologis
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
6 191 110.4 46 48 1 1.56 15.48 4.36 11.2 22.8 22 Putih
11 211.4 128.2 53 55 1 2.0 17.00 5.09 14 24.2 20 Kuning
76 251 152 55 58 1 1.4 17.88 4.07 12.8 19 28 Putih
80 197.4 106.2 46 49 1 1.4 15.58 3.88 9.2 25.2 22 Putih
85 230.4 150.4 53 55 1 1.3 16.7 4.16 12.4 18.6 22 Kuning
93 230.4 150.4 53 56 1 1.5 19.18 36.75 9.6 16.4 22
97 222.2 136.6 53 56 1 1.4 15.24 39.06 10.8 19 24 Merah
101 243.6 152 58 62 1 1.5 18.48 3.35 11 14.2 34 Putih
102 253.8 156.2 55 58 1 1.4 20.08 3.73 11.6 24.2 32
Putih-
Kuning
108 228.8 122.8 48 51 2 1.5 17.4 4.52 14.8 17.6 10
Kuning-
Merah
Keterangan:
1. Tinggi Tanaman
2. Tinggi Letak Tongkol
3. Umur berbungan Jantan
4. Umur Berbunga Betina
5. Penutupan Klobot
6. Berat 10 tongkol
7. Panjang Tongkol
8. Diameter Tongkol
9. Jumlah Baris
10. Jumlah Biji per baris
11. Persentase Prolifik
12. Warna Biji
Kesepuluh aksesi plasma nutfah jagung menunjukkan rasio tinggi tanaman
dengan tinggi letak tongkol berkisar 53,67% - 65,28%. Plasma nutfah jagung
dengan nomor aksesi 108 memiliki tinggi letak tongkol pada pertengahan tinggi
tanaman dengan rasio 53,67%.
3.2. Karakterisasi Sifat Agronomis Plasma Nutfah Sorgum
Karakterisasi sorgum ini dilaksanakan di KP. Maros pada Semester II
Karakterisasi plasma nutfah sorgum dilakukan terhadap 39 aksesi yang
dikoleksi dari tiga sumber yakni 3 aksesi dari Propinsi Nusa Tenggara Barat, 34
aksesi koleksi peneliti Balitsereal dan 2 aksesi lainnya dari Demak dan Hermada
(Tabel 20).
Tabel 20. Aksesi plasma nutfah sorgum yang dikarakterisasi ada Tahun 2017.
No Nomor
Aksesi Asal Tahun Koleksi
1 15 Desa Wonda Kecamatan Wolowaru Kabupaten
Ende Nusa Tenggara Barat 2013
2 17 Desa Hobatuwea Kecamatan Leo Timur
Kabupaten Ende Nusa Tenggara Barat 2013
3 55 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014
4 112 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014
5 113 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014
6 114 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014
7 119 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014
8 120 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014
9 124 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014
10 125 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014
11 127 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014
12 128 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014
13 139 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014
14 139-A Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014
15 142 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014
16 145 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014
17 147 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014
18 156 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014
19 159 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014
20 133 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014
21 163-A Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014
22 168 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014
23 169 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014
24 170 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014
25 171 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014
26 172 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014
27 173 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014
28 173-A Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014
29 174 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014
30 175 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014
31 175-A Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014
32 177 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014
33 178 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014
34 179 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014
35 180 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014
36 181 Koleksi Balitsereal (Ir. Fatmawati, MSi) 2014
37 182 Lokal Demak 2015
38 183 Hermada 2014
39 184 Lokal Bima-1 2015
23
Tabel 21. Karakter agronomis 39 aksesi plasma nutfah sorgum untuk karakter 1-15
NO Nomor
Aksesi
Karakter Agronomis Plasma Nutfah Sorgum
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 15 3 5 1 1 258 2 5 89.1 8.36 39.18 6.22 1 56 4 3
2 17 3 5 1 7 245.4 1.8 5 71.16 6.6 39.32 5.4 1 54 3 5
3 55 3 5 1 1 202.4 2.44 5 61.8 9.34 33.16 8.5 1 61 1 5
4 112 3 3 1 1 204.2 2.7 5 74.2 9.38 58 5.86 1 61 1 5
5 113 3 3 1 1 227.6 2.42 5 68.8 9.2 41.86 7.46 1 60 1 5
6 114 3 3 1 1 238.6 2.28 5 60.8 9.2 38.12 7.8 1 60 1 5
7 119 3 3 1 1 263.6 2.56 5 66.7 9 39.54 5.92 3 60 1 5
8 120 3 3 1 1 238 2.3 5 73.8 9 57.74 6.72 1 58 2 5
9 124 3 3 1 1 220.4 2.2 5 57.8 9.7 32.6 6.02 1 54 4 5
10 125 3 3 1 1 242.2 2.06 5 60.3 9.32 35.2 6.84 1 60 4 7
11 127 3 3 1 1 236.6 2.18 5 68.2 9.34 26.8 7.4 1 61 3 5
12 128 3 3 1 1 142.6 2.3 5 40.7 9.46 52 7.82 1 61 3 7
13 139 3 5 1 1 199 2.68 7 83.3 8.48 50.9 5.92 3 60 3 7
14 139-A 3 5 1 1 199 2.74 7 77.78 8.52 53.34 7.06 3 61 3 7
15 142 3 3 1 1 237 2 5 75.3 9.04 28.44 15.12 1 61 3 7
16 145 3 7 1 1 202 2.68 7 69.06 9.06 62.68 7.92 3 61 3 7
17 147 3 5 1 1 297 2.6 7 75.94 8.6 49.6 6.86 3 61 5 3
18 156 3 3 1 1 180 2 7 78.98 9 58.1 7.72 1 58 6 5
19 159 3 3 1 1 221.4 1.96 5 84.6 10 58.62 8.12 1 61 4 5
20 133 3 3 1 1 167 1.18 7 67 6.82 55.42 7.34 1 58 4 5
21 163-A 3 3 1 1 134.6 1.38 5 82.1 7.96 57.44 7.84 1 61 2 5
22 168 3 3 1 1 173 1.52 5 69.36 8.66 34.45 7.25 1 64 4 3
23 169 3 3 1 1 219.6 2.46 7 74.6 9.78 49.1 8.76 1 64 3 5
24 170 3 3 1 1 299 2.66 5 70.04 7.54 40.2 6.7 3 61 4 1
24
25 171 3 5 1 1 268 2.54 7 86.7 8.42 52.12 6.6 3 58 3 1
26 172 3 5 1 1 255 2.62 7 76.4 8.7 50.8 7.5 3 60 3 5
27 173 3 5 1 1 178.4 2.4 7 80.2 9.16 56.7 7.12 3 58 3 5
28 173-A 3 5 1 1 344.6 2.36 5 73.14 8.94 53.2 7 3 61 4 3
29 174 3 5 1 1 332.6 2.84 7 68.26 9.78 41.8 8.5 3 58 5 1
30 175 3 3 1 1 303.6 2.74 5 79.5 8.3 53.7 7 3 58 6 7
31 175-A 3 5 1 1 251.2 2.2 5 62.5 5.86 42.3 5.9 3 60 4 3
32 177 3 3 1 1 269.8 2.26 5 73.32 8.14 42 6.96 3 61 3 3
33 178 3 3 1 1 231.6 2.4 5 63.18 9.24 37.3 5.9 1 60 4 5
34 179 3 3 1 1 257 2.76 5 66.12 9.7 44.8 7.96 1 60 4 9
35 180 3 5 1 1 243 2.525 5 65.56 10.28 49.78 9.56 1 60 2 7
36 181 3 3 1 1 246 2.52 5 70.8 9.36 43.4 8.26 1 60 3 5
37 182 3 3 1 1 160 2.34 5 72.84 9.62 51.2 9.1 1 60 4 5
38 183 3 3 1 5 200.4 1.5 5 74 6.44 45.4 5.4 3 60 3 5
39 184 3 3 1 1 244.8 2.8 5 66.38 8.02 36.8 4.6 1 60 4 5
Keterangan
1 = Warna Antosianin Sisi Dorsal daun I 9 = Lebar Helai Daun pada daun ketiga dari malai (cm)
2 = Warna Antosianin Selubung Daun I 10 = Panjang Daun Bendera (cm)
3 = Warna Antosianin helai daun 11 = Lebar Daun Bendera (cm)
4 = Malai: Antosianin Kelopak Bunga 12 = Daun: Perpanjangan perubahan warna midrid (pelepah) pada daun bendera
5 = Tinggi Tanaman saat tanaman masak fisiologis (cm) 13 = Umur Munculnya Malai (HST)
6 = Diameter Batang pada 1/3 tinggi tanaman saat masak
fisiologis (cm)
14 = Malai : Warna kelopak saat malai mulai berbunga
7 = Intensitas warna hijau daun yang diamati saat muncul
malai
15 = Malai : Kepadatan Malai saat tua
8 = Panjang helai Daun pada daun ketiga dari malai (cm)
25
Tabel 22. Karakter agronomis 39 aksesi plasma nutfah sorgum untuk karakter 16-28
NO Nomor
Aksesi
Karakter Agronomis Plasma Nutfah Sorgum
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
1 15 35.1 11.08 1 2.461 3.21 Coklat-Merah 6.28 1.9 2.5 120 0 14.286 8.32
2 17 29.8 16.1 1 2.422 3.374 Hitam 5.8 1.8 2.1 108 1 27.273 11.2
3 55 19 3.9 2 2.896 4.552 Krem 7.08 3.2 4 98 0 4.7619 5.32
4 112 21.4 2.75 2 2.786 4.442 Putih abu-abu 6.46 3.2 4 98 0 15 4.84
5 113 20.9 0.3 2 3.132 4.714 Putih 7.5 4 4.2 98 0 9.5238 5.18
6 114 20.16 2.06 2 2.964 4.708 Putih 8.48 3 4 98 0 35 2.28
7 119 23.9 1.04 2 2.944 4.57 Coklat 11.36 4 4.3 98 1 16.667 6.4
8 120 22.5 2.52 2 3.064 4.494 Krem 12.72 3 3.3 98 0 14.286 5.48
9 124 22 4.58 1 2.826 4.054 Putih abu-abu 7.1 2.3 2.4 98 2 4.5455 4.58
10 125 22.72 1.8 2 2.792 3.984 Putih abu-abu 5.68 2 3 98 1.75 15.789 5.46
11 127 19.9 1.84 2 2.896 4.23 Putih 6.62 2.4 3.2 98 1 5.2632 5.58
12 128 26.8 0.9 3 2.798 3.866 Putih 3.94 2 2.1 98 0 0 2.26
13 139 22.66 0.72 3 2.998 4.618 Merah 12.7 3 3.5 98 0 15.789 6.18
14 139-A 18.8 0.94 3 2.954 4.198 Merah 8.1 3 5 98 1.5 10 7
15 142 16.9 5.35 3 2.582 4.55 Coklat 24.9 2.3 3.3 98 1.5 20 5.1
16 145 21.8 2.34 3 2.83 4.314 Merah 8.5 2.1 3 98 1 5.5556 7.14
17 147 31.86 3.58 1 2.704 4.162 Coklat Kemerahan 15.7 5 4 98 0 12.5 4.68
18 156 33.4 0.52 3 2.296 3.626 Krem 6 1.1 2 98 0 5 11.4
19 159 21.1 3.22 1 3.152 4.52 Putih 9.82 3 3.9 98 1 13.636 5
20 133 15.96 15.76 3 2.832 4.12 Putih 12.54 0.9 1 98 1 5.2632 4.32
21 163-A 28.9 1.18 2 2.848 4.366 Putih abu-abu 6.6 1.2 1.6 108 0 10 8.24
22 168 19.6 1.3 5 2.826 4.084 Putih abu-abu 19.7 1 2 108 2 10 5.9
23 169 13.4 1.54 3 2.688 4.122 Putih 21.5 2.6 3 98 0 9.5238 3.6
24 170 23.1 8.7 5 3.114 3.33 Merah 9.92 2.3 3.8 98 1 28.571 9.5
26
25 171 24 1.64 5 2.752 3.942 Merah 18.5 3.8 4.5 98 2 4.7619 5.3
26 172 18.78 2.78 1 2.988 4.23 Merah 14.28 5.8 6 98 1.6667 30 3.78
27 173 15.2 2.38 2 2.632 3.312 Coklat 11.96 2.5 3 98 1 0 2
28 173-A 30 9.02 1 2.418 3.704 Coklat 15.5 3.6 4 98 1 28.571 8.04
29 174 25.8 6.98 2 2.87 3.806 Merah 13.3 4 5 98 1.75 35.294 5.26
30 175 24.86 2.14 2 2.758 4.064 Coklat 13.7 5.3 5.5 98 1 11.765 5.4
31 175-A 24.86 2.14 1 2.58 4.296 Coklat 16.2 3 4 98 1 5.5556 6.6
32 177 25.4 3.38 1 2.828 4.128 Merah 19.1 2.4 3 98 3.25 6.25 6.12
33 178 11.3 1.1 1 2.656 3.93 Krem 25.3 3.4 4.5 98 0 5.8824 4.6
34 179 20.22 2.36 2 2.838 4.434 Putih 17.9 4 4.5 98 3.5 15.789 5.24
35 180 12.2 1.34 2 2.768 4.64 Putih 14.5 4 4.5 98 0 16.667 5.1
36 181 22.28 1.68 2 3.16 4.814 Putih 14.8 4.6 5.5 98 0 0 8.975
37 182 12.6 1.04 1 2.712 3.916 Putih 9.8 2 3 98 1 0 4.2
38 183 8.5 3.9 2 2.554 3.274 Hitam/Hermada 7.9 1.2 1.9 98 1.6667 20.833 23.9
39 184 46.82 3.18 1 2.892 4.156 Hitam 6.06 1.5 2.7 120 0 0 13.8
Keterangan:
16 = Malai : Panjang Malai (cm) 23 = Batang : Biomassa Batang (kg)
17 = Malai : Panjang Tangkai Malai (cm) 24 = Biomassa keselurahan tanaman tanpa malai (kg)
18 = Malai : Bentuk Malai saat masak fisiologis 25 = Umur Panen (Hari Setelah Tanam)
19 = Malai : Panjang Biji 26 = Batang : Jumlah cabang tangkai pada tangkai utama
20 = Malai : Tebal Biji (mm) 27 = Batang : Persentase Rebah Batang
21 = Malai : Warna Biji 28 = Malai : Panjang cabang utama malai (cm)
22 = Batang : Kadar Gula
Hasil karakterisasi 39 aksesi plasma nutfah sorgum yang telah dilakukan didapatkan tiga aksesi
plasma nutfah sorgum yang memiliki kadar gula brix cukup tinggi yakni nomor aksesi 142, 169
dan 178 masing-masing 24,9%, 21,5 dan 25,3%. Ketiga aksesi ini dapat dipertimbangakan dalam
pengembangan sorgum manis.Adapun beberapa karakter agronomis ketiga aksesi plasma nutfah
tersebut sebagai berikut (Tabel 23).
Tabel 23. Karakterisasi agronomis 3 aksesi plasma nutfah sorgum dengan kandungan kadar gula
brix tinggi
Nomor
Aksesi
Karakter agronomis
1 2 3 4 5 6 7 8
142 237 2 61 98 2.3 24.9 7 16.9
169 219.6 2.46 64 98 2.6 21.5 5 13.4
178 231.6 2.4 60 98 3.4 25.3 5 11.3
Keterangan:
1. Tinggi Tanaman
2. Diameter Batang
3. Umur Berbunga
4. Umur Panen
5. Biomassa Batang
6. Kadar Gula Brix
7. Kerapatan Malai
8. Panjang Malai
4. Evaluasi Plasma Nutfah Jagung terhadap Cekaman Biotik
4.1. Evaluasi Plasma Nutfah Jagung terhadap Cekaman Kumbang Bubuk
Populasi F1
Rata-rata jumlah populasi F1 S. zeamais yang dihasilkan berkisar dari 0 sampai 171,5
ekor. Dari 33 entry yang diuji ada 12 aksesi yang memperlihatkan rata-rata populasi projeni
baru yang muncul (F1) lebih rendah dan yang lebih kecil dari 10 ekor yaitu nomor aksesi 7, 10,
11, 12, 100, 101, 102, 104, 116, 121, 126, 753, dan yang memperlihatkan jumlah populasi projeni
baru yang muncul (F1) yang tinggi dari lima ekor ada 21 aksesi (Tabel 24).
Meningkatnya populasi projeni baru (F1) S. zeamais menyebabkan semakin berat
infestasinya dan semakin tinggi kerentanannya yang dihasilkan dengan kata lain bahwa semakin
peka aksesi tersebut terhadap S. Zeamais. Munculnya populasi projeni baru (F1) S. zeamais
berkorelasi positif dengan kerentan suatu galur. Kekerasan butir jagung merupakan faktor
penting pada permulaan infestasi serangga S. zeamais dan lebih menyukai butir yang lunak
karena lebih mudah meletakkan telur (Seshagiri 1953).
Adentuji (1988) melaporkan bahwa jumlah serangga dewasa F1 merupakan akibat dari
antibiosis dan berkorelasi dengan jumlah telur yang diletakkan oleh S. zeamais, yang tergantung
pada ketidak sukaan untuk melakukan oviposisi. Dengan meningkatnya populasi projeni baru
yang muncul (F1) maka nilai indeks kerentanan semakin besar dan mengakibatkan varietas/galur
tersebut semakin peka terhadap hama kumbang bubuk S. zeamais, dan berkorelasi positif antara
indeks kerentanan dengan populasi projeni baru yang muncul (F1). Indeks kerentanan berkorelasi
dengan faktor-faktor seperti penurunan bobot biji, jumlah projeni F1, kekerasan biji, dan laju
peningkatan populasi serangga (Classen et.al., 1990).
Ketahanan varietas/galur ini juga sangat dipengaruhi oleh kekerasan biji, komposisi kimia
biji salah satu adanya komposisi asam fenolat biji. Kekerasan biji sangat dipengaruhi oleh
kandungan asam fenolat biji, semakin tinggi asam fenolat biji semakin keras biji tersebut sehingga
untuk infestasi telur sangat rendah (Classen et.al., 1990). Peningkatan kandungan asam fenolik
biji mengakibatkan projeni baru yang muncul (F1) semakin rendah. Gudrups et al. (2001)
melaporkan bahwa peningkatan ukuran biji yang dikombinasikan dengan karakteristik biji lainnya
seperti tekstur biji, menghasilkan penurunan tingkat kerentanan terhadap kumbang S. zeamais.
Kerusakan biji
Pada Tabel 24 terlihat bahwa ada 14 aksesi/entry yang menunjukkan persentase
kerusakan biji relatif rendah yang lebih kecil dari 10 persen yaitu entry nomor yaitu nomor aksesi
7, 10, 11, 12, 100, 101, 102, 104, 116, 121, 126, 745, 748, 753, dan lebih rendah dibanding
dengan beberapa aksesi/entry lainnya, rendahnya kerusakan biji tersebut sangat dipengaruhi
oleh populasi projeni baru yang muncul (F1), dan kemungkinan juga disebabkan entry tersebut
mengandung asam fenolik yang tinggi yang meyebabkan serangga S.zeamais sulit menembus
untuk meletakkan telur dan menyebabkan entry tersebut menghasilkan populasi F1 yang lebih
rendahdan mengakibatkan kerusakan biji juga lebih rendah. Komposisi asam fenolat pada
entry/galur tersebut lebih tinggi dibanding entry/galur lainnya yang dapat menyebabkan pericarp
biji lebih keras yang menyebabkan serangga sulit untuk meletakkan telur sehingga projeni baru
yang dihasilkan (F1) lebih rendah dan menakibatkan kerusakan biji juga lebih rendah. Tenrirawe
dan Tandiabang (2009) melaporkan bahwa dengan kandungan asam fenolik yang tinggi dapat
menyebabkan kerusakan biji lebih rendah dibanding dengan biji dengan kandungan fenolik yang
rendah. Classen et al. (1990) melaporkan bahwa populasi jagung dengan kandungan asam
fenolat yang tinggi pada kulit biji (perikarp) lebih resisten terhadap serangan hama gudang S.
zeamias dibanding dengan populasi jagung dengan kandungan asam fenolat yang rendah. Dobie
(1973) menemukan korelasi positif antara kelunakan varietas jagung dan kerentanannya
terhadap S. zeamais. Lebih lanjut Serratos et.al., (1987) melaporkan bahwa adanya suatu
kemungkinan peranan dari asam fenolik jagung sebagai penolak terhadap S. zeamais. Arnason
et al. (1994) melaporkan bahwa genotip resisten memiliki konsentrasi asam diferulic dalam
jumlah yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan genotip rentan. Lebih lanjut García-Lara et al.,
(2004) mengamati bahwa korelasi yang tinggi antara kekerasan kernel dan pericarp dinding sel
dari jagung resisten pada S. zeamais
Tabel 24. Rata-rata populasi Sitophilus zeamais dan kerusakan biji pada beberapa
aksesi/varietas plasmanutfah jagung. Lab hama 2017
No Nomor Aksesi Variabel Pengamatan
Rata-rata Populasi Serangga Rataa-rata Kerusakan biji (%)
1 2 10.5 9.3
2 4 19 13.7
3 6 171 51.3
4 7 7 4.1
5 8 12.5 5.4
6 9 34.5 12
7 10 0 0
8 11 0 0
9 12 4 5.8
0 80 14.5 12.8
11 86 130 47.5
12 98 25 16.2
13 100 6.5 3.5
14 101 5 5.1
15 102 6.5 4.7
16 104 0 0
17 108 21 12.3
18 116 0 0
19 121 6.5 3.8
20 125 171.5 72.3
21 126 5.5 7.1
22 137 32.5 33.2
23 745 33 9.7
24 746 163.5 49.1
25 747 37.5 29.2
26 748 10.5 5
27 753 9.5 5.1
28 756 25.5 18.2
29 757 42 19.2
30 759 32 22.1
31 760 12 14.6
32 785 73 23.4
33 786 23 10.9
4.2. Evaluasi plasma nutfah jagung terhadap cekaman penyakit bulai
Hasil pengamatan pada tanaman sumber inokulum di sekeliling galur uji yang ditanam 3
minggu sebelum penanaman tanaman perlakuan, menunjukkan bahwa penyakit bulai
menginfeksi sekitar 40 % pada sumber inokulum yang terletak pada sekeliling percobaan. Namun
pada sumber inokulum yang berada pada antar ulangan mencapai 100 %. Ketersediaan tanaman
sumber inokulum tersebut menyebabkan galur-galur uji dalam perlakuan, memperoleh infeksi
bulai yang optimal dan tidak adanya peluang terdapat galur yang terhindar (escape) dari sebaran
konidia penyakit bulai. Keadaan sumber inokulum yang optimal tersebut juga didukung oleh
adanya area pertanaman jagung di sekitar lokasi penelitian. yang terinfeksi berat penyakit bulai
dan keadaan iklim yang tergolong agak kering (Tabel 25). Keadaan iklim yang agak kering
menciptakan iklim mikro yang ideal pada permukaan daun, sehingga konidia yang hinggap pada
air gutasi kelopak daun, dapat menginfeksi sel jaringan lapisan efidermis tanaman secara optimal
sebelum kering oleh cekaman matahari.
Tabel 25. Keadaan iklim (suhu dan hari hujan) selama pertanaman, KP Bajeng 2017.
Umur (MST) Suhu (oC)
Hari Hujan(HH)
dalam setiap minggu Curah hujan
1 28 - 32 0 -
2 28 - 32 2 Sedang
3 27 - 33 2 Sedang
4 28 – 33 1 Ringan
5 28 - 32 0 -
6 28– 33 1 Ringan
7 27 - 32 0 -
8 27 – 33 0 -
9 29 – 33 0 -
10 28 – 31 0 -
11 27 – 32 1 Ringan
12 27 – 33 0 -
13 27 - 33 2 Sedang
14 27 – 34 2 Sedang
15 25 - 36 1 -
Keterangan :
MST = Minggu Setelah Tanam
Suhu, Hari Hujan (HH) dan Curah Hujan (Sedang dan rendah):
Sesuai dengan pengamatan langsung dalam setiap hari, Khusus suhu dengan menggunakan alat
Termometer Mercury, pengamatan pada pagi hari dan siang hari.
Indikasi sebaran penyakit bulai yang tinggi tersebut terlihat pada pengamatan 30 HST (Tabel 26),
Infeksi bulai sudah ditemukan menyebar pada galur-galur uji, berkisar 6,2% - 100%. Masa
inkubasi atau fase awal penetrasi sampai timbulnya gejala penyakit bulai sekitar 10-14 hari, dan
puncak serangan dilapangan yaitu pada 35 HST. (Pakki 2017). Kecenderungan infeksi yang
tinggi pada umur tanaman muda tersebut didukung oleh ketersediaan sumber inokulum yang
tinggi. Keadaan ini terekpresi dengan sebaran infeksi pada pembanding rentan telah mencapai
80%-100%.
