laporan hitung eritrosit

21
MENGHITUNG ERITROSIT I. TUJUAN a. Tujuan Instruksional Umum 1. Mahasiswa dapat memahami hitung eritrosit. 2. Mahasiswa dapat mengetahui cara menghitung eritrosit pada darah propandus. 3. Mahasiswa dapat menjelaskan cara menghitung eritrosit pada darah probandus. b. Tujuan instruksional Khusus 1. Mahasiswa dapat melakukan cara menghitung eritrosit pada darah probandus. 2. Mahasiswa dapat mengetahui jumlah eritrosit per μl darah probandus. 3. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil hitung eritrosit pada darah probandus. II. METODE Manual III. PRINSIP Darah diencerkan dalam pipet eritrosit dengan larutan isotonis, kemudian dimasukkan kedalam kamar hitung. Jumlah eritrosit dihitung dalam volume tertentu, dengan menggunakan faktor konersi jumlah eritrosit per μl darah diperhitungkan.

Upload: hardy-young-hostel

Post on 12-Jul-2016

205 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

membahas tentang cara menghitung eritrosit

TRANSCRIPT

MENGHITUNG ERITROSIT

I. TUJUAN

a. Tujuan Instruksional Umum

1. Mahasiswa dapat memahami hitung eritrosit.

2. Mahasiswa dapat mengetahui cara menghitung eritrosit pada darah propandus.

3. Mahasiswa dapat menjelaskan cara menghitung eritrosit pada darah probandus.

b. Tujuan instruksional Khusus

1. Mahasiswa dapat melakukan cara menghitung eritrosit pada darah probandus.

2. Mahasiswa dapat mengetahui jumlah eritrosit per μl darah probandus.

3. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil hitung eritrosit pada darah probandus.

II. METODE

Manual

III. PRINSIP

Darah diencerkan dalam pipet eritrosit dengan larutan isotonis, kemudian dimasukkan

kedalam kamar hitung. Jumlah eritrosit dihitung dalam volume tertentu, dengan menggunakan

faktor konersi jumlah eritrosit per μl darah diperhitungkan.

IV. DASAR TEORI

Darah adalah cairan tubuh khusus yang memberikan zat yang diperlukan oleh sel-sel tubuh

seperti nutrisi dan oksigen serta mengangkut produk-produk limbah dari sel-sel (Neelam dkk,

2012).

Darah memberikan nutrisi dari sistem pencernaan dan hormon dari sistem endokrin ke

bagian tubuh yang membutuhkannya. Melewati ginjal dan hati, yang menghilangkan atau

memecah limbah dan racun. Sel kekebalan dalam darah membantu mencegah dan melawan

penyakit dan infeksi. Darah juga dapat membentuk bekuan, mencegah kehilangan darah yang

fatal dari luka kecil dan goresan (Mohankrishna dkk, 2011).

Eritrosit adalah sel yang unik dimana mereka memiliki bentuk cekung ganda (biconcave),

berulang dapat berubah bentuk dan kembali kebentuk semula, dan dapat menahan kekuatan

turbulensi serta gaya geser yang baik diberikan oleh dinding pembuluh kapiler. Fitur

complimentary dari kekuatan dan fleksibilitas secara intrinsik saling mempengaruhi antara cairan

membran sel dan struktur pola (lattice) yang kuat namun lentur pada kerangka membran. Penting

mempertahankan kerangka membran eritrosit yang kuat namun fleksibel, ditegaskan pada

faktanya bahwa mayoritas gangguan eritrosit, secara kolektif kelainan bawaan yang paling

umum pada manusia di seluruh dunia disebabkan oleh mutasi pada encoding gen struktur

membran protein esensial (Chan dkk, 2013). Kerangka membran eritrosit diatur sebagai pola

(lattice) heksagonal kompleks junctional, masing-masing dengan komponen utama dari filamen

aktin pendek, yang berikatan silang memanjang, molekul spectrin fleksibel. Jaringan tipis ini

mendasari permukaan sitoplasma dari membran plasma dan memberi fleksibilitas dan kekuatan

pada membran (Kalfa dkk, 2006).

