laporan kecap

Upload: james-gomez

Post on 14-Oct-2015

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/13/2019 Laporan Kecap

    1/17

    0

    FERMENTASI SUBSTRAT PADAT

    FERMENTASI KECAP

    LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

    TEKNOLOGI FERMENTASI

    Disusun oleh :

    Elisabeth Tiffany Kristanto 11.70.0037

    PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

    SEMARANG

    2014

  • 7/13/2019 Laporan Kecap

    2/17

    1

    1. HASIL PENGAMATAN

    Hasil pengamatan terhadap kecap dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1. Hasil Pengamatan Fermentasi Kecap

    Kelompok Perlakuan Aroma Warna Kekentalan Rasa

    C1 0,5% inokulum

    1 kg gula jawa

    ++ ++ + +

    C2 0,5% inokulum

    1,5 kg gula jawa

    + + + +

    C3 0,75% inokulum

    2 kg gula jawa

    + ++ + +

    C4 0,75% inokulum2,5 kg gula jawa

    + + + ++

    C5 1% inokulum

    3 kg gula jawa

    + ++ ++ ++

    Keterangan :

    Kekentalan Rasa Aroma Warna

    + : kurang kental + : kurang manis + : kurang kuat + : kurang hitam

    ++ : kental ++ : manis ++ : kuat ++ : hitam

    +++ : sangat kental +++ : sangat manis +++ : sangat kuat +++ : sangat hitam

    Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah inokulum yang ditambahkan pada substrat tiap

    kelompok berbeda-beda. Jumlah gula jawa yang digunakan untuk memasak kecap tiap

    kelompok juga berbeda-beda. Pada kelompok C1 dengan perlakuan penambahan 0,5%

    inokulum pada substrat dan 1 kg gula jawa untuk pemasakan, kecap yang dihasilkan

    memiliki aroma yang kuat, warna hitam, kurang kental, dan kurang manis. Pada

    kelompok C2 dengan perlakuan penambahan 0,5% inokulum pada substrat dan 1,5 kg

    gula jawa untuk pemasakan, kecap yang dihasilkan memiliki aroma yang kurang kuat,

    kurang hitam, kurang kental, dan kurang manis. Pada kelompok C3 dengan perlakuan

    penambahan 0,75% inokulum pada substrat dan 2 kg gula jawa untuk pemasakan, kecap

    yang dihasilkan memiliki aroma yang kurang kuat, warna hitam, kurang kental, dan

    kurang manis. Pada kelompok C4 dengan perlakuan penambahan 0,75% inokulum pada

    substrat dan 2,5 kg gula jawa untuk pemasakan, kecap yang dihasilkan memiliki aroma

    yang kurang kuat, kurang hitam, kurang kental, dan manis. Pada kelompok C5 dengan

    perlakuan penambahan 1% inokulum pada substrat dan 3 kg gula jawa untuk

    pemasakan, kecap yang dihasilkan memiliki aroma yang kurang kuat, hitam, kental, dan

    manis.

  • 7/13/2019 Laporan Kecap

    3/17

    2

    2. PEMBAHASAN

    Menurut Pawiroharsono (2007) dalam jurnalnya yang berjudul Potensi Pengembangan

    Industri dan Bioekonomi Berbasis Makanan Fermentasi Tradisional, fermentasi

    merupakan salah satu cara untuk meningkatkan nilai makanan dengan memanfaatkan

    mikroorganisme. Fermentasi dapat meningkatkan nilai tambah pada produk

    dibandingkan dengan bahan bakunya. Peningkatan nilai tambah mencakup aspek nilai

    jual, pengawetan, peningkatan nilai nutrisi, cita rasa dan untuk pengembangan produk

    baru. Kecap merupakan produk cair hasil fermentasi atau dengan cara kimia (hidrolisis)

    kacang kedelai (Glycine max L.) dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain

    termasuk bahan tambahan makanan yang diijinkan (SNI 01-3543-1994). Kecap

    merupakan salah satu makanan tradisional dari kedelai yang telah terkenal di negara

    Asia sejak lebih dari seribu tahun yang lalu. Kecap berasal dari Cina dan dikenal dengan

    nama yang berbeda di berbagai negara, misalnya kan jang di Korea, shoyu di Jepang,

    chiang-yu di Cina, dan kecap di Indonesia. Kecap yang terdapat di Indonesia berbeda

    dengan kecap yang terdapat di Cina dan Jepang. Kecap yang terdapat di Indonesia

    merupakan kecap manis, dimana pada pembuatannya ditambahkan gula kelapa dan

    rempah-rempah sehingga kecap manis memiliki flavor yang manis, asin, beraroma

    rempah (spicy), dan gurih. Sedangkan kecap yang terdapat di Cina dan Jepang memiliki

    flavor yang asin dan gurih (Apriyantono et al., 1996).

