laporan lkm-go-08

34
LAPORAN PRAKTIKUM GELOMBANG OPTIK LKM 08 “ DEVIASI MINIMUM PRISMA “ Oleh: 1. Nuriska Ela Safitri (12030654057) 2. Muflihatul Abadiyah (12030654224) 3. Moch. Martha Ayuhans (12030654226)

Upload: muflihatul-abadiyah

Post on 16-Apr-2017

826 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan lkm-go-08

LAPORAN PRAKTIKUM GELOMBANG OPTIK

LKM 08 “ DEVIASI MINIMUM PRISMA “

Oleh:

1. Nuriska Ela Safitri (12030654057)

2. Muflihatul Abadiyah (12030654224)

3. Moch. Martha Ayuhans (12030654226)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PRODI PENDIDIKAN IPA

2015

Page 2: Laporan lkm-go-08

DEVIASI MINIMUM PRISMANuriska Ela Safitri, Muflihatul Abadiyah, Mochamat Martha Ayuhans

Universitas Negeri Surabaya

ABSTRAK

Kami telah melakukan percobaan dengan judul Deviasi Minimum Prisma pada hari Selasa tanggal 17 Maret 2015 di Laboratorium prodi Pendidikan IPA Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unesa. Praktikum ini bertujuan untuk menentukan sudut deviasi minimum prisma. Adapun prosedur untuk mengetahui besarnya sudut deviasi minimum ialah dengan cara menggambar prisma pada kertas, membuat garis normal yang tegak lurus terhadap sisi prisma, menentukan sudut datang (i), menggambar garis sudut datang, menandai dengan menggunakan jarum pentul, melihat garis bias yang terbentuk, menandai dengan jarum pentul, menggambar garis normal yang tegak lurus terhadap sisi prisma yang lain, mengukur sudut bias yang terbentuk, menentukan sudut deviasi dari gambar dengan menarik garis sudut datang dan sudut bias dan menentukan sudut deviasi minimum melalui rumus yang ada. Adapun variabel yang kami gunakan adalah variabel manipulasinya yaitu sudut datang (i), variabel kontrolnya yaitu prisma β 45º dan β 60º, dan variabel responnya yaitu sudut bias dan sudut deviasi. Berdasarkan hasil percobaan yang kami lakukan dengan lima nilai sudut datang (i) diperoleh nilai nm (indeks medium) dari prisma β 45º dan prisma β 60º berturut-turut yaitu 0,76;0,9;1,23;1,4;1,83 dan 0,58;0,7;0,79;0,92;1. nm rata-rata prisma β 45º dari perhitungan didapatkan 1,2 ± 0,42 , dengan taraf ketidakpastian sebesar 59,16% dan taraf ketelitian 40,84%. Sedangkan nm rata-rata prisma β 60º yaitu 0,79 ± 0,3, dengan taraf ketidakpastian 14,3% dan taraf ketelitian 85,7%. Perolehan nilai ketidak pastian tersebut dikarenakan kurang terampilnya pengamat menggunakan alat percobaan serta kurang telitinya pengamat dalam melihat garis bias yang terbentuk sehingga sedikit mempengaruhi perolehan sudut bias. Berdasarkan hasil percobaan yang kami peroleh, dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai sudut datang maka semakin besar pula nilai sudut bias yang diperoleh, serta sudut deviasi minimum akan dicapai ketika sudut datang dan sudut bias besarnya sama.

Kata kunci : Prisma, Sudut Datang, Sudut Bias, Sudut Deviasi, Indeks Medium, Sudut Deviasi Minimum.

Page 3: Laporan lkm-go-08

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita menemukan fenomena

IPA yang menimbulkan suatu pertanyaan dalam diri kita. Misalnya fenomena

sendok yang dicelupkan ke dalam gelas berisi air. Sendok tersebut seolah-olah

patah jika kita lihat dari samping gelas. Dalam ilmu IPA, peristiwa tersebut

dinamakan sebagai pembiasan atau pembelokan. Pembiasan atau pembelokan

terjadi ketika suatu benda terdapat pada medium dengan kerapatan yang

berbeda, misalnya medium udara dan air. Istilah pembiasan tentu tidak lepas

dengan sudut datang, sudut bias, dan garis normal. Sudut datang adalah sudut

yang dibentuk suatu cahaya yang datang terhadap garis normal suatu medium.

