laporan kp bpg 2013 (revised).doc

79
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran lulusan program studi teknik fisika di dunia industri proses pada umumnya ialah dalam bidang instrumentasi dan kontrol. Instrumentasi ialah tentang sistem pengoperasian instrumen-instrumen pabik seperti alat-alat pengukuran, transmitter, dll. Control ialah tentang bagaimana mengontrol besaran- besaran proses dalam pabrik agar sesuai seperti yang diinginkan. Namun lulusan program studi teknik fisika juga dibekali dengan disiplin- disiplin ilmu yang sangat luas, oleh karena itu lulusan teknik fisika dapat berperan lebih dalam dunia industri. Pembelajaran-pembelajaran di bangku kuliah banyak berisikan teori-teori, di samping itu juga terdapat praktikum-praktikum yang mengaplikasikan teori-teori yang dipelajari. Namun, melihat langsung dunia kerja sangat dibutuhkan untuk melihat bagaimana lulusan- lulusan program studi dibutuhkan, dan apa-apa saja sebenarnya yang dibutuhkan di dunia kerja. Oleh karena itu praktikan mengajukan kerja praktek, di samping sebagai syarat kelulusan, juga untuk bekal menempuh dunia kerja. Bitumen Plant Gresik merupakan Bitumen Plant yang menerima supply aspal melalui kapal tanker, yang sebagian besar berasal dari impor, dan sebagian lagi dari RU-IV Cilacap. Aspal yang dibawa oleh kapal tanker supplier kemudian diterima dan ditimbun di tangki timbun (storage tank). Kemudian berdasarkan demand pasar Teknik Fisika ITB 1

Upload: nerdevi

Post on 01-Dec-2015

389 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

COBA

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peran lulusan program studi teknik fisika di dunia industri proses pada umumnya ialah

dalam bidang instrumentasi dan kontrol. Instrumentasi ialah tentang sistem pengoperasian

instrumen-instrumen pabik seperti alat-alat pengukuran, transmitter, dll. Control ialah

tentang bagaimana mengontrol besaran-besaran proses dalam pabrik agar sesuai seperti

yang diinginkan. Namun lulusan program studi teknik fisika juga dibekali dengan disiplin-

disiplin ilmu yang sangat luas, oleh karena itu lulusan teknik fisika dapat berperan lebih

dalam dunia industri.

Pembelajaran-pembelajaran di bangku kuliah banyak berisikan teori-teori, di samping itu

juga terdapat praktikum-praktikum yang mengaplikasikan teori-teori yang dipelajari.

Namun, melihat langsung dunia kerja sangat dibutuhkan untuk melihat bagaimana lulusan-

lulusan program studi dibutuhkan, dan apa-apa saja sebenarnya yang dibutuhkan di dunia

kerja. Oleh karena itu praktikan mengajukan kerja praktek, di samping sebagai syarat

kelulusan, juga untuk bekal menempuh dunia kerja.

Bitumen Plant Gresik merupakan Bitumen Plant yang menerima supply aspal melalui kapal

tanker, yang sebagian besar berasal dari impor, dan sebagian lagi dari RU-IV Cilacap. Aspal

yang dibawa oleh kapal tanker supplier kemudian diterima dan ditimbun di tangki timbun

(storage tank). Kemudian berdasarkan demand pasar dilakukan program produksi,

diantaranya ialah produksi drum di bagian fabrikasi drum untuk menampung aspal dalam

bentuk drum. Aspal yang ditimbun di storage tank kemudian dapat didistribusikan dalam

kemasan drum, maupun dalam bentuk curah (bulk) menggunakan mobil tanki.

Karena sebagai fungsinya untuk menerima dan mendistribusikan aspal, maka proses-proses

teknis di BPG relatif tidak lebih kompleks dibanding proses-proses teknis di pabrik-pabrik

industri proses, sehingga praktikan dapat mempelajari tidak hanya di bidang instrumentasi

dan kontrol saja, melainkan lebih dari itu. Oleh karena itu, melaksanakan kerja praktek di

BPG akan dapat memberikan banyak pelajaran dan pengetahuan yang sangat luas.

Selama proses peninjauan lapangan, ditemukan beberapa potensi optimasi untuk

Teknik Fisika ITB 1

Page 2: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

perkembangan BPG, namun tidak semua digarap dalam laporan ini, melainkan hanya 2 buah

ide saran untuk optimasi di BPG. Problem pertama yang ditemukan ialah sudah tidak

berfungsinya Level Indicator (LI) di semua storage tank, di mana LI yang digunakan

berjenis Automatic Tank Gauge (ATG). Untuk optimasi dapat digunakan teknologi yang

lebih maju yang lebih reliable dan lebih akurat seperti teknologi Radar Tank Gauge (RTG).

Yang kedua ialah sistem weighing dan filling yang terpisah. Jika sistem weighing dan sistem

filling diintegrasikan, maka akan dapat diperoleh efisiensi waktu pendistribusian aspal

curah, apalagi mengingat prospek peningkatan jumlah permintaan aspal untuk tahun-tahun

ke depan. Untuk merealisasikan ide-ide ini, maka ditulislah laporan ini untuk pembahasan

lebih lanjut.

1.2 Tujuan Penulisan

Mengevaluasi sistem instrumentasi pengukuran level di tangki timbun BPG.

Membuat rencana optimasi tank gauging di tangki timbun BPG untuk meningkatkan

efisiensi terutama dalam sistem pengukuran level.

Mengevaluasi sistem weighing dan sistem filling aspal curah (bulk) di BPG.

Membuat rencana optimasi pengintegrasian sistem weighing dengna sistem filling aspal

curah (bulk) untuk peningkatan efisiensi waktu.

1.3 Batasan Masalah

Dua saran optimasi yang di bahas di dalam laporan ini dibatasi hanya sampai ide

optimasi secara garis besar, tidak sampai dibahas lebih detail, misalnya gambar

rancangan, biaya keseluruhan, potensi jangka panjang, ataupun hal-hal detail lainnya.

1.4 Motede Pengumpulan Data

Memperoleh data-data berupa technical file yang telah disediakan oleh pihak

perusahaan, seperti P&ID, General Plot Plan, General Piping Plan, dan Isometric Pipe

Lines.

Observasi lapangan.

Diskusi dengan pembimbing, serta pihak-pihak lain yang terkait.

Memperoleh referensi dari Pedoman Mutu dan K3LL, serta beberapa referensi via

internet.

1.5 Sistematika Penulisan

Teknik Fisika ITB 2

Page 3: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

Bab I Pendahuluan

Berisi latar belakang penulisan laporan, tujuan penulisan laporan, batasan masalah yang dibahas di

dalam laporan, metoda pengumpulan data untuk menyusun laporan, dan sistematika penulisan

laporan.

Bab II Profil Bitumen Plant Gresik

Berisi tentang profil perusahaan PT. Pertamina (Persero) Bitumen Plant Gresik, di antaranya ialah

visi, misi (kebijakan),acuan, ruang lingkup, sistem dokumentasi, proses bisnis, dll.

Bab III Fabrikasi Drum

Berisi tentang proses-proses pembuatan ready drum di Drum Asphalt Plant.

Bab IV Penerimaan dan Penimbunan

Berisi tentang proses-proses yang dilakukan dalam menerima dan menimbun aspal dari supplier

melalui kapal tanker (jetty) beserta dengan fasilitas-fasilitas penunjangnya.

Bab V Penyaluran

Berisi tentang proses pengisian aspal dalam bentuk curah (bulk) maupun dalam kemasan drum

beserta dengan prosedur pendistribusiannya.

Bab VI Saran Optimasi Untuk BPG

Berisi tentang 2 saran optimasi untuk BPG yaitu optimasi sistem pengukuran level aspal di setiap

tangki timbun BPG dan pengintegrasian sistem weighing dan sistem filling untuk proses penyaluran

aspal curah.

Bab VIII Kesimpulan dan Saran

Berisi kesimpulan yang menjawab tujuan pembuatan laporan, serta saran untuk BPG terkait dengan

apa-apa saja yang dibahas di dalam laporan.

Bab II

Profil Bitumen Plant Gresik

Teknik Fisika ITB 3

Page 4: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

2.1 Umum

2.1.1 Profil Organisasi

PT PERTAMINA (Persero) Bitumen Plant Gresik diresmikan pada tanggal 11 Agustus 1990.

Tanggal peresmian tersebut sekaligus merupakan detik awal mulai beroperasi. Bitumen

Plant Gresik adalah salah satu Supply Point penyaluran aspal ke seluruh wilayah Pemasaran

Region V sampai Region VIII.

Bitumen Plant Gresik mempunyai kapasitas produksi 180000 Mton/tahun dan berdiri di atas

lahan seluas 10,4 hektar, di Kelurahan Pulopancikan, Kecamatan Gresik Kota, Kabupaten

Gresik.

Kegiatan utama dari Bitumen Plant Gresik adalah menerima aspal sebagian besar dari impor

dan sebagian lagi dari Pertamina Refinery Unit IV Cilacap, membuat drum kosong (ready

drum) secara toll fee, mengisi aspal ke dalam drum, melayani penyaluran aspal dalam drum

maupun curah sesuai SO (Sales Order) yang diterbitkan oleh Bagian Marketing dari

Pemasaran Region V.

2.1.2 Acuan dan Ruang Lingkup

Pedoman Mutu dan K3LL (Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan)

ini disusun dengan mengacu kepada standar internasional ISO 9001, ISO 14001 dan OHSAS

18001 revisi terakhir.

Adapun ruang lingkup penerapan Sistem Manajemen Mutu dan K3LL yang diterapkan

mencakup seluruh area kerja Bitumen Plant Gresik tetapi tidak mencakup area kerja yang

menjadi milik dari PERTAMINA Production Unit Gresik.

Pasal 7.3. Desain dan Pengembangan dari ISO 9001 tidak diterapkan karena Bitumen Plant

Gresik tidak melakukan kegiatan yang dimaksud dalam pasal tersebut.

2.1.3 Struktur Sistem Manajemen Mutu dan K3LL

Kepala Bitumen Plant Gresik selaku Manajemen Puncak (Top Management) menetapkan

visi dan kebijakan Mutu dan K3LL.

Teknik Fisika ITB 4

Page 5: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

Untuk memastikan efektivitas penyusunan dan pelaksanaan dari sistem tersebut, maka

Kepala Bitumen Plant Gresik menunjuk Pengawas Utama Operasi sebagai Management

Representative (MR) atau Wakil Manajemen.

Sesuai dengan persyaratan OHSAS 18001 dan dengan masukan dari pekerja, maka Kepala

Bitumen Plant Gresik menunjuk Asisten LK3 sebagai Employee Representative (ER). Para

pekerja dapat menyampaikan masukan atau keluhan terkait K3LL kepada ER untuk

selanjutnya dibawa kepada Top Management dan/atau MR.

2.1.4 Visi dan Kebijakan

Visi:

To be a world class asphalt plant

Menjadi Bitumen Plant kelas dunia

Kebijakan Mutu dan K3LL Bitumen Plant Gresik:

Bitumen Plant Gresik sebagai supply point penyaluran aspal di PERTAMINA memiliki

komitmen untuk mencapai kinerja kelas dunia dengan cara:

1. Memastikan kepuasan pelanggan.

2. Mencegah polusi dan kecelakaan kerja melalui pengendalian dampak lingkungan dan

risiko K3.

3. Meningkatkan kinerja sistem manajemen mutu, K3LL, dan sumber daya manusianya secara

berkelanjutan.

4. Mematuhi peraturan dan persyaratan mutu dan K3LL.

5. Menerapkan pengendalian terhadap dampak lingkungan dan risiko K3 dari kegiatan

operasi.

6. Mencapai tingkat kinerja yang ditetapkan secara berkala sesuai dengan Key

Performance Indicator (KPI).

7. Melaksanakan program penghijauan dan penghematan sumber daya alam.

8. Melakukan pemberdayaan masyarakat sekitar lokasi operasi sebagai bagian dari program

CSR (Corporate Social Responsibility).

2.1.5 Pengertian

1. Sistem Manajemen Mutu dan K3LL

Adalah sistem yang digunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi dalam mencapai

Teknik Fisika ITB 5

Page 6: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

visi dan misinya di bidang mutu dan K3LL (Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lindungan

lingkungan) melalui pengelolaan pemenuhan persyaratan mutu dan pengelolaan risiko K3 dan

dampak lingkungan.

2. Mutu

Adalah keseluruhan karakteristik melekat dari suatu produk yang dapat memenuhi persyaratan.

3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Adalah kondisi dan faktor yang mempengaruhi, atau dapat mempengaruhi kesehatan dan

keselamatan pegawai atau pekerja lain (termasuk pekerja sementara dan kontraktor), tamu, atau

siapapun di lokasi kerja.

4. Lingkungan

Adalah keadaan sekeliling tempat organisasi beroperasi, termasuk udara, air, tanah, sumber daya

alam, flora, fauna, manusia, dan hubungan timbal baliknya.