    Kecap manis merupakan salah satu produk olahan yang bertekstur kental, berwarna

    coklat kehitaman, dan biasa digunakan sebagai penyedap makanan. Kecap manis

    memiliki tekstur yang kental dan viskositas yang tinggi karena adanya penambahan gula

    dalam proses pembuatan kecap manis. Sebagian besar kecap di Indonesia memilikiperbedaan dalam kandungan gula, kandungan asam, dan konsentrasi asam amino yang

    berhubungan dengan perlakuan fermentasi (Suprapti, 2005). Komponen terbesar yang

    terdapat pada kecap manis yaitu karbohidrat. Namun, kandungan asam amino pada

    kecap cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena kecap manis terbuat dari kacang kedelai

    yang memiliki kandungan protein yang tinggi (Santoso, 1994). Kandungan gula yang

    terdapat dalam kecap manis lebih banyak dibandingkan pada kecap asin (Judoamidjojo,

  • 7/13/2019 Laporan Kecap

    4/17

    3

    1987). Pembuatan kecap manis di Indonesia biasanya dilakukan secara fermentasi

    (Koswara, 1992).

    Bahan yang biasanya digunakan untuk membuat kecap di Indonesia yaitu kedelai hitam.

    Biji kedelai yang digunakan untuk membuat kecap harus memenuhi syarat mutu biji

    kedelai yaitu bebas dari sisa tanaman (kulit polong, potongan batang atau ranting), batu,

    kerikil, tanah, atau biji tanaman lain. Selain itu biji kedelai tidak luka, biji kedelai bebas

    dari serangan hama dan penyakit, dan kulit biji tidak keriput (Santoso, 1994).

    Komposisi kimia antara kedelai kuning dan kedelai hitam tidak menunjukkan perbedaan

    yang berarti sehingga tidak akan menyebabkan perbedaan komposisi kimia kecap yang

    dihasilkan. Menurut Ginting et al. (2009) dalam jurnalnya yang berjudul Varietas

    Unggul Kedelai Untuk Bahan Baku Industri Pangan, penggunaan kedelai kuning untuk

    pembuatan kecap akhir-akhir ini meningkat seiring dengan makin terbatasnya pasokan

    kedelai hitam. Petani beralih menanam kedelai berbiji kuning yang lebih tinggi

    produksinya dan lebih besar ukuran bijinya dibandingkan dengan kedelai hitam yang

    umumnya berbiji kecil. Penggunaaan kedelai kuning dapat digunakan untuk mengatasi

    tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap kedelai impor. Namun menurut

    Lumbantobing et al. (2013) dalam jurnalnya yang berjudul Respon Pertumbuhan dan

    Produksi Beberapa Varietas Kedelai Hitam Berdasarkan Ukuran Biji, kedelai hitam

    memiliki keunggulan yaitu mengandung antosianin lebih banyak dan memiliki daya

    simpan yang lebih lama dibandingkan dengan kedelai kuning. Selain itu, kedelai hitam

    dapat digunakan sebagai bahan baku makanan atau industri kecap yang berkualitas baik.

    Pembuatan kecap yang menggunakan kedelai hitam menghasilkan warna yang lebih

    bagus dibandingkan dengan kecap yang dibuat dari kedelai kuning.

    Bahan yang digunakan (kedelai) dan jenis mikroorganisme yang digunakan sangat

    mempengaruhi kualitas kecap yang dihasilkan. Mikroorganisme yang aktif dalam

    pembuatan kecap yaitu Aspergillus oryzae, Aspergillus soyae, Aspergillus niger dan

    Rhizopus sp. Supaya fermentasi optimal, mikroorganisme tersebut memerlukan starter

    sebagai media pemacu pertumbuhan. Pembuatan starter betujuan untuk mengkondisikan

    mikroorganisme berada pada fase eksponensial sehingga waktu adaptasi dalam media

    dapat berlangsung lebih cepat (Santoso 1994).

