laporan praktik teodolite

40
Laporan Praktikum ILMU UKUR TANAH 1 Theodolite Kelompok 4 Bela FebriananaRestunintyas (1431310062) Dwi Ajeng Marthalia (1431310046) Intan Dano Arrosy (1431310021) Muhammad Fadhil (1431310063) Rhiski Aprilianto (1431310089) Yahdie Khoirul Roziqien (1431310100) KELAS 1-B JURUSAN D III TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MALANG SEMESTER 1 2014/2015

Upload: rhiskiaprilianto

Post on 02-Oct-2015

63 views

Category:

Documents


20 download

DESCRIPTION

merupakan laporan praktek teodolite. praktek teodolite menggunakan metode poligon tertutup.

TRANSCRIPT

  • Laporan Praktikum

    ILMU UKUR TANAH 1

    Theodolite

    Kelompok 4

    Bela FebriananaRestunintyas (1431310062)

    Dwi Ajeng Marthalia (1431310046)

    Intan Dano Arrosy (1431310021)

    Muhammad Fadhil (1431310063)

    Rhiski Aprilianto (1431310089)

    Yahdie Khoirul Roziqien (1431310100)

    KELAS 1-B

    JURUSAN D III TEKNIK SIPIL

    POLITEKNIK NEGERI MALANG

    SEMESTER 1

    2014/2015

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Segala puji syukur kita persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena-Nya

    laporan ini dapat terselesaikan dengan baik serta tepat pada waktunya. Tak lupa juga kami

    ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah yang turut membantu,

    mengarahkan, membimbing kelompok kami dalam menyelesaikan laporan ini.

    Adapun laporan ini merupakan laporan praktikum Ilmu Ukur Tanah. Akhir kata,

    semoga adanya laporan ini bias memberikan manfaat dan pengetahuan kepada pembaca.

    Adapun laporan ini masih memiliki kekurangan. Oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan

    saran yang membangun untuk kesempurnaan laporan ini.

    Malang, 3 Februari 2015

    Penyusun

  • iii

    LEMBAR PENGESAHAN

    Laporan ini dibuat sebagi bukti telah menyelesaikan praktikum ukur tanah 2 tentang

    pengukuran posisi horizontal dan posisi vertikal suatu target dengan alat theodolite. Berlokasi

    di Politeknik Negeri Malang. Untuk mencapai syarat mata kuliah Ukur Tanah 1 jurusan Teknik

    Sipil Politeknik Negeri Malang.

    Nama Ketua Kelompok : Rhiski Aprilianto (1431310089)

    Nama Anggota Kelompok : Bela FebriananaRestunintyas (1431310062)

    Dwi Ajeng Marthalia (1431310046)

    Intan Dano Arrosy (1431310021)

    Muhammad Fadhil (1431310063)

    Yahdie Khoirul Roziqien (1431310100)

    Kelas : 1-B

    Malang, 3 Februari 2014

    Dosen Pembimbing

    Ir. Rinto Sasongko, MT

    NIP 1958011511988031002

  • iv

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii

    LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................... iii

    DAFTAR ISI............................................................................................................................ iv

    BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1

    1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1

    1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 1

    1.4 Manfaat........................................................................................................................ 1

    BAB II DASAR TEORI........................................................................................................... 2

    2.1 Pengertian Theodolite ................................................................................................. 2

    2.2 Syarat-Syarat Theodolite ............................................................................................. 3

    2.3 Poligon ........................................................................................................................ 3

    BAB III PELAKSANAAN PENGUKURAN......................................................................... 9

    3.1 Alat dan Bahan ............................................................................................................ 9

    3.2 Langkah Kerja ........................................................................................................... 12

    BAB IV PROSES DATA ....................................................................................................... 14

    4.1 Hasil Pengukuran ...................................................................................................... 14

    4.2 Perhitungan Pengukuran Posisi Horizontal ............................................................... 15

    4.3 Perhitungan Pengukuran Posisi Vertikal ................................................................... 24

    BAB V PENUTUP.................................................................................................................. 34

    5.1 Kesimpulan................................................................................................................ 34

    5.2 Saran .......................................................................................................................... 34

    LAMPIRAN............................................................................................................................ 35

  • 1

    1 BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Dalam ilmu ukur tanah, posisi titik atau suatu obyek di permukaan bumi dapat dinyatakan

    dalam tiga dimensi yang terdiri atas dua dimensi arah mendatar dan satu dimensi arah

    vertikal.Dalam praktikum ini kita mempelajari tentang posisi horisontal suatu titik atau obyek

    agar dapat di orientasikan di dalam suatu peta. Pada sebuah peta dapat kita sajikan dalam

    bentuk sketsa yang hampir mirip denah secara detail. Pemetaan akan dilakukan dengan cara

    pengukuran situasi lapangan, hal ini lebih efektif karena dapat mengetahui perbedaan tinggi

    tanah, luas gedung, luas lahan yang tersisa, dan sebagainya.Praktikum pemetaan untuk

    mengetahui posisi horisontal suatu obyek ini menggunakan alat theodolit yang harus dikuasai

    setiap mahasiswa. Selain menggunakan theodolit, akan digunakan juga metode poligon sebagai

    kerangka dasar pemetaan agar dapat menggambarkan posisi horisontal titik dalam sistem

    koordinat pada suatu bidang datar dengan skala tertentu dan dengan ketentuan-ketentuan

    tertentu atau aturan yang berlaku.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan sebagai berikut :

    1) Bagaimana cara melakukan pembidikan target dengan theodolite?

    2) Bagaimana cara penghitungan dengan cara poligon pada theodolite ?

