laporan kelarutan

Upload: suchinda-fer

Post on 06-Oct-2015

54 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

farfis

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA PRAKTIKUM KELARUTAN 2 Pengaruh Penambahan Surfaktan terhadap Kelarutan Asam Salisilat

Kelompok 4 Farmasi ASalsabiela Dwi Yudrisa (1110102000003)Fahrur Rahman (1110102000011)Suchinda Fer Harti (1110102000023)Khulvah Lativatus (1110102000035)Auva Marwah (1110102000071)Sri Wahyuni Lestari (1110102000077)

Oktober 2012Program Studi FarmasiFakutas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB IPENDAHULUANI.1 TUJUAN1. Memahami bagaimana pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat.2. Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif.

I.2 DASAR TEORIKelarutan adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu untuk larut dalam suatu pelarut. Kelarutan suatu zat dipengaruhi polaritas bahan pelarut. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah:1. pH2. temperature3. konstanta dielektrik pelarut4. Bentuk dan ukuran partikel zat5. Jenis pelarut6. Adanya zat lain, missal surfaktan.

Dalam praktikum ini akan diuji faktor kelarutan pada poin enam. Surfaktan adalah suatu zat yang sering digunakan untuk menaikkan kelarutan suatu zat. Molekul surfaktan terdiri dari dua bagian yaitu bagian polar dan nonpolar sekaligus sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari minyak dan air. Apabila didispersikan dalam air pada konsentrasi yang rendah akan berkumpul pada permukaan dengan mengorientasikan bagian polar kea rah air dan bagian nonpolar kearah udara. Surfaktan mempunyai kecenderungan berasosiasi membentuk agregat yang dikenal sebagai misel. Konsentrasi pada saat misel mulai terbentuk disebut konsentrasi misel kritik.Surfaktan pada umumnya disintesis dari turunan minyak bumi dan limbahnya dapat mencemarkan lingkungan karena sifatnya yang sukar terdegradasi. Surfaktan yang digunakan untuk pelarut polar contohnya adalah Tween 80. Tween 80 dapat menurunkan tegangan antarmuka antara globul dan mediumnya sekaligus membentuk misel sehingga zat yang tidak larut air akan terbawa oleh misel larut kedalan medium. Penggunaan surfaktan pada kadar yang lebih tinggi akan berkumpul membentuk agregat yang disebut misel. Selain itu pada pemakain kadar tinggi sampai mencapat KMK surfaktan diasumsikan akan mampu berinteraksi dengan zat-zat tertentu selanjutnya dapat pula mempengaruhi permeabilitas membran.Zat terdipersi yang digunakan pada praktikum ini adalah asam salisilat. Asam salisilat dapat ditemukan pada banyak tanaman dalam bentuk metal salisilat dan dapat disintesa dari phenol. Asam salisilat memiliki sifat sifat sebagai berikut : Berasa manis Membentuk Kristal berwarna putih Sedikit larut dalam air Meleleh pada suhu 159 C BM : 138,12 Larut dalam 4 bagian etanol (95%) dan pada 500 bagian air

Pelarut polar mempunyai konstanta dielektrik yang tinggi sehingga dapat melarukan zat zat yang bersifat polar. Sedangkan zat zat non polar sukar larut didalamnya, begitu pula sebaliknya. Ada beberapa senyawa yang mempunyai kelarutan yang kecil dalam pelarutnya. Kelarutan yang kecil itu dapat ditingkatkan dengan penambahan suatu pelaut yang dapat bercampur dengan air dimana dalam pelarut tersebut obat mempunyai kelarutan yang baik. Proses ini disebut sebagai kosolvensi. Pelarut yang digunakan untuk membantu meningkatkan kelarutan itu disebut kosolven.

BAB IIPRAKTIKUMII.1 ALAT & BAHAN

Pengaruh Penambahan Surfaktan terhadap Kelarutan Asam Salisilat | 10

Alat :1. Buret2. Erlenmeyer3. Gelas Ukur 10 mL4. Gelas Kimia 100 mL5. Pipet tetes6. Pipet Volume7. Kertas SaringBahan :1. Asam salisilat 2. Surfaktan3. Air4. NaOH5. Fenoftalein

8. Bio Shaker (8 rPm 10 menit)

II.2 PROSEDUR KERJA1. Praktikan membakukan NaOH yang akan diunakan untuk menitrasi larutan asam salisilat.2. Praktikan menyiapkan/membuat larutan surfaktan (tween 80) dalam berbagai konsentrasi yakni 0.5%, 1%, 1.5%, 2%, 2.5%, dan 3%.3. Praktikan menimbang asam salisilat sebanyak 203 mg.4. Praktikan membuat larutan campur sebanyak 50 ml dengan komposisi 10 ml surfaktan dan 40 ml aquadest.5. Praktikan melarutkan asam salisilat kedalam pelarut campur yang sudah dibuat.6. Praktikan mengaduk larutan tersebut menggunakan bioshaker dengan kecepatan 8 rpm selama 10 menit.7. Praktikan menyaring larutan asam salisilat tersebut.8. Praktikan memipet 10 ml filtrat larutan asam salisilat lalu memasukkannya ke dalam erlenmeyer.9. Praktikan menitrasi filtrat tersebut menggunakan NaOH yang sudah dibakukan tadi hingga terjadi perubahan warna menjadi merah muda (sebanyak 3 kali). II.3 HASIL PENGAMATAN1. Data yang diperoleh untuk pembakuan NaOH:

Titrasi123

M Oksalat (mg)103.4103.8101.7

V NaOH (ml)17.216.416.2

2. Volume pelarut campur: 10 ml surfakan 2% + 40 ml aquadest = 50ml3. Massa asam salisilat yang dilarutkan dalam pelarut campur: 203 mg4. Data yang diperoleh untuk titrasi larutan asam salisilat:

Titrasi123V Rata2NaOH Titrasi

N NaOH (N)0.0990.0990.099

V NaOH (ml)2.22.22.22.2 ml

BAB IIIPEMBAHASANIII.1 ANALISA DATA1. Pembakuan NaOH/Normalitas NaOHFormula Mol Grek NaOH = Mol Grek Oksalat N NaOH x V NaOH = n Oksalat x V OksalatTitrasiM oksalat (mg)V oksalat (ml)V NaOH (ml)N NaOH

1103.4217.20.095

2103.8216.40.101

3101.7216.20.100

N NaOH ()0.099

2. Penentuan Kadar Asam SalisilatFormula % kadar

III.2 PEMBAHASANPraktikum ini ditujukan untuk melihat pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan asam salisilat yang mana tidak larut dalam air sehingga digunakan surfaktan dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Berikut adalah data hasil praktikumnya:Massa asam salisilatsurfaktan %Kadar asam salisilat %

201 mg0,50%56,76%

205 mg1,00%61,98%

201 mg1,50%67,969 %

203 mg2%74,03%

200 mg2,50%74,01%

202 mg3%78,79%

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat pelarut yang menggunakan surfaktan dengan konsentrasi yang lebih tinggi akan melarutkan lebuh banyak asam salisilat, hal ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya NaOH yang dilakukan saat titrasi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi surfaktan untuk melarutkan suatu zat maka semakin besar pulalah kelarutan zat tersebut didalam pelarutnya.Ini terjadi karena surfaktan merupakan molekul ampifilik yaitu memiliki gugus hidrofil (suka air) dan memiliki gugus lipofil (suka minyak/nonpolar) sehingga surfaktan memiliki afinitas dengan pelarut polar ataupun nonpolarnya. Hubungan tersebut dapat dilihat pada grafik beikut:

Grafik diatas menggambarkan semakin banyak konsentrasi surfaktan semakin besar pula kadar asam salisilat yang larut. Hal ini menunjukan surfaktan tersebut telah menurunkan tegangan permukaan pada larutan asam salisilat sampai pada titik KMK (Konsentrasi Misel Kritik). Pada titik KMK (Konsentrasi Misel Kritik) ini surfaktan menjadi jenuh dan surfaktan yang berlebih akan membentuk misel. Misel adalah suatu agregat yang mengandung monomer monomer surfaktan. Pada konsentrasi setelah KMK (Konsentrasi Misel Kritik). Surfaktan akan meningkatkan kelarutan zat yang tidak larut air karena tersebut dapat tersembunyi di dalam misel. Misel ini berperan dalam proses solubilisasi miselar. Solubilisasi miselar adalah suatu pelarutan spontan yang terjadi pada molekul zat yang sukar larut dalam air melalui interaksi yang reversible dengan misel dari surfaktan larutan sehingga terbentuk suatu larutan yang stabil secara termodinamika.Pada saat konsentrasi surfaktan dalam pelarutnya adalah 2% dan 2.5% terlihat seolah kelarutan sudah konstan, padahal ketika surfaktan ditambahkan lagi konsentrasinya menjadi 3% kelarutan kembali meningkat. Hal ini dimungkinkan terjadi kesalahan teknis seperti pengerjaan prosedur kuantitatif yang tidak teliti pada saat penimbangan maupun penghitungannya.Disamping itu, praktikan melakukan percobaan dengan konsentrasi yang sama untuk kecepatan pengadukan yang berbeda. Adapun pengadukan dilakukan bersamaan dengan menggunakan alat bioshaking dimana kecepatan yang digunakan masing-masing adalah 10rpm dan 15 rpm. Campuran yang diaduk dengan kecepatan 15 rpm lebih banyak melarutkan asam salisilat. Hal ini terlihat seperti pada grafik berikut:

Hal ini terjadi karena pengadukan yang dipercepat membantu lebih cepatnya kedua zat antara zat terdipersi dengan pendispersi untuk saling berinteraksi.

BAB IVKESIMPULAN DAN SARANIV.1 KESIMPULAN1.Surfaktan dapat meningkatkan kelarutan setelah mencapai KMK (konsentrasi misel kritis) karena pada keadaan KMK zat yang tidak terlarut tersembunyi di dalam misel.2.Semakin cepat pengadukan yang dilakukan maka kelarutan semakin besar.IV.2 SARAN1. Melakukan penimbangan bahan dengan akurat.2. Pada saat memasukkan surfaktan diusahakan tiak membentuk buih.3. Melakukan titrasi dengan tepat baik itu saat proses penitrasiannya hingga tercapai titik ekuivalen maupun pada saat melihat volume nya yang tertera pada buret.

DAFTAR PUSTAKA

Martin, A et.al. 1993. Farmasi Fisika Edisi Ketiga .Jakarta : Universitas Indonesia Press.