laporan penepungan

Upload: nina

Post on 06-Jul-2018

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 laporan penepungan

    1/26

    TUJUAN DAN PRINSIP PERCOBAAN

    Tujuan Percobaan  : Untuk menurunkan kadar air pada bahan pangan sampai

     batas tertentu sehingga meminimalkan serangan mikroba enzim serta insekta

     perusak dan menghasilkan bahan yang siap diolah lebih lanjut.

    Prinsip Percobaan  : Berdasarkan perpindahan panas secara konduksi dan

    konveksi, dan berdasarkan pengurangan kadar air sampai batas tertentu dan

    dilanjutkan dengan proses reduksi sampai berkurang 100 mesh, sampai bahan

    terbentuk tepung.

  • 8/18/2019 laporan penepungan

    2/26

     

    DIAGRAM ALIR PEMBUATAN TEPUNG 

    Gambar 1. Diagram Alir Proses Penepungan (perendaman dengan Na2S2O5)

    Pen ilin an

    Pen a akan

    Tepung

    Penimban an

    Pen amatan

    Penirisan

    Pen erin an 70oC

    -

    Sortasi

    Trimmin

    Pencucian

    Penimban an

    Size Reduction

    Perendaman

    dengan Na2S2O5t =

    ’ 

    Pencucian

    Benda Asing

    Kulit

    Air KotorAir

     Na2S2O5 

    Air Air Kotor

    Air

    Ua Air

    Te un

  • 8/18/2019 laporan penepungan

    3/26

     

    Gambar 2. Diagram Alir Proses Penepungan (Perendaman dengan Air)

    Umbi-umbian

    Sortasi

    Trimming

    Pencucian

    Penimbangan

    Size Reduction

    Perendaman

    dengan ,air, t = 5’ 

    Benda Asing

    Kulit

    Air KotorAir

    Air

    Penirisan

    Pengeringan 70oC

    Penggilingan

    Pengayakan

    Tepung

    Penimbangan

    Pengamatan

    Air

    Uap Air

    Tepung

  • 8/18/2019 laporan penepungan

    4/26

     

    Gambar 3. Diagram Alir Proses Penepungan (blanching )

    Umbi-umbian

    Sortasi

    Trimmin

    Pencucian

    Penimbangan

    Size Reduction

    Benda Asing

    Kulit

    Air KotorAir

    Blanching 2’ –  3’ 

    Penirisan

    Pen erin an 70oC

    Penggilingan

    Pen a akan

    Tepung

    Penimbangan

    Pen amatan

    Air

    Ua Air

    Te un

    Uap Air

    Perendaman

    den an Asam

    Asam

    Sitrat

  • 8/18/2019 laporan penepungan

    5/26

    METODE PERCOBAAN 

    Penimbangan Trimming Pencucian Penimbangan reduksi ukuran

    Penyusunan pada tray  penirisan pencucian  Blanching  

     pengeringan penggilingan pengayakan Penimbangan 

    Gambar 4. Metode Percobaan Penepungan Kentang ( Blanching )

    Penimbangan Trimming Pencucian Penimbangan reduksi ukuran

    Penyusunan pada tray  penirisan pencucian perendama air biasa

     pengeringan penggilingan pengayakan Penimbanga 

    Gambar 5. Metode Percobaan Penepungan kentang (Perendaman dengan Air)

  • 8/18/2019 laporan penepungan

    6/26

     

    Penimbangan Trimming Pencucian Penimbangan reduksi ukuran

    Penyusunan pada tray  penirisan pencucian perendaman Na2S2O5 

     pengeringan penggilingan pengayakan Penimbangan 

    Gambar 6. Metode Percobaan Penepungan kentang (Perendaman dengan

     Na2S2O5)

  • 8/18/2019 laporan penepungan

    7/26

    HASIL PENGAMATAN 

    Tabel 1. Hasil Pengamatan Pengolahan Penepungan Kentang ( Blanching )

     No Analisa Hasil

    1 Nama Produk Tepung Kentang

    2 Basis 150 gram (50 gram)

    3 Bahan Utama Kentang

    4 Bahan Tambahan -

    5 Berat ProdukTepung halus 4,08 gram

    Tepung kasar 0,40 gram

    6 % Produk 9,9%

    7

    Organoleptik

      Warna

      Aroma

      Rasa

      Kenampakkan

     

    Tekstur

    Tepung Halus:

      Cokelat muda

      Khas kentang

      kentang

      kurang menarik

     

    Halus

    (Sumber: Kelompok N, Meja 5)

    Tabel 2. Hasil Pengamatan Pengolahan Penepungan Kentang (Perendaman

    dengan Air)

     No Analisa Hasil

    1 Nama Produk Tepung kentang

    2 Basis 150 gram

    3 Bahan Utama Kentang

    4 Bahan Tambahan -

    5 Berat ProdukTepung halus 5,28 gram

    Tepung kasar 3,68 gram

    6 % Produk 18,53%

    7 Organoleptik Tepung Halus:

  • 8/18/2019 laporan penepungan

    8/26

      Warna

     

    Aroma  Rasa

      Kenampakkan

      Tekstur

      Creame

     

    Khas kentang  kentang

      menarik

      Halus

    (Sumber: Kelompok N, Meja 5)

    Tabel 3. Hasil Pengamatan Pengolahan Penepungan kentang (Perendaman

    dengan Na2S2O5 500 ppm)

     No Analisa Hasil

    1 Nama Produk Tepung kentang

    2 Basis 150 gram (51 gram)

    3 Bahan Utama Kentang

    4 Bahan Tambahan Na2S2O5 

    5 Berat ProdukTepung halus 5,68 gram

    Tepung kasar 2,45 gram

    6 % Produk 13,16%

    7

    Organoleptik

      Warna

      Aroma

      Rasa

      Kenampakkan

      Tekstur

    Tepung Halus:

      Putih tulang

      khas kentang

      khas kentang

      menarik

      halus

    (Sumber: Kelompok N, Meja 5)

  • 8/18/2019 laporan penepungan

    9/26

    PEMBAHASAN

    Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan penepungan dengan

    menggunakan sampel kentang dengan metode perendaman dengan air biasa

    dengan basis 150 gram (49 gram) diperoleh persen produk 18,53 %, berat tepung

    halus 5,28 gram, berat tepung kasar 3,68 gram, berat bahan kering 9,08 gram.

    Sehingga setelah dihitung diperoleh persen tepung halus 10,78 %, persen tepung

    kasar 7,51 %, lost product 0,12 gram, persen lost product 1,32 gram, dan persen

     product 18,53 %. Sedangkan pada pengujian organoleptik diketahui tepung

    kentang hasil perendaman dengan air biasa, pada tepung halus berwarna creame,

    rasanya khas kentang, aroma khas kentang, tekstur halus, dan kenampakan

    menarik. Sedangkan pada tepung kasar warnanya creame kecoklatan, rasa khas

    kentang, aroma khas kentang, tekstur halus, dan kenampakan tidak menarik.

    Pada tepung kentang dengan proses blanching dengan basis 150 gram (50 gram)

    diperoleh persen produk 9,9 %, berat tepung halus 4,08 gram, berat tepung kasar

    0,40 gram. Sehingga setelah dihitung diperoleh persen tepung halus 8,16 %,

     persen tepung kasar 0,8 %, lost product 0,47 gram, persen lost product 9,5%, dan

     persen product 9,9 %. Sedangkan pada pengujian organoleptik diketahui tepung

    kentang dengan proses blanching , pada tepung halus berwarna cokelat muda,

    rasanya khas kentang, aroma khas kentang, tekstur halus, dan kenampakan kurang

    menarik. Sedangkan pada tepung kasar warnanya cokelat tua, rasa khas kentang,

    aroma khas kentang, tekstur kasar, dan kenampakan tidak menarik.

  • 8/18/2019 laporan penepungan

    10/26

    Pada tepung kentang dengan perendaman Na2S2O5  dengan basis 150 gram (51

    gram) diperoleh persen produk 13,68 %, berat tepung halus 5,68 gram, berat

    tepung kasar 2,45 gram. Sehingga setelah dihitung diperoleh persen tepung halus

    11,14 %, persen tepung kasar 4,8 %, lost product -1,15 gram, persen lost product -

    16,47%, dan persen product 13,68 %. Sedangkan pada pengujian organoleptik

    diketahui tepung kentang dengan proses perendaman dengan Na2S2O5, pada

    tepung halus berwarna putih tulang, rasanya khas kentang, aroma khas kentang,

    tekstur halus, dan kenampakan menarik. Sedangkan pada tepung kasar warnanya

    creame, rasa khas kentang, aroma khas kentang, tekstur kasar, dan kenampakan

    tidak menarik.

