laporan simulasi hidro

Upload: dinimiar-fitrah-saraswati

Post on 06-Jul-2018

261 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Laporan simulasi hidro

    1/29

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. 

    Latar BelakangSurvey hidrografi adalah kegiatan pemetaan laut, pengumpulan data, kondisi dan sumber

    daya suatu wilayah laut yang kemudian diolah, dievaluasi dan disajikan dalam bentuk

     buku, peta laut serta informasi mengenai kelautan lainnya, yang selanjutnya digunakan untuk

    kepentingan pembangunan dan pertahanan keamanan suatu negara. Data mengenai fenomena

    dasar perairan dan dinamika badan air diperoleh melalui pengukuran yang kegiatannya disebut

    sebagai survei hidrografi. Data yang diperoleh dari survei hidrografi kemudian diolah dan

    disajikan sebagai informasi geospasial atau informasi yang terkait dengan posisi di muka bumi.

    Aktifitas utama survei hidrografi meliputi penentuan posisi di laut, pengukuran kedalaman

    (pemeruman), pengamatan pasut, pengukuran detil situasi, dan garis pantai (untuk pemetaan

     pesisir).

    Dalam penentuan posisi (x,y) dilaut dapat mudah didapatkan menggunakan alat GPS

    geodetic yang dibawa diatas kapal mengikuti jalur pemeruman. Namun pada zaman dahulu,

    sebelum adanya alat yang canggih yaitu GPS geodetic, para surveyor hidrografi menentukan

     posisi kapal menggunakan alat Theodolite / Total Station , dengan membidik dari daratan

    menuju kapal yang ada di jalur pemeruman. Metode yang digunakan dalam pengukuran tersebut

    yaitu metode pengikatan kemuka, dengan mendirikan 2 alat pada 2 BM yang sudah diketahui

    koordinatnya maka dapat menentukan koordinat yang belum diketahui pada posisi kapal.

    Kegiatan pengukuran pengikatan ke muka, merupakan bagian dari Ilmu Geodesi. Dalam

     pelaksanaannya kegiatan survei ini sangat bergantung pada Ilmu Geodesi seperti Ilmu Ukur

    Tanah yang menerapkan metode-metode pengukuran dan pemetaan, serta perhitungan dan

    analisa data hasil pengukuran.. Pengikatan ke muka adalah suatu metode pengukuran data dari

    dua buah titik di lapangan tempat berdiri alat untuk memperoleh suatu titik lain di lapangan

    tempat berdiri target yang akan diketahui koordinatnya dari titik tersebut.

    Pada praktikum kali ini kami melakukan simulasi pengukuran pengikatan kemuka guna

    menetukan posisi kapal yang bergerak sesuai jalur pemeruman, dengan menggunakan 2 alat

    Total station dengan target yang dibidik berjalan sesuai jalur yang ditentukan.

  • 8/18/2019 Laporan simulasi hidro

    2/29

    2

    1.2. Maksud dan Tujuan Praktikum

    Adapun maksud dan tujuan dari dilaksanakannya kegiatan praktek pengukuran

     pengikatan ke muka ini antara lain adalah sebagai berikut :

    1. 

    Mahasiswa memahami konsep penentuan posisi (x.y) pada survey hidrografi.

    2.  Mahasiswa mampu melakukan pengukuran penentuan posisi menggunakan

    metode pengikatan ke muka, untuk aplikasi penentuan posisi kapal pada survey

    hidrografi.

    3.  Mahasiswa mampu dan terampil dalam menggunakan alat Total Station sesuai

    dengan prosedur.

  • 8/18/2019 Laporan simulasi hidro

    3/29

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pengikatan Kemuka

    Pengukuran pengikatan ke muka adalah suatu metode pengukuran data dari dua buah

    titik di lapangan tempat berdiri alat untuk memperoleh suatu titik lain di lapangan tempat berdiri

    target (rambu ukur/benang, unting – unting) yang akan diketahui koordinatnya dari titik tersebut.

    Garis antara kedua titik yang diketahui koordinatnya dinamakan garis absis. Sudut dalam yang

    dibentuk absis terhadap target di titik B dinamakan sudut beta. Sudut beta dan alfa diperoleh

    dari lapangan. Pada metode ini, pengukuran yang dilakukan hanya pengukuran sudut. Bentuk

    yang digunakan metoda ini adalah bentuk segi tiga. Akibat dari sudut yang diukur adalah sudut

    yang dihadapkan titik yang dicari, maka salah satu sisi segitiga tersebut harus diketahui untuk

    menentukan bentuk dan besar segitinya. (Listiyonobudi 2011)

    Gambar 2.1 Pengikatan kemuka

    Adapun langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut :

    a) Menghitung Sudut Jurusan

    tg Ψab = (Xb - Xa) / (Yb - Ya)

    Ψab = ArcTan 

     b) Menghitung Jarak

    dab1 = (Xb - Xa) / (Sin Ψab) 

    dab2 = (Yb - Ya) / (Cos Ψab) 

    dab = (dab1 + dab2)/2

  • 8/18/2019 Laporan simulasi hidro

    4/29

    4

    c) Menghitung Koefisien Jarak (m)

