laporan ke 5 bakte darah salmonella thypi
DESCRIPTION
ggyatyTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam tifoid menular melalui makanan dan minuman yang telah tercemar
oleh Salmonella typhi atau orang yang telah menjadi carrier, yaitu orang yang telah
mengalami infeksi tetapi bakteri tersebut masih terdapat di dalam tubuhnya. Pada
orang yang merupakan carrier, biasanya tidak terdapat gejala spesifik, sehingga
penularan demam tifoid terutama disebabkan oleh penderita ini. Antibiotik
merupakan faktor penting dalam pengobatan demam tifoid. Beberapa antibiotik lini
pertama yang telah ditemukan untuk mengobati demam tifoid adalah kloramfenikol,
ampicillin, dan kotrimoxazole. Semakin seringnya penggunaan antibiotik tersebut
menyebabkan resistensi dikarenakan adanya mutasi pada bakteri Salmonella typhi
sehingga bisa bertahan terhadap antibiotik tersebut. Resistensi terhadap tiga agen lini
pertama yang telah disebutkan disebut multi-drug resistance Salmonella typhi (MDR-
ST). Resistensi ini telah menjadi masalah penting di Asia Tenggara dan India selama
bertahun-tahun. Untuk mengatasi masalah resistensi ini, dikembangkan penelitian
untuk menemukan obat yang lebih efektif, dan hasilnya ditemukan florokuinolon
yang efektif untuk mengatasi MDR-ST. Florokuinolon saat ini digunakan sebagai
obat lini pertama untuk pengobatan demam tifoid, namun pada perkembangannya
terdapat laporan yang menyatakan bahwa sensitivitas bakteri Salmonella typhi
terhadap florokuinolon mulai menurun.( Entjang Indan, dr. 2001).
Hampir semua bahan pangan tercemar oleh berbagai mikroorganisme dari
lingkungan sekitarnya. Beberapa jenis mikroba yang terdapat pada bahan pangan
adalah Salmonella yhypi / sp, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, kapang,
khamir serta mikroba patogen lainnya. Pencemaran mikroba pada bahan pangan
merupakan hasil kontaminasi langsung atau tidak langsung dengan sumber–sumber
pencemaran mikroba, seperti tanah, udara, air, debu, saluran pencernaan dan
pernafasan manusia maupun hewan. Hanya sebagian saja dari berbagai sumber
pencemar yang berperan sebagai sumber mikroba awal yang selanjutnya akan
berkembang biak pada bahan pangan sampai jumlah tertentu.( Arif Mansyur. 2007.).
Bahan pangan dapat bertindak sebagai perantara atau substrat untuk
tumbuhnya mikroorganisme yang bersifat patogenik terhadap manusia.Penyakit
menular yang cukup berbahaya seperti tipes, kolera, disentri, tbc, poliomilitis dengan
mudah disebarkan melalui bahan pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme
patogenik seperti salmonella yang akan dibahas pada laporan ini.( Stephen A. 2005).
Salmonella adalah salah satu bakteri yang seringkali menyebabkan penyakit
yang cukup serius apabila mencemari makanan maupun minuman yang dikonsumsi
manusia. Salmonella juga dapat hidup pada tubuh makhluk hidup yang berdarah
dingin maupun berdarah panas. Untuk dapat mewaspadai mikroorganisme ini oleh
karena itu diperlukan adanya identifikasi Salmonella pada makanan yang sering
dikonsumsi manusia.( Nugraha Tania. 2010).
B. Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami mengenai metode yang digunakan dalam
mengidentifikasi Salmonella dalam makanan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Salmonella adalah suatu genus bakteri enterobakteria gram-negatif
berbentuk tongkat yang menyebabkan tifoid, paratifod, dan penyakit foodborne.
Spesies-spesies Salmonella dapat bergerak bebas dan menghasilkan hidrogen sulfida.
Salmonella dinamai dari Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika, walaupun
sebenarnya, rekannya Theobald Smith (yang terkenal akan hasilnya pada anafilaksis)
yang pertama kali menemukan bakterium tahun 1885 pada tubuh babi.( Entjang
Indan, dr. 2001).
Habitat Inang bagi Salmonella adalah usus halus manusia dan hewan.
Makanan dan minuman terkontaminasi merupakan mekanisme transmisi kuman
Salmonella dan carrier adalah sumber infeksi. Salmonella Thipy bisa berada dalam
air, es, debu, sampah kering yang bila organisme ini masuk ke dalam vehicle yang
cocok (daging, kerang dan sebagainya) akan berkembang biak mencapai dosis
infektif.( Arif Mansyur. 2007).
a. Klasifikasi :
Kingdom : Bakteria
Philum : Proteobakteria
Class : Gamma Proteobakteria
Ordo : Enterobakteriales
Famili : Enterobakteriaceae
Genus : Salmonella
Spesies : S. Typhi
(Nugraha Tania. 2010.).