    Adapun beberapa fungsi dari setiap perlakuan dimulai dari proses sortasi

    adalah memisahkan bahan baku yang memiliki bentuk dan ukuran yang seragam

    sehingga dapat memudahkan proses selanjutnya, selain itu memisahkan bahan

    dengan kotoran yang tidak diinginkan lainnya. Fungsi trimming   adalah proses

     pemisahan bahan yang tidak digunakan dari bahan baku misalnya kulit, biji dan

    lain-lain. Fungsi pencucian adalah untuk menghilangkan kotoran yang terdapat

     pada bahan baku, kemudian dilakukan proses penimbangan yang berfungsi untuk

    mengetahui berat bahan baku yang kemudian dibagi menjadi tiga untuk proses

    selanjutnya. Fungsi reduksi ukuran adalah untuk memperluas permukaaan bahan

    sehingga dapat mempercepat proses pengeringan.

    Perlakuan dengan metode pertama yaitu dengan blanching  yang berfungsi

    untuk menonaktifkan enzim, mencegah proses browning , melunakkan jaringan.

  • 8/18/2019 laporan penepungan

    11/26

    Pada perlakuan dengan metode kedua yaitu dengan perendaman menggunakan air

     biasa yang berfungsi untuk menghambat proses pencoklatan bahan yang

    diakibatkan oleh enzim  poliphenolase  yang terdapat pada bahan. Perlakuan

    dengan metode ketiga yaitu dengan perendaman Na2S2O5  yang berfungsi untuk

    mencegah terjadinya pencoklatan, menginaktivasi enzim, dan untuk memutihkan

    atau memucatkan tepung.

    Setelah perendaman kemudian dilakukan penirisan diatas tray  dan

    dikeringkan didalam tunnel dryer yaitu untuk mengurangi kadar air pada bahan.

    Kemudian dilakukan pengeringan yang bertujuan untuk mengurangi kadar air

    kentang sampai batas tertentu sehingga kentang yang sudah kering dapat digiling

    sehingga berbentuk tepung. Proses pengeringan bahan dilakukan dengan suhu

    70OC selama 6-7 jam agar tidak terjadi overheating   yang akan menyebabkan

     bahan menjadi browning dan gosong sehingga tepung yang dihasilkan akan

    kurang baik pada penampakannya. Waktu yang digunakan 6-7 jam agar

     pengeringan terjadi merata dan tidak terjadi casehardening.

    Casehardening merupakan kejadian dimana air yang terdapat dalam bahan

    terkurung dan tidak dapat menguap karena tertutupnya pori-pori permukaan

    sehingga bahan akan kering diluar dan basah di dalam bahan tersebut.

    Casehardening   ini dapat mempengaruhi pengecilan ukuran yang dilakukan

    sehingga bahan tidak dapat dihancurkan dengan sempurna sehingga pada proses

     pengayakan, tidak dapat lolos melalui kawat ayakan. 

  • 8/18/2019 laporan penepungan

    12/26

    Kemudian dilakukan penggilingan untuk memperkecil ukuran partikel dan

     pengayakan untuk memisahkan antara tepung halus dan tepung kasar. Selanjutnya

     penimbangan yang bertujuan untuk mengetahui berat tepung halus dan tepung

    kasar yang didapatkan.

    Adapun bahan yang ditambahkan adalah Natrium metabisulfit atau

    natrium pyrosulfit (Sodium metabisulfit) merupakan senyawa anorganik yang

    mempunyai rumus kimia Na2S2O5  dan digunakan sebagai bahan pengawet.

     Natrium metabisufit juga disebut sebagai dinatrium atau metabisulfit.2 Senyawa

    ini memiliki penampakan kristal atau bubuk dan memiliki berat molekul 190,12

    (Naning Septiyani,2012). 

     Natrium Metabisulfit didapatkan dengan menguapkan larutan Natrium

    Metabisulfit jenuh dengan belerang dioksida (Naning Septiyani,2012). 

