laporan kecap
TRANSCRIPT
-
7/13/2019 Laporan Kecap
1/17
0
FERMENTASI SUBSTRAT PADAT
FERMENTASI KECAP
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
TEKNOLOGI FERMENTASI
Disusun oleh :
Elisabeth Tiffany Kristanto 11.70.0037
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2014
-
7/13/2019 Laporan Kecap
2/17
1
1. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan terhadap kecap dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Fermentasi Kecap
Kelompok Perlakuan Aroma Warna Kekentalan Rasa
C1 0,5% inokulum
1 kg gula jawa
++ ++ + +
C2 0,5% inokulum
1,5 kg gula jawa
+ + + +
C3 0,75% inokulum
2 kg gula jawa
+ ++ + +
C4 0,75% inokulum2,5 kg gula jawa
+ + + ++
C5 1% inokulum
3 kg gula jawa
+ ++ ++ ++
Keterangan :
Kekentalan Rasa Aroma Warna
+ : kurang kental + : kurang manis + : kurang kuat + : kurang hitam
++ : kental ++ : manis ++ : kuat ++ : hitam
+++ : sangat kental +++ : sangat manis +++ : sangat kuat +++ : sangat hitam
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah inokulum yang ditambahkan pada substrat tiap
kelompok berbeda-beda. Jumlah gula jawa yang digunakan untuk memasak kecap tiap
kelompok juga berbeda-beda. Pada kelompok C1 dengan perlakuan penambahan 0,5%
inokulum pada substrat dan 1 kg gula jawa untuk pemasakan, kecap yang dihasilkan
memiliki aroma yang kuat, warna hitam, kurang kental, dan kurang manis. Pada
kelompok C2 dengan perlakuan penambahan 0,5% inokulum pada substrat dan 1,5 kg
gula jawa untuk pemasakan, kecap yang dihasilkan memiliki aroma yang kurang kuat,
kurang hitam, kurang kental, dan kurang manis. Pada kelompok C3 dengan perlakuan
penambahan 0,75% inokulum pada substrat dan 2 kg gula jawa untuk pemasakan, kecap
yang dihasilkan memiliki aroma yang kurang kuat, warna hitam, kurang kental, dan
kurang manis. Pada kelompok C4 dengan perlakuan penambahan 0,75% inokulum pada
substrat dan 2,5 kg gula jawa untuk pemasakan, kecap yang dihasilkan memiliki aroma
yang kurang kuat, kurang hitam, kurang kental, dan manis. Pada kelompok C5 dengan
perlakuan penambahan 1% inokulum pada substrat dan 3 kg gula jawa untuk
pemasakan, kecap yang dihasilkan memiliki aroma yang kurang kuat, hitam, kental, dan
manis.
-
7/13/2019 Laporan Kecap
3/17
2
2. PEMBAHASAN
Menurut Pawiroharsono (2007) dalam jurnalnya yang berjudul Potensi Pengembangan
Industri dan Bioekonomi Berbasis Makanan Fermentasi Tradisional, fermentasi
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan nilai makanan dengan memanfaatkan
mikroorganisme. Fermentasi dapat meningkatkan nilai tambah pada produk
dibandingkan dengan bahan bakunya. Peningkatan nilai tambah mencakup aspek nilai
jual, pengawetan, peningkatan nilai nutrisi, cita rasa dan untuk pengembangan produk
baru. Kecap merupakan produk cair hasil fermentasi atau dengan cara kimia (hidrolisis)
kacang kedelai (Glycine max L.) dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain
termasuk bahan tambahan makanan yang diijinkan (SNI 01-3543-1994). Kecap
merupakan salah satu makanan tradisional dari kedelai yang telah terkenal di negara
Asia sejak lebih dari seribu tahun yang lalu. Kecap berasal dari Cina dan dikenal dengan
nama yang berbeda di berbagai negara, misalnya kan jang di Korea, shoyu di Jepang,
chiang-yu di Cina, dan kecap di Indonesia. Kecap yang terdapat di Indonesia berbeda
dengan kecap yang terdapat di Cina dan Jepang. Kecap yang terdapat di Indonesia
merupakan kecap manis, dimana pada pembuatannya ditambahkan gula kelapa dan
rempah-rempah sehingga kecap manis memiliki flavor yang manis, asin, beraroma
rempah (spicy), dan gurih. Sedangkan kecap yang terdapat di Cina dan Jepang memiliki
flavor yang asin dan gurih (Apriyantono et al., 1996).