Eritrosit manusia (sel darah merah) memiliki masa hidup secara in vivo sekitar 120 hari

dan secara selektif dihapus dari peredaran melalui fagositosis. Selama rentang hidupnya, eritrosit

mengalami perubahan fisik dan kimia yang progresif, seperti penurunan pada volume sel dengan

penuaan sel. Umur sel menunjukkan penurunan deformabilitas, mobilitas elektrik dan permukaan

bawah bermuatan negatif. Membran zeta-potential (yang menilai muatan permukaan sel),

bersama-sama dengan sifat morfologi dan mekanis, adalah parameter struktural dan fungsional

penting dari eritrosit. Semua itu mempengaruhi deformabilitas, dan sirkulasi eritrosit dalam

pembuluh darah. Agregasi eritrosit juga merupakan salah satu faktor yang paling penting yang

mempengaruhi aliran darah. Peningkatan agregasi eritrosit merupakan faktor risiko

kardiovaskular, terkait dengan hipertensi, hiperkolesterolemia dan kondisi klinis seperti iskemia

miokard dan keadaan tromboemboli (Carvalho dkk, 2011).

V. ALAT DAN BAHAN

a. Alat

Pipet Thoma eritrosit

Kamar hitung Improved Neubauer

Cover glass

Syringe

Mikroskop

b. Bahan

Darah vena dengan antikoagulan EDTA

Larutan hayem

Aquadest

tisu

VI. CARA KERJA

1. APD digunakan serta alat dan bahan disiapkan

2. Pipet eritrosit diambil, selang karet dipasang pada salah satu ujung pipet yang berada

didekat bagian yang bulat.

3. Sampel darah dihomogenkan kemudian dihisap dengan pipet eritrosit sampai skala

0,5. Darah yang menempel di bagian luar ujung pipet dibersihkan dengan kertas tisu.

4. Dilanjutkan menghisap reagen sampai skala 101.

5. Ujung pipet ditutup dengan ibu jari dan selang karet dilepas, kemudian tutup ujung

pipet lainnya dengan jari yang lainnya.

6. Kocok pipet selama 2-3 menit supaya homogen.

7. Letakkan pipet di atas meja dan biarkan selama 3-5 menit.

8. Bilik hitung dibersihkan dan diletakkan cover glass di atasnya (agar cover glass

mudah melekat, kedua tangggul dibasahi sedikit saja.

9. Sampel dalam pipet eritrosit dibuang 3-4 tetes lalu dimasukkan ke dalam bilik hitung

10. Bilik hitung diletakkan pada meja preparat mikroskop, gunakan lensa objektif

perbesaran 10x untuk mencari bidang besar yang di tengah

11. Kemudian gunakan lensa objektif perbesaran 40x dan dihitung jumlah eritrosit pada 5

bidang sedang yang tersusun dari 16 bidang kecil.

VII. NILAI RUJUKAN

4,5 – 5,9 10e6/μl (juta/mm3)

VIII. HASIL

a. Hasil pengamatan

Sapel Darah EDTA

Bilik hitung Improved Neubauer

Pipet Thoma Eritrosit

Eritrosit di bawah mikroskop perbesaran 400 x

b. Hasil Perhitungan

Diketahui: Jumlah eritrosit = 329

Volume bilik hitung = 0,02

Pengenceran = 200 x

Dijawab: Eritrosit (juta/mm3) = jumlah eritrosit

volumebilik hitung x Pengenceran

= 3290,02 x 200

= 3,29 (juta/mm3)

NO NAMA PROBANDUS UMUR JENIS

KELAMINEritrosit

(juta/mm3) KETERANGAN

1 Wayan Raha - Th Laki – laki 3,29 juta/mm3 < Normal

IX. PEMBAHASAN

Menurut Riswanto (2013) eritrosit adalah sel yang bulat atau agak oval, tampak seperti

cakram bikonkaf dan tidak berinti dengan ukuran 7-8 μl. Sel ini merupakan bagian terbesar dari

sel-sel dalam darah, jumlahnya sekitar 4,5 – 5,0 juta/mm3 darah. Eritrosit dibentuk di sumsum

tulang (bone marrow). Sel ini berasal dari sebuah sel bakal, pluripotent stem cel yang dinamakn

colony-forming-unit-stemcell (CFU-S). produksi eritrosit diatur oleh eritropoietin (EPO), suatu

hormon yang terutama dihasilkan oleh sel-sel interstisium peritubulus ginjal. Masaa hidup

eritrosit adalah 120 hari; sel yang sudah tua didestruksi dan dibuang di sistem retikuloendotelial