    2HSO 3 - ⇌ H 2 O + S 2 O 5

    2 –  

    Sifat kimia dari Natrium Metabisulfit adalah sebagai berikut :

    Apabila Natrium Metabisulfit direaksikan dengan air, natrium metabisulfit akan

    melepaskan sulfur dioksida (SO2). Gas tersebut mempunyai bau yang

    merangsang. Selain itu, Natrium metabisulfit akan melepaskan sulfur dioksida

    ketika kontak dengan asam kuat, reaksi kimianya yaitu sebagai berikut:

     Na 2 S 2 O 5 + 2 HCl → 2 NaCl + H 2 O + 2 SO 2 

    Ketika natrium metabisulfit dipanaskan, natrium metabisulfit akan melepaskan

    sulfur dioksida, dan meninggalkan oksida natrium, reaksinya yaitu sebagai

     berikut:

  • 8/18/2019 laporan penepungan

    13/26

     Na 2 S 2 O 5 → Na 2 O + 2 SO 2 

     Natrium metabisulfit mempunyai sifat fisika diantaranya adalah :

    1.  Penampilan dari natrium metabisulfit berupa bubuk putih.

    2.  Bau yang timbul dari saat natrium metabisulfit bereaksi adalah bau samar

    yang berasal dari SO2.

    3.  Kepadatan natrium metabisulfit sekitar 1,48 g/cm3. Padatan natrium

    metabisulfit yang dilarutkan sebanyak 20 % akan tampak berwarna kuning

     pucat sampai jernih.

    4. 

    Titik lebur natrium metabisulfit yaitu > 170oC (dimulai dari 1500C)

    5. 

    Kelarutan natrium metabisulfit dalam air yaitu 54 g/100 ml (20oC)dan 81,7

    g/100ml (1000C)

    6.   Natrium metabisulfit sangat larut dalam gliserol dan larut dalam etanol

    (Naning Septiyani,2012)

    Pengeringan atau “Dehidrasi” dapat diartikan sebagai suatu aplikasi dari

     pengendalian panas untuk menghilangkan sejumlah air yang terdapat dalam bahan

     pangan melalaui penguapan (evaporasi) atau dapat juga dilakukan dengan

    sublimasi (  Freeze drying ). Tujuan dari pengerinan adalah untuk

    memperatahnakan umur simpan dari bahan pangan dengan cara pengurangan

    aktivitas air, tetetapi suhu produk biasanya tidak cukup untuk menyebabkan

    ketidakaktifan (Wirakartakusumah, 1992)

    Faktor-faktor yang memprngaruhi kecepetan pengeringan dari suatu sifat

     bahan pangan yaitu sifat fisik dan kimia dari (bentuk, ukuran, komposisi, kadar

  • 8/18/2019 laporan penepungan

    14/26

    air), pengaturan geometris produk sehubungan dengan permukaan alat atau media

     perantara pemindah panas (seperti nampan untuk pengeringan), dan sifat-sifat

    fisik dari lingkungan alat pengering (sushu kelembaban dan kecepatan udara).

    Karakteristik alat pengering (efisiensi pemindahan panas) (Buckle, 1987).

    Blanching merupakan suatu proses yang dilakukan pada bahan pangan

    sebelum dilakukan pengeringan pengalengan atau pembekuan. Blanching

    merupakan suatu proses pemanasan pada bahan pangan dengan menggunakan

    suhu dibawah 100oC. Blanching dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu

     pemanasan secara langsung dengan air panas (Hot Water Blancing) atau dengan

    menggunakan uap (Steam Blanching). Kedua proses tersebut mempunyai

    keuntungan dan kerugian tersendiri tergantung dari bahan yang akan

    dibalnching.blanching bertujuan untuk menginaktifkan enzim yang

    memungkinkan perubahan warna, tekstur, citta rasa bahan pangan. Namun tujuan

     blanching juga bermacam-macam tergantung dari bahan yang akan digunakan

    serta tujuan proses selanjutnya (Muchtadi, 1997).

    Faktor-faktor yang mempengaruhi blanching  antara lain :

    1.  Jenis bahan

    2. 

    Ukuran bahan : semakin kecil ukuran, proses blanching  semakin cepat dan

    kerusakan nutrisi sepat pula.

    3.  Suhu blanching  : semakin tinggi suhu, tingkat kerusakan semakin besar

    4.  Metode blanching  

  • 8/18/2019 laporan penepungan

    15/26

    Tepung merupakan salah satu hasil produk pengolahan dengan

    menggunakan porses pengeringan sebelum atau sesudah bahan tersebut

    dihancurkan. Proses pembuatan tepung pada umumnya bertujuan untuk mengatasi

     berbagai jenis kerusakan yang sering terjadi sewaktu bahan tersebut masih dalam

    keadaan segar. Selain itu bahan pangan yang berebentuk tepung lebih efisien dan

    efektif dalam hal pengemasan dan transportasinya. Karena volume bahannya

    menjadi lebih kecil dan dapat memperpanjang umur simpannya (Winarno, 1992).