Sedangkan sudut bias adalah sudut yang dibentuk dari pembiasan cahaya

datang (cahaya pantul) terhadap garis normal.

Dari sudut datang dan sudut bias akan diperoleh sudut deviasi dan

sudut deviasi minimum, untuk mengetahui lebih jelas cara menentukan sudut

deviasi minimum tersebut kita melakukan percobaan tentang sudut deviasi

minimum pada prisma.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, diperoleh rumusan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana cara untuk menentukan sudut deviasi minimum prisma ?

2. Bagaimana hubungan sudut datang (i) terhadap sudut deviasi (r) ?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dilakukannya

peercobaan ini adalah :

1. Dapat menentukan sudut deviasi minimum prisma.

2. Dapat mandiskripsikan hubungan sudut datang (i) terhadap sudut deviasi

(r).

Page 4: Laporan lkm-go-08

D. Hipotesis

1. Jika nilai sudut datang dan sudut biasnya diketahui, maka sudut deviasi

minimum dapat ditentukan.

2. Jika nilai sudut datang (i) kecil, maka nilai sudut deviasi (r) juga kecil.

Page 5: Laporan lkm-go-08

BAB II

KAJIAN TEORI

Prisma adalah zat bening (transparan) terbuat dari kaca yang dibatasi oleh

dua bidang datar dan membentuk sudut tertentu yang berfungsi menguraikan

(sebagai pembias) sinar yang mengenainya. Permukaan ini disebut bidang

pembias, dan sudut yang dibentuk oleh kedua bidang pembias disebut sudut

pembias (β). Apabila seberkas sinar datang pada salah satu bidang prisma yang

kemudian disebut sebagai bidang pembias I, akan dibiaskan mendekati garis

normal. Sampai pada bidang pembias II, berkas sinar tersebut akan dibiaskan

menjauhi garis normal.

Pada bidang pembias I, sinar dibiaskan mendekati garis normal, sebab

sinar dating dari zat optik lebih rapat yaitu dari udara ke kaca. Sebaliknya pada

bidang pembias II, sinar dibiaskan menjauhi garis normal, sebab sinar dating dari

zat optik kurang rapat yaitu kaca ke udara. Akibatnya, seberkas sinar yang

melewati sebuah prisma akan mengalami pembelokan arah dari arah semula.

Cahaya yang melalui prisma akan mengalami dua kali pembiasan, yaitu saat

memasuki prisma dan meninggalkan prisma. Jika sinar dating mula-mula dan

sinar bias akhir diperpanjang, maka keduanya akan berpotongan di suatu titik dan

membentuk sudut yang disebut sudut deviasi. Jadi, sudut deviasi (δ) adalah sudut

yang dibentuk oleh perpanjangan sinar datang mula-mula dengan sinar yang

meninggalkan bidang pembias atau pemantul.

Gambar 1. Pembiasan pada prisma

Page 6: Laporan lkm-go-08

Gambar tersebut menunjukkan bahwa berkas sinar tersebut dalam prisma

mengalami dua kali pembiasan, sehingga antara berkas sinar masuk ke prisma dan

berkas sinar keluar dari prisma tidak lagi sejajar. Besarnya sudut deviasi

tergantung pada sudut datangnya sinar. Jadi, sudut deviasi dirumuskan sebagai :

Dimana :

δ : sudut deviasi

i1 : sudut datang pada prisma

r2 : sudut bias sinar meninggalkan prisma

β : sudut pembias prisma

 

