laporan praktikum r-lab lr02
DESCRIPTION
praktikumTRANSCRIPT
2015
LAPORAN R-LAB
Karakteristik V I Logam
Nama
NPM
: Siti Ambar Khalis
: 1406533434
Fakultas : Teknik
Departemen : Teknik Kimia
Kode Praktikum : LR02
Tanggal Praktikum : 25 Oktober 2015
Unit Pelaksana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Dasar (UPP-IPD)
Universitas Indonesia
Depok
Karakteristik V I Logam
2015
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Mempelajari hubungan antara beda potensial (V) dan arus listrik (I) pada suatu logam
II. ALAT
1. Hambatan terbuat dari logam
2. Amperemeter
3. Voltmeter
4. Variable power supply
5. Camcorder
6. Unit PC
7. DAQ dan perangkat pengendali otomatis
III. TEORI DASAR
Sebuah bahan material bila dilewati oleh arus listrik akan menimbulkan disipasi
panas. Besarnya disipasi panas adalah I2R. Panas yang dihasilkan oleh material ini akan
mengakibatkan perubahan hambatan material tersebut. Jika pada material logam,
pertambahan kalor / panas akan menambah nilai hambatan material tersebut. Peristiwa
dispasi panas dan perubahan resistansi bahan logam ini saling berkaitan.
Gambar 1. Rangkaian tertutup semikoduktor
2015
Tegangan listrik atau yang lebih dikenal sebagai beda potensial listrik adalah
perbedaan potensial listrik antara dua titik dalam rangkaian listrik. Tegangan listrik
merupakan ukuran beda potensial yang mampu membangkitkan medan listrik
sehingga menyebabkan timbulnya arus listrik dalam sebuah konduktor listrik.
Gambar 2. Dua tempat berbeda potensial
Pada Gambar di atas, A dikatakan lebih positif atau berpotensial lebih tinggi
daripada B. Arus listrik yang terjadi berasal dari A menuju B Arus listrik terjadi karena
adanya usaha penyeimbangan potensial antara A dan B. Dengan demikian dapat
dikatakan, arus listrik seakan-akan berupa arus muatan positif. Arah arus listrik berasal
dari tempat berpotensial tinggi ke tempat yang berpotensial lebih rendah. Pada
kenyataannya muatan listrik yang dapat berpindah bukan muatan positif, melainkan
muatan negatif atau elektron. Berdasarkan uraian tersebut, arus listrik terjadi jika ada
perpindahan elektron. Kedua benda bermuatan , jika dihubungkan melalui kabel akan
menghasilkan arus listrik yang besarnya dapat ditulis dalam rumus
π° =πΈ
π
Pada Hukum Ohm, jika nilai hambatan diperbesar maka kuat arus akan menurun
untuk beda potensial yang tetap, sehingga dapat ditulis :
Persaman di atas menunjukkan bahwa hambatan berbanding terbalik dengan
kuat arus. Jika nilai hambatan konstan maka hubungan antara kuat arus dan beda
potesial adalah berbanding lurus, dengan kata lain semakin besar beda potensial makin
besar kuat arusnya. Secara matematika dapat ditulis:
2015
Penggabungan ke dua persamaan dapat ditulis:
Persamaan di atas disebut hukum Ohm, dengan R adalah hambatan yang
dinyatakan dalam satuan ohm ditulis dalam simbol Ξ© (omega). Berdasarkan hukum
Ohm, 1 ohm didefinisikan sebagai hambatan yang digunakan dalam suatu rangkaian
yang dilewati kuat arus sebesar 1 ampere dengan beda potensial 1 volt. Oleh karena itu,
kita dapat mendefinisikan pengertian hambatan yaitu perbandingan antara beda
potensial dan kuat arus.
Gambar 3. Grafik V (beda potensial) terhadap I (kuat arus)
Daya listrik didefinisikan sebagai laju hantaran energi listrik dalam sirkuit
listrik. Satuan SI daya listrik adalah watt yang menyatakan banyaknya tenaga listrik
yang mengalir persatuan waktu (joule/detik). Arus listrik I yang mengalir melalui
resistor R akan menyebabkan daya yang dikirim baterai hilang dalam bentuk panas ini
di sebut daya disipasi, dan dirumuskan oleh :
π· = π½ . π°
Energi listrik adalah kemampuan untuk melakukan atau menghasilkan usaha
listrik (kemampuan yang diperlukan untuk memindahkan muatan dari satu titik ke titik
yang lain ) . Energi listrik adalah energi yang disebabkan oleh mengalirnya muatan
listrik dalam suatu rangkaian listrik tertutup. Energi listrik yang diberikan oleh suatu
sumber dc bertegangan V (Volt) yang mencatu arus I (ampere) selama selang waktu t
(sekon) .