    Perubahan fisik yang terjadi akibat dari penggunaan Na2S2O5  ini adalah

    tepung terigu yang sebelumnya berwarna kekuningan apabila ditambahkan

     pemutih maka warnanya akan putih dan dapat memperbaiki mutu kenampakan

    dari produk tepung terigu. Sedangkan perubahan kimia yang terjadi adalah bahan

     pemucat ini mengoksidasi gugus sulfhidril dalam gluten menjadi ikatan disulfida.

    Dengan dengan adanya ikatan S-S ini terbentuk polimer protein yang panjang,

    lurus, dan membentuk lapisan-lapisan tipis yang saling melekat. Pengganti

     Na2S2O5 untuk pembuatan tepung adalah dengan natrium bikarbonat dan natrium

     bisulfit. Sifat Na2S2O5  adalah memutihkan terigu dan oksidator. Ikatan rangkap

    dalam karotenoid, yaitu xantofil akan dioksidasi. Degradasi pigmen karotenoid

    akan menghasilkan senyawa yang tak berwarna. Dalam penggunaan bahan

     pemucat yang bersifat oksidator ini harus diperhatikan jumlahnya. Penggunaan

     Na2S2O5  yang ditetapkan adalah 400-500ppm untuuk bahan kering. Pemakaian

    yang berlebihan akan menghasilkan adonan roti yang pecah-pecah dan butirannya

    tidak merata, berwarna keabu-abuan, dan volumenya menyusut (Winarno, 1992).

  • 8/18/2019 laporan penepungan

    16/26

    Mekanisme pengeringan pada bahan pangan adalah bahan dimasukkan

    kedalam suatu alat pengering yang dinamakan Tunnel Dryer . Bahan yang

    dimasukan dalam keadaan masih mengandung kadar air. Perbedaan kelembaban

    (humidity) antara udara kering yang terdapat dalam mesin pengering dengan

     bahan yang dikeringkan dan adanya perpindahan panas dari udara pengering ke

    dalam bahan yang dikeringkan dan bahan pangan menjadi kering

    (Wirakartakusumah,1992).

    Mekanisme Natrium metabisulfit dalam mencegah browning yaitu sulfit

    dapat berinteraksi dengan gugus karbonil yang mungkin ada pada bahan. Hasil

    reaksi tersebut akan mengikat dari senyawa melanoidin sehingga mencegah

    timbulnya warna coklat. Sedangkan pada browning enzimatis,] sulfit akan

    mereduksi ikatan disulfida pada enzim, sehingga enzim tidak dapat mengkatalis

    oksidasi senyawa fenolik penyebab browning.

    Indeks glikemik ( glycemic index/GI ) adalah ukuran kecepatan makanan

    diserap menjadi gula darah. Semakin tinggi indeks glikemik suatu makanan,

    semakin cepat dampaknya terhadap kenaikan gula darah. Untuk menentukan

    indeks glikemik suatu makanan, beberapa subyek manusia diberi porsi makanan

    tunggal, kemudian gula darah mereka diukur setelah waktu tertentu. Kurva

    respons yang dihasilkan dibandingkan dengan glukosa dan dinilai dalam angka.

    Glukosa murni memiliki indeks glikemik 100, dan semua makanan lain diukur

    relatif terhadapnya. Indeks glikemik di atas 70 termasuk tinggi, antara 56 s.d. 69

    sedang, dan 55 ke bawah rendah.

  • 8/18/2019 laporan penepungan

    17/26

    Case hardening adalah suatu fenomena yang terjadi pada proses

     pengeringan, yang mana proses difusi dari inti menuju permukaan menjadi

    terhambat akibat dari lapisan kulit bagian luar membentuk lapisan yang kedap air.