Tabel 26. Intensitas serangan penyakit bulai pada 30 dan 45 Hari Setelah tanam
No urut
No/Kode
aksesi
pemulia
Rerata
tan. yg
tumbuh
Intensitas
Bulai pada 30
HST
Intesitas Bulai
pada 45 HST
Kriteria
Ketahanan
1 102 14 28,6 57,1 Rentan
2 98 16 68,9 81,1 Rentan
3 103 17 76,4 88,2 Rentan
4 97 11 45,4 72,7 Rentan
5 100 16 43,7 56,2 Rentan
6 107 15 60,0 66,6 Rentan
7 114 18 55,5 66,6 Rentan
8 104 7 71,4 100 Rentan
9 103 18 22,2 61,1 Rentan
10 110 14 100 100 Rentan
Rentan Anoman 20 100 100 Pemb. Rentan
Tahan Bima -3 20 0,00 5 Pemb. Tahan
11 187 13 61,5 76,9 Rentan
12 194 19 10,5 15,7 Agak tahan
13 196 17 70,5 88,2 Rentan
14 193 15 6,6 20 Agak tahan
15 188 18 22,2 66,6 Rentan
16 206 14 7,1 7,1 Tahan
17 213 19 21,0 21,0 Agak Tahan
18 203 15 20 20 Agak Tahan
19 198 20 55,0 100 Rentan
20 199 15 75 80 Rentan
Rentan Anoman 20 100 100 Pemb. Rentan
Tahan Bima-3 20 5 10 Pemb. Tahan
21 116 18 55,5 72,2 Rentan
22 119 18 61,1 66,6 Rentan
23 124 16 18,7 18,7 Agak Tahan
24 131 16 6,2 12,5 Agak Tahan
25 151 18 44,4 66,6 Rentan
26 173 20 100 100 Rentan
27 179 19 89,4 100 Rentan
28 184 15 80 80 Rentan
29 183 17 17,6 17,6 Agak Tahan
30 186 18 72,2 77,7 Rentan
Rentan Anoman 20 100 100 Pemb. Rentan
Tahan Bima-3 20 0 10 Pemb. Tahan
31 246 19 84,2 100 Rentan
32 248 20 50,0 70 Rentan
33 745 20 30,0 60,6 Rentan
34 264 20 60,0 70,0 Rentan
35 256 20 60,0 90,0 Rentan
36 249 20 50,0 90,0 Rentan
37 250 18 80,1 88,8 Rentan
38 253 17 76,4 94,1 Rentan
39 254 18 55,5 100 Rentan
40 252 20 35,0 85,0 Rentan
Rentan Anoman 20 100 100 Pemb. Rentan
Tahan Bima-3 20 0 5 Pemb. Tahan
41 230 20 60 70 Rentan
42 231 20 20 20 Agak Tahan
43 235 13 23,0 76,9 Rentan
44 237 20 15 65,0 Rentan
45 236 18 5,5 5,5 Tahan
46 238 18 77,7 83,3 Rentan
47 241 20 20 20 Agak Tahan
48 242 14 85,7 100 Rentan
49 243 12 100 100 Rentan
50 240 20 25 25 Agak Tahan
Rentan Anoman 20 100 100 Pemb. Rentan
Tahan Bima-3 20 0 5 Pemb. Tahan
51 87 16 62,5 81,2 Rentan
52 86 14 78,5 92,8 Rentan
53 9 20 15 15 Agak Tahan
54 8 18 77,7 88,8 Rentan
55 7 15 20 20 Agak Tahan
56 11 16 100 100 Rentan
57 6 16 62,5 99,0 Rentan
58 2 20 20 70 Rentan
59 3 18 11,1 66,6 Rentan
60 1-a 14 7,1 7,1 Tahan
Rentan Anoman 20 80 100 Pemb. Rentan
Tahan Bima-3 20 0 10 Pemb. Tahan
61 85 12 8,3 16,6 Agak Tahan
62 759 8 12,5 100 Rentan
63 760 16 18,7 50 Rentan
64 747 19 73,6 89,4 Rentan
65 748 20 75,0 75,0 Rentan
66 753 20 50,0 100 Rentan
67 756 14 71,4 85,7 Rentan
68 757 20 35 60,0 Rentan
69 784 16 6,2 6,2 Tahan
70 746 18 55,5 72,2 Rentan
Rentan Anoman 18 55,5 100 Pemb. Rentan
Tahan Bima—3 20 5 5 Pemb. Tahan
71 214 20 35 55,0 Rentan
72 215 16 56,2 75 Rentan
73 218 14 50 60 Rentan
74 210 18 11,1 16,6 Agak Tahan
75 216 18 55,5 72,2 Rentan
76 217 19 26,3 52,6 Rentan
77 218 18 22,2 66,6 Rentan
78 219 20 35,0 70,0 Rentan
79 227 16 56,2 75,0 Rentan
80 229 17 58,8 98,0 Rentan
Rentan Anoman 20 100 100 Pemb. Rentan
Tahan Bima-3 18 0 5 Pemb. Tahan
81 211 20 5 5 Tahan
82 786 20 70 100 Rentan
Keadaan sebaran yang cendrung meningkat berlanjut dan pada 45 HST, (Tabel 26),
dalam keadaan semua pembanding rentan (Anoman) telah mencapai intensitas 100%. Pada
aksesi uji telah ditemukan rerata intensitas sekitar 5%-100%. Keadaan serangan penyakit bulai
yang tinggi tersebut di dukung oleh kondisi iklim yang tergolong agak kering, sehingga konidia
bulai yang diproduksi dari tanaman sumber inokulum di sekeliling tanaman uji, mampu
menginfeksi baik pada setiap galur uji. Penularan bulai dapat terjadi apabila spora telah
menghasilkan konidia, melalui angina konidia kemudian berpindah ke tanaman sehat, hinggap
pada embun air di cerobong daun titik tumbuh, berkecambah dan kemudian konidia menginfeksi
tanaman. Selanjutnya bila respon genetik dari galur uji yang tidak mempunyai sifat ketahanan
terhadap penyakit bulai, maka konidia akan berkembang sempurna dalam sel-sel jaringgan
tanaman dan menyebabkan tanaman menjadi kerdil atau sebagain mati. Secara fisiologis suatu
tanaman yang terinfeksi cendawan patogen mengalami penurunan klorofil dan hormon,
penurunan laju fotosintesis dan peningkatan laju respirasi yang diikuti oleh meningkatnya enzim
oksidasi menyebabkan tanaman menjadi kerdil ( Farrar and Lewis 1987).
Pengamatan selanjutnya pada 45 HST (Tabel 2), 5 aksesi plasma nutfah yaitu aksesi 206,
236, 211, 1-a, 784, yang memperlihatkan reaksi yang rendah pada 35 HST, juga tetap tidak
mengalami peningkatan persentase infeksi bulai yang tinggi, hanya berkisar 5,0% sampai dengan
7,1%. Adanya tingkat intensitas yang lebih rendah tersebut sebagai akibat adanya respon
genetik yang berbeda dari setiap galur uji terhadap cekaman penyakit bulai yang disebabkan oleh
spesies P. philippinensis.
Aksesi uji lainnya yang tergolong agak tahan dengan intensitas serangan bulai berkisar
11-25% yaitu aksesi nomor 194, 193, 213, 203, 124, 131, 183, 231, 241, 240, 9, dan aksesi
nomor 7. Pada galur yang tergolong agak rentan, kompabilitas konidia P. philippiinensis dan
aksesi plasma nutfah yang diuji tergolong tinggi, keadaan ini memungkinkan miselia konidia
dapat berkembang dalam jaringan sel tanaman sehingga aksesi yang agak tahan tersebut,
populasi yang terinfeksi bulai mencapai sekitar 11% sampai dengan 25 %.
Ekspresi sifat tahan dan agak tahan dari setiap aksesi uji tersebut terukur oleh ciri sebaran
infeksi penyakit bulai pada semua pembanding rentan (Anoman) yang tersebar acak pada setiap
10 aksesi, mencapai 100% atau sebagian tanamannya mati. Demikian pula sebaliknya pada
pembanding tahan (Bima-3), hanya terinfeksi 5%-10%. Penggunaan varietas tahan dalam
pengendalian bulai adalah tergolong efektif, mudah dan murah dalam pemanfaatannya
(Wakman. 2000; Wakman dan Burhanuddin. 2007). Penemuan galur yang tergolong tahan
tersebut, dapat memperbanyak sumber ketahanan terhadap penyakit bulai. Memperluas
preferensi konsumen serta mendorong tersedianya calon varietas-varietas baru guna
menanggulangi cekaman penyakit bulai, terutama di daerah endemi.
Menilik data-data tersebut dengan jumlah aksesi yang tergolong tahan, yaitu berkisar
6,25 %, agak tahan 16,25% dan rentan 77,50% (Gambar 1). Kejadian intensitas tersebut
memberi gambaran bahwa persentase aksesi yang mempunyai sifat genetik tahan adalah
tergolong rendah yaitu berkisar 6,25 %. Gambaran penemuan rendahnya jumlah aksesi yang
tergolong tahan juga telah dilaporkan oleh Pakki et al. (2012); Pakki et al (2013); Pakki et al.
(2015) yaitu berkisar 5 %. Penemuan aksesi tahan terhadap penyakit bulai yang rendah tersebut
juga dihadapkan pada masalah bahwa pada umumnya aksesi tahan mempunyai produktivitas
yang rendah. Sehingga untuk memperoleh varietas unggul baru yang tahan penyakit bulai
dengan produktivitas yang tinggi memerlukan waktu yang lama dalam proses persilangan dan uji
lanjutan gabungan potensi hasilnya. Keadaan demikian memberi sinyal bahwa agar donor galur
tetua tahan penyakit bulai selalu tersedia, maka kegiatan skrining ketahanan terhadap penyakit
bulai, haruslah dilakukan secara berkelanjutan.
Gambar 1. Persentase sebaran respon infeksi dari 80 plasma nutfah jagung terhadap penyakit bulai yang disebabkan spesies P. philippinensis pada jagung.KP Bajeng 2017.
4.3. Evaluasi plasma nutfah jagung terhadap cekaman penyakit karat daun
No.
Urut
Nomor
Aksesi
Intensitas serangan (%) saat
tanaman berumur… Tingkat Ketahanan
50 HST 60 HST 70 HST
1 1-a 10 24 26 AgakTahan
2 2 2 6 30 AgakRentan
3 3 24 8 32 AgakRentan
4 4 20 38 74 Rentan
5 6 6 8 42 AgakRentan
6 7 16 18 32 AgakRentan
7 8 6 8 18 AgakTahan
8 9 14 26 42 AgakRentan
9 86 12 16 48 AgakRentan
10 87 24 22 52 Rentan
11 97 20 18 48 AgakRentan
12 98 30 14 28 AgakRentan
13 100 16 6 20 AgakTahan
14 101 24 20 46 AgakRentan
0
10
20
30
40
50
60
70
80
T AT R
T(Tahan)
AT(Agak Tahan)
R(Rentan)
15 102 12 36 44 AgakRentan
16 103 18 18 50 AgakRentan
17 104 6 26 46 AgakRentan
18 107 18 24 48 AgakRentan
19 110 20 4 46 AgakRentan
20 114 26 16 84 SangatRentan
21 116 26 20 54 Rentan
22 119 6 36 50 AgakRentan
23 124 0 20 44 AgakRentan
24 131 2 12 50 AgakRentan
25 151 10 32 54 Rentan
26 173 10 38 68 Rentan
27 179 18 14 42 AgakRentan
28 183 10 38 46 AgakRentan
29 184 10 28 48 AgakRentan
30 186 8 30 52 Rentan
31 187 14 34 58 Rentan
32 188 16 34 80 SangatRentan
33 193 4 30 54 Rentan
34 194 4 16 46 AgakRentan
35 196 40 36 88 SangatRentan
36 198 18 18 46 AgakRentan
37 199 8 48 58 Rentan
38 203 6 20 52 Rentan
39 206 4 30 42 AgakRentan
40 213 22 46 80 SangatRentan
41 214 22 42 78 SangatRentan
42 215 4 32 48 AgakRentan
43 218 10 6 22 AgakTahan
44 210 8 38 58 Rentan
45 216 6 14 24 AgakTahan
46 217 0 48 64 Rentan
47 218 6 8 28 AgakRentan
48 219 2 4 10 Tahan
49 227 14 18 34 AgakRentan
50 229 20 34 70 Rentan
51 230 26 40 54 Rentan
52 231 2 8 46 AgakRentan
53 235 18 20 62 Rentan
54 236 14 14 44 AgakRentan
55 237 6 18 50 AgakRentan
56 238 4 28 64 Rentan
57 240 26 28 52 Rentan
58 241 12 16 46 AgakRentan
59 242 24 8 52 Rentan
60 243 4 6 18 AgakTahan
71 246 4 10 36 AgakRentan
72 248 6 38 58 Rentan
73 249 8 26 70 Rentan
74 250 4 10 54 Rentan
75 252 6 26 54 Rentan
76 253 10 46 80 SangatRentan
77 254 14 42 58 Rentan
78 256 12 34 54 Rentan
79 264 8 34 60 Rentan
80 745 6 44 54 Rentan
81 746 4 22 46 AgakRentan
82 747 10 32 54 Rentan
83 748 4 48 58 Rentan
84 753 12 66 74 Rentan
85 756 14 68 70 Rentan
86 757 12 48 64 Rentan
87 759 2 40 48 AgakRentan
88 760 8 28 48 AgakRentan
89 784 12 48 54 Rentan
90 785 2 34 38 AgakRentan
91 BIMA 2 2 22 AgakTahan
92 ANOMAN 10 20 42 AgakRentan
Tabel 7. Jumlah aksesi dari hasil Penelitian Berbasis Marka Molekuler, Tahun 2017.
Jenis Serealia Jumlah
Jagung pulut anthosianin (ungu) 22
Jagung tahan cekaman penyakit bulai untuk pemetaan QTL 150
Karakterisasi sorgum manis 25
Identifikasi gen terpaut gula brix tinggi sorgum manis 9
Karakterisasi gandum toleran suhu tropis 37
Gandum yang mengandung gen yang toleran terhadap suhu tinggi 31
Total 274
Karakterisasi molekuler 45 inbrida jagung anthosianin berbasis marka SSR.
Dari total 45 inbrida jagung pulut anthosianin (ungu) yang dikarakterisasi berada pada
generasi 3 sampai generasi 7. Nampak generasi 3-4 pada umumnya masih memiliki homosigositas
<80%. Terdapat 17 (37,8%) inbrida yang masih memiliki homosigositas <80% dan 6 inbrida
memiliki persentase missing data >15% sehingga hanya 22 inbrida yang dianalisis lebih lanjut.
Inbrida-inbrida tersebut masih perlu ditingkatkan homosigositasnya sebelum dimasukkan ke
dalam program perakitan varietas hibrida atau sintetik. Selain itu marka SSR yang semula
direncanakan 50 lokus ternyata hanya 48 lokus yang dianalisis lebih lanjut karena dua lokus
monomorfis untuk 22 genotipe (Tabel 5).
Tabel 5. Persentase homosigositas dan missing data 45 inbrida jagung pulut anthosianin.
No. Inbrida jagung pulut anthosianin Homosigositas
(%) Missing data
(%)
1. PULUTS3-1-1-2-1-1B-B 0.94 0.00 2. PULUTS3-5-1-4-1B-B 0.80 0.02 3. PM10-2-4-4-1-4B-B 0.44 0.00 4. PUC3-1-1-1-1B-B 0.64 0.00 5. PUC 3-1-1-5B-B 0.64 0.00 6. PUT1-2-3-1B 0.54 0.00 7. PUT1-3-2-1B-1B 0.68 0.00 8. PUC1-1-1-1B 0.86 0.00 9. PUC2-1-1-7B 0.68 0.00 10. PUC3-1-1-3B 0.58 0.00 11. PUT1-11-1-1-1-1 0.82 0.00 12. PM5-1-1-1-1 0.72 0.00 13. PUC1-3-1-1-1B 0.70 0.00 14. PUMuda2-5-2-1-4-2 0.86 0.02 15. PUT1-2-3-1-6B 0.64 0.00
16. PUMudaXPARAMITHA 1-1-1-1 0.88 0.00 17. PUT1-3-2-3-2 0.86 0.00 18. PUT2-6-1-1-2 0.96 0.00 19. PUT1-2-3-5-1B-B 0.70 0.02 20. PUT1-2-3-3-2 0.80 0.00 21. PUT2-7-3-3-2 0.88 0.02 22. PUT2-4-3-3 0.90 0.02 23. PUT1-2-3-7-1 0.84 0.00 24. PUTXPARAMITHA4-1-1-3 0.58 0.02 25. PUTXPRT4-1-2-3-2 0.82 0.00 26. PUMuda2-8-2-1-6 0.88 0.02 27. PUMuda2-8-2-3-1 0.84 0.08 28. PUMuda2-3-3-3-1 0.86 0.02 29. PUMuda2-17-3-1-1 0.94 0.00 30. PUMuda1-10-8-1-2 0.64 0.00 31. PUT201602-3-1-4 0.88 0.22 32. PUT201602-1-1-1 0.82 0.06 33. PUT201602-4-1-1 0.78 0.00 34. PUT201602-5-1-3 0.90 0.16 35. PUT201603-1-1-1 0.94 0.28 36. PUT201603-2-3-1 0.86 0.06 37. PUT201603-3-1-1 0.84 0.06 38. PH201605-4-1-1 0.90 0.20 39. PMC201601-1-1-2 0.58 0.06 40. PMT201601-3-1-1 0.80 0.32 41. PUMudaXPRT1-1-1-1-1-4 0.86 0.00 42. PUMudaXPRT1-1-3-1-6 0.94 0.20 43. PUMuda2-7-2-1-1-1-1 0.56 0.02 44. PUMuda2-8-2-1-5-2-2 0.76 0.02 45. PUMuda2-8-2-2-3-6-1-4 0.86 0.02
Profil data SSR (Tabel 6) menggunakan program PowerMarker V3.25. Frekuensi alel
utama menunjukkan rentang 0,27 (bnlg1327 - 0,98 (umc1279) dengan skor rata-rata 0,63
(<0,95) atau jumlah alel per lokus SSR >2, mengindikasikan bahwa semua lokus ikut
berperan menentukan variasi genetik dari 22 inbrida yang diuji. Dari total 22 inbrida jagung
pulut anthosianin, observasi terendah sebanyak 18 sampel pada lokus bnlg391, rata-rata
observasi 22. Kisaran ketersediaan alel tinggi pada setiap aksesi, berkisar dari 0,91-1,00,
dengan nilai rata-rata 0,98, menunjukkan bahwa pada umumnya alel terdeteksi pada semua
genotipe yang dianalisis. Jumlah alel per lokus berkisar antara 2-8 alel, total 191 alel, rata-
rata 4,00. Keragaman genetik per berkisar antara 0,04 (umc1279) - 0,81 (bnlg1443), rata-
rata 0,43, menunjukkan tingkat polimorfisme yang tergolong informatif sedang. Skor
PIC<0,25 sebanyak 12 lokus SSR (25,00%), PIC>0,25-0,50 sebanyak 16 lokus SSR
(33,33%), sedangkan skor PIC>0,50 sebanyak 20 lokus SSR (41,67%). Nilai polimorfis (PIC)
dan keragaman genetik, tidak jauh berbeda satu dengan yang lain. Botstein et al. (1980)
mengemukakan bahwa lokus SSR berkisar dari sangat rendah yaitu 0,04 (lokus) sampai tinggi
yaitu 0,83 (lokus bnlg1443), rata-rata 0,48 tergolong sedang.
Dari total 48 lokus SSR yang digunakan dalam penelitian ini, tingkat polimorfisme (PIC)
nilai PIC (Polymorphism Information Content) dijadikan sebagai standar dalam mengevaluasi
marka genetik berdasarkan pita DNA hasil ampifikasi PCR, dengan mengelompokkan nilai PIC
menjadi 3 kelas yaitu PIC>0,5, tergolong sangat informatif, PIC 0,25-0,5, tergolong sedang,
dan PIC< 0,25 tergolong rendah.
Frekuensi alel berkisar antara -0,08-1,00. Terdapat sejumlah lokus yang memiliki PIC
relatif rendah tetapi frekuensi alilnya tinggi. Menurut Pauline (2013), lokus-lokus dengan nilai
PIC relatif rendah namun memiliki frekuensi alel tinggi masih dapat digunakan dalam program
pemuliaan untuk perbaikan tanaman.
Pemetaan QTL (Quantitative Trait Locy) ketahanan penyakit bulai pada jagung
Pembentukan populasi F2:3 untuk pemetaan jagung tahan cekaman penyakit bulai
dilakukan pada semester II. Tongkol F2 yang terseleksi untuk ditanam adalah populasi F2 no. 5
dan no. 17 (Gambar 2).
Gambar 2. Tongkol F2 terseleksi untuk pembentukan populasi F2:3 yang akan digunakan untuk kegiatan karakterisasi fenotipik di lapangan.
Dari kedua populasi tersebut di atas yang digunakan untuk membentuk populasi F2:3
adalah tongkol F2 no. 17 dimana diperoleh sebanyak 323 biji pipilan pada tongkol. Sedangkan
populasi F2 no. 5 sebagai cadangan. Biji yang sudah ditanam diambil DNA per individu tanaman
pada umur 4 minggu setelah tanam. Hasil ekstraksi DNA dapat dilihat pada. Total DNA yang
diperoleh berkisar 10 sampai >300 ng/ul larutan (Gambar 3). Terdapat sebanyak 35 individu yang
memiliki total DNA yang rendah akan dilakukan ekstraksi ulang. Sampel daun sebagai cadangan
sudah disiapkan.
Gambar 3. Penampilan sebagian stok DNA hasil ekstraksi populasi F2 jagung dari total 323 individu yang semuanya telah diekstraksi untuk persiapan genotyping (George et al. 2004 dan Khan et al. 2004).
Penampilan tanaman populasi F2 dari 323 biji dari satu tongkol dapat dilihat pada Gambar
4. Biji yang dihasilkan pada tongkol adalah biji F2:3, yang akan digunakan untuk phenotyping
yang datanya akan digabung dengan data genotyping untuk analisis pemetaan gen ketahanan
cekaman penyakit bulai pada jagung. Panen diperkirakan pertengahan Desember 2017. Dari
pengamatan di lapangan, yang berhasil sekitar 200 tongkol. Diharapkan dapat diperoleh minimal
150 individu tongkol.
Gambar 4. Tampilan tanaman populasi F2, sedangkan tongkol yang dihasilkan adalah tongkol F2:3.
Karakterisasi 25 aksesi plasma nutfah sorgum manis berbasis marka SSR.
Profil data 69 marka SSR terhadap 25 genotipe sorgum dapat dilihat pada Tabel 6. Semua
lokus yang terlibat sifatnya polimorfik yang ditunjukkan oleh frekuensi alel 0,61 (<0,95) atau
jumlah alel per lokus SSR >2. Jumlah alel per lokus bervariasi 2-6 total 244 alel, rata-rata 3,5
alel/lokus SSR. Keragaman gen untuk setiap lokus berkisar antara 0,04-0,77 dengan rata-rata
0,49. Heterosigositas lokus SSR berkisar antara 0,00-0,92, rata-rata 0,12. Tingkat polimorfisme
(PIC) berkisar dari 0,04 (xtxp40) - 0,73 (xtxp001) , rata-rata 0,43, tergolong informatif sedang
(Botstein et al. 1980). Proporsi lokus polimorfik pada suatu populasi merupakan salah satu indeks
keragaman genetik. Berat molekul dari masing-masing marka yang diuji berkisar antara 82.00
(xtxp321) – 553.00 (xtxp312) bp. Nampak pada Tabel 8, tingkat polimorfisme tidak jauh berbeda
dengan nilai keragaman gen untuk masing-masing lokus. Dari data ini menggambarkan bahwa
25 genotipe sorgum memiliki variabilitas genetik yang cukup luas.
Tabel 8. Profil data 69 marka SSR terhadap 25 aksesi koleksi plasma nutfah sorgum.