Secara praktis salmonella dapat dibagi menjadi :
a. Salmonella tifoid yaitu Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A,B, dan
C penyebab demam enterik (typhoid) pada manusia. Kelompok ini telah beradaptasi
pada manusia.
b. Salmonellanon-tifoid yaitu Salmonelladublin (sapi),Salmonella cholera
suis (babi),Salmonellagallinarum dan Salmonella pullarum (unggas), Salmonella
aborius equi (kuda) dan Salmonella aborius ovis (domba). Salmonella sp yang
beradaptasi pada jenis hewan tertentu jarang menimbulkan penyakit pada manusia.
( Stephen A. 2005).
b. Morfologi
Salmonella pertama ditemukan (diamati) pada penderita demam tifoid pada
tahun 1880 oleh Eberth dan dibenarkan oleh Robert Koch dalam kultur bakteri pada
tahun 1881. Salmonella adalah bakteri berbentuk batang, pada pengecatan gram
berwarna merah muda (gram negatif). Salmonella berukuran 2 µ sampai 4 µ × 0,6 µ,
mempunyai flagel (kecuali S. gallinarum dan S. pullorum), dan tidak berspora.
Habitat Salmonella adalah di saluran pencernaan (usus halus) manusia dan hewan.
(Nugraha Tania. 2010).
Dalam skema kauffman dan white tatanama Salmonella di kelompokkan
berdasarkan antigen atau DNA yaitu kelompok I enteric, II salamae, IIIa arizonae,
IIIb houtenae, IV diarizonae, V bongori, dan VI indica. Komposisi dasar
DNA Salmonella adalah 50-52 mol% G+C, mirip dengan Escherichia, Shigella,
dan Citrobacter. Namun klasifikasi atau penggunaan tatanama yang sering dipakai
pada Salmonella berdasarkan epidemiologi, jenis inang, dan jenis struktur antigen
(misalnya S.typhi, S. thipirium). Jenis atau spesies Salmonella yang utama adalah S.
typhi (satu serotipe), S. choleraesuis, dan S. enteritidis (lebih dari 1500 serotipe).
Sedangkang spesies S. paratyphi A, S. paratyphi B, S. paratyphi C termasuk dalam S.
enteritidis.( Entjang Indan, dr. 2001).
c. Sifat-sifat Biologi
Host reservoar: unggas, babi, hewan pengerat, hewan ternak, binatang piaraan,
dsb.
Menghasilkan hasil positif terhadap reaksi fermentasi manitol dan sorbitol.
Memberikan hasil negatif pada reaksi indol, DNase, fenilalanin deaminase,
urease, Voges Proskauer, reaksi fermentasi terhadap sukrosa, laktosa, dan
adonitol.
Pada agar SS, Endo, EMB, dan McConkey, koloni kuman berbentuk bulat, kecil,
dan tidak berwarna. Pada agar Wilson-Blair, koloni kuman berwarna hitam.
Dapat masuk ke dalam tubuh secara oral, melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi.
Dosis infektif rata-rata untuk menimbulkan infeksi klinis atau subklinis pada
manusia pada manusia adalah 105–108 organisme.
Faktor pejamu yang menimbulkan resistensi terhadap infeksi Salmonella adalah
keasaman lambung, flora mikroba normal usus, dan kekebalan usus setempat.
Dapat bertahan dalam air yang membeku untuk waktu yang lama (+ 4 minggu).
Mati pada suhu 56oC, juga pada keadaan kering.
Hidup subur dalam medium yang mengandung garam empedu.
Resisten terhadap zat warna hijau brilian, natrium tetrationat, dan natrium
deoksikolat yang menghambat pertumbuhan kuman koliform sehingga senyawa-
sennyawa tersebut dapat digunakan untuk inklusi isolat Salmonella dari feses pada
medium.( Arif Mansyur. 2007).
Adapun sifat biakannya yaitu;
Koloni-koloni yang tersangka dari isolasi media yang ditumbuhi Salmonella :
Endo Agar : Rose, kecil-sedang, smooth, jernih, keping
EMBA : Tidak berwarna, sedang, smooth, jernih, dan keping
MC : Rose, kecil-sedang, smooth, jernih, keping
S.S A :Tidak berwarna, rose, kecil-kecil, smooth, jernih,
WB : Hijau muda tengah-tengah, hitam, kecil-kecil, tepinya jernih, smooth,
sedikit cembung.( Nugraha Tania. 2010).
d. Struktur Antigen
Salmonella mempunyai tiga macam antigen utama untuk diagnostik atau
mengidentifikasinya yaitu : somatik antigen (O), antigen flagel (H) dan antigen Vi
(kasul). Antigen O (Cell Wall Antigens ) merupakan kompleks fosfolipid protein
polisakarida yang tahan panas (termostabil), dan alkohol asam. Antibodi yang
dibentuk adalah IgM. Namun antigen O kurang imunogenik dan aglutinasi
berlangsung lambat. Maka kurang bagus untuk pemeriksaan serologi karena terdapat
67 faktor antigen, tiap-tiap spesies memiliki beberapa faktor. Oleh karena itu titer
antibodi O sesudah infeksi lebih rendah dari pada antibodi H.( Stephen A. 2005).