  • 7/13/2019 Laporan Kecap

    5/17

    4

    Pada praktikum fermentasi kecap ini, kecap yang dibuat yaitu kecap manis. Bahan yang

    digunakan untuk pembuatan kecap pada praktikum ini yaitu kedelai kuning dan ragi

    tempe. Pertama-tama kedelai yang masih memiliki kulit ari direndam terlebih dahulu

    selama satu malam. Perendaman kedelai ini bertujuan supaya biji kedelai terhidrasi oleh

    air sehingga pemasakan kedelai hanya membutuhkan waktu yang singkat (Tortora et al.,

    1995). Setelah kedelai mekar, kedelai dicuci, dibuang kulit arinya dan ditiriskan hingga

    kering. Pengupasan kulit ari ini sesuai dengan teori Santoso (1994) bahwa biji kedelai

    yang digunakan untuk membuat kecap harus bebas dari kulitnya.

    Selanjutnya kedelai direbus hingga matang. Pemasakan ini bertujuan untuk

    menginaktifkan zat-zat antinutrisi, menghilangkan bau langu, merusak protein inhibitor,

    membunuh bakteri yang ada di permukaan kedelai, dan melunakkan biji kedelai. Selain

    itu, dengan proses pemasakan diharapkan kandungan mikroorganisme yang terdapat

    dalam kedelai bisa berkurang. Ada kemungkinan protein kedelai akan terpecah selama

    pemasakan namun tidak berarti protein tersebut mengalami kerusakan (Tortora et al,

    1995). Setelah direbus hingga matang, kedelai dikeringkan dengan cara diangin-

    anginkan agar sejumlah kandungan airnya menguap. Pengeringan tidak dilakukan

    sampai kedelai benar-benar kering supaya kondisi kelembaban kedelai tetap terjaga.

    Kondisi kedelai yang agak lembab dapat membuat jamur tumbuh pada permukaan

    kedelai sehingga enzim proteinase dan amilase dapat terakumulasikan. Enzim

    proteinase berperan untuk menguraikan kandungan protein pada kedelai menjadi bentuk

    yang lebih sederhana yaitu asam amino. Sedangkan enzim amilase berperan untuk

    menguraikan kandungan karbohidrat pada kedelai menjadi gula sederhana atau gula

    pereduksi yang dapat mempermudah fermentasi berikutnya (Atlas, 1984).

    Gambar 1. Perebusan Kedelai

  • 7/13/2019 Laporan Kecap

    6/17

    5

    Gambar 2. Pengeringan Kedelai

    Setelah kering, kedelai diletakkan di atas wadah niru atau tampah kemudian

    ditambahkan inokulum komersial yang berbeda setiap kelompok. Kelompok C1 dan C2

    ditambahkan 0,5% inokulum komersial, kelompok C3 dan C4 ditambahkan 0,75%

    inokulum komersial, dan kelompok C5 ditambahkan 1% inokulum komersial. Setelahdiinokulasi, ditutup dengan niru atau tampah penutup dan diinkubasi selama 3 hari.

    Menurut pendapat Prasetyo (1996), biji kedelai yang dihamparkan di atas tampah

    bambu dan diinokulasikan dengan kapang dan diinkubasi pada ruang khusus disebut

    tahap fermentasi koji. Koji merupakan kultur murni yang ditumbuhkan tersendiri atau

    kultur campuran yang diambil dari pembuatan kecap sebelumnya. Substrat untuk

    pertumbuhan dari starter ini bermacam-macam, walaupun sering digunakan campuran

    kedelai, dan gandum yang telah dipecah atau dedak gandum yang telah dipanaskan.

    Bahan-bahan tersebut diinokulasikan spora Aspergillus oryzae dan ditebarkan pada

    nampan kecil kemudian disimpan pada suhu 25-30C selama 3 hari (Buckle et al.,

    1985).

