laporan lapang sosper
DESCRIPTION
Laporan Lapang SosperTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG SOSIOLOGI PERTANIAN
DI DESA TLASIH KECAMATAN KARANGPLOSO KABUPATEN
MALANG
Oleh :
Kelompok 2 (Kelas Q)
1. Indriatus Syarifah (135040200111043)
2. Ajie Setiawan Sobirin (135040200111072)
3. Raden Hutomo Hadi P. (135040200111137)
4. Exclesia Sitohang (135040200111142)
5. Laili Nurrohmah (135040200111168)
6. Choirul Anam (135040200111162)
PROGRAM STUDI AGROEKPTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sosiologi pertanian mempelajari aspek-aspek kehidupan sosial yang terjadi
di masyarakat, khususnya masyarakat pertanian. Kemajuan usaha pertanian sangat
berkaitan erat dengan aspek sosiologis yang meliputi aspek kebudayaan,
stratifikasi sosial, kelembagaan, jaringan sosial, dan dampak globalisasi terhadap
desa atau wilayah tersebut.
Kebudayaan sangat mempengaruhi dalam usaha tani. Hal itu disebabkan
kebudayaan sudah melekat dalam diri buruh tani. Yang dapat dipelajari dari
masyarakat buruh tani yaitu mulai dari budaya pertanian, cara-cara bertani atau
berladang yang kental dengan budaya desa dan pasti setiap desa atau daerah
memiliki kebudayaan yang berbeda. Kebudayaan yang sudah melekat tersebut
membuat buruh tani sulit untuk menerima perubahan contohnya jika suatu desa
atau daerah menanam komoditas tertentu maka mereka akan cenderung selalu
menanam komoditas tersebut dan sulit menanam komoditas yang lain.
Dalam suatu desa atau wilayah terdapat stratifikasi sosial. Stratifikasi
sosial dapat diukur dari luas tegalan yang dimiliki. Bila daerah tersebut mayoritas
bermata pencaharian sebagai buruh tani tentunya tidak terlepas dari peranan
kelembagaan. Dimana kelembagaan tersebut dibutuhkan bagi para buruh tani
untuk menyediakan sarana produksi seperti penyediaan benih, penyediaan pupuk,
tenaga kerja, pengolahan sawah, dan dapat membantu buruh tani dalam
menyelesaikan permasalahn yang tengah dihadapi. Usaha pertanian erat kaitannya
dengan pemasaran, baik yang dilakukan secaralangsung maupun melalui perantara
atau distributor.
Dampak dari adanya globalisasi yang di alami oleh buruh tani adalah
adanya globalisasi dalam pertanian. Contohnya adalah dengan adanya teknologi
baru yang masuk dalam dunia pertanian membuat buruh tani mulai meninggalkan
teknologi tradisional dan kebiasaan-kebiasaan lama yang masih ada di masyarakat
buruh tani desa mulai pudar. Selain itu produk-produk pertanian kalah bersaing
dalam dunia perdagangan.
1.2 Tujuan
Praktikum lapang dengan terjun langsung mewancarai buruh tani ini
bertujuan untuk mengetahui kehidupan buruh tani, terutama kegiatan bercocok
tanamnya. Kegitatan bercocok tanam tersebut antara lain:
1. Mengetahui pola tanam pada lahan garapan buruh tani setahun terakhir
2. Mengetahui bagaimana kebudayaan buruh tani
3. Mengetahui lembaga/pranata apa yang terkait dengan usaha tani
4. Mengetahui perubahan sosial dalam lembaga yang terkait dengan
usaha tani
1.3 Manfaat
Dengan melakukan praktikum ini kita dapat mengetahui kehidupan
buruh tani yang sebenarnya sehingga dapat menjadi bahan untuk
pertimbangan pembuatan kebijakan dalam rangka mensejahterakan buruh
tani oleh pemerintah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Identifikasi Buruh tani (oleh Exclesia Sitohang)
Adapun identitas buruh tani yang diwawancarai adalah sebagai berikut:
Nama : Nawar
Umur : 60 Tahun
Tingkat pendidikan formal : 3SD
Jumlah anggota RTG : 4 Orang
Pekerjaan : Utama : Buruh tani
Sampingan : Tukang selep (Penggilingan
gabah)
Dalam wawancara studi lapangan sosiologi pertanian di Desa Tlasih,
Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, kami mewawancarai seorang buruh
tani yang bernama bapak Nawar. Beliau berusia 60 tahun, hidup berempat dengan
istri dan anaknya. Bapak Nawar menamatkan pendidikannya hanya sampai
sekolah dasar (3 sd). Pekerjaan utama bapak Nawar adalah seorang buruh tani dan
pekerjaan sampingannya adalah seorang tukang selep (Penggilingan gabah).