    γ = α + β 

    m = dab / (Sin γ) 

    d) Menghitung Jarak dap dan dbp

    dap = m . sin β 

    dbp = m . sin α 

    e) Menghitung Koordinat Titik P dari Titik A

    Ψap = Ψab - α 

    ΔXap = dap . sin Ψap 

    ΔYap = dap . cos Ψap 

    XPa = XA + ΔXap 

    YPa = YA + Δyap 

    f) Menghitung Koordinat Titik P dari Titik B

    Ψbp = (Ψab + β) + 180 

    ΔXbp = dbp . sin Ψbp 

    ΔYbp = dbp . cos Ψbp 

    XPb = XB + ΔXbp 

    YPb = YB + ΔYbp 

    g) Menghitung Koordinat Titik P Rata-rata

    XP = (Xpa + XPb) / 2

    YP = (Ypa + YPb) / 2

    2.2 Total Station

    Total Station adalah suatu alat ukur (sudut dan jarak) survey digital elektronik yang

    mampu memberikan data yang dibutuhkan di lapangan (di station alat) bila dibandingkan

    dengan alat ukur manual maka TS secara fisik merupakan gabungan dari alat ukur sudut dan

     jarak ditambah unit prosesing dan perekaman Sehingga metode penentuan parameter posisi

    masih mengacu pada metode konvensional.

  • 8/18/2019 Laporan simulasi hidro

    5/29

    5

    Gambar 2.2 Total Station

    Total station adalah alat ukur sudut dan jarak yang terintegrasi dalam satu unit alat.

    Total station juga sudah dilengkapi dengan processor sehingga bisa menghitung jarak datar,

    koordinat, dan beda tinggi secara langsung tanpa perlu kalkulator lagi. Berikut ini penjabaran

    mengenai pengertian Total station :

    1)  Total Station : adalah peralatan elektronik ukur sudut dan jarak (EDM) yang menyatu dalam

    1 unit alat.

    2)  Data dapat disimpan dalam media perekam. Media ini ada yang berupa on-board/internal,

    external (elect field book) atau berupa card/PCMCIA Card. -> salah catat tidak ada.

    3)  Mampu melakukan beberapa hitungan (misal: jarak datar, beda tinggi dll) di dalam alat.

    Juga mampu menjalankan program-program survey, misal : Orientasi arah, Setting-out,

    Hitungan Luas dll, kemampuan ini tergantung type total stationnya.

    4)  Untuk type “high end”nya ada yang dilengkapi motor penggerak, dan dilengkapi dengan

    ATR-Automatic Target Recocnition, pengenal objek otomatis (prisma).

    5)  Type tertentu mampu mengeliminir kesalahan-kesalahan : kolimasi Hz & V, kesalahan

    diametral, koreksi refraksi, dll. Hingga data yang didapat sangat akurat.

    6)  Ketelitian dan kecepatan ukur sudut dan jarak jauh lebih baik dari theodolite manual dan

    meteran. Terutama untuk pemetaan situasi.

    7) 

    Alat baru dilengkapi Laser Plummet, sangat praktis dan Reflector-less EDM ( EDM tanpareflector )

    8)  Data secara elektronis dapat dikirim ke PC dan diolah menjadi Peta dengan program

    mapping software.

  • 8/18/2019 Laporan simulasi hidro

    6/29

    6

    2.2.1  Bagian-bagian dari Total Station

    1.  Tampilan

    a. 

    Tampilan Layar

    Tampilannya berupa LCD dot matrik 4 baris dan , 20 karakter berbaris. Tiga baris

     pertama menampilkan data ukuran dan baris paling bawah adalah tombol fungsi F1-F4

    yang berubah sesuai dengan mode pengukuran.

     b.  Kontras dan Penerangan

    Kontras dan penerangan dapat diatur tingkatannya.

    2.  Fungsi Tombol dan Softkey

    [ON] :Tombol On

    [ON] (Ketika ditekan) + Tombol OFF : Mengubah cahaya pada layar mati atau menyala

    [F1] sampai [F4] ; Memilih menu yang sesuai dengan softkey atau menginput huruf

    [FUNC] : Menuju ke menu lainnya

    [BS] :Menghapus karakter yang ada di sebelah kiri

  • 8/18/2019 Laporan simulasi hidro

    7/29

    7

    [ESC] ; Membatalkan menginput data

    [SFT] ; Mengganti antara atas dan bawah menu

    [ENTER] ; Memilih atau menyetujui input data

    2.3 Sudut

    2.3.1 Sudut Horizontal

    Sudut arah merupakan satu system penentuan arah garis dengan memakai sebuah sudut

    dan huruf-huruf kuadran. Sudut arah sebuah garis adalah sudut lancip horizontal antara sebuah

    meridian acuan dan sebuah garis. Sudut diukur dari utara maupun selatan kearah timur atau barat

    untuk menghasilkan sudut kurang dari 90 derajat. 