Kecap manis merupakan salah satu produk olahan yang bertekstur kental, berwarna
coklat kehitaman, dan biasa digunakan sebagai penyedap makanan. Kecap manis
memiliki tekstur yang kental dan viskositas yang tinggi karena adanya penambahan gula
dalam proses pembuatan kecap manis. Sebagian besar kecap di Indonesia memilikiperbedaan dalam kandungan gula, kandungan asam, dan konsentrasi asam amino yang
berhubungan dengan perlakuan fermentasi (Suprapti, 2005). Komponen terbesar yang
terdapat pada kecap manis yaitu karbohidrat. Namun, kandungan asam amino pada
kecap cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena kecap manis terbuat dari kacang kedelai
yang memiliki kandungan protein yang tinggi (Santoso, 1994). Kandungan gula yang
terdapat dalam kecap manis lebih banyak dibandingkan pada kecap asin (Judoamidjojo,
-
7/13/2019 Laporan Kecap
4/17
3
1987). Pembuatan kecap manis di Indonesia biasanya dilakukan secara fermentasi
(Koswara, 1992).
Bahan yang biasanya digunakan untuk membuat kecap di Indonesia yaitu kedelai hitam.
Biji kedelai yang digunakan untuk membuat kecap harus memenuhi syarat mutu biji
kedelai yaitu bebas dari sisa tanaman (kulit polong, potongan batang atau ranting), batu,
kerikil, tanah, atau biji tanaman lain. Selain itu biji kedelai tidak luka, biji kedelai bebas
dari serangan hama dan penyakit, dan kulit biji tidak keriput (Santoso, 1994).
Komposisi kimia antara kedelai kuning dan kedelai hitam tidak menunjukkan perbedaan
yang berarti sehingga tidak akan menyebabkan perbedaan komposisi kimia kecap yang
dihasilkan. Menurut Ginting et al. (2009) dalam jurnalnya yang berjudul Varietas
Unggul Kedelai Untuk Bahan Baku Industri Pangan, penggunaan kedelai kuning untuk
pembuatan kecap akhir-akhir ini meningkat seiring dengan makin terbatasnya pasokan
kedelai hitam. Petani beralih menanam kedelai berbiji kuning yang lebih tinggi
produksinya dan lebih besar ukuran bijinya dibandingkan dengan kedelai hitam yang
umumnya berbiji kecil. Penggunaaan kedelai kuning dapat digunakan untuk mengatasi
tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap kedelai impor. Namun menurut
Lumbantobing et al. (2013) dalam jurnalnya yang berjudul Respon Pertumbuhan dan
Produksi Beberapa Varietas Kedelai Hitam Berdasarkan Ukuran Biji, kedelai hitam
memiliki keunggulan yaitu mengandung antosianin lebih banyak dan memiliki daya
simpan yang lebih lama dibandingkan dengan kedelai kuning. Selain itu, kedelai hitam
dapat digunakan sebagai bahan baku makanan atau industri kecap yang berkualitas baik.
Pembuatan kecap yang menggunakan kedelai hitam menghasilkan warna yang lebih
bagus dibandingkan dengan kecap yang dibuat dari kedelai kuning.
Bahan yang digunakan (kedelai) dan jenis mikroorganisme yang digunakan sangat
mempengaruhi kualitas kecap yang dihasilkan. Mikroorganisme yang aktif dalam
pembuatan kecap yaitu Aspergillus oryzae, Aspergillus soyae, Aspergillus niger dan
Rhizopus sp. Supaya fermentasi optimal, mikroorganisme tersebut memerlukan starter
sebagai media pemacu pertumbuhan. Pembuatan starter betujuan untuk mengkondisikan
mikroorganisme berada pada fase eksponensial sehingga waktu adaptasi dalam media
dapat berlangsung lebih cepat (Santoso 1994).