    Berdasarkan hasil dari pengamatan, jika dibandingkan antara ketiga

     perlakuan yaitu perendaman dengan air, perendaman dengan Natrium metabisulfit

    dan blanching, diketahui bahwa perendaman dengan Natrium metabisulfit

    menghasilkan warna yang sangat tidak menarik yaitu abu-abu mungkin

    dikarenakan karena faktor perlakuan yang kurang baik seperti pada pencuciannya

    kurang bersih dan juga menggunakan mesin slicer yang kemungkinan kentang

    akan rusak akibat terjadi gesekan antara mesin yang menghasilkan panas, yang

    seharusnya hasil dengan perendaman natrium metabisulfit lebih cerah dibanding

    ketiga perlakuan tersebut.. Hal ini disebabkan karena Natrium metabisulfit

    merupakan zat aditif yang pada umumnya digunakan sebagai penghambat

    terbentuknya warna coklat pada produk setelah bahan pangan tesebut mengalami

     proses pengeringann. Keuntungan senyawa sulfit khususnya dalam bahan pangan,

    adalah sebagai penghambat terjadinya reaksi pencoklatan enzimatis maupun non

    enzimatis serta berfungsi sebagai penghambat selektif pertumbuhan mikroba

    tertentu (Buckle, 1987).

    Perendaman yang dilakukan dengan air dan blansing, menghasilkan warna

     putih kecoklatan hal ini disebabkan karena air dalam perlakuan perendaman ini

    hanya berfungsi untuk mencegah kontaknya bahan dengan oksigen, sedangkan

     pada blansimg menonaktifkan enzim yang terdapat dalam bahan tersebut.

  • 8/18/2019 laporan penepungan

    18/26

    Proses saat pembuatan tepung kentang hal yang perlu diperhatikan yaitu

     bahaya yang dapat mucul pada proses dan membuat mutu dari produk tersebut

    menjadi kurang baik. CCP (critical control poin) dimana merupakan bahaya yang

    muncul saat proses dimana perlu ada pengendalian atau tindak lanjut agar produk

    yang dihasilkan sesuai dan tidak gagal.

    CCP pada proses pembuatan tepung kentang, hal-hal yang perlu

    diperhatikan yaitu saat proses pencucian harus dilakuakan dengan baik supaya

    kentang bersih dan terhindar dari kotoran yang menempel yang dapat

    menimbulkan bahaya saat dilakukan proses selanjutnya. Pada proses reduksi

    ukuran yang harus diperhatikan yaitu saat kentang di slicer  harus cepat dimasukan

    kedalam air hal ini dimaksudkan agar proses pencoklatan yang terjadi dapat

    dicegah, sehingga hasil tepung yang didapat menjadi putih bersih.

    Setelah dibandingkan pada hasil percobaan ternyata hasil tepung yang baik

    yakni hanya dengan menggunakan air biasa saja.

    Berdaskan SNI yang menyatakan bahwa kehalus tepung yang baik adalah

    yang lolos ayakan 212 mikron sebanyak 95%, diamana 212 mikron merupakan

    ayakan dengan number mesh 70 mesh maka tepung yang dihasilkan dari

     percobaan pembuatan tepung kentang sudah masuk kriteria SNI dari segi

    kehalusan. Selain itu dilihat dari penampakan tepung yang dihasilakn juga masuk

    kriteria SNI karena warna, aroma, dan rasa tidak ada yang menyimpanag yaitu

    normal seperti halnya tepung pada umumnya.

  • 8/18/2019 laporan penepungan

    19/26

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan :

    Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan penepungan dengan

    menggunakan sampel kentang dengan metode perendaman dengan air biasa

    dengan basis 150 gram (49 gram) diperoleh persen produk 18,53 %, berat tepung

    halus 5,28 gram, berat tepung kasar 3,68 gram, berat bahan kering 9,08 gram.

    Sehingga setelah dihitung diperoleh persen tepung halus 10,78 %, persen tepung

    kasar 7,51 %, lost product 0,12 gram, persen lost product 1,32 gram, dan persen

     product 18,53 %. Sedangkan pada pengujian organoleptik diketahui tepung

    kentang hasil perendaman dengan air biasa, pada tepung halus berwarna creame,

    rasanya khas kentang, aroma khas kentang, tekstur halus, dan kenampakan

    menarik. Sedangkan pada tepung kasar warnanya creame kecoklatan, rasa khas

    kentang, aroma khas kentang, tekstur halus, dan kenampakan tidak menarik.