    Gambar 3. Peletakkan Kedelai pada Tampah

    Setelah 3 hari, kedelai yang sudah berjamur dipotong-potong dan dikeringkan dalam

    dehumidifier selama 2-4 jam. Pengeringan dalam dehumidifier ini bertujuan agar

    penghilangan kapang yang sudah melekat pada permukaan substrat menjadi lebih

  • 7/13/2019 Laporan Kecap

    7/17

    6

    mudah. Selain itu, pengeringan ini bertujuan untuk mengurangi kadar air pada kedelai

    sehingga pertumbuhan jamur dapat terhambat karena jika kondisinya tidak lembab,

    jamur tidak dapat tumbuh (Peppler & Perlman, 1979). Selanjutnya kedelai yang telah

    kering dimasukan ke dalam toples plastik. Kemudian ditambahkan larutan garam 20%

    dan direndam selama 1 minggu dan setiap siang dijemur dan diaduk. Tahap dimana koji

    yang diperoleh kemudian dicampur dengan air garam dan diaduk secara berkala disebut

    tahap moromi (Chen, 1992). Penambahan larutan garam 20% sesuai dengan teori

    Krisno (1990) bahwa konsentrasi garam yang biasanya digunakan pada tahap moromi

    sekitar 20-25%. Penambahan larutan garam bertujuan untuk mengekstraksi senyawa-

    senyawa sederhana hasil hidrolisis tahap koji. Pada tahap ini akan tumbuh bakteri

    halofilik secara spontan. Bakteri halofilik akan membantu pembentukan flavor yang

    khas pada kecap yang dihasilkan. Selain itu, penambahan larutan garam dapat menjadi

    medium selektif yang berfungsi untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme

    berbahaya. Namun, masih memungkinkan pertumbuhan khamir dan bakteri yang

    diperlukan untuk pembentukan citarasa pada kecap (Astawan & Astawan, 1991).

    Proses pengadukan selama tahap moromi dilakukan setiap hari. Pengadukan tersebut

    bertujuan untuk menjaga keseragaman konsentrasi garam, mencegah terjadinya

    pertumbuhan mikroorganisme yang tidak diinginkan, dan merangsang pertumbuhan

    bakteri (Wibowo, 1990). Pengadukan juga dapat memberikan udara untuk merangsang

    pertumbuhan khamir dan bakteri (Tortora et al., 1995). Selama tahap moromi,

    mikroorganisme yang berperan antara lain khamir Zygosaccharomycesdan Hansenula

    serta bakteriLactobacillus (Koswara, 1992).

    Setelah direndam dalam larutan garam selama 1 minggu, kemudian kacang kedelaidisaring menggunakan kain saring. Filtrat hasil saringan dimasak bersama 3 gram

    ketumbar, 20 gram kayu manis, 1 jentik laos, gula merah, 1 biji pekak. Penambahan

    gula merah berbeda-beda untuk setiap kelompok. Kelompok C1 ditambahkan 1 kg gula

    merah, kelompok C2 ditambahkan 1,5 kg gula merah, kelompok C3 ditambahkan 2 kg

    gula merah, kelompok C4 ditambahkan 2,5 kg gula merah, dan kelompok C5

    ditambahkan 3 kg gula merah. Gula merah merupakan jenis gula yang biasa digunakan

    dalam pembuatan kecap manis (Apriyantono & Wiratma, 1997). Gula merah yang

  • 7/13/2019 Laporan Kecap

    8/17

    7

    ditambahkan berfungsi untuk menambahkan rasa manis, mengentalkan kecap, memberi

    aroma yang khas, dan memberikan warna hitam pada kecap (Prabandari, 1995).

    Penambahan gula jawa dapat memberikan flavoryang baik pada kecap yang dihasilkan

    (Kasmidjo, 1990). Komponen flavor dalam kecap juga ditentukan oleh komponen

    nitrogen pendukung yaitu putresin, arginin, amonia, histidin, dan kadaverin. Putresin,

    arginin, histidin, dan lisin akan menghasilkan flavor yang enak jika membentuk

    senyawa dengan asam suksinat (Tortora et al., 1995).