5. Bahaya (hazard)

Adalah sumber, situasi, atau tindakan yang berpotensi merusak dalam arti cedera atau sakitnya

manusia atau kombinasinya.

6. Risiko

Adalah kombinasi dari kemungkinan terjadinya peristiwa bahaya atau paparannya dan tingkat

parahnya cedera atau sakit yang dapat disebabkan oleh peristiwa atau paparan tersebut.

7. Dampak Lingkungan

Adalah setiap perubahan lingkungan, menguntungkan maupun merugikan, seluruhnya atau sebagian

yang dihasilkan oleh kegiatan, produk, atau jasa organisasi.

8. Top Management

Adalah satu atau sekelompok orang yang memiliki wewenang tertinggi untuk mengarahkan dan

mengendalikan organisasi. Top Management diterjemahkan sebagai Manajemen Puncak.

9. Management Representative

Adalah anggota manajemen yang ditunjuk oleh Top Management untuk mengelola sistem

manajemen organisasi.

Teknik Fisika ITB 6

Page 7: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

10. Employee Representative

Adalah pekerja yang ditunjuk oleh Top Management dengan mempertimbangkan masukan para

pekerja lain untuk mewakili pekerja di bidang K3LL.

2.2 Sistem Manajemen Mutu dan K3LL

2.2.1 Umum

1. Bitumen Plant Gresik menetapakan, mendokumentasikan, menerapkan, dan

memelihara sistem manajemen mutu dan K3LL dengan mengacu kepada standar

ISO 9001, ISO 14001, dan OHSAS 18001 revisi terakhir.

2. Sistem manajemen mutu dan K3LL dari Bitumen Plant Gresik dirancang untuk:

a. Menjadi suatu sistem manajemen di bidang mutu dan K3LL yang mampu

mengurangi ataupun meniadakan risiko, baik bagi karyawan maupun bagi masyarakat

terhadap bahaya K3LL.

b. Memberikan panduan dan menetapkan kebijakan, prosedur, dan instruksi kerja yang terkait

dengan mutu dan K3LL.

c. Menguraikan bentuk atau struktur organisasi, tanggung jawab, dan fungsi-fungsi kerja

yang berkaitan dengan mutu dan K3LL.

d. Memungkinkan efisiensi pengendalian operasional dan kegiatan lain,

sehingga sistem dapat diterapkan, dipelihara, dan ditingkatkan secara

berkelanjutan.

2.2.2 Sistem Dokumentasi

Sistem dokumentasi Sistem Manajemen Mutu dan K3LL Bitumen Plant Gresik mengacu

kepada Sistem dan Tata Kerja PERTAMINA Korporat, dengan hirarki seperti digambarkan

pada gambar 1 sebagai berikut:

Teknik Fisika ITB 7

Page 8: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

Gambar

1.

Hirarki

Dokumentasi Sistem Manajemen Mutu dan K3LL

Penjelasan dari hirarki tersebut di atas adalah sebagai berikut:

◦ Pedoman mengatur tentang kebijakan-kebijakan organisasi dalam hal penetapan

tujuan, sasaran, dan strategi atau hal-hal yang harus dilakukan untuk mencapai

tujuan/sasaran tersebut.

◦ Tata Kerja Organisasi (TKO) berisi prosedur-prosedur yang diperlukan untuk

menyelesaikan suatu proses yang melibatkan beberapa unit kerja.

◦ Tata Kerja Individu (TKI) berisi instruksi kerja yang diperlukan untuk

menyelesaikan suatu pekerjaan yang dilakukan oleh satu orang (individu) atau lebih

(kelompok).

◦ Tata Kerja Penggunaan Alat (TKPA) berisi petunjuk yang diperlukan untuk

mengoperasikan atau menjalankan suatu alat atau mesin.

◦ Catatan Kerja (record) merupakan dokumen yang menunjukkan hasil kerja

menggunakan formulir standar yang ditentukan untuk mencatat hasil pelaksanaan

TKO, TKI, atau TKPA.

Sistem dan Tata Kerja berupa Pedoman, TKO, TKI, dan TKPA dikendalikan sesuai dengan

TKO B-014/F10214/2012-S0 Pengendalian Dokumen. Sedangkan Catatan Kerja

dikendalikan sesuai dengan TKO B-015/F10214/2012-S0 Pengendalian Catatan Kerja.

2.2.3 Proses Bisnis

Teknik Fisika ITB 8

Page 9: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

Peta proses bisnis yang menggambarkan hubungan antar proses di Bitumen Plant Gresik

diperlihatkan pada Gambar 2 sebagai berikut.

Gambar 2. Proses Bisnis Bitumen Plant Gresik

2.3 Perencanaan

2.3.1 Tanggung Jawab Manajemen

Tanggung jawab manajemen dibuktikan dengan komitmen Manajemen Puncak untuk:

1. Menetapkan Kebijakan dan Sasaran.

2. Mengkomunikasikan kebijakan, sasaran, kepatuhan terhadap persyaratan dan peraturan,

pentingnya kepuasan pelanggan dan kompetensi dalam melaksanakan pekerjaan.

3. Melaksanakan tinjauan manajemen.

4. Menjamin tersedianya sumber daya.

Sasaran dalam KPI ditetapkan setiap tahun dengan berdasarkan kontrak manajemen antara OH

Bitumen Plant Gresik dengan Kantor Pusat. Apabila kontrak tersebut belum mencakup atau

belum sesuai dengan sistem manajemen mutu dan K3LL, maka Kepala Bitumen Plant

Gresik akan menambahkan sasaran baru di dalam KPI Bitumen Plant Gresik. KPI ini

dikomunikasikan dan didelegasikan kepada semua Pengawas Utama / Pengawas untuk

pelaksanaan dan pemantauan pencapainnya.

Terkait tanggung jawab manajemen, OH Bitumen Plant Gresik membuat surat perintah

yang berisi penunjukan MR dan Tim lainnya serta prosedur sebagai acuan kerja, yaitu TKO

B-012/F10214/2012-S0 Komunikasi Internal dan Eksternal, B-009/F10214/2012-S0

Teknik Fisika ITB 9

Page 10: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

Penanganan Keluhan Pelanggan, B-013/F10214/2012-S0 Partisipasi dan Konsultasi, B-

007/F10214/2012-S0 Tindakan Perbaikan dan Pencegahan, dan B-008/F10214/2012-S0

Tinjauan Manajemen.

2.3.2 Identifikasi Aspek Lingkungan dan Penilaian Risiko K3LL

Aspek dan bahaya K3LL yang ada di lokasi-lokasi Bitumen Plant Gresik diidentifikasi dan

dicatat dalam Daftar Aspek dan Bahaya K3LL yang disusun berdasarkan TKO B-

026/F10214/2012-S0 Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan serta Penilaian

Bahaya dan Risiko K3.

Identifikasi aspek lingkungan dan bahaya K3 meliputi:

a) kegiatan rutin dan tidak rutin;

b) kegiatan pihak yang memilki akses ke PAG (termasuk kontraktor dan tamu);

c) kebiasaan manusia, kemampuan, dan faktor manusiawi lainnya;

d) bahaya yang berasal dari luar tempat kerja yang dapat memilki pengaruh kuat kepada

K3LL di dalam kendali organisasi atau di dalam tempat kerja.

e) bahaya yang tercipta dalam lingkungan tempat kerja oleh kegiatan terkait -

kerja di bawah kendali organisasi;

f) infrastruktur, peralatan, dan material di tempat kerja yang disediakan oleh organisasi

atau pihak lain;

g) perubahan atau usulan perubahan organisasi, kegiatan, atau materialnya;

h) modifikasi sistem Manajemen Mutu dan K3LL, termasuk perubahan sementara dan

risikonya terhadap operasi, proses, dan kegiatan;

i) kewajiban hukum apapun yang terkait penilaian risiko dan penerapan kendali yang

diperlukan;

j) desai area kerja, proses, instalasi, mesin/peralatan, prosedur operasi dan organisasi kerja,

termasuk adaptasinya terhadap kemampuan manusia.

Hasil identifikasi tersebut didokumentasikan dan dipelihara agar tetap mutakhir.

2.3.3 Hukum dan Persyaratan Lain

Semua ketentuan hukum, peraturan, persyaratan, dan kebijakan-kebijakan K3LL yang

berkaitan dengan kegiatan aspek lingkungan dan bahaya K3 di lokasi-lokasi Bitumen Plant

Gresik dicatat dalam Daftar Peraturan dan Persyaratan K3LL. Tata cara identifikasi,

pemutakhiran, dan penyebarluasan informasi dari peraturan dan persyaratan tersebut diatur

dalam TKO B-027/F10214/2012-S0 Identifikasi dan Pematuhan Peraturan dan

Teknik Fisika ITB 10

Page 11: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

Persyaratan K3LL.

Bitumen Plant Gresik terus-menerus menjaga agar informasi tersebut mutakhir dan

menyebarluaskan informasi yang relevan tentang peraturan dan persyaratan K3LL kepada

orang yang bekerja di bawah kendali organisasi dan pihak berkepentingan lainnya.

2.3.4 Sasaran, Target, dan Program Manajemen Mutu dan K3LL

Kebijakan Mutu dan K3LL merupakan panduan dalam usaha mencapai sasaran dan terget

mutu dan K3LL. Sasaran dan target yang ditetapkan juga berkaitan dengan aspek mutu dan

K3LL yang telah diidentifikasi dan dianggap memiliki risiko penting.

Sasaran dan target yang ditetapkan pada fungsi dan tingkatan yang sesuai dalam perusahaan

harus terukur dan kemajuan pencapainnya selalu dipantau. Kemajuan dari pencapaian

sasaran dan target dipantau oleh penanggung jawab program Manajemen Mutu dan K3LL

dan dilaporkan dalam rapat tinjauan manajemen.

Program Manajemen Mutu dan K3LL meliputi:

◦ Sasaran dan target Mutu dan K3LL.

◦ Tahapan kegiatan untuk mencapai sasaran dan target.

◦ Penanggung jawab pencapaian.

◦ Batas waktu pencapaian.

2.4 Penerapan dan Operasi

2.4.1 Sumber Daya, Peran, Tanggung Jawab, Akuntabilitas, dan Wewenang

Top Management, yaitu Manager Pabrik Bitumen Plant Gresik, merupakan penanggung

jawab tertinggi untuk sistem Manajemen Mutu dan K3LL. Manager Bitumen Plant Gresik

mewujudkan komitmennya melalui:

◦ Jaminan ketersediaan sumber daya yang penting untuk menetapkan, menerapkan,

memelihara, dan meningkatkan sistem Manajemen Mutu dan K3LL.

Teknik Fisika ITB 11

Page 12: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

◦ Tersedianya sumber daya infrastruktur, teknologi, dan keuangan perusahaan untuk

melaksanakan sistem Manajemen Mutu dan K3LL.

◦ Penetapan peran, pembagian tanggung jawab dan akuntabilitas, dan pendelegasian

wewenang untuk memfasilitasi efektivitas Manajemen Mutu dan K3LL.

◦ Peran, tanggung jawab, akuntabilitas, dan wewenang ditulis dan dikomunikasikan.

Manager Bitumen Plant Gresik menetapkan Ast Man Operation Services sebagai Management

Representative (MR) dengan tanggung jawab khusus untuk sistem manajemen Mutu dan

K3LL sebagai berikut:

◦ Memastikan bahwa sistem Manajemen Mutu dan K3LL ditetapkan, diterapkan, dan

dipelihara sesuai persyaratan.

◦ Memastikan bahwa laporan kinerja sistem Manajemen Mutu dan K3LL disampaikan

kepada Top Management untuk tinjauan manajemen dan digunakan sebagai dasar

untuk peningkatan sistem Manajemen Mutu dan K3LL.

◦ Menjamin bahwa sistem tata kerja (STK) yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran

K3LL dapat diperoleh dan dilaksanakan oleh karyawan.

◦ Menjamin bahwa setiap ketidaksesuaian yang mempengaruhi kinerja sistem

Manajemen Mutu dan K3LL dilakukan tindakan perbaikan.

◦ Memprakarsai tindakan perbaikan di area yang menjadi tanggung jawabnya untuk

mencegah potensi atau terulangnya ketidaksesuaian, terutama terhadap persyaratan

dan peraturan.

Top Management juga menetapkan bahwa Kepala Lokasi adalah MR untuk lokasinya dengan

tanggung jawab sesuai tanggung jawab MR, namun untuk ruang lingkup lokasinya sendiri.

Setiap OH Fungsi dan Pekerja memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa bidang

pekerjaannya selalu:

◦ Terlaksana sesuai dengan sistem tata kerja yang berlaku.

◦ Memperhatikan aspek K3LL yang terkait dengan pekerjaannya, sehingga dijamin

selalu mematuhi persyaratan dan peraturan K3LL yang berlaku.