Antigen H pada Salmonella dibagi dalam 2 fase yaitu fase I : spesifik dan fase
II : non spesifik. Antigen H adalah protein yang tidak tahan panas (termolabil), dapat
dirusak dengan pemanasan di atas 60ºC dan alkohol asam. Antigen H sangat
imunogenik dan antibodi yang dibentuk adalah IgG. Sedangkan Antigen Vi adalah
polimer dari polisakarida yang bersifat asam. Terdapat dibagian paling luar dari badan
kuman bersifai termolabil. Dapat dirusak dengan pemanasan 60oC selama 1 jam.
Kuman yang mempunyai antigen Vi bersifat virulens pada hewan dan mausia.
Antigen Vi juga menentukan kepekaan terhadap bakteriofaga dan dalam laboratorium
sangat berguna untuk diagnosis cepat kuman S. typhi. Adanya antigen Vi
menunjukkan individu yang bersangkutan merupakan pembawa kuman (carrier).
e. Sumber Penularan
Infeksi terjadi dari memakan makanan yang terkontaminasi dengan feses yang
terdapat bakteri Salmonella typhi dari organisme pembawa (host). Setelah masuk
dalam saluran pencernaan, maka S. typhi menyerang dinding usus yang menyebabkan
kerusakan dan peradangan.
Infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah karena dapat
menembus dinding usus tadi ke organ-organ lain, seperti hati, limpa, paru-paru,
tulang-tulang sendi, plasenta dan dapat menembus sehingga menyerang fetus pada
wanita atau hewan betina yang hamil, serta menyerang membran yang menyelubungi
otak. Substansi racun dapat diproduksi oleh bakteri dan dapat dilepaskan dan
mempengaruhi keseimbangan tubuh.
Di dalam hewan atau manusia yang terinfeksi, pada fesesnya terdapat
kumpulan S. typhi yang dapat bertahan sampai berminggu-minggu atau berbulan-
bulan. Bakteri tersebut tahan terhadap range temperatur yang luas sehingga dapat
bertahan hidup berbulan-bulan dalam tanah atau air.
f. Patogenitas
Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui
makanan (foodborne diseases). Pada umumnya, serotipe Salmonella menyebabkan
penyakit pada organ pencernaan. Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella disebut
salmonellosis. Ciri-ciri orang yang mengalami salmonellosis adalah diare, keram
perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam setelah memakan makanan yang
terkontaminasi oleh Salmonella. Gejala lainnya adalah demam, sakit kepala, mual dan
muntah-muntah. Tiga serotipe utama dari jenis S. enterica adalah S. typhi, S.
typhimurium, dan S. enteritidis. S. typhi menyebabkan penyakit demam tifus
(Typhoid fever), karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan gastroenteritis,
yang disebabkan oleh keracunan makanan/intoksikasi. Gejala demam tifus meliputi
demam, mual-mual, muntah dan kematian. S. typhi memiliki keunikan hanya
menyerang manusia, dan tidak ada inang lain. Infeksi Salmonella dapat berakibat fatal
kepada bayi, balita, ibu hamil dan kandungannya serta orang lanjut usia. Hal ini
disebabkan karena kekebalan tubuh mereka yang menurun. Kontaminasi Salmonella
dapat dicegah dengan mencuci tangan dan menjaga kebersihan makanan yang
dikonsumsi.
Salmonella Thypi, Salmonella Choleraesuis, dan mungkin juga Salmonella
Paratyphi B bersifat infeksius untuk manusia, dan infeksi oleh organisme tersebut
didapatkan dari manusia. Namun, sebagian besar salmonella bersifat pathogen
terutama bagi hewan yang menjadi reservoir untuk menjadi manusia: unggas, babi,
hewan pengerat, hewan ternak, binatang piaraan (dari kura-kura hingga burung
kakatua), dan banyak lainnya.
Organisme ini hampir selalu masuk melalui rute oral, biasanya bersama
makanan atau minuman yang terkontaminasi. Dosis efektif rata-rata untuk
menimbulakn infeksi klinis atau subklinis pada manusia adalah 105-108 Salmonella.
Beberapa factor pejamu yang menimbulkan resistensi terhadap infeksi Salmonella
adalah keasaman lambung, flora normal usus dan kekebalan usus.
g. Epidemiologi
1. Carrier
Setelah infeksi nyata atau subklinis, beberapa individu terus menyimpan
salmonela di dalam jaringannya selama waktu yang tidak tentu. Tiga persen
individu yang sembuh dari tifoid menjadi carrier permanen, mempunyai
organisme di dalam kandung empedu, saluran empedu, atau kadang-kadang di
dalam usus atau saluran kemih.
2. Sumber Infeksi
Sumber infeksi adalah makanan dan minuman yang terkontaminasi dengan
salmonela. Berikut adalah sumber-sumber infeksi yang penting:
Air, kontaminasi dengan feses sering menimbulkan epidemik yang luas.