    Sudut horizontal dibagi menjadi 3, yaitu :

      Sudut mendatar (ϐ) , adalah sudut yang diukur antara 2 titik proyeksi target yang di amati

    oleh pengamat A0B

      Sudut Jurusan atau Azimuth (ɑ) , adalah sudut yang diukur searah jarum jam dari arah utara

    ke titik yang di amati pada bidang horizontal. ɑ0A adalah azimuth dititik O menuju ke A.

      Bearing , merupakan sudut arah yang diukur dari arah utara atau arah selatan magnet bumi

    ketitik lain searah atau berlawanan arah jarum jam dengan sudut maksimum 90 0. Untuk

    menunjukkan awal dan arah pengukuran didepan angka harus ditulis S (pengukuran dariarah Selatan) atau U (pengukuran dari arah Utara) serta dibelakang angka diikuti huruf T

    (pengukuran ke arah Timur) atau B (pengukuran ke arah Barat).

    Contoh : U 600 T = pengukuran dari arah utara sebesar 600 ke arah timur.

    2.3.2 Sudut Vertikal

    Sudut Vertikal adalah selisih antara dua garis berpotongan dibidang vertical.Seperti

    yang biasa dipakai dalam pengukuran tanah,sudut itu adalah sudut yang berada diatas atau

    dibawah bidang horizontal yang melalui titik pengamatan.Sudut diatas bidang horizontal

    disebut sudut plus atau sudut elevasi. Sudut dibawah bidang horizontal disebut sudut mins

    atau sudut junam(depresi).Sudut vertical diukur dalam sipat datar trigonometric dan dalam

    EDM serta pekerjaan tacimertik sebagai sebuah bagian penting dari prosedur lapangan.

  • 8/18/2019 Laporan simulasi hidro

    8/29

    8

    Untuk mengukur sudut vertical dengan transit,instrument dipasang pada titiknya

    dan didatarkan dengan cermat.Gelembung dalam tabung nivo teropong harus tetap

    seimbang bila teropong dikunci pada kedudukan horizontal dan diputar 360 derajat

    mengelilingi sumbu I.Jika nonius pada bussur vertical tidak terbaca 0 derajat 00 menit bila

    nivo seimbang,maka ada galat indeks yang harus ditambahkan pada atau dikurangkan dari

    semua pembacaan.Kekacauan tanda dihilangkan dengan menempatka dalam catatan

    lapangan.

    Pada Teodolit dirancang sedemikian rupa sehingga pembacaan lingkaran vertical

    menghasilkan sudut Zenit.Jadi jika pembacaan 0 derajat beratri teropon terarah vertical

    (kearah zenith).Dalam kedudukan hadap kiri,dengan teropong horizontal,pembacaan

    adalah 90 derajat,dan bila teropong diberi elevasi 30 derajat diatas horizontal,pembacaan

    adalah 60 derajat.Dalam hadap kanan,pembacaan horizontal adalah 270 derajat dan bila

    teropong dinaikkan 30 derajat diatas horizon,pembacaannya adalah 300 derajat.

    Sudut vertikal dibagi menjadi 2 , yaitu :

      Sudut Heling (h) , adalah sudut yang diukur dari titik horizon ketitik yang diamati

     pengamat.

      Sudut Zenith (z) , adalah sudut yang diukur dari zenith pengamat sampai ke titik yang

    diamati.

    2.3.3 Sudut Azimuth

    Azimuth adalah sudut yang diukur searah jarum jam dari sembarang

    meridianacuan.Dalam pengukuran tanah datar, azimuth biasanya diukur dari utara,tetapi

     para ahli astronomi,militer dan National Geodetics Survey memakai selatan sebagai arah

    acuan.

    Banyak juru ukur lebih menyukai Azimut daripada sudut arah untuk menyatakan

    arah garis, karena lebih mudah mengerjakannya, terutama kalau menghitung poligon

    dengan komputer.

    Ada beberapa cara untuk mendapatkan azimuth suatu titik :

  • 8/18/2019 Laporan simulasi hidro

    9/29

    9

      Dengan cara lokal , azimuth awal dari suatu rangkaian pengukuran poligon diambil

    sembarang besaran sudut.

      Diikat pada 2 buah titik tetap yang diketahui koordinatnya.Titik A (XA,YA) danB

    (XB,YB) adalah titik tetap atau disebut juga titik ikat. Maka dari kedua titik tetap

    yang diketahui koordinatnya.

      Dengan menggunakan kompas yang . Dilakukan dengan melakukan pengukuran

    dimana menggunakan theodolit yang dipasangkan kompas. Azimuth diperoleh

    dengan bacaan arah utara yang ditarik searah jarum jam ke titik yang ingin

    diketahui. Dimana prosuder pengukurannya sebagai berikut :

    1-  Berdirikan alat theodolit disuatu titik poligon (misal titik A).

    2-  Tempatkan skala pembacaan horizontal pada 0o (opsional ), lalu kencangkan

    kunci K1.