-
7/13/2019 Laporan Kecap
5/17
4
Pada praktikum fermentasi kecap ini, kecap yang dibuat yaitu kecap manis. Bahan yang
digunakan untuk pembuatan kecap pada praktikum ini yaitu kedelai kuning dan ragi
tempe. Pertama-tama kedelai yang masih memiliki kulit ari direndam terlebih dahulu
selama satu malam. Perendaman kedelai ini bertujuan supaya biji kedelai terhidrasi oleh
air sehingga pemasakan kedelai hanya membutuhkan waktu yang singkat (Tortora et al.,
1995). Setelah kedelai mekar, kedelai dicuci, dibuang kulit arinya dan ditiriskan hingga
kering. Pengupasan kulit ari ini sesuai dengan teori Santoso (1994) bahwa biji kedelai
yang digunakan untuk membuat kecap harus bebas dari kulitnya.
Selanjutnya kedelai direbus hingga matang. Pemasakan ini bertujuan untuk
menginaktifkan zat-zat antinutrisi, menghilangkan bau langu, merusak protein inhibitor,
membunuh bakteri yang ada di permukaan kedelai, dan melunakkan biji kedelai. Selain
itu, dengan proses pemasakan diharapkan kandungan mikroorganisme yang terdapat
dalam kedelai bisa berkurang. Ada kemungkinan protein kedelai akan terpecah selama
pemasakan namun tidak berarti protein tersebut mengalami kerusakan (Tortora et al,
1995). Setelah direbus hingga matang, kedelai dikeringkan dengan cara diangin-
anginkan agar sejumlah kandungan airnya menguap. Pengeringan tidak dilakukan
sampai kedelai benar-benar kering supaya kondisi kelembaban kedelai tetap terjaga.
Kondisi kedelai yang agak lembab dapat membuat jamur tumbuh pada permukaan
kedelai sehingga enzim proteinase dan amilase dapat terakumulasikan. Enzim
proteinase berperan untuk menguraikan kandungan protein pada kedelai menjadi bentuk
yang lebih sederhana yaitu asam amino. Sedangkan enzim amilase berperan untuk
menguraikan kandungan karbohidrat pada kedelai menjadi gula sederhana atau gula
pereduksi yang dapat mempermudah fermentasi berikutnya (Atlas, 1984).
Gambar 1. Perebusan Kedelai
-
7/13/2019 Laporan Kecap
6/17
5
Gambar 2. Pengeringan Kedelai
Setelah kering, kedelai diletakkan di atas wadah niru atau tampah kemudian
ditambahkan inokulum komersial yang berbeda setiap kelompok. Kelompok C1 dan C2
ditambahkan 0,5% inokulum komersial, kelompok C3 dan C4 ditambahkan 0,75%
inokulum komersial, dan kelompok C5 ditambahkan 1% inokulum komersial. Setelahdiinokulasi, ditutup dengan niru atau tampah penutup dan diinkubasi selama 3 hari.
Menurut pendapat Prasetyo (1996), biji kedelai yang dihamparkan di atas tampah
bambu dan diinokulasikan dengan kapang dan diinkubasi pada ruang khusus disebut
tahap fermentasi koji. Koji merupakan kultur murni yang ditumbuhkan tersendiri atau
kultur campuran yang diambil dari pembuatan kecap sebelumnya. Substrat untuk
pertumbuhan dari starter ini bermacam-macam, walaupun sering digunakan campuran
kedelai, dan gandum yang telah dipecah atau dedak gandum yang telah dipanaskan.
Bahan-bahan tersebut diinokulasikan spora Aspergillus oryzae dan ditebarkan pada
nampan kecil kemudian disimpan pada suhu 25-30C selama 3 hari (Buckle et al.,
1985).