◦ Mencegah polusi dan risiko kecelakaan kerja serta menggunakan sumber daya alam

dengan efektif dan efisien.

2.4.2 Kompetensi, Pelatihan, dan Kepedulian

Teknik Fisika ITB 12

Page 13: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

Bitumen Plant Gresik menetapkan dan memastikan bahwa pekerja yang pekerjaannya

memiliki aspek K3LL harus memiliki kompetensi berdasarkan pendidikan, pelatihan, atau

pengalaman yang sesuai.

Para OH Fungsi mengidentifikasi kebutuhan pelatihan yang berhubungan dengan risiko

K3LL dan sistem Manajemen Mutu dan K3LL untuk diberikan pelatihan atau tindakan lain

agar kompetensi pekerja memenuhi kebutuhan persyaratan pekerjaan, serta mengevaluasi

efektivitas pelatihan atau tindakan yang diambil.

Identifikasi kebutuhan, pelaksanaan, evaluasi dan pencatatan hasil pelatihan diatur dalam

TKO B-011/F10214/2012-S0 Kepedulian, Kompetensi, dan Pelatihan.

2.4.3 Komunikasi, Partisipasi, dan Konsultasi

Semua program dan segala permasalah terkait dengan sistem Manajemen Mutu dan K3LL

dikomunikasikan secara internal dan eksternal sesuai TKO B-012/F10214/2012-S0

Komunikasi Internal dan Eksternal.

Komunikasi eksternal dilakukan kepada pihak-pihak di luar Bitumen Plant Gresik yang

memerlukan informasi mengenai sistem Manajemen Mutu dan K3LL Bitumen Plant Gresik.

Pihak eksternal antara lain: instansi pemerintah, pelanggan, otoritas bandara, dan lain-lain.

Di lokasi, komunikasi terkai K3LL kepada pihak eksternal menjadi tanggung jawab dan

wewenang MR Lokasi, sedangkan di Kantor Region menjadi tanggung jawab dan

wewenang MR.

Sedangkan komunikasi internal terkait K3LL dilaksanakan secara berjenjang dari Top

Management hingga Kepala Fungsi dan pekerja.

Komunikasi internal dapat menjadi kanal atau saluran untuk memastikan partisipasi pekerja

dan pelaksanaan konsultasi oleh atasan. Tata cara partisipasi dan konsultasi diatur dalam

TKO B-013/F10214/2012-S0 Partisipasi dan Konsultasi.

2.4.4 Dokumentasi

Sebagaiman adijelaskan dalam Bab 2.2 Dokumentasi Sistem Manajemen Mutu dan K3LL

meliputi dokumen acuan kerja yang disebut STK (Sistem Tata Kerja), yaitu: Pedoman, TKO,

Teknik Fisika ITB 13

Page 14: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

TKI, dan TKPA serta Record (Catatan).

Dokumen disusun sesuai dengan kebutuhan yang diidentifikasi melalui proses bisnis,

identifikasi aspek dan dampak lingkungan, penilaian bahaya dan risiko serta uraian tugas

pokok dan penilaian jabatan (UTP / UPJ).

2.4.5 Pengendaliain Dokumen

Dokumen yang digunakan sebagai acuan kerja yang menjadi bukti hasil kerja dikendalikan

sesuai dengan TKO B-014/F10214/2012-S0 Pengendalian dokumen.

TKO tersebut mengatur tentang:

a) pengesahan kecukupan dokumen sebelum diterbitkan;

b) meninjau dan memperbaharui sesuai keperluan dan mengesahkan ulang dokumen;

c) menjamin bahwa perubahan dan status revisi yang berlaku dari dokumen

diidentifikasi;

d) menjamin versi dokumen yang berlaku tersedia di tempat penggunaan;

e) menjamin bahwa dokumen tetap dapat dibaca dan mudah diidentifikasi;

f) menjamin bahwa dokumen yang berasal dari luar yang ditetapkan oleh organisasi dan

diperlukan untuk perencanaan dan pelaksanaan dari sistem Manajemen Mutu dan K3LL

diidentifikasi dan distribusinya dikendalikan;

g) mencegah penggunaan yang keliru dari dokumen kadaluarsa, dan untuk identifikasi

yang sesuai jika disimpan untuk tujuan tertentu.

2.4.6 Realisasi Produk

Realisasi produk atau proses produksi meliputi penerimaan material, pembuatan drum,

penerimaan dan penimbunan aspal, pengisian aspal dalam drum, pemeriksaan mutu, dan

pengiriman aspal dalam drum dan curah.

Proses produksi dilaksanakan berdasarkan program produksi yang ditetapkan oleh Kantor

Pusat, sedangkan pengiriman aspal dilakukan dengan mengacu kepada Sales Order yang

diterima.

Pemastian mutu adalah bagian penting dari proses produksi. Aspal tidak akan dikirimkan

Teknik Fisika ITB 14

Page 15: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

kepada pelanggan apabila tidak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.

Pemeriksaan mutu dan penghitungan/pengukuran volume dilakukan dengan menggunakan

alat ukur yang dikalibrasi dan ditera secara berkala, untuk memastikan kebenaran hasil

pemeriksaan dan pengukuran.

Dalam pengadaan material dan suku cadang, Bitumen Plant Gresik selalu menggunakan

pemasok yang terseleksi. Aturan seleksi pemasok dan proses pengadaan barang dan jasa

dilaksanakan sesuai dengan TKO yang diatur dalam SK Direksi tentang Pengadaan Barang

dan Jasa.

Untuk mengelola realisasi produk, Bitumen Plant Gresik menyusun TKO-TKO sebagai

berikut:

a. B-001/F10214/2012-S0 Penerimaan dan Penimbunan Aspal

b. B-002/F10214/2012-S0 Pengiriman Aspal Curah

c. B-003/F10214/2012-S0 Pengisian Aspal Drum

d. B-004/F10214/2012-S0 Pemeriksaan Mutu

e. B-005/F10214/2012-S0 Pengendalian Ketidaksesuaian Produk Aspal

f. B-006/F10214/2012-S0 Pembuatan Ready Drum

g. B-010/F10214/2012-S0 Penerimaan dan Pengeluaran Material

Operasional dari bisnis Bitumen Plant Gresik dilaksanakan oleh pekerja yang kompeten dan

diberikan acuan kerja berupa TKI dan/atau TKPA.

2.4.7 Pengendalian Operasi

Kondisi operasi yang terkendali menjadi syarat terlaksananya sistem Manajemen Mutu dan

K3LL yang efektif. Untuk itu, kondisi peralatan harus dipastikan kesiapannya sesuai dengan

TKO B-021/F10214/2012-S0 Preventive Maintenance, TKO B-022/F10214/2012-S0

Corrective Maintenance, dan TKO B-024/F12300/2010-S0 Manajemen Perubahan.

Demikian pula dengan kondisi lingkungan dan area kerja yang dipantau sesuai dengan TKO

B-030/F10214/2012-S0 Pemantauan dan Pengukuran Dampak Lingkungan dan Risiko

K3.

Teknik Fisika ITB 15

Page 16: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

Sedangkan untuk penanganan limbah diatur dalam TKO B-031/F10214/2012-S0

Pengelolaan Material dan Limbah B3 dan TKO B-032/F10214/2012-S0 Pengelolaan

Limbah Non B3.

2.4.8 Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat

Bitumen Plant Gresik menerapakna pengendaliain dan tanggap darura yang memadai untuk

menghadapi jangkauan yang luas dari potensi bahaya proses operasi. Top Management

adalah penanggung jawab utama dari kegiatan kesiapsiagaan dan tanggap darurat.

Tindakan kesiapsiagaan dan tanggap darurat dilaksanakan menurut TKO B-

028/F10214/2012-S0 Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat untuk:

a) mengidentifikasi potensi terjadinya situasi darurat;

b) menanggapi situasi darurat tersebut.

Sedangkan untuk memastikan keamanan area disusun TKO B-036 Sekuriti PAG sebagai acuan

Sekuriti dalam melaksanakan pengamanan.

Bitumen Plant Gresik secara periodik melaksanakan simulasi atau latihan untuk

menanggapai sistuasi darurat, dan bila memungkinkan dapat melibatkan piak

berkepentingan yang terkait.

2.5 Pengecekan

2.5.1 Pemantauan dan Pengukuran Kinerja K3LL

Bitumen Plant Gresik menetapkan tata kerja pemantauan dan pengukuran untuk memastikan

bahwa sistem Manajemen Mutu dan K3LL selalu efektif serta memenuhi persyaratan dan

peraturan yang berlaku. Kegiatan pemantauan dan pengukuran tersebut diatur dalam TKO

B-030/F10214/2012-S0 Pemantauan dan Pengukuran Dampak Lingkungan dan Risiko

K3.

Untuk menjamin kebenaran hasil pemantauan dan pengukuran, maka alat pantau atau alat

ukur yang digunakan dikalibrasi sesuai dengan TKO B-023/F10214/2012/S0 Kalibrasi dan

Teknik Fisika ITB 16

Page 17: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

Tera.

Fungsi Pemeliharaan dan/atau MR Lokasi mengevaluasi hasil pemantauan dan pengukuran

untuk memastikan pemenuhannya terhadap persyaratan dan peraturan pengukuran untuk

memastikan pemenuhannya terhadap persyaratan dan peraturan (kepatuhan). Aspek-aspek

terkait dengan pemantauan atau pengukuran meliputi:

a. ukuran-ukuran kuantitatif dan kualitatif, sesuai dengan kebutuhan;

b. pemantauan sasaran K3LL dicapai;

c. pemantauan efektivitas pengendalian K3LL;

d. ukuran-ukuran proaktif dari kinerja untuk memantau kesesuaian dengan program-

program K3LL;

e. ukuran-ukuran reaktif dari kinerja untuk memantau sakit, kejadian (termasuk kecelakaan,

near-miss, dll) dan bukti riwayat kinerja K3LL yang kurang;

f. rekaman data dan hasil pemantauan dan ukuran yang cukup untuk memungkinkan

analisis tindakan perbaikan dan pencegahannya.

2.5.2 Evaluasi Kepatuhan

Konsistensi dengan komitmen untuk selalu patuh terhadap peraturan dan persyaratan

lainnya, maka Bitumen Plant Gresik secara berkala mengevaluasi hasil pemantauan dan

pengukuran sesuai dengan TKO B-027/F10214/2012-S0 Identifikasi dan Pematuhan

Peraturan dan Persyaratan K3LL.

Hasil evaluasi disampaikan kepada Top Management sebagai bahan masukan untuk Tinjauan

Manajemen.

2.5.3 Penyelidikan Kejadian, Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan, dan Pencegahan

Bitumen Plant Gresik menyusun TKO B-034/F10214/2012-S0 Penyelidikan Kejadian,

TKO B-029/F10214/2012-S0 Pelaporan Near-Miss dan Penanganan Ketidaksesuaian

K3LL serta TKO B-007/F10214/2012-S0 Tindakan Perbaikan dan Pencegahan untuk

memastikan bahwa kegiatan penyelidikan kejadian, penanganan ketidaksesuaian dan

tindakan perbaikan serta pencegahannya terlaksana dengan baik.

TKO-TKO tersebut antara lain mengatur tentang tata cara untuk:

a) menetapkan kekurangan landasan K3LL dan faktor lain yang dapat menyebabkan atau

menyumbang terjadinya kejadian K3LL;

Teknik Fisika ITB 17

Page 18: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

b) identifikasi kebutuhan tindakan perbaikan;

c) identifikasi kesempatan tindakan pencegahan;

d) identifikasi kesempatan untuk peningkatan berkelanjutan;

e) komunikasi hasil penyelidikan tersebut.

2.5.4 Pengendalian Catatan Kerja

Catatan atau record adalah bukti pelaksanaan pekerjaan. Untuk itu setiap kegiatan terkait

dengan K3LL yang memerlukan bukti harus dibuatkan catatan.

Semua catatan yang berkaitan dengan K3LL harus dapat dibaca, diidentifikasi dan dilacak,

dijaga dari kehancuran, kerusakan, dan kehilangan dengan retensi sesuai dengan Daftar

Induk Catatan serta dikendalikan sesuai dengan TKO B-015/F10214/2012-S0 Pengendalian

Catatan Kerja.

2.5.5 Audit Sistem Manajemen Mutu dan K3LL

Audit terhadap sistem Manajemen Mutu dan K3LL dilakukan untuk meyakinkan bahwa:

a. Sistem Manajemen Mutu dan K3LL efektif untuk melaksanakan Kebijakan K3LL

PERTAMINA Bitumen Plant Gresik.

b. Aktivitas kerja di PERTAMINA Bitumen Plant Gresik sesuai dengan STK, program

Manajemen Mutu dan K3LL, persyaratan, dan peraturan K3LL.

Audit sistem Manajemen Mutu dan K3LL dilaksanakan sesuai dengan TKO

B-020/F10214/2012-S0 Audit Internal. TKO tersebut minimal mengatur tentang

kebutuhan audit, persyaratan auditor termasuk independensinya, tata cara pelaksanaan audit,

dan pelaporannya.