Susu dan produk susu lainnya (es krim, keju, puding), kontaminasi dengan feses
dan paterurisasi yang tidak adekuat atau penanganan yang salah. Beberapa wabah
dapat ditelusuri sampai sumber kumannya.
Kerang, dari air yang terkontaminasi.
Telur beku atau dikeringkan, dari unggas yang terinfeksi atau terkontaminasi saat
pemrosesan.
Daging dan produk daging, dari hewan yang terinfeksi (ternak) atau kontaminasi
oleh feses melalui hewan pengerat atau manusia.
Obat ”rekresai”, mariyuana atau obat lainnya.
Pewarna hewan, pewarnaan (misal, carmine) digunakan untuk obat, makanan, dan
kosmetik.
Hewan piaraan, kura-kura, anjing, kucing, dll.
3. Penyakit yang ditimbulkan
Adapun penyakit yang ditimbulkan yaitu:
a. Demam Enterik (Demam Tifoid)
HCL dalam lambung berperan sebagai penghambat masuknya Salmonella
typhi dan bakteri lain. Jika Salmonella typhi masuk bersama-sama cairan, maka
terjadi pengenceran HCL yang mengurangi daya hambat terhadap
mikroorganisme penyebab penyakit yang masuk. Daya hambat HCL ini akan
menurun pada waktu terjadi pengosongan lambung, sehingga Salmonella typhi dapat
masuk ke dalam usus penderita. Salmonella typhi seterusnya memasuki folikel-folikel
limfe yang terdapat di dalam lapisan mukosa atau submukosa usus, bereplikasi
dengan cepat untuk menghasilkan lebih banyak Salmonella typhi. Setelah itu,
Salmonella typhi memasuki saluran limfe dan akhirnya mencapai aliran darah.
Dengan demikian terjadilah bakteremia pada penderita. Dengan melewati kapiler-
kapiler yang terdapat dalam dinding kandung empedu atau secara tidak langsung
melalui kapiler-kapiler hati dan kanalikuli empedu, maka bakteri dapat mencapai
empedu dan larut disana.
Pada awal minggu kedua dari penyakit demam tifoid terjadi
nekrosissuperfisial yang disebabkan oleh toksin bakteri atau yang lebih utama
disebabkanoleh pembuntuan pembuluh-pembuluh darah kecil oleh hiperplasia sel
limfoid(disebut sel tifoid).
Mukosa yang nekrotik kemudian membentuk kerak, yang dalam minggu
ketiga akan lepas sehingga terbentuk ulkus yang berbentuk bulat atau lonjong tak
teratur. Pada umumnya ulkus tidak dalam meskipun tidak jarang jika submukosa
terkena, dasar ulkus dapat mencapai dinding otot dari usus bahkan dapat mencapai
membran serosa.
Pada waktu kerak lepas dari mukosa yang nekrotik dan terbentuk ulkus,
maka perdarahan yang hebat dapat terjadi atau juga perforasi dari usus. Kedua
komplikasi tersebut yaitu perdarahan hebat dan perforasi merupakan penyebab yang
paling sering menimbulkan kematian pada penderita demam tifoid. Meskipun
demikian, beratnya penyakit demam tifoid tidak selalu sesuai dengan beratnya
ulserasi. Toksemia yang hebat akan menimbulkan demam tifoid yang berat sedangkan
terjadinya perdarahan usus dan perforasi menunjukkan bahwa telah terjadi ulserasi
yang berat. Sedangkan perdarahan usus dan perforasi menunjukkan bahwa telah
terjadi ulserasi yang berat. Pada serangan demam tifoid yang ringan dapat terjadi baik
perdarahan maupun perforasi.Pada stadium akhir dari demam tifoid, ginjal kadang-
kadang masih tetap mengandung kuman Salmonella typhi sehingga terjadi bakteriuria.
Maka penderita merupakan urinary karier penyakit tersebut. Akibatnya terjadi
miokarditis toksik, otot jantung membesar dan melunak. Anak-anak dapat mengalami
perikarditis tetapi jarang terjadi endokaritis. Tromboflebitis, periostitis dan nekrosis
tulang dan juga bronkhitis serta meningitis kadang-kadang dapat terjadi pada demam
tifoid.
b. Bakterimia dengan Lesi Fokal
Keadaan ini umumnya disebabkan oleh S.choleraesuis, tetapi juga dapat
disebabkan oleh serotype salmonella apapun. Setelah infeksi melalui mulut, terjadi
invasi dini kealiran darah (dengan kemungkinan lesi fokal di paru, tulang, meningens,
dan lain-lain), tetapi manifestasi di usus sering tidak ada.
Bayi dan anak-anak jauh lebih rentan terhadap infeksi terutama Salmonella,
mudah dicapai dengan menelan sejumlah kecil bakteri. Telah menunjukkan bahwa,
pada bayi, pencemaran bisa melalui inhalasi debu bakteri-sarat.