Gambar 3. Peletakkan Kedelai pada Tampah
Setelah 3 hari, kedelai yang sudah berjamur dipotong-potong dan dikeringkan dalam
dehumidifier selama 2-4 jam. Pengeringan dalam dehumidifier ini bertujuan agar
penghilangan kapang yang sudah melekat pada permukaan substrat menjadi lebih
-
7/13/2019 Laporan Kecap
7/17
6
mudah. Selain itu, pengeringan ini bertujuan untuk mengurangi kadar air pada kedelai
sehingga pertumbuhan jamur dapat terhambat karena jika kondisinya tidak lembab,
jamur tidak dapat tumbuh (Peppler & Perlman, 1979). Selanjutnya kedelai yang telah
kering dimasukan ke dalam toples plastik. Kemudian ditambahkan larutan garam 20%
dan direndam selama 1 minggu dan setiap siang dijemur dan diaduk. Tahap dimana koji
yang diperoleh kemudian dicampur dengan air garam dan diaduk secara berkala disebut
tahap moromi (Chen, 1992). Penambahan larutan garam 20% sesuai dengan teori
Krisno (1990) bahwa konsentrasi garam yang biasanya digunakan pada tahap moromi
sekitar 20-25%. Penambahan larutan garam bertujuan untuk mengekstraksi senyawa-
senyawa sederhana hasil hidrolisis tahap koji. Pada tahap ini akan tumbuh bakteri
halofilik secara spontan. Bakteri halofilik akan membantu pembentukan flavor yang
khas pada kecap yang dihasilkan. Selain itu, penambahan larutan garam dapat menjadi
medium selektif yang berfungsi untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme
berbahaya. Namun, masih memungkinkan pertumbuhan khamir dan bakteri yang
diperlukan untuk pembentukan citarasa pada kecap (Astawan & Astawan, 1991).
Proses pengadukan selama tahap moromi dilakukan setiap hari. Pengadukan tersebut
bertujuan untuk menjaga keseragaman konsentrasi garam, mencegah terjadinya
pertumbuhan mikroorganisme yang tidak diinginkan, dan merangsang pertumbuhan
bakteri (Wibowo, 1990). Pengadukan juga dapat memberikan udara untuk merangsang
pertumbuhan khamir dan bakteri (Tortora et al., 1995). Selama tahap moromi,
mikroorganisme yang berperan antara lain khamir Zygosaccharomycesdan Hansenula
serta bakteriLactobacillus (Koswara, 1992).
Setelah direndam dalam larutan garam selama 1 minggu, kemudian kacang kedelaidisaring menggunakan kain saring. Filtrat hasil saringan dimasak bersama 3 gram
ketumbar, 20 gram kayu manis, 1 jentik laos, gula merah, 1 biji pekak. Penambahan
gula merah berbeda-beda untuk setiap kelompok. Kelompok C1 ditambahkan 1 kg gula
merah, kelompok C2 ditambahkan 1,5 kg gula merah, kelompok C3 ditambahkan 2 kg
gula merah, kelompok C4 ditambahkan 2,5 kg gula merah, dan kelompok C5
ditambahkan 3 kg gula merah. Gula merah merupakan jenis gula yang biasa digunakan
dalam pembuatan kecap manis (Apriyantono & Wiratma, 1997). Gula merah yang
-
7/13/2019 Laporan Kecap
8/17
7
ditambahkan berfungsi untuk menambahkan rasa manis, mengentalkan kecap, memberi
aroma yang khas, dan memberikan warna hitam pada kecap (Prabandari, 1995).
Penambahan gula jawa dapat memberikan flavoryang baik pada kecap yang dihasilkan
(Kasmidjo, 1990). Komponen flavor dalam kecap juga ditentukan oleh komponen
nitrogen pendukung yaitu putresin, arginin, amonia, histidin, dan kadaverin. Putresin,
arginin, histidin, dan lisin akan menghasilkan flavor yang enak jika membentuk
senyawa dengan asam suksinat (Tortora et al., 1995).
Gambar 4. Penghalusan Gula Merah
Selain gula merah, bahan-bahan yang ditambahkan pada proses pemasakan kecap antara
lain ketumbar, laos, pekak, dan kayu manis. Ketumbar banyak dimanfaatkan sebagai
bumbu masak. Biasanya sebelum ditambahkan, ketumbar harus digerus terlebih dahulu.