TKO juga mengatur tentang pelaksanaan tindakan perbaikan dan pencegahan dari

ketidaksesuaian yang ditemukan selama audit.

Hasil-hasil audit dibahas dalam tinjauan manajemen.

Teknik Fisika ITB 18

Page 19: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

2.6 Tinjauan Manajemen

Tinjauan manajemen Bitumen Plant Gresik dilaksanakan minimal 1 kali dalam setahun.

Maksud dari tinjauan ini adalah untuk memastikan bahwa sistem Manajemen Mutu dan

K3LL memenuhi ketentuan ISO 9001, ISO14001, dan OHSAS 18001, dan untuk

memelihara kesesuaian serta efektifitas sistem tersebut.

Tinjauan dilakukan berdasarkan TKO B-008/F10214/2012-S0 Tinjauan Manajemen.

Tinjauan diarahkan pada masalah pokok untuk peningkatan sistem Manajemen Mutu dan

K3LL.

Tinjauan dipimpim Kepala Bitumen Plant Gresik selaku Top Management dengan didukung

oleh MR. Rekomendasi yang dihasilkan dari tinjauan ini disampaikan kepada pihak terkait

oleh MR dan efektivitas tindak lanjutnya dipantau sesuai dengan batas waktu yang

ditetapkan.

2.7 Produk Aspal Pertamina

2.7.1 Pendahuluan

Aspal diproduksi oleh kilangn Pertamina melalui proses Propane Deasphalting atau Air

Blowing. Kilang Pertamina yang memproduksi Aspal saat ini adalah Kilang Refinery Unit

(RU) IV Cilacap dengan penyerahan dalam bentuk drum dan curah (bulk).

Aspal Minyak diperoleh dari Crude Oil jenis Asphaltic, dihasilkan dalam bentuk semi solid,

berwarna coklat kehitaman bersifat Non-Metalic, larut dalam CS2 (Carbon Disulphide),

mempunyai sifat Waterprofing dan Adhesive. Aspal dibedakan gradenya atas Softening

Point R&B (Ring & Ball), sifat penetrasi ataupun kombinasi dari kedua sifat di atas. Saat ini

Pertamina memproduksi 2 (dua) Grade Aspal straight run, yaitu:

1. Aspal Penetrasi 60/70 (Aspal Pen 60)

2. Aspal Penetrasi 80/100 (Aspal Pen 80)

Selain itu, melalui anak perusahaannya, PT Patra Trading, Pertamina memproduksi aspal

modifikasi dengan nama Aspal Super.

Teknik Fisika ITB 19

Page 20: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

Aspal sebagai bahan semi solid dalam penggunaannya dirubah dalam bentuk cair dengan

cara pemanasan. Aspal digunakan pada pembuatan jalan, juga berfungsi sebagai bahan

perekat, bahan pengisi,dan bahan kedap air. Di samping untuk pembuatan jalan, Aspal dapat

digunakan sebagai “pelindung/coating” anti karat, isolasi listrik, kedap suara / penyekat

suara dan getaran bila dipakai untuk lantai, dll.

2.7.2 Penggunaan

Di Indonesia sebagian besar produk Aspal (lebih dari 95%) digunakan untuk konstruksi

jalan dan landasaran udara. Fungsi Aspal pada bangunan jalan adalah untuk mengikat batu,

pasir, dan bahan-bahan lainnya supaya menjadi satu kesatuan yang homogen (fungsi pelekat

dan sebagai bahan pengisi), meredam suara lalu lintas, melindungi badan jalan terhadap air

hujan dan panas matahari, dan mencegah permukaan jalan berdebu. Untuk landasan udara,

fungsi Aspal sama dengan bangunan jalan hanya bebannya lebih berat namun frekuensi lalu

lintasnya lebih sedikit. Untuk bangunan air, Aspal berfungsi mencegah hilangnya air yang

meresap ke dalam tanah, serta mencegah erosi.

Untuk bangunan rumah dan industri, fungsi Aspal adalah sebagai berikut:

Anti korosif (melindungi terhadap pengaruh air hujan, panas matahari, dan anti karat).

Bahan perekat.

Penyekat suara dan getaran bila dipakai untuk lantai.

Tahan terhadap kelembaban udara.

Sebagai bahan cat/pelapis/coating, biasanya Aspal dicampur dengan bahan pelarut

(melindungi besi dari air dan karat).

Pelindung karat pada pipa bawah tanah.

Industri listrik (pelindung kabel, Accumulator boxes, dll).

Fungsi Aspal yang terpenting dalam suatu konstruksi adalah sebagai bahan perekat dan

bahan pengisi. Untuk dapat memberikan daya rekat yang baik, maka Aspal harus dapat:

Membasahkan batu/campuran.

Memiliki daya dhesi yang besar (Aspal akan melekat lebih baik dengan kapur andesit

dibandingkan dengan batu-batu silika yang bersifat asam).

Memiliki daya kohesi yang besar (tergantung pada kekerasan aspal).

Teknik Fisika ITB 20

Page 21: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

Sebagai bahan pengisi, Aspal harus dapat menyesuaikan dengan isi/ruangan yang tersedia.

(Aspal harus bersifat plastis dan sifat cairan yang tertentu).

2.7.3 Sifat-sifat Utama Aspal

Agar dapat memenuhi fungsi tersebut di atas dengan baik, maka sifat-sifat utama yang perlu

diperhatikan adalah Penetrasi, Titik Lembek, dan Daktilitas.

Penetrasi:

Penetrasi adalah ukuran bilangan atau angka yang menunjukkan keras-lunaknya suatu bahan

plastis (bahan dalam bentuk semi solid, seperti aspal dan gemuk pelumas). Angka penetrasi

rendah akan menunjukkan sifat yang mudah mengalir dan sifat kohesi yang baik. Oleh

karena itu pada pemakaian sebagai bahan perekat dibutuhkan penetrasi yang lebih tinggi

daripada pemakaian Aspal sebagai bahan pengisi atau dengan kata lain, untuk mendapatkan

suatu konstruksi pengaspalan yang baik, maka jika di dalam konstruksi tersebut Aspal

banyak berfungsi sebagai bahan perekat haruslah digunakan Aspal dengan penetrasi tinggi.

Sebaliknya jika Aspalnya banyak berfungsi sebagai bahan pengisi, dibutuhkan Aspal dengan

penetrasi yang rendah.

Titik Lembek:

Karena susunan Aspal terdiri dari bermacam-macam campuran / persenyawaan, maka Aspal

tidak mempunyai satu titik leleh tertentu. Untuk produk yang demikian hanyalah dapat

ditentukan titik lembeknya. Penentuan titik lembek Aspal diperlukan untuk menetapkan

kegunaan Aspal pada iklim tertentu, bersama dengan angka penetrasi, dapat dipakai untuk

menetapkan hubungan Aspal terhadap perubahan suhu.

Daktilitas:

Daktilitas Aspal ditentukan untuk mengetahui apakah Aspal tersebut homogen, dan tidak

mengandung butiran. Daktilitas berhubungan dengan sifat kohesi Aspal. Makin tinggi

daktilitasnya, maka makin baik sifat kohesinya. Bila Aspal terutama berfungsi sebagai bahan

pengisi maka daktilitasnya harus tinggi.

2.7.4 Spesifikasi Aspal Pertamina

2.7.4.1 Spesifikasi Aspal Pertamina Penetrasi 80/100

Teknik Fisika ITB 21

Page 22: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

Item Unit Test Method Spec

Penetration at 25oC, 100g, 5 sec mm ASTM D 5 80-100

Ductility at 25oC, 5cm/min cm ASTM D 113 100 Min

Softening Point (Ring & Ball) oC ASTM D 36 46-54

Solubility in CCL4 % weight ASTM D 2042 99 Min

Flash Point (Cleveland Open Cup) oC ASTM D 92 225 Min

Loss on Heating at 163oC, 5cm/min % ASTM D 6 0,4 Max

Drop in Penetration after heating % ASTM D 6 & D 5 75

Density at 25oC ASTM D 70 1 Min

Tabel 1. Spesifikasi Aspal Pertamina Penetrasi 80/100

*nb: BPG sudah tidak menerima aspal penetrasi 80/100

2.7.4.2 Spesifikasi Aspal Pertamina Penetrasi 60/70

Item Unit Test Method Spec

Penetration at 25oC, 100g, 5 sec mm ASTM D 5 60-79

Ductility at 25oC, 5cm/min cm ASTM D 113 100 Min

Softening Point (Ring & Ball) oC ASTM D 36 48-58

Solubility in CCL4 % weight ASTM D 2042 99 Min

Flash Point (Cleveland Open Cup) oC ASTM D 92 200 Min

Loss on Heating at 163oC, 5cm/min % ASTM D 6 0,4 Max

Drop in Penetration after heating % ASTM D 6 & D 5 75

Density at 25oC ASTM D 70 1 Min

Tabel 2. Spesifikasi Aspal Pertamina Penetrasi 60/70

2.7.4.3 Spesifikasi Aspal Pertamina Super

Item Unit Test Method Spec

Penetration at 25oC, 100g, 5 sec mm ASTM D 5 40-50

Ductility at 25oC, 5cm/min cm ASTM D 113 120 Min

Teknik Fisika ITB 22

Page 23: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

Softening Point (Ring & Ball) oC ASTM D 36 53-55

Tabel 3. Spesifikasi Aspal Pertamina Super

3.1.5 Spesifikasi Aspal Yang Dipersyaratkan Ditjen Bina Marga

3.1.5.1 Spesifikasi Aspal Pen 60

Jenis Pengujian Unit Test Method Spec

Penetrasi, 25oC, 5 detik mm SNI 06-2456-1991 60-79

Titik Lembek oC SNI 06-2434-1991 48-58

Titik Nyala oC SNI 06-2433-1991 Min. 200

Daktilitas, 25oC cm SNI 06-2432-1991 Min. 100

Berat Jenis SNI 06-2441-1991 Min. 1,0

Kelarutan dalam Trichloro Ethylene % berat SNI 06-2438-1991 Min. 99

Penurunan Berat (dengan TFOT) % berat SNI 06-2440-1991 Maks. 0,8

Penetrasi setelah penurunan berat % SNI 06-2456-1991 Min. 54

Daktilitas setelah TFOT % SNI 06-2432-1991 Min. 50

Uji bintik (spot tes)

- Standar Naphta

- Naphta Xylene

- Heptane Xylene

AASHTO T. 102 Negatif

Tabel 4. Spesifikasi Aspal Pen 60 yang Dipersyaratkan Ditjen Bina Marga

2.7.5.2 Spesifikasi Aspal Polymer

Jenis Pengujian Unit Test Method Spec

Penetrasi, 25oC, 5 detik mm SNI 06-2456-1991 50-80

Titik Lembek oC SNI 06-2434-1991 Min. 54

Titik Nyala oC SNI 06-2433-1991 Min. 225

Daktilitas, 25oC cm SNI 06-2432-1991 Min. 50

Berat Jenis SNI 06-2441-1991 Min. 1,0

Kekentalan pada 135 cSt SNI 06-6721-1991 300-2000

Teknik Fisika ITB 23

Page 24: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

Stabilitas Penyimpanan pada 163oC

selama 48 jam

- Perbedaan Titik Lembek

oC SNI 06-2434-1991 Maks. 2

Kelarutan dalam Trichloro Ethylene % berat SNI 06-2438-1991 Min. 99

Penurunan Berat (dengan TFOT) % berat SNI 06-2440-1991 Maks. 1,0

Perbedaan Penetrasi setelah TFOT % SNI 06-2456-1991 Maks. 40

Perbedaan Titik Lembek setelah

TFOT

% SNI 06-2434-1991 Maks. 6,5

Elastic Recovery pada 25oC % Min. 30

Tabel 5. Spesifikasi Aspal Polymer yang Dipersyaratkan Ditjen Bina Marga

2.7.5.3 Spesifikasi Aspal Dimodifikasi Dengan Aspal Alam

Jenis Pengujian Unit Test Method Spec

Penetrasi, 25oC, 100gr, 5 detik mm SNI 06-2456-1991 40-55

Titik Lembek oC SNI 06-2434-1991 Min. 55

Titik Nyala oC SNI 06-2433-1991 Min. 225

Daktilitas, 25oC cm SNI 06-2432-1991 Min. 50

Berat Jenis SNI 06-2441-1991 Min. 1,0

Kelarutan dalam Trichloro Ethylene % berat SNI 06-2438-1991 Min. 90

Penurunan Berat (dengan TFOT) % berat SNI 06-2440-1991 Maks. 2,0

Penetrasi setelah kehilangan berat % SNI 06-2456-1991 Min. 55

Daktilitas setelah TFOT % SNI 06-2432-1991 Min. 50

Mineral Lolos Saringan No. 100 % SNI 03-1968-1990 Min. 90

Tabel 6. Spesifikasi Aspal Dimodifikasi Dengan Aspal Alam yang Dipersyaratkan Ditjen Bina

Marga

2.7.5.4 Spesifikasi Aspal Multigrade

Jenis Pengujian Unit Test Method Spec

Teknik Fisika ITB 24

Page 25: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

Penetrasi, 25oC, 100gr, 5 detik mm SNI 06-2456-1991 50-70

Titik Lembek oC SNI 06-2434-1991 Min. 55

Titik Nyala oC SNI 06-2433-1991 Min. 225

Daktilitas, 25oC cm SNI 06-2432-1991 Min. 100

Berat Jenis SNI 06-2441-1991 Min. 1,0

Kelarutan dalam Trichloro Ethylene % berat SNI 06-2438-1991 Min. 99

Penurunan Berat (dengan TFOT) % berat SNI 06-2440-1991 Maks. 0,8

Penetrasi setelah penurunan berat % SNI 06-2456-1991 Min. 60

Daktilitas setelah penurunan berat % SNI 06-2432-1991 Min. 5

Tabel 7. Spesifikasi Aspal Multigrade yang Dipersyaratkan Ditjen Bina Marga

2.7.6 Produksi dan Distribusi

Aspal Pertamina dipasarkan dalam kemasan drum maupun bulk (curah). Kilang aspal

Cilacap mempunyai fasilitas pengisian drum dan pengisian curah/bulk. Untuk lebih

mendekatkan produk serta meningkatkan pelayanan, maka Pertamina membangun pengisian

Aspal drum dan Aspal curah di Gresik dan Terminal Aspal Curah oleh swasta di hampir

seluruh wilayah Indonesia, kecuali wilayah Indonesia bagian timur (Maluku, Papua, dan

Papua Barat).