Setelah masa inkubasi singkat beberapa jam sampai satu hari, kuman
berkembang biak di dalam lumen usus menyebabkan radang usus dengan diare yang
sering muco-bernanah dan berdarah. Pada bayi, dehidrasi dapat menyebabkan
keadaan parah toksikosis. Normalnya tidak adasepsis, tetapi bisa terjadi sebagai
komplikasi pada pasien usia lanjut melemah (penyakit Hodgkin), misalnya. Lokalisasi
ekstraintestinal yang mungkin, terutama Salmonella meningitis pada anak-anak,
osteitis, dll. Salmonella (misalnya, Salmonella entericasub sp. enterica serovar
enteritidis) dapat menyebabkan diare, yang biasanya tidak memerlukan antibiotik
pengobatan. Namun, pada orang yang berisiko seperti bayi, anak kecil, orang tua,
infeksi Salmonella bisa menjadi sangat serius, mengarah ke komplikasi. Jika hal ini
tidak diobati, pada pasien HIV dan orang-orang dengan kekebalan tubuh rendah bisa
menjadi sakit parah Anak dengan anemia sel sabit yang terinfeksi Salmonella bisa
terjadi osteomyelitis.
h. Enterokolitis
Enterokolitis merupakan manifestasi infeksi salmonella yang paling sering
terjadi. Di AS Salmonella thypimurium dan Salmonella enteriditis lebih menonjol,
tetapi enterokolitis dapat disebabkan oleh lebih dari 1400 serotype Salmonella grup 1.
Delapan hingga 48 jam setelah tertelannya salmonella timbul mual, sakit kepala,
muntah dan diare hebat, dengan beberapa leukosit di dalam feses. Sering timbul
demam ringan tetapi biasanya sembuh sendiri dalam 2-3 hari. Terdapat lesi inflamasi
pada usus halus dan usus besar. Bakterimia jarang terjadi, kecuali pada pasien yang
mengalami imunodefisiensi. Biakan darah baiasanya negative, tetapi biakan feses
biasanya positif untuk salmonella dan dapat tetap positif selama beberaoa minggu
setelah penyakit sembuh secara kinis.
i. Diagnosa Laboratorium
Spesimen
Darah untuk biakan harus diambil berulang kali. Pada demam enteric dan
septikimia, biakan darah sering positif dalam minggu pertama penyakit. Biakan
sumsum tulang dapat bermanfaat. Biakan urine dapat positif dalam minggu kedua.
Specimen feses juga harus diambil berulang-ulang. Pada demem enteric, fesesakan
memberikan hasil positif mulai minggu kedua atau ketiga, pada enterokolitis selama
minggu pertama. Biakan positif dari drainase duodenum menunjukkan adanya
salmonella di traktus billiard pada orang carrier.
Metode bakteriologi untuk isolasi Salmonella
Biakan pada medium diferensial: Medium EMB, Mac Conkey atau
deoksikolat memungkinkan deteksi cepat organisme yang tidak memfermentasi
laktosa. Organisme Gram positif sedikit dihambat. Medium Bismuth sulfit
memungkinkan deteksi cepat Salmonella yang membentuk koloni hitam karena
produksi H2S.
Biakan pada medium selektif: bahan ditanam pada lempeng agar SS
(Salmonella-Shigella). Agar Hektoen atau agar deoksikolat sitrat, merupakan tempat
Salmonelladan Shigella akan tumbuh subur, melebihi organisme Enterobacteriaceae
lainnya.
Biakan pada medium diperkaya: bahan (biasanya tinja) diletakkan ke dalam
kaldu selenit F atau kaldu tetrationat, keduanya menghambat bakteri usus normal dan
memungkinkan perkembangbiakan Salmonella. Setelah pengeraman selama 1-2
hari, biakan ini ditanami pada perbenihan diferensial dan selektif.
Identifikasi Akhir: koloni pada perbenihan padat yang dicurigai diidentifikasi
dengan tes biokimia dan tes aglutinasi dengan serum spesifik.
Metode Serologi
Teknik serologi digunakan untuk mengidentifikasi biakan yang tidak diketahui
dengan serum yang diketahui, dan dapat juga dipergunakan untuk menentukan titer
antibody pada penderita yang tidak diketahui penyakitnya, meskipun yang belakangan
ini tidak begitu bermanfaat dalam diagnosis infeksi Salmonella.
j. Pengobatan
Demam enterik dan bakteremia dengan lesi fokal memerlukan terapi
antimikroba, sedangkan sebagian besar kasus eterokolitis tidak membutuhkan terapi
tersebut. Terapi antimikroba terhadap enteritis salmonela pada neonatus sangat
penting. Pada enterokolitis, gejala klinis dan eksresi salmonela dapat menjadi lebih
lama oleh terapi antimikroba. Penggantian cairan dan elektrolit sangat penting untuk
diare barat.