    1.3 Tujuan

    Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat dirumuskan sebagai berikut :

    1) Untuk mengetahui cara melakukan pembidikan target dengan theodolite.

    2) Untuk mengetahui perhitungan dengan cara poligon pada theodolite.

    1.4 Manfaat

    Dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah ini mahasiswa akan berlatihmelakukan pekerjaan-

    perkerjaan, dengan tujuan agar.Ilmu Ukur Tanahyang didapat di bangku kuliah dapat

    diterapkan di lapangan,sebagai aplikasi teori-teori dasar Ilmu Ukur Tanah yang didapatkan

    oleh praktikan di bangku kuliah seperti poligon, azimuth , profil, detail situasi dan

    plosespenggambaran peta. dengan demikiandiharapkan mahasiswa dapat memahami

    dengan baik ketiga aspek tersebut diatas.

  • 2

    2 BAB II

    DASAR TEORI

    2.1 Pengertian Theodolite

    Gambar 2.1 Theodolite

    Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan tinggi

    tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan waterpass yang hanya memiliki

    sudut mendatar saja. Di dalam theodolit sudut yang dapat di baca bisa sampai pada satuan

    sekon (detik).

    Di dalam pekerjaan pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah, theodolit sering

    digunakan dalam bentuk pengukuran polygon, pemetaan situasi, maupun pengamatan

    matahari. Theodolit juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti Pesawat Penyipat Datar bila

    sudut verticalnya dibuat 90.

    Dengan adanya teropong pada theodolit, maka theodolit dapat dibidikkan kesegala

    arah. Di dalam pekerjaan bangunan gedung, theodolit sering digunakan untuk menentukan

    sudut siku-siku pada perencanaan atau pekerjaan pondasi, theodolit juga dapat digunakan untuk

    menguker ketinggian suatu bangunan bertingkat.

    Selain itu sudut-sudut mendatar dan tegak dapat di ukur dengan alat tersebut. Alat pengukur

    sudut theodolite.

    Keterangan gambar theodolit 0 (T0) :

    1. Plat dinding pelindung lingkaran vertikal di dalamnya

    2. Ring pengatur lensa tengah

    3. Pengatur fokus benang silang

  • 3

    4. Alat baca lingkaran vertikal/horisontal

    5. Lensa obyektif

    6. Klem vertikal teropong

    7. Penggerak halus teropong

    8. Klem alhidade horisontal

    9. Penggerak halus horisontal

    10. Nivo kotak alhidade horisontal

    11. Plat dasar instrumen

    12. Nivo tabung alhidade horizontal

    2.2 Syarat-Syarat Theodolite

    Syarat syarat utama yang harus dipenuhi alat theodolite sehingga siap dipergunakan

    untuk pengukuran yang benar sebagai berikut :

    1. Sumbu kesatu benar benar tegak atau vertical.

    2. Sumbu kedua harus benar benar mendatar.

    3. Garis bidik harus tegak lurus sumbu kedua atau mendatar.

    4. Tidak adanya salah indeks pada lingkaran kesatu.

    2.3 Poligon

    Poligon adalah metode pengukuran dengan rangkaian segi banyak dalam menentukan

    suatu posisi atau titik yang dapat diketahui koordinatnya dengan menghitung dari pengukuran

    arah, sudut dan jarak. Hasil pengukuran ini digunakan sebagai kerangka dasar pemetaan.

    Penentuaan koordinat dengan cara ini membutuhkan.

    a. Koordinat awal

    Jika dipakai sistem koordinat terhadap suatu sistem tertentu maka dipilih koordinat

    titik yang sudah diketahui. Jika dipakai sistem koordinat lokal maka pilih salah satu titik BM

    kemudian beri harga koordinat tertentu dan titik tersebut dipakai sebagai acuan untuk titik-titik

    yang lain.

    b. Koordinat akhir

    Koordinat titik ini dibutuhkan untuj memenuhi syarat geometri hitungan koordinat dan

    harus dipilih titik yang mempunyai sistem koordinat yang sama dengan koordinat awal.

    c. Azimuth awal

    Azimuth awal harus diketahui sehubungan dengan arah orientasi dari sistem koordinat

    yang dihasilkan dan pengadaan datanya dapat ditempuh dengan dua cara sebagai berikut:

  • 4

    1. Hasil hitungan koordinat titik-titik yang telah diketahui dan akan dipakai

    sebagai titik acuan sistem koordinatnya.

    2. Hasil pengamatan astronomis pada salah satu titik poligon sehingga didapatkan

    azimuth ke matahari dari tiitk yang bersangkutan. Dan selanjutnya dihasilkan

    azimuth kesalah satu poligon tersebut dengan ditambahkan ukuran sudut

    mendatar.

    d. Data ukuran sudut dan jarak

    Sudut mendatar pada setiap stasiun dan jarak antar dua titik kontrol perlu diukur

    dilapangan berdasarkan bentuk poligonya.

    Untuk mendapatkan koordinat titik-titikpada suatu poligon,dalam proses hitungannya

    menggunakan argumen sudut mendatar di setiap ttitk poligon dan jarak mendatar setiap sisi

    poligon. Selain itu diperlukan pula syarat agar dapat dilakukan hitungan koordinat,yaitu:

    1. Paling sedikit harus ada satu titik yang telah diketahui koordinatnya pada rangkaian

    poligon tersebut.

    2. Paling sedikit harus ada satu azimuth atau sudut jurusan sisi poligon yang telah

    diketahui.