Besarnya sudut deviasi sinar bergantung pada sudut datangnya cahaya ke

prisma. Apabila sudut datangnya sinar diperkecil, maka sudut deviasinya pun

akan semakin kecil. Sudut deviasi akan mencapai minimum (δm atau δ= 0) jika

sudut datang cahaya ke prisma sama dengan sudut bias cahaya meninggalkan

prisma atau pada saat itu berkas cahaya yang masuk ke prisma akan memotong

prisma itu menjadi segitiga sama kaki, sehingga berlaku i1 = r2 = I (dengan I

adalah sudut datang cahaya ke prisma) dan i2 = r1 = r (dengan r adalah sudut bias

cahaya memasuki prisma) oleh karena itu, persamaan sudut deviasi diatas dapat

dituliskan kembali dalam bentuk :

δ = (i1 + r2) – β

→ δm = (i1 + i1) – β

→ δm = 2i1 – β

→ i1 =

Selain itu, sudut deviasi minimum juga bias terjadi jika i2 = r1, maka dari rumus

sudut pembiasan prisma dapat ditulis kembali sebagai berikut :

β = i2 + r1

β = r1 + r1

β = 2 r1

Page 7: Laporan lkm-go-08

r1 =

Dalam pembiasan cahaya terdapat suatu

hokum yang dikenal dengan Hukum Snellius.

Hukum Snellius adalah rumus matematika yang

memberikan hudungan antara sudut datang dan

sudut bias pada cahaya atau gelombang lainnya

yang melalui batas antara dua medium isotropik

berbeda, seperti udara dan gelas atau kaca. Bila

persamaan- persamaan tersebut diterapkan pada hukum snellius, maka akan

diperoleh persamaan baru, yaitu :

n1 sin i1 = n2 sin r1

atau

n1 sin = n2 sin , Hukum Snellius prisma pada saat deviasi minimum

untuk β > 15º.

dengan :

n1 = indeks bias medium

n2 = indeks bias prisma

δm = deviasi minimum

β = sudut pembias prisma

Gambar 2. Hukum Snellius

Page 8: Laporan lkm-go-08

BAB III

METODE PERCOBAAN

A. Rancangan Percobaan

B. Alat dan Bahan

Table 3.1. Alat dan Bahan

No Nama Spesifikasi Jumlah

1 Prisma Prisma 45° dan

60° dari kaca

1 buah

2 Jarum pentul - 10 buah

3 Penggaris 30cm, mika 1 buah

4 Kertas putih HVS A4 10 lembar

5 Busur derajat 180° 1 buah

6 Ball-point Warna 2 buah

C. Variabel Percobaan

Variabel manipulasi : jenis prisma (prisma 45° dan 60°)

Variabel kontrol : jumlah jarum pentul, jenis busur

Page 9: Laporan lkm-go-08

Variabel terikat : sudut deviasi minimum prisma

Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Manipulasi :

Prisma adalah zat bening (transparan) terbuat dari kaca yang dibatasi oleh

dua bidang datar dan membentuk sudut tertentu yang berfungsi

menguraikan (sebagai pembias) sinar yang mengenainya. Prisma pada

percobaan ini merupakan prisma dengan sudut 45° dan 60°.

2. Variabel Kontrol :

a. Jarum pentul adalah benda tajam yang dalam percobaan ini digunakan

sebagai penanda sudut dating dan garis bias

b. Busur derajat adalah alat untuk mengukur besar sudut.

3. Variabel Respon :

Sudut yang dibentuk antara arah sinar datang dengan arah sinar yang

meninggalkan prisma disebut sudut deviasi diberi lambang D. Besarnya

sudut deviasi tergantung pada sudut datangnya sinar.

D. Langkah-langkah Percobaan

Pertama-tama menyiapkan alat dan bahan percobaan. Menyusun alat

dan bahan sesuai dengan gambar pada rancangan percobaan. Kemudian

meletakkan prisma di atas kertas HVS dan papan lunak. Menandai batas tepi

prisma dengan menggunakan pensil. Lalu membuat garis norma n1 pada sisi

bidang batas 1. Menancapkan jarum 1 dan jarum 2 seperti gambar sebagai

sinar datang yang membentuk sudut i1. Mengintai dari bidang batas 2,

menancapkan jarum 3 dan jarum 4 pada bayangan prisma. Setelah itu,

membuat garis normal n2. Menarik garis normal terhadap garis bias untuk

memperoleh sudut bias (r). Kemudian Menarik garis datang terhadap garis

bias sehngga diperoleh sudut deviasi prisma. Mengulangi percobaan dengan

sudut datang yang berbeda masing-masing lima kali percobaan.