Tetapi antimikroba ubtuk infeksi salmonela yang invasif adalah dengan
menggunakan ampisilin, trimetroprim-sulfametoksazon, atau sefalosporin generasi
ketiga. Resistansi terhadap banyak obat yang ditransmisikan secara genetik oleh
plasmid berbagai bakteri enterik merupakan masalah pada infeksi salmonela. Uji
sensitivitas merupakan pemeriksaan penunjang yang penting untuk memilih antibiotik
yang sesuai.
Pada sebagian besar carrier, organisme menetap di kandung empedu (terutama
jika terdapat batu empedu) dan di saluran empedu. Beberapa carrier kronik dapat
diobati hanya dengan menggunakan ampisilin, tetapi pada kebanyakan kasus
kolesistektomi harus dikombinasikan dengan terapi obat.
BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
1. Alat
Jarum ose
Alkohol 96%
Pipet tetes
Tissue
Gelas objek
Korek api
Bunsen
Mikroskop
2. Bahan
Aquadest
Larutan Gentian Kristal Violet
Larutan Lugol
Kaca preparat
Karbol Fuchsin Z
Media BHIB
Media Mac Conkey
Media SIM
Media TSIA
Media Mr-Vp
Media Urea
Media Gula-gula
Media SCA
Larutan Covas
Larutan Metyl Red
KOH 40%
Larutan a-naftol
B. PROSEDUR KERJA
1. Hari I
1) Siapkan alat dan bahan yang di gunakan
2) Setelah ose di sterilkan ambillah biakan bakteri
3) Kemudian masukkan ke dalam media BHIB
4) Di lakukan pewarnaan gram
5) Buat sediaan pada objek gelas, keringkan, kemudian rekatkan (fiksasi) 3x di atas
api Bunsen.
6) Tuangi dengan larutan karbol-gentian-violet (sesudah sediaan dingin), biarkan
selama 2- 3 menit.
7) Cuci dengan air mengalir
8) Zat warna dibuang dan bubuhi dengan larutan mordant (lugol), diamkan selama
kira-kira 1-2 menit.
9) Lugol dibuang dan preparat dicelupkan ke dalam alkohol 96%, sampai warna
gentian violet lepas (sampai gentian violet tidak ada luntur lagi).tunggu 20 – 40
detik
10) Cuci dengan air kran sampai bersih, kemudian bubuhi dengan cat-penutup
(counter stain) larutan water-fuchsin, biarkan kira-kira 1-2 menit.
11) Cuci dengan air kran, keringkan dalam temperatur kamar, lihat dengan
mikroskop
12) Kemudian masukkan ke dalam ingkubator pada media BHIB dan
ingkubasi selama 24 Jam dengan suhu 37 °c.
2. Hari II
Biakan yang tumbuh pada media BHIB di wranai dengan padapengecetan
gram.
Selain itu biakan juga di tanami pada media BAP,Mac concey.EMBA.dan
endo agar.
Media yang telah di tanami kemudian di inkubasi pada suhu 37°C seiama 24
jam didalam incubator.
3. Hari III
Pewarnaan gram
1) Buat sediaan pada objek gelas, keringkan, kemudian rekatkan (fiksasi) 3x di atas
api Bunsen.
2) Tuangi dengan larutan karbol-gentian-violet (sesudah sediaan dingin), biarkan
selama 2- 3 menit.
3) Cuci dengan air mengalir
4) Zat warna dibuang dan bubuhi dengan larutan mordant (lugol), diamkan selama
kira-kira 1-2 menit.
5) Lugol dibuang dan preparat dicelupkan ke dalam alkohol 96%, sampai warna
gentian violet lepas (sampai gentian violet tidak ada luntur lagi).tunggu 20 – 40
detik
6) Cuci dengan air kran sampai bersih, kemudian bubuhi dengan cat-penutup
(counter stain) larutan water-fuchsin, biarkan kira-kira 1-2 menit.
7) Cuci dengan air kran, keringkan dalam temperatur kamar, lihat dengan mikroskop
Media TSIA
Setelah nall di stelirkan ambil bakteri pada media ( emba ) dan tusukkan nall
pada media TSIA setelah di tusuk goreskan pada permukaan media dari babwah ke
atas fiksasi pada mulut tabung dan tutup dengan kapas steril dan ingkubasi selama 24
Jam dengan suhu 37 °c
4. Hari IV
Dilakukan pembacaan pada media SCA,SIM,MrVP,dan gula-gula.
Hasit pembacaan di catat kemudian dicocokkan dengan table \identifikasi bakteri.
B . Tes Uji biokimia
1) Buatlah suspensi bakteri dari coloni bakteri yang sebelumnya telah di tanam
pada media EMBA yang di ambil adalah coloni yang menunjukkan ciri koloni bakteri
proteus
2) Ambil satu mata nal suspensi bakteri dan tanam pada tiap media dengan cara:
1. Media SCA
1) Goreskan perlahan secara zig-zag mata nal (yang sudah suspensinya) dari bagian
dalam permukaan media miring sampai keluar
2) Sterilkan pada mulut tabung dan tutup dengan menggunakan kapas steril
3) Pada media SCA, tidak perlu di tusuk dengan nal
4) Ingkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°c
2. Media SIM
1) Tusukkan nal yang sudah suspensi bakterinya ke tengah-tengah media agar, jangan
sampai menyentuh permukaan tabling/ mendekati.