    Ditinjau dari model rangkainnya,konfigurasi titik-titik yang membentuk suatu poligon dapat

    dibedakan menjadi beberapa jenis,jenis poligan dapat digambarkan sebagai berikut:

    1) Poligon terbuka

    Poligon terbuka merupakan rangkaian titik-titik dalam arah memanjang yang

    mempunyai satu titik awal dan satu titik akhir yang terpisah.

    Gambar 2.2 Polygon Terbuka

    2) Poligon tertutup

    Poligon tertutup merupakan rangkaian titik-titik yang mempunyai titik awal dan titik

    akhir dengan posisi yang sama atau berimpit.

  • 5

    Gambar 2.3 Polygon Tertutup

    3) Poligon Bercabang

    Gambar 2.4 Polygon Bercabang

    Poligon bercabang merupakan gabungan poligon terbuka dengan ditandai adanya titik

    simpul atau persimpangan dan rangkaian titiknya mempunyai beberapa titik ujung yang

    terpisah.

    4) Poligon kombinasi

    Poligon kombinasi merupakan gabungan dari poligon terbuka dan poligon tertutup.

  • 6

    Gambar 2.5 Polygon Kombinasi

    2.3.1 Poligon tertutup.

    Suatu jaringan poligon dikatakan sebagai poligon tertutup apabila posisi

    horisontal titik awal dan titik akhir poligon tersebut sama atau berimpit.Dengan

    pernyataan tersebut, maka secara matematis konfigurasi poligon tertutup dapat

    ditandai sebagai berikut :

    1) Koordinat Awal = Koordinat Akhir

    2) Azimuth Awal = Azimuth Akhir

    Secara umum, ditinjau dari cara pengukuran sudutnya,poligon tertutup

    dibedakan menjadi 2, yaitu :

    1) Poligon tertutup dengan data ukuran sudut dalam.

    2) Poligon tertutup dengan data ukuran sudut luar.

  • 7

    A

    B

    C

    DEDE

    C

    B

    A

    Gambar 2.6 Sket Polyogon Tertutup Sudut Dalam dan Sudut Luar

    Poligon tertutup merupakan poligon terikat sempurna, artinya baik sudut

    maupun jarak ukuran ada ketererikatan geometris, sehingga dalam proses hitungan

    data ukuran tersebut harus memenuhi syarat geometris.Adapum syarat geometris

    sebagai berikut :

    ( d . sin a) = 0

    ( d . cos a ) = 0

    Keterangan :

    ( ) = jumlah sudut ukuran pada poligon tertutup

    n = bilangan bulat positif atau angka kelipatan yang sesuai

    ( d . sin a ) = jumlah dari perkalian antara jarak ukuran dan sin (a)

    ( d . cos a ) = jumlah dari perkalian antara jarak ukuran dan cos (a)

    Perlu diketahui, dalam proses hitungan poligon tertutup bahwa:

    a. Untuk poligon tertutup dengan data ukuran sudut dalam,maka nilai n = N-2

    b. Untuk poligon tertutup dengan data ukuran sudut luar, maka nilai n = N+2

    2.3.1.1 Sistematika penyelesaian :

    1. Perhatikan skets gambar poligon (sesuai data pengukuran lapangan)

    2. Menghitung kesalahan total sudut ukuran atau clossing error polygon (f)

    f = {(f) n. 1800}

    Menghitung nilai koreksi sudut dan nilai sudut terkoreksi

  • 8

    Nilai koreksi total = -f

    Besarnya koreksi setiap sudut ukuran () = -f/N

    Dalam hal ini,notasi N = banyaknya sudut poligon yang diukur

    Nilai sudut terkoreksi : = u +

    3. Menghitung azimuth atau sudut jurusan setiap sisi poligon secara berurutan

    4. Menghitung kesalahan jarak ukuran dalam arah absis (fx) dan ordinat (fy)

    Fx = {(d . sin a )}

    fy ={(d . sin a )}

    5. Menghitung nilai koreksi jarak

    Nilai koreksi jarak total arah X (absis) = -fx

    Besarnya koreksi setiap jarak ukuran dalam arah X : x= (d / d ) . (-fx)

    Nilai koreksi jarak total arah Y (ordinat) = -fy

    Besarnya koreksi setiap jarak ukuran dalam arah Y : y = (d / d ) . (-fy)

    6. Menghitung kordinat titik.

    XB = XA + dAB sin aAB + x1

    YB = YA + dAB cos aAB + y1

  • 9

    3 BAB III

    PELAKSANAAN PENGUKURAN

    3.1 Alat dan Bahan

    3.1.1 Theodolite

    Gambar 3.1 Theodolite

    Keterangan gambar theodolit 0 (T0) :

    1) Plat dinding pelindung lingkaran vertikal di dalamnya

    2) Ring pengatur lensa tengah

    3) Pengatur fokus benang silang

    4) Alat baca lingkaran vertikal/horisontal

    5) Lensa obyektif

    6) Klem vertikal teropong

    7) Penggerak halus teropong

    8) Klem alhidade horisontal

    9) Penggerak halus horisontal

    10) Nivo kotak alhidade horisontal

    11) Plat dasar instrumen

    12) Nivo tabung alhidade horizontal

  • 10

    3.1.2 Rol Meter

    Rol meter terbuat dari fiberglass dengan panjang 30-50 m dan dilengkapi tangkai

    untuk mengukur jarak antara patok yang satu dengan patok yang lain.

    Gambar 3.2 Rol Meter

    3.1.3 Yalon

    Yalon berfungsi untuk rambu dalam melakukan pengukuran.