(RES), terutama di limpa. Dalam keadaan normal, produksi dan destruksi eritrosit berada dalam

suatu keadaan equilibrium (seimbang). Sel ini mengandung hemoglobin yang mengikan dan

mengangkut oksigen dari paru-paru ke berbagai sel atau jaringan tubuh. Eritrosit juga

mengangkut karbon dioksida dari sel atau jaringan ke paru-paru untuk dibuang. Karbon dioksida

merupakan hasil akhir metaboolisme kebanyakan senyawa organik dalam tubuh.

Agar dapat melakukan fungsinya, eritrosit harus memenuhi beberapa kriteria:

Harus mempertahankan struktur bikonkaf untuk memaksimalkan pertukaran gas.

Harus dapat berubah bentuk (lentur) agar dapat masuk ke kapiler mikrosirkulasi

yang halus.

Harus memiliki lingkungan internal yang konstan agar hemoglobin tetap dalam

bentuk tereduksi sehingga dapat mengangkut oksigen.

Kelangsungan hidup eritrosit harus nomal dan sifat fisik maupun kimiawinya harus

dipertahankan.

Eritrosit harus diproduksi dalam jumlah yang memadai, dan hemoglobin sel-sel ini secara

kuantitatif harus normal dan dipertahankan dalam suatu status fungsional agar dapat

menyalurkan oksigen. Konsentrasi eritrosit harus dijaga dalam batas normal, dengan demikian,

destruksi eritrosit harus diimbangi dengan produksi eritrosit. Penurunan jumlah eritrosit dapat

menyebabkan anemia, suatu keadaan yang ditandai dengan penurunan kadar hemoglobin yang

mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkutan oksigen. Penurunan jumlah eritrosit ini dapat

terjadi apabila produksi eritrosit terganggu atau apabila destruksi atau hilangnya eritrosit

melebihi kemampuan sumsum tulang menggantikan sel-sel ini. Jumlah eritrosit dan hemoglobin

tidak selalu meningkat atau menurun bersamaan. Sebagai contoh, penurunan jumlah eritrosit

disertai kadar hemoglobin yang sedikit meningkat atau normal terjadi pada kasus anemia

pernisiosa, serta jumlah eritrosit yang sedikit meningkat atau normal diserta dengan kadar

hemoglobin yang menurun terjadi pada anemia defisiensi zat besi (ADB) (Riswanto, 2013).

Saat praktikum, sampel yang digunakan untuk hitung eritrosit adalah darah utuh (whole

blood) yang di ambil dari vena dan dicampur dengan antikoagulan EDTA yang fungsinya untuk

mencegah terjadinya pembekuan darah. Untuk mengetahui jumlah eritrosit dalam darah

dilakukan penghitungan eritrosit dengan menggunakan (haemocytometer). Hemositometer

adalah alat yang digunakan untuk menghitung jumlah sel darah yang terdiri dari bilik hitung,

kaca penutup, dan dua macam pipet untuk pengenceran darah. Peralatan ini harus selalu

dibersihkan segera setelah digunakan dan dijaga agar tidak tergores. Pipet pengencer terdiri dari

sebuah pipa kapiler yang memiliki bulatan yang besar dan lonjong di bagian tengah. Pipet yang

digunakan untuk hitung eritrosit adalah pipet yang di dalam bulatannya terdapat sebutir kaca

berwarna merah dan sekaligus dapat digunakan untuk hitung trombosit.

Pipet eritrosit mempunyai skala 0.5, 1 dan 101. Jika darah diisap sampai skala 1 dan

diencerkan sampai 101 berarti darah tersebut diencerkan 100 kali. Jika darah diisap sampai skala

0.5 dan diencerkan sampai skala 101 berarti darah diencerkan 200 kali..