2) Tutup dengan kapas steril yang sebelumnya sudah di fiksasi pada mulut media
3) Ingkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°c
3. Media MR-VP dan gula-gula ( laktosa, maltosa , glukosa , sukrosa , manitol )
1) Ambil satu ose suspensi bakteri, masukkan dalam media cair, aduk-aduk agar
suspensi bakteri dan agarnya tercampur yang di dalamnya ada tabung durham.
2) Tutup kembali dengan kapas steril
3) Ingkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°c
4. Media Urea
1) Goreskan perlahan secara zig-zag mata nal (yang sudah suspensinya) dari bagian
dalam permukaan media miring sampai keluar
2) Sterilkan pada mulut tabung dan tutup dengan menggunakan kapas steril
3) Pada media Urea, tidak perlu di tusuk dengan nal
4) Ingkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°c
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.Hasil Pengamatan pewarnaan Gram
Gram coccus Positf
ket: media Na( bentuk koloni: merah kecoklatan)
Keterangan :
Setelah didapatkan hasil penanaman kami mendapatkan koloni yang pada media
BHIB pada sampel darah yaitu berwarna merah kecoklatan. Dan setelah dilakukan
pengamatan pada mikroskop didaptkan hasil bahwa jenis koloni tersebut adalah
berbentuk coccus positif.
2. Pertumbuhan bakteri di media BHIB
SAMPEL JENIS KOLONI WARNA KOLONI
Darah Kecil dan bulat Merah kecoklatan
3. Uji biokimia IMVIC
MEDIA HASIL WARNA KETERANGAN
KIASlant
Butt
Gas H2S
Merah (slant) kuning (butt)
Alkali & acid
SIM
Sulfur
-
Kuning
Tidak mengandung sulfut
Indol - Kuning Tidak indol
Motilty -Kuning tidak Terjadi
pergerakan
UREA
+
Tidak berubah
Mengandung urea
MRVP
MR + Merah
VP -Tdk berubah
CITRATE
-
Hijau
GULA-GULA
GLUKOSA + Kning terdapat gas
MANITOL +Merah terjadi
perubahan warna
SUKROSA + Merah terdapat gas
LAKTOSA +Merah terjadi perubahan
warna
A. Pembahasan
Pada praktikum identifikasi bakteri salmonella tipy pada sampel darah. Setelah
sampel diambil maka di masukkan kedalam media transparan atau media BHIB
untuk ditanam dan dimasukkan kedalam incubator selama 24 jam dengan 27oC.
kemudian kami isolasi kedalam media NA menghasilkan koloni yang tidak beraturan
mungkin dipengaruhi pada saat menggores. Dan dari isolasi tersebut kami mengambil
setiap koloni yang terpisah yang berukuran kecil untuk melakukan pewarnaan
gram.Pewarnaan gram termasuk tahap penting dalam pencirian identifikasi
bakteri.Pewarnaan gram memilahkan bakteri menjadi dua kelompok gram negative
dan gram positif.Bakteri gram positif berwarna ungu disebabkan kompleks zat warna
Kristal violet-yodium tetapkan dipertahankan meskipun diberi larutan
pemucat.Bakteri gram negative berwarna merah karena, kompleks tersebut larut
sewaktu pemberian larutan pemucat dan kemudian mengambil warna kedua yang
berwarna merah.Larutan yang digunakan dalam pewarnaan ini adalah Kristal violet,
larutan lugol, larutan pemucat, dan safranin.
Sebagian dinding sel bakteri gram positif terdiri dari peptidoglikan yang tebal,
sedangkan dinding sel bakteri gram negative mempunyai kandungan lipida yang
tinggi dibandingkan dengan dinding sel bakteri gram positif. Lipida ini akan larut
dalam alcohol dan aseton yang digunakan sebagai larutan pemucat, sehingga pori-
pori dinding sel membesar dan meningkatkan daya larut kompleks Kristal violet-
yodium pada dinding sel bakteri gram negative. Dan dari pewarnaan ini diperoleh
hasil gram negative basil berwarna merah.Sehingga dilanjutkan dengan uji biokimia
lengkap.