Ketumbar banyak digunakan untuk sayuran dan bahan penyedap. Ketumbar banyak
mengandung karbohidrat, lemak, dan protein. Ketumbar juga memiliki aroma yang khas
dimana aroma tersebut disebabkan oleh komponen kimia yang terdapat dalam minyak
atsiri yaitu senyawa hidrokarbon beroksigen. Senyawa hidrokarbon beroksigen
menimbulkan aroma wangi dalam minyak atsiri (Guenther, 1987). Biji ketumbar banyak
mengandung mineral seperti kalsium, posfor, magnesium, potasium dan besi (Astawan,
2009).
Laos atau lengkuas dibedakan menjadi lengkuas putih dan lengkuas merah. Lengkuas
yang digunakan dalam praktikum ini yaitu lengkuas putih. Lengkuas putih biasanya
digunakan sebagai bumbu dapur sedangkan lengkuas merah biasanya digunakan sebagai
obat tradisional dan mempunyai aktivitas antimikroba. Lengkuas putih memiliki
kandungan air yang lebih banyak daripada lengkuas merah. Namun, kandungan minyak
atsiri pada lengkuas putih lebih sedikit daripada lengkuas merah (Rusmarilin, 2003).
-
7/13/2019 Laporan Kecap
9/17
8
Lengkuas putih sering digunakan sebagai bumbu dapur sehingga pada praktikum ini
lengkuas putih digunakan sebagai bumbu dalam pemasakan kecap.
Penambahan kayu manis pada pembuatan kecap bertujuan untuk memberikan flavor.
Kayu manis banyak digunakan dalam industri makanan sebagai pemberi rasa dan aorma
(Smith, 1986). Proses pembuatan kecap pada penelitian Purwoko et al. (2007) dalam
jurnalnya yang berjudul Kandungan Protein Kecap Manis Tanpa Fermentasi Moromi
Hasil Fermentasi Rhizopus oryzae dan R. Oligosporus, salah satu bumbu yang
digunakan untuk membuat kecap yaitu kayu manis. Penambahan pekak bertujuan untuk
memberikanflavorjuga.
Gambar 5. Rempah-rempah untuk Pemasakan Kecap
Gambar 6. Pemasakan Kecap
Jumlah inokulum yang ditambahkan jumlah inokulum yang ditambahkan pada substrat
tiap kelompok berbeda-beda. Semakin tinggi, konsentrasi ragi, semakn cepat proses
fermentasi. Namun penambahan substrat yang tidak optimal (terlalu sedikit atau terlalu
banyak) dapat menyebabkan kecap yang dihasilkan kurang baik. Banyaknya kosentrasi
ragi yang ditambahkan dapat mempengaruhi komponen-komponen yang terdapat di
dalam kecap seperti jumlah etanol dan asam laktat dimana semakin banyak ragi yang
ditambahkan maka semakin banyak dan cepat etanol yang dihasilkan (Masashi, 2006).
-
7/13/2019 Laporan Kecap
10/17
9
Setelah kecap selesai dimasak, dilakukan uji sensori. Pada hasil pengamatan fermentasi
kecap dapat diketahui bahwa aroma kecap yang dihasilkan pada kelompok C1 kuat
sedangkan aroma kecap yang dihasilkan pada kelompok C2, C3, C4, C5 kurang kuat.
Gula merah yang ditambahkan berfungsi untuk memberi aroma yang khas pada kecap
(Prabandari, 1995). Oleh karena itu, seharusnya semakin banyak gula merah yang
ditambahkan maka aroma khas yang tercium semakin kuat. Namun pada hasil
pengamatan diketahui bahwa kelompok C1 dengan penambahan gula merah paling
sedikit menghasilkan kecap dengan aroma yang paling kuat dibandingkan dengan
kelompok C2, C3, C4, C5 dengan penambahan gula merah yang lebih banyak. Padahal,
bumbu-bumbu yang lain digunakan dalam jumlah yang sama setiap kelompok.