    Gambar 4. Penghalusan Gula Merah

    Selain gula merah, bahan-bahan yang ditambahkan pada proses pemasakan kecap antara

    lain ketumbar, laos, pekak, dan kayu manis. Ketumbar banyak dimanfaatkan sebagai

    bumbu masak. Biasanya sebelum ditambahkan, ketumbar harus digerus terlebih dahulu.

    Ketumbar banyak digunakan untuk sayuran dan bahan penyedap. Ketumbar banyak

    mengandung karbohidrat, lemak, dan protein. Ketumbar juga memiliki aroma yang khas

    dimana aroma tersebut disebabkan oleh komponen kimia yang terdapat dalam minyak

    atsiri yaitu senyawa hidrokarbon beroksigen. Senyawa hidrokarbon beroksigen

    menimbulkan aroma wangi dalam minyak atsiri (Guenther, 1987). Biji ketumbar banyak

    mengandung mineral seperti kalsium, posfor, magnesium, potasium dan besi (Astawan,

    2009).

    Laos atau lengkuas dibedakan menjadi lengkuas putih dan lengkuas merah. Lengkuas

    yang digunakan dalam praktikum ini yaitu lengkuas putih. Lengkuas putih biasanya

    digunakan sebagai bumbu dapur sedangkan lengkuas merah biasanya digunakan sebagai

    obat tradisional dan mempunyai aktivitas antimikroba. Lengkuas putih memiliki

    kandungan air yang lebih banyak daripada lengkuas merah. Namun, kandungan minyak

    atsiri pada lengkuas putih lebih sedikit daripada lengkuas merah (Rusmarilin, 2003).

  • 7/13/2019 Laporan Kecap

    9/17

    8

    Lengkuas putih sering digunakan sebagai bumbu dapur sehingga pada praktikum ini

    lengkuas putih digunakan sebagai bumbu dalam pemasakan kecap.

    Penambahan kayu manis pada pembuatan kecap bertujuan untuk memberikan flavor.

    Kayu manis banyak digunakan dalam industri makanan sebagai pemberi rasa dan aorma

    (Smith, 1986). Proses pembuatan kecap pada penelitian Purwoko et al. (2007) dalam

    jurnalnya yang berjudul Kandungan Protein Kecap Manis Tanpa Fermentasi Moromi

    Hasil Fermentasi Rhizopus oryzae dan R. Oligosporus, salah satu bumbu yang

    digunakan untuk membuat kecap yaitu kayu manis. Penambahan pekak bertujuan untuk

    memberikanflavorjuga.

    Gambar 5. Rempah-rempah untuk Pemasakan Kecap

    Gambar 6. Pemasakan Kecap

    Jumlah inokulum yang ditambahkan jumlah inokulum yang ditambahkan pada substrat

    tiap kelompok berbeda-beda. Semakin tinggi, konsentrasi ragi, semakn cepat proses

    fermentasi. Namun penambahan substrat yang tidak optimal (terlalu sedikit atau terlalu

    banyak) dapat menyebabkan kecap yang dihasilkan kurang baik. Banyaknya kosentrasi

    ragi yang ditambahkan dapat mempengaruhi komponen-komponen yang terdapat di

    dalam kecap seperti jumlah etanol dan asam laktat dimana semakin banyak ragi yang

    ditambahkan maka semakin banyak dan cepat etanol yang dihasilkan (Masashi, 2006).

  • 7/13/2019 Laporan Kecap

    10/17

    9

    Setelah kecap selesai dimasak, dilakukan uji sensori. Pada hasil pengamatan fermentasi

    kecap dapat diketahui bahwa aroma kecap yang dihasilkan pada kelompok C1 kuat

    sedangkan aroma kecap yang dihasilkan pada kelompok C2, C3, C4, C5 kurang kuat.

    Gula merah yang ditambahkan berfungsi untuk memberi aroma yang khas pada kecap

    (Prabandari, 1995). Oleh karena itu, seharusnya semakin banyak gula merah yang

    ditambahkan maka aroma khas yang tercium semakin kuat. Namun pada hasil

    pengamatan diketahui bahwa kelompok C1 dengan penambahan gula merah paling

    sedikit menghasilkan kecap dengan aroma yang paling kuat dibandingkan dengan

    kelompok C2, C3, C4, C5 dengan penambahan gula merah yang lebih banyak. Padahal,

    bumbu-bumbu yang lain digunakan dalam jumlah yang sama setiap kelompok.