Menurut wawancara, beliau ini menggarap lahan sawah milik orang lain.
Lahan tersebut milik orang lain yang berada di dekat rumahnya. Dimana lahan
garapan tersebut ditanami komoditas padi . Berikut adalah identifikasi lahan
garapan milik bapak Nawar:
No. Status Lahan Lahan Sawah
a. Luas (ha) b. Lokasi
1. Milik Orang Lain 0.45 Karang Ploso
Jumlah: 0,45
Status lahan garapan beliau milik orang lain dan luas lahan garapannya
yaitu 0,45 hektar. Dimana lahan tersebut berlokasi di Karang Ploso.
Beliau memiliki pekerjaan sampingan yaitu sebagai tukang selep gabah,
beliau sendiri tidak memiliki ternak yang dipelihara.
Dalam sebuah buku ilmu pendidikan islam mengatakan semakin tinggi
pendidikan seseorang maka probabilitas atau kemungkinan ia menjadi
pengangguran semakin besar. Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin
besar pula keinginan untuk mendapatkan pekerjaan yang aman. (Roqib,1994)
Teori atau pernyatan itu mungkin akan sangat berbeda, dengan keadaan
sebenarnya. Seperti buruh tani yang kami wawancarai yaitu bapak Nawar beliau
hanya lulusan 3 SD tapi dia bisa mengarap dengan opitimal dan mendapatkan
hasil yang di inginkannya karena ada suatu kemauan dalam dirinya untuk bekerja
keras.
Telah banyak dilakukan penelitian dan kajian faktor-faktor yang
mempengaruhi keterpurukan buruh tani. Salah satu diantaranya adalah kesulitan
pembiayaan usahatani dan kebutuhan dana cash untuk keperluan hidup selama
masa menunggu penjualan hasil panen, menyebabkan banyak buruh tani terjebak
sistem ijon dan atau hutang kepada para pedagang yang mematok harga pertanian
dengan harga rendah, dimana para buruh tani sudah tidak memiliki bargaining
position lagi. ( Euis Sunarti dan Ali Khomsan)
Dari pernyataan tersebut dapat di ketahui bahwa pendidikan bukan hal
yang menyebabkan keterpurukan dalam kehidupan buruh tani yang ada.
Melainkan modal yang di gunakan untuk bercocok tanam yang kurang. Selain itu
buruh tani yang tidak dapat menentukan sendiri harga barang yang akan mereka
jual.
Pendidikan itu sangat penting untuk semua orang, selain untuk kita yang
masih muda atau pun orang telah dewasa sekalipun. Selain itu pendidikan bukan
hanya untuk sekedar gelar atau pun menambah derajat sesorang. Dengan
pendidikan kita dapat menambah pengetahuan kita akan apapun itu.
Akan tetapi buruh tani di Indonesia jarang di temui memiliki pendidikan
yang tinggi. Hal tersebutlah yang mengakibatkan buruh tani yang ada hanya
mengandalkan cara bercocok tanam dengan mengunakan sistem turun temurun
atau kenal cara bercocok tanam dari tetangga atau lainnya.
Sebaiknya kita para buruh tani dan kelurganya sekarang ini lebih
mementingkan pendidikan terlebih dahulu. Biar pun tanpa pendidikan mereka
dapat menjalani kehidupan dengan baik tapi aan lebih baik kalau mereka lebih
mengetahui cara bercocok tanam yang baik dan lebih aman untuk dikonsumsi
tanamn yang merela tanaman.