    Gambar 3.3 Yalon

  • 11

    3.1.4 Statif (Kaki Tiga)

    Statif (kaki tiga) berfungsi sebagai penyangga waterpass dengan ketiga kakinya

    dapat menyangga penempatan alat yang pada masing-masing ujungnya runcing, agar

    masuk ke dalam tanah. Ketiga kaki statif ini dapat diatur tinggi rendahnya sesuai dengan

    keadaan tanah tempat alat itu berdiri. Seperti tampak pada gambar dibawah ini :

    Gambar 3.4 Statif (Kaki Tiga)

    3.1.5 Penjepit yalon

    Berfungsi untuk menjepit yalon, sehingga yalon dapat berdiri tegak.

    Gambar 3.5 Penjepit Yalon

  • 12

    3.1.6 Paku Payung

    Berfungsi sebagai suatu tanda di lapangan untuk titik utama dalam pengukuran

    3.2 Langkah Kerja

    1. Letakkan pesawat di atas kaki tiga dan ikat dengan baut. Setelah pesawat terikat

    dengan baik pada statif, pesawat yang sudah terikat tersebut baru diangkat dan

    Anda dapat meletakkannya di atas patok yang sudah diberi paku.

    2. Tancapkan salah satu kaki tripod dan pegang kedua kaki tripod lainnya. Kemudian

    lihat paku dibawah menggunakan centring. Jika paku sudah terlihat, kedua kaki

    tripod tersebut baru diletakkan di tanah.

    3. Setelah statif diletakkan semua dan patok beserta pakunya sudah terlihat, ketiga

    kaki di statif baru diinjak agar posisinya menancap kuat di tanah dan alat juga tidak

    mudah goyang. Kemudian, lihat paku lewat centring. Jika paku tidak tepat, kejar

    pakunya dengan sekrup penyetel. Kemudian, lihat nivo kotak. Jika nivo kotak tidak

    berada di tengah maka alat posisinya miring. Untuk mengetahui posisi alat yang

    lebih tinggi, lihat gelembung pada nivo kotak. Jika nivo kotak berada di timur,

    posisi alat tersebut akan lebih tinggi di timur sehingga kaki sebelah timur dapat

    dipendekkan.

    4. Setelah posisi gelembung di nivo kotak berada di tengah,alat sudah dalam keadaan

    waterpass namun masih dalam keadaan kasar. Cara mengaluskannya, gunakan nivo

    tabung. Di bawah theodolit terdapat 3 sekrup penyetel. Sebut saja sekrup A, B, dan

    C. Untuk menggunakan nivo tabung sejajarkan nivo tabung dengan 2 sekrup

    penyetel. Misalnya sekrup A dan B. Kemudian, lohat posisi gelembungnya. Jika

    tidak di tengah, posisi alat berarti masih belum level dan harus ditengahkan. Setelah

    nivo tabung berada di tengah baru kemudian diputar 90 derajat atau 270 derajat dan

    Gambar 3.6 Paku Payung

  • 13

    nivo tabung bisa ditengahkan dengan sekrup C. Setelah ada di tengah, berarti posisi

    kotak dan nivo tabung sudah sempurna

    5. Lihat centring. Jika paku sudah tepat di lingkaran kecil, maka alat sudah tepat di

    atas patok. Tetapi jika belum, alat harus digeser terlebih dahulu dengan

    mengendorkan baut pengikat yang terdapat di bawah alat ukur. Geser alat agar tepat

    berada di atas paku namun jangan diputar karena jika diputar dapat mengubah

    posisi nivo.

    6. Setelah posisi alat tepat berada di atas patok, pengaturan nivo tabung perlu diulangi

    seperti langkah di atas agar posisinya di tengah lagi.

    7. Setelah selesai, tentukan titik acuan yaitu 00000 dan jangan lupa mengunci

    sekrup penggerak horizontal.

    8. Nyalakan layar dengan tombol power. Kemudian setting sudut horizontal pada

    00000 dan tekan tombol [0 SET] dua kali. Tekan tombol [V/%] untuk

    menampilkan pembacaan sudut vertikal.

  • 14

    4 BAB IV

    PROSES DATA

    4.1 Hasil Pengukuran

    Berikut ini hasil pengukuran teodolite

    Tabel 4.1 Hasil Pengukuran

    Posi

    si

    Targ

    et

    J Arah Horizontal Pembacaan Vertikal

    Jarak

    Tin

    ggi

    Ala

    t

    Biasa Luar Biasa Biasa Luar Biasa

    F

    U 112 13' 50"

    1,390

    A 69 42' 45" 249 41' 20" 88 38' 45" 271 30' 15" 40,56

    A

    F 135 55' 00" 316 03' 25" 92 31' 05" 267 38' 35" 40,26

    1,390

    B 239 31' 45" 59 30' 35" 89 06' 20" 270 20' 30" 40,92

    B

    A 334 59' 30" 155 12' 40" 89 38' 20" 270 30' 55" 40,80

    1,613

    C 106 18' 20" 286 17' 00" 92 45' 55" 267 24' 50" 57,89

    C

    B 174 24' 20" 354 23' 50" 86 24' 30" 273 41' 55" 57,60

    1,410

    D 343 16' 40" 163 13' 25" 88 30' 45" 271 39' 05" 23,06

    D

    C 298 30' 40" 118 27' 40" 88 33' 30" 271 36' 40" 23,30

    1,311

    E 0 20' 00" 180 20' 30" 90 16' 50" 270 09' 40" 47,48

    E

    D 203 33' 20" 23 32' 20" 89 15' 40" 270 56' 40" 47,85

    1,323

    F 354 47' 10" 174 45' 25" 87 54' 15" 272 18' 30" 58,93

    F

    E 326 44' 10" 146 42' 15" 92 44' 45" 267 25' 55" 58,87

    1,390

    A 69 42' 45" 249 41' 20" 88 38' 45" 271 30' 15" 40,56

  • 15

    4.2 Perhitungan Pengukuran Posisi Horizontal

    4.2.1 Perhitungan Sudut Horizontal Biasa

    B1 = = 239 3145" - 135 55' 00" = 103 36 45"