2015
Pada rangkaian tertutup seperti gambar di atas, arus listrik I mengalir melalui
hambatan R. Arus listrik mengalir dari potensial tinggi ke potensial yang lebih rendah.
Arus listrik tersebut tidak lain adalah gerakn muatan listrik yang melalui rangkaian
tersebut. Besarnya muatan listrik yang mengalir pada rangkaian adalah Q = I . t , rumus
dapat dinyatakan seperti ini :
πΎ = π½ π π
Karena V = I R
maka energi listrik W dapat juga dinyatakan oleh :
πΎ = π°π πΉ π
Dengan W adalah energi listrik dalam Joule (J). Energi listrik W dapat dirubah menjadi
energi kalor Q dari sebuah pemanas air listrik.
IV. CARA KERJA
1. Masuk ke situs http://rlab.ui.ac.id/
2. Login username dan password yang diberikan
3. Klik link βLinkβ pada kolom manual untuk melihat manual praktikum OR(baca
terlebih dulu tujuan dan prinsip dasar).
4. Memerhatikan halaman web percobaan karakteristik VI logam
5. Memberikan beda potensial dengan member tegangan V1.
6. Mengaktifkan power supply/baterai dengan mengklik radio button di
sebelahnya.
7. Mengukur beda potensial dan arus yang terukur pada hambatan!
8. Mengulangi langkah 3 hingga 5 untuk beda potensial V2 hingga V8
V. TUGAS DAN EVALUASI
1. Perhatikan data yang saudara peroleh, apakah terjadi perubahan tegangan dan arus
untuk V1 , V2 , V3 , V4 dan V5? Bila terjadi perubahan Jelaskan secara singkat
mengapa hal tersebut terjadi (analisa dan bila tidak terjadi jelaskan pula mengapa
demikian !
2. Dapatkan nilai rata-rata beda potensial yang terukur dan arus yang terukur untuk
V1 , V2 , V3 hingga V8.
2015
3. Buatlah grafik yang memperlihatkan hubungan V vs I untuk rata rata V dan I yang
terukur (lihat tugas 2)!
4. Bagaimanakah bentuk kurva hubungan V vs I , jelaskan mengapa bentuknya seperti
itu !
5. Berdasarkan berbagai kurva grafik V vs I bolehkah kita menggunakan hukum Ohm
dalam peristiwa ini ?
6. Berikan kesimpulan terhadap percobaan ini
VI. Data Hasil Percobaan
Percobaan dengan menggunakan tegangan V1
V(volt) I(mA)
0.07 9.36
0.07 9.46
0.07 9.46
0.07 9.46
0.07 9.36
Percobaan dengan menggunakan tegangan V2
V(volt) I(mA)
0.16 19.03
0.16 19.03
0.16 19.13
0.16 19.03
0.16 19.03
Percobaan dengan menggunakan tegangan V3
V(volt) I(mA)
0.24 27.56
0.24 27.56
0.24 27.35
0.24 27.35
0.24 27.35
Percobaan dengan menggunakan tegangan V4
2015
V(volt) I(mA)
0.35 36.81
0.35 36.81
0.35 37.12
0.36 36.81
0.35 36.60
Percobaan dengan menggunakan tegangan V5
V(volt) I(mA)
0.47 45.03
0.47 45.24
0.47 45.44
0.48 45.24
0.48 45.44
Percobaan dengan menggunakan tegangan V6
V(volt) I(mA)
0.65 53.87
0.65 54.28
0.66 53.97
0.68 54.18
0.68 54.49
Percobaan dengan menggunakan tegangan V7
V(volt) I(mA)
0.79 60.73
0.82 59.48
0.83 59.17
0.84 59.79
0.86 58.76
Percobaan dengan menggunakan tegangan V8
2015
V(volt) I(mA)
1.10 65.20
1.12 64.79
1.13 64.68
1.14 64.37
1.15 64.27
VII. Pengolahan Data
1. Berdasarkan data hasil Pada V1-V3 terjadi perubahan arus tetapi tidak terjadi
perubahan tegangan. Namun pada V4 hinggal V8 selalu terjadi perubahan tegangan dan
arus. Hal ini dikarenakan logam apabilia dialiri arus listrik akan menghasilkan dispansi
panas. Dispansi panas akan memengaruhi besar hambatan pada logam tersebut.