    Pada tepung kentang dengan proses blanching dengan basis 150 gram (50

    gram) diperoleh persen produk 9,9 %, berat tepung halus 4,08 gram, berat tepung

    kasar 0,40 gram. Sehingga setelah dihitung diperoleh persen tepung halus 8,16 %,

     persen tepung kasar 0,8 %, lost product 0,47 gram, persen lost product 9,5%, dan

     persen product 9,9 %. Sedangkan pada pengujian organoleptik diketahui tepung

    kentang dengan proses blanching , pada tepung halus berwarna cokelat muda,

    rasanya khas kentang, aroma khas kentang, tekstur halus, dan kenampakan kurang

    menarik. Sedangkan pada tepung kasar warnanya cokelat tua, rasa khas kentang,

    aroma khas kentang, tekstur kasar, dan kenampakan tidak menarik. Dan dapat

  • 8/18/2019 laporan penepungan

    20/26

    disimpulkan juga dari percobaan diatas seharusnya tepung kentang dari segi

    organoleptik terutama dari segi kenampakan seharusnya pada perndaman natrium

    metabisulfit mendapatkan hasil yang lebih baik.

    Saran :

    Saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah praktikan dapat lebih teliti serta

    lebih cekatan dan juga lebih bersih dalam melakukan prosedur sehingga

     pengerjaan dapat lebih cepat dan hasil yang didapatkan baik.

  • 8/18/2019 laporan penepungan

    21/26

     

    DAFTAR PUSTAKA

    Buckle, KA., (2009), Ilmu Pangan, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

    Muchtadi T, (1984), Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan,  Depdikbud Dirjen

    Fakultas Teknik Pertanian Institut Teknologi Bogor, Bogor.

    Septiyani, Naning. 2012. ilmu teknologi pangan bahan tambahan makanan

    natrium metabisulfit  http://naning-

    septiyani.blogspot.co.id/2012/06/ilmuteknologi-pangan-

     bahantambahan.html. Diakses: 02 Maret 2016 

    Winarno. (1992). Kimia Pangan Dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

    Wirakartakusumah. (1992). Peralatan Dan Unit Proses Industri Pangan. Instiut

    Pertanian Bogor: Bogor.

    http://naning-septiyani.blogspot.co.id/2012/06/ilmuteknologi-pangan-bahantambahan.htmlhttp://naning-septiyani.blogspot.co.id/2012/06/ilmuteknologi-pangan-bahantambahan.htmlhttp://naning-septiyani.blogspot.co.id/2012/06/ilmuteknologi-pangan-bahantambahan.htmlhttp://naning-septiyani.blogspot.co.id/2012/06/ilmuteknologi-pangan-bahantambahan.htmlhttp://naning-septiyani.blogspot.co.id/2012/06/ilmuteknologi-pangan-bahantambahan.htmlhttp://naning-septiyani.blogspot.co.id/2012/06/ilmuteknologi-pangan-bahantambahan.html

  • 8/18/2019 laporan penepungan

    22/26

    LAMPIRAN

    Perhitungan:

    1.  Penepungan dengan metode Perendaman dengan Na2S2O5 

    Pembuatan larutan Na2S2O5 500 ppm dalam labu takar 250 mL.

    ppm =mg

    mg = 500 ppm x 0,25 L = 125 mg = 0,125 gram Natrium Metabisulfit

    Berat bahan baku (Kentang) 150 gram (51 gram)

    Berat bahn kering 6,98 gram

    Berat tepung halus 5,68 gram

    Berat tepung kasar 2,45 gram

    % Tepung Halus =

    5,68

    51   100% = 11,14 % 

    % Tepung Kasar =2,45

    51  100% = 4,8 % 

    Berat Lost Product  = 6,98 –  5,68 –  2,45 = -1,15 gram

    % =−1,15

    6,98  100% = −16,47 % 

    % =6,98

    51  100% = 13,68 % 

    2.  Penepungan dengan metode Blanching  :

    Berat bahan baku (kentang) 150 gram (50gram)

    Berat bahan kering 4,95 gram

  • 8/18/2019 laporan penepungan

    23/26

    Berat tepung halus 4,08 gram

    Berat tepung kasar 0,40 grram

    % Tepung Halus =4,08

    50  100% = 8,16 % 

    % Tepung Kasar =0,40

    50  100% = 0,8 % 

    Berat Lost Product  = 4,95 –  4,08 –  0,40 = 0,47gram

    % =

    4,95

    50   100% = 99 % 

    3. 