    Kesalahan ini disebabkan karena pada saat uji sensori, kecap kelompok C1 masih dalam

    keadaan panas sedangkan kelompok lainnya sudah dalam keadaan dingin. Hal inilah

    yang menyebabkan aroma kecap yang dihasilkan kelompok C1 lebih kuat dibandingkan

    kecapyang dihasilkan kelompok lain.

    Pada hasil pengamatan fermentasi kecap dapat diketahui bahwa warna kecap yang

    dihasilkan pada kelompok C1, C3, C5 hitam sedangkan warna kecap yang dihasilkan

    pada kelompok C2 dan C4 kurang hitam. Gula merah yang ditambahkan berfungsi

    untuk memberikan warna hitam pada kecap (Prabandari, 1995). Jadi seharusnya,

    semakin banyak gula merah yang ditambahkan, warna kecap yang dihasilkan semakin

    hitam. Namun pada hasil pengamatan diketahui bahwa kelompok C1 dengan

    penambahan gula merah yang lebih sedikit (1 kg) menghasilkan kecap dengan warna

    yang lebih hitam dibandingkan dengan kecap yang dihasilkan kelompok C4 dengan

    penambahan gula merah sebanyak 2,5 kg. Hal ini disebabkan karena gula merah ada

    yang berwarna terang dan ada yang berwarna gelap. Jika gula merah yang digunakanberwarna lebih terang, maka warna hitam yang dihasilkan akan memudar (Prabandari,

    1995). Karena gula merah kelompok C4 lebih banyak berwarna terang, maka kecap

    yang dihasilkan kurang hitam. Menurut Dedin et al. (2006) dalam jurnalnya yang

    berjudul Isolasi dan Karakterisasi Melanoidin Kecap Manis dan Peranannya

    Sebagai Antioksidan, pembentukan warna kecap terjadi selama tahap moromi dan

    pada proses pemasakan. Selama pemasakan terjadi pembentukan warna coklat yang

  • 7/13/2019 Laporan Kecap

    11/17

    10

    disebabkan oleh reaksi pencoklatan non enzimatis yaitu reaksi Maillard dan

    karamelisasi. Reaksi ini tidak hanya mempengaruhi warna namun juga padaflavor.

    Pada hasil pengamatan fermentasi kecap dapat diketahui bahwa kekentalan kecap yang

    dihasilkan pada kelompok C1, C2, C3, C4 kurang kental sedangkan kekentalan kecap

    yang dihasilkan pada kelompok C5 kental. Hal ini dikarenakan penambahan gula merah

    kelompok C1, C2, C3, C4 lebih sedikit dibandingkan C5. Menurut pendapat Prabandari

    (1995), penambahan gula merah berfungsi untuk mengentalkan kecap sehingga semakin

    banyak gula yang ditambahkan semakin kental kecap yang dihasilkan. Pada praktikum

    ini, kecap yang kental dihasilkan dengan penambahan gula merah sebanyak 3 kg pada

    proses pemasakan.

    Pada hasil pengamatan fermentasi kecap dapat diketahui bahwa rasa kecap yang

    dihasilkan pada kelompok C1, C2, C3 kurang manis sedangkan rasa kecap yang

    dihasilkan pada kelompok C4 dan C5 manis. Hal ini dikarenakan penambahan gula

    merah kelompok C1, C2, C3 lebih sedikit dibandingkan C4 dan C5. Menurut pendapat

    Prabandari (1995), penambahan gula merah berfungsi untuk menambah rasa manis

    sehingga semakin banyak gula yang ditambahkan semakin manis kecap yang

    dihasilkan. Pada praktikum ini, kecap dengan rasa manis dapat dihasilkan dengan

    penambahan gula merah sebanyak 2,5 kg dan 3 kg pada proses pemasakan. Selain itu

    menurut pendapat Santoso (1994), setiap 1 liter filtrat membutuhkan 2 kg gula merah

    sehingga penambahan gula yang kurang pada kelompok C1, C2, C3 menyebabkan rasa

    kecap yang dihasilkan kurang manis.