Hambatan dan dispansi panas saling berbanding terbalik. Oleh karena itu semakin
besar hambatan maka dispansi panasnya semakin kecil. Hal tersebut menyebabkan
terjadinya perubahan tegangan dan arus pada V4 hingga V8. Hubungan dispansi panas
dan hambatan dapat dilihat dalam persamaan:
π· = π°ππΉ
Dimana: P = daya disipasi panas (Watt)
I = arus listrik yang mengalir (Ampere)
R = hambatan (Ohm)
2. Rata-rata beda potensial dan arus
Pada V1 Pada V2 Pada V3
No V
(Volt)
I
(mA)
1 0.07 9.36
2 0.07 9.46
3 0.07 9.46
4 0.07 9.46
5 0.07 9.36
No V
(Volt)
I
(mA)
1 0.16 19.03
2 0.16 19.03
3 0.16 19.13
4 0.16 19.03
5 0.16 19.03
No V
(Volt)
I (mA)
1 0.24 27.56
2 0.24 27.56
3 0.24 27.35
4 0.24 27.35
5 0.24 27.35
2015
Pada V4 Pada V5 Pada V6
Pada V7 Pada V8
3. Hubungan antara V dan I
Rata-
rata
0.07 9.42 Rata-
rata
0.16 19.05 Rata-
rata
0.24 27.434
No V
(Volt)
I
(mA)
1 0.35 36.81
2 0.35 36.81
3 0.35 37.12
4 0.36 36.81
5 0.35 36.60
Rata-
rata
0.352 36.77
No V
(Volt)
I (mA)
1 0.47 45.03
2 0.47 45.24
3 0.47 45.44
4 0.48 45.24
5 0.48 45.44
Rata-
rata
0.474 45.332
No V
(Volt)
I (mA)
1 0.65 53.87
2 0.65 54.28
3 0.66 53.97
4 0.68 54.18
5 0.68 54.49
Rata-
rata
0.664 54.158
No V
(Volt)
I (mA)
1 0.79 60.73
2 0.82 59.48
3 0.83 59.17
4 0.84 59.79
5 0.86 58.76
Rata-
rata
0.828 59.586
No V
(Volt)
I (mA)
1 1.10 65.20
2 1.12 64.79
3 1.13 64.68
4 1.14 64.37
5 1.15 64.27
Rata-
rata
1.128 64.662
2015
Vavg Iavg
0.07 9.42
0.16 19.05
0.24 27.434
0.352 36.77
0.474 45.332
0.664 54.158
0.828 59.586
1.128 64.662
4. Dari grafik linier yang menggambarkan hubungan antara tegangan rata-rata dengan kuat
arus rata-rata praktikan mendapatkan persamaan garis:
y = 8,0727x + 3,2243
Dari grafik hubungan antara V dan I di atas dapat dilihat bahwa saat V1 besar
tegangannya 0.07V dan arusnya 9.42A, saat V2 tegangan dan arusnya pun bertambah
dan berlanjut hingga V8. Maka dapat disimpulkan bahwa besarnya arus yang dihasilkan
bergantung pada besarnya tegangan yang diberikan, dimana semakin besar tegangan
yang diberikan maka semakin besar pula arus listrik yang dihasilkan begitu pula
sebaliknya. Gradien (kemiringan) yang didapat bernilai 1
π . Sifat tersebut berlaku untuk
9,42
19,05
27,434
36,77
45,332
54,15859,586
64,662
y = 8,0727x + 3,2243
RΒ² = 0,9912
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0,07 0,16 0,24 0,352 0,474 0,664 0,828 1,128
Ku
at A
rus
Rat
a-ra
ta (
MA
)
Tegangan Rata-rata (V)
GRAFIK HUBUNGAN TEGANGAN RATA-RATA DAN KUAT ARUS RATA-RATA
2015
konduktor. Logam mempunyai sifat konduktor, sehingga prinsip π = πΌ. π dapat
berlaku.