Page 10: Laporan lkm-go-08

1. Alur Percobaan

Prisma

- Digambar pada kertas HVS A4

Prisma dan gambar prisma pada kertas

- Buat garis normal n1

- Jarum pentul 1 dan 2 diletakkan pada sisi ujung prisma pada sinar datang yang membentuk sudut i1

Jarum pentul

- Lihat bayangan jarum pentul pada sisi prisma yang lain

Bayangan jarum pentul

- Diberi tanda dengan jarum pentul 3 dan 4- Digambar garis normal n2

- Tarik garis normal n2 terhadap garis bias untuk memperoleh sudut bias (r)

- Tarik garis datang terhadap garis bias sehngga diperoleh sudut deviasi prisma

Hasil

Page 11: Laporan lkm-go-08

BAB IV

DATA DAN ANALISIS

A. Data

Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Sudut Deviasi pada Prisma 45

No. I2 (°) r2(°)δ(°)

pengamatan

δ(°)

perhitungannm

δm(°)

pengamatan

(½ (β+ δm)

= (np/nm)

sin ½ β)

δm(°)

perhitungan

((n-1) β)

1 30 41 26 26 0,76 13,68 -14,4

2 35 40 30 30 0,9 4,88 -6

3 40 32 28 27 1,23 -7,68 -12

4 45 30 30 30 1,4 -13,68 24

5 50 25 28 30 1,83 -20,76 49,8

Tabel 4.2 Data Hasil Percobaan Sudut Deviasi pada Prisma 60

No. I2 (°) r2(°)δ(°)

pengamatan

δ(°)

perhitungannm

δm(°)

pengamatan

(½ (β+ δm)

= (np/nm)

sin ½ β)

δm(°)

perhitungan

((n-1) β)

1 30 60 30 30 0,58 58,64 -25,2

2 35 55 30 30 0,70 31,28 -18

3 40 55 35 35 0,79 18,1 -12,6

4 45 50 35 35 0,92 5,36 -4,8

5 50 50 40 40 1 0 0

Page 12: Laporan lkm-go-08

B. Analisis

Pada percobaan pertama, dengan menggunakan prisma yang

mempunyai sudut sebesar 45° dengan sudut datang 30° dihasilkan sudut

bias 41° dan sudut deviasi sebesar 26°. Pada percobaan kedua dengan

menggunakan sudut datang 35° dihasilkan sudut bias 40° dan sudut deviasi

sebesar 30°. Pada sudut percobaan ketiga dengan menggunakan sudut datang

40° dihasilkan sudut bias 32° dan sudut deviasi sebesar 28°. Pada percobaan

keempat dengan menggunakan sudut datang 45° dihasilkan sudut bias 30°

dan sudut deviasi sebesar 30°. Sedangkan percobaan kelima menggunakan

sudut datang 50° dihasilkan sudut bias 25° dan sudut deviasi sebesar 28°.

Dari kelima percobaan dengan menggunakan prisma dengan nilai β

sebesar 45º, dihitung nilai sudut deviasi secara perhitungan dengan rumus δ =

i2 + r2 – β pada masing-masing data dari percobaan pertama sampai kelima

didapatkan nilai berturut-turut yaitu 26°, 30°, 28°, 30°, dan 28°. Hanya

terdapat satu perbedaan antara perhitungan dengan rumus dengan

penghitungan secara manual (pengukuran dengan busur). Selanjutnya, dari

data percobaan tersebut dapat dicari nilai nm (indeks medium) dengan rumus

sin i1/sin r2 didapatkan nilai berturut-turut yaitu 0,76; 0,9; 1,23; 1,4; dan 1,83.