Kesalahan ini disebabkan karena pada saat uji sensori, kecap kelompok C1 masih dalam
keadaan panas sedangkan kelompok lainnya sudah dalam keadaan dingin. Hal inilah
yang menyebabkan aroma kecap yang dihasilkan kelompok C1 lebih kuat dibandingkan
kecapyang dihasilkan kelompok lain.
Pada hasil pengamatan fermentasi kecap dapat diketahui bahwa warna kecap yang
dihasilkan pada kelompok C1, C3, C5 hitam sedangkan warna kecap yang dihasilkan
pada kelompok C2 dan C4 kurang hitam. Gula merah yang ditambahkan berfungsi
untuk memberikan warna hitam pada kecap (Prabandari, 1995). Jadi seharusnya,
semakin banyak gula merah yang ditambahkan, warna kecap yang dihasilkan semakin
hitam. Namun pada hasil pengamatan diketahui bahwa kelompok C1 dengan
penambahan gula merah yang lebih sedikit (1 kg) menghasilkan kecap dengan warna
yang lebih hitam dibandingkan dengan kecap yang dihasilkan kelompok C4 dengan
penambahan gula merah sebanyak 2,5 kg. Hal ini disebabkan karena gula merah ada
yang berwarna terang dan ada yang berwarna gelap. Jika gula merah yang digunakanberwarna lebih terang, maka warna hitam yang dihasilkan akan memudar (Prabandari,
1995). Karena gula merah kelompok C4 lebih banyak berwarna terang, maka kecap
yang dihasilkan kurang hitam. Menurut Dedin et al. (2006) dalam jurnalnya yang
berjudul Isolasi dan Karakterisasi Melanoidin Kecap Manis dan Peranannya
Sebagai Antioksidan, pembentukan warna kecap terjadi selama tahap moromi dan
pada proses pemasakan. Selama pemasakan terjadi pembentukan warna coklat yang
-
7/13/2019 Laporan Kecap
11/17
10
disebabkan oleh reaksi pencoklatan non enzimatis yaitu reaksi Maillard dan
karamelisasi. Reaksi ini tidak hanya mempengaruhi warna namun juga padaflavor.
Pada hasil pengamatan fermentasi kecap dapat diketahui bahwa kekentalan kecap yang
dihasilkan pada kelompok C1, C2, C3, C4 kurang kental sedangkan kekentalan kecap
yang dihasilkan pada kelompok C5 kental. Hal ini dikarenakan penambahan gula merah
kelompok C1, C2, C3, C4 lebih sedikit dibandingkan C5. Menurut pendapat Prabandari
(1995), penambahan gula merah berfungsi untuk mengentalkan kecap sehingga semakin
banyak gula yang ditambahkan semakin kental kecap yang dihasilkan. Pada praktikum
ini, kecap yang kental dihasilkan dengan penambahan gula merah sebanyak 3 kg pada
proses pemasakan.
Pada hasil pengamatan fermentasi kecap dapat diketahui bahwa rasa kecap yang
dihasilkan pada kelompok C1, C2, C3 kurang manis sedangkan rasa kecap yang
dihasilkan pada kelompok C4 dan C5 manis. Hal ini dikarenakan penambahan gula
merah kelompok C1, C2, C3 lebih sedikit dibandingkan C4 dan C5. Menurut pendapat
Prabandari (1995), penambahan gula merah berfungsi untuk menambah rasa manis
sehingga semakin banyak gula yang ditambahkan semakin manis kecap yang
dihasilkan. Pada praktikum ini, kecap dengan rasa manis dapat dihasilkan dengan
penambahan gula merah sebanyak 2,5 kg dan 3 kg pada proses pemasakan. Selain itu
menurut pendapat Santoso (1994), setiap 1 liter filtrat membutuhkan 2 kg gula merah
sehingga penambahan gula yang kurang pada kelompok C1, C2, C3 menyebabkan rasa
kecap yang dihasilkan kurang manis.