No. Marker Frekuensi alel
utama Jumlah
alel Keragaman
Gen Heterosigositas
Polimorfisme (PIC)
Kisaran basa (bp)
1. gpsb067 0.56 2.00 0.49 0.00 0.37 190.20 - 219.60 2. gpsb069 0.64 3.00 0.52 0.00 0.46 142.75 - 187.75 3. gpsb089 0.61 3.00 0.51 0.09 0.42 145.50 – 170.00 4. gpsb123 0.96 2.00 0.08 0.08 0.07 286.20 – 369.00 5. gpsb148 0.59 5.00 0.60 0.39 0.56 136.33 - 216.33 6. msbcir240 0.40 5.00 0.73 0.00 0.69 106.75 - 145.50 7. msbcir246 0.92 3.00 0.15 0.04 0.14 94.60 - 130.57 8. msbcir262 0.68 4.00 0.47 0.16 0.40 195.10 – 311.00 9. msbcir276 0.94 3.00 0.11 0.12 0.11 214.00 - 272.25
10. msbcir286 0.54 2.00 0.50 0.00 0.37 122.40 - 135.60 11. msbcir300 0.54 3.00 0.51 0.04 0.40 100.00 - 126.80 12. msbcir306 0.86 3.00 0.25 0.04 0.22 200.00 - 264.50 13. msbcir329 0.86 3.00 0.24 0.00 0.23 129.00 - 230.62 14. sbAGAB02 0.64 4.00 0.53 0.04 0.48 180.40 – 200.00 15. Sb6-84 0.80 2.00 0.32 0.00 0.27 92.80 – 129.00 16. SVPEPCAA 0.64 3.00 0.47 0.04 0.38 212.25 - 290.33 17. Xcup02 0.72 4.00 0.44 0.08 0.39 183.66 – 280.00 18. Xcup11 0.67 3.00 0.46 0.04 0.37 159.16 - 236.75 19. Xcup53 0.66 3.00 0.48 0.12 0.41 190.20 – 249.00 20. Xcup61 0.50 3.00 0.52 0.04 0.40 191.83 - 216.33 21. Xgap32 0.42 5.00 0.69 0.08 0.63 200.00- 284.42 22. Xgap084 0.82 4.00 0.31 0.12 0.29 175.50- 183.66 23. Xgap236 0.72 2.00 0.40 0.00 0.32 165.00 - 232.67 24. Xicep0107 0.98 2.00 0.04 0.04 0.04 191.80 - 212.25 25. Xtxp001 0.33 5.00 0.77 0.09 0.73 175.50 - 224.50 26. Xtxp003 0.40 4.00 0.68 0.00 0.61 191.83 - 226.75 27. Xtxp3 0.38 6.00 0.69 0.08 0.64 151.00 - 256.75 28. Xtxp10 0.62 4.00 0.54 0.24 0.48 142.75 - 187.75 29. Xtxp12 0.48 4.00 0.62 0.08 0.55 159.16 - 191.83 30. Xtxp14 0.56 6.00 0.57 0.48 0.49 236.75 - 330.33 31. Xtxp15 0.59 4.00 0.58 0.04 0.52 129.00 – 200.00 32. Xtxp18 0.79 2.00 0.33 0.00 0.28 209.80 - 261.40 33. Xtxp21 0.57 3.00 0.54 0.14 0.45 172.00 – 179.00 34. Xtxp23 0.40 3.00 0.65 0.00 0.58 200.00 - 236.75 35. Xtxp34 0.36 4.00 0.69 0.08 0.62 145.50 - 191.83 36. Xtxp40 0.98 2.00 0.04 0.04 0.04 154.50 – 200.00 37. Xtxp46 0.98 2.00 0.04 0.04 0.04 295.50 - 330.33 38. Xtxp57 0.56 4.00 0.56 0.04 0.49 132.66 – 140.00 39. Xtxp067 0.44 5.00 0.64 0.04 0.57 155.90 - 170.60 40. Xtxp136 0.64 4.00 0.53 0.64 0.49 175.50 - 219.60 41. Xtxp145 0.50 4.00 0.61 0.04 0.54 157.12 - 208.16 42. Xtxp149 0.50 2.00 0.50 0.76 0.38 143.66 - 206.12 43. Xtxp159 0.36 5.00 0.72 0.04 0.66 167.33 - 183.66 44. Xtxp177 0.69 4.00 0.48 0.13 0.43 171.41 - 244.10 45. Xtxp179 0.54 2.00 0.50 0.92 0.37 200.00 - 218.37 46. Xtxp183 0.50 3.00 0.62 0.08 0.55 145.50 – 249.00 47. Xtxp201 0.41 4.00 0.69 0.00 0.63 180.40 - 190.20 48. Xtxp212 0.68 4.00 0.47 0.12 0.40 175.50 - 218.37 49. Xtxp217 0.76 3.00 0.38 0.00 0.33 179.00 - 219.60 50. Xtxp219 0.90 4.00 0.19 0.08 0.18 179.58 - 218.37 51. Xtxp223 0.72 3.00 0.44 0.00 0.39 204.90 – 311.00 52. Xtxp225 0.72 4.00 0.43 0.52 0.38 257.85 – 427.00 53. Xtxp227 0.76 2.00 0.36 0.00 0.30 239.20 – 427.00 54. Xtxp258 0.44 5.00 0.69 0.08 0.63 171.41 - 298.60 55. Xtxp265 0.33 4.00 0.69 0.08 0.63 183.66 - 257.85 56. Xtxp273 0.62 3.00 0.50 0.08 0.41 236.75 – 249.00 57. Xtxp279 0.58 3.00 0.52 0.08 0.42 194.55 - 290.33 58. Xtxp289 0.44 4.00 0.60 0.08 0.52 177.72 - 230.62 59. Xtxp297 0.40 6.00 0.75 0.46 0.72 131.20 - 219.60 60. Xtxp298 0.38 6.00 0.75 0.08 0.71 151.00 – 186.00 61. Xtxp299 0.68 2.00 0.44 0.00 0.34 200.00 – 369.00 62. Xtxp302 0.50 4.00 0.66 0.04 0.60 195.10 - 212.25 63. Xtxp312 0.64 4.00 0.54 0.05 0.50 311.00 – 553.00 64. Xtxp317 0.54 3.00 0.51 0.04 0.40 123.50 - 299.40
65. Xtxp321 0.42 5.00 0.67 0.12 0.60 82.00 - 110.80 66. Xtxp339 0.94 3.00 0.11 0.12 0.11 280.00 - 295.50 67. Xtxp343 0.32 5.00 0.76 0.05 0.71 240.83 - 269.66 68. Xtxp348 0.52 3.00 0.55 0.86 0.46 257.85 - 302.14 69. Xtxp354 0.83 2.00 0.29 0.00 0.25 216.33 - 304.80
Jumlah 42.35 244 33.69 8.49 29.55 Rata-rata 0.61 3,5 0.49 0.12 0.43 82.00 – 553.00
Dua puluh lima koleksi plasma nutfah sorgum yang dikoleksi berasal dari tiga Propinsi
yaitu Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Ketiga
propinsi tersebut dipilih karena iklim kering cukup tinggi sehingga sorgum lokal banyak
berkembang (Tabel 9).
Tabel 9. Dua puluh lima koleksi plasma nutfah sorgum berdasarkan asal koleksi
No. Koleksi Plasma nutfah Kode koleksi Asal Koleksi
1. Wonogiri5 LWNG5 Jawa Tengah 2. G.Kidul15 LGK15 DIY 3. L.Okin LOK NTT 4. G.Kidul5 LGK5 DIY 5. Demak2 LDM2 Jawa Tengah 6. Wonogiri2 LWNG2 Jawa Tengah 7. G.Kidul6 LGK6 DIY 8. L.Wotaholot LWTHL NTT 9. Numbu (Varietas Nasional) VNumbu Balitsereal
10. Demak1 LDM1 Jawa Tengah 11. G.Kidul13 LGK13 DIY 12. KC7117 KC7117 Cina 13. G.Kidul14 LGK14 DIY 14. Wonogiri7 LWNG7 Jawa Tengah 15. Super-1 (Varietas Nasional) VSuper-1 Balitsereal 16. Magelang LMGL Jawa Tengah 17. G.Kidul10 LGK10 DIY 18. Wonogiri3 LWNG3 Jawa Tengah 19. Wonogiri6 LWNG6 Jawa Tengah 20. Kuali LKL NTT 21. L.Wolo LWL NTT 22. L.Vega LVG NTT 23. G.Kidul9 LGK9 DIY 24. Wonogiri1 LWNG1 Jawa Tengah 25. Wonogiri4 LWNG4 Jawa Tengah
Karakterisasi aksesi plasma nutfah gandum berbasis marka SSR.
Dalam analisis ini menggunakan 37 lokus SSR. Dari total 37 lokus tersebut,
terdapat 24 lokus yang terpaut dengan toleransi terhadap cekaman suhu tinggi (tropis)
(Tabel 3). Hasil analisis, profil data 37 marka SSR terhadap 31 askesi gandum dapat
dilihat pada Tabel 12. Hampir semua lokus yang terlibat sifatnya polimorfik yang
ditunjukkan oleh frekuensi alel mayor 0,78 (<0,95), kecuali lokus Xbarc225 (0,97),
Gwm325 (0,97), Xbarc190 (0,97), Xbarc234 (0,98), dan Xgdm113 (0,95). Jumlah alel per
lokus bervariasi 2-5 alel dengan total 95 alel, rata-rata 2,57 alel/lokus SSR. Keragaman
gen untuk setiap lokus berkisar antara 0,03-0,52 rata-rata 0,25. Heterosigositas lokus
SSR berkisar antara 0,00-0,97, rata-rata 0,31. Tingkat polimorfisme (PIC) bervariasi yaitu
0,03-0,52 dengan rata-rata 0,25 tergolong informatif sedang (Botstein et al. 1980).
Proporsi lokus polimorfik pada suatu populasi merupakan salah satu indeks keragaman
genetik. Dari data ini menggambarkan bahwa 31 genotipe gandum memiliki variabilitas
genetik sedang.
Tabel 12. Profil data hasil analisis 37 lokus SSR yang diamati pada 48 aksesi gandum.
No. Marker Frekuensi
alel Jumlah
alel Keragaman
Gen Hetero-sigositas
Polimorfisme (PIC)
Kisaran basa (bp)
1. Gwm268 0.53 4.00 0.55 0.81 0.46 200.00 - 217.80 2. Gwm291 0.90 2.00 0.18 0.00 0.16 159.90 - 164.36 3. Gwm293 0.57 3.00 0.54 0.73 0.45 160.80 - 180.40 4. Xwmc407 0.70 3.00 0.43 0.59 0.35 129.00 - 140.00 5. WMC420 0.90 2.00 0.19 0.00 0.17 118.00 - 122.88 6. Xbarc101 0.88 5.00 0.22 0.13 0.21 103.60 - 151.00 7. Xbarc113 0.74 2.00 0.38 0.52 0.31 124.00 - 134.00 8. Xbarc119 0.50 3.00 0.56 1.00 0.46 170.60 - 272.25 9. Xbarc121 0.47 4.00 0.56 0.97 0.46 175.50 - 427.00
10. Xbarc136 0.84 3.00 0.28 0.13 0.26 240.83 - 369.00 11. Xbarc157 0.78 2.00 0.35 0.00 0.29 261.40 - 273.80 12. Xbarc215 0.53 2.00 0.50 0.94 0.37 122.40 - 135.60 13. Xbarc225 0.97 2.00 0.06 0.00 0.06 224.50 - 269.60 14. Xbarc314 0.90 2.00 0.17 0.00 0.16 160.80 - 185.30 15. Xbarc1087 0.90 2.00 0.18 0.20 0.16 131.20 - 135.60 16. Xgwm18 0.93 2.00 0.14 0.00 0.13 196.23 - 204.90 17. Xgwm617 0.45 5.00 0.60 0.93 0.52 126.25 - 295.50 18. Xbarc1145 0.50 2.00 0.50 0.94 0.38 195.54 - 213.99 19. Xgwm356 0.55 2.00 0.50 0.90 0.37 212.25 - 259.33 20. Xcfd43 0.55 2.00 0.50 0.90 0.37 167.33 - 208.16 21. Xcfa2129 0.84 3.00 0.28 0.04 0.26 140.00 - 170.60 22. Gwm325 0.97 2.00 0.06 0.00 0.06 131.20 - 140.00 23. Xgwm484 0.90 3.00 0.18 0.00 0.18 151.00 - 185.90 24. Xbarc190 0.97 2.00 0.06 0.06 0.06 185.99 - 204.08 25. Xbarc49 0.87 3.00 0.24 0.10 0.21 209.80 - 295.50 26. Xgwm261 0.88 4.00 0.21 0.07 0.20 168.49 - 224.50 27. Xgwm111.2 0.90 2.00 0.17 0.00 0.16 132.66 - 142.75 28. Xgwm190 0.90 2.00 0.18 0.00 0.16 209.80 - 219.60 29. Xgwm133a 0.86 2.00 0.24 0.00 0.21 102.99 - 105.99
30. Xgwm123 0.65 2.00 0.46 0.70 0.35 84.57 - 87.14 31. Xgwm294 0.80 2.00 0.32 0.00 0.27 105.99 - 118.00 32. Xbarc116 0.92 3.00 0.15 0.16 0.14 145.50 - 190.20 33. Xbarc111.7 0.94 2.00 0.12 0.06 0.11 242.87 - 259.33 34. Xbarc234 0.98 2.00 0.03 0.03 0.03 120.75 - 137.25 35. Xbarc103 0.68 3.00 0.44 0.60 0.36 191.83 - 229.40 36. Xgdm113 0.95 2.00 0.10 0.03 0.09 142.75 - 145.50 37. Xgwm557 0.87 2.00 0.23 0.00 0.20 159.16 - 171.41 Jumlah 28.96 95.00 10.86 11.55 9.18 - Rata-rata 0.78 2.57 0.29 0.31 0.25 84.57 - 427.00
Hasil konstruksi dendrogram berdasarkan UPGMA (Gambar 6), nilai korelasi koefisien
kofenetik (r) =0.98 tergolong very good fit (Rohlf, 2000) menunjukkan bahwa 37 primer SSR
yang digunakan sangat mendukung konstruksi dendrogram. Koefisien kemiripan genetik 0,52-
1,00, mengindikasikan bahwa dari total 31 aksesi yang dianalisis berada pada tingkat kemiripan
sedang sampai maksimum. Nilai kemiripan 1,00 menunjukkan bahwa aksesi tersebut sama untuk
37 lokus yang dianalisis. Adapun aksesi yang dimaksud adalah CBF3178/244, DHp60/42 dan
DHpS15/10. Hal menarik bahwa genotipe CBF3178/244 inisialnya cukup berbeda dengan kedua
genotipe lainnya namun memiliki kemiripan genetik tertinggi dengan kedua genotipe lainnya
berdasarkan 37 marka SSR yang digunakan. Berdasarkan tingkat kemiripan pada nilai 0,52,
terbentuk 2 klaster yaitu masing-masing klaster I terdiri atas 27 aksesi, didominasi oleh genotipe
hasil persilangan konvergen dari sejumlah koleksi introduksi (25 aksesi), kecuali Oasis dan Selayar
dimana keduanya termasuk tetua persilangan. Klaster II terdiri atas 4 aksesi, 3 diantaranya
adalah koleksi introduksi dan satu varietas nasional Dewata.
Gambar 6.Dendrogram 31 aksesi gandum dikonstruksi berdasarkan UPGMA menggunakan program NTSYS-pc 2.1.
Sebagaimana diketahui bahwa pada umumnya koleksi gandum introduksi memiliki
variabilitas genetik yang sempit, tetapi setelah dilakukan persilangan konvergen maka variabilitas
genetik mengalami peningkatan. Dengan demikian ada peluang untuk melakukan perbaikan
varietas perakitan varietas utamanya yang mengarah kepada varietas gandum tropis.
II. PERAKITAN VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) SEREALIA
Rilis VUB Serealia
Pada tahun 2017, Varietas Unggul Baru Serealia yang dilepas sebanyak 3 varietas unggul
baru serealia. Untuk kegiatan Perakitan Varietas Jagung Toleran Lahan Sub Optimal Mendukung
Swasembada Pangan Berkelanjutan dirilis 1 varietas yaitu jagung hibrida Nasa 29. Kegiatan
Perakitan Varietas Jagung Mendukung Ketahanan Pangan Nasional untuk Lahan Optimal dirilis 1
varietas Srikandi Andi Depu 2. Kegiatan Perakitan Varietas dan Teknologi Produksi Gandum Tropis
Mendukung Pertanian Bioindustri Berkelanjutan dirilis 1 varietas yaitu Guri 7 Agritan. Adapun
keunggulan varietas unggul baru serealia yang dilepas pada tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel
1.
Tabel 1. Varietas unggul baru serealia yang dilepas tahun 2017.
No Nama
VUB
Umur
(hari)
Potensi
hasil
(t/ha)
Keterangan
1. Nasa
29
103 13,7 Umur sedang, tahan terhadap Bulai (Peronosclerospora maydis
dan Peronosclerospora philippinensis), hawar daun
Helminthosporium maydis) dan karat daun. Beradaptasi luas
dari dataran rendah sampai tinggidan prolifik ≥30% pada
lingkungan yang sesuai. Perakaran kuat dan tahan rebah.
2. Srikandi
Andi
Depu 2
98 7,5 Jagung biji ungu kaya nutrisi antioksidan dengan kandungan
antosianin 60mikrogram/g sampel. Beradaptasi pada dataran
rendah daerah tropis. Agak moderat terhadap Bulai
(Peronosclerospora maydis)
(Sudah dilaksanakan sidang pelepasan varietas dengan catatan)
3. Guri 7
Agritan
105 3 Galur G7 dengan potensi hasil 3,93 t/han dengan rata-rata
hasil3,11 t/ha dengan umur berbunga 55 hst dan umur panen
99 hst. Beradaptasi pada dataran menengah 600 mdpl.
(Pengusulan proposal pelepasan varietas)
Gambar 1. Penampilan jagung hibrida Nasa 29
Perakitan VUB Serealia
RPTP Perakitan Varietas Jagung Adaptif Lahan Sub Optimal Mendukung Swasembada
Pangan Berkelanjutan
1. Perbaikan populasi dan perakitan galur jagung umur genjah - sedang toleran
cekaman kekeringan, Kemasaman Tanah dan pemupukan N rendah
Pembentukan populasi toleran kekeringan populasi C3 dari populasi Mr 04/CML 440,
B11209/CML 444, Lamuru/Nei9008 diperoleh masing-masing 28, 41, dan 30 populasi
dengan kriteria tongkol besar dengan jumlah bari <14 baris.