    B2 = = 106 18 20" 334 59 30" = 131 18 50"

    B3 = = 343 16 40" 174 24 20" = 168 52 20"

    B4 = = 0 20 00" 298 30 40" = 61 49 20"

    B5 = = 354 47 10" 203 33 20" = 151 13 50"

    B6 = = 69 42 45" 326 44 10" = 102 58 35"

    4.2.2 Perhitungan Sudut Horizontal Luar Biasa

    LB1 = = 59 30 35" - 316 03' 25" = 103 27 10"

    LB2 = = 286 17 00" 155 12 40" = 131 04 20"

    LB3 = = 163 13 25" 354 23 50" = 168 49 35"

    LB4 = = 180 20 30" 118 27 40" = 61 52 50"

    LB5 = = 174 45 25" 23 32 20" = 151 13 05"

    B6 = = 249 41 20" 146 42 15" = 102 59 05"

    4.2.3 Perhitungan Sudut Horizontal Rata-Rata

    1 =

    1 + 12

    = 103 36 45" + 103 27 10"

    2= 103 31 58" = 103,5326389

    2 =

    2 + 22

    = 131 18 50" + 131 04 20"

    2= 131 11 35" = 131,1930556

    3 =

    3 + 32

    = 168 52 20" + 168 49 35"

    2= 168 50 57" = 168,8493056

    4 =

    4 + 42

    = 61 49 20" + 61 52 50"

    2= 61 51 05" = 61,85138889

    5 =

    5 + 52

    = 151 13 50" + 151 13 05"

    2= 151 13 28" = 151,2243056

  • 16

    6 =

    1 + 12

    = 102 58 35" + 102 59 05"

    2= 102 58 50" = 102,9805556

    4.2.4 Perhitungan Koreksi Sudut Horizontal

    Menghitung kesalahan total sudut ukuran atau closing error polygon (f).

    = {() 180} = {() ( 2) 180}

    = {(1 + 2

    + 3 + 4

    + 5 + 6

    ) (6 2) 180}

    = 719 37 52" 720

    = 0 22 8"

    Nilai Koreksi Total = -f = 0 22' 8"

    Besarnya koreksi setiap sudut ukuran ()

    =

    =

    0 228"

    6= 0 341.33" = 0,061458333

    4.2.5 Perhitungan Sudut Horizontal Terkoreksi

    Nilai sudut terkoreksi: = +

    1 = 1 +

    = 103,5326389 + 0,061458333 = 103,5940972

    2 = 2 +

    = 131,1930556 + 0,061458333 = 131,2545139

    3 = 3 +

    = 168,8493056 + 0,061458333 = 168,9107639

    4 = 4 +

    = 61,85138889 + 0,061458333 = 61,91284722

    5 = 5 +

  • 17

    = 151,2243056 + 0,061458333 = 151,2857639

    6 = 6 +

    = 102,9805556 + 0,061458333 = 103,0420139

    4.2.6 Perhitungan Azimut

    Gambar 4.1 Sket

    =

    =69,7125 + 249,6888889 180

    2 112,2305556

    = 317,4701389

    = 1 + 180

    = 103,594097222 + 317,4701389 180

    = 241,064236111

    = 2 + 180

    = 131,254513889 + 241,064236111 180

    = 192,318750000

  • 18

    = 3 + 180

    = 168,910763889 + 192,318750000 180

    = 181,229513889

    = 4 + 180

    = 61,912847222 + 181,229513889 180

    = 63,142361111

    = 5 + 180

    = 151,285763889 + 63,142361111 180

    = 34,428125000

    4.2.7 Perhitungan Jarak Rata-Rata

    = +

    2=

    40,92 + 40,80

    2= 40,860

    = +

    2=

    57,89 + 57,60

    2= 57,745

    = +

    2=

    23,06 + 23,30

    2= 23,180

    = +

    2=

    47,48 + 47,85

    2= 47,665

    = +

    2=

    58,93 + 58,87

    2= 58,900

    = +

    2=

    40,56 + 40,26

    2= 40,410

    = + + + + +

    = 40,860 + 57,745 + 23,180 + 47,665 + 58,900 + 40,410

    = 268,760

    4.2.8 Perhitungan Koreksi Jarak

    Kesalahan jarak ukuran dalam arah Absis (fx) dan arah ordinat (fy).

  • 19

    = {(. )}

    = + + + + +

    = (35,75914763) + (12,31990223) + (0,497382964) + 42,52346174 + 33,30040856 + (27,31612414)

    = 0,06868666

    = {(. )}

    = + + + + +

    = (19,7692428) + (56,41546804) + (23,17466311) + 21,53386697 + 48,5828446 + 29,77914475

    = 0,53648238

    Besarnya koreksi setiap jarak ukuran dalam arah X: =

    ()

    1 =

    () =40,860

    268,76 0,06868666 = 0,01044254

    2 =

    () =57,745

    268,76 0,06868666 = 0,014757818

    3 =

    () =23,180

    268,76 0,06868666 = 0,005924084

    4 =

    () =47,665

    268,76 0,06868666 = 0,012181685

    5 =

    () =58,900

    268,76 0,06868666 = 0,01505300

    6 =

    () =40,410

    268,76 0,06868666 = 0,010327534

    Besarnya koreksi setiap jarak ukuran dalam arah Y: =

    ()

    1 =

    () =40,860

    268,76 (0,53648238) = 0,081562249

    2 =

    () =57,745

    268,76 (0,53648238) = 0,11526706

    3 =

    () =23,180

    268,76 (0,53648238) = 0,046270507

  • 20

    4 =

    () =47,665

    268,76 (0,53648238) = 0,095145976

    5 =

    () =58,900

    268,76 (0,53648238) = 0,117572601

    6 =

    () =40,410

    268,76 (0,53648238) = 0,080663986

    4.2.9 Perhitungan Koordinat Titik

    Diketahui koordinat titik A (50;100).