Selain itu, dapat diperoleh juga nilai sudut deviasi minimum prisma (δm) pada

setiap data percobaan yang dengan menggunakan rumus sin ½ (β+ δm) =

(np/nm) sin ½ β didapatkan data berturut-turut yaitu 13,68°; 4,8°; -7,7°; -

13,68°; dan -20,76°. Sedangkan nilai (δm) dengan perhitungan menggunakan

rumus (n-1)β berturut-turut yaitu -14,4°; -6°;-12°; 24°; dan 49,8°.

Pada percobaan kedua, dengan menggunakan prisma yang

mempunyai sudut sebesar 60° dengan menggunakan sudut datang 30°

dihasilkan sudut bias 60° dan sudut deviasi sebesar 30° (pengukuran dengan

busur). Pada percobaan kedua dengan menggunakan sudut datang 35°

dihasilkan sudut bias 55° dan sudut deviasi sebesar 30°. Pada percobaan

ketiga dengan menggunakan sudut datang 40° dihasilkan sudut bias 55° dan

sudut deviasi sebesar 35°. Pada percobaan keempat dengan menggunakan

sudut datang 45° dihasilkan sudut bias 50° dan sudut deviasi sebesar 35°.

Page 13: Laporan lkm-go-08

Sedangkan percobaan kelima dengan menggunakan sudut datang 50°

dihasilkan sudut bias 50° dan sudut deviasi sebesar 40°.

Dari percobaan kedua tersebut maka dapat dihitung nilai sudut deviasi

secara perhitungan dengan rumus δ = i2 + r2 – β pada masing-masing data dari

percobaan pertama sampai kelima didapatkan nilai berturut-turut yaitu 30°;

30°; 35°; 35°; dan 40°. Pada perhitungan sudut deviasi ini tidak ada

perbedaan antara perhitungan dengan rumus dengan penghitungan secara

manual (pengukuran dengan busur). Nilai dari sudut deviasi ini semakin

besar ketika sudut datang juga bernilai semakin besar.

Selanjutnya untuk memperoleh nilai sudut deviasi minimum, dapat

dicari nilai indeks medium (nm) terlebih dahulu dengan menggunakan rumus

sin i1/sin r2 diperoleh nilai berturut-turut yaitu 0,58; 0,7; 0,79; 0,92; dan 1.

Berdasarkan hasil tersebut hanya ada satu nilai indeks medium yang nilainya

sama dengan indeks bias prisma yaitu pada percobaan kelima dengan sudut

datang dan sudut bias yang besarnya sama yaitu 50°.

Kemudian, untuk memperoleh nilai sudut deviasi minimum prisma

(δm) dapat diperoleh melalui dua cara yaitu dengan rumus sin ½ (β+ δm) =

(np/nm) sin ½ β dan rumus (n-1)β. Dengan menggunakan rumus sin ½ (β+

δm) = (np/nm) sin ½ β didapatkan nilai δm yang cenderung menurun dari

percobaan kesatu hingga kelima berturut-turut yaitu 58,64°; 31,28°; 18,1°;

5,36°; dan 0°. Sedangkan dengan perhitungan menggunakan rumus (n-1)β

nilainya cenderung meningkat yaitu berturut-turut dari percobaan kesatu

adalah -25,2°; -18°; -12,6°; 4,8°; dan 0°. Berdasarkan hasil perhitungan

tersebut diperoleh satu nilai yang mempunyai nilai sudut deviasi minimum

yaitu pada percobaan kelima dengan sudut datang dan sudut bias yang

besarnya sama yaitu 50°.

C. Diskusi

1. Buatlah grafik δ terhadap i1. Berdasarkan grafik tersebut, lakukan

intrapolasi (memperkirakan berdasarkan kecenderungan kurva) untuk

mendapatkan harga minimum deviasi minimum!

a. Prisma dengan Sudut Prisma (β) sebesar 45°

Page 14: Laporan lkm-go-08

Dari data percobaan pertama yaitu pada prisma dengan sudut

prisma (β) sebesar 45° dapat dibuat grafik hubungan antara δ

terhadap i2 yaitu sebagai berikut.