Aspal Pertamina diproduksi oleh RU-IV Cilacap sejak tahun 1976 (Proyek Kilang Minyak I)

dan ditingkatkan kapasitasnya pada tahun 1983 (Proyek Kilang Minyak II). Sejalan dengan

proyek peningkatan kapasitas (debottlenecking) pada tahun 1998/1999, maka kapasitas

produksi Aspal ditingkatkan dari 512000 ton/tahun menjadi 720000 ton/tahun. Namun

demikian produksi aspal pada tahun 2010 hanya mencapai 180000 ton/tahun karena

kerusakan kilang RU IV Cilacap pada Januari 2010. Saat ini supply aspal diperoleh sebagian

besar dari impor, sementara supply aspal dari RU IV Cilacap adalah sekitar 10-20 %.

Teknik Fisika ITB 25

Page 26: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

BAB III

FABRIKASI DRUM

3.1 Umum

Proses fabrikasi drum dilakukan di Drum Plant Asphalt. Raw material (bahan dasar)

pembuatan drum diperoleh dari PT. Krakatau Steel Cilegon. Raw material tersebut terbagi

menjadi 3 macam, yaitu body sheet, head and bottom sheet, dan lid sheet. Body sheet

merupakan raw material pembuatan body drum, head and bottom sheet merupakan raw

material pembuatan top cover dan bottom cover; dan lid sheet merupakan raw material

pembuatan tutup drum.

Ukuran masing-masing raw material dapat dilihat seperti pada tabel 8 sebagai berikut:

Raw Material: Ukuran:

Body Sheet 1580 mm x 882 mm x 0.63 mm

Head and Bottom Sheet 1900 mm x 900 mm x 0.63 mm

Lid Sheet 1125 mm x 565 mm x 0.63 mm

Tabel 8. Ukuran Dimensi Raw Material Ready Drum BPG

3.2 Proses Penerimaan dan Pengeluaran Material

Raw material – raw material ini diterima di Gudang sebelum diserahkan kepada bagian

Fabrikasi Drum sesuai kebutuhan. Adapun prosedur penerimaan material ke Gudang dan

Teknik Fisika ITB 26

Page 27: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

proses pengeluaran material dari Gudang dilakukan berdasarkan TKO B- 010/F10214/2012-

S0 Penerimaan dan Pengeluaran Material, yaitu sebagai berikut:

A. PENERIMAAN MATERIAL

1. Petugas Sekuriti menerima kedatangan pemasok material, memeriksa

dokumen pengantarnya, dan melaporkan kedatangan tersebut kepada

Administrasi, Penjualan dan Keuangan.

2. Administrasi, Penjualan, dan Keuangan memeriksa jenis dan jumlah material,

kelengkapan, dan kebenaran dokumen pendukungnya, serta membuat

dokumen penerimaan untuk ditandatangani oleh Pengawas Administrasi,

Penjualan, dan Keuangan.

3. Teknik memeriksa kesesuaian spesifikasi material. Bila hasil pemeriksaan:

a. Sesuai, maka dilanjutkan ke langkah 7.

b. Tidak sesuai, maka dilanjutkan ke langkah 4-6.

4. Teknik melaporkannya kepada OH BPG.

5. OH BPG memberikan disposisi tindak lanjut kepada Administrasi, Penjualan,

dan Keuangan.

6. Administrasi, Penjualan, dan Keuangan melaksanakan disposisi OH BPG.

7. Teknik menandatangani dokumen penerimaan dan meneruskannya kepada

OH BPG.

8. OH BPG menandatangani dokumen penerimaan.

9. Administrasi, Penjualan , dan Keuangan menyimpan material di gudang

dengan baik, dan dengan memperhatikan aspek K3LL, serta memutakhirkan

kartu stok.

B. PENGELUARAN MATERIAL

1. Fungsi Terkait / User mengisi formulir Permintaan Material dan

menyerahkannya ke Administrasi, Penjualan, dan Keuangan.

2. Administrasi, Penjualan, dan Keuangan memeriksa ketersediaan material,

jika hasil pemeriksaan:

a. Tidak tersedia, maka Administrasi, Penjualan, dan Keuangan memberi stempel PH

(Persediaan Habis) pada formulir Permintaan Material.

b. Tersedia, maka Administrasi, Penjualan, dan Keuangan menyerahkan material, dan

melanjutkannya ke langkah 3.

3. Administrasi, Penjualan, dan Keuangan mencatat pengeluaran pada kartu

Teknik Fisika ITB 27

Page 28: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

stock dan menerbitkan PNBP untuk material own use, misalnya BBM dan

pelumas.

4. Administrasi, Penjualan dan Keuangan melaporkan stok material kepada OH

BPG secara bulanan.

3.3 Proses Pembuatan Ready Drum

Pada proses pembuatan top cover dan bottom cover digunakan raw material berupa head

and bottom sheet. Raw material ini kemudian diproses dengna menggunakan 150 Tons

Press Machine, sehingga diperoleh top cover dan bottom cover. Untuk top cover kemudian

diproses lebih lanjut dengan melubanginya menggunakan 60 Tons Press Machine, di mana

lubang ini untuk tempat masuk filling aspal.

Pada proses pembuatan lid drum (tutup drum) digunakan lid sheet. Lid sheet ini kemudian

diproses menggunakan 60 Tons Press Machine, sehingga diperoleh lid drum. Lid drum ini

berfungsi sebagai tutup drum.

Pada proses pembuatan body drum digunakan raw material berupa body sheet. Body sheet

ini kemudian diproses menggunakan Rolling Machine untuk membuatnya menjadi

melengkung. Kemudian diproses lebih lanjut menggunakan Seam Welding Machine untuk

menyambungkan kedua ujung sheet sehingga menjadi berbentuk tabung. Kemudian diproses

lebih lanjut menggunakan Flanging Machine untuk membuat lekukan di kedua ujungnya.

Kemudian diproses lebih lanjut menggunakan Corrugating Machine untuk membuat alur-

alur pada dinding drum, sehingga diperoleh body drum.

Top cover dan bottom cover yang sudah jadi kemudian disambungkan ke body drum dengan

menggunakan Double Seaming Machine. Setelah tersambung, drum ini kemudian dites

bocor-tidaknya menggunakan Leakage Tester Machine. Setelah itu, kemudian drum

dimasukkan ke Painting Machine untuk dicat warna hitam polos. Setelah itu, drum

dikeringkan dengan menggunakan Drying Machine. Drum yang sudah kering kemudian

dipasang lid drum, sehingga diperolehlah ready drum. Ready drum ini memiliki diameter

500 mm dengan tinggi 870 mm yang memiliki daya tampung 160 L. Ready drum – ready

drum yang telah diproduksi kemudian ditampung di dalam Drum Plant Asphalt. Ready drum

– ready drum kemudian akan diserahkan ke bagian Penyaluran sesuai kebutuhan untuk

Teknik Fisika ITB 28

Page 29: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

keperluan pendistribusian aspal dalam kemasan drum.

Alur proses pembuatan ready drum tersebut dapat dilihat seperti pada gambar 4 sebagai

berikut:

Teknik Fisika ITB 29

Page 30: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

Gambar 3. Proses Pembuatan Ready Drum di BPG

Prosedur pembuatan ready drum dilakukan berdasarkan TKO B-006/F10214/2012-S0

Pembuatan Ready Drum, yaitu sebagai berikut:

1. Senior Supervisor Operation menyusun Rencana Kerja Tahunan dan Bulanan

berdasarkan kontrak perjanjian tailor made produksi drum.

2. OH BPG mengkaji dan mengesahkan Rencana Kerja Tahunan dan Bulanan.

3. Fabrikasi Drum melaksanakan produksi berdasarkan Program Produksi Bulanan,

dimulai dengan mengajukan Bon Permintaan Material kepada Gudang/Administrasi,

Penjualan dan Keuangan sesuai TKO B-001/F10214/2012-S0 Penerimaan dan

Penimbunan Aspal.

4. Administrasi, Penjualan dan Keuangan menyerahkan bahan baku dan bahan pembantu

sesuai permintaan.

5. Fabrikasi Drum menerima dan menggunakan bahan baku dan bahan pembantu untuk

produksi drum.

6. Fabrikasi Drum melaksanakan produksi ready drum dan mencatat hasil produksinya

dalam Formulir Laporan Hasil Produksi Ready Drum.

7. Fabrikasi Drum menyerahkan hasil produksi ready drum kepada Penyaluran sesuai

Formulir Bon Permintaan Ready Drum.

8. Fabrikasi Drum melaporkan hasil produksi dan penyerahan ready drum kepada Senior

Supervisor Operation dengan tembusan kepada Administrasi, Penjualan dan Keuangan.

9. Administrasi, Penjualan dan Keuangan merekap dan melaporkan Hasil Produksi Ready

Drum dan Penyerahan Ready Drum kepada OH BPG.

10. OH BPG mengkaji dan mengesahkan laporan-laporan produksi.

Teknik Fisika ITB 30

Page 31: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

BAB IV

PENERIMAAN DAN PENIMBUNAN

4.1 Umum

Saat ini PT. Pertamina (Persero) Bitumen Plant Gresik (BPG( memperoleh supply aspal

sebagian besar dari impor, dan sekitar 10-20 % dari RU IV Cilacap. Aspal disupply ke BPG

melalui kapal tanker (jetty) yang dilabuhkan di dermaga BPG. Kapal tanker supplier aspal

memiliki fasilitas heating system dan pump station di dalamnya. BPG menerima aspal dari

supplier dan menimbunnya di storage tank. Proses penerimaan dan penimbunan aspal

dilakukan berdasarkan TKO B-001/F10214/2012-S0 Penerimaan dan Penimbunan Aspal dan

TKI C-001/F10214/2012-S0 Pelaksanaan Penerimaan dan Penimbunan Aspal.

4.2 Fasilitas-Fasilitas Untuk Proses Penerimaan dan Penimbunan Aspal

4.2.1 Dermaga

Dermaga merupakan tempat berlabuhnya kapal tanker (jetty) dari pihak supplier aspal.

Terdapat 1 buah dermaga di BPG. Di dermaga dilengkapi dengan marine loading arm untuk

inlet masuk supply aspal dari kapal tanker (jetty). Di dermaga juga dilengkapi dengan

flexible hose yang berfungsi seperti marine loading arm. Jika marine loading arm sedang

tidak dapat beroperasi, maka digunakan flexible hose.

Instruksi kerja pengoperasian flexible hose dilakukan berdasarkan TKPA Pengoperasian

Flexible Hose, yaitu sebagai berikut:

A. Memasang Flexible Hose:

1. Arahkan satu sisi manifold Flexible Hose ke manifold pipa penerimaan darat,

pasang packing dan sambung manifold Flexible Hose dengan manifold pipa

penerimaan darat dengan menggunakan mur baut dan kunci rapat.

2. Arahkan satu sisi lain manifold Flexible Hose ke manifold tanker dengan

menggunakan crane milik tanker, pasang packing dan sambung manifold

Flexible Hose dengan manifold tanker dengan menggunakan mur baut dan

kunci rapat.