Bilik hitung (counting chamber) ditemukan oleh Louis-Charles Malassez, terbuat dari kaca

tebal persegi panjang yang memiliki bagian-bagian sebagai berikut:

Dua buah area penghitungan sel darah berupa permukaan rata dan memiliki garis

bagi. Kedua area itu dibatasi oleh sebuah alur/cekungan.

Dua buah alur/cekungan yang berada di sebelah kanan dan kiri area penghitungan

sel.

Dua buah tanggul (mounting support) yang berada di sebelah kanan dan kiri area

penghitungan yang dibatasi oleh kedua alur/cekungan tadi.

Sebuah kaca penutup (cover glass) yang tebal, lebih tebal daripada kaca penutup

biasa. Jika kaca penutup ini diletakkan pada bilik hitung, maka akan terbentuk

ruangan/bilik di bawahnya dengan kedalaman 0,1 mm.

Bilik hitung yang digunakan adalah bilik hitung Improved Neubauer yang telah disempurnakan.

Bilik hitung tersebut memiliki luas 9 mm2 yang terbagi menjadi 9 bidang besar dengan luas

masing-masing 1 mm2 (Riswanto, 2013).

Pada praktikum hitung eritrosit menggunakan larutan Hayem, prinsip metode hitung

eritrosit menggunakan larutan hayem yaitu darah diencerkan dengan larutan yang isotonis

terhadap eritrosit, sedangkan lekosit dan trombosit dilisiskan sehingga eritrosit lebih mudah

dihitung. Dengan menggunakan larutan Hayem tersebut, darah sekaligus diencerkan 200x

menggunakan pipet eritrosit. Setelah tercampur merata, kemudian sel darah dihitung di bawah

mikroskop dengan perbesaran 400 x. Metode yang digunakan adalah metode kamar hitung

(manual). Perhitungan eritrosit hanya dilakukan pada lima kotak sedang dalam bidang yang di

tengah, bilik hitung masing-masing memiliki luas 0,04 mm2, jadi luas seluruh kotak sedang

adalah 5 x 0,04 mm2. Karena kedalaman bilik hitung adalah 0,1 mm, maka volume kelima kotak

sedang tersebut adalah 0,02 mm3 sehingga hitung eritrosit = jumlah eritrosit yang dihitung dalam

5 kotak sedang x pengenceran.

Dari praktikum yang dilakukan didapatkan hasil perhitungan eritrosit 3,29 juta/mm3

dimana berdasarkan nilai rujukannya hasil ini berada dibawah nilai rujukan normal. Menurut

Riswanto (2013) penurunan jumlah eritrosit dapat dijumpai pada anemia, peningkatan hemolisis,

kehilangan darah (perdarahan), trauma, leukemia, infeksi kronis, myeloma multiple, cairan per

intra vena berlebih, gagal ginjal kronis, kehamilan, hidrasi berlebihan, defisiensi vitamin,

malnutrisi, infeksi parasit, penyakit system endokrin, intoksilasi.

Menghitung jumlah eritrosit dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu manual dan

elektronik (automatic). Cara manual dilakukan seperti hitung leukosit, yaitu menggunakan bilik

hitung dan mikroskop dimana cara ini dilakukan ketika praktikum. Riswanto (2013) menyatakan

bahwa hitung eritrosit lebih sukar daripada hitung leukosit. Orang yang telah berpengalaman saja

memiliki kesalahan yang cukup besar dalam menghitung eritrosit, yaitu 11-30% ( rata-rata

sekitar 20%), apalagi orang yang belum berpengalaman atau kerjanya kurang teliti. Menghitung

jumlah eritrosit secara manual sangat jarang dilakukan karena ketelitiannya rendah. Metode

penghitungan eritrosit secara akurat memerlukan alat penghitung otomatis. Namun, alat ini

seringnya tidak ada di laboratorium-laboratorium perifer (Riswanto, 2013)..