Gambar 4.1 Grafik δ terhadap i2 pada prisma 45°

Dari grafik tersebut, dapat diketahui bahwa garis grafik zigzag

ada penurunan pada data sudut datang (i1) 40° dan (i1) 50°. Grafik

tersebut menunjukkan bahwa semakin besar sudut datang (i1) maka

belum tentu sudut deviasi (δ) semakin besar. Hal ini tidak sesuai

dengan dasar teori yang ada yang menyatakan bahwa semakin besar

sudut datang (i) maka sudut deviasi (δ) juga semakin besar.

b. Prisma dengan Sudut Prisma (β) sebesar 60°

Dari data percobaan pertama yaitu pada prisma dengan sudut

prisma sebesar 60° dapat dibuat grafik hubungan antara δ terhadap i1

yaitu sebagai berikut.

δ

i1

δ terhadap

i1

Page 15: Laporan lkm-go-08

Gambar 4.2. Grafik δ terhadap i1 pada sudut prisma 60°

Dari grafik tersebut, dapat diketahui bahwa semakin besar

nilai sudut datang (i ) maka semakin besar nilai sudut deviasi (δ). Hal

ini sesuai dengan dasar teori yang ada.

2. Bandingkan hasil deviasi minimum Anda dengan hasil perhitungan

berdasarkan nilai indeks bias prisma dan sudut pembias prisma tersebut.

Pada percobaan pertama yaitu pada prisma dengan sudut pembias

sebesar 45°, diperoleh nilai sudut deviasi minimum prisma (δm) dengan

rumus sin ½ (β+ δm) = (np/nm) sin ½ β dari data percobaan kesatu hingga

kelima berturut-turut semakin mengecil atau berkurang yaitu 13,68°; 4,8°;

-7,7°; -13,68°; dan -20,76°. Sedangkan perhitungan dengan menggunakan

rumus (n-1)β berturut-turut nilainya semakin membesar yaitu -14,4°; -6°;

-12°; 24°; dan 49,8°.

Pada percobaan kedua yaitu pada prisma dengan sudut pembias

sebesar 60° dapat diperoleh nilai sudut deviasi minimum prisma (δm)

dengan rumus sin ½ (β+ δm) = (np/nm) sin ½ β. Nilai data yang diperoleh

dari percobaan kesatu hingga kelima cenderung menurun berturut-turut

yaitu 58,64°; 31,28°; 18,1°; 5,36°; dan 0°. Sedangkan dengan perhitungan

menggunakan rumus (n-1)β nilai yang diperoleh berturut-turut dari

percobaan kesatu adalah -25,2°; -18°; -12,6°; 4,8°; dan 0°. Berdasarkan

hasil perhitungan tersebut ada satu yang mempunyai nilai sudut deviasi

minimum yaitu pada percobaan kelima dengan sudut datang dan sudut bias

yang besarnya sama yaitu 50°.

δ

i1

Page 16: Laporan lkm-go-08

3. Lakukan analisis, mengapa hasilnya seperti yang Anda temukan.

Hal tersebut dikarenakan pada saat hasil percobaan pada praktikum

kali ini nilai antara sudut datang dengan sudut bias prisma (baik pada

prisma 45° ataupun 60°) besarnya tidak sama. Sehingga tidak didapatkan

nilai indeks bias minimum prisma, yang menurut teoritis menyatakan

bahwa indeks bias minimum pada prisma akan didapatkan jika nilai sudut

datang sama besarnya dengan nilai sudut bias prisma. Namun diperoleh

satu data yang nilai sudut datang dan sudut bias sama yaitu, pada

percobaan kelima (β) prisma 60° dengan menggunakan sudut datang 50°

diperoleh pula sudut biasnya sebesar 50° .