2.2 Pola Tanam pada Lahan Garapan Buruh tani Setahun Terakhir 2013/201
4 (oleh Ajie Setiawan S)
Lokasi
Bulan(2013
)Bulan (2014)
11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tlasih PADI varietas
Ciherang
Pola tanam pada lahan sawah buruh tani setahun terakhir 2013/2014 yang
di amati di daerah tlasih adalah jenis komoditas tanaman padi varietas
ciherang.Alasan Pak Nawar menanam komoditas padi karena Pak Nawar hanya
bisa menanam komoditas padi. Selain itu pemilik lahan tesebut hanya ingin
lahannya ditanam dengan komoditas padi karena beliau takut gagal panen jika
lahannya ditanam oleh komoditas selain padi.
Pada lahan ini ditanami komoditas padi selama satu tahun penuh dan
hanya ada jeda 2 hari setelah panen dan lahan tersebut langsung diolah kembali
untuk ditanami komoditas padi. Sementara Pak Nawar sendiri tidak mempunyai
dan tidak pernah menggarap lahan tegalan.
2.3 Kebudayaan Buruh Tani (oleh Laili Nurrohmah)
Pada lahan garapan Bapak Nawar pengolahan tanahnya menggunakan
bajak singkal, dimana cara pengolahannya adalah tanah didiamkan selama 1-2
hari lalu diairi/digenangi sampai tanah tersebut macak-macak. Sebelumnya benih
direndam dan diungkep selama masing-masing 2 hari. Kemudian benih disebar di
lahan dengan luas sekitar 25x25 m2. Setelah umur 20 hari dari persemaian, bibit-
bibit tersebut ditanam dilahan. Bibit ditanam dengan jarak 25 cm dimana jumlah
4-5 bibit perlubang tanam. Benih tersebut didapatkan dari toko, untuk lahan seluas
0,45 Ha dibutuhkan benih padi sebanyak 15 kg. Benih yang digunakan merupakan
benih dengan varietas ciherang.
Menurut Hagani (2008) tahap-tahap menanam padi dengan baik dan benar:
a. Pemilihan Benih atau Bibit
Pemilihan benih atau bibit adalah hal yang utama dalam membudidayakan
tanaman padi. Pilihlah benih yang sesuai dengan areal lahan yang akan ditanami
tanaman padi, dan jangan lupa juga untuk memperhatikan air dan sumber air yang
terdapat pada lahan yang akan ditanami.
b. Persiapan Lahan
Dalam hal menanam padi, ada beberapa kriteria lahan yang harus dipilih,
diantaranya yaitu lahan yang subur dan yang banyak mengandung hums, dekat
dengan sumber air, tanahnya terbuka dan tidak tertutup oleh bangunan atau
pohon-pohon yang besar.
c. Pembenihan dan Penaburan Benih
Pisahkan benih padi yang bernas dengan yang kosong dengan cara
merendam benih padi tersebut selama satu malam, sedangkan dalam penaburan
benih padi, pilihlah tanah yang gembur yang sudah dicampuri oleh pupuk
kandang.
Lakukan penaburan benih ini secara merata lalu tutup denga tanah berpasir,
setelah itu tutup kembali tanah berpasir tersebut dengan dedauanan seperti daun
padi yang sudah mongering atau menggunakan daun pisang. Penyiraman benih
cukup dilakukan pada pagi hari dan sore saja.
d. Penggarapan Lahan
Dalam hal penggarapan lahan, seharusnya mencapurkan jerami busuk
dengan pupuk kandang dan dibiarkan teraduk dengan menggunakan tratror. Hal
ini dilakukan bermaksudkan untuk membuat tanahnya semakin subur dan tidak
mudah cepat kering.
e. Penanaman
Jika usia benih sudah mencukupi, sekarang anda bisa segera menanami
lahan tersebut dengan benih padi yang sebelumnya telah disemai. Lakukan
penanaman padi dengan jarak tanam antar padi diusahakan jangan terlalu dekat
atau terlalu rapat agar pertumbuhan padi bisa maksimal.