    Gambar . Uji Sensori Kecap

  • 7/13/2019 Laporan Kecap

    12/17

    11

    3. KESIMPULAN

    Kecap merupakan saah satu makanan hasil fermentasi yang terbuat dari kedelai. Kecap yang terdapat di Indonesia merupakan kecap manis, dimana pada

    pembuatannya ditambahkan gula kelapa dan rempah-rempah.

    Kecap manis merupakan salah satu produk olahan yang bertekstur kental, berwarnacoklat kehitaman, dan biasa digunakan sebagai penyedap makanan.

    Komposisi kimia antara kedelai kuning dan kedelai hitam tidak menunjukkanperbedaan yang berarti.

    Perendaman kedelai bertujuan supaya biji kedelai terhidrasi oleh air sehinggapemasakan kedelai hanya membutuhkan waktu yang singkat.

    Pemasakan kedelai bertujuan untuk menginaktifkan zat-zat antinutrisi,menghilangkan bau langu, merusak protein inhibitor, membunuh bakteri yang ada di

    permukaan kedelai, dan melunakkan biji kedelai, mikroorganisme yang terdapat

    dalam kedelai bisa berkurang.

    Pengeringan tidak dilakukan sampai kedelai benar-benar kering supaya kondisikelembaban kedelai tetap terjaga.

    Dalam pembuatan kecap ada dua tahap yaitu tahap koji dan tahap moromi. Biji kedelai yang dihamparkan di atas tampah bambu dan diinokulasikan dengan

    kapang dan diinkubasi pada ruang khusus disebut tahap fermentasi koji.

    Pengeringan dalam dehumidifier bertujuan agar penghilangan kapang yang sudahmelekat pada permukaan substrat menjadi lebih mudah.

    Tahap dimana koji yang diperoleh kemudian dicampur dengan air garam dan diaduksecara berkala disebut tahap moromi.

    Penambahan larutan garam bertujuan untuk mengekstraksi senyawa-senyawasederhana hasil hidrolisis tahap koji.

    Pengadukan tersebut bertujuan untuk menjaga keseragaman konsentrasi garam,mencegah terjadinya pertumbuhan mikroorganisme yang tidak diinginkan, dan

    merangsang pertumbuhan bakteri.

    Gula merah yang ditambahkan berfungsi untuk menambahkan rasa manis,mengentalkan kecap, memberi aroma yang khas, dan memberikan warna hitam pada

    kecap.

  • 7/13/2019 Laporan Kecap

    13/17

    12

    Ketumbar, laos, bunga pekak, dan kayu manis merupakan rempah-rempah yangberfungsi untuk memberikanflavor dan rasa sedap.

    Semakin banyak gula merah yang ditambahkan maka aroma khas yang terciumsemakin kuat, warna semakin hitam, semakin kental, dan rasanya semakin manis.

    Semarang, 19 Juni 2014

    Praktikan, Asisten Dosen

    Andriani Cintya S.

    Chrysentia Archinitta L. M.

    Katharina Nerissa A. A.

    Meilisa Lelyana D.

    Stella Mariss H.Elisabeth Tiffany Kristanto

    11.70.0037

  • 7/13/2019 Laporan Kecap

    14/17

    13

    4. DAFTAR PUSTAKA

    Apriyantono, A. dan Wiratma, E. (1997). Pengaruh jenis gula terhadap sifat sensoridan

    komposisi kimia kecap manis. Bul Teknol dan Industri Pangan 8: 8-14.

    Apriyantoro, A., Fardiaz, D., Puspitasari, N., Sedarnawati dan Budiyanto, S. (1998).

    Analisa Pangan, Institut Pertanian Bogor Press, Bogor.

    Astawan, M. & Astawan W. M. (1991).Teknologi Pengolahan Pangan Nabati Tepat

    Guna. Akademika Pressindo.

    Astawan, M. 2009. Departemen Teknologi Pangan Dan Gizi IPB.

    http://www.masenchipz.com/bahaya-laten-sosis.Diakses tanggal 18 Juni 2014.

    Atlas, R. M. (1984). Microbiology Fundamental and Application. Collier Mcmillan Inc.

    Buckle, K.A., et.al.(1985). Ilmu Pangan. Jakarta: UI-Press, hal 31, 92, 93, dan 96.