Teknik Fisika ITB 31

Page 32: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

B. Melepas Flexible Hose:

1. Lepas mur, baut, dan packing penyambung manifold Flexible Hose dari

manifold tanker.

2. Lepas mur, baut, dan packing penyambung manifold Flexible Hose dengan

pipa darat.

3. Posisikan satu sisi Flexible Hose lebih tinggi agar sisa aspal bisa turun dan

bersih.

4.2.2 Pump Station

Pompa-pompa di pump station BPG ialah seperti ditunjukkan pada gambar 4 sebagai

berikut:

Gambar 4. Pump Station di BPG

Pump Station merupakan tempat lokasi pompa-pompa di BPG. Pompa digunakan untuk

mengalirkan aspal dari storage tank untuk proses pengisian (filling) aspal, baik pengisian

aspal curah (bulk) ke dalam tangki pada mobil tangki maupun pengisian aspal ke dalam

kemasan drum. Saat ini terdapat 5 buah pompa di BPG (31P1A, 31P1B, 31P1C, 32P1A,

32P1B) yang masing-masing dioperasikan secara bergiliran setiap hari. Start-up pompa

dilakukan setiap pagi jam 07.00 WIB.

Teknik Fisika ITB 32

Page 33: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

Sebelum dilakukan start-up pompa, dipastikan terlebih dulu bahwa aspal dari storage tank

telah mengalir ke jalur pipa inlet dan outlet pompa. Untuk mengetahui apakah aspal dari

storage tank sudah sampai ke pompa atau belum, digunakan checkpoint sebagai indikator,

yaitu sebuah pipa eksternal yang dibypass ke saluran inlet pompa. Melalui checkpoint ini

akan dapat terlihat apakah aspal sudah sampai inlet pompa atau belum, jika sudah sampai

maka dari checkpoint ini akan keluar aspal, di mana aspal keluarannya ditampung di sebuah

drum penampung. Jika aspal sudah sampai ke inlet pompa, maka valve checkpoint ditutup,

kemudian dilaksanakan start-up pompa.

Instruksi kerja untuk pengoperasian pompa aspal dilaksanakan berdasarkan TKPA D-

002/F10214/2012-S0 Pengoperasian Pompa Aspal, yaitu sebagai berikut:

1. Kondisi normal:

A. Persiapan

1. Buka kerangan outlet dan inlet di tangki timbun.

2. Buka kerangan outlet dan inlet di pompa aspal.

3. Buka kerangan sirkulasi.

4. Periksa dan tambahkan pelumas di Gear Box bila pelumas berada

pada garis minimum.

5. Jalankan kompresor untuk menggerakkan Pressure Control Valve

pada pompa.

B. Pengoperasian

1. Setting Pressure Indicator Control pada kondisi normal.

2. Tekan tombol on pada Pressure Indicator Control.

3. Tekan tombol on pada kotak panel untuk start mengoperasikan pompa

aspal.

4. Perhatikan amperemeter dan tekanan pada pompa aspal.

5. Setting Pressure Indicator Control pada kondisi yang diinginkan.

Teknik Fisika ITB 33

Page 34: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

C. Mematikan

1. Tekan tombol off pada kotak panel untuk mematikan pompa produk.

2. Tutup kerangan outlet pada tangki timbun.

3. Tutup kerangan outlet pada pompa produk.

4. Tekan tombol off pada Pressure Indicator Control.

5. Matikan kompresor puma.

6. Flushing pompa produk dan jalur pipa inlet ke tangki timbun dengan

udara tekan.

7. Tutup semua kerangan pipa inlet dan kerangan sirkulasi.

2. Kondisi Darurat:

Bila terjadi trouble, segera matikan aliran listrik, dan pastikan tidak ada pencemaran.

4.2.3 Heating System

Aspal bersifat adhesive dan membeku pada suhu ruang. Agar dapat disalurkan, maka suhu

aspal dijaga di atas 125oC menggunakan electric heater. Heating system dipasang di setiap

storage tank dan jalur pipa yang akan dialiri aspal, baik jalur jetty-storage tank maupun jalur

dari storage tank ke pengisian aspal curah dan pengisian aspal dalam kemasan drum.

Instruksi kerja heating system dilakukan berdasarkan TKPA D-001/F10214/2012-S0

Pengoperasian Heating System, yaitu sebagai berikut:

A. Pengoperasian Heating System:

1. Putar handle main isolator pada posisi on di sub station II.

2. Putar handle main isolator pada posisi on di control room.

3. Putar handle main isolator pada posisi on di zone yang akan dioperasikan.

B. Mematikan Heating System

1. Putar handle main isolator pada posisi off di zone yang telah dioperasikan.

2. Putar handle main isolator pada posisi off di control room.

3. Putar handle main isolator pada posisi off di sub station II.

Teknik Fisika ITB 34

Page 35: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

4.2.4 Flushing System

Flushing dilakukan untuk membersihkan jalur pipa dari aspal-aspal sisa proses. Flushing

ialah pengaliran udara tekan bertekanan 7-10 kg/cm2 dengan menggunakan instrument air

compressor.

4.2.4.1 Flushing Jalur Discharge (Jetty-Storage Tank)

Flushing jalur discharge dilakukan 2 kali, yaitu sebelum dan sesudah proses discharge,

masing-masing selama 1 jam. Udara tekan jalur ini diperoleh dari Sub Station.

4.2.4.2 Flushing Jalur Inlet-Outlet Pompa

Jalur flushing salah satu pompa di pump station BPG ialah seperti ditunjukkan pada gambar

5 sebagai berikut:

Gambar 5. Salah Satu Jalur Flushing Untuk Pompa di Pump Station BPG

Flushing jalur inlet-outlet pompa dilakukan 1 kali, yaitu setelah pompa dimatikan. Udara

tekan untuk flushing jalur ini diperoleh dari instrument air compresor yang letaknya berada

di dekat pump station. Flushing ini dilakukan untuk membersihkan pompa agar lebih awet.

Teknik Fisika ITB 35

Page 36: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

4.2.5 Storage Tank

Saat ini PT. Pertamina (Persero) Bitumen Plant Gresik memiliki 7 buah storage tank, di

antaranya ialah 5 buah receiving tank (31T1, 31T2, 31T3, 31T4, 31T5) dan 2 buah blending

tank (32T1 dan 32T2). Aspal yang disupply dari kapal tanker (jetty) akan ditimbun di

receiving tank. Blending tank digunakan untuk tempat mencampur aspal penetrasi 60/70

dengan zat aditif tertentu sehingga diperoleh aspal super yang memiliki kwalitas lebih baik

namun juga lebih mahal. Setiap storage tank dilengkapi dengan electric heater.

4.3 Proses Penerimaan dan Penimbunan Aspal

Prosedur penerimaan dan penimbunan aspal dilakukan berdasarkan TKO B-

001/F10214/2012-S0 Penerimaan dan Penimbunan Aspal, yaitu sebagai berikut:

1. PP menerima informasi nominasi kedatangan kapal, memeriksa dan menyiapkan

volume ruang kosong (ulleage) dalam tangki timbun.

2. PP memeriksa dokumen kargo dan jumlah kargo dengan cara sounding di setiap

kompartemen kapal, apabila hasil pemeriksaan:

a. Sesuai, maka PP bersama Chief Officer menandatangani SFBD (Ship Figure

Before Discharge).

b. Tidak sesuai, maka PP membuat Letter of Protest yang ditujukan kepada

Kapten Kapal.

3. PP mengambil sampel aspal di kompartemen kapal tanker, memberi label sampel, dan

menyerahkan ke laboratorium untuk pemeriksaan mutu.

4. Laboratorium melakukan pemeriksaan sampel dan memberitahukan hasil

pemeriksaannya kepada PP, jika hasil pemeriksaan:

a. Sesuai, maka PP melakukan pembongkaran sesuai TKI dan prosedur dalam

TKO ini.

b. Tidak sesuai, maka PP melapor kepada Pengawas Utama Operasi untuk

penanganan lebih lanjut dengan mengacu kepada TKO B-005/F10214/2012-

S0 Pengendalian Ketidaksesuaian Produk Aspal.

5. PP menyiapkan jalur penerimaan dan melaksanakakn penerimaan sesuai dengan TKI

Penerimaan dan Penimbunan Aspal.

6. Selama pembongkaran, PP memastikan tidak ada kebocoran PP dan produk sampai

Teknik Fisika ITB 36

Page 37: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

kepada tangki timbun yang sudah ditentukan sampai menerima informasi dari kapal

bahwa pemompaan sudah selesai.

7. Setelah pembongkaran, PP (Petugas darat) memeriksa semua kompartemen untuk

memastikan bahwa semua aspal telah dipompa habis.

8. PP menandatangani Dry Certificate sambil menunggu waktu settling.

9. Setelah settling, PP mengukur dan menghitung jumlah penerimaan sementara

menggunakan density sebelum pembongkaran, apabila terjadi ketidaksesuaian

jumlah maka dibuat Letter of Protest yang ditujukan kepada Kapten Kapal.

10. PP mengirim sampel ke laboratorium dan melakukan perhitungan ulang volume penerimaan

menggunakan density baru dari hasil pemeriksaan laboratorium.

11. PP melakukan entry data ke My SAP dan membuat laporan ke pihak-pihak terkait.

Instruksi kerja pelaksanaan penerimaan dan penimbunan aspal dilakukan berdasarkan TKI

C-001/F10214/2012-S0 Pelaksanaan Penerimaan dan Penimbunan Aspal, yaitu sebagai

berikut:

A. Di lapangan:

I. Sebelum Pembongkaran

1. Yakinkan ada ruang kosong (Ulleage) di tangki timbun.

2. Operasikan heating system jalur pipa discharge untuk penerimaan aspal dari loading

arm sampai tangki timbun yang telah ditentukan.

3. Siapkan jalur pipa discharge dari loading arm sampai tangki timbun dan melaksanakan

flushing pipa dengan udara tekan.

4. Arahkan manipol kapal supaya lurus dengan loading arm sehingga memudahkan

waktu pemasangan dan pelepasan loading arm.

5. Minta Asisten PP untuk memeriksa cargo document dan Chief Officer menandatangani

Discharging Order, Shift Movement, Discharging Report, dan Discharging Plan.

6. Lakukan sounding compartment untuk mengetahui jumlah cargo tanker.

7. Ambil sampel pada tiap compartment tanker untuk dikirim ke Laboratorium.

8. Hitung muatan tanker, Ast. PP dan Chief Officer menandatangani SFBD (Ship Figure

Before Discharge), tetapi bila ada ketidaksesuaian, dilakukan sounding dan perhitungan ulang

sampai terjadi kesesuaian.

9. Bila terjadi ketidaksesuaian, maka buatkan letter of protest yang ditujukan kepada Kapten

Teknik Fisika ITB 37

Page 38: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

Kapal.

II. Selama Pembongkaran

1. Periksa jalur pipa, bila terjadi kebocoran, segera perbaiki dan laporkan kepada atasan.

2. Periksa apakah produk sudah mengalir sampai ke tangki timbun yang sudah ditentukan.

3. Jangan meninggalkan tempat selama proses pembongkaran berlangsung.

4. Bila ditemukan / terjadi ketidaksesuaian, laporkan kepada pimpinan.

III. Setelah Pembongkaran

1. Terima pemberitahuan dari kapal tentang selesainya pemompaan.

2. Tutup kerangan di loading arm dan Ast. PP melaksanakan inspeksi ke compartment

untuk melihat bahwa semua cargo telah dipompa habis, selanjutnya Ast. PP menandatangani Dry

Certificate.

3. Lepas loading arm.

4. Setelah settling time, ukur dan hitung data jumlah penerimaan sementara karena pada

perhitungan ini temperatur mengacu pada temperatur tangki untuk density memakai hasil dari

Laboratorium sebelum kapal bongkar, bila terjadi ketidaksesuaian jumlah penerimaan

diadakan pengukuran dan perhitungan ulang, apabila masih terjadi ketidaksesuaian maka

dibuatkan letter of protest yang ditujukan ke pihak Kapal (Kapten Kapal).

5. Ambil sampel untuk diperiksa di Laboratorium, apabila pemeriksaan telah selesai maka

petugas penimbunan menghitung ulang jumlah penerimaannya dengan menggunakan density

yang baru.

6. Lapor kepada Ast. PP untuk dapat memasukkan data-data penerimaan ke dalam program

My SAP.

B. Penyelesaian Administrasi

Sebelum sesi My SAP R/3:

1. Hitung / kalkulasi jumlah aspal yang diterima di tangki timbun dan

membandingkan dengan BL, After Loading, Before Discharge, dan Actual

Receipt.