Seperti yang kita ketahui padi tumbuh pada fase vegetatif dalam fase ini
ada baiknya tanaan padi diberikan pupuk karena pada fase ini pertumbuhan suatu
tanaman sangat cepat.
Pupuk yang digunakan Pak Nawar pada tahapan awal adalah jenis pupuk
kimia yaitu urea dan selang 100 hari pupuk yang digunakan Pak Nawar adalah
pupuk jenis ZA. Banyak pupuk urea dan Za yang digunakan masing-masing
sekitar 50 kg.
Perlakuan Pupuk dilakukan selama 2 kali yaitu ada awal penanaman dan
setelah 100 hari tanaman itu tumbuh dan berkembang. Pemberian pupuk diberikan
pada siang hari karena menurut beliau pemberian pupuk pada siang hari lebih
efektif.
Waktu pemberian pupuk pada tanaman padi juga sangat bervariasi, tetapi menurut
Maspary (2004) adalah sebagai berikut:
1. Jika anda menggunakan Urea, SP36 dan KCl (200-250 Kg : 100-150 Kg :
75-100 Kg /ha). Satu hari sebelum tanam lakukan penyebaran pupuk SP36
100%. Setelah umur 7 hst lakukan penyebaran Urea 30% dengan KCl
50%. Ketika umur 20 hst lakukan penyebaran urea 40 % dan setelah
berumur 30 hst lakukan penyebaran urea 30% dan KCl 50%. Jika anda
menggunakan Urea, SP36 dan KCl namun anda mempunyai BWD.
Aplikasi pertama dan kedua sama seperti diatas (Sebelum tanam aplikasi
SP36 100%, 7 hst aplikasi urea 30% ditambah KCl 50%), tetapi setiap
seminggu sekali lakukan tes warna daun dengan BWN. Jika hasil
pengetesan tersebut dirasa butuh penambahan urea baru lakukan
penambahan sedikit saja sekitar 10%. Pengetesan dilakukan sampai
tanaman padi berumur 40 hst. Pada umur 30 hst KCL yang tersisa 50%
diberikan semuanya.
2. Jika anda menggunakan Urea dan NPK Ponska (100 Kg : 300 Kg / ha).
Umur 7 hst berikan urea 30% dan NPK Ponska 50%, pada umur 20 hst
berikan urea 40% dan setelah umur 30 hst berikan urea 30% dan NPK
Ponska 50%. Jika menggukan BWD aplikasi 7 hst berikan Ponska saja
50% tanpa urea, setelah satu minggu lakukan test dengan BWD jika hasil
tes dirasa perlu penambahan urea lakukan penambahan 10% saja.
Demikian seterusnya lakukan pengetesan setiap seminggu sekali dengan
BWD. Ketikan umur 30 hst berikan Ponska yang 50%.
3. Jika anda menggunakan Urea dan NPK Pelangi (100 Kg : 300 Kg / ha).
Berikan NPK pelangi 100% di saat padi berumur 1 hst. Setelah satu
minggu berikan urea 30%. Ketika umur 20 hst berikan urea 40% dan
ketika padi berumur 30 hst berikan urea yang 30%. Jika anda
menggunakan BWD berikan NPK Pelangi 100% ketika padi berumur 1
hst, setelah 7 hst lakukan test dengan BWD dan jika hasil test BWD dirasa
perlu dilakukan penambahan lakukan penambahan urea 10% saja.
Demikian seterusnya lakukan pemberian urea setelah melakukan test
dengan BWD setiap 1 minggu sekali.
Beberapa cara aplikasi pupuk pada tanaman padi menurut Maspary (2004) adalah :
1. Taburkan secara merata pada areal sawah jika anda menggunakan sistem
tegel.