5. Hukum Ohm dapat didefinisikan sebagai
V = I R
Dari persamaan tersebut kita dapat mengetahui hubungan antara tegangan dan I adalah
sebanding
Hal ini sesuai dengan grafik dari hasil percobaan yang diperoleh praktikan. Oleh karena
itu hukum Ohm dapat digunakan dalam praktikum ini. Dari hukum ohm, praktikan dapat
memperoleh besarnya hambatan pada masing masing tegangan pada tabel berikut :
Vavg (V) Iavg (A) Ravg (ohm)
0.07 0.00942 7.430998
0.16 0.01905 8.39895
0.24 0.027434 8.748269
0.352 0.03677 9.573021
0.474 0.045332 10.45619
0.664 0.054158 12.26042
0.828 0.059586 13.89588
1.128 0.064662 17.44456
Berdasarkan hukum Ohm besar kerapatan arus dapat didefinisikan sebagai:
π± = π. π¬ = π.βπ½
π
Karena π½ = πΌ
π΄, kita dapat menuliskan beda potensial sebagai berikut:
βπ½ = π
π . π± = (
π
π. π¨) . π°
2015
Besarnya π
π.π΄ disebut resistansi (R) sebuah konduktor. Kita bisa menyebutkan bahwa
ratio dari beda potensial sepanjang konduktor terhadap arus yang melewati konduktor:
πΉ = π
π. π¨=
βπ½
π°
Dimana resistivitas (π) merupakan kebalikan dari konduktivitas (π)
Berdasarkan prinsip yang telah dijabarkan di atas, kita dapat mengambil kesimpulan
bahwa hukum Ohm dapat diterapkan pada semikonduktor, terlihat dari grafik antara I
rata-rata terhadap V rata; dimana grafik tersebut linier, sehingga gradien yang
dihasilkan sebanding dengan besarnya resistansi.
VIII. Analisis dan Kesimpulan
a. Analisis Percobaan
Dalam praktikum ini terdapat 40 data yang didapatkan dari 8 jenis
tegangan. Setiap perbedaan tegangan menghasilkan perbedaan arus yang
mengalir. Secara sekilas dapat dilihat pula bahwa semakin besar tegangan yang
diberikan, semakin tinggi arus yang dihasilkan. Dapat dipastikan hubungan
tegangan dan arus adalah demikian.
Dalam percobaan seperti ini, ada tiga variabel yang bekerja, tegangan,
arus, dan hambatan. Hambatan adalah variabel yang tetap, karena tidak diganti.
Perlu diperhatikan bahwa hambatan dapat berubah seiring waktu karena disipasi
panas. Variabel kontrolnya adalah tegangan dari power supply
yang hanya bisa dibaca oleh voltmeter sebagai besar tegangan pada
hambatan. Arus adalah variabel hasil dari percobaan.
Sesuai dengan evaluasi nomor 1, perlu dijelaskan secara singkat mengapa
terjadi perubahan pada arus untuk setiap tegangan yang berbeda. Dengan analisis
variabel yang disebutkan sebelumnya, dapat disimpulkan perubahan dari
tegangan menyebabkan perubahan pada arus. Dengan mengetahui hukum Ohm
dapat pula diketahui bahwa jika R tetap, perubahan V akan berbanding linear
terhadap perubahan I. Sehingga dapat disimpulkan bahwa I tergantung oleh V.
2015
Pada saat percobaan, koneksi terhadap videocam tidak dapat dijalankan
dengan baik, sehingga praktikan tidak dapat mengetahui nilai tegangan pada
Voltmeter. Hal ini menyebabkan praktikan tidak mengetahui kapan dan berapa
lama waktu untuk menunggu sehingga tegangan pada resistor mendekati 0 V.
Kesalahan ini dapat menyebabkan kesalahan dalam pengambilan data. Terdapat
ketidakstabilan tegangan semakin tingginya tegangan yang diberikan, dapat
disebabkan oleh hal tersebut.
Selain itu, karena praktikum ini bersifat digital dan data yang diambil
direkam secara digital, perlu dianalisis kemungkinan bahwa clock dari
pengambilan data dari arus dan tegangan berbeda atau asynchronous. Hal ini
dapat menyebabkan data yang didapat tidak konsisten yaitu saat tegangan
sedikit lebih tinggi tetapi arusnya lebih kecil. Jika ditinjau dalam perspektif lain,
dapat disimpulkan juga bahwa disipasi panas menyebabkan hambatan berubah
seiring waktu logam terkena arus sehingga perubahan tegangan lebih tinggi dapat
mendapatkan arus yang lebih rendah karena hambatan menurun.
b. Analisis Hasil
Perhitungan yang dilakukan dari data yang diperoleh adalah mencari nilai V rata-
rata dan I rata-rata untuk tiap nilai beda potensial yang dipasang. Rumus yang
digunakan :
Untuk menghitung V rata-rata adalah:
οΏ½Μ οΏ½ =βπ½
π
Untuk menghitung I rata-rata adalah:
π° =βπ°
π
Dari hasil perhitungan V rata-rata dan I rata-rata terlihat hubungan antara nilai I
dan V. Nilai I berbanding lurus dengan nilai V. Semakin besar nilai V maka nilai I
akan bertambah besar pula. Hubungan antara V dan I inilah yang akan menjadi
besar hambatan (R).
c. Analisis Grafik
Dari grafik diperoleh persamaan garis:
Y = 8,0727x + 3,2243
Sesuai dengan hukum Ohm pada suatu konduktor, dimana:
2015
π = πΌ. π π = π
πΌ
Gradien dari grafik diperoleh π = βπ¦
βπ₯=
βπΌ
βπ
Grafik tersebut bersifat linier, sehingga nilai gradiennya sebanding dengan 1
π .