    3-  Arahkan teropong ke arah utara dengan bantuan kompas yang di pasangkan

    dengan alat theodolit , kemudian kencangkan semuan kunci dan catat bacaan

    horizontalnya , misal pada bacaan 00 (poin 2).

    4-  Setelah itu renggangkan kunci K2 dan K3 , lalu arahkan teropong pada titik

    yang di cari azimutnya (teropong diputar searah jarum jam) misalnya B ,

    kencangkan semua kunci , lalu catat bacaan horizontalnya.

    5- 

    Jika poin 2 dilakukan maka bacaan pada poin 4 adalah azimuth AB (ɑAB)misal 950. Jika tidak maka pada bacaan poin 4 harus dikurangkan dengan

     bacaan poin 3 misal 00. Jadi diperoleh azimuth AB (ɑAB) = 950 - 00 = 950.

    2.3.3.1 Mencari azimuth dari titik tetap

    Gambar 2.5 Azimuth dari titik tetap

  • 8/18/2019 Laporan simulasi hidro

    10/29

    10

    Untuk menghitung azimuth, harus dilihat dulu arahnya terletak di kuadran

     berapa, dan ini dapat dilihat dari tanda aljabar dari harga (Xb –  Xa) dan (Yb

     –  Ya).Letak kuadran dapat dilihat pada tabel berikut ini.

    Tabel 2.1 Kuadran azimuth

    KUADRAN ɑ  XB - XA YB - YA Azimuth(ɑ) 

    I

    ɑAB

    = Tan

    − 1X B − X AYB − YA

     

    + + ɑ = ɑ 

    II + - ɑ = 1800 -l ɑl 

    III - +ɑ = 1800  +

    lɑl 

    IV - - ɑ = 3600 - lɑl 

    2.3.3.2 Azimuth dari rangkaian titik

    Gambar 2.6 Azimuth rangkaian titik

    Azimuth αBC dapat dicari dengan rumus umum sebagai berikut :

    αAB = αBC ± 180º ± β (10.2) 

    Dengan ketentuan sebagai berikut :

    • Harga ± 180º dapat dipilih (+) atau (−) , hasilnya akan sama sa ja

    • Harga ± β : - dipakai tanda (+) bila sudut β berada di kiri garis A-B-C  –  

    dipakai tanda (−) bila sudut β berada di kanan garis A-B-C

    • Bila azimuth lebih besar dari 360°, maka harus dikurangi 360° Bila azimuth

    lebih kecil dari 0°, maka harus ditambah 360°

  • 8/18/2019 Laporan simulasi hidro

    11/29

    11

    Gambar 2.7 Contoh perhitungan azimuth

    2.4 Pengukuran Jarak

    2.4.1  Pengkuran Jarak Optis

    Pengukuran jarak dengan cara optis adalah pengukuran jarak dengan menggunakan alat

    ukur yang dilengkapi pengukur jarak optis (misal theodolit dan sipat datar). Alat ini dalam

    teropongnya terdapat tiga benang mendatar diafragma. Jarak optis di dapatkan dari

     pembacaan benang pada rambu baik dengan bantuan alat Theodolit maupun Sipat Datar

    (Waterpass). Setiap pembacaan benang silang (cross hair) harus selalu terkontrol untuk

    menghindari kesalahan pembacaan. Dari gambar sebuah alat ukur (Theodolit) digunakan

    untuk mengkur jarak (Tacheometry) dengan sudut kemiringan (garis visier) teropong

    sebesar h (helling). Selisih pembacaan benag silang (Ba-BB) adalah y. maka jarak miring

    dari pengkuran optis.

    Gambar 2.8 Pengukuran jarak miring metode tachymetry

  • 8/18/2019 Laporan simulasi hidro

    12/29

    12

    Dimana

    Y : selisih pembacaan benang atas dan benang bawah

    h : sudut helling

    Dm : jarak miring

    DD : jarak mendatar

    2.4.2  Metode Pengukuran Jarak

    a.  Metode Segitiga Sama Kaki

    Prinsipnya berdasar pemecahan pada sebuah segitiga sama kaki. Terdapat dua

    metoda dasar, yaitu :

      Metode Pertama

    Basis yang digunakan konstan dan sudut paralaks adalah variabel yang harus

    ditentukan nilainya.

    Gambar 2.9 Basis Konstan, Sudut Paralaks variabel

    Untuk penentuan jaraknya, dipakai sebuh mistar basis yang panjangnya tepat 2

    meter yang umumnya dipasang mendatar. Sudut paralaks γ diukur dengan

    theodolit. Dalam hal ini mistar basis dipasang mendatar, maka sudut γ adalah

    sudut mendatar.

      Metode Kedua

    Sudut paralaks konstan, sedangkan basis adalah variabel yang harus ditentukan

    nilainya (Gambar 3).

    Panjang S dibaca pada mistar yang bisanya dipasang tegak. Pengukuran jarak

    optis pada alat sipat datar menggunakan prinsip metode kedua.