    Chen. (1992). Inhibitors of protein and rna synthesis block structural changes that

    accompany long-therm heterosyneptic plasticity in aplysia. Neuron 9:149-758.

    Dedin FR et al. (2006). Isolasi dan Karakterisasi Melanoidin Kecap Manis dan

    Peranannya Sebagai Antioksidan. Jurnal teknologi dan Industri Pangan Vol XVIII

    No. 3. Bogor.

    Ginting, E. (2009). Varietas Kedelai Untuk Bahan Baku Industri Pangan. Jurnal Litbang

    Pertanian, 28(3). Malang.

    Guenther, Ernest. 1987. Minyak Atsiri Jilid I, Penerjemah Ketaren S., Cetakan I,

    Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

    Handbook of Herbs and Spices. (2001). CRC Press. Boca Raton.

    http://www.masenchipz.com/bahaya-laten-sosishttp://www.masenchipz.com/bahaya-laten-sosishttp://www.masenchipz.com/bahaya-laten-sosis
  • 7/13/2019 Laporan Kecap

    15/17

    14

    Judoamidjojo, M. (1987). Teknologi Fermentasi. Jakarta: Raja Wali Pers.

    Kasmidjo, R. B. (1990).Tempe : mikrobiologi dan Biokimia Pengolahan serta

    Pemanfaatannya. PAU UGM. Yogyakarta.

    Koswara, S. 1992. Teknologi Pengolahan Kedelai. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

    Krisno. (1990). Fermentasi Moromi dan Fermentasi Koji. Dalam. Institut Pertanian

    Bogor. Bogor.

    Lumbantobing, E et al. (2013). Respon Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas

    Kedelai Hitam Berdasarkan Ukuran Biji. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3.

    Medan.

    Masashi, Kasuga. (2006). Method of Brewing Soy Sauce. Diakses di

    http://osdir.com/patents/Food-processes/Method-brewing-soy-sauce-07056543.html.

    Pawiroharsono, S. (2007). Potensi Pengembangan Industri dan Bioekonomi Berbasis

    Makanan Fermentasi Tradisional. JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIA.

    Jakarta.

    Peppler, H.J. & Perlman, D. (1979). Microbial Technology, fermentation Technology.

    Prabandari, Ending. (1995). Cara Membuat Kecap . Semarang : Balai Pustaka

    Prasetyo AB. (1996). Production and Microbiology of Tradisional Indonesian kecap.

    Memoirs of The Tokyo Univ Agrie 28 : 100-59.

    Purwoko, T et al. (2007). Kandungan Protein Kecap Manis Tanpa Fermentasi Moromi

    Hasil FermentasiRhizopus oryzae danR. Oligosporus. BIODIVERSITAS Vol. 8, No. 3,

    Juli 2007, hal. 223-227. Surakarta.

    http://osdir.com/patents/Food-processes/Method-brewing-soy-sauce-07056543.htmlhttp://osdir.com/patents/Food-processes/Method-brewing-soy-sauce-07056543.htmlhttp://osdir.com/patents/Food-processes/Method-brewing-soy-sauce-07056543.html
  • 7/13/2019 Laporan Kecap

    16/17

    15

    Santoso, H.B. (1994). Kecap dan Taoco Kedelai. Kanisius. Yogyakarta.

    Smith, A.E., 1986. International trade in cloves, nutmeg, mace cinnamomum casia and

    their derivares. Tropical Development and Research Institute London.

    Standar Nasional Indonesia (SNI). 1994. Kecap Kedelai. Jakarta : PusatStandarisasi

    Industri. Departemen Perindustrian. (SNI 01-3543-1994).

    Suprapti, M. L., 2005. Teknologi Pengolahan Pangan : Manisan Kering Jambu Mete.

    Kanisius, Yogyakarta.

    Tortora, G.J., R. Funke & C.L. Case. (1995). Microbiology. The Benjamin / Cummings

    Publishing Company, Inc. USA.

    Wibowo, D. 1990. Teknologi Fermentasi. Penerbit Pusat Antar Universitas Pangan dan

    Gizi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

  • 7/13/2019 Laporan Kecap

    17/17

    16

    5. LAMPIRAN

    5.1. Jurnal

    5.2. Laporan Sementara

    5.3.Viper