Perolehan nilai sudut bias yang tidak sama dengan sudut datang

tersebut dikarenakan tidak telitinya pengamat ketika melihat garis bias,

kurang terampilnya pengamat menggunakan alat percobaan. Dari

percobaan yang telah dilakukan pada kedua prisma tersebut didapatkan

taraf ketilitian pada percobaan pertama sebesar 40,84% sedangkan pada

percobaan kedua ialah sebesar 85,7%

Page 17: Laporan lkm-go-08

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan data dan analisis tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa

nilai sudut deviasi minimum dapat diperoleh dengan mengetahui nilai sudut

datang, sudut bias, indeks medium, dan nilai β prisma terlebih dahulu.

Kemudian dari data tersebut digunakan rumus sin ½ (β+ δm) = (np/nm) sin ½

β dan rumus (n-1)β untuk memperoleh nilai sudut deviasi minimumnya (δm).

besarnya sudut datang akan mempengaruhi besarnya sudut bias yang

dihasilkan, artinya semakin besar nilai sudut datang maka semakin besar pula

nilai sudut bias yang dihasilkan. Sedangkan, sudut deviasi minimum akan

dicapai (diperoleh) ketika nilai sudut datang (i2) dan sudut bias (r1) besarnya

sama.

B. Saran

Untuk memperoleh sudut deviasi minimum, maka besar sudut datang

dan sudut bias harusnya sama. Oleh karena itu, sebaiknya pengamat/ praktikan

lebih seksama dan menggunakan dua mata terbuka ketika melihat sudut bias

yang terbentuk, lebih tepat ketika menandai dengan menggunakan jarum

pentul serta lebih terampil dalam menggunakan busur atau membaca skala

busur. Selain itu juga pengamat/ praktikan sebaiknya menggunakan besar

sudut datang yang tidak terpaut banyak dengan besar β prisma.

Page 18: Laporan lkm-go-08
Page 19: Laporan lkm-go-08

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Laporan Praktikum Fisika Dasar, (Online).

(http://www.scribd.com/doc/131604269/Laporan-Praktikum-Fisika-Dasar-

II-DEVIASI-DAN-INDEKS-BIAS-PRISMA#scribd, diakses 19 Maret

2015).

Anonim. 2005. Pembiasan Cahaya, (Online).

(http://www.disdikgunungkidul.org/files/materi_sma/fisika/PEMBIASAN

%20CAHAYA/kb2_4.htm, diakses 19 Maret 2015).

Anonim. 2011. Kumpulan Rumus Kelas XII Deviasi dan Dispersi, (Online).

(https://aj2002.files.wordpress.com/2011/10/kumpulan-rumus-kelas-xii-

deviasi-dan-dispersi-ok-a4.pdf, diakses 19 Maret 2015).

TIM Dosen. 2014. Modul Praktikum Gelombang dan Optik. Surabaya: UNESA.

Page 20: Laporan lkm-go-08

LAMPIRAN

1. Percobaan pada Prisma 45

a. Percobaan pertama dengan i1 sebesar 30

= i1+r2-

= 30+ 41- 45

= 26

Sin = x sin

Sin = x sin

Sin 1,3 x 0,38

Sin 0,49

29,34

58,68

Dm= 13,68

b. Percobaan kedua dengan i1 sebesar 35

= i1+r2-

= 35+ 40- 45

= 30

Sin = x sin

Sin = 1/0,9 x sin

nm

=

=

=0,76

Dm = (nm-1).

= (0,76-1). 60

= (-0,24).60

= -14,4

nm

=

=

=0,9

Dm = (nm-1).

= (0,9-1). 60

= (-0,1).60

= -6

Page 21: Laporan lkm-go-08

Sin 1,11 x 0,38

Sin 0,42

24,94

49,88

Dm= 4,88

c. Percobaan ketiga dengan i1 sebesar 40

= i1+r2-

= 40+ 32- 45

= 27

Sin = x sin

Sin = x sin

Sin 0,83 x 0,38

Sin 0,32

18,66

37,32

Dm= -7,68

d. Percobaan keempat dengan i1 sebesar 45

= i1+r2-

nm

=

=

=1,2

Dm = (nm-1).

= (1,2-1). 60

= (0,2).60

= 12 nm

=

=

=1,4

Dm = (nm-1).