Tabel 1. Famili C2 terseleksi Progeny Mr04/CML440 hasil persilangan balance compossite di KP. Bajeng (Gowa, Sulsel) MH 2016
No. Entri Pedigree No. Entri Pedigree
1 1 ML444/MR04-1-1 15 140 ML444/MR04-4-35
2 8 ML444/MR04-1-8 16 148 ML444/MR04-5-7
3 14 ML444/MR04-1-15 17 154 ML444/MR04-5-14
4 16 ML444/MR04-1-17 18 164 ML444/MR04-5-24
5 20 ML444/MR04-1-21 19 176 ML444/MR04-5-36
6 21 ML444/MR04-1-22 20 177 ML444/MR04-5-37
7 42 ML444/MR04-1-43 21 196 ML444/MR04-6-15
8 61 ML444/MR04-2-18 22 208 ML444/MR04-6-30
9 63 ML444/MR04-2-20 23 233 ML444/MR04-7-18
10 80 ML444/MR04-3-18 24 235 ML444/MR04-7-20
11 102 ML444/MR04-3-41 25 236 ML444/MR04-7-21
12 117 ML444/MR04-4-10 26 244 ML444/MR04-7-29
13 120 ML444/MR04-4-14 27 245 ML444/MR04-7-30
14 128 ML444/MR04-4-23 28 251 ML444/MR04-7-37
Tabel 2. Famili C2 terseleksi Progeny B11209/CML 444 hasil persilangan balance compossite di KP. Bajeng (Gowa, Sulsel), MH 2016
No. Entri Pedigree No. Entry Pedigree
1 3 CML 440/B11 209-10-3 22 111 CML 440/B11 209-24-8
2 6 CML 440/B11 209-10-6 23 119 CML 440/B11 209-24-21
3 9 CML 440/B11 209-10-9 24 136 CML 440/B11 209-24-40
4 11 CML 440/B11 209-10-12 25 137 CML 440/B11 209-24-41
5 15 CML 440/B11 209-10-16 26 144 CML 440/B11 209-24-49
6 18 CML 440/B11 209-10-19 27 145 CML 440/B11 209-24-50
7 24 CML 440/B11 209-10-25 28 147 CML 440/B11 209-24-52
8 26 CML 440/B11 209-10-27 29 152 CML 440/B11 209-24-60
9 39 CML 440/B11 209-10-41 30 159 CML 440/B11 209-24-67
10 48 CML 440/B11 209-10-50 31 161 CML 440/B11 209-24-69
11 54 CML 440/B11 209-10-56 32 163 CML 440/B11 209-24-71
12 58 CML 440/B11 209-10-60 33 169 CML 440/B11 209-24-77
13 72 CML 440/B11 209-10-74 34 172 CML 440/B11 209-24-80
14 74 CML 440/B11 209-10-76 35 183 CML 440/B11 209-24-91
15 75 CML 440/B11 209-10-77 36 185 CML 440/B11 209-24-93
16 81 CML 440/B11 209-10-83 37 186 CML 440/B11 209-24-95
17 86 CML 440/B11 209-10-88 38 188 CML 440/B11 209-24-97
18 89 CML 440/B11 209-10-91 39 192 CML 440/B11 209-24-101
19 101 CML 440/B11 209-10-99 40 199 CML 440/B11 209-24-108
20 106 CML 440/B11 209-24-3 41 201 CML 440/B11 209-24-110
21 108 CML 440/B11 209-24-5
Tabel 3. Famili C2 terseleksi Progeny Lamuru/Nei9008 hasil persilangan balance compossite di di KP. Bajeng (Gowa, Sulsel), MH 2016
No. Entri Pedigree No. Entri Pedigree
1 6 Lamuru/Nei9008P-10-147 16 48 Lamuru/Nei9008P-50-131
2 8 Lamuru/Nei9008P-11-140 17 51 Lamuru/Nei9008P-51-129
3 15 Lamuru/Nei9008P-14-151 18 52 Lamuru/Nei9008P-51-129
4 17 Lamuru/Nei9008P-15-142 19 53 Lamuru/Nei9008P-52-100
5 19 Lamuru/Nei9008P-17-135 20 55 Lamuru/Nei9008P-54-136
6 20 Lamuru/Nei9008P-18-110 21 57 Lamuru/Nei9008P-64-99
7 22 Lamuru/Nei9008P-18-153 22 62 Lamuru/Nei9008P-65-107
8 23 Lamuru/Nei9008P-18-153 23 64 Lamuru/Nei9008P-66-93
9 24 Lamuru/Nei9008P-23-114 24 66 Lamuru/Nei9008P-67-87
10 27 Lamuru/Nei9008P-24-106 25 69 Lamuru/Nei9008P-69-103
11 29 Lamuru/Nei9008P-26-82 26 70 Lamuru/Nei9008P-70-98
12 30 Lamuru/Nei9008P-38-148 27 71 Lamuru/Nei9008P-76-82
13 32 Lamuru/Nei9008P-38-148 28 74 Lamuru/Nei9008P-80-10
14 38 Lamuru/Nei9008P-43-96 29 76 Lamuru/Nei9008P-80-22
15 43 Lamuru/Nei9008P-48-130 30 80 Lamuru/Nei9008P-80-30
Populasi daun tegak C1 yang diperoleh dari B11/BS18 sebanyak 14 populasi, selain itu
juga dibentuk Populasi daun tegak C0 populasi mon95xPD30//Pop 31xBio29 sebanyak 7
populasi sedangkan populasi Mal03xB11//P27 sebanyak 11 populasi dengan kriteria sudut
daun <25o dan tipe lekuk daun skor 1-2
Tabel 4. Famili C0 yang terseleksi Progeny B11/BS 18 yang dilakukan hasil persilangan balance compossite di KP. Maros, MH 2017
No. Pedigree No. Pedigree
1 B 11// BS 18 -1 8 BS 18//B 11-2
2 B 11// BS 18 -2 9 BS 18//B 11-3
3 B 11// BS 18 -3 10 BS 18//B 11-4
4 B 11// BS 18 -4 11 BS 18//B 11-5
5 B 11// BS 18 -5 12 BS 18//B 11-6
6 B 11// BS 18 -6 13 BS 18//B 11-7
7 BS 18//B 11-1 14 BS 18//B 11-8
73 galur Cimmyt toleran kekeringan dilakukan selfing untuk peningkatan homosigositas
dan dibentuk 197 hibrida silang tunggal (testcross) yang akan diuji daya gabung dan
produktivitasnya
Tabel 5. Galur-galur CYMMIT yang diselfing untuk meningkatkan homosigositasnya dan pembentukan hibrida silang uji dengan tester MAL03, CY11 dan B11 di KP. Maros
No. Name Hibrida (F1) Tester
Pedigre I II III
1 CAL1412 (CLQ-6601xCL-02843)-B-26-1-1-BB-1-B*4 B11 CY 11 Mal 03
2 CAL1427 CLQ-RCYQ12-B-1-B*4 B11 CY 11 Mal 03
3 CAL1450 CLQS89YQ04-BB B11 CY 11 Mal 03
4 CAL1461 S04YLWL-90-B-3-1-B-1-B*8 B11 CY 11 Mal 03
5 CAL1471 CA00310/AMATLC0HS71-1-1-2-1-1-1-B*18 B11 CY 11 Mal 03
6 CAL1473 CLRCY030-B*9 B11 CY 11 Mal 03
7 CAL1497 (CML150xCL-03618)-B-11-1-1-1-B*4-1-B*4 B11 CY 11 Mal 03
8 CIL 1225 (CML.470/CA00388(Sel)-BBB B11 CY 11 Mal 03
9 CIL 1238
(POOL16BNSEQC3F28x15-3-1-2-1-BB/C18SeqC5F19-
1-2-1-2-4-BB)-B-2-BBB B11 CY 11 Mal 03
10 CIL12111 CL161X165-53-1-1-BBB B11 CY 11 Mal 03
11 CIL12125 (CLQ-RCYQ31xCLQ-RCYQ35)-B-2-2-BB-B1 B11 CY 11 Mal 03
12 CIL12148
(CML70xSCB/FAW-GCA-YELLOW114-1-1-2-1)-B-5-1-
BB-2-BBB B11 CY 11 Mal 03
13 CIL1218 CA14514-8-3-2-B*7 B11 CY 11 Mal 03
14 CIL1283 (S04YEBLSB)F2-8-3-2-B-3-BBB B11 CY 11 Mal 03
15 CIL1284 CA00102/CA14509-B-20-1-BB-B1 B11 CY 11 Mal 03
16 CIL1295 VL1016267 B11 CY 11 Mal 03
17 CIL1299 VL1016284 B11 CY 11 Mal 03
18 CILO1268 T-SEQUIAS03446-2-B-8-1-BBB-B1 B11 CY 11 Mal 03
19 CML161 CML161-1-B*6 B11 CY 11 Mal 03
20 CML465 CA00310-BBB-B B11 CY 11 Mal 03
21 CML486 CML486 = P45c8-76-1-2-1-2-B*13-B B11 CY 11 Mal 03
22 SNL142839 (DMSyn-C1)-24-1-B B11 CY 11 Mal 03
23 SNL142863 (DMSyn-C1)-40-1-B B11 CY 11 Mal 03
24 SNL142913 (DMSyn-C1)-73-3-B B11 CY 11 Mal 03
25 SNL143393 (CA14514-7-B-2-B/CA00106-9-B-2-B)-B-8-2-B B11 CY 11 Mal 03
26 V1010763
(CML161XCLQRCYQ49=(CML176/CL-G2501)-B-55-2-
1-B)-B-13-4-BB-1-B B11 CY 11 Mal 03
27 VL 109697 P6 1C1-BBB-16-B*5 B11 CY 11 Mal 03
28 VL1010000 TempxTrop(H0)QPM-BBB-22-B*6 B11 CY 11 Mal 03
29 VL1016305 S89YQ06-B-1-B B11 CY 11 Mal 03
30 VL1016416 (CLQ-RCY31xCLQ-RCYQ35)-B-3-1-BB B11 CY 11 Mal 03
31 VL1016457
(CLQ-RCYQ46xCLQ-RCYQ14=(CML164*CML161)-B-1-
1-1-BBB)-B-2-1-BB B11 CY 11 Mal 03
32 VL1016475 (CML161xCLQ-RCYQ310-B-22-2-BB B11 CY 11 Mal 03
33 VL1016492
(CML161xCLQ-RCYQ49=(CML176/CL-G2501)-B-55-2-
1-B)-B-12-4-BB B11 CY 11 Mal 03
34 VL1016518 (9CML176xCLG2501)-B-55-1-5-2-B B11 CY 11 Mal 03
35 VL1016537 CML161x165-18-2-1-2-B B11 CY 11 Mal 03
36 VL1016910 (CLQ-RCW01xP73TLC3#153-1-1-##B)-1-69-2-BBB B11 CY 11 Mal 03
37 VL1016934 (CML161x165)-F2-32-2-2-B-1-3-B B11 CY 11 Mal 03
38 VL109285
(CML161xCLQ-RCYQ49=(CML176/CL-G2501)-B-55-2-
1-B)-B-11-5-B*4 B11 CY 11 Mal 03
39 VL109288
(CML161xCLQ-RCYQ49=CML176/CL-G2501)-B-55-2-
1-B)-B-8-2-B*4 B11 CY 11 Mal 03
40 VL109378 POOL17C8(TEYVQPM)-B-117-B*6 B11 CY 11 Mal 03
41 VL1110173
(G18SeqC5F19-1-2-1-2-4-BB/(CML165xK145)-B-14-1-
B*4-1)-B-7-B*7 B11 CY 11 Mal 03
42 VL1110185
(POOL16BNSEQC3F28x15-3-1-2-1-
BB/(CML161xCML451)-B-23-1-B*4-1)-B-5-B*7 B11 CY 11 Mal 03
43 VL121104
(SW92145-2EV-7-3-B*8-1/CML444)-B-3(sel)-BBB-1-
BBB B11 CY 11 Mal 03
44 VL13687 (CL02450/CML470(-B-34(Unsel)-BB-1-B B11 CY 11 Mal 03
45 VL13688 (CL02450/CML470(-B-34(Unsel)-BB-2-BB B11 CY 11 Mal 03
46 VL13689 (CL02450/CML470)-B-35(Unsel)-BB-1-BB B11 CY 11 Mal 03
47 VL13690 (CL02450/CML470)-B-35(Unsel)-BB-2-BB B11 CY 11 Mal 03
48 VL13691 (CL02450/CML470)-B-35(Unsel)-BB-3-BB B11 CY 11 Mal 03
49 VL13692 (CL02450/CML470)-B-60(Unsel)-BB-1-BB B11 CY 11 Mal 03
50 VL13693 (CL02450/CML470)-B-60(Unsel)-BB-2-BB B11 CY 11 Mal 03
51 VL144077 CL-RCY031=(CL-02410*CML287)-B-9-1-1-2-B*13 B11 CY 11 Mal 03
52 VL145600
(G18SeqC5F100-1-1-3-2-B/(DT/LN/EM-46-3-
1xCML311-2-1-3)-B-F243-1-1)-BB-3-BBB-B B11 CY 11 Mal 03
53 VL145755
(SO4YLWL-172-B-1-1-B-1-B(DT/LN/EM-46-3-
Xcml311-2-1-3)-B-F330-1-1-B)-B*4-B1-B B11 CY 11 Mal 03
54 Z487-1
(G18SeqC5F100-1-1-3-1-2-B/G18SeqC5F76-2-2-1-1-
1-B)-B-7-B*4-B B11 CY 11 Mal 03
55 ZL135518
WLS-F191-2-1-1-B-1-B/SO4YLWL-172-B-1-1-B-1-B*5-
B1-B B11 CY 11 Mal 03
56 ZL14456
WLS-F102-3-2-1-B-1-B/SO4YLWL-112-B-1-2-B-1-B*5-
B1-B B11 CY 11 Mal 03
57 CAL1433 POB45cF210-17-1-2-B*13 B11 Mal 03
58 CIL12133 (CML161x165)-F2-18-2-1-1-B-1-1-BB B11 Mal 03
59 CML163 CML163-BBB-2-B*4 B11 Mal 03
60 VL1016556 CML161x165-3-2-3-BB B11 Mal 03
61 VL13682 (CL02450/CML470)-B-6(Unsel)-BB-1-B B11 Mal 03
62 VL145575
(DTPWC9-F67-2-2-1-3-2-1-2-B/(DT/LN/EM-46-3-
1xCML311-2-1-3)-B-F243-1-1)-BB-2-BBB-B B11 Mal 03
63 ZL132133 (WL-18-6-2-3-3-1-B*4/WLS-F287-1-3-1-B-1-B)-B*5-B B11 Mal 03
64 ZL135513
P31C4S5B-23-##-4-B*7-4-B/P31C4S5B-23-##-6-
B*6-3-B-2-B*5-B1-B B11 Mal 03
65 CIL1291 LaPostaSeqC7-F103-2-6-1-2-B*5-B2-B CY 11 Mal 03
66 VL109412 S01SIYQ-BBB-27-B*6 CY 11 Mal 03
67 CAL1426 CA14517/P145C4MH7-1-B-1-1-B-1-B*17 Mal 03
68 CML451 CML451-B*4 Mal 03
69 VL1016498
(CML161xCLQ-RCYQ49=(CML176/CL-G2501)-B-55-2-
1-B)-B-2-3-BB Mal 03
70 CAL1457 CA03147-B*8 B11 CY 11
71 CIL12144
(CL-RCY016x(CML165xCLQ-6203)-B-54-1-1-BB)-B-
28-1-BBB-B B11 CY 11 72 CIL1299 VL1016276 CY 11 73 SNL142363 (NE19202-B/BLSB-R(China)-BB-7-B CY 11
hibrida 23/B11, 26/B11, 34/B11, dan 34/Mal3 (dari populasi S6 Yw) yang memiliki
produktivitas yang nyata lebih tinggi dibanding hibrida uji lainnya baik pada kondisi
pemberian air normal dan cekaman kekeringan. Produksi pada kondisi pengairan normal
berkisar 9,3-9,7 t/ha dan kondisi cekaman kekeringan berkisar 6,0-7,3 t/ha hasil tersebut
tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding terbaik yaitu Bisi 18 dengan hasil biji
pada kondisi pengairan normal 9,5 t/ha dan kondisi cekaman kekeringan 6.3 t/ha
Tabel 6. Nilai kuadrat tengah dari beberapa variabel jagung hibrida (S6 Yw) pada kondisi normal di KP. Bajeng (Gowa, Sulsel)
Variabel Ulangan Hibrida Galat Total
Diameter batang 0.6147 2.5115 tn 1.5978 1.8769
Tinggi tanaman 113.0070 557.7180 ** 186.7480 306.4960
Tinggi kedudukan tongkol 17.3235 265.8370 ** 105.3610 156.0500
Ratio tinggi dan kedudukan tongkol 0.0000 0.0032 * 0.0019 0.0023
Panjang daun 169.8980 62.0576 ** 22.9336 38.6269
Lebar daun 15.1978 0.7729 tn 0.5730 0.9279
Umur berbunga jantan 0.3627 5.2267 tn 3.3729 3.9190
Umur berbungan betina 0.4804 7.1622 tn 5.7834 6.1289
Rendemen biji 0.0004 0.0017 ** 0.0006 0.0010
Kadar air biji panen 7.2748 10.1293 tn 7.8600 8.5898
Hasil 1.9048 2.4539 ** 1.0005 1.4933
Bobot 100 biji 5.9638 29.0337 ** 9.6332 15.8993
Aspek tongkol 0.1477 0.7377 ** 0.2190 0.3871
Jumlah baris biji/tongkol 4.2592 3.3585 ** 0.7493 1.6713
Jumlah biji/baris 0.2306 22.1655 ** 5.3328 10.7316
Panjang tongkol 1.7524 3.4965 ** 0.7396 1.6604
Diameter tongkol 10.4377 30.1044 ** 5.4660 13.5605
Keterangan :** = berpengaruh sangat nyata pada taraf uji F 1%; * = berpengaruh nyata pada taraf uji
F 5%; tn = tidak berbeda nyata pada taraf uji F 1%
Populasi convergent terbaik pada kondisi pengairan normal dan cekaman kekeringan
adalah Pop08, Pop09, Pop10, Pop11, Pop15, Pop27, Pop28 dengan hasil biji pada kondisi
pengairan normal berkisar 10,6-11,2 t/ha dan kondisi cekaman kekeringan berkisar 7,3-
8,3 t/ha tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding terbaik yaitu hasil tidak berbeda
nyata dengan hibrida pembanding terbaik yaitu Bisi 18, DK 85, DK 95, PAC 105, PAC 339
dengan hasil pada kondisi pengairan normal 10,3-11,8 t/ha dan cekaman kekeringan
berkisar 8,4-9,2 t/ha.
Galur S5 toleran Masam yang terbentuk sebanyak 13 galur.
Galur toleran pemupukan N rendah (low N) di yang ditingkatkan homosigositasnya
sebanyak 98 galur yang juga dilakukan pembentukan hibrida silang tunggal dengan cara
test cross sebanyak 297 hibrda silang tunggal
2. Perbaikan Populasi dan Perakitan Galur Jagung Umur Genjah - Sedang Toleran Genangan Air dan Naungan.
Hasil evaluasi genotip jagung toleran cekaman genangan memiliki pertumbuhan yang
cukup baik pada umur 30 hst, serta memiliki nilai ASI yang baik (negatif) sehingga
diharapkan akan menghasilkan panen yang tinggi.
Hibrida CY-15/NEI 9008 memiliki potensi hasil yang tinggi dengan umur berbunga jantan
dan umur berbunga betina yang genjah serta memiliki diameter batang, indeks luas daun,
jumlah baris biji, bobot 100 biji dan rendemen biji yang baik pada kondisi naungan 55%.
3. Perbaikan populasi dan perakitan galur jagung super genjah toleran cekaman kekeringan.
Evaluasi genotip hibrida pada kondisi lingkungan tercekam kekeringan di KP. Bajeng
terseleksi genotip terbaik yakni ST 2016042, ST 2016043, dan ST 2016014.
Evaluasi genotip hibrida pada kondisi lingkungan pengairan normal di KP. Bajeng
terseleksi genotip terbaik yakni ST 2016014.
Evaluasi genotip hibrida pada kondisi lingkungan pengairan normal di Pare-Kediri
terseleksi genotip terbaik yakni ST 2016003, ST 2016006, ST 2016014, ST 2016017, dan
ST 2016023.
4. Perbaikan populasi jagung khusus (Jagung minyak dan jagung tepung) sintetik berumur genjah - sedang, toleran cekaman kekeringan.
Populasi galur S1 MHOC0-9 jagung minyak memiliki hasil pipilan kering tertinggi di KP.
Jambegede tetapi tidak lebih tinggi dari varietas pembanding MS3.
Terdapat enam populasi galur S1 jagung minyak yang memiliki hasil piplan kering lebih
tinggi dari varietas pembanding MS6 dan MS3 di KP. Maros.
Tidak ada populasi galur S1 jagung tepung yang memiliki hasil piplan kering lebih tinggi
dari varietas pembanding Bima 10 dan MS5 di KP. Jambegede
Tidak ada populasi galur S1 jagung tepung yang memiliki hasil piplan kering lebih tinggi
dari varietas pembanding Bima 15 di KP. Maros.
Umur panen populasi galur S1 jagung minyak dan tepung lebih banyak berumur sedang
dibandngkan umur genjah
4. Penyaringan populasi, galur dan hibrida tahan penyakit utama jagung
Penyaringan galur terhadap penyakit bulai di KP. Bajeng menunjukkan bahwa semua galur
yang diuji tahan hingga sangat tahan terhadap penyakit bulai, kecuali satu galur yang
agak tahan yaitu NK33-S1-1.
Terdapat 17 calon varietas hibrida dikategorikan sangat tahan dan 11 tahan terhadap
penyakit bulai.
Penyaringan calon varietas hibrida terhadap penyakit hawar daun menunjukkan bahwa
terdapat 4 calon varietas yang tahan penyakit hawar daun yaitu: B11209/1027-9, 1042-
71/B11209, CY4/Nei9008, dan Mal03/B11.
Evaluasi calon varietas dan varietas eksisting terhadap penyakit bulai menunjukkan bahwa
tidak ada satupun genotype yang bereaksi tahan terhadap bulai. Terdapat 3 genotipe
yang agak tahan yaitu: Bisi18, 12/Nei9008, dan 8/Mal03.
5. Uji multilokasi calon varietas unggul baru jagung hibrida tongkol ganda toleran kekeringan dan jagung hibrida toleran naungan.
Terdapat 2 calon varietas toleran naungan yang memiliki rata-rata hasil tinggi dari 11
lokasi yaitu hibrida 1042-71/B11209 dan B11209/1027-9 dengan rata-rata 9,25 t/ha lebih
tinggi dibanding varietas Bisi 2 dan Bima 3 dengan rata-rata hasil hanya 7,76 t/ha dan
8.05 t/ha.
Calon varietas jagung hibrida unggul baru MZR072 (10-2612 / MAL 03) mempunyai
keunggulan kompetitif untuk memperkaya pilihan jagung hibrida bagi para petani di
Indonesia. Hibrida MZR072 memiliki potensi hasil 13,73 t/ha dan rata-rata hasil 11,93
t/ha lebih tinggi tertinggi dari dua varietas pembanding yaitu Bima 14 dan Bisi 2 dengan
rata-rata hasil 8,48 t/ha dan 9,11 t/ha . Hasilnya stabil dan beradaptasi luas dengan
penampilan tanaman yang seragam dan kokoh, rendemen biji, panjang dan diameter
tongkol serta jumlah baris biji dan biji/baris lebih unggul dibanding kedua varietas
pembanding.
Produksi benih hibrida MZR072 dapat mencapai 1,52 t/ha dengan menggunakan rasio 1:3
Hasil analisis menunjukkan bahwa calon varietas jagung hibrida MZR072 memilki
kandungan protein dan karbohidrat sebesar 9,71% dan 71,60% lebih besar dibanding
Bima 14 yang hanya memiliki kandungan protein dan karbohidrat hanya 4,20% dan
71,35%.
RPTP Perakitan Varietas Jagung Hibrida dan Bersari Bebas Mendukung Ketahanan Pangan Nasional untuk Lahan Optimal
1. Evaluasi adaptasi genotip jagung hibrida untuk lahan optimal
Lokasi : Sulawesi Selatan (4 lokasi), Sulawesi Utara (1 lokasi), Sulawesi Tengah (1 lokasi), Jawa
Timur (3 lokasi), dan Nusa Tenggara Barat (1 lokasi).
Bahan : 10 genotip F1 (ST201315, ST201328, ST201342, ST201364, ST201320, ST201359,
ST201312, ST201309, ST201318, ST201319) dan empat pembanding hibrida Silang Tunggal yang
komersial.
Metode: Rancangan Acak Kelompok
Gambar 4. Keragaan pertanaman kegiatan evaluasi adaptasi genotip jagung hibrida untuk lahan
optimal saat umur pertanaman 90 hst, di KP. Jambegede MK2017.
Gambar 6. Keragaan pertanaman kegiatan evaluasi adaptasi genotip jagung hibrida untuk lahan
optimal saat pertanaman umur 75 hst, di KP. Muneng, Probolinggo MK2017.
Gambar 10. Keragaan dan penampilan potensi genetik pertanaman kegiatan evaluasi
adaptasi genotip jagung hibrida untuk lahan optimal, di KP. Pandu, Manado
MK2017.
Gambar 11. Keragaan pertanaman kegiatan evaluasi adaptasi genotip jagung hibrida
untuk lahan optimal, di Pare-Kediri MK2017.
Penggaluran Populasi QPM, Provit A, dan Antosianin.
Karakter tanaman dari kegiatan populasi jagung QPM, Provit A, antisianin, disajikan pada
tabel 13. Pada tabel terlihat bahwa famili kawin diri yang dihasilkan 138-253 famili. Pada table
terlihat bahwa telah terjadi inbreeding yang ditandati tinggi tanaman 85-190 cm, sedang populasi
mencapai 210-220 cm.
Tabel 13. Karakter populasi jagung fungsional saat kawin diri, MT I KP. Maros
Karakter Galur QPM Galur Provit A Galur Antisianin
Tinggi tanaman, cm 190-210 180-185 85-120
Tinggi tongkol, cm 85-100 90-100 80-90
Umur menyerbuk, hr 48-53 48-51 42-45
Aspek tanaman, skor 1-2 1 2-3
Aspek kelobot, skor 1-2 1 2
Aspek tongkol, skor 1,0 1,0 2,0
Rebah batang, % 2.5 2,0 1,4
Rebah akar, % 4,0 2,5 3.0
Keseragaman, % 100 90 95
Umur panen, hari 90 95 95
Bulai, % 2,0 - -
Kadar air, % .34,5 32,0 25-29
Warna malai merah muda merah tua merah muda
Warna rambut merah muda merah cerah merah muda
Panjang tongkol, cm 15,2-20,1 14,2-18.5 14,8-19,4
Diameter tongkol, cm 4,2-4,8 3,8-4,5 3,6-4,1
Jumlah barisan biji 12-14 10-14 12-14
Jumlah biji per baris 24-32 26-35 24-37
Warna biji kuning merah Ungu-hitam
Tekstur biji mutiara mutiara Gigi kuda-mutiara
Jumlah tongkol panen per plot 2-4 2-5 3-5
Bobot biji per tongkol, gr 15-22 20-28 18-24
Jumlah famili dikawin diri 171 138 253
Perbanyakan tetua calon VUB OPV
Sebanyak dua populasi digandakan sebagai materi induk jika dirilis yaitu : OPV biji kuning
(Srikandi Depu 1) dan calon VUB anthosianin tinggi. Metoda perbanyakan dengan persilangan
antar tanaman dalam populasi (sibbing). Karakter kedua populasi serta bobot biji yang dieroleh
disajikan sebagai berikut : hasil Populasi yang telah dipanen adalah Q.COM.C0(SK2) dengan
perolehan hasil benih inti : ± 8 kg.
Tabel 14. Karakter populasi calon VUB saat digandakan, MT II KP. Maros
Karakter Q.COM.C0(SK2)
(S.Depu 1)
PMU(S1)SynthF
.C1
Tinggi tanaman, cm 210 180-190
Tinggi tongkol, cm 110 90-100
Umur menyerbuk, hr 53-55 47-50
Aspek tanaman, skor 1-2 1
Aspek kelobot, skor 1-2 1
Aspek tongkol, skor 1-2 1
Rebah batang, % 2,0 -
Rebah akar, % 3,5 -
Keseragaman, % 90 90
Umur panen, hari 102 92
Bulai, % <10,0 <10,0
Kadar air, % 28,5 30,5
Warna malai Merah muda Merah muda
Warna rambut Merah Merah
Panjang tongkol, cm 18,2 16,0
Diameter tongkol, cm 4,8 3,9
Jumlah barisan biji 14 12
Jumlah biji per baris 28 25
Warna biji Kuning Ungu ke
hitaman
Tekstur biji Mutiara Mutiara
Jumlah tongkol panen 300-350 400-500
Bobot biji per tongkol, gr 80 75
Jumlah tongkol di sibbing 450-500 410-450
1. Telah dihasilkan sejumlah galur generasi lanjut jagung khusus QPM, Provit A (beta
carotene), amylose dan anthocyanin dengan kisaran jumlah entri 80-120 generasi S4/S5.
Materi/inbrida yang dihasilkan merupakan dasar dalam perakitan VUB baik OPV maupun
hibrida untuk kegiatan 2018
3. Kandidat jagung ungu opv sebagai VUB nasional yaitu PMU(S1)Synt,F.C1 mengandung
anthocyanin 51,92 μg/g atau lebih tinggi 76,7% dari entri chek.
4. Kandidat calon hibrida silang puncak jagung ungu telah rampung UDHL dengan perolehan
hasil 9,20 t/ha atau lebih tinggi sekitar 5,0% dari varietas chek. Hibrida silang puncak
jagung biji merupakan target iku untuk 2018.
5. Tetua dari calon VUB akan tetap dilakukan screening terhadap ketanahan penyakit bulai
III. INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI
Adapun teknologi budidaya tanaman serealia yang dapat meningkatkan potensi
hasil pada tahun 2017 sebagai berikut.
1. Teknologi budidaya jagung hibrida Nasa 29
Jagung hibrida Nasa29 yang dilepas sebagai varietas unggul dengan potensi ± 13 t/ha,
mempunyai rendemen >82%, bertokol 2 dan ramping dengan warna kuning-orange mempunyai
preferensi petani yang cukup baik. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dan rendemen tetap
tinggi serta persentase tongkol 2 yang dominan, diperlukan teknologi budidaya yang sesuai
dengan agroekosistem lahan.
Teknologi budidaya jagung Nasa29 pada agroekosistem lahan kering berbeda dengan
lahan sawah beririgasi sesudah padi. Di lahan kering peluang hasilnya 10-11 t/ha, sedangkan di
lahan sawah (air tidak jadi pembatas) peluang hasilnya 11-13 t/ha. Teknologi budidaya untuk
mencapai peluang hasil tersebut dan persentase tongkol 2 yang tinggi adalah 1) Teknologi sistem
tanam legowo dan 2) pemupukan berdasarkan agroekosistem lahan/spesifik lokasi.