2. Membuat laporan penerimaan produk ke:

Teknik Fisika ITB 38

Page 39: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

- Fungsi Finance M&T Offsite Support Reg. V

- Fungsi Marine Reg. III

4.4 Proses Pengukuran Level Aspal di Tangki Timbun

PT. Pertamina (Persero) Bitumen Plant Gresik memiliki instrumen level indicator dengan

teknologi ATG (Automatic Tank Gauge). Selain itu juga dilakukan pengukuran level secara

manual. Namun level indicator menggunakan ATG ini sudah tidak dapat beroperasi lagi,

sehingga saat ini monitoring pengukuran level bergantung sepenuhnya pada pengukuran

level secara manual. ATG menggunakan pelampung sebagai sensor level, spring motor

sebagai tenaga penggerak (driving force), dan indikator level berupa pita berskala ukur. ATG

merupakan dipping yang otomatis. Oleh karena prinsip kerjanya yang bersifat mekanis dan

langsung kontak dengan fluida proses, maka ATG sangat rentan rusak. Namun di sejumlah

industri di dunia masih ditemui penggunaan ATG untuk pengukuran level oleh karena

harganya yang relatif sangat murah.

Instruksi kerja pengukuran level tangki secara manual dilaksanakan berdasarkan TKI C-

003/F10214/2012-S0 Pengukuran Aspal di Tangki Timbun, yaitu sebagai berikut:

A. Di Lapangan

Gunakan peralatan safety yang telah titentukan.

1. Periksa kelengkapan alat-alat ukur sebelum naik tangki timbun, antara lain

Dip Tape, masker, buku, tank ticket, grease, dan lap majun.

2. Periksa kerangan-kerangan dan pastikan dalam posisi tertutup dengan baik

dan rapat.

3. Pada waktu naik tangga, posisi salah satu tangan harus berpegangan pada

hand rail tangki timbun untuk menghindari listrik statis dan menimbulkan

rasa aman.

4. Tentukan arah angin sebelum membuka lubang ukur / reference point.

5. Oleskan grease pada bandul ukur dip tape.

6. Letakkan pita dip tape pada bibir lubang ukur, turunkan perlahan, dan tarik

dengan mantap, pita harus tetap bersinggungan dengan bibir lubang.

7. Apabila hasil pengukuran sudah benar, catat pada formulir tank ticket.

(Catat tinggi cairan, tinggi ruang kosong, density & temperatur pada tank ticket).

8. Laporkan data-data tersebut kepada pengawas.

Teknik Fisika ITB 39

Page 40: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

B. Penyelesaian Administrasi

Sebelum sesi My SAP:

1. Hitung / kalkulasi jumlah minyak yang ada di tangki timbun.

2. Periksa / teliti data angka tank ticket dan menandatangani dokumen-dokumen

terkait.

4.5 Proses Pengukuran Volume Aspal di Tangki Timbun

Pengukuran volume aspal dilakukan dengan menggunakan tabel volume tangki, di mana

untuk setiap tangki memiliki tabel volume tangkinya masing-masing. Untuk memahami

proses pengukuran volume aspal di dalam tangki timbun, di laporan ini ditunjukkan salah

satu tabel volume tangki, yaitu tabel volume tangki untuk tangki 32T1 sebagai berikut:

Tabel Volume Tangki (No.: 2444/13/MET/IX/98)

No. Tangki : 32-T-1

Jenis Atap : Tetap

Diameter : 10653 mm

Volume Bersih : 785153 liter

Pemilik : PERTAMINA UPPDN V PABRIK ASPAL GRESIK

Lokasi : Gresik

Teknik Fisika ITB 40

A

B

C

D

E

Page 41: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

Gambar 6. Gambar Tangki Timbun

Elevasi: Tinggi lubang ukur A = 9490 mm

Tinggi tangki B = 9138 mm

Tinggi maks. Vol. bersih C = 8840 mm

Tinggi meja ukur D = + 50 mm

Tinggi dasar tangki E = 0 mm

Ditera Ulang: Tanggal : 13 September 1998

Oleh : 1. Tony Endro Soewastono

2. M. Fauzi

3. Sunaryo

4. Djoko Wijono

Catatan:

1. Tabel volume tangki ini dibuat untuk suhu 125 oC

massa jenis cairan pada 15 oC = 1.010 g/ml

2. Selain suhu 125 oC, penunjukan tabel volume tangki harus dikalikan faktor

{ 1 + a ( t – 125 oC ) }

t = suhu tangki

a = koefisien muai ruang bahan dinding tangki per oC

3. Tabel volume tangki ini berlaku 6 (enam) tahun.

4. Tangki ukur ini agar ditera ulang bulan September 2004.

5. Penyerahan / penerimaan isi tangki diizinkan minimum sampai perubahan tinggi

cairan 2 meter.

[Disahkah Berdasarkan Undang Undang RI Nomor 2 Tahun 1981 Tentang Metrologi Legal

Dengan Membubuhkan Tanda Tera Sah Pada Lemping Volume Normal.]

Surabaya, 15 September 1998

Contoh Pemakaian Tabel Volume Tangki (Nomor: 2444/13/MET/IX/98)

Teknik Fisika ITB 41

Page 42: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

Umpama menghitung volume tangki No. 32-T-1 dalam transaksi penyerahan suhu dinding

tangki selama penyerahan rata-rata 126 oC.

Tinggi cairan dari meja ukur menurut alat ukur tinggi

(dip tape) sebelum cairan diserahkan (d1) = 7126 mm

Maka tinggi cairan dari dasar tangki (d1 + meja ukur 50 mm) = 7176 mm

Volume cairan pada suhu 125 oC dibaca pada tabel volume tangki = 636762.2 liter

{636227 liter + 6/10 x (637119 – 636227)} --> Halaman 6 (dari tabel volume tangki)

Tinggi cairan dari meja ukur menurut alat ukur tinggi

(dip tape) setelah cairan diserahkan (d2) = 4512 mm

Maka tinggi cairan dari dasar tangki (d2 + meja ukur 50 mm) = 4562 mm

Volume cairan pada suhu 125 oC dibaca pada tabel volume tangki = 403829 liter

{403651 liter + 2/10 x (404541 – 403651)} --> Halaman 5 (dari tabel volume tangki)

Volume yang diserahkan pada suhu 125 oC:

636762.2 liter – 403829 liter = 232933.2 liter

Faktor koreksi volume tangki akibat perubahan suhu

dari 125 oC menjadi 126 oC adalah:

1 + 0.0000348 (126 – 125) = 1.0000348

Jadi, volume cairan yang diserahkan pada suhu 126 oC:

1.0000348 x 232933.2 = 232941.31 liter

4.6 Proses Pengujian Kwalitas Aspal

Terdapat beberapa pengujian standar yang digunakan untuk merepresentasikan spesifikasi

aspal, di antaranya ialah pemeriksaan specific gravity aspal, penetrasi aspal, ductility aspal,

softening point aspal, flash point aspal, dan loss on heating. Di antara uji-uji tersebut

terdapat 3 pengujian utama yang dapat merepresentasikan spesifikasi aspal, yaitu uji

penetrasi, uji titik lembek (softening point), dan uji daktilitas (ductility).

Teknik Fisika ITB 42

Page 43: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

4.6.1 Pengambilan Contoh Aspal Dari Tangki dan Kapal

Untuk memperoleh hasil pemeriksaan dan memastikan mutu aspal dari suatu persediaan

produk serta mengetahui berat jenisnya, diperlukan pengambilan contoh aspal yang terdiri

dari:

Contoh Atas (Upper Sample)

Contoh Tengah (Middle Sample)

Contoh Bawah (Lower Sample)

Contoh Kesatuan (Average Sample)

Untuk penerimaan aspal dari kapal diperlukan pengambilan contoh yang terdiri dari:

Contoh Compartment (Tangki Kapal)

Contoh Composite (diambil dari tiap-tiap compartment)

Untuk memperoleh contoh yang representatif, pengambilan contoh hendaknya:

Harus dilakukan oleh petugas yang telah benar-benar paham mengenai prosedur

sampling.

Dilaksanakan dengan cara yang benar.

Contoh hendaknya betul-betul mewakili seluruh produk yang ada di tangki.

Mempergunakan peralatan-peralatan yang sesuai standar, bersih, dan khusus untuk tiap-

tiap contoh.

Hasil pengambilan contoh harus dikemas dengan baik, rapat, dan aman.

Jika contoh yang akan diambil mempunyai temperatur yang tinggi, pakailah sarung

tangan serta sarana yang aman.

Peralatan pengambilan contoh:

Sampling Can dari tembaga.

Ember / gelas dari besi untuk tadahan.

Rantai.

Kaleng contoh tutup lebar, kapasitas isi 1 liter.

Kaleng contoh tutup lebar, kapasitas isi 5 liter.

Sarung tangan kulit.

Lampu senter.

Teknik Fisika ITB 43

Page 44: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

Lap / majun bersih.

Kotak dari besi untuk membawa / mengangkut peralatan sampling.

Prosedur pengambilan contoh:

1. Klasifikasi contoh aspal dari tangki

a. Upper Sample

Masukkan sampling can tertutup ke dalam tangki. Setelah sampling can berada pada

posisi titik tengah dari 1/3 bagian atas tangki yang terisi aspal, buka tutup

sampling can agar terisi sampai penuh, kemudian tarik ke atas.

b. Middle Sample

Masukkan sampling can tertutup ke dalam tangki. Setelah sampling can berada pada

posisi titik tengah tangki yang terisi aspal, buka tutup sampling can agar terisi

sampai penuh, kemudian tarik ke atas.

c. Lower Sample

Masukkan sampling can tertutup ke dalam tangki. Setelah sampling can berada pada

posisi titik tengah dari 1/3 bagian bawah tangki yang terisi aspal, buka tutup

sampling can agar terisi sampai penuh, kemudian tarik ke atas.

d. Average Sample

Ambil dari masing-masing sample (upper sample, middle sample, dan lower sample)

sebanyak 20% volume, kumpulkan menjadi satu dan aduk agar merata sebagai

average sample.

2. Pengambilan contoh aspal di kapal

Seperti diketahui bahwa kapal tanker terdiri dari beberapa compartment / tangki kapal dan

tiap-tiap compartment diambil sample aspal dengan cara sebagai berikut:

Masukkan sampling can tertutup ke dalam compartment. Setelah sampling can berada pada

posisi titik tengah dari isi aspal yang ada dalam compartment tersebut (middle), buka

tutup sampling can supaya sampling can terisi aspal sampai penuh (isi sampling can

sekitar 1 liter), kemudian tarik sampling can ke atas.

Dari sample aspal untuk tiap compartment, masing-masing diambil 20% volume sample,

kemudian dikumpulkan menjadi satu contoh yang disebut 'composite sample'. Sementara

Teknik Fisika ITB 44

Page 45: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

sisanya, yaitu 80% volume disebut 'compartment sample'.

4.6.2 Pemeriksaan Penetrasi Aspal

Penetrasi adalah ukuran bilangan atau angka yang menunjukkan keras-lunaknya suatu bahan

plastis (bahan dalam bentuk semi solid, seperti aspal dan gemuk pelumas). Angka penetrasi

rendah akan menunjukkan sifat yang mudah mengalir dan sifat kohesi yang baik. Oleh

karena itu pada pemakaian aspal sebagai bahan perekat dibutuhkan pentrasi yang lebih tingi

daripada pemakaian aspal sebagai bahan pengisi, atau dengan kata lain untuk mendapatkan

suatu konstruksi pengaspalan yang baik maka jika di dalam konstruksi tersebut aspal banyak

berfungsi sebagai bahan perekat haruslah digunakan aspal dengan penetrasi tinggi.

Sebaliknya jika aspalnya banyak berfungsi sebagai bahan pengisi, dibutuhkan aspal dengan

penetrasi yang rendah.

Langkah-langkah uji penetrasi ialah seperti ditunjukkan oleh gambar 7 sebagai berikut:

Gambar 7. Langkah-Langkah Percobaan Untuk Uji Penetrasi Aspal

4.6.3 Pemeriksaan Softening Point Aspal

Karena susunan aspal terdiri dari bermacam-macam campuran / persenyawaan, maka aspal

tidak mempunyai satu titik leleh tertentu. Untuk produk yang demikian hanyalah dapat

ditentukan titik lembeknya. Penentuan titik lembek aspal diperlukan untuk menetapkan

kegunaan aspal pada iklim tertentu, bersama dengan angka penetrasi, dapat dipakai untuk

menetapkan hubungan aspal terhadap perubahan suhu.

Langkah-langkah uji titik lembek (softening point) ialah seperti ditunjukkan oleh gambar 8

sebagai berikut:

Teknik Fisika ITB 45

biarkan½ jam suhu ruang

Page 46: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

Gambar 8. Langkah-Langkah Percobaan Untuk Uji Titik Lembek (Softening Point) Aspal

4.6.4 Pemeriksaan Ductility Aspal

Daktilitas aspal ditentukan untuk mengetahui apakah aspal tersebut homogen, dan tidak

mengandung butiran. Daktilitas berhubungan dengan sifat kohesi aspal. Makin tinggi

daktilitasnya, maka makin baik sifat kohesinya. Bila aspal terutama berfungsi sebagai bahan

pengisi, maka daktilitasnya harus tinggi.