= (1,4-1). 60

= (0,4).60

= 24

Page 22: Laporan lkm-go-08

= 45+ 30- 45

= 45

Sin = x sin

Sin = x sin

Sin 0,71 x 0,38

Sin 0,27

15,66

31,32

Dm= -13,68

e. Percobaan kelima dengan i1 sebesar 50

= i1+r2-

= 50+ 25- 45

= 30

Sin = x sin

Sin = x sin

Sin 0,54 x 0,38

nm

=

=

=1,83

Dm = (nm-1).

= (1,83-1). 60

= (0,83).60

= 49,8

Page 23: Laporan lkm-go-08

Sin 0,21

12,12

24,24

Dm= -20,76

2. Percobaan pada Prisma 60

a. Percobaan pertama dengan i1 sebesar 30

= i1+r2-

= 30+ 60- 60

= 30

Sin( = Sin ( )

Sin( = Sin ( )

Sin( = 1,72 Sin 30

Sin( = 1,72 x 0,5

Sin( = 0,86

( = 59,32

= 118,64

Dm= 58,64

b. Percobaan kedua dengan i1 sebesar 35

nm =

=

=

= 0,58

Dm = (n-1). = (0,58-1). 60 = (-0,42). 60 = -25,2

Page 24: Laporan lkm-go-08

= i1+r2-

= 35+ 55- 60

= 30

Sin( = Sin ( )

Sin( = Sin ( )

Sin( = 1,43 Sin 30

Sin( = 1,43 x 0,5

Sin( = 0,71

( = 45,64

= 91,28

Dm= 31,28

c. Percobaan kedua dengan i1 sebesar 40

= i1+r2-

= 40+ 55- 60

= 35

Sin( = Sin ( )

Sin( = Sin ( )

nm =

=

=

= 0,70

Dm = (n-1). = (0,70-1). 60 = (-0,3). 60 = -18

nm =

=

=

= 0,79

Dm = (n-1). = (0,79-1). 60 = (-0,21). 60 = -12,6

Page 25: Laporan lkm-go-08

Sin( = 1,26 Sin 30

Sin( = 1,26 x 0,5

Sin( = 0,63

( = 39,05

= 78,1

Dm= 18,1

d. Percobaan kedua dengan i1 sebesar 45

= i1+r2-

= 45+ 50- 60

= 35

Sin( = Sin ( )

Sin( = Sin ( )

Sin( = 1,08 Sin 30

Sin( = 1,08 x 0,5

Sin( = 0,54

( = 32,68

nm =

=

=

= 0,92

Dm = (nm-1). = (0,92-1). 60 = (-0,08). 60

Page 26: Laporan lkm-go-08

= 65,36

Dm= 5,36

e. Percobaan kedua dengan i1 sebesar 50

= i1+r2-

= 50+ 50- 60

= 0

Sin( = Sin ( )

Sin( = Sin ( )

Sin( = 1 Sin 30

Sin( = 1 x 0,5

Sin( = 0,5

( = 30

= 60

Dm= 0s

TARAF KETELITIAN

= 45

nm =

=

=

= 1

Dm = (n-1). = (1-1). 60 = (0). 60 = 0

Page 27: Laporan lkm-go-08

No n d

d2

1 0,76 0,44 0,19

2 0,9 0,3 0,09

3 1,23 0,03 0,0009

4 1,40 0,20 0,04

5 1,83 0,63 0,39

n rata-

rata=

1,2

Sigma d2=

0,71

= 60

No n d d2

1 0,58 0,21 0,0441

2 0,70 0,09 0,0081

3 0,79 0 0

4 0,92 0,13 0,0169

5 1 0,21 0,0441

Sd = 0,42

n = 1,2 ± 0,42

Ketidakpastian : = 0,71/1,2 x 100%

= 59,16 %

Ketelitian :

=100-59,16

= 40,84 %

Sd = 0,3

n = 0,79 ± 0,3

Ketidakpastian :

= 14,3%

Ketelitian :

= 85,7%

Page 28: Laporan lkm-go-08

= 0,79