    = + + 1

    = 50 + (35,75914763) + 0,01044254

    = 14,25129491

    = + + 2

    = 14,25129491 + (12,31990223) + 0,014757818

    = 1,946150499

    = + + 3

    = 1,946150499 + (0,497382964) + 0,005924084

    = 1,454691618

    = + + 4

    = 1,454691618 + (42,52346174) + 0,012181685

    = 43,99033504

    = + + 5

    = 43,99033504 + (33,30040856) + 0,01505300

    = 77,3057966

    = + + 6 =

    = 77,3057966 + (27,31612414) + 0,010327534

    = 50

  • 21

    = + + 1

    = 100 + (19,7692428) + (0,081562249)

    = 80,14919495

    = + + 2

    = 80,14919495 + (56,41546804) + (0,11526706)

    = 23,61845985

    = + + 3

    = 23,61845985 + (23,17466311) + (0,046270507)

    = 0,397526233

    = + + 4

    = 0,397526233 + 21,53386697 + (0,095145976)

    = 21,83624723

    = + + 5

    = 21,83624723 + 48,5828446 + (0,117572601)

    = 70,30151923

    = + + 6

    = 70,30151923 + 29,77914475 + (0,080663986)

    = 100

  • 22

    4.2.10 Hasil Perhitungan

    Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Posisi Horizontal

    POSISI TARGET

    J ARAH HORIZONTAL SUDUT HORIZONTAL

    KOREKSI S. POLIGON

    TERKOREKSI AZIMUT

    BIASA LUAR

    BIASA BIASA LUAR BIASA RATA-RATA

    A F 135 55' 00" 316 03' 25"

    103,6125000 103,4527778 103,5326389 0,061458 103,5940972

    B 239 31' 45" 59 30' 35" 241,0642361

    B A 334 59' 30" 155 12' 40"

    131,3138889 131,0722222 131,1930556 0,061458 131,2545139

    C 106 18' 20" 286 17' 00" 192,3187500

    C B 174 24' 20" 354 23' 50"

    168,8722222 168,8263889 168,8493056 0,061458 168,9107639

    D 343 16' 40" 163 13' 25" 181,2295139

    D C 298 30' 40" 118 27' 40"

    61,8222222 61,8805556 61,8513889 0,061458 61,9128472

    E 0 20' 00" 180 20' 30" 63,1423611

    E D 203 33' 20" 23 32' 20"

    151,2305556 151,2180556 151,2243056 0,061458 151,2857639

    F 354 47' 10" 174 45' 25" 34,4281250

    F

    E 326 44' 10" 146 42' 15" 102,9763889 102,9847222 102,9805556 0,061458 103,0420139

    A 69 42' 45" 249 41' 20" 317,4701389

    U 112 13' 50" 112,2305556

  • 23

    POSISI TARGET JARAK

    JARAK

    RATA-

    RATA

    Koreksi Koordinat

    x y X Y

    A F 40,260

    50,000 100,000 B 40,920

    40,86 0,0104425 -0,0815622

    B A 40,800

    14,251 80,149 C 57,890

    57,75 0,0147578 -0,1152671

    C B 57,600

    1,946 23,618 D 23,060

    23,18 0,0059241 -0,0462705

    D C 23,300

    1,455 0,398 E 47,480

    47,67 0,0121817 -0,0951460

    E D 47,850

    43,990 21,836 F 58,930

    58,90 0,0150530 -0,1175726

    F

    E 58,870 77,306 70,302

    A 40,560 40,41 0,0103275 -0,0806640

    U 50,000 100,000

    A

  • 24

    4.3 Perhitungan Pengukuran Posisi Vertikal

    4.3.1 Perhitungan Koreksi Sudut

    = +

    = 89 06 20" + 270 20 30"

    = 359 26 50"

    = +

    = 92 45 55" + 267 24 50"

    = 360 10 45"

    = +

    = 88 3045" +271 39' 05"

    = 360 09 50"

    = +

    = 90 1650 +270 09' 40

    = 360 26 30"

    = +

    = 87 5415 +272 18' 30

    = 360 12 45"

    = +

    = 88 3845 +271 30' 15

    = 360 09 00"

    = +

    = 89 38 20" + 270 30 55"

    = 360 09 15"

    = +

    = 86 24 30" + 273 41 55"

    = 360 06 25"

    = +

    = 88 33 30" + 271 36 40"

    = 360 10 10"

    = + =

    = 89 15 40" + 270 56 40"

    = 360 12 20"

    = +

    = 92 44 45" + 267 25 55"

    = 360 10 40"

    = +

    = 92 31 05" + 267 38 35"

    = 360 09 40"