    Penepungan dengan metode Perendaman dengan Air :

    Berat bahan baku (kentang) 150 gram (49 gram)

    Berat bahan kering 9,08 gram

    Berat tepung halus 5,28 gram

    Berat tepung kasar 3,68 gram

    % Tepung Halus =5,28

    49  100% = 10,78 % 

    % Tepung Kasar =3,68

    49  100% = 7,51 % 

    Berat Lost Product  = 9,08 –  5,28 –  3,68 = 0,12 gram

    % =9,08

    49  100% = 18,53 % 

  • 8/18/2019 laporan penepungan

    24/26

    Soal diskusi :

    1. 

    Jelaskan tujuan blanching  dalam pembuatan tepung ?

    Jawab :

    - menginaktifkan enzim (peroksidase dan katalase)

    - merusak aktifitas enzim

    - memperlunak bahan dan mempermudah pengisian bahan ke dalam wadah

    - tekstur bahan menjadi lebih baik

    - membersihkan bahan dari kotoran dan mengurangi jumlah bakteri dalam

     bahan

    2. 

    Jelaskan mengenai mekanisme terjadinya browning enzimatis dan browning

    non enzimatis ?

    Jawab :

    Browning enzimatis   terjadi karena adanya senyawa polifenol yang

    akan mengubah fenol menjadi quinon sehingga membentuk pigmen

    melanoidin yang berwarna coklat.

    Browning non enzimatis :

    -  Reaksi Maillard yaitu adanya senyawa karbonil pada karbohidrat dan

    senyawa amin pada protein yang merubah warna dan aroma yang khas pada

     bahan.

    -  Karamelisasi yaitu gula yang terdapat pada bahan yang dilakukan

     pemanasan akan berubah menjadi karamel yang berwarna coklat.

  • 8/18/2019 laporan penepungan

    25/26

    Akibat Vitamin C yaitu vitamin C mengoksidasi quinon berwarna menjadi

    fenol tak berwarna. Asam askorbat berpolimerisasi menjadi asam

    dehidroaskorbat.

    3.  Jelaskan mengenai perbedaan antara proses pengeringan alami dan buatan dan

     jelaskan keuntungsn dan kerugian dari pengeringan tersebut ?

    Jawab :

    Pengeringan alami

    Keuntungan : tidak memerlukan bahan bakar sehingga lebih murah, memperluas

    lapangan kerja, sinar matahari mampu menembus kedalam jaringan

    sel bahan serta kemampuan pengeringan memadai terutama adalah

     biayanya murah.

    Kerugian : Pengeringan tergantung cuaca, sehingga kontinuitas pengeringan idak

    dapat dipegang misalnya kalau turun hujan terpaksa dihentikan, mutu bahan

    kering lebih rendah dibandingkan dengan hasil pengeringan dengan alat.

    Perbedaan : menggunakan sinar matahari, memerlukan tempat luas, tergantung

    cuaca, kondisi pengeringan tidak dapat dikontrol.

    Pengeringan buatan

    Keuntungan : Tidak tergantung cuaca, kondisi pengeringan dapat dikontrol,

    sanitasi terjaga, tidak memerlukan waktu yang lama.

    Kerugian : Biaya mahal, dan jumlah bahan disesuaikan dengan kapasitas alat

  • 8/18/2019 laporan penepungan

    26/26

    Perbedaan : Menggunakan alat pengering, kapasitas bahan tergantung kapasitas

    alat, tidak tergantung pada cuaca, dan kondisi pengeringan dapat

    dikontrol.

    4.  Adakah pengaruh signifikan pada bahan yang digunakan terhadap kualitas

    tepung, coba jelaskan !

    Jawab :

    Ada terutama dalam suatu komoditi terutama tepung yang sangat

     penting hubungannya dengan bahan yang terdapat dalam tepung tersebut dan

     juga dalam proses pembuatannya. Contoh : tepung terigu yang memiliki

    kualitas tepung terigu tergantung pada faktor bahan baku dan pemrosesan

    melalui proses pencucian, pengupasan sekam, penggilingan dan pemutihan,

    maka jadilah tepung terigu seperti yang kita kenal. Sedangkan dalam bahan

     baku kualitas protein serta gluten ditentukan oleh kualitas jenis gandum yang

    diimport serta varietas yang akan mempengaruhi kualitas tepung terigu.

    5.  Adakah cara lain yang dapat digunakan untuk memperbaiki performance

    tepung yang dihasilkan ?

    Jawab :

    Dengan cara bleaching (pemutih), penambahan anti kempal, dan

    menggunakan enzim.