Teknologi sistem tanam legowo dengan populasi saat panen yang optimal adalah 66.000
– 71.000 tanaman/ha untuk mencapai populasi panen optimal yaitu : a) sistem legowo (90-50)
cm x 20 cm, b) sistem legowo (100-50) cm x 20 cm dengan 1biji/lubang tanam.
Takaran pupuk di lahan kering dengan peluang hasil 10 – 11 t/ha adalah 185 kg N/ha,
45-56 kg P2O5 dan 35 – 45 kg K2O/ha, dan pupuk organik 1 t/ha. Takaran pupuk di lahan sawah
beririgasi dengan peluang hasil 11 – 13 t/ha adalah 210 kg N/ha, 15-35 kg P2O5 dan 15-35
K2O/ha, dan pupuk organik 1 t/ha. Pupuk organik diberikan pada saat tanam sebagai penutup
lubang tanam, sedangkan pupuk anorganik yaitu ½ dari dosis N dan seluruh takaran P dan K
pada awal tanam (<10 hari seudah tanam) dan sisa N diberikan pada umur 40-45 hst.
Gambar 2. Teknologi budidaya jagung hibrida Nasa 29
2. Teknologi penyimpanan sorgum
Sorgum varietas Numbu dan Lokal dalam bentuk malai yang diperoleh setelah panen,
sejumlah 7 malai setiap perlakuan dengan tiga ulangan dimasukkan dalam wadah penangas (uap
air panas) dengan suhu 55-60°C. Perlakuan uap air panas ini akan memenetrasi biji sorgum dan
diharapkan mikroorganisme yang berada di dalamnya dapat mati namun mutu biji masih cukup
terjaga dan layak sebagai bahan pangan. Dalam hal ini menggunakan panci yang memiliki
kukusan, waktu perlakuan uap air panas masing-masing 5 menit, 10 menit, 15 menit dan tanpa
perlakuan uap air panas merupakan kontrol. Sampel kontrol dengan sampel pemberian uap air
panan diproses, dihancurkan dengan alat blender, menjadi sampel siap analisis. Anaisis untuk
komposisi proksimat dan kandungan tanin, selanjutnya setelah penyimpanan tiga bulan, untuk
semua sampel diperlakuakan seperti sampel awal sebelum penyimpanan.
Data kadar air sampel sorgum varietas Numbu setelah penyimpanan tiga bulan
menunjukkan kadar air kontrol terjadi kenaikan dari penyimpanan awal 10,99% setelah
penyimpanan tiga bulan naik menjadi 11,56%. Sampel dengan perlakuan uap air panas 5 menit
juga mengalami kenaikan dari 10,92% tidak mengalami perubahan 10,90% sedangkan
perlakuan uap air panas 10 menit maupun 15 menit, walaupun mengalami kenaikan adar air
tetapi relatif sedikit. Untuk kadar abu untuk semua sampel belum mengalami perubahan yang
berarti, walaupun ada perubahan yang relatif masih sedikit. Data kadar lemak untuk sampel
kontrol mengalami perubahan dari 1,72% turun menjadi 1,49% setelah bulan simpan tiga bulan,
sedang sampel perlakuan uap air panas belum mengalami penurunan yang berarti. Untuk kadar
protein juga mengalami penurunan pada sampel kontrol dari 9,16% turun menjadi 8,35%.
Sedangkan untuk semua sampel perlakuan uap air panas, hanya yang 5 menit mengalami
penurunan kadar protein 9,08% turun menjadi 8,57%, sedangkan perlakuan uap 10, 15 menit
penurunannya relatif kecil.
Untuk hasil analisis kadar tannin kontrol dari 48,40 mg/100g turun menjadi 47,85
mg/100g menunjukkan penurunan yang tidak berarti, sedangkan sampel yang diberi perlakuan
uap mengalami penurunan yang berarti.
Data kadar air pada permulaan bulan simpan menunjukkan bahwa perlakuan uap air
panas agak berbeda tetapi, perubahan belum berarti. Sampel kontrol setelah penyimpanan 3
bulan menunjukkan adanya kenaikan kadar air dari 9,04% naik menjadi 10,09%, sedangkan
sampel pemberian uap mulai 5 menit, 10 menit, 15 menit mengalami kenaikan tetapi relative
sangat kecil. Perubahan kadar abu untuk semua perlakuan hingga penyimpanan 3 bulan belum
menunjukkan perbedaan, walaupun dari angka terdapat perubahan. Berbeda dengan kadar
lemak terdapat perbedaan kontrol dengan pemberian uap, demikian juga setelah bulan simpan
yang ke tiga. Kadar protein kontrol lebih tinggi dibanding pemberian uap untuk ke tiga perlakuan
mulai 5 menit, 10 menit dan 15 menit.
Untuk penyimpanan sorgum varietas Numbu dan varietas Lokal, perlakuan kontrol setelah
simpan tiga bulan, mulai diserang hama gudang, tetapi komposisi proksimatnya masih layak
sebagai bahan pangan. Perlakuan uap 5 menit untuk varietas Numbu mulai ada beberap ekor
hama gudang, tetapi untuk varietas Lokal belum terlihat adanya serangan hama gudang. Sesuai
informasi hasil penelitian sebelumnya bahwa serangan hama gudang terhadap biji sorgum sangat
cepat dibanding biji jagung (Pabbage et al. 1997, Pabbage et al. 1999). Selanjutnya, evaluasi
kerusakan biji termasuk penurunan kualitas biji sorgum beberapa galur/varietas setelah disimpan
hingga beberapa bulan akibat serangan hama gudang (Nonci et al. 1997). Varietas Numbu dan
Kawali, memiliki daya tahan simpan biji hanya bertahan hingga 3 bulan (Nonci et al. 2006). Hal
ini dilakukan dengan dalam bentuk biji sorgum yang telah disortasi dalam penyimpanan yang
aman, sedangkan dalam penelitian ini disimpan dalam bentuk malai, ditambah tanpa sortasi.
Sebagai rujukan untuk penyimpanan sorgum dalam bentuk tepung, menunjukkan daya simpan
yang lebih lama dibanding dalam bentuk biji. Dalam kemasan kantong plastik dapat bertahan
diatas enam bulan belum terserang hama gudang. Penurunan komposisi nutrisi tepung sorgum
varietas Numbu dan Kawali belum berarti hingga enam bulan. Daya simpan tepung sorgum lebih
lama dibanding tepung jagung, hal ini diduga karena dalam tepung sorgum masih tersisa tanin
(senyawa polyphenol) yang merupakan antioksidan yang rasanya sepat mungkin kurang
disenangi hama gudang (Suarni 2008). Sehubungan dengan hasil penelitian tersebut, terlihat
pada penelitian ini, varietas Lokal dengan warna merah, teridentifikasi bahwa kandungan
polyphenolnya relative sangat tinggi dibanding varietas Numbu, sehingga lebih lama daya
simpannya.
3. Teknologi pengendalian penyakit bulai pada tanaman jagung berdasarkan spesies pathogen penyebabnya
Penyakit bulai adalah salah satu penyakitt utama yang menurunkan produktivitas jagung.
Spesies patogen penyakit bulai yang utama di Indonesia P. maydis, P. philippinensis. Untuk
mengendalikan penyakit bulai secara efektif dan efiisien diperlukan teknologi yang sesuai masing-
masing spesies patogennya.
Teknologi pengendalian pengendalain bulai berdasarkan spesies penyebabnya adalah
1). Pada wilayah endemik yang disebabkan oleh spesies P. maydis ditemukan di Kalimantan Barat,
Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Tengah, dan sebagian Sulawesi Selatan,
teknologinya dengan mengkombinasikan varietas tahan dengan pemberian b.a. Metalaksil ≥ 5-
7 gr/kg benih jagung. 2) Pada wilayah endemik P. philippinensis ditemukan di Sulawesi Utara,
Gorontalo, dan sebagian besar Sulawesi Selatan pengendaliaannya yang efektif adalah dengan
mengkombinasikan varietas tahan dengan takaran dosis b.a. Metalaksil cukup 2 gram/kg benih
jagung, pemberian metalaksis diatas dosis yang dianjurkan tidak efisien. Varietas tahan yang
dianjurkan antara lain adalah varietas hibrida Bima-3, Bima14, Bima-15, Bima-20, Nasa29, dan
varietas bersaribebas adalah lagaligo.
RPTP Perbaikan Teknologi Produksi Serealia (Jagung, Gandum, dan Sorgum) Mendukung Peningkatan Produktivitas Berkelanjutan
1. Pengelolaan Hara Spesifik Lokasi Pada Tanaman Jagung pada lahan kering dan lahan sawah di Sinjai
Takaran pupuk yang digunakan petani bervariasi setiap lokasi, rata-rata takaran pupuk
di setiap kecamatan adalah 93,1 – 180 kg N/ha (rata-rata kabupaten 125,3 kg/ha), 7,5 – 56,3 kg
P2O5/ha (27,7 kg/)P2O5), dan 7,5 – 56,3 kg K2O (27,7 kg K2O/ha), dan 5 – 35,7 kg S/ha (25,3
kg S/ha). Dengan tingkat hasil yang diperoleh petani antara 4,9 – 7,0 t/ha (5,3 t/ha) Tabel 2.
Berdasarkan hasil penelitian untuk memperoleh hasil 7 t/ha membutuhkan 55 - 110 kg N/ha
(tergantung Bahan organik tanah), dan 30 – 40 kg P2O5/ha (Syafruddin 2015), karena itu
takaran pupuk N yang dilaplikasikan petani berdasarkan tingkat hasil yang di peroleh saat ini
pada semua lokasi tergolong tinggi, sedangkan P pada kecamatan Barebbo, Awang Pone, dan
Palakka termasuk cukup, sedangkan di kecamatan lainnya masih rendah/tidak cukup (Tabel 11).
Tabel 11. Takaran pupuk dan hasil jagung ditingkat petani di Kabupaten Sinjai
No Kecamatan Takaran pupuk yang digunakan petani (kg/ha) N P2O5 K2O S Hasil (t/ha)
1 Sinjai Borong 122,0 25.5 25.5 5,0 2 Sinjai Selatan 93,1 25,5 25,5 24,7 4,0 3 Tellu Limpoe 93,1 25,5 25,5 6,0 4 Sinjai Timur 105,0 25.5 25.5 6,6 5 Bulupoddo 126,0 33.8 33.8 25,0 5,8 Rata-rata
107.8 27.2 27.2 9,94 5.48
Jenis pupuk yang umum digunakan petani di Kabupaten Sinjai pada tanaman jagung
adalah Urea yang dikombinasi dengan pupuk ZA dan majemuk Phonska (Tabel 12). Metode
aplikasi pemupukan di tingkat petani umumnya adalah dengan meletakkan pupuk di samping
barisan tanaman yang daiplikasikan 1 atau 2 kali, yaitu umur 15-20 HST dan 40-50 HST.
Pemberian pupuk dengan cara ini karena pertimbangan tenaga kerja yang kekurangan.
Tanaman jagung di Sinjai sebagian besar ditanam pada lahan kering dengan tingkat
produktivitas 4-5 t/ha Varietas yang digunakan adalah Bisi-18, NK33, dan Pak tani 2, dengan
takaran pupuk pupuk yang digunakan petani antara rata-rata 200 urea dan 100 phonska kg/ha.
Rekomendasi Pemupukan Spesifik lokasi di Kabupaten Sinjai
Peluang hasil jagung di Kabupeten Bone dapat diperoleh adalah 8-9 t/ha. Takaran pupuk
yang digunakan untuk memupuk satu jenis tanaman akan berbeda untuk masing-masing kondisi
tanah, karena setiap kondisi tanah memiliki karakteristik dan susunan kimia tanah yang berbeda.
Berdasarkan hasil pemograman menggunakan NE dengan sisfat fisik dan kimia tanah seperti
pada Tabel 1 dan dengan hasil jagung yang dapat diperoleh 9 t/ha direkomendasikan
pemupukan pada tanaman jagung adalah 170 kg N/ha, 47 – 57 kg P2O5/ha, dan 29 – 59 kg K2O/
ha, dan dan tidak diperlukan S (Tabel 13).
Rekomendasi pemupukan pada setiap lokasi menggunakan kedua pupuk tersebut
diperhitung berdasarkan takaran P2O5 yang dibutuhkan masing-masing lokasi (Tabel 4) dikonversi
kekandungan P2O5 pada pupuk majemuk Phonska masing-masing mengandung 15:15:15, ,
berturut N, P2O5, dan K2O), ini berarti sebagian N dan K2O diperoleh dari pupuk majemuk, sisa N
ditambahkan melalui pupuk Urea, sedangkan kekurangan K tidak diperhitungkan mengingat
bahwa KCl tidak tersedia di kios tani atau pedagang pupuk yang terdekat dari masing-masing
lokasi.
Tabel 13. Rekomendasi pemupukan N, P, dan K di Kabupaten Sinjai dengan Peluang hasil jagung 8 t/ha berdasarkan program Nutrient Expert (NE)
No
Kecamatan
Rekomendasi pemupukan (kg/ha)
N P2O5 K2O
1 Sinjai Borong 170 57 59
2 Sinjai Selatan 170 57 59
3 Tellu Limpoe 170 57 59
4 Sinjai Timur 170 47 29
5 Bulupoddo 170 57 59
Rata-rata
Tabel 14. Rekomendasi jenis, dosis, dan waktu pemberian pupuk pada tanaman jagung di Kabupaten Sinjai
No Kecamatan
Rekomendasi Jenis, Dosis, dan Waktu pemberian pupuk
≤ 10 HST (kg /ha) 40 – 45HST (kg/ha)
Urea Pupuk majemuk* Urea
1 Sinjai Borong 125 375 125
2 Sinjai Selatan 125 375 125
3 Tellu Limpoe 125 375 125
4 Sinjai Timur 125 325 125
5 Bulupoddo 125 375 125
Rata-rata 125 344,2 148,1
Keterangan : * = Pupuk majemuk yang banyak beredar ditingkat petani adalah Phonska dengan kandungan 15:15:15:10 (N,P2O5, K2O, dan S)
Berdasarkan perhitungan NE, maka takaran pupuk yang digunakan di Sinjai adalah 125 kg
urea/ha dan 344,2 kg pupuk majemuk Phonska/ha pada saat umur <10 HST dan 125 kg
Urea/ha saat umur 40 -45 HST.
Berdasarkan perhitungan NE, maka takaran pupuk di lahan kering masam dengan target
hasil 8 t/ha adalah 125 kg urea/ha dan 344,2 kg pupuk majemuk Phonska/ha pada saat
umur <10 HST dan 125 kg Urea/ha saat umur 40 -45 HST.
2. Penyusunan Metode Penentuan Rekomendasi Pupuk K Berdasarkan Ketersediaan Hara Tanah dan Peluang Hasil
Rekomendasi kebutuhan pupuk pada tanaman jagung dengan ketersedian hara K tinggi
sampai peluang hasil 9 t/ha tidak diperlukan K, peningatan 1 t/ha dari target hasil tersebut
membutuhkan kalium 25-30 kg K2O/ha.
3. Pemanfaat biomas tanaman jagung sebagai pembenah tanah insitu dalam mengefisienkan penggunaan pupuk anorganik
Dekomposer SAMEP Bakteri E7 yang dikombinasi dengan cendawan P7 dengan formulasi
beras+agar+mol mendekmposer limbah jagung yang lebih baik dibanding dengan
dekomposer lainnya, hal ini terlihat dari C/N ratio dan kadar air hasil dekomposisi (bahan
organik) yang rendah, yaitu C/N 19,74 dan kadar air 29.5%
4. Pengendalian penyakit hawar daun (B. maydis ) menggunakan formulasi Bacillus subtilis TM4
Pemanfaatan formulasi B. subtilis melalui penyelubungan benih (seed treatment) jagung
mampu merangsang pertumbuhan tanaman. Terdapat satu formulasi yang efektif
mmengendalikan penyakit busuk batang Fusarium yaitu B. subtilis BNt4.
Penyemprotan tanaman jagung dengan formulasi biopestisida B. subtilis TM4
dapat menekan perkembangan penyakit hawar daun Bipolaris maydis hingga 21,5% dan
berpotensi meningkatkan hasil panen varietas Bima-4 sebesar 47,6% dibandingkan
kontrol.
Pada pengujian di lapangan, aplikasi konsentrasi formulasi 3 g/l cenderung
memberikan hasil terbaik terhadap penekanan penyakit hawar daun B. maydis dan hasil
panen jagung varietas Bima-4.
Pemanfaatan formulasi B. subtilis melalui penyelubungan benih mampu
meransang pertumbuhan tanaman dan formulasi B. subtilis BNt4 dan TM3. Berturut–turut
30% dan 25,9% efektif lebih rendah dibanding tanpa perlakuan dalam mengendalikan
penyakit busuk batang F. verticilliodies tanaman jagung,
5. Peta penyebaran spesies penyebab penyakit bulai pada tanaman jagung di Indoensia
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa dari sejumlah kabupaten yang
disurvei di Nusa Tenggara Barat, ditemukan gejala penyakit bulai di Sumbawa dan Lombok Timur
(Gambar 1). Hasil identifikasi di bawah mikroskop sampel-sampel dari kedua lokasi tersebut
menunjukkan bahwa secara morfologi spesies cendawan penyebab bulai adalah P. sorghi
(Gambar 2).
Gambar 2. Gejala serangan penyakit bulai pada tanaman jagung di Nusa Tenggara Barat
Gambar 3. Peta penyebaran Peronosclerospora spp. di Nusa Tenggara Barat
Pada Gambar 3 menunjukkan bahwa penyakit bulai di Nusa Tenggara Barat disebabkan
yang disebabkan oleh P. sorghi ditemukan Kabupaten Sumbawa Besar dan Kabupaten Lombok
Timur. Khusus di Pulau Lombok, survey dilakukan pada pertanaman jagung di seluruh
Kabupaten/Kota yakni Lombok Timur, Lombok Barat, Lombok Tengah, dan Mataram namun
serangan bulai hanya ditemukan di Kabupaten Lombok Timur.
Selain pengambilan sampel yang dilakukan di Propinsi Nusa Tenggara Barat, sampel juga
dikoleksi dari Kabupaten Malang, Jawa Timur dan Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Hasil
pengamatan di laboratorium menunjukkan bahwa spesies yang ditemukan di Kabupaten Malang
adalah P. maydis, sedangkan yang ditemukan di Kabupaten Banggai adalah P. sorghi. Data ini
kemudian digabungkan ke dalam peta penyebaran spesies penyebab penyakit bulai di Indonesia
seperti tertera pada Gambar 4.
Gambar 4. peta penyebaran spesies penyebab penyakit bulai di Indonesia
Peta tersebut di atas adalah rangkuman data dari penelitian sebelumnya (Lukman et al.
2013; Muis et al. 2013). Pada Gambar 4 menunjukkan bahwa P. maydis ditemukan di Kalimantan
Barat, Kalimantan Selatan, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Tengah dan
bagian dari Sulawesi Selatan. P. philippinensis ditemukan di Sulawesi Utara, Gorontalo, dan
sebagian Sulawesi Selatan. Sedangkan P. sorghi ditemukan di Aceh, Sumatera Utara, Lampung,
Jawa Barat, Jawa Timur, D.I. Yogyakarta, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Nusa
Tenggara Barat. Untuk beberapa provinsi seperti Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur,
Kalimantan Tengah, Maluku, Papua dan Papua Barat belum dilakukan survey sehingga belum ada
data yang bias ditampilkan. Namun, pada Gambar 9, menunjukkan bahwa ada tiga spesies
menyebabkan penyakit bulai jagung di Indonesia dan P. philippinensis hanya ditemukan di Pulau
Sulawesi. Hasil ini memperkuat studi sebelumnya bahwa P. maydis ditemukan tersebar luas di
Jawa terutama di daerah dengan kisaran suhu 25-300C, kelembaban relatif 80-100%, dan 1000-
3000 mm curah hujan tahunan (Rustiani et al. 2015). Tingginya kadar keragaman penyakit bulai
di Jawa bisa karena dua penyebab, yakni karena variasi genetik dalam P. maydis, atau karena
adanya spesies bulai selain P. maydis (Lukman et al. 2013).
6. Pengendalian hama utama tanaman gandum dengan kombinasi varietas tahan dengan insektisida nabati
Jenis-jenis hama yang ditemukan pada fase vegetative adalah wereng hijau, pengorok
daun, belalang, penggerek batang. Wereng hijau, pengorok daun ditemukan dengan populasi
dan serangan yang rendah, kecuali penggerek batang populasinya agak tinggi. Adapun jenis-
jenis hama yang ditemukan pada fase generative adalah Mithymna separata, pengisap bulir, dan
penggerek batang. Gejala serangan penggerek batang ditandai denagn adanya lubang gerekan
pada batang (Gambar 10). Hasil pengamatan di laboratorium, diketahui bahwa jenis penggerek
batang yang ditemukan adalah Diatraea grandiosella (Gambar 2). Berbeda dengan yang
ditemukan pada lokasi dan waktu yang berbeda. Hasil penelitian di Kecamatan Rumbia,
Kabupaten Jeneponto pada tahun 2014 spesies penggerek batang yang ditemukakan adalah
Sesamia calamistis (Nonci dan Muis, 2014). Selanjutnya Nonci, at al., 2015 mengemukakan
bahwa penggerek batang yang ditemukakan di Kecamatan Rumbia, Kabupaten Jeneponto adalah
Sesamia inferens. Sesuai yang dikemukakan (Prescott et al., 2012) bahwa tanaman gandum
dapat dirusak oleh beberapa spesies penggerek batang. Pada Table 1 dapat dilihat persentase
serangan D. grandiosella pada fase fegetatif.
Gambar 10. Lubang gerekan pada batang gandum akibat serangan penggerek batang
Gambar 2. Larva, pupa, dan ngengat penggerek batang gandum di Malakaji, Gowa
Hasil analisis statistika terhadap persentase serangan pada fase vegetatif antara varietas
dan perlakuan pestisida nabati tidak ada interaksi dan tidak ada perberbedaan yang nyata antara
perlakuan. Yang berbeda nyata adalah perlakuan varietas, dimana intensitas serangan penggerek
batang pada varietas Guri 2 lebih rendah dibanding pada Guri 4 (Tabel 43).
Tabel 43. Rata-rata persentase serangan penggerek batang pada 30 HST
Perlakuan Varietas
Rata-Rata GURI 2 GURI 4
Mitol 20EC
Citral
Siori Spo 20EC
Mitol 20EC + Citral
Mitol 20EC + Siori Spo 20EC
Kontrol (tanpa pestisida)
24,05
20,84
24,14
17,82
22,73
27,45
28,90
27,73
32,49
25,84
22,82
28,89
26,48 tn
24,28
28,32
21,83
22,78
28,17
Rata-Rata 22,84 a 27,78 b
KK (%) 21,23
Angka pada kolom yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%.
Persentase serangan penggerek batang pada fase fegetatif pada Guri 2 antara 17,82% -
27,455%, sedangkan pada Guri 4 antara 22,82% – 28,90% (Tabel 2). Persentase serangan
penggerek batang pada fase generative pada Guri 2 antara 53,51% - 65,2%, sedangkan pada
Guri 4 antara 59,60% – 64,88% (Tabel 44). Persentase serangan pada fase generative
meningkat, baik pada Guri 2 maupun Guri 4. Persentase serangan pada Guri 2 (kontrol) fase
vegetatif 27,45% meningkat pada fase generatif menjadi 65,25%. Sedangkan persentase
serangan pada Guri 2 (kontrol) fase fegetatif 28,89% meningkat pada fase generatif menjadi
62,17%.
Tabel 44. Rata-rata persentase serangan penggerek batang pada 60 HST
Perlakuan Varietas
Rata-Rata GURI 2 GURI 4
Mitol 20EC
Citral
Siori Spo 20EC
Mitol 20EC + Citral
Mitol 20EC + Siori Spo 20EC
Kontrol (tanpa pestisida)
60,49
55,94
53,51
61,89
63,17
65,25
64,88
60,43
60,88
59,64
59,60
62,17
62,69 tn
58,19
57,19
60,77
61,38
63,71
Rata-Rata 60,04 tn 61,27
KK (%) 12,61
Persentase serangan penggerek batang pada semua perlakuan pestisida nabati tidak
berbeda nyata antar perlakuan baik pada fase vegetatif maupun fase generatif (Tabel 2 dan Tabel
44). Hal ini mungkin disebabkan karena frekwensi pemberian pestisida nabatinya yang kurang,
hanya diberikan dengan interval 1 kali dalam 2 minggu, selain itu dosisnya perlu ditambah, lebih
dari dosis anjuran. Menurut Setiawati at al., (2008) bahwa pestisida nabati aplikasinya harus lebih
sering karena cepat terurai dan daya racunnya rendah.