2. Jika anda menggunakan sistem tanam jajar legowo maka pemberian pupuk
hanya pada tempat yang ada tanamannya atau diluar legowo. Pemberian
atau penyebaran dilakukan melalui legowo tersebut.
3. Pemberian pupuk ada juga yang dijimpitkan dan ditaruh diperempatan
jarak tanaman padi. Jadi tidak disebar secara merata.
4. Ada juga petani yang kreatif yang memberikan pupuk tersebut dengan cara
dijimpitkan di perempatan di antara tanaman lalu diinjak dengan satu kaki
Pada saat penanaman komoditas padi ini Pak Nawar melakukan perawatan
terhadap tanaman tersebut salah satunya yaitu melakukan penyiangan terhadap
gulma yang menggangu komoditas yang ditanam.
Dalam melakukan penyiangan ini Pak Nawar masih menggunakan cara
menual yaitu menyiangi gulma tersebut dengna menggunakan tangan dan
penyiangan yang dilakukan Pak Nawar yaitu 2 kali dalam sehari. Gulma yang
biasanya mengganggu yaitu rumput teki.
Cara Pak Nawar dalam mengairi lahan sawah yang ditanami komoditas padi
yaitu dengan cara-cara digenangi terus tetapi kadang-kadang dikeringkan karena
pada awal penanaman tumbuhan tersebut memesuki fase vegetatif dimana
tanaman padi membutuhkan hara dan air yang banyak.
Dalam melakukan budidaya tanaman pasti ada hama dan peyakit yang dapat
menggangu pertumbuhan tanaman tersebut, menurut keterangan dari Pak Nawar
hama yang ditemukan selama ini yaitu hama sundep, lewut, dan tikus.
Untuk menangani serangan hama tersebut Pak Nawar menggunakan pestisida
kimia yaitu abodan dan obat serangga walang dosis yang digunakan Pak Nawar
yaitu dalam satu tangki snapsack diberikan 2 tutup botol pestisida.
Selanjutnya yaitu Pak Nawar dapat mengetahui bahwa tanaman padi sudah
siap dipanen yaitu dengan cara visual yaitu melihat perubahan warna pada
tumbuhan padi, menurut Pak Nawar padi sudah siap dipanen jika daun dan biji
oadi tersebut sudah mulai menguning. Pak Nawar juga menjelaskan biasanya padi
tersebut dipanen jika umurnya sudah sekitar 3,5 bulan setelah penanaman. Cara
Pemanenan yang dilakukan pak nawar yaitu dengan cara mekanis, beliau
menggunakan sabit untuk memanen padinya.
Setelah melakukan pemanenan perlakuan pasca panen yang dilakukan Pak
Nawar pada hasil panennya yaitu membersihkan hasil panennya dari tumbuhan
lain yang tidak diinginkan dan menjemurnya dengan cara diarang-arangi selama 2
hari jika cuacanya cerah tidak hujan.
Hasil panen yang sudah mendapat perlakuan pasca panen lalu disimpan atau
ditimbun oleh pak nawar dirumhnya sendiri, namun kadang-kadang beliau juga
langsung menjual hasil panen tersebut.
Dari hasil wawancara kami kepada Pak Nawar beliau mendapatkan ilmu untuk
bercocok tanam padi yaitu dari tetengganya dengan cara melihat orang lain
bercocok tanam padi dan meminta diajari, beliau tidak pernah mendapatkan ilmu
bercocok tanam dari orang tuanya. Beliau juga mengatakan bahwa didesa tersebut
tidak pernah ada penyuluhan dari Penyuluh Petani Lapang (PPL) maupun dari
sumber lain/pihak swasta.
Seiring berjalannya waktu pasti ada perubahan cara dalam melakukan cocok
tanam namun semenjak Pak Nawar belajar bercocok sampai sekarang beliau tidak
pernah merubah cara bercocok tanam, alasan beliau karena beliau sudah nyaman
dengan cara bercocok tanam yang sekarang beliau lakukan dan beliau juga tidak
tahu bagaimana cara bercocok tanam yang baru karena tidak pernah ada
penyuluhan dan Penyulu Petani Lapang (PPL) maupun dari sumber lain/ pihak
swasta.