Karena semikonduktor memiliki sifat setengah konduktor, maka hukum Ohm ini
dapat diterapkan. Dari grafik juga dapat dilihat bahwa nilai R2 =0.9912; dimana
nilainya mendekati 1, dari nilai tersebut dapat kita interpretasikan bahwa grafik
tersebut hampir linier sempurna (kesalahan relatifnya kecil).
d. Analisis Kesalahan
Karena dilakukan secara otomatis, maka tidak dapat diketahui kondisi lingkungan
dilakukannya percobaan. Selain itu, tidak ada nilai literatur yang dapat digunakan
sebagai pembanding untuk menentukan besar kesalahan literatur yang diperoleh.
Namun, praktikan mencoba menganalisis faktor-faktor kesalahan yang dapat
terjadi pada saat dilakukan percobaan r-lab ini , yaitu :
a. Kesalahan pada alat-alat yang digunakan, yaitu web cam yang tidak dapat bekerja
dengan baik.
b. Kesalahan pada percobaan sehingga data yang didapat merupakan data yang tidak
valid yang tidak sesuai dengan literatur yang didapat.
c. Kesalahan dalam memasukkan data pada perhitungan persamaan grafik sehingga
data hasil perhitungan yang didapat tidaklah benar.
d. Pada V1-V3, tegangan yang diberikan tetap, maka seharusnya besar arus yang
dihasilkan pun tetap. Namun, pada V1-V3 besar arusnya berubah-ubah. Hal ini
mungkin terjadi karena perubahan suhu pada ruangan tempat peralatan percobaan
berada (perubahan yang terjadi relatif kecil).
IX. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan Karakteristik V I Logam adalah :
Karakteristik tegangan dan arus pada suatu logam mengikuti sifat hukum Ohm
pada konduktor.
2015
Daya disipasi panas yang dihasilkan oleh suatu logam mengakibatkan perubahan
hambatan, karena nilai resistivitasnya menurun seiring peningkatan suhu.
Arus listrik berbanding lurus dengan tegangan dengan faktor pengali diantaranya
adalah hambatan (R)
Gradien yang dihasilkan pada grafik sebanding dengan nilai 1
π .
Karakteristik V-I dari suatu logam akan selalu linear karena hanya mampu
menghambat aliran listrik yaitu berfungsi sebagai resistor.
Relasi karakteristik V-I yang linear adalah relasi yang memenuhi hukum Ohm.
Praktikum dijalankan dengan baik dan tujuan tercapai.
X. Referensi
Giancoli, D.C. 2000. Physics for Scientists & Engineers, Third Edition. New York:
Prentice Hall.
Halliday, Resnick, Walker. 2005. Fundamentals of Physics, 7th Edition, Extended
Edition. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Serway, R.A. and Jewet, T. 2003. Physics for Scientist and Engineers, 6th edition.
USA: Brooks/Col Publisher Co.
Tipler, Paul A. 1996. Fisika untuk Sains dan Teknik, Jilid Dua. Jakarta: Erlangga.
XI. Lampiran
Tabel Data Eksperimen
No V(volt) I(mA)
1 0.07 9.36
2 0.07 9.46
3 0.07 9.36
4 0.07 9.46
5 0.07 9.46
6 0.16 19.03
7 0.16 19.03
8 0.16 19.24
9 0.16 19.03
10 0.16 19.24
11 0.24 27.04
12 0.23 27.14
13 0.24 27.04
14 0.24 26.93
15 0.24 27.04
16 0.35 37.33
17 0.35 36.81
18 0.35 36.81
19 0.35 36.81
20 0.36 36.60
21 0.47 45.44
22 0.48 45.34
23 0.47 45.34
24 0.48 45.44
25 0.49 45.03
26 0.67 55.74
27 0.66 54.39
28 0.69 53.87
29 0.69 54.18
30 0.69 53.76
31 0.79 61.15
2015
32 0.81 60.11
33 0.83 59.48
34 0.85 58.86
35 0.87 58.24
36 1.05 66.45
37 1.08 65.83
38 1.10 65.20
39 1.13 64.68
40 1.15 64.27