    Gambar 2.10 Sudut Paralaks konstan, basis variabel

  • 8/18/2019 Laporan simulasi hidro

    13/29

    13

     b.  Metode Tangensial

    Jarak mendatar HD antara titik P dan Q akan ditentukan. Theodolit ditempatkan di titik

    P dan rambu diletakkan tegak di titik Q. Garis bidik diarahkan ke A di rambu dan dibaca

    sudut miring di A (mA). Kemudian garis bidik diarahkan ke B dan dibaca sudut miringnya

    (mB). Selisih pembacaan skala rambu di A dan B menghasilkan jarak S = AB (Gambar 7.4)

    Gambar 2.11 Pengukuran jarak dengan metode tangensial

    Dari gambar , dapat dilihat bahwa :

    c. 

    Metode StadiaMetode stadia adalah pengukuran jarak optis dengan sudut paralaks konstan. Jika alat

    yang dipakai adalah sipat datar, maka jarak optisnya adalah jarak mendatar, karena garis

     bidik alat ukur sipat datar selalu dibuat mendatar. Dalam pengukuran situasi, alat yang

    digunakan adalah theodolit. Garis bidik diarahkan ke rambu yang ditegakkan di atas titik

    yang akan diukur jaraknya dari alat tersebut. Dalam hal ini garis bidik tidak mendatar. Jika

    sudut tegak (baik sudut miring atau zenith) diukur, maka dapat dihitung dengan rumus :

      Jika sudut miring yang diukur, maka :

    HD=SD.cosm

      Jika sudut zenith yang diukur, maka :

    HD = SD.sin z

  • 8/18/2019 Laporan simulasi hidro

    14/29

    14

    Gambar 2.12 Pengukuran jarak metode stadia

    d.  Metode Subtense

    Metode subtense adalah pengukuran jarak optis dengan rambu basis 2 m. Prinsip

    dasar metoda ini adalah mencari garis tinggi segitiga sama kaki, yang panjang alasnya

    (basis) diketahui dan sudut paralaks yang dihadapannya diukur. Jarak dapat dihitung

    dengan rumus:

    Metode ini dinamakan metode ‘subtense’ karena sudut γ harus dinyatakan dalam

    detik (“). Sudut γ adalah sudut horisontal dan diukur dengan theodolit. Walaupun tinggi

    theodolit dan tinggi rambu basis tidak sama tinggi, namun jarak yang diperoleh adalah

     jarak mendatar.

    e.  Metode Pengukuran Jarak dengan Pita Ukur

    Jarak antara titik A dan B dalam ruang akan diukur dengan pita ukur. Melalui

    titik A dan B direntangkan pita ukur dengan tegangan secukupnya, sehingga pita ukur

     betul-betul lurus (tidak melengkung). Jika titik A dinamakan titik belakang dan

     pembacaan skala pita ukur di titik itu adalah , sedangkan titik B dinamakan titik muka

    dengan pembacaan skala pita ukur di titik itu, maka jarak dari titik A ke B adalah

  • 8/18/2019 Laporan simulasi hidro

    15/29

    15

    BAB III

    METODOLOGI PRAKTIKUM

    3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

    Adapun pelaksanaan dari praktikum dilaksanakan pada : 

    Hari : Kamis

    Tanggal : 21 April 2016

    Waktu : 09.30-11.00 BBWI

    Lokasi : Lapangan Gedung Robotika

    3.2. Alat dan Bahan

    Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain:

      Total Station : 2 buah

      Statif : 2 buah

      Rolmeter : 2 buah

      Paku Payung : 2 buah

      Kompas

      Form Ukur

     

    Peralatan Tulis

      Data Jalur Pengukuran

    3.3.Pembagian tugas

    Koordinator Lapangan : Izhad Miftachurrozaq (3513 100 073)

    Pemegang Objek Bidik : Mohammad Ibnu Aqil (3513 100 043)

    Titik A

    Operator Total Station : Rega Hangasta Gien Putra (3513 100 085)

    Pencatat Sudut : Salwa Nabila (3513 100 010)

    Time Keeper : Dinimiar Fitrah Saraswati (3513 100 076)

    Pemegang Payung : Amelia Fadillah (3513 100 030)

  • 8/18/2019 Laporan simulasi hidro

    16/29

    16

    Titik B

    Operator Total Station : Alif Fariq’an Setiawan (3513 100 098)

    Pencatat Sudut : Nurul Tazaroh (3513 100 069)

    Time Keeper : Rani Fitri Febriyanti (3513 100 015)

    Pemegang Payung : Renita Elizabeth Sianipar (3513 100 091)

  • 8/18/2019 Laporan simulasi hidro

    17/29

    17

    3.4.Diagram Alir

    Mulai

    Orientasi Lapangan

    Perencanaan Jalur Ukur

    Pemasangan Patok

    Pengukuran Penentuan Posisi

    Objek

    Data Bacaan Sudut

    Horizontal

    Perhitungan dan Koreksi Data

    Titik Koordinat

    Objek tiap 10 detik

    Ploting di autocad

    Peta Jalur Pengukuran

    dan Laporan

    Selesai

  • 8/18/2019 Laporan simulasi hidro

    18/29

    18

    Dari flowchart di atas dapat dijabarkan :

    1.  Melakukan orientasi lapangan untuk menentukan jalur ukur selama praktikum

    dilakukan serti tempat untuk memasang patok sevagai tempat Total Station

    didirikan

    2. 