2.4 Lembaga/ Pranata Sosial Terkait Dengan Usaha Tani(Oleh Indriatus
Syarifah)
Lembaga kemasyarakatan merupakan himpunan norma-norma yang
dilembagakan dan mempunyai kegunaan untuk mencapai tujuan serta kepentingan
hidup bersama. Lembaga terdapat dalam setiap masyarakat, baik masyarakat yang
telah maju maupun masyarakat tradisional karena setiap masyarakat pasti
mempunyai kebutuhan-kebutuhan tertentu yang apabila dikelompokkan dan
diorganisasikan terhimpun menjadi lembaga kemasyarakatan. Pada masyarakat
maju jumlah lembaga-lembaga kemasyarakatan ini cukup banyak karena jenis
kebutuhan masyarakat yang sangat banyak dan kompleks. Dalam bidang pertanian
sendiri,suatu kelembagaan sangat penting peranannya guna meningkatkan hasil
produksi pertanian bagi para petani sehingga kesejehteraan hidup semua petani
dapat tercapai
Dari penjelasan tentang kelembagaan diatas maka dapat dibandingkan
dengan kelembagaan yang berada di desa Tlasih Kecamatan Karangploso Malang.
Lembaga penguasaaan Lahan Pertanian
Lahan sawah seluas 0,45 Ha yang dikerjakan oleh pak Nawar dan beberapa buruh
tani lainnya adalah lahan milik orang lain yakni milik Bapak Narto. Beliau telah
bekerja sebagai buruh tani selama 40 tahun. Lahan sawah tersebut selama ini
hanya ditanami padi dan tidak ada lahan tegalan.
Lembaga yang melakukan Fungsi Penyedia Sarana Produksi Pertanian
No Kebutuhan0. Tidak
1. Ya
Jika Ya, sebutkan
Varietas/jenisnya Diperoleh dari
Berapa Kg/satuan lainnya
1. Benih 1Ciherang
15 kg= Rp 140.000
Toko Pertanian
2. Pupuk urea 1 50 kg= Rp. 95.000Toko Pertanian
3. Pupuk ZA 1 50 kg= Rp. 110.000Toko Pertanian
4. Pestisida Kimia Akodan
1 lt = Rp.70.000
Toko Pertanian
Dari hasil wawancara yang telah kami lakukan, benih tanaman padi
diperoleh dengan membeli di toko pertanian. Varietas benih yang digunakan
adalah varietas Ciherang. Sedangkan untuk jenis pupuk yang digunakan ada dua
jenis yaitu pupuk Urea dan ZA, semua jenis pupuk beliau peroleh dari toko
pertanian terdekat. Untuk jenis pupuk Urea harga per saknya Rp. 95.000,- dengan
berat per saknya 50 kg, sedangkan untuk pupuk ZA harga per saknya yaitu Rp
110.000,- dengan berat per saknya 50 kg juga. Sedangkan, untuk pestisidanya,
jenis yang digunakan adalah Akodan sebanyak 1 lt dengan harga Rp. 70.000,-.
Lembaga penyediaan Fungsi Tenaga Kerja
Di Desa Tlasih tidak ada lembaga khusus yang menyediakan tenaga kerja
untuk usaha tani. Pada umumnya masyarakat desa setempat menggunakan tenaga
kerja dari para tetangganya atau buruh tani untuk membantu mengerjakan usaha
tani para pemilik lahan. Sepeti halnya dengan bapak Nawar, selain bekerja sebagai
buruh tani beliau juga bekerja sebagai tukang selep beras untuk menambah
penghasilan .
Kelompok Tani/Gabungan Kelompok Tani
Berdasarkan hasil wawancara yang telah kami lakukan di desa Tlasih,
menurut narasumber tidak ada kelompok tani atau gabungan kelompok tani di
desa tersebut.