Hitung eritrosit menggunakan alat penghitung otomatis adalah seperti yang digunakan

untuk hitung lekosit dan hitung trombosit dimana pengerjaannya dilakukan dengan

menggunakan sebuah mesin penghitung sel darah (hematology analyzer). Prinsip dasar yang

digunakan, yaitu impedansi (resistensi elektrik) dan pembauran cahaya (light scattering/ optical

scatter). Prinsip impedansi didasarkan pada deteksi dan pengukuran perubahan hambatan listrik

yang dihasilkan oleh sel-sel darah saat mereka melintasi sebuah lubang kecil (aperture).

Sedangkan pembauran cahaya didasarkan pada deteksi dan pengukuran energy cahaya (foton)

yang dihasilkan oleh sel-sel saat melewati sebuah flow cell yang dilalui cahaya. Penggunaan cara

elektronik dengan alat penghitung sel darah lebih menguntungkan karena mampu menghitung sel

dalam jumlah yang jauh lebih besar, menghemat waktu dan tenaga serta hasil cepat diterima oleh

klinisi. Selain itu, penghitungan dengan alat otomatis dapat memberikan hasil yang bisa

diandalkan dan reproducible. Instrument-instrumen ini deprogram untuk dapat memeberikan

hasil secara cepat dan akurat. Namun harga alat ini mahal, prosedur pemakaian dan

pemeliharaannya harus dilakukan dengan sangat cermat. Disamping itu upaya penjaminan mutu

juga harus selalu dilakukan. Hasil hitung eritrosit dengan instrument elektronik ditampilkan pada

lembar hasil sebagai RBC (red blood cell) (Riswanto, 2013).

Dan pada praktikum, sampel darah telah diperiksa menggunakan alat penghitung otomatis

dan didapatkan hasil 6,25 10e6/μl (juta/mm3). Hasil tersebut menunjukan berada di atas nilai

rujukan normal. Peningkatan jumlah eritrosit dijumpai pada polisitemia vera,

hemokonsentrasi/dehidrasi, dataran tinggi, penyakit kardiovaskuler.

Selain itu, jumlah eritrosit juga dipengaruhi oleh faktor fisiologis pasien seperti:

Aktifitas fisik atau olahraga, dimana aktifitas fisik akan menurunkan volume plasma

yang dapat menyebabkan hemokonsetrasi/hemodilusi yang dapat mempengaruhi hasil

pemeriksaan hitung sel darah, selain itu menyebabkan perubahan hasil KED dan

hemoglobin.

Dehidrasi, misalnya karena muntah atau diare persisten, dapat menyebabkan

hemokonsentrasi, suatu kondisi dimana komponen darah tidak dapat dengan mudah

meninggalkan aliran darah dan menjadi terkonsentrasi sebagai akibat darai volume

plasma lebih kecil. Hemokonsentrasi palsu ini dapat meningkatkan komponen darah

seperti eritrosit.

Merokok, kebiasaan merokok dalam jumlah yang berlebih dapat menaikkan nilai

jumlah eritrosit.

Umur, nilai untuk banyak komponen darah sangat beragam tergantung pada usia pasien.

Misalnya, eritrosit, hemoglobin, dan leukosit lebih tinggi pada bayi baru lahir

dibandingkan orang dewasa.

Ketinggian, penurunan tekanan oksigen pada ketinggian yang lebih tinggi menyebabkan

tubuh menghasilkan lebih banyak eritrosit untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh;

semakin bertambah ketinggian, semakin besar peningkatan tersebut.

Jenis Kelamin, jenis kelamin pasien memiliki pengaruh yang menentukan konsentrasi

komponen darah banyak.

Kehamilan, menyebabkan perubahan fisiologis dalam banyak sistem tubuh. Peningkatan

cairan tubuh yang normal selama kehamilan, memiliki efek pengenceran pada eritrosit

(hemodilusi), yang menyebabkan jumlah eritrosit lebih rendah.

Posisi, jumlah eritrosit pada pasien yang telah berdiri sekitar 15 menit akan lebih tinggi

dari eritrosit dalam keadaan duduk pada pasien yang sama (Riswanto, 2013).