    Setelah jalur di tentukan, maka patok di pasang pada dua tempat yang berbeda

    untuk memudahkan pengukuran objek selama berjalan di jalur ukur.

    3.  Setelah patok terpasang dan jalur ditentukan, maka pengukuran objek dilakukan

     pada dua titik dengan menggunakan Total Station untuk mengetahui koordinat

    objek yang bergerak sesuai jalur.

    4.  Pada saat pengukuran menggunakan metode pengikatan ke muka dengan data

    yang di ambil yakni Azimuth A  –  B, Bacaan Sudut Horizontal, dan Jarak A  –  

    B. Dengan interval waktu pengambilan data bacaan horizontal yakni 10’ 

    5.  Data yang telah di dapat, diolah menggunakan Ms. Excel untuk mendapatkan

    koordinat dari titik-titik yang di cari.

    6.  Koordinat yang didapatkan kemudian di plotting ke dalam Auto Cad untuk

    mengetahui desain jalur ukur dari koordinat yang di dapat dari pengolahan data

     pengukuran.

    7.  Hasil yang didapatkan dari prakikum ini yaitu laporan dengan lampiran berupa

     peta jalur ukur.

  • 8/18/2019 Laporan simulasi hidro

    19/29

    19

    BAB IV

    HASIL DAN ANALISA

    4.1 Perhitungan

    1.  Menghitung jarak AB

    = √ (  − )  + ( − ) 

    2.  Menghitung jarak A1-A29 dan jarak B1-B29

    1 =

    sin(180° − ( + ) × sin  

    1= sin(180° − ( + )

     × sin  

    3.  Menghitung sudut jurusan A1-A29 dan B1-B29

    Karena pengukuran azimuth ini diketahui dalam pengukuran ini nol set pada utara.

    Sehingga sudut setiap titik merupakan nilai azimuth .

    4.  Menghitung koordinat 1-29 dari titik A dan B

     1 = + 1 sin 1 

    1 = + 1 cos 1 

     1 = + 1 sin 1 

    1 = + 1 cos 1 

    5.  Menghitung koordinat 1-29 rata-rata dari titik A dan B

     1 =(1 + 1)

    2

      1 =(1 + 1)

    2

     

  • 8/18/2019 Laporan simulasi hidro

    20/29

    20

    4.2 Hasil Pengukuran

      Hasil Pengukuran Sudut Horizontal Titik 1-29 dari titik A dan B

    Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Sudut Horizontal dari titik A

    TARGET

    DARI A

    SUDUT HORIZONTAL DARI A SUDUT

    DALAMo ' " DESIMAL

    B 0 0 0 0 -

    1 332 18 32 332,3089 97,07874

    2 348 35 20 348,5889 80,79874

    3 4 44 26 4,740556 64,64708

    4 18 30 42 18,51167 50,87596

    5 31 33 26 31,55722 37,83041

    6 41 13 54 41,23167 28,15596

    7 42 4 50 42,08056 27,30708

    8 33 57 14 33,95389 35,43374

    9 24 49 2 24,81722 44,57041

    10 12 59 34 12,99278 56,39485

    11 359 31 41 359,5281 69,85958

    12 345 16 29 345,2747 84,11291

    13 332 34 7 332,5686 96,81902

    14 332 52 57 332,8825 96,50513

    15 340 49 10 340,8194 88,56819

    16 351 15 50 351,2639 78,12374

    17 2 45 30 2,758333 66,6293

    18 11 50 25 11,84028 57,54735

    19 21 36 54 21,615 47,77263

    20 28 20 33 28,3425 41,04513

    21 33 34 43 33,57861 35,80902

    22 28 33 49 28,56361 40,82402

    23 20 47 25 20,79028 48,59735

  • 8/18/2019 Laporan simulasi hidro

    21/29

    21

    24 12 55 55 12,93194 56,45569

    25 4 29 20 4,488889 64,89874

    26 354 6 0 354,1 75,28763

    27 343 42 9 343,7025 85,68513

    28 334 23 9 334,3858 95,0018

    29 332 18 4 332,3011 97,08652

    Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Sudut Horizontal dari titik B