    Nilai kesalahan total sudut = 360

    = 360

    = 359 26 50" 360

    = 0,552777778

    = 360

    = 360 10 45" 360

    = 0,179166667

  • 25

    = 360

    = 360 09 50" 360

    = 0,163888889

    = 360

    = 360 09 15" 360

    = 0,154166667

    = 360

    = 360 06 25" 360

    = 0,106944444

    = 360

    = 360 10 10" 360

    = 0,169444444

    = 360

    = 360 26 30" 360

    = 0,441666667

    = 360

    = 360 12 45" 360

    = 0,212500000

    = 360

    = 360 09 00" 360

    = 0,150000000

    = 360

    = 360 12 20" 360

    = 0,205555556

    = 360

    = 360 10 40" 360

    = 0,177777778

    = 360

    = 360 09 40" 360

    = 0,161111111

    Nilai koreksi tiap sudut: =

    2

    =

    2

    =0,552777778

    2

    = 0,27638889

    =

    2

    =0,179166667

    2

    = 0,08958333

    =

    2

    =0,163888889

    2

    = 0,08194444

    =

    2

    =0,154166667

    2

    = 0,07708333

  • 26

    =

    2

    =0,106944444

    2

    = 0,05347222

    =

    2

    =0,169444444

    2

    = 0,08472222

    =

    2

    =0,441666667

    2

    = 0,22083333

    =

    2

    =0,205555556

    2

    = 0,10277778

    =

    2

    =0,212500000

    2

    = 0,10625000

    =

    2

    =0,150000000

    2

    = 0,07500000

    =

    2

    =0,177777778

    2

    = 0,08888889

    =

    2

    =0,161111111

    2

    = 0,08055556

    4.3.2 Perhitungan Sudut Terkoreksi

    Sudut terkoreksi: = atau =

    =

    = 89 06 20" (0,27638889)

    = 89,38194444

    =

    = 92 45 55" 0,08958333

    = 92,67569444

    =

    = 89 38 20" 0,07708333

    = 89,56180556

    =

    = 86 24 30" 0,05347222

    = 86,35486111

  • 27

    =

    = 88 30 45" 0,08194444

    = 88,43055556

    =

    = 90 16 50" 0,22083333

    = 90,05972222

    =

    = 87 54 15" 0,10625000

    = 87,79791667

    =

    = 88 38 45" 0,07500000

    = 88,57083333

    =

    = 88 33 30" 0,08472222

    = 88,47361111

    =

    = 89 15 40" 0,10277778

    = 89,15833333

    =

    = 92 44 45" 0,08888889

    = 92,65694444

    =

    = 92 31 05" 0,08055556

    = 92,43750000

    4.3.3 Perhitungan Jarak Rata-Rata

    = +

    2=

    40,92 + 40,80

    2= 40,860

    = +

    2=

    57,89 + 57,60

    2= 57,745

    = +

    2=

    23,06 + 23,30

    2= 23,180

    = +

    2=

    47,48 + 47,85

    2= 47,665

    = +

    2=

    58,93 + 58,87

    2= 58,900

    = +

    2=

    40,56 + 40,26

    2= 40,410

    = + + + + +

    = 40,860 + 57,745 + 23,180 + 47,665 + 58,900 + 40,410

    = 268,760

  • 28

    4.3.4 Perhitungan Beda Tinggi

    Perhitungan beda tinggi: =

    tan + ( )

    =

    tan + ( )

    =40,860

    tan 89,38194444+ (1,390 1,960)

    = 0,1292218

    =

    tan + ( )

    =57,745

    tan 92,67569444+ (1,613 1,960)

    = 3,0456350

    =

    tan + ( )

    =23,180

    tan 88,43055556+ (1,410 1,960)

    = 0,0851048

    =

    tan + ( )

    =47,665

    tan 90,05972222+ (1,311 2,070)

    = 0,8086836

    =

    tan + ( )

    =58,900

    tan 87,79791667+ (1,323 1,000)

    = 2,5878546

  • 29

    =

    tan + ( )

    =40,410

    tan 88,57083333+ (1,390 1,000)

    = 1,3981826

    =

    tan + ( )

    =40,860

    tan 89,56180556+ (1,613 1,770)

    = 0,1555008

    =

    tan + ( )

    =57,745

    tan 86,35486111+ (1,410 2,070)

    = 3,0186826

    =

    tan + ( )

    =23,180

    tan 88,47361111+ (1,311 1,960)

    = 0,0313268

    =

    tan + ( )

    =47,665

    tan 89,15833333+ (1,323 1,050)

    = 0,9732423

    =

    tan + ( )

    =58,900

    tan 92,65694444+ (1,390 1,050)

    = 2,3932956

  • 30

    =

    tan + ( )

    =40,410

    tan 92,43750000+ (1,390 1,000)

    = 1,3301763

    Beda tinggi rata-rata: =+

    2, dalam perhitungan rata-rata tanda pada

    bilangan tidak dikutkan dalam operasi penjumlahan.

    = +

    2

    =0,1292218 + 0,1555008

    2

    = 0,142361

    = +

    2

    =3,0456350 + 3,0186826

    2

    = 3,032159

    = +

    2

    =0,0851048 + 0,0313268

    2

    = 0,058216

    = +

    2

    =0,8086836 + 0,9732423

    2

    = 0,890963

    = +

    2

    =2,5878546 + (2,3932956)

    2

  • 31

    = 2,490575

    = +

    2

    =1,3981826 + (1,3301763)

    2

    = 1,364174.3.5 Perhitung Koreksi Beda Tinggi

    Angka kesalahan pengukuran beda tinggi (clossing error) :

    = {()}

    = + + + + +

    = (0,142361) + (3,032159) + (0,058216) + (0,890963) + (2,490575) + (1,364179)

    = 0,152513

    Besarnya koreksi beda tinggi tiap titik.