Langkah-langkah uji daktilitas (ductility) ialah seperti ditunjukkan oleh gambar 9 sebagai

berikut:

Gambar 9. Langkah-Langkah Percobaan Untuk Uji Daktilitas (Ductility) Aspal

BAB V

PENYALURAN

5.1 Umum

Bagian Penyaluran bertugas menyalurkan aspal kepada konsumen baik aspal dalam bentuk

curah (bulk) maupun aspal dalam kemasan drum.

5.2 Proses Pengisian Aspal Curah

Prosedur pengisian aspal curah dilakukan berdasarkan TKO B-002/F10214/2012-S0

Teknik Fisika ITB 46

biarkan½ jam suhu ruang

biarkan½ jam suhu 0oC

biarkan½ jam suhu ruang

Page 47: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

Pengisian Aspal Curah, yaitu sebagai berikut:

1. PP membuat laporan stok harian aspal curah dan ketahanan stok setiap hari secara

manual maupun dengan My SAP.

2. Penyaluran menerima SO (Sales Order) dari Penjualan UPms V lalu mengecek SO

tersebut dapat diproses atau tidak dan memeriksa ketersediaan stok.

3. Sebelum pengisian, Sekuriti membuat Surat Ijin Masuk dan mencatatnya dalam Buku Log

Harian Sekuriti untuk setiap mobil tangki kosong yang datang.

4. Gate Keeper memeriksa kembali mobil tangki dan surat ijin masuknya serta

melaksanakan penimbangan untuk mengetahui berat kosong mobil tangki.

5. Penyaluran mencatat berat kosong mobil tangki dalam Surat Jalan.

6. Penyaluran melaksanakan pengisian mobil tangki sesuai dengan Sales Order.

7. Sesudah pengisian, Penyaluran melaksanakan penimbangan mobil tangki dan

menghitung jumlah netto aspal yang diserahkan.

8. Penyaluran mengisi dan menandatangani Surat Jalan.

9. Gate Keeper memeriksa mobil tangki dan surat jalan serta menyegel Manhole.

10. Penyaluran membuat surat pengantar pengiriman via My SAP.

11. Sekuriti memeriksa kelengkapan dokumen mobil tangki yang keluar.

12. Penyaluran membuat laporan harian pengisian aspal curah kepada Senior Supervisor

Operation.

Lokasi weighing facility berada di gate keeper seperti ditunjukkan pada gambar 10 sebagai

berikut:

Teknik Fisika ITB 47

Page 48: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

Gambar 10. Gate Keeper BPG

5.3 Proses Pengisian Aspal Dalam Kemasan Drum

Prosedur pengisian aspal dalam kemasan drum dilakukan berdasarkan TKO B-

003/F10214/2012-S0 Pengisian Aspal Drum, yaitu sebagai berikut:

1. PP membuat laporan stok harian aspal curah dan ketahanan stok setiap hari secara

manual maupun dengan My SAP.

2. Pengawas Utama Operasi menyusun Program Produksi BPG berdasarkan program

yang sudah disetujui oleh Kantor Pusat.

3. Penyaluran menerima dan melaksanakan Program Produksi BPG, dimulai dengan

menyerahkan Formulir Bon Permintaan Ready Drum kepada Fabrikasi Drum.

4. Fabrikasi Drum menyerahkan drum sesuai permintaan.

5. Penyaluran menerima dan mengisi drum, mencantumkan nomor batch, menentukan

lokasi penyimpanan di stock yard, mencatat dan melaporkkan hasil produksi harian

kepada Pengawas Utama Operasi.

6. PP dan Penyaluran menyusun laporan harian, 10 harian (FD 235) dan laporan

bulanan.

BAB VI

SARAN OPTIMASI UNTUK BPG

6.1 Optimasi Pengukuran Level Tangki Timbun (Storage Tank)

6.1.1 Prinsip Kerja Radar Tank Gauge (RTG)

Terdapat 2 tipe pengukuran menggunakan radar, yaitu sistem invasive / contact dan sistem

non-invasive / non-contact. Metode pengukuran radar secara invasive / contact disebut juga

dengan metoda GWR (Guided Wave Radar), di mana digunakan sebuah pemandu

gelombang berupa batang (rod) dengan spesifikasi design tertentu (bermacam-macam

Teknik Fisika ITB 48

Page 49: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

jenisnya) untuk memandu gelombang radar hingga sampai ke permukaan level fluida proses.

Namun metode ini tidak dipilih karena fluida proses aspal bersifat sangat panas dan

adhesive, sehingga tidak dibahas lebih lanjut pada laporan ini. Sistem pengukuran dengan

radar secara non-invasive / non-contact menggunakan sebuah perangkat antenna untuk

memancarkan dan menerima gelombang pantul secara kontinu secara non-invasive / non-

contact. Sistem ini lebih disarankan karena tidak kontak langsung dengna fluida proses dan

telah teruji di beberapa industri yang menggunakan teknologi radar untuk sistem

instrumentasi pengukuran level. Salah satu instrumen RTG (non-invasive / non-contact)

yang digunakan untuk pengukuran level aspal dapat dilihat seperti pada gambar 11 sebagai

berikut:

Gambar 11. Radar Tank Gauge Untuk Pengukuran Level Aspal

RTG menggunakan gelombang radar sebagai media untuk pengukuran level dengan cara

mentransmisikannya ke fluida proses kemudian menerima gelombang pantulannya.

Fenomena ini dapat diilustrasikan seperti pada gambar 12 sebagai berikut.

Gambar 12. Ilustrasi Proses Transmisi dan Refleksi Gelombang Radar

Teknik Fisika ITB 49

Page 50: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

Terdapat 2 buah teknik modulasi untuk pengukuran level menggunakan teknologi radar,

yaitu sistem pulsed radar dan sistem FMCW (Frequency Modulated Continuous Wave).

Metode pengukuran dengan sistem pulsed radar mirip seperti prinsip pengukuran level

menggunakan teknologi gelombang ultrasonik, yaitu dengan menghitung waktu tempuh

gelombang. Dari waktu tempuh tersebut dapat dikalkulasi jarak tempuh, yang kemudian

dapat dikalkulasi lebih lanjut hingga menjadi representasi level aktual fluida proses di dalam

tangki. Sistem FMCW merupakan teknologi modulasi yang mengukur selisih frekuensi

gelombang transmisi dan gelombang pantul, di mana selisih frekuensi ini sebanding dengan

jarak tempuh, sehingga dapat diperoleh pengukuran level aktual fluida proses di dalam

tangki. Sistem FMCW memberikan hasil yang lebih akurat.

Sistem FMCW dapat diilustrasikan seperti pada gambar 13 sebagai berikut.

Gambar 13. Ilustrasi Sistem Modulasi FMCW

Pengembangan lebih lanjut dari teknologi pengukuran tangki menggunakan gelombang

radar ialah dengan mengintegrasikannya dengan sensor temperatur dan sensor tekanan,

sehingga dapat dilakukan pula pengukuran besaran-besaran proses lain, misalnya densitas.

Pengintegrasian tank gauge dengan sensor temperatur dan sensor tekanan dapat

diilustrasikan seperti pada gambar 14 sebagai berikut.

Teknik Fisika ITB 50

Page 51: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

Gambar 14. Ilustrasi Pengintegrasian RTG dengan Sensor Temperatur dan Sensor Tekanan

6.1.2 Instalasi Radar Tank Gauge pada Storage Tank BPG

Instrumen ATG yang sudah tidak beroperasi masih terpasang di tiap storage tank BPG.

Lubang dari instalasi instrumen ini dapat digunakan untuk pemasangan instrumen RTG.

Salah satu sistem instalasi RTG untuk tangki timbun BPG dapat dilakukan seperti pada

gambar 15 sebagai berikut.

Teknik Fisika ITB 51

Page 52: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

Gambar 15. Instalasi RTG

Instalasi lebih detail tidak dibahas di laporan ini, melainkan hanya ide secara garis besarnya

saja. Untuk optimasi lebih lanjut dapat pula digunakan pengintegrasian RTG dengan sensor

temperatur dan sensor tekanan untuk pengukuran besaran-besaran lain. Namun perlu pula

untuk dipertimbangkan seberapa perlu dilakukan pengukuran-pengukuran besaran-besaran

lain, serta berapa biaya instalasi dan bagaimana potensi jangka panjangnya, dll. Di mana hal

tersebut diserahkan sepenuhnya pada pihak management internal BPG.

6.2 Optimasi Pengintegrasian Sistem Weighing dengan Sistem Pengisian Aspal Curah

Untuk pengisian aspal curah, digunakan weighing facility sebagai media untuk mengukur

jumlah aspal yang didistribusikan dalam bentuk curah (bulk) dalam besaran massa.

Weighing facility terletak di Gate Keeper. Mobil tangki kosong yang baru datang akan

diukur terlebih dahulu berat kosongnya di Gate Keeper, baru kemudian dilanjutkan ke

proses filling di bagian Filling Aspal Curah. Namun lokasi Filling Aspal Curah dan Gate Keeper

relatif cukup jauh. Jika terjadi kelebihan pengisian aspal, maka di Gate Keeper dapat di

tapping sebagian aspal di dalam mobil tangki yang kemudian ditampung di sebuah drum

penampung untuk mengurangi jumlah aspal di dalam mobil tangki. Namun jika terjadi

kekurangan pengisian aspal, maka mobil tangki kembali lagi ke bagian Filling Aspal Curah

untuk diisi aspal lagi.

Efisiensi dapat dilakukan dengan mengintegrasikan sistem weighing dengan sistem

pengisian aspal curah, yaitu proses weighing dan proses pengisian aspal curah dilakukan di

satu lokasi yang sama. Salah satu instalasi yang relatif lebih simple ialah dengan

memindahkan weighing facility ke Filling Aspal Curah, sehingga diperoleh kepastian

pengukuran penampungan aspal ke dalam mobil tangki. Solusi ini cukup menekan biaya

karena tidak perlu biaya tambahan untuk pengadaan barang.

Untuk peningkatan efisiensi waktu pendistribusian aspal curah, dapat pula digunakan driver

operated weighbridge system (unmanned weighbridge system). Dengan sistem ini,

Teknik Fisika ITB 52

Page 53: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

pengemudi mobil tangki dapat melayani sendiri untuk kegiatan penimbangan (weighing)

dengan menggunakan suatu perangkat interface yang user-friendly, dan sistem pengaksesan

menggunakan swipe card, key, atau bar code. Ilustrasi penggunaan sistem driver operated

dapat diilustrasikan seperti pada gambar 16 sebagai berikut.

Gambar 16. Driver Operated Weighbridge System (Unmanned Weighbridge System)

Selain itu terdapat pula solusi peningkatan efisiensi waktu pengisian aspal curah, yaitu

dengan bagaimana caranya mobil tangki dapat langsung diisi aspal curah di lokasi Gate

Keeper. Hal ini dapat dimungkinkan dengan mendesign saluran pipa dari lokasi tangki-

tangki timbun ke Gate Keeper, yang dilengkapi pula dengan heating system. Namun

di laporan ini tidak dibahas lebih jauh hingga instalasi jalur pipa dan heating system dari lokasi

tangki-tangki timbun ke Gate Keeper, melainkan hanya dipaparkan ide optimasi secara garis

besar. Untuk proses lebih lanjut diserahkan sepenuhnya kepada pihak management internal

BPG. Optimasi di bidang ini dapat menjadi cukup vital mengingat potensi peningkatan

permintaan aspal untuk tahun-tahun ke depan.

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Pengukuran level menggunakan ATG tidak cocok untuk fluida proses berupa aspal.

Optimasi pengukuran level menggunakan RTG dapat menjadi solusi peningkatan

efisiensi sistem pengukuran level tangki di BPG.

Pengintegrasian sistem weighing dan filling untuk pengisian aspal curah dapat

meningkatkan efisiensi waktu pendistribusian aspal curah.

Teknik Fisika ITB 53

Page 54: Laporan KP BPG 2013 (revised).doc

7.2 Saran

Jika akan dilakukan optimasi peningkatan efisiensi waktu dengan membuat jalur pipa

dari lokasi tangki-tangki timbun ke Gate Keeper, maka instalasi design pipa beserta

dengan heating systemnya perlu dilakukan dengan hati-hati dengan mempertimbangkan

keselamatan kerja. Selain itu juga perlu dipertimbangkan apakah pompa saat ini cukup

kuat untuk menopang sistem filling yang baru, di mana lintasannya lebih panjang,

sehingga beban pompa menjadi meningkat.

Sebaiknya dilakukan studi banding dengan sistem filling dari Production Unit Gresik

(PUG) Lubricants yang sudah mengintegrasikan dengan sistem weighin, apalagi

mengingat lokasi PUG yang berada di satu daerah yang sama dengan BPG dan saling

bersebelahan.

DAFTAR PUSTAKA

Teknik Fisika ITB 54