Hasil pengamatan terhadap serangan penyakit menunjukkan bahwa penyakit yang
dominan menyerang tanaman gandum pada penelitian ini adalah penyakit hawar daun yang
disebabkan oleh cendawan Helminthosporium sp. (Gambar 11) dengan persentase serangan yang
sangat tinggi (Tabel 45).
Gambar 11. Gejala serangan hawar daun (kiri) dan konidia Helminthosporium sp. (kanan)
Tabel 45. Rata-rata persentase serangan Helminthosporium sp. pada 30 HST
Perlakuan Varietas
Rata-Rata GURI 2 GURI 4
Mitol 20EC
Citral
Siori Spo 20EC
Mitol 20EC + Citral
Mitol 20EC + Siori Spo 20EC
Kontrol (tanpa pestisida)
40,7
33,3
40,7
33,3
33,3
33,3
63,0
70,4
63,0
70,4
63,0
63,0
51,9 tn
51,9
51,9
51,9
48,1
48,1
Rata-Rata 35,8 a 65,4 b
KK (%) 21,11
Angka pada kolom yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%.
Pada Tabel 4 terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antar semua perlakuan
terhadap persentase serangan Helminthosporium sp. Bahkan semua perlakuan pestisida nabati
tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol. Hal yang berbeda adalah pada varietas, dimana
persentase serangan pada varietas Guri 2 (35,8%) lebih rendah daripada Guri 4 (65,4%).
Pada pengamatan berikutnya yakni pada fase generatif, rata-rata persentase serangan
penyakit pada varietas Guri 4 sudah mencapai 100% pada semua perlakuan, sedangkan pada
varietas Guri 2, rata-rata persentase serangan penyakit 77,8% pada semua perlakuan (Gambar
12).
Gambar 12. Penampilan varietas Guri 2 (V1) dan Guri 4 (V4) akibat serangan penyakit hawar daun Helminthosporium sp.
Hasil peneleitian ini menunjukkan bahwa pestisida nabati yang diuji tidak mampu
menekan perkembangan penyakit hawar daun gandum di lapangan.
Hasil pengamatan terhadap hasil panen menunjukkan bahwa hasil panen yang diperoleh
sangat rendah yakni di bawah 1 t/ha (Tabel 46). Rendahnya hasil yang diperoleh ini diduga
karena tingginya serangan penyakit hawar daun gandum.
Tabel 46. Rata-rata hasil (t/ha)
Perlakuan Varietas
Rata-Rata GURI 2 GURI 4
Mitol 20EC
Citral
Siori Spo 20EC
Mitol 20EC + Citral
Mitol 20EC + Siori Spo 20EC
Kontrol (tanpa pestisida)
0,057
0,065
0,058
0,068
0,076
0,067
0,074
0,057
0,086
0,051
0,062
0,048
0,066 tn
0,061
0,073
0,059
0,069
0,058
Rata-Rata 0,065 tn 0,063
KK (%) 51,16
IV. BENIH SUMBER
Adapun teknologi budidaya tanaman serealia yang dapat meningkatkan potensi hasil
pada tahun 2017 sebagai berikut.
Produksi Benih Sumber Jagung Komposit Klas Benih Penjenis (BS) DAN F1 dengan penerapan SMM
Hasil benih jagung klas benih penjenis (BS) yang diproduksi di KP. Bajeng, disajikan pada
tabel di bawah ini.
Tabel 1. Produksi Benih Penjenis (BS) dan F1 Jagung, KP. Bajeng, Gowa, Sulsel, 2017.
Varietas Hasil (kg) Kadar air (%)
Pulut Uri 875 10,0
Srikandi Kuning 900 10,1
Bisma 1243 10,2
Lamuru 1230 10,2
Sukmaraga 1200 10,2
Anoman 725 10,1
Provit A1 1010 10,1
Arjuna 37 10,2
Gumarang 29 9,6
Bima 20 URI 258 10,2
Jumlah 7.507
Total hasil benih yang diperoleh dari kelima varietas jagung klas BS ialah 7.507 kg dengan
kadar air benih berkisar 9,6-10,2%, melebih target produksi benih jagung klas BS 7000 kg (Tabel
1).
Produksi Benih Sumber Jagung Komposit Klas Benih Dasar (FS) dengan penerapan SMM
Hasil benih yang diproduksi di lahan petani Kab. Takalar, Sulawesi Selatan
mencapai 14.000 kg.
Tabel 2. Produksi Benih Dasar (BD/FS) Jagung,Takalar, Sulawesi Selatan, 2017.
Varietas Hasil benih (kg) Kadar air (%)
Bisma 2.135 10,0
Lamuru 4.076 9,9
Srikandi Kuning 1.527 9,8
Pulut URI 1.575 9,8
Sukmaraga 4.160 9,8
Provit A1 477 9,5
Arjuna 50 9,5
Jumlah 14.000
Produksi Benih Sumber Sorgum dengan penerapan SMM
Hasil benih sorgum varietas Kawali, Numbu, Super 1, dan Super 2 disajikan pada Tabel
3 di bawah ini
Tabel 3.Hasil benih sorgum klas BS, KP. Bontobili, Sulsel. 2017.
Varietas Hasil benih (kg) Kadar air (%)
Kawali 344 9,5
Numbu 96 9,6
Super 1 435 9,6
Super 2 137 10,1
Jumlah 1.012
Produksi Benih Sumber Sorgum dengan penerapan SMM
Hasil benih gandum varietas Nias dan Dewata disajikan pada Tabel 4 di bawah ini
Tabel 4.Hasil benih gandum klas BS, Malino, Sulsel. 2017.
Varietas Hasil benih (kg) Kadar air (%)
Nias 50 8,4
Dewata 62 7,8
Jumlah 112
Distribusi Benih Tahun 2017
Pada tahun 2017 telah terdistribusi benih jagung klas BS sebanyak 5780,8 kg yang terdiri
dari jagung varietas Lamuru 834 kg, Sukmaraga 1080,2 kg, Bisma 812,5 kg, Anoman 43,8 kg,
Srilandi Kuning 1218 kg, Gumarang 7 kg, Provit A1 601,5 kg, dan Pulut URI 1183,8 kg. Benih
jagung klas BS ini didistribusikan keseluruh penjuru tanah air dengan pengguna/konsumen
antara lain Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Dinas Pertanian Tanaman Pangan tingkat
provinsi/kabupaten daerah, dan penangkar binaan Dinas Pertanian setempat. Sepanjang tahun
2017 ini kepuasan pelanggan mencapai 95%, dan tidak ditemukan adanya keluhan pelanggan
terkait mutu benih yang didistribusikan. Adapun keluhan yang ada biasanya menyangkut lamanya
waktu pengiriman benih terutama untuk wilayah-wilayah yang jauh dan memerlukan transportasi
yang cepat. Untuk hal tersebut telah diberikan informasi mengenai lama pengiriman ke propinsi
tertentu sehingga pihak pengguna dapat mengestimasi waktu penanaman dengan waktu
transportasi benih sumber dari produsen ke pengguna.
Varietas jagung klas BS yang terdistribusi sepanjang tahun 2017 ini, yang tertinggi ialah
varietas Srikandi Kuning, 1218 kg, disusul oleh Pulut URI 1183,8 kg, Sukmaraga 1080,2 kg,
Lamuru 834 kg, dan Bisma 812,5 kg (Gambar 1).
Gambar 1. Varietas jagung klas BS yang terdistribusi pada tahun 2017
Distribusi benih jagung klas BD/FS sepanjang tahun 2017 mencapai 14417,4 kg yang
terdiri dari jagung varietas Lamuru 4553,9 kg, Sukmaraga 1482,9 kg, Bisma 87 kg, Srikandi
Kuning 3125, 7 kg, Srikandi Putih 905,7 kg, Lagaligo 1296 kg, Provit A1 556,6 kg, dan Pulut URI
1639,6 kg. Benih ini didistribusikan ke seluruh propinsi di Indonesia. Diantara varietas jagung
yang didistribusikan ini yang tertinggi ialah jagung varietas Lamuru 4553,9 kg, Srikandi Kuning
3125,7 kg, Pulut URI 1639,6 kg, dan Sukmaraga 1482,9 kg (Gambar 2).
Gambar 2. Varietas jagung klas BD/FS yang didistribusikan tahun 2017.
834
1080.2
812.5
43.8
1218
7
601.5
1183.8
4553.9
1482.9
857
3125.7
905.71296
556.6
1639.6
Meskipun tidak sebesar jagung, namun benih sorgum juga telah banyak diminati oleh
pengguna, terutama dari wilayah NTT dan sebagaian Jawa. Distribusi benih sorgum sepanjanga
tahun 2017 ini ialah sebesar 530.7 kg yang terdiri dari sorgum varietas Kawali 11,4 kg, Numbu
96 kg, Super 1 245,8 kg, Super2 285,9 kg, Suri 3 42,4 kg, dan Suri 4 49,2 kg. Diantara varietas
sorgum yang didistribusikan, yang tertinggi ialah Super 2, 285,9 kg, Super 1, 245,8 kg, Numbu
96 kg, Suri 4, 49,2 kg dan Suri 3, 42,4 kg (Gambar 3). Berbeda dengan sorgum, distribusi benih
gandum sangat sedikit, dan sepanjang tahun 2017 ini penggunanya hanyalah untuk penelitian
di Balitsereal.
Gambar 3. Varietas Sorgum dan gandum yang terdistribusi tahun 2017.
Kawali Numbu Super 1 Super 2 SURI3 Suri 4 Nias Dewata
11.4
96
245.8
85.9
42.4 49.2
2.8 2.8
V. DISEMINASI HASIL PENELITIAN
Diseminasi teknologi jagung dan serealia potensial yang terdiseminasikan pada tahun 2017
dapat dilihat pada Tabel 15.
1. Diseminasi Nasa 29
- Diseminasi dalam rangka Penas tahun 2017 di Propinsi Aceh, Kabupaten Aceh Besar dengan
luasan 2 ha, pelaksanaan Pebruari-Mei 2017
- Kegiatan gelar teknologi kerjasama Balitsereal dengan BPTP NTB, Kabupaten Sumbawa
dengan luasan 1 ha, pelaksanaan Januari-April 2017
- Kegiatan gelar teknologi dalam rangka kegiatan gebyar perbenihan tanaman pangan nasional
2017 di Kabupaten Sigi Propinsi Sulawesi Tengah dengan luasan 1 ha, pelaksanaan Agustus-
Nopember 2017
- Kegiatan dalam rangka pengembangan lahan masam untuk pertanaman jagung kerjasama
Balitsereal dengan BPTP Jambi di Kabupaten Tebo Propinsi Jambi dengan luasan 2 ha,
pelaksanaan September-Desember 2017
- Kegiatan pengembangan VUB Nasional terbaru kerjasama Balitsereal dengan Pemda Takalar
dan Sidrap dengan luasan 70 ha, pelaksanaan Pebruari-Desember 2017.
- Kegiatan dalam rangka pengembangan lahan kering dan masam kerjasama Balitsereal
dengan BPTP Kalsel di Kabupaten Tanah Bumbu dengan luasan 1 ha, pelaksanaan
September-Desember 2017.
2. Diseminasi Pulut Ungu
- Kegiatan dalam rangka pengenalan teknologi/vub kepada pengunjung Balitsereal (rata-rata
3.300 orang/tahun) di Kabupaten Gowa dengan luasan 0,5 ha, pelaksanaan Maret-Mei 2017
3. Diseminasi jagung Puri 3H
- Kegiatan dalam rangka pengenalan teknologi/vub kepada pengunjung Balitsereal (rata-rata
3.300 orang/tahun) di visitor plot Balitsereal Kabupaten Maros dengan luasan 0,5 ha,
pelaksanaan Maret-Mei 2017
4. Diseminasi Bio Dekomposer
- Kegiatan dalam rangka pengenalan teknologi/vub kepada pengunjung Balitsereal (rata-rata
3.300 orang/tahun) di visitor plot Balitsereal Kabupaten Maros dengan luasan 0,5 ha,
pelaksanaan Pebruari-Mei 2017
Kegiatan Diseminasi Teknologi Jagung dan Serealia Potensial pada tahun 2017 adalah sebagai
berikut:
1. Gelar teknologi
Visitor plot Balitsereal
Visitor plot Balitsereal merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan untuk
mendiseminaiskan hasil-hasil inovasi teknologi yang telah dihasilkan. Visitor plot Balitsereal
mencakup areal sekitar dua hektar yangmana ditanami dengan varietas-varietas terbaru serta
calon varietas yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. Pada pertanaman pertama, inovasi
teknologi yang digelar adalah varietas unggul yang baru dilepas diantaranya Calon varietas Nasa
29, Bima 19 URI, Bima 20 URI, JH 27, sorgum varietas Numbu dan Super 1.
Gambar 3 . Penampilan calon varietas Nasa 29 dan Bima 19 URI
Visitor plot Balitsereal juga merupakan ajang temu lapang dengan para stakeholder.
Tujuan dari temu lapang ini adalah untuk menginformasikan dan sekaligus mendiskusikan tentang
varietas-varietas yang ditampilkan. Dari pertemuan di lapangan ini diharapkan diperoleh umpan
balik untuk perbaikan varietas-varietas baru yang lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan petani.
Sampai dengan Juni 2017, visitor plot Balitsereal telah dikunjungi oleh tak kurang dari
1.300 pengunjung yang terdiri dari Biro Organisasi dan Kepegawaian Kementan, BPTP se
Indonesia, Balitbangtan, IPB, Dewan Riset Nasional, Binus University, DPRD Luwu Utara, DPRD
Kab Selayar, PPL se Indonesia Timur, mahasiswa, siswa SMK, serta petani/masyarakat umum.
Visitor plot Balitsereal juga telah dikunjungi oleh Kapus Tanaman pangan.
Gambar 4 . Kunjungan tim produksi benih BPTP se Indonesia
Gambar 5. Kunjungan lapangan ke lokasi produksi benih F1 BIma 19
Gambar 6. Kunjungan lapang mahasiswa ke KP Balitsereal
Gambar 7. Kunjungan kerja rombongan DPRD Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara
PENAS XV Tahun 2017
Ajang pertemuan petani dan nelayan nasional (Penas) ke-XV 2017 resmi dibuka oleh
Presiden Jokowi. Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka Pekan Nasional (Penas) Kontak Tani
Nelayan Andalan (KTNA) XV di Stadion Harapan Bangsa, Lhoong Raya, Banda Aceh pada tanggal
6 Mei 2017. Acara nasonal yang akan berlangsung pada tanggal 6-12 Mei 2017 menyajikan
berbagai inovasi terbaik karya anak negeri di bidang pertanian, peternakan dan pengolahan
potensi kelautan bahari. Acara yang digelar setiap tiga atau empat tahun sekali ini didisain lebih
dari sekedar pameran pada umumnya tetapi juga menunjukkan kondisi ril bagaimana teknologi
atau temuan di bidang pertanian, peternakan dan kelautan dapat diimplementasikan oleh petani.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian pada Penas kali
ini memanfaatkan lahan seluas 5 hektar. Lahan di disain cukup menarik dan dibagi menjadi
cluster. Ada delapan kluster teknologi yang ditampilkan, yaitu Tanaman Pangan; Peternakan;
Hortikultura; Perkebunan; Agroforestry; Sarana Produksi; Bioteknologi; serta Kelautan dan
Perikanan. Padi unggulan, jagung, kedelai dan kacang hijau tampak subur di kluster Tanaman
Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian menampilkan beragam varietas unggul
mulai dari padi, jagung, kedelai, sorgum, tebu, cabai, bawang serta hewan ternak.
Pada perhelatan Penas 2017, komoditas jagung mendapat tempat tersendiri karena
mendapatkan lahan yang cukup luas, sekitar 1 ha untuk gelar teknologi jagung dan sorgum.
Balitsereal menampilkan calon varietas jagung bertongkol ganda hasil penelitian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) NASA 29. NASA 29 merupakan hasil persilangan
antara galur inbrida G10.26-12 sebagai tetua betina dan MAL03 sebagai tetua jantan. Kedua galur
tersebut dirakit oleh Tim Pemulia Jagung Balitbangtan Kementerian Pertanian. Galur G10.26-12
sendiri dirakit dengan menggunakan populasi dasar dari rekombinasi 8 varietas jagung nasional
yang dilakukan pada tahun 2003 sedangkan Galur MAL03 dirakit dari populasi dasar tahan
penyakit Bulai.
Gambar 8. Penampilan pertanaman jagung di lokasi penas 2017.
Selain varietas jagung, Balitsereal juga melakukan gelar teknologi tanaman sorgum pada
lahan seluas 0,25 ha. Varietas yang ditanam adalah Numbu dan Super 1 serta calon varietas
sorgum Numbu yang telah dimutasi. Walaupun lahan tergolong suboptimal dengan tingkat
salinitas yang tinggi, VUB sorgum masih dapat tumbuh dan berproduksi optimal. Lokasi gelar
teknologi jagung dan sorgum mendapat kunjungan dari petani se Indonesia, perguruan tinggi,
peneliti, penyuluh. Penas juga menggelar pameran indoor di kompleks stadion Aceh Besar. Stand
lapangan Badan Litbang Pertanian diisi oleh produk bioindustri tanaman pangan dan hortikultura
Gambar 9. Penampilan pertanaman sorgum di lokasi penas 2017.
2. Pameran dan showroom
Salah satu kegiatan penyebarluasan informasi dan promosi teknologi inovatif produksi jagung
adalah pameran/ekspose. Selain itu juga pameran yang diselenggarakan di tingkat regional
antara lain pameran pembangunan utamanya pada peringatan yang terkait dengan kegiatan di
daerah. Pameran tersebut dapat bersifat komersial maupun non-komersial, sehingga materi-
materi yang akan dipamerkan disesuaikan dengan tema acara. Sehubungan dengan hal tersebut
dan mengingat pengunjung yang hadir berasal dari berbagai lapisan masyarakat maka
penampilan materi disesuaikan dengan status calon pengunjung. Untuk itu diperlukan kejelian
dalam pemilihan dan penampilan materi untuk dapat lebih menarik calon pengguna dan mitra
kerjasama. Materi yang ditampilkan lebih banyak berupa fisik dari pada panel.
Diantara kegiatan pameran yang diikuti oleh Balai Penelitian Tanaman Serealia pada
tahun 2017 adalah:
Pameran dalam rangkaian Penas 2017 di Aceh
Pameran Perbenihan dan Pembibitan Indonesia
Pameran rintisan kerjasama Kementan dengan perguruan tinggi wilayah timur Indonesia
Agrinex Expo 2016 di Jakarta
Gambar 10. Pameran outdoor Penas 2017.
Gambar 11. Pameran indoor dalam rangkaian Penas 2017.
Gambar 12. Pameran Perbenihan dan Pembibitan Indonesia
Gambar 13. Pameran pembangunan Provinsi Sulawesi Selatan 2017.
Showroom
Showroom merupakan salah satu ruangan khusus untuk menampilkan/ memperagakan
kinerja penelitian dan juga sebagai sarana promosi yang dapat dikunjungi para tamu setiap saat.
Penampilan hasil penelitian dalam showroom sangat diperlukan dan perlu secara berkelanjutan.
Hal ini mengingat kehadiran para tamu yang berkunjung setiap saat ke Balitsereal dengan
berbagai tujuan, yang selalu ingin memperoleh informasi hasil-hasil penelitian.
Hasil-hasil penelitian yang diperagakan dalam showroom berupa contoh fisik maupun
panel yang ditata dalam tempat khusus, yang dapat dijadikan sebagai salah satu obyek tujuan
kunjungan setiap tamu yang datang ke Balitsereal. Selain itu, juga tersedia brosur atau leaflet-
leaflet hasil penelitian sehingga pengunjung dapat mengetahui informasi teknologi serealia. Salah
satu penampilan showroom Balitsereal di lobi tengah gedung induk disajikan pada Gambar 14.
Gambar 14. Showroom untuk promosi hasil-hasil penelitian Balitsereal.
3. Komunikasi Tatap Muka
Temu lapang merupakan forum yang sangat efektif untuk menyampaikan informasi secara
langsung kepada stakeholder yang umumnya dilakukan di areal pertanaman. Tujuan dari temu
lapang ini adalah untuk menginformasikan sekaligus mendiskusikan tentang varietas-varietas
yang ditampilkan. Dari pertemuan di lapangan ini diharapkan diperoleh umpan balik untuk
perbaikan varietas-varietas baru yang lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan petani. Temu
lapang Balitsereal Tahun 2017 dilaksanakan di berbagai lokasi diantaranya lokasi gelar teknologi
jagung hibrida dan komposit di Provinsi Sulawesi Tengah, Jambi, NTB, NTT, Sultra dan Sulsel.
Melalui diskusi lapangan ini diharapkan dapat lebih meningkatkan pemahaman petani akan
teknologi.
Gambar 15. Acara temu lapang di NTB, Sulsel, Jambi dan Sultra.
Kegiatan gelar teknologi dan temu lapang juga dilaksanakan di Kab. Sidrap dan Kab
Takalar pada luasan masing-masing 30 ha yangmana merupakan hasil kerjasama Badan Litbang
Pertanian dengan Pemkab Sidrap dan Takalar. Poduksi jagung di SIdrap menunjukkan trend yang
mengalami peningkatan. Pada tahun 2016 menurut BPS produksi jagung mencapai 113.160 ton,
naik dua kali lipat dalam 5 tahun terakhir (Tahun 2012) yang mana produksinya hanya 59.000
ton.. Peningkatan produksi ini sebagai dampak dari meningkatnya kebutuhan jagung untuk pakan
ternak di Sidrap. Jumlah ternak ayam di sidrap saat ini mencapai 4,5 juta ekor dan merupakan
salah satu sentra produksi telur dan ayam pedaging di Provinsi Sulawesi Selatan
Program pengembangan jagung hibrida NASA 29, Bima 14 dan Bima 19 URI di Kecamatan
Kulo mendapat apresiasi yang tinggi dari pemkab Sidrap. Walaupun di intercrop dengan tanaman
perkebunan namun varietas Balitbangtan masih dapat beradaptasi dengan baik. Hasil ubinan
yang dilaksakan oleh BPS rabu, 29 Nopember 2017 diperoleh hasil ubinan sebesar 11,06 ton/ha.
Hasil ini tentu sangat membanggakan karena produktivitas rata-rata di tingkat petani di Sidrap
saat ini hanya sebesar 6 t/ha saja. Petani mengharapkan kegiatan gelar teknologi varietas unggul
Kementerian Pertanian dapat terus di perluas dan menggantikan varietas lama yang
produktivitasnya < 5 t/ha) yang saat ini luas pertanamannya masih cukup banyak.
Gambar 16. Temu lapang dalam rangka gelar teknologi jagung NASA 29 di Sidrap
Kegiatan panen raya dan temu lapang pengembangan jagung hibrida Balitbangtan juga
dilaksanakan di Kendari, Kupang NTT dan Sigi Sulteng. Kegiatan panen dan temu lapang
mendapat respon dari pemerintah setempat dan akan mendapatkan alokasi yang cukup besar
pada program bantuan benih pemerintah tahun 2017 dan 2018. Rata rata capaian produktivitas
di Kendari Sultra mencapai 10 t/ha, Kupang NTT sebesar 9,5 t/ha dan Sulteng mencapai 9 t/ha.
Gambar 17. Kegiatan temu lapang di Sulsel, Sultra, Sulteng, Jambi dan NTT
4. Pengembangan Informasi
Kegiatan pengembangan informasi terkait dengan pencetakan dan penyebarluasan informasi
hasil-hasil penelitian melalui media cetak dan elektronik. Kegiatan yang telah dilakukan adalah
pencetakan leaflet dan brosur/booklet. Informasi hasil-hasil penelitian yang telah dikemas dalam
media cetak disebarluaskan kepada pengguna, baik pada pameran, kegiatan open house/Seminar
Naisonal Serealia 2017, kunjungan tamu ke Balitsereal atau permintaan langsung dari pengguna
termasuk Dinas-Dinas Pertanian. Materi yang telah dicetak adalah Buku Gandum, Buku Aplikasi
Statistik untuk Pemuliaan Jagung, Jurnal Penelitian Serealia, Deskripsi Varietas, Highlight
Penelitian Serealia, leaftlet Budidaya Tanaman Jewawut, Tumpangsari jagung dan Kedelai Dalam
Sistim Tanam Legowo, Budidaya Jagung Hibrida, PTT jagung, Pengelolaan hara, sekilas
Balitsereal dan berbagai jenis brosur. Hasil cetakan kemudian di berikan kepada tamu yang
berkunjung di Balitsereal serta di kirim ke petugas lapangan pertanian yang ada di Dinas-Dinas
Pertanian di daerah.