    1 =

    ()

    =40,860

    268,760 0,152513

    = 0,0231867

    2 =

    ()

    =57,745

    268,760 0,152513

    = 0,0327684

    3 =

    ()

    =23,180

    268,760 0,152513

    = 0,0131539

    4 =

    ()

    =47,665

    268,760 0,152513

    = 0,0270484

    5 =

    ()

    =58,900

    268,760 0,152513

    = 0,0334239

    6 =

    ()

    =40,410

    268,760 0,152513

    = 0,0229314

  • 32

    4.3.6 Perhitungan Elevasi Titik

    Diketahui elevasi titik A adalah 75,000 m.

    = + + 1

    = 75,000 + (0,1423613) + 0,0231867

    = 74,8808255

    = + + 2

    = 74,8808255 + (3,0321588) + 0,0327684

    = 71,8814351

    = + + 3

    = 71,8814351 + 0,0582158 + 0,0131539

    = 71,9528048

    = + + 4

    = 71,9528048 + (0,8909629) + 0,0270484

    = 71,0888903

    = + + 5

    = 71,0888903 + 2,4905751 + 0,0334239

    = 73,6128892

    = + + 6

    = 73,6128892 + 1,3641794 + 0,0229314

    = 75,000

  • 33

    4.3.7 Hasil Perhitungan

    Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Posisi Vertikal

    PE

    SA

    WA

    T

    TA

    RG

    ET

    PEMBACAAN

    VERTIKAL

    A fz Z Z

    TERKOREKSI

    JARAK

    RATA-

    RATA

    TA TT h RATA-

    RATA

    h H

    BIASA LUAR

    BIASA

    A F 92 31' 05" 267 38' 35" 360 09' 40" 0,161 0,081 92,438

    1,390 1,000 -1,330

    75,000 B 89 06' 20" 270 20' 30" 359 26' 50" -0,553 -0,276 89,382

    40,860 1,960 -0,129

    -0,142 0,023

    B A 89 38' 20" 270 30' 55" 360 09' 15" 0,154 0,077 89,562

    1,613 1,770 0,156

    74,881 C 92 45' 55" 267 24' 50" 360 10' 45" 0,179 0,090 92,676

    57,745 1,960 -3,046

    -3,032 0,033

    C B 86 24' 30" 273 41' 55" 360 06' 25" 0,107 0,053 86,355

    1,410 2,070 3,019

    71,881 D 88 30' 45" 271 39' 05" 360 09' 50" 0,164 0,082 88,431

    23,180 1,960 0,085

    0,058 0,013

    D C 88 33' 30" 271 36' 40" 360 10' 10" 0,169 0,085 88,474

    1,311 1,960 -0,031

    71,953 E 90 16' 50" 270 09' 40" 360 26' 30" 0,442 0,221 90,060

    47,665 2,070 -0,809

    -0,891 0,027

    E D 89 15' 40" 270 56' 40" 360 12' 20" 0,206 0,103 89,158

    1,323 1,050 0,973

    71,089 F 87 54' 15" 272 18' 30" 360 12' 45" 0,212 0,106 87,798

    58,900 1,000 2,588

    2,491 0,033

    F E 92 44' 45" 267 25' 55" 360 10' 40" 0,178 0,089 92,657

    1,390 1,050 -2,393

    73,613 A 88 38' 45" 271 30' 15" 360 09' 00" 0,150 0,075 88,571 40,410 1,000 1,398 1,364 0,023

    d 268,760 fh -0,153 75,000

  • 34

    5 BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan Pada pengukuran posisi vertikal dan horizontal dengan menggunakan theodolite

    dibutuhkan kejelian dan ketelitian yang tinggi. Dengan menggunakan todolite pengukuran

    dapat dilakukan dengan lebih cepat daripada menggunakan waterpass. Karena pada setiap

    titiknya tidak memerlukan banyak data. Sehingga proses yang dilakukan kebanyakan terpaku

    pada penggunaan rumus. Meskipun begitu, dalam penggunaan theodolite sangat banyak faktor

    yang harus diperhatikan agar pengukuran dapat mencapai kondisi yang se akurat mungkin.

    Beberapa faktor yang harus diperhatikan adalah sbb :

    1. Peletakan alat pada setiap titik dengan centering.

    2. Kedataran alat dengan menggunakan nivo biasa dan nivo tabung.

    3. Membidik target dan membaca skala dengan tingkat ketelitian sekecil mungkin.

    4. Mengukur jarak mendatar dilakukan 2 kali sehingga didapat hasil yang akurat.

    5. Membidik target di bagian sebawah mungkin pada yalon.

    Jika hal-hal tersebut sudah dilakukan maka hasil pengukuran yang diperoleh akan

    akurat. Dengan demikian pengukuran yang dilakukan dapat dikategorikan sukses meraih hasil

    yang maksimal. Selain itu data pengukuran yang dihasilkan akan sesuai dengan kondisi di

    lapangan.

    5.2 Saran Ilmu Ukur Tanah merupakan salah satu mata kuliah yang sangat mendukung dan

    berperan penting dalam jurusan teknik sipil. Pada pelaksanaan praktikum berlangsung harus

    ada pengarahan dari dosen tentang prosedur pelaksanaan praktikum agar mahasiswa dapat

    melaksanakan praktikum dengan baik dan benar.

    Seiring dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat diharapkan peralatan ilmu

    ukur tanah yang dipakai dapat mengimbangi kemajuan teknologi hal itu dapat menambah

    wawasan mahasiswa tentang peralatan ilmu ukur tanah .

  • 35

    6 LAMPIRAN

  • ??

    ??

    ??

    ??

    ??

    ??