Uji biokimia didasarkan pada berbagai hasil metabolisme yang disebabkan
oleh daya kerja enzim.Sifat biokimia yang dipelajari dilaboratorium hanyalah ciri
yang penting untuk diidentifikasi.karenaUji biokimia biokimia memerlukan berbagai
media, maka dari koloni yang terpisah perlu dibuat dahulu biakan harian dari koloni
tersebut. Uji sitrat digunakkan untuk melihat kemampuan
mikroorganismemenggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon dan
energy.s Uji KIA terdapat positif terjadi perubahan warna dan terbentuk gas dan
sulfur. Pada pengujian citrat, vp, dan sim tidak terjadi perubaham dan negative.
sedangkan uji media gula-gula semua positif berubah warna. Perubahan warna
tersebut disebabkan karena bakteri yang tumbuh di dalamnya mampu
memfermentasikan gula-gula tersebut berupa produk asam, jadi tidak sejalan dengan
media KIA disitu mungkin terjadi kesalan saat kami mengambil koloni pada sampel
KIA saat identifikasi tersebut.Dari uji pewarnaan gram hingga uji biokimia, Hasil
yang diidentifikasi yaitu bakteri Enterobacter sp.
Enterobacteriaceae termasuk dalam famili bakteri, sebagian besar lebih
dikenal bersifat patogen, seperti Salmonella dan Eschericia coli. Ilmu genetika
menempatkan Enterobacteriaceae di antara Proteobacteria , dan mereka memberikan
perintah mereka sendiri (Enterobacteriales), meskipun hal ini kadang-kadang diambil
untuk memasukkan beberapa sampel lingkungan terkait. Enterobacteriaceae adalah
kuman yang hidup diusus besar manusia dan hewan, tanah, air dan dapat pula
ditemukan pada komposisi material.
Enterobacteriaceae yang bentuk batang, dan biasanya memiliki panjang 1-5
pM. Seperti Proteobacteria lain mereka bersifat Gram negatif, anaerob fakultatif ,
dapat memfermentasi gula untuk menghasilkan asam laktat dan berbagai produk
akhir lainnya. Kebanyakan juga dapat mengubah nitrat menjadi nitrit, walaupun ada
pengecualian (misalnya Phoptorhadus ).
1) media TSIA
pada dasarnya di dapat hasil positif berwarna kuning di sebabkan menfermentasi
sukrosa dan laktosa sehingga banyak asam yang terbentuk yang mengakibatkan timbul
warna kuning pada permukaan TSIA
2) media SCA
pada dasarnya di dapat hasil negatif ini di sebabkan oleh karna bakteri tidak
mampu menghasillkan cittrate sebagai sumber carbon dan energi sehingga tidak terdapat
perubahan warna sama sekali
3) media urea
hal ini di dapat positif yang pada dasarnya di sebabkan oleh bakteri yang mampu
menggunakan enzim urea sehingga dapat mengubah urea menjadi amonia dan oksigen
4) media SIM
Di mana dalam hal ini di dapat negatif pada sulfur pada saat penambahan kovac.s
yaitu tidak terdapat endapan hitam dan pada indol di dapat negatif ini di karnakan bahwa
tidak terbentuk cincin berwarna merah dan pada mothyliti di dapat positif ini di karnakan
bahwa terdapat pergegrakan bakteri oleh karna terdapat campuran asam pada media SIM.
5) media MR
di mana hasil yang di dapat adalah positif ini di sebabkan oleh karna terdapat
cincin berwarna merah yang di mana cincin merah terbentuk oleh karna terdapat
campuran asam seperti asam carbonat.
6) media VP
di mana hasil yang di dapat adalah negatif ini di sebabkan oleh karna tidak
terdapat perubahan warna sama sekali sehingga hasil yang di dapat negatif.
7) media gula gula ( laktosa maltosa sukrosa glukosa )
di mana dalam hal ini di dapat positif di karnakan oleh terjadinya perubahan
warna pada gula gula dari merah menjadi kuning keruh ini di sebabkan oleh bakteri yang
mampu menghasil gula menjadi prodak asam sehingga mampu melakukan fermentasi dan
dapat terbentuk gas pada tabung durham ini di sebabkan selain mengubah gula menjadi
prodak asam dapat juga menghasilka gas sebagai hasil sampingan kecuali pada media
sukrosa yang tidak terjadi perubahan warna sama sekali
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salmonella adalah suatu genus berbentuk batang, Gram-negatif, enterobacteria non-
spora membentuk, terutama motil dengan diameter sekitar 0,7-1,5 pM, panjang dari 2 sampai
5 pM, dan flagela yang berproyek di segala penjuru (yaitu peritrichous).Salmonella Typhi
hanya hidup pada manusia
Dalam Mengidentifikasi dan mengisolasi bakteri baik itu Salmonella typhi dengan
menggunakan sampel biakan murni dalam hal ini dapat di simpulkan bahwa:
dari hasil penanaman bakteri Salmonella tphiy pada media identifikasi di dapat hasil
TSIA(+), SIM(-), MR(+), laktosa(-), maltosa(+), glukosa(+)
B. Saran
Untuk praktikum kedepannya diharapkan kepada praktikan agar betul-betul
memperhatikan hal-hal penting yang harus dilakukan pada saat praktikum isolasi dan
identifikasi bakteri.
DAFTAR PUSTAKA
Entjang Indan, dr. 2001. “Mikrobiologi & Parasitologi”, Citra Aditya Bakti :
Bandung.