Gambar . Uji Sensori Kecap
-
7/13/2019 Laporan Kecap
12/17
11
3. KESIMPULAN
Kecap merupakan saah satu makanan hasil fermentasi yang terbuat dari kedelai. Kecap yang terdapat di Indonesia merupakan kecap manis, dimana pada
pembuatannya ditambahkan gula kelapa dan rempah-rempah.
Kecap manis merupakan salah satu produk olahan yang bertekstur kental, berwarnacoklat kehitaman, dan biasa digunakan sebagai penyedap makanan.
Komposisi kimia antara kedelai kuning dan kedelai hitam tidak menunjukkanperbedaan yang berarti.
Perendaman kedelai bertujuan supaya biji kedelai terhidrasi oleh air sehinggapemasakan kedelai hanya membutuhkan waktu yang singkat.
Pemasakan kedelai bertujuan untuk menginaktifkan zat-zat antinutrisi,menghilangkan bau langu, merusak protein inhibitor, membunuh bakteri yang ada di
permukaan kedelai, dan melunakkan biji kedelai, mikroorganisme yang terdapat
dalam kedelai bisa berkurang.
Pengeringan tidak dilakukan sampai kedelai benar-benar kering supaya kondisikelembaban kedelai tetap terjaga.
Dalam pembuatan kecap ada dua tahap yaitu tahap koji dan tahap moromi. Biji kedelai yang dihamparkan di atas tampah bambu dan diinokulasikan dengan
kapang dan diinkubasi pada ruang khusus disebut tahap fermentasi koji.
Pengeringan dalam dehumidifier bertujuan agar penghilangan kapang yang sudahmelekat pada permukaan substrat menjadi lebih mudah.
Tahap dimana koji yang diperoleh kemudian dicampur dengan air garam dan diaduksecara berkala disebut tahap moromi.
Penambahan larutan garam bertujuan untuk mengekstraksi senyawa-senyawasederhana hasil hidrolisis tahap koji.
Pengadukan tersebut bertujuan untuk menjaga keseragaman konsentrasi garam,mencegah terjadinya pertumbuhan mikroorganisme yang tidak diinginkan, dan
merangsang pertumbuhan bakteri.
Gula merah yang ditambahkan berfungsi untuk menambahkan rasa manis,mengentalkan kecap, memberi aroma yang khas, dan memberikan warna hitam pada
kecap.
-
7/13/2019 Laporan Kecap
13/17
12
Ketumbar, laos, bunga pekak, dan kayu manis merupakan rempah-rempah yangberfungsi untuk memberikanflavor dan rasa sedap.
Semakin banyak gula merah yang ditambahkan maka aroma khas yang terciumsemakin kuat, warna semakin hitam, semakin kental, dan rasanya semakin manis.
Semarang, 19 Juni 2014
Praktikan, Asisten Dosen
Andriani Cintya S.
Chrysentia Archinitta L. M.
Katharina Nerissa A. A.
Meilisa Lelyana D.
Stella Mariss H.Elisabeth Tiffany Kristanto
11.70.0037
-
7/13/2019 Laporan Kecap
14/17
13
4. DAFTAR PUSTAKA
Apriyantono, A. dan Wiratma, E. (1997). Pengaruh jenis gula terhadap sifat sensoridan
komposisi kimia kecap manis. Bul Teknol dan Industri Pangan 8: 8-14.
Apriyantoro, A., Fardiaz, D., Puspitasari, N., Sedarnawati dan Budiyanto, S. (1998).
Analisa Pangan, Institut Pertanian Bogor Press, Bogor.
Astawan, M. & Astawan W. M. (1991).Teknologi Pengolahan Pangan Nabati Tepat
Guna. Akademika Pressindo.
Astawan, M. 2009. Departemen Teknologi Pangan Dan Gizi IPB.
http://www.masenchipz.com/bahaya-laten-sosis.Diakses tanggal 18 Juni 2014.
Atlas, R. M. (1984). Microbiology Fundamental and Application. Collier Mcmillan Inc.
Buckle, K.A., et.al.(1985). Ilmu Pangan. Jakarta: UI-Press, hal 31, 92, 93, dan 96.