Tabel 18. Daftar Realisasi Penyebaran Informasi 2017
No Judul Cetakan Jumlah
Cetakan
Yang
tersebar
Sisa
1 Kalender 500 500 0
2 Buku Gandum 200 100 100
3 Jurnal 100 54 46
4 Leaflet varietas 10.000
Leaflet Jagung Putih 1.000 550 450
Leaflet Budidaya Jagung IP 400 1.000 600 400
Leaflet teknologi budidaya jagung hibrida 1.000 476 524
Leaflet tumpang sari jagung kedelai 1.000 500 500
Leaflet budidaya sorgum 1.000 490 510
Leaflet PTT jagung 1.000 450 550
Leaflet budidaya jewawut 1.000 456 544
Leaflet Sorgum Super-1 1.000 823 177
Leaflet Sorgum Super-2 1.000 825 175
Leaflet petunjuk kekurangan hara 1.000 400 600
5 Buku Diskripsi Varietas Jagung Unggul (Buku
Saku
1.000 300 700
6 Buku Diskripsi Varietas Sorgum (Buku Saku) 1.000 - -
7 Buku Diskripsi Varietas Gandum (Buku Saku) 1.000 - -
8 Tas Diseminasi untuk penyebaran informasi 1.000 400 600
9 Leaflet sekilas Balai (Bahasa Indonesia) 2.500 1.100 1.400
10 Leaflet sekilas Balai (Bahasa Indonesia) 2.500 700 1.800
Gambar 18. Publikasi yang dicetak
Penyebarluasan informasi juga dilakukan dengan menggunakan media elektronik melalui
website resmi Balai Penelitian Tanaman Serealia yang dapat diakses pada
http://www.balitsereal.litbang.pertanian.go.id. Website ini dikunjungi mendapatkan 107.800 hits
pada periode pengamatan Januari-Desember 2017.
Gambar 19. Tampilan front page website Balai Penelitian Tanaman Serealia 2017.
Balitsereal juga menggelar seminar rutin yaitu Seminar Dua Mingguan yang dilaksanakan
pada hari senin. Seminar ini diikuti oleh para peneliti lingkup Balitsereal. Seminar tersebut lebih
bersifat penyampaian hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti, apakah
sifatnya sebagai laporan kegiatannya atau hasil penelitian yang telah dilakukan. Hasil
pembahasan materi hasil penelitian akan dijadikan materi untuk dipublikasikan di jurnal Badan
Litbang atau media publikasi lain.
Selain seminar internal, peneliti juga mengikuti seminar yang diselenggarakan oleh
instansi lain yaitu antara lain Puslitbang Tanaman Pangan, Balai Besar Pascapanen, Balai Besar
Alat dan Mesin Pertanian, BPTP, dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan.
Taman Sains Pertanian (TSP) dan Taman Teknologi Pertanian (TTP)
Salah satu program unggulan yang dituangkan dalam Sembilan program quick
wins pemerintah adalah pengembangan TSP dan TTP di sejumlah provinsi mulai dari Aceh sampai
NTT. Pengembangan TSP dan TTP diharapkan dapat mempercepat adopsi teknologi yang sesuai
dengan kondisi spesifik wilayah.
Selama periode 2016/2017 TSP Balitsereal sebagai tempat pembelajaran telah menerima
kunjungan tamu sebanyak 3.166 orang, pelatihan sebanyak 391 orang, magang sebanyak 275
orang, praktek kerja lapang sebanyak 66 orang sehingga total kunjungan ke lokasi TSP pada
periode 2016/2017 sebanyak 3.898 orang.
Gambar 19. A. Pelatihan pembuatan pupuk kompos jagung, b. pelatihan budidaya jagung bagi PPL wilayah timur Indonesia, c. Pengembangan sistim surjan untuk budidaya jagung, padi dan ikan, d. Pembuatan produk es krim jagung ungu.
Balai Penelitian Tanaman Serealia yang merupakan pusat kegiatan penelitian tanaman
serealia berperan secara aktif dalam mengembangkan TSP di lingkungan KP Balitsereal serta
melakukan pembinaan terhadap TSP dan TTP yang tersebar di seluruh Indonesia.
Adapun jenis pendampingan pada lokasi pendampingan TSP/TSP adalah sebagai berikut:
TSTP Provinsi Kabupaten Kegiatan/Pendampingan
Balai Penelitian Tanaman Serealia
Sulawesi Selatan
Maros Demplot jagung, sorgum dan bioindustri tanaman serealia
Pengembangan integrasi jagung-ternak
Pengembangan fasilitas
TTP Jatim Jatim Lamongan Penyediaan narasumber teknologi jagung
TTP NTB NTB Sumbawa Demplot jagung Pulut URI Penyediaan narasumber
teknologi jagung
TTP Kaltim Kalimantan Timur
Samarinda Demplot varietas unggul jagung hibrida rendah emisi
Penyediaan narasumber teknologi jagung
Gambar 17. Pelatihan teknologi jagung di wilayah TTP Jatim, NTB dan TTP Kaltim, Kalsel.
Pendampingan Upsus Padi dan Jagung
Pendampingan upsus meliputi kegiatan yaitu 1. Pendampingan percepatan LTT lingkup
provinsi Sulawesi Selatan, 2. Pendampingan upsus jagung tingkat nasional 3. Pendampingan
serap gabah petani (Sergap) pada wilayah yang melaksanakan panen raya.
Pendampingan Produksi padi di sulsel dibagi menjadi tiga sektor yaitu sector barat meliputi
kabupaten Jeneponto, takalar, gowa, Makassar, maros, pangkep, barru, parepare, dan selayar
Adapun sector timur meliputi Kabupaten Bone, Soppeng, Wajo, Sinjai, Bulukumba, Bantaeng,
Sidrap dan Pinrang. Adapun sector peralihan meliputi Kabupaten Kabupaten Luwu, Luwu Utara,
Palopo, Toraja, Toraja Utara dan Enrekang.
Luas Tanam sector Barat periode MT 2016/2017 = 160.146 ha dan periode MT 2017
sebesar 92.373 ha. Total luas panen mencapai 240.626 ha dengan produksi mencapai 1.348.287
ton. Luas Tanam sektor Timur periode MT 2016/2017 = 297.102 ha dan periode MT 2017 sebesar
399.362 ha. Total luas panen mencapai 662.588 ha dengan produksi mencapai 3.903.403 ton.
Luas Tanam sektor Peralihan periode MT 2016/2017 = 121.754 ha dan periode MT 2017 sebesar
120.046 ha. Total luas panen mencapai 230.923 ha dengan produksi mencapai 1.213.163 ton.
Pendampingan Upsus tanaman padi dilakukan dengan melakukan rapat koordinasi
percepatan tanam di tingkat kabupaten, koordinasi dengan stakeholder terkait seperti TNI dan
Kepolisian untuk menggerakkan petani dan kelompok tani untuk mendukung program percepatan
tanam. Kegiatan pelaporan dilakukan secara rutin yaitu setiap hari dan di rekap juga untuk data
mingguan.
Gambar 18. Kegiatan pendampingan upsus : a.tanam perdana padi di Kab Bone, b. temu lapang jagung hibrida di Sultra, c. Kegiatan monitoring ketersediaan gabah oleh
tim SERGAP.
Gambar 19. Pelaporan luas tambah tanam (LTT) pada tahun 2017 lingkup Provinsi Sulawesi Selatan.
Gambar 20. Kegiatan Upsus mendukung peningkatan produksi komoditas padi dan jagung.
Kegiatan monitoring LTT tanaman jagung dilakukan dengan berkoordinasi dengan KCD
dan BPS Kabupaten. Pelaporan upsus jagung dilakukan dalam satuan bulanan. Hasil pemantauan
LTT jagung tahun 2017 menunjukkan peningkatan LTT jagung di provinsi Sulsel akibat adanya
penambahan PAT (Perluasan areal tanam baru), serta percepatan tanam. Total luas panen jagung
periode 2016/2017 sebesar 326 ribu ha. Balitsereal yang bertugas memantau LTT jagung pada
dua kabupaten yaitu Luwu Utara dan Kota Palopo, total luas tanam yang diperoleh adalah sebesar
10.000 ha dan 954 ha.
Gambar 21. Pelaporan luas tambah tanam komoditas jagung lingkup provinsi Sulawesi Selatan.
Kegiatan upsus tanaman jagung dilakukan dalam bentuk monitoring dan evaluasi kegiatan
produksi benih yang dilakukan oleh lisensor di Provinsi Jawa Timur, NTB, Jateng, Sulsel, NTB,
dan Sumatera Barat. Sebanyak 23 lisensor dari seluruh Indonesia memperbanyak benih jagung
hibrida F1 dan komposit diantaranya Bima 3, Bima 14, Bima 19 URI, Bima 20 URI, HJ 21 Agritan,
HJ 22 Agritan, JH 27 dan NASA 29. Adapun lisensor yang memproduksi benih jagung varietas
nasional adalah PT. Mulya Agro Sarana, PT. Pertani, PT. Sang Hyang Seri, PT. GIS, PT. Petrokimia
Gresik, PT. Sriajaya, PT. Esa Sarwaguna Adinata, PT. Qipas, UD. Saribumi, CV. Arindo, PT. Tani
Solusi, PT. Bunga Tani , UD. Oriza Sativa, PT. Twin, PT. Sadar Tani Bersaudara, PT. Sarana
Tunggal, UPTD Bantaeng, BPTP Sulsel, BPTP Aceh, BPTP NTB, BPTP Kalsel dan PT.RAHMAT
RODEL
Hasil pemantauan realisasi dan rencana produksi benih oleh lisensor sampai dengan
Oktober 2017 di dapatkan rencana produksi benih oleh lisensor sebesar 5.558.725 kg atau 5.558
ton. Benih jagung varietas nasional selanjutnya akan disebarkan ke seluruh Indonesia untuk
mengisi kuota benih jagung varietas nasional sebesar 40%.
8-May 9 Mei - 15 Juli Per 16-31 Juli Agustus September Oktober
1 PT. Mulya Agro Sarana Bima 20 URI 19,420 19,420
2 PT. Pertani JH 27 20,000 230,000 210,000 405,000 150,000 - 1,015,000
PT. Pertani Bima 19 URI 20,000 30,000 75,000 215,000 25,000 352,000 717,000
3 PT. Sang Hyang Seri Bima 10 4,075 620,000 175,000 352,000 1,151,075
PT. Sang Hyang Seri Bima 14 2,650 2,650
PT. Sang Hyang Seri Bima 15 4,020 4,020
PT. Sang Hyang Seri Bima 20 URI 2,000 2,000
PT. Sang Hyang Seri HJ 21 575 575
4 PT. GIS Bima 3 1,875 1,875
PT. GIS Bima 14 4,500 50,000 50,000 104,500
PT. GIS Bima 15 1,200 1,200
PT. GIS Bima 20 1,250 1,250
PT. GIS HJ 21 8,550 50,000 67,000 87,000 212,550
5 PT. Petrokimia Gresik Bima 14 1,200 1,200
6 PT. Sriajaya HJ 21 300 50,000 50,300
PT. Sriajaya Bima 14 1,900 50,000 50,000 200,000 301,900
PT. Sriajaya Bima 9 38,000 100,000 300,000 438,000
7 PT. Esa Sarwaguna Adinata Bima 20 150,000 100,000 250,000
8 PT. Qipas Bima 14 1,000 1,000
9 UD. Saribumi Bima 14 1,000 2,040 3,040
UD. Saribumi Bima 14 2,840 2,320 5,160
UD. Saribumi Bima 14 2,818 2,818
UD. Saribumi Bima 14 2,160 2,160
10 CV. Arindo Bima 14 1,000 1,000
11 PT. Tani Solusi Bima 19 URI -
PT. Tani Solusi Bima 20 URI -
12 PT. Bunga Tani Bima 14 400 400
PT. Bunga Tani Bima 19 250 250
13 UD. Oriza Sativa Bima 20 URI 15,000 15,000
14 PB. Oriza Satva Bima 20 URI 960 30,000 30,960
PB. Oriza Satva Bima 15 2,000 2,000
Bima 14 100 100
HJ 21 1,000 1,000
15 PT. Twin Bima 20 URI 1,262 180,563 14,703 196,528
PT. Twin Bima 16 4,000 186,590 12,605 203,195
16 PT. Sadar Tani Bersaudara Bima 15 100,000 100,000
Bima 10 100,000 100,000
Bima 20 300,000 300,000
17 PT. Sarana Tunggal Bima 11 500 500
PT. Sarana Tunggal Bima 14 1,000 1,000
18 UPTD Bantaeng Bima 20 300 300
19 BPTP Sulsel Bima 20 224 224
20 BPTP Aceh Bima 20 120 120
21 BPTP NTB Bima 20 150 150
22 BPTP Kalsel Bima 20 300 300
23 PT.RAHMAT RODEL BIMA16 40,000 40,000
BIMA16 40,000 40,000
Bima 20 100,000 100,000
Bima 15 75,000 75,000
Bima 14 10,000 10,000
Bima 10 40,000 40,000
Bima 20 12,000 12,000
124,081 712,033 604,606 2,027,000 1,387,000 704,000 5,558,720 Total =
Produsen BenihNoRencana Produksi (kg)Realisasi Produksi (kg) Per
Total (kg)Varietas
Gambar 22. Pemantauan produksi dan realisasi penyaluran benih jagung hibrida nasional tahun 2017.
SEKOLAH LAPANG DESA MANDIRI BENIH JAGUNG
SL kedaulatan pangan yang mengintegrasikan 1.000 desa mandiri benih mendukung
swasembada jagung di 5 propinsi dapat digambarkan sebagai berikut :
1. BPTP Sulawesi Selatan
Kegiatan produksi benih jagung hibrida varietas Bima-20 URI dilaksanakan pada areal lahan
kering seluas 2 ha, ditanam pada bulan akhir Maret 2017. Berdasarkan pemantauan lokasinya
sudah memenuhi syarat isolasi, bahwa tanaman jagung yang ada disekitarnya berbeda umur
tanamnya lebih 3 minggu. Kemudian persiapan lahannya cukup baik (agak gembur) sehingga
tidak dibajak, tetapi hanya disemprot dengan herbisida, kemudian ditanam dengan jarak tanam
70cm x 20cm, 1 tanaman perlubang. Persentase tumbuh mencapai 85% dan keserempakan
antara bunga jantan baris pejantan dengan bunga betina baris betina relatif serempak sehingga
penyerbukan berlangsung baik. Target produksi sebanyak 2 t/ha tercapai. Hasilnya telah
disalurkan melalui distributor benih jagung di Sulawesi Selatan untuk digunakan selain di
kabupaten Bantaeng, juga kabupaten lainnya.
a. Pelaksanaan kegiatan Pra Produksi
Penilaian terhadap pelaksanaan pra produksi di lapangan menunjukkan bahwa semua
prosedur yang dipersyaratkan dikerjakan dengan baik, kecuali kegiatan desaseling yang masih
harus ditingkatkan ketepatannya. Kegiatan Detaseling terhadap bunga jantan pada baris jantan
yang masih ada yang agak lain warnanya yang diperkirakan sudah terhibridisasi. Hal ini
kemungkinan disebabkan parent seed yang ditanam sudah mulai menurun kemurniannya.
Sedangkan tanaman betinanya terdetasel tepat waktu yaitu bunga jantan tercabut sebelum
mekar, sehingga kemurnian F1 terjamin baik. Pelaksanaan secara keseluiruhan kegiatan pra
produksi dapat dikatagorikan baik dan dapat direkomendasikan menjadi penangkar yang mandiri.
Gambar 1. Penampilan tanaman setelah didetasel di Sulsel
b. Kegiatan pasca panen
Kegiatan pasca panen yang dilakukan adalah pengeringan tongkol pada lantai jemur sambil
memisahkan tongkol-tongkol yang lain warnanya, tongkol yang rusak karena terserang
hama/penyakit, tongkol yang besar yang dicuriagai telah menyimpang. Dijemur sampai mencapai
kadar air sekitar 18-19% lalu dipipil dengan pemipil tresher. Hasil pipilan dijemur di pekarangan
dengan menggunakan plastik sampai mencapai kadar air 12%. Dikemas dengan kemasan 5 kg
lalu disimpan di gudang sambil menungguh hasil pengujian dari BPSB untuk selanjutnya
didistribusikan oleh distributor ke petani pengguna di Sulawesi Selatan. Berdasarkan proses
penilaian setiap pekerjaan dalam prosessing, diperoleh nilai skor sebesar 310 yang berarti baik
dan dapat direkomendasikan menjadi penangkar yang mandiri.
2. BPTP Sulawesi Tengah
Kegiatan SL Mandiri Benih di Sulawesi Tengah sudah memasuki tahun ketiga. Progresnya
menuju desa mandiri benih semakin menjanjikan karena penangkar binaan dapat menghasilkan
benih dan ditunjang dengan respon pemerintah daerah untuk pengembangannya dengan
memberi jaminan pasar.
a. Pelaksanaan Pra Produksi
Produksi benih jagung hibrida tahun 2017 di provinsi Sulawesi Tengah berkembang ke tiga
lokasi di kabupaten Sigi. Varietas yang ditanam adalah varietas Bima-20 URI dan HJ-21 masing-
masing seluas 50 ha. Sebagian ditanam pada bulan Maret 2017 dan telah panen dengan hasil
rata-rata 1,75 t/ha dan telah dipasarankan melalui distributor dan Dinas Pertanian dengan harga
Rp.20.000/kg diterima ditempat petani. Lokasinya di perluas ke tiga desa sebagai upaya
pengembangannya Dan sebagian lainnya masih dipertanaman dengan pertumbuhan yang cukup
baik (Gambar 1). Organisasi penangkar juga berkembang dengan membentuk tim detaselling
sehingga kegiatan detaselling yang sangat menentukan kualitas benih tidak menjadi masalah di
Sulawesi Tengah. Berdasarkan pengamatan di lapangan bahwa lokasi telah memenuhi syarat
sebagai penangkaran, penyiapan lahan, penanaman, dan pemeliharaannya semakin baik dari
tahun sebelumnya. Berdasarkan pengamatan, kegiatan pra produksi berjalan baik dan semua
pekerjaan dikerjakan dengan baik sesuai dengan SOP.
Gambar 1. Penampilan HJ-21 di Sulteng, 2017.
b. Kegiatan Pasca Panen
Kegiatan prosessing benih nampak juga semakin baik, walaupun drayer yang diberikan oleh
pemerintah belum digunakan untuk poroduksi benih. Prosessingnya masih menggunakan alat
yang sederhana yaitu terpal untuk pengeringan, tresher untuk pemipilan, dan hasil yang sudah
kering dikarungkan dan dijual dalam bentuk curah, sehingga tidak ada pengemasan pada tingkat
petani, tetapi dikemas pada tingkat distributor dengan penampilan yang cukup menarik. Seluruh
prosedur yang mendasar dikerjakan dengan cukup baik, kecuali seleksi biji yang tidak lagi
dilakukan dengan pertimbangan sudah terseleksi di tongkol. Dengan demikian pelaksanaan
prosessing benih di Sulawesi Tengah dinilai baik sampai sangat baik.
3. BPTP Sulawesi Tenggara
Kegiatan SL Mandiri benih di Sulawesi Tenggara sudah memasuki tahun ketiga, namun
progresnya belum menggembirakan, karena pemasaran hasil yang masih sulit dijamin. Masih
perlu upaya keras memastikan pasar untuk menambah gairah petani menangkarkan jagung
a. Kegiatan Pra Produksi
Pelaksanaan kegiatan produksi benih jagung hibrida di Sulawesi Tenggara baru sampai pada
persiapan lahan. Tanam pada pertengahan bulan Juli 2017. Lokasi dan luas penangkarannya
tetap yaitu di kabupaten Konawe Selatan seluas 2 ha. Lokasi sudah teridentifikasi memenuhi
syarat karena didukung oleh sumber air pengairan, kemudian lahan cukup subur. Isolasi dengan
pertanaman lain juga sudah diatur sedemikian rupah sehingga tidak saling menghalangi.
Penyiapan lahan sangat baik dengan pengolahan sempurna, dibajak dengan traktor. Penanaman
juga menggunakan perbandingan 1:4 dengan harapan dapat hasil yang banyak. Pemupukan
sesuai dengans standar pemupukan di wilayah tersebut, sedang penyiangan menggunakan claris
sehingga areal pertanaman bersih dari rumput. Seleksi tidak banyak dilakukan dan hal itu
menunjukkan bahwa parent seednya masih cukup murni. al yang masih perlu dibenahi adalah
kegiatan Detaselling. Petani masih kurang hati-hati dan beberapa tanaman terlambat di
detaselling terutama tanaman yang agak terlambat pertumbuhannya yang bunga jantannya juga
terlambat keluar.
b. Kegiatan Pasca Panen
Kegiatan pasca panen yang masih tergolong lemah kontrolnya adalah kegiatan seleksi biji,
pengemasan dan penyimpanan sedang lainnyta dinilai cukup memadai. Seleksi biji tidak
dilakukan secara ketat. Biji-biji yang kecil dan besar masih tercampur, tetapi biji yang rusak
tersaring pada kegiatan penampian atau pembersihan kotoran. Kemudian pengemasan masih
sederhana, belum menggunakan nama perushaan, tetapi masih dikemas tampa nama.
Harapannya distributor yang akan membuat kemasan sesuai dengan lambang perusahannya.
4. BPTP Nusa Tenggara Barat
a. Kegiatan Pra Produksi
Kegiatan produksi benih jagung hibrida di Provinsi Nusa Tenggara Barat sudah memasuki
tahun ke tiga. Terjadi perkembangan luas penangkaran yaitu pada tahun 2015 hanya 1 ha, tahun
2016 2 ha, dan tahun 2017 ini 5 ha. Tanam agak mundur dari tahun sebelumnya karena terjadi
perubahan pola hujan. Berdasarkan kondisi lapangan, baru dapat tanam pada akhir Juli 2017
(tanggal 25 Juli 2017). Lokasinya tetap yaitu di desa Tukad, Kecamatan Utan, kabupaten
Sumbawa. Isolasi sistim waktu karena petani di sekitarnya banyak yang menanam jagung,
dengan demikian syarat lokasi terpenuhi dengan baik.
B. Kegiatan Pasca Panen
Kegiatan pasca panen di Nusa Tenggara Barat masih dilakukan secara sederhana karena
peralatan belum memadai terutama dalam hal penyimpanan. Meeka belum memiliki gudang
benih yang representatif, sehingga benih yang lama tersimpan cepat menurun daya tumbuhnya.
Tetapi kegiatan lain seperti seleksi dan pengeringan tongkol dapat dilaksanakan dengan baik
dengan menggunakan terpal. Demikian pula pemipilan menggunakan tresher sehingga tidak
menjadi masalah bagi petani.
5. BPTP Nusa Tenggara Timur
a. Kegiatan Pra Produksi
Kegiatan produksi benih di Nusa Tenggara Timur sudah memasuki tahun ketiga. Luas
penangkaran juga terus bertambah. Tahun 2015 hanya 5 ha di desa Kolisia, Kecamatan
Mangepanda, tahun ini sudah mencapai 10 ha dengan rincian 3 ha varietas srikandi kuning yang
ditanam pada bulan bulan Juni 2017, 6 ha varietas Lamuru yang juga ditanam pada bulan Juni
2017 di kelompok tani yang lain. Selain itu, tahun ini direncanakan tanam 1 ha Bima-20 URI,
karena berdasarkan pengalaman tahun 2016, hasil yang dicapai cukup baik dan disenangi banyak
petani. Hasil Bima-20 URI tahun lalu digunakan untuk demplot-demplot di berbagai kelompok
dalam upaya menyebarkan inpormasi tersebut. Dalam upaya diseminasi itu, kelompok dibantu
oleh satu organisasi kemasyarakan dari Australia (PT. Prisma) yang berkedudukan di Surabaya
tetapi dapat membantu dalam melaksanakan demplot-demplot dan usaha pemasaran hasil.
Berdasarkan pemantauan di lapangan diperoleh kesan cukup baik terhadap pelaksanaan
kegiatan di lapangan. Lokasi terisolasi, dan persiapan lahan sangat bagus, diolah sempurna,
pertumbuhannya cukup seragam, baik Srikandi maupun Lamuru.
b. Kegiatan Pasca Panen
Kegiatan pasca panen di NTT masih dilakukan dengan cara yang sederhana. Petani hanya
memproses sampai benih calon benih yang dilengkapi dengan bukti lolos uji dari BPSB, kemudian
pihak Dinas Pertanian bekerjasama dengan distributor yang mengemas sesuai dengan
permintaan pasar. Penilaian terhadap kegiatan pasca panen tergolong baik dan dapat
direkomendasikan jadi penangkar.