Lembaga yang melakukan Fungsi Pengolahan Hasil Pertanian
Pengolahan hasil pertanian di Desa Tlasih tidak ada lembaga khusus yang
menangani. Setelah panen dilakasanakan, gabah padi dijemur telebih dahulu
beberapa hari, lalu setelah kering gabah di masukkan ke dalam karung. Setelah
gabah dimasukkan dalam karung, biasanya masyarakat langsung menjualnya
namun ada sebagian yang disimpannya untuk dikonsumsi.
Lembaga Pemasaran Hasil Pertanian
Bapak Nawar dan kebanyakan masyarakat Desa Tlasih lainnya langsung
menjual atau memasarkan produk pertaniannya ke pasar dengan harga yang relatif
murah. Karena tidak ada lembaga pemasaran hasil pertanian khusus yang
mengurusi masalah pemasaran hasil pertanian di Desa Tlasih. Gabah yang dijual
ke pedagang dihargai dengan harga Rp. 400.000 per 100 kg nya.
Lembaga HIPPA
Berdasarkan hasil wawancara yang telah kami lakukan di desa Tlasih,
menurut narasumber tidak ada hippa di desa tersebut.
2.5 Perubahan Sosial dalam Lembaga yang Terkait dengan Usahatani (oleh
Raden Hutomo Hadi P.)
Perkembangan sewa – menyewa lahan dan bagi hasil (maro, mertelu,
mrapat)
Berdasarkan wawancara dari Bapak Nawar, Beliau mengatakan bahwa
Beliau tidak melakukan sewa – meyewa lahan atau bagi hasil baik maro, mertelu
atau mrapat dan tidak mengalami perubahan. Alasanynya, karena Bapak Nawar
sendiri tidak memiliki lahan sendiri karena Petani yang kami wawancarai
hanyalah seorang buruh yang bekerja di lahan orang lain dan memang didesa
tersebut tidak ada lembaga yang terkait dengan usaha tani.
Lembaga penyediaan sarana produksi pertanian (benih/bibit, pupuk, pestisida)
Di Desa Tlasih tidak mengalami perubahan dalam penyediaan sarana
produksi pertanian oleh lembaga karena disana tidak terdapat KUD di Kecamatan
Karangploso yang menyediakan pupuk dan pestisida serta benih. Bapak Nawar
juga mendapatkan pupuk seperti urea , ZA bukan dari KUD melainkan dari toko.
Sementara untuk bibit padi, Bapak Nawar membibit benih itu sendiri
Cara atau sistem pengadaan tenaga kerja untuk usahatani (tolong menolong,
borongan, upah harian)
Pengadaan tenaga kerja dalam usahatani di desa tlasih tidak ada perubahan
karena sejak dulu tidak ada sistem pengadaan tenaga kerja untuk usahatani.dalam
hal ini pak Nawar sendiri mengajukan diri untuk menjadi buruh tani dari lahannya
Pak Narto dan Bapak Nawar juga bekerja sebagai tukang selep (Penggiling
Beras), Beliau diberi upah sebesar Rp.50.000,- per giling.
Lembaga pengolahan dan pemasaran hasil pertanian (saluran, aturan-aturan)
Pemasaran hasil pertanian tidak dilakukan terstruktur lewat suatu
kelembagaan. Para buruh tani termasuk Bapak Nawar memasarkan hasil
pertaniannya langsung kepada pedagang dalam bentuk gabah. Harganya sendiri
didapatkan oleh hasil tawar menawar,namun karena sudah terbiasa harga langsung
ditentukan oleh pedagang sebesar Rp.400.000,-/kuintal
Perkembangan kelompok / HIPPA : semakin maju atau semakin mati
Di Desa Tlasih tidak ada perubahan dalam pembagian air karena di desa
tersebut tidak mempunyai kelompok tani/HIPPA. Mereka megairi lahan mereka
secara individu tidak ada peraturan yang mengatur untuk pembagian air.