Chen. (1992). Inhibitors of protein and rna synthesis block structural changes that
accompany long-therm heterosyneptic plasticity in aplysia. Neuron 9:149-758.
Dedin FR et al. (2006). Isolasi dan Karakterisasi Melanoidin Kecap Manis dan
Peranannya Sebagai Antioksidan. Jurnal teknologi dan Industri Pangan Vol XVIII
No. 3. Bogor.
Ginting, E. (2009). Varietas Kedelai Untuk Bahan Baku Industri Pangan. Jurnal Litbang
Pertanian, 28(3). Malang.
Guenther, Ernest. 1987. Minyak Atsiri Jilid I, Penerjemah Ketaren S., Cetakan I,
Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Handbook of Herbs and Spices. (2001). CRC Press. Boca Raton.
http://www.masenchipz.com/bahaya-laten-sosishttp://www.masenchipz.com/bahaya-laten-sosishttp://www.masenchipz.com/bahaya-laten-sosis -
7/13/2019 Laporan Kecap
15/17
14
Judoamidjojo, M. (1987). Teknologi Fermentasi. Jakarta: Raja Wali Pers.
Kasmidjo, R. B. (1990).Tempe : mikrobiologi dan Biokimia Pengolahan serta
Pemanfaatannya. PAU UGM. Yogyakarta.
Koswara, S. 1992. Teknologi Pengolahan Kedelai. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Krisno. (1990). Fermentasi Moromi dan Fermentasi Koji. Dalam. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Lumbantobing, E et al. (2013). Respon Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas
Kedelai Hitam Berdasarkan Ukuran Biji. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3.
Medan.
Masashi, Kasuga. (2006). Method of Brewing Soy Sauce. Diakses di
http://osdir.com/patents/Food-processes/Method-brewing-soy-sauce-07056543.html.
Pawiroharsono, S. (2007). Potensi Pengembangan Industri dan Bioekonomi Berbasis
Makanan Fermentasi Tradisional. JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIA.
Jakarta.
Peppler, H.J. & Perlman, D. (1979). Microbial Technology, fermentation Technology.
Prabandari, Ending. (1995). Cara Membuat Kecap . Semarang : Balai Pustaka
Prasetyo AB. (1996). Production and Microbiology of Tradisional Indonesian kecap.
Memoirs of The Tokyo Univ Agrie 28 : 100-59.
Purwoko, T et al. (2007). Kandungan Protein Kecap Manis Tanpa Fermentasi Moromi
Hasil FermentasiRhizopus oryzae danR. Oligosporus. BIODIVERSITAS Vol. 8, No. 3,
Juli 2007, hal. 223-227. Surakarta.
http://osdir.com/patents/Food-processes/Method-brewing-soy-sauce-07056543.htmlhttp://osdir.com/patents/Food-processes/Method-brewing-soy-sauce-07056543.htmlhttp://osdir.com/patents/Food-processes/Method-brewing-soy-sauce-07056543.html -
7/13/2019 Laporan Kecap
16/17
15
Santoso, H.B. (1994). Kecap dan Taoco Kedelai. Kanisius. Yogyakarta.
Smith, A.E., 1986. International trade in cloves, nutmeg, mace cinnamomum casia and
their derivares. Tropical Development and Research Institute London.
Standar Nasional Indonesia (SNI). 1994. Kecap Kedelai. Jakarta : PusatStandarisasi
Industri. Departemen Perindustrian. (SNI 01-3543-1994).
Suprapti, M. L., 2005. Teknologi Pengolahan Pangan : Manisan Kering Jambu Mete.
Kanisius, Yogyakarta.
Tortora, G.J., R. Funke & C.L. Case. (1995). Microbiology. The Benjamin / Cummings
Publishing Company, Inc. USA.
Wibowo, D. 1990. Teknologi Fermentasi. Penerbit Pusat Antar Universitas Pangan dan
Gizi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
-
7/13/2019 Laporan Kecap
17/17
16
5. LAMPIRAN
5.1. Jurnal
5.2. Laporan Sementara
5.3.Viper