    TARGET

    DARI B

    SUDUT HORIZONTAL DARI B SUDUT

    DALAMo ' " DESIMAL

    A 0 0 0 0 -

    1 55 34 59 55.58306 55.58306

    2 68 3 58 68.06611 68.06611

    3 84 26 33 84.4425 84.4425

    4 103 22 24 103.3733 103.3733

    5 122 53 57 122.8992 122.8992

    6 139 20 8 139.3356 139.3356

    7 142 37 15 142.6208 142.6208

    8 131 17 45 131.2958 131.2958

    9 118 31 48 118.53 118.53

    10 100 48 44 100.8122 100.812211 84 42 28 84.70778 84.70778

    12 72 39 3 72.65083 72.65083

    13 61 14 58 61.24944 61.24944

    14 64 16 0 64.26667 64.26667

    15 72 23 57 72.39917 72.39917

    16 83 18 19 83.30528 83.30528

    17 95 36 11 95.60306 95.60306

    18 106 13 54 106.2317 106.2317

    19 118 35 40 118.5944 118.5944

    20 127 48 37 127.8103 127.810321 135 6 26 135.1072 135.1072

    22 130 14 39 130.2442 130.2442

    23 120 18 22 120.3061 120.3061

    24 110 51 4 110.8511 110.8511

    25 100 13 58 100.2328 100.2328

    26 88 59 21 88.98917 88.98917

  • 8/18/2019 Laporan simulasi hidro

    22/29

    22

    27 77 52 52 77.88111 77.88111

    28 69 40 12 69.67 69.67

    29 68 36 43 68.61194 68.61194

     

    Hasil Koordinat Titik ke-1 –  29 dari Titik A dan B

    Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Sudut, Jarak dan Azimuth dari titik A dan B

    TITIK

    KE -

    SUDUT DI

    A

    SUDUT DI

    B

    SUDUT DI

    TITIK

    JARAK

    A KE B

    JARAK A

    KE TITIK

    JARAK B

    KE TITIK

    AZIMUTH

    A KE B

    AZIMUTH

    A KE TITIK

    AZIMUTH B

    KE TITIK

    1 97,07874 55,58306 27,3382 14,826 26,63227 32,03756 69,38763 332,3089 304,9707

    2 80,79874 68,06611 31,13515 26,5982 28,30479 348,5889 317,4537

    3 64,64708 84,4425 30,91042 28,72569 26,08164 4,740556 333,8301

    4 50,87596 103,3733 25,7507 33,20005 26,47387 18,51167 352,761

    5 37,83041 122,8992 19,27042 37,71908 27,55281 31,55722 372,2868

    6 28,15596 139,3356 12,50848 44,60638 32,30151 41,23167 388,7232

    7 27,30708 142,6208 10,07209 51,46559 38,89116 42,08056 392,0085

    8 35,43374 131,2958 13,27042 48,52573 37,4456 33,95389 380,6835

    9 44,57041 118,53 16,89959 44,80854 35,79234 24,81722 367,9176

    10 56,39485 100,8122 22,79292 37,59095 31,87428 12,99278 350,1999

    11 69,85958 84,70778 25,43265 34,37608 32,4122 359,5281 334,0954

    12 84,11291 72,65083 23,23626 35,86984 37,38132 345,2747 322,0385

    13 96,81902 61,24944 21,93154 34,80144 39,41415 332,5686 310,6371

    14 96,50513 64,26667 19,2282 40,55375 44,72863 332,8825 313,6543

    15 88,56819 72,39917 19,03265 43,3353 45,44943 340,8194 321,7868

    16 78,12374 83,30528 18,57098 46,23506 45,556 351,2639 332,6929

    17 66,6293 95,60306 17,76765 48,3526 44,59872 2,758333 344,9907

    18 57,54735 106,2317 16,22098 50,959 44,78621 11,84028 355,6193

    19 47,77263 118,5944 13,63292 55,22966 46,57778 21,615 367,9821

    20 41,04513 127,8103 11,14459 60,60052 50,36868 28,3425 377,1979

    21 35,80902 135,1072 9,083758 66,2785 54,94411 33,57861 384,4949

    22 40,82402 130,2442 8,931814 72,88895 62,4268 28,56361 379,6318

    23 48,59735 120,3061 11,09654 66,50592 57,78105 20,79028 369,6937

  • 8/18/2019 Laporan simulasi hidro

    23/29

    23

    24 56,45569 110,8511 12,6932 63,05463 56,23644 12,93194 360,2387

    25 64,89874 100,2328 14,86848 56,85937 52,32177 4,488889 349,6204

    26 75,28763 88,98917 15,7232 54,70194 52,91666 354,1 338,3768

    27 85,68513 77,88111 16,43376 51,23807 52,25745 343,7025 327,2687

    28 95,0018 69,67 15,3282 52,5915 55,87163 334,3858 319,0576

    29 97,08652 68,61194 14,30154 55,88488 59,55974 332,3011 317,9996

    Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Koordinat dari titik A dan B 