Dari praktikum yang telah dilakukan terdapat perbedaan hasil yang jauh berbeda pada

hitung eritrosit secara manual dan elektronik (automatic). Dimana hitung eritrosit secara manual

didapat hasil 3,29 juta/mm3 sedangkan menggunakan alat eletronik (automatic) didapatkan hasil

6,25 10e6/μl (juta/mm3). Ada kemungkinan hal ini dapat terjadi karena praktikan yang

mengerjakan masih belum terlatih dan pengalaman yang masih kurang dalam melakukan hitung

sel. Sehingga banyak kesalahan-kesalahan yang dilakukan praktikan ketika melakukan hitung

eritrosit secara manual. Selain itu banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi, sehingga hasil

yang didapat praktikan belum akurat dan kurang teliti.

Menurut Riswanto (2013) faktor yang mempengaruhi hitung eritrosit secara manual:

1. Pengambilan sampel darah di daerah lengan yang terpasang jalur intra-vena

menyebabkan hitung eritrosit rendah akibat hemodilusi.

2. Pemipetan atau pengenceran tidak tepat.

3. Larutan pengencer tercemar darah atau bahan lainnya.

4. Terjadi gelembung udara pada saat menghisap sampel darah (terutama untuk

penggunaan pipet Thoma).

5. Alat yang dipergunaKAN seperti pipet, bilik hitung dan kaca penutupnya kotor dan

basah

6. Ketidaktelitian dalam menghitung sel.

7. Penghitungan mikroskopik menggunakan perbesaran lemah (10x).

X. SIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan terdapat perbedaan hasil yang jauh berbeda

pada hitung eritrosit secara manual dan elektronik (automatic). Dimana hitung eritrosit

secara manual didapat hasil 3,29 juta/mm3 sedangkan menggunakan alat eletronik

(automatic) didapatkan hasil 6,25 10e6/μl (juta/mm3). Untuk itu praktikan perlu untuk

lebih berlatihan melakukan hitung sel darah agar hasil perhitungan yang didapat tidak

jauh dari nilai yang sebenarnya.

XI. DAFTAR PUSTAKA

Carvalho, F. A., de Oliveira, S., Freitas, T., Gonçalves, S., and Santos, N. C.(2011). Variations on Fibrinogen-Erythrocyte Interactions during Cell Aging. PLoS One. 6(3): e18167.

Chan, M. M., Wooden, J. M., Tsang, M., Gilligan, D. M., Hirenallur-S, D. K., Finney, G. L., Rynes, E., MacCoss, M., Ramirez, J. A., Park, H., and Iritani, B. M. (2013). Hematopoietic Protein-1 Regulates the Actin Membrane Skeleton and Membrane Stability in Murine Erythrocytes. PLoS One. 8(2): e54902.

Kalfa, T. A., Pushkaran, S., Mohandas, N., Hartwig, J. H., Fowler, V. M., Johnson, J. F., Velia M. Joiner, V. M., Williams, D. A.. and Zheng, Y.(206). Rac GTPases regulate the morphology and deformability of the erythrocyte cytoskeleton. Blood. 108(12): 3637–3645.

Mohankrishna, L., Balammal G., and Aruna, G.(2011). A Review On Artificial Blood. International Journal of Biopharmaceutics, 2(2), 80-88

Neelam, S., Semwal, B. C., Krishna, M., Ruqsana, K., & Shravan P.(2012). Artificial Blood: A Tool For Survival Of Humans. IRJP,3(5),119-123.

Riswanto, 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta: Alfamedia & Kanal Medika.

Denpasar, 7 Oktober 2015Praktikan

I Kadek Hardyawan(P07134014032)

Lembar Pengesahan

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

( Dr. dr. Sianny Herawati, Sp.PK ) ( Rini Riowati, B.Sc )

Pembimbing III Pembimbing IV

( I Ketut Adi Santika, A.Md. AK ) ( Luh Putu Rinawati, A.Md. AK)

Pembimbing V

( Surya Bayu Kurniawan, S.Si )

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGIHITUNG ERITROSIT

Oleh:I Kadek Hardyawan

(P07134014032)

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASARJURUSAN ANALIS KESEHATAN

TAHUN AKADEMIK 2015