B. Kegiatan Koordinasi
Kegiatan kordinasi yang difokuskan pada pengembangan skala usaha dan penguatan
jaringan pemasaran dengan berbagai pihak yang terkait dengan penyediaan benih di tingkat
petani. Semua penangkar binaan telah menetapkan target luas dan target produksi dengan
perkiraan produksi antara 1,5 sampai 2,0 t/ha benih (Tabel 15). Demikian juga rencana
pemasarannya sudah ada yang menyanggupi untuk menyerap asalkan hasilnya dapat memenuhi
standar kualitas yang telah ditentukan yaitu mendapatkan label dari Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih (BPSB) setempat.
Tabel 15. Target produksi dan rencana pemasaran hasil benih penangkar binaan, 2017.
Topik
pertemuan
BPTP/Penangkar Binaan
Sulsel Sulteng Sultra NTB NTT
Penetapan
target luas
penangkaran
dan target
produksi
2 ha
dan 3
ton
100 ha dan
100 ton
2 ha
dan 3
ton
5 ha dan
ton
10 ha
dan 30
ton
Penguatan
kelembagaan
pemasaran hasil
Hasil
diserap
SHS
Hasil
diserap
Distributor
(PT.Rahmat
Rodel)
Hasil
akan
diserap
PT.
Pertani
Hasil
diserap
kelompok
dan SHS
Hasil
diserap
oleh
Dinas
Pertanian
Pemasaran dan
rencana tahun
berikutnya
5 ha 130 ha 10 ha 5 ha 10 ha
Pembinaan yang intensif dilakukan pada calon penangkar yang baru mulai dilibatkan tahun
ini seperti di Sulawesi Selatan, sedang yang sudah memasuki tahun ketiga, hanya dipantau
melalui koordinasi via elektronik. Beberapa pertemuan yang dilakukan untuk mengkordinasikan
pengembangan produksi benih jagung sebagai berikut:
1. Pertemuan di NTB menhadirkan seluruh calon penangkar dan petani-petani sekitarnya untuk
menyaksikan panen jagung yang akan diproduksi benihnya. Hadir kepala Dinas Pertanian
Sumbawa, perwakilan petani dari beberapa desa sekitar, serta seluruh PPL di kabupaten
Sumbawa. Harapan petani adalah kelompok penangkar ini harus diperluas sampai 50 ha,
karena wilayah ini cukup potensil untuk dikembangkan. Persoalan selama ini hanya masalah
isolasi waktu sehingga hanya sedikit petani yang tertarik bergabung. Kemudian hasil
sebelumnya dilaporkanpetani ada baik dan ada yang kurang baik daya tumbuhnya. Ternyata
yang kurang baik tumbuhnya adalah petani yang menanam di bawah pohon jati dan terlambat
tanam sehingga daya tumbuh benih sudah menurun.
Gambar 1. Diskusi dengan pelaksana kegiatan Mandiri Benih di NTB.
2. Kordinasi di Sulsel, Kordinasi yang dilakukan adalah menelusuri peluang perluasan
penangkaran dengan menamba lokasi penangkaran. Hadir dalam pertemuan adalah selain
peneliti, penangkar, juga calon-calon penangkar potensi. Direncanakan pengembangan pada
tahun 2018 sebanyak 30 ha untuk memproduksi Bima-20 URI dan Nasa-29.
Gambar 2. Kordinasi dengan penangkar di Bantaeng, Sulsel, 2017.
3. Kordinasi di Sulteng, Bersama dengan peneliti BPTP, Dinas Pertanian, Bakorluh menghadap
Bupati Sigit dalam rangka mendapatkan dukungan untuk pengembangan perbenihan di Sigi.
Reaksi Bupati akan memberikan dukungan penuh dengan memerintahkan SKP nya untuk
berkordinasi secara inten agar Sulteng maju pertaniannya termasuk penangkaran perbenihan
jagung dan padi, bahkan tanaman perkebunan jika itu memungkinkan. Harapan Bupati untuk
mempunyai varietas Baru dari jagung lokal yang selama ini dikenal sebagai jagung merah dan
mempunyai gizi tersendiri meminta dipercepat pelepasannya untuk dikembangkan pada
daerah-daerah yang masih mengkonsumsi jagung.
Gambar 3. Kordinasi dengan Pemda Sigit terkait dengan pengembangan benih, 2017.
Selain ke pemda juga dilakukan kordinasi ke lisensor Badan Litbang agar produsen benih
jagung hibrida di Sulteng dapat diserap hasilnya. Tahun 2017 ini ternyata sudah dikembangkan
sampai 100 ha dengan mengembangkan ke kecamatan lain dengan menanam Bima-20 dan JH-
21. Untuk memudahkan pelaksanaan termasuk administrasinya, dibentuk perwakilan di Sulteng
dengan Surat Keputusan.
VI. TAMAN SAINS PERTANIAN
Pembangunan Taman Sains Pertanian (TSP) di KP. Maros Balitsereal, Sulawesi Selatan
memasuki tahun ketiga. Pada Tahun 2017 kegiatan TSP meliputi Operasional TSP, Peralatan TSP,
dan Pembangunan Gedung/Bangunan TSP Lanjutan.
Operasional TSP meliputi kegiatan Honor tenaga outsorching operasional TSP, ATK dan
bahan computer, saprodi dan bahan penunjang Ops unit ternak. Pengadaan peralatan dalam
rangka mendukung TSP meliputi 1 paket pengadaan peralatan kelengkapan BioIndustri, dan 1
paket pengadaan alat penetas telur ayam KUB. Pembangunan TSP meliputi pembangunan pos
satpam mendukung TSP, landscaping lahan TSP Lanjutan, pemasangan instalasi listrik untuk
pengairan TSP, pentaludan embung TSP, pembangunan gedung rohani TSP Lanjutan, dan
pembangunan kandang ayam KUB.
A. Kegiatan Fisik
a. Integrasi ternak dengan tanaman serealia telah menghasilkan anak sapi sebanyak 3 ekor,
pupuk kandang sebanyak 10 ton. Seluruh pupuk kandang telah digunakan pada kegiatan
Balitsereal. Kemudian unit produksi Bio Gas tidak berjalan karena terjadi peralihan dari
peternakan sapi menjadi pemeliharaan Ayam Kampung Unggul Badan Litbang (KUB),
sehingga anggaran yang dipersiapkan untuk pengadaan sapi direvisi dan digunakan untuk
pembangunan kandang ayam. Kandang ayam akan selesai pada Bulan Oktober ini yang
pembangunan fisiknya sudah mencapai 60%.
b. Produksi benih
1. Produksi benih padi, seluas 40 ha pada musim tanam yang lalu digunakan untuk
memproduksi benih Inpari 30 dengan teknologi Jarwo Super. Produksi yang dicapai
sekitar 40 ton bagian Balitsereal dan seluruhnya akan dijual melalui PT.Pertani. Proses
pengemasan sedang berlangsung dan dalam waktu dekat akan diambil oleh PT. Pertani
untuk disebarluaskan.
2. Produksi benih sumber jagung hibrida. Jenis benih yang diproduksi adalah Induk Bima-
15, Induk Bima-20, Induk Bima-19, dan Induk Nasa 29. Sebagian telah panen dan
sebagian lagi masih di lapangan. Hasilnya akan disalurkan melalui mitra Balitsereal dan
BPTP yang tertarik memproduksi benih jagung hibrida.
c. Perbaikan kondisi kesuburan lahan untuk areal percontohan, telah ditimbun dengan top soil
beberapa surjan dihadapan kantor dan telah ditanami percontoah varietas baik yang akan
dirilis seperti Nasa-29 maupun yang sudah dirilis seperti HG 27, dan berbagai jenis sorgum.
d. Perbaikan taman dan rumah pos telah rampung, sedang perbaikan tanggul kolam air belum
berjalan karena kondisi areal belum memungkinkan (masih cukup tinggi air) sehingga sulit
untuk dibuat tanggulnya.
e. Pengadaan peralatan bioindustri khususnya pengolahan hasil hanya sebagian kecil yang
terpenuhi yaitu hanya alat pembuat es kream dan penyimpanannya. Es kream telah dicoba
oleh berbagai tamu termasuk dari Rombongan menristek yang memberi masukan untuk
perbaikan rasanya. Perbanyakan ek krim ini akan dikembangkan lebih lanjut untuk
mensuplai kebutuhan Balitsereal dan tamu-tamu yang datang ke Balitsereal.
B. Pelatihan
C. Magang
D. Agribisnis
No Kegiatan Tempat/waktu ket
1 Pelatihan
Pelatihan produksi benih jagung hibrida bagi BPTP se Indonesia
14-16 Mei 2017
Pelatihan perbenihan jagung bertujuan untuk Meningkatkan kemampuan peneliti BPTP dalam memproduksi benih sumber, baik varietas hibrida maupun komposit, serta ningkatkan jejaring kerjasama/harmonisasi antara Balit dan BPTP serta antar BPTP dalam kegiatan perbanyakanbenih di lapangan
2 Magang
Magang teknik produksi benih PT Agriteh
Magang Mahasiswa UNM
Juli-Agustus 2017
Pelatihan bagi tenaga pelaksana produksi nbenih dari lisensor yang mengembangkan VUB nasional
Pelatihan bagi mahasiswa untuk pembuatan aneka olahan pascapanen seperti es krim jagung ungu, marning jagung ungu serta cake sorgum
bidang pascapanen
Agustus-Oktober 2017
3 Agribisnis
Produksi tetua/parent stock jagung hibrida nasional
Penggemukan ayam KUB
Maret-Juni 2017
Nopember 2017
Produksi beih tetua ditujukan bagi lisensor untuk bahan perbanyakan menjadi benih F1
Penggemukan ayam KUB bekerjasama dengan kelompok peternak di sekitar lokasi TSP Balitsereal
VII. SUMBERDAYA
Sumberdaya Manusia
Secara struktural Balitsereal dipimpin oleh seorang Pejabat Eselon III dan dibantu oleh
tiga (3) orang Pejabat Eselon IV a, yaitu Kepala Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Pelayanan
Teknik, dan Kepala Seksi Jasa Penelitian (Gambar 1). Disamping pejabat struktural tersebut,
Kepala Balisereal dibantu oleh Ketua-Ketua Kelompok Peneliti dan Kepala-Kepala Kebun
Percobaan.
Balitsereal didukung oleh 190 orang karyawan PNS dan 34 Tenaga Honorer yang
terdistribusi di kantor utama Balitsereal dan 3 Kebun Percobaan (KP Bajeng, KP Bontobili, dan KP
Maros). Berdasarkan latar belakang pendidikan akademis, komposisi Pegawai dan Honorer di
Balai Penelitian Tanaman Serealia terdiri dari 15 orang S3 (doktor), 34 orang S2, 36 orang S1,
17 orang SM/D3, 90 orang SLTA dan 10 orang SLTP dan 22 orang SD.
Berdasarkan jabatan Balitsereal memiliki 10 orang menjabat Peneliti Utama, 12 orang
Peneliti Madya, 14 orang Peneliti Muda, Peneliti Pertama 11 orang dan 1 orang Peneliti Non
Klasifikasi.
Tabel 1. Data Jumlah Peneliti Berdasarkan Tingkat Jabatan.
Nama Fungsional Jumlah
Peneliti Utama 10
Peneliti Madya 12
Peneliti Muda 14
Peneliti Pertama 11
Peneliti Non Klasifikasi 1
Jumlah 48
Tabel 2. Data Jumlah Pegawai Negeri Sipil dan Honorer Balitsereal Berdasarkan
Tingkat Pendidikan.
Jabatan Pendidikan Jumlah
S3 S2 S1 SM/ D3
SLTA
SLTP
SD
Peneliti 15 26 7 48
Pustakawan 2 1 3
Litkayasa 1 7 8
Arsiparis 0
Teknisi 2 1 13 2 18
PUMK 13 13
Administrasi 5 15 9 17 46
Satpam 8 8
Kebersihan 10 6 19 35
Sopir 6 6
Bengkel 5 5
Honorer 1 10 7 11 2 3 34
Total 15 34 36 17 90 10 22 224
Tabel 3. SDM Balitsereal Berdasarkan Golongan.
No. Uraian Jumlah (Orang)
1. Golongan IV 25
2. Golongan III 81
3. Golongan II 61
4. Golongan I 23
Jumlah Jumlah
Pembinaan tenaga terus dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu tenaga peneliti
maupun tenaga penunjangnya melalui pelatihan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Pembinaan tenaga penunjang melalui pendidikan formal juga dinilai sangat penting untuk
mengimbangi peningkatan mutu tenaga peneliti, sehingga proses pelaksanaan tugas dapat
berlangsung dengan baik.
Balitsereal melakukan peningkatan kemampuan staf peneliti dan teknisi dengan
mengikutsertakan dalam program pendidikan S3 dan S2 sejumlah 3 orang (Tabel 4).
Tabel 4. Staf Balitsereal yang mengikuti program pendidikan S3 dan S2 TA. 2017
Nama Pegawai Program Perguruan
Tinggi
Sumber
Dana
Sri Sunarti S3 Wageningen, Belanda SMARTD
Aviv Andriani S3 Wageningen, Belanda SMARTD
Jamaluddin S2 UNHAS DIPA Badan Litbang
Suwarti S3 IPB DIPA Badan Litbang
Nining Nurini Andayani S2 UNHAS DIPA Badan Litbang
Sarana dan Prasarana
Sebagai salah satu lembaga yang dapat menjadi rujukan utama dalam hal penelitian
serealia tingkat tinggi, terkemuka dan terpercaya, Balitsereal dalam menjawab isu dan tantangan
global disektor pertanian serta dalam mewujudkan visi dan misi disamping melibatkan SDM yang
handal dan kompeten, juga didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai yaitu :
Laboratorium Biologi Molekuler
Fungsi laboratorium biologi molekuler ini adalah sebagai pendukung dan membantu
dalam serangkaian kegiatan pemuliaan tanaman maupun hama dan penyakit tanaman serealia
dalam meningkatkan akurasi yang dari gen target yang menjadi tujuan utama dalam melepas
varietas unggul baru serealia dan membantu dalam mendeteksi tingkat ketahanan jenis penyakit
tanaman serealia, khususnya penyakit bulai (downy mildew). Laboratorium ini harus mampu
memberikan jaminan mutu dalam hal ini akurasi deteksi gen target lebih tinggi, sehingga produksi
inovasi varietas yang dihasilkan mendapat pengakuan nasional dan internasional. Hingga saat ini
laboratorium marka molekuler ini belum terakreditasi dan sementara ini dalam proses pengajuan
akreditasi/sertifikasi laboratorium.
Laboratorium Hama dan Penyakit
Fungsi laboratorium hama dan penyakit ini adalah sebagai pendukung dan membantu
dalam serangkaian kegiatan pemuliaan tanaman dalam mengidentifikasi jenis hama dan
penyakit yang menyerang tanaman serealia, metode pengendalian dan sekaligus membantu
dalam menguji ketahanan galur-galur tanaman serealia khususnya jagung, gandum dan
sorgum dalam melepas varietas unggul baru serealia dan membantu dalam mendeteksi tingkat
ketahanan jenis penyakit tanaman serealia, khususnya penyakit bulai (downy mildew). Hingga
saat ini laboratorium hama dan penyakit ini belum terakreditasi dan sementara ini dalam proses
pengajuan akreditasi/sertifikasi laboratorium.
Laboratorium Pengujian Benih
Fungsi Laboratorium uji mutu benih ini adalah sebagai pendukung utama dalam
menentukan mutu dan kualitas benih sumber yang akan dikeluarkan balai, baik itu ditingkat
pemda, pengusaha maupun langsung ke tingkat petani. Sehingga dengan adanya
Laboratorium uji mutu benih ini komplain dari pihak pengguna dapat dieleminasi.
Laboratorium uji mutu benih ini telah memperoleh sertifikat ISO 17025:2005.
Unit Produksi Benih Sumber
Fungsi unit pengelola benih sumber (UPBS) adalah sebagai quality kontrol dalam
memproduksi benih sereal (jagung, gandum dan sorgum) mulai dari penentuan lokasi, waktu
tanam, pengolahan tanah hingga pasca panen sudah dibuatkan dalam bentuk SOP. Sehingga
dengan Unit produksi benih sumber ini merupakan jaminan utama dalam hal menjaga mutu
genetik tanaman serealia. Unit Produksi Benih Sumber ini telah terakreditasi dan memperoleh
sertifikat ISO 9001-2008.
Kebun Percobaan (KP)
Balitsereal didukung oleh 3 kebun percobaan yang seluruhnya berada dalam lingkup
Sulwesi Selatan. Fungsi utama dari kebun percobaan adalah tempat dalam melaksanakan
seluruh kegiatan riset/penelitian serealia, namun disamping ini sebagai tempat untuk memelihara
sumber daya genetik serealia, produksi benih sumber, visitor plot dan petak kunjungan mitra
kerja (petani, penyuluh dsbnya). Untuk mengoptimalkan fungsi KP sebagai tempat utama
penelitian harus dilakukan reformasi mulai dari pengelolaan KP hingga penyediaan sarana-
prasarana KP sehingga menjadi KP yang high profile.
Kebun percobaan tersebut adalah kebun percobaan yang terletak di Kabupaten Maros
seluas 96 ha, kebun percobaan bajeng yang terletak dikabupaten Gowa dengan luas 40,5 Ha
dan kebun percobaan Bontobili yang juga terletak di kabupaten Gowa dengan luas 20,9 Ha.
Rumah Kaca (Green House)
Balitsereal didukung oleh 6 rumah kaca dan 4 screen house yang dapat digunakan dalam
kegiatan penelitian pemuliaan dan ekofisiologi serta skrining hama dan penyakit tanaman
serealia.
Keuangan
Pagu anggaran lingkup Balai Penelitian Tanaman Serealia Rp. 35.568.738.000,- (Revisi
ke VI). Realisasi anggaran Balai Penelitian Tanaman Serealia sampai dengan 31 Desember 2017
sebesar Rp. 31.739.804.735,- atau 89,24% terdiri dari belanja pegawai Rp. 14.202.768.758,-
(93,95%), belanja barang Rp. 8.344.904.377,- (99,45%), belanja modal Rp. 9.192.131.600,-
(76,22), dan sisa anggaran TA. 2017 sebesar Rp. 3.828.933.265,- (10,76%). Dana luncuran
SMARTD sebesar Rp. 1.529.201.600.
Tabel 6. Akuntabilitas Keuangan Balai Penelitian Tanaman Serealia TA. 2017.
No Program Anggaran Realisasi %
1 Penciptaan Teknologi dan
Varietas Unggul Berdaya
Saing
a. Belanja Pegawai
b. Belanja Barang
c. Belanja Modal
15.117.470.000
8.390.686.000
12.060.582.000
14.202.768.758
8.344.904.377
9.192.131.600
93,95
99,45
76,22
Total 35.568.738.000 35.568.738.000 31.739.804.735
Dalam hal revisi, ada 6 poin yang dilakukan dengan justifikasi sebagai berikut :
1. Revisi Dipa I berupa pergeseran dana PNBP
2. Revisi Dipa II berupa self blocking
3. Revisi Dipa III berupa perubahan anggaran hasil self blocking
4. Revisi Dipa IV berupa penambahan pagu anggaran
5. Revisi Dipa V berupa perubahan target PNBP
6. Revisi Dipa VI berupa pagu minus belanja pegawai
Pendapatan Negara Bukan Pajak
Balai Penelitian Tanaman Serealia berdasarkan peraturan yang berlaku diwajibkan untuk
mengumpulkan dan menyetorkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Secara umum target
yang ditetapkan dapat tercapai bahkan terlampaui, seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel 5. Total Penerimaan PNBP TA. 2017.
No Jenis Penerimaan
Target
Penerimaan
(Rp)
Realisasi
Penerimaan
(Rp)
%
1
2
3
Penerimaan Umum
Penerimaan
Fungsional
Penerimaan Transito
7.714.000
829.171.000
-
429.132.214
860.915.200
-
5.563,0
103,8
-
TOTAL 836.885.000 1.290.047.414 154.1
Berdasarkan Tabel 17, menunjukkan bahwa realisasi penerimaan umum sebesar Rp.
429.132.214 (5563,0%) dan penerimaan fungsional sebesar Rp. 860.915.200 (103,8%). Hal ini
menunjukkan realisasi PNBP tahun 2017 telah melampaui target yang telah ditentukan.
Belanja Modal
Balai Penelitian Tanaman Serealia sebagai lembaga penelitian komoditas serealia (non-
padi) berupaya meningkatkan fasiltas kantor dan sarana penelitian. Dalam pelaksanaan kegiatan
berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah, yang menyebutkan : (1) pengelolaan barang milik negara/daerah dilaksanakan
berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum, transparansi dan keterbukaan, efisiensi,
akuntabilitas, dan kepastian nilai. (2) Pengelolaan barang milik negara/daerah meliputi:
perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan,
pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan,
pembinaan, dan pengawasan. Dengan berpedoman pada peraturan tersebut di atas maka tujuan
dan sasaran dari manajemen aset akan tercapai yaitu: tercapainya kecocokan/kesesuaian sebaik
mungkin antara keberadaan aset dengan strategi entitas (organisasi) secara efektif dan efisien.
Pada tahun anggaran Balitsereal telah melakukan beberapa kegiatan antara lain renovasi,
pemeliharaan dan penambahan fasilitas kantor dan fasiltas penelitian sebagai berikut :
A. Pengadaan Jasa Konsultansi:
Konsultan perencana pembangunan jalan ternak
Konsultan pengawas renovasi gedung/kantor Balitsereal
Konsultan perencana pekerjaan jaringan distribusi air
Konsultan pengawas pekerjaan jaringan distribusi air
Konsultan perencana pekerjaan renovasi lantai jemur
Konsultan pengawas pekerjaan renovasi lantai jemur
Konsultan perencana pekerjaan pembangunan gudang workshop alsin UPBS
Konsultan pengawas pekerjaan gudang workshop alsin UPBS
B. Pengadaan Jasa Konstruksi
Renovasi gedung kantor
Pembangunan jalan ternak
Pembangunan gedung bioindustri lanjutan
Pembangunan gudang workshop alsin UPBS
Pekerjaan jaringan distribusi air
Renovasi lantai jemur
Perbaikan plat deucker kebun percobaan Maros
C. Pengadaan Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
Pengadaan PC
Pengadaan Laptop
Pengadaan Printer Multifungsi
D. Pengadaan Peralatan dan Fasilitas Kantor
Pengadaan peralatan gedung utama
Pengadaan alat pembumbun
Pengadaan pompa air
PENUTUP
Keberhasilan pembangunan pertanian nasional tidak terlepas dari pengaruh perubahan
lingkungan strategis global dan internal yang berkembang di masyarakat dewasa ini. Isu global
yang menuntut persaingan dan efisiensi, serta perkembangan jumlah penduduk dan ketersediaan
sumber daya alam menjadi faktor pendorong dalam pengelolaan sumber daya bagi kepentingan
pembangunan.Oleh karena itu, Balai Penelitian Tanaman Serealia terus berupaya memacu kinerja
melalui penyusunan program secara komprehensif sesuai dengan keinginan pengguna dan
kebutuhan pembangunan nasional. Keberhasilan tersebut tentunya perlu dukungan dari berbagai
pihak yang terkait, institusi pemerintah dan pengguna. Peningkatan kinerja merupakan cita-cita
dan keharusan bercermin pada hasil-hasil yang pernah dicapai sebelumnya untuk mewujudkan
keinginan masyarakat.
Selama tahun 2017 telah dilepas varietas unggul jagung sebanyak 1 varietas jagung
hibrida dan 1 varietas jagung bersari bebas. Sementara itu, sebagian besar varietas unggul
jagung hibrida yang telah dilepas tahun ini menunjukkan respon yang positif dimasyarakat
khususnya jagung hibrida NASA 29.
Kegiatan penelitian perbaikan teknologi budidaya lahan sawah irigasi, lahan tadah hujan,
difokuskan pada penyempurnaan pendekatan PTT. Semua komponen teknologi yang dianjurkan
bermuara pada peningkatan efisiensi produksi, antara lain teknologi efisiensi penggunaan pupuk
dan air,dan teknologi budidaya peningkatan indeks pertanaman. Penggunaan benih berkualitas
tinggi dan varietas Kelayakan teknologi yang telah dilepas juga selalu dilakukan evaluasi dan
analisis untuk melihat sejauh mana dampak inovasi tersebut bagi pengguna. Kegiatan diseminasi
juga terus dilakukan dalam bentuk sosialisasi, keragaan varietas unggul dan penyediaan informasi
iptek dan inovasi mendukung sistem produksi padi pada pengguna.