    XA YA XB YB X-TITIK

    DARI A

    Y-TITIK

    DARI A

    X-TITIK

    DARI B

    Y-TITIK

    DARI B

    1000 1000 1013,877 1005,219 987,6239 1023,582 987,6239 1023,582

    994,7376 1026,072 994,7376 1026,072

    1002,374 1028,627 1002,374 1028,627

    1010,541 1031,482 1010,541 1031,482

    1019,74 1032,141 1019,74 1032,141

    1029,4 1033,546 1029,4 1033,546

    1034,491 1038,198 1034,491 1038,198

    1027,103 1040,251 1027,103 1040,251

    1018,807 1040,671 1018,807 1040,671

    1008,452 1036,629 1008,452 1036,629

    999,7168 1034,375 999,7168 1034,375

    990,8824 1034,692 990,8824 1034,692

    983,9675 1030,888 983,9675 1030,888

    981,5149 1036,096 981,5149 1036,096

    985,7624 1040,93 985,7624 1040,93

    992,9776 1045,699 992,9776 1045,699

    1002,327 1048,297 1002,327 1048,297

    1010,456 1049,875 1010,456 1049,875

    1020,345 1051,346 1020,345 1051,346

  • 8/18/2019 Laporan simulasi hidro

    24/29

    24

    1028,77 1053,336 1028,77 1053,336

    1036,657 1055,218 1036,657 1055,218

    1034,851 1064,017 1034,851 1064,017

    1023,606 1062,175 1023,606 1062,175

    1014,111 1061,455 1014,111 1061,455

    1004,45 1056,685 1004,45 1056,685

    994,377 1054,412 994,377 1054,412

    985,6213 1049,179 985,6213 1049,179

    977,2642 1047,423 977,2642 1047,423

    974,0233 1049,481 974,0233 1049,481

    4.3 Hasil Plotting

    Gambar 4.1 Hasil Plotting di AutoCAD

  • 8/18/2019 Laporan simulasi hidro

    25/29

    25

    Ini adalah gambar hasil plotting di AutoCAD setelah kami mendapatkan data ukur di

    lapangan. Titik 1 adalah tempat berdirinya alat yang kami anggap titik A, sedangkan titik 2

    adalah tempat berdirinya alat yang kami anggap titik B. Titik 3 –  31 adalah lajur berjalannya

    objek yang kami bidik setiap 10 detik.

    4.4 Analisa

    Praktikum kali ini adalah praktikum simulasi survei hidrografi yang dilakukan di

    halaman gedung robotika ITS Surabaya. Kami menggunakan koordinat titik awal titik A

    (1000 ; 1000) dan mendapat perhitungan titik B (1013.877 ; 1005.219) sehingga didapatkan

    hasil koordinat lajur sebanyak 29 titik dan setiap titik memiliki jarak waktu 10 detik yang

    telah tertulis di atas. Kami mengambil azimuth dengan cara nol set alat arah utara sehingga

    setiap sudut yang dibidik merupakan azimuth. Perhitungan koordinat di atas menggunakan

    metode pengikatan kemuka. Lajur yang kami dapatkan walaupun tidak sesuai dengan

    rencana tetapi hasil yang kami dapatkan setidaknya tidak melenceng jauh dari rencana, hasil

    dapat dilihat di hasil plotting. 

  • 8/18/2019 Laporan simulasi hidro

    26/29

    26

    BAB V

    SIMPULAN

    4.1 Simpulan

    Dari praktikum kali ini dapat ditarik kesimpulan bahwa :

    a.  Pengukuran pengikatan kemuka merupakan salah satu metode yang dapat digunakan

    dalam penentuan posisi (x,y) untuk pengaplikasian penentuan posisi kapal di jalur

     pemeruman pada saat melakukan survey hidrografi.

     b.  Metode pengikatan kemuka menggunakan alat Total Station dengan membidik target

    yang bergerak (dalam hal ini untuk menentukan posisi kapal pada survey hidrografi)

    merupakan metode yang tidak efektif dan berpeluang besar menimbulkan kesalahan

    yang nantinya berpengaruh dalam keakuratan data.

  • 8/18/2019 Laporan simulasi hidro

    27/29

    27

    DAFTAR PUSTAKA

    https://www.academia.edu/8914379/Laporan_Praktikum_Total_Station diakses pada tanggal

    21 April 2016.

    Kusuma, Mashita. 2015.  Laporan Praktikum Survei Hidrografi. Institut Teknik Sepuluh

     Nopember Surabaya.

    Wikipedia. 2013. Hidrofrafi. https://id.wikipedia.org/wiki/Hidrografi diakses pada tanggal 22

    april 2016.

    www.academia.edu/Laporan_Praktikum_Total_Station diakses pada tanggal 21 April 2016.

    https://www.academia.edu/8914379/Laporan_Praktikum_Total_Stationhttps://id.wikipedia.org/wiki/Hidrografihttps://id.wikipedia.org/wiki/Hidrografihttps://id.wikipedia.org/wiki/Hidrografihttp://www.academia.edu/Laporan_Praktikum_Total_Stationhttp://www.academia.edu/Laporan_Praktikum_Total_Stationhttp://www.academia.edu/Laporan_Praktikum_Total_Stationhttps://id.wikipedia.org/wiki/Hidrografihttps://www.academia.edu/8914379/Laporan_Praktikum_Total_Station

  • 8/18/2019 Laporan simulasi hidro

    28/29

    28

    LAMPIRAN 

  • 8/18/2019 Laporan simulasi hidro

    29/29

    DOKUMENTASI