Lembaga kredit/keuangan untuk usahatani ( macamnya, aturannya, lembaga
yang menyediakannya)
Tidak ada perubahan dalam sistem kredit/keungan untuk usaha tani karena
sejak dulu lembaga kredit/keuangan tidak terdapat di Desa Tlasih. Bapak Nawar
tidak pernah meminjam modal dari lembaga-lembaga keuangan karena beliau
hanya buruh tani dan tidak mempunyai lahan sendiri.
2.6 Pengolahan Hasil Pemasaran (oleh Choirul Anam)
Hasil panen dari buruh tani di Desa Tlasih pada umumnya tidak diolah
ataupun di pasarkan sendiri ke pasar-pasar. Hal ini sejalan dengan apa yang
dikemukakan oleh Bapak Nawar, dimana Beliau tidak mengolah hasil panennya
terlebih dahulu menjadi produk lain melainkan dijual begitu saja. Bapak Nawar
juga tidak memasarkan hasil panennya atau disimpan dan ditimbun dirumah
sendiri. Beliau langsung menjualnya kepada orang yang datang langsung ke
lahanya. Harganya pun ditetapkan oleh tuan tanahnya.
Hal ini disebabkan karena komoditas yang ditanam dilahan garapannya
hanya komoditas padi, seperti kita ketahui komoditas padi sangat jarang dilakukan
pengolahan karena hasil dari padi tersebut hanya bisa menjadi nasi yang rata-rata
orang sudah bisa membuatnya.
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari Laporan Sosiologi Pertanian ini
bahwa narasumber yang kami wawancarai adalah seorang buruh tani yang
bernama Pak Nawar yang mempunya 4 anggoa keluarga dan beliau sudah
berumur 60 tahun, pendidikan terkahir beliau hanya sampai 3 SD. Stratifikasi
beliau dalam desa tersebut menurut kami termasuk ke dalam stratifikasi
menengah.
Komoditas yang ditanam oleh Bapak Nawar adalah komoditas padi
dengan varietas ciherang. Selama ini beliau hanya menanam komoditas padi tanpa
ada rotasi tanaman. Kebudayaan yang masih ada dalam desa tersebut yaitu ada
sebagian masyarakat yang mengadakan syukuran jika hasil panen yang didapat
banyak.
Di Desa Tlasih masih belum ada lembaga yang mengatur penyediaan
tenaga kerja dan sarana produksi, kebanyakan petani disana mendapatkan sarana
produksi dengan membeli di toko pertanian. Sedangkan untuk tenaga kerja berasal
dari tetangga terdekat. Hasil panen yang diperoleh dari lahan yang dikelola oleh
Pak Nawar biasanya langsung dijual namun ada sebagian yang dikonsumsi.
Disana juga belum ada kelompok tani yang menaungi petani.
4.2 Saran
Seharusnya ada lembaga kelompok tani yang dapat menaungi seluruh
buruh tani yang ada bukan hanya menaungi Petani yang meliliki lahan luas saja.
Dari fungsi kelompok tani pun sangat bermanfaat bagi seluruh buruh tani agar
hasil panen mereka lebih memiliki kualitas yang lebih baik. Sebaiknya para
pemuda di Desa Tlasih mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi agar dapat
meningat taraf hidup masyarakat di Desa Tlasih.
DAFTAR PUSTAKA
Hagani, Suwardi. 2008. Cara Budidaya Padi. Yogyakarta : Andi Offset.
Maspary. 2004. Pupuk dan Pemupukan. Bogor : Institut Pertanian Bogor
Roqib, Mohammad. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Pengembangan Pendidikan
Integratif di Sekolah, Keluarga dan Masyarakat. Hal 99. Yogyakarta.
LKIS Pelangi Aksana
Sunarti, Euis dan Ali Khomsan .2013. kesenjanagn kehidunpan buruh tani.
http://demografi.bps.go.id/phpFileTree/bahan/kumpulan_tugas_mobilit
as_pak_chotib/Kelompok_11/Mobilitas_Penduduk_Kelompok_11/
Daftar_pustaka_fix/Sunarti-Jurnal-Kesejahteraan_Kelurga_Buruh
tani.pdf. diakses pada tanggal 23 mei 2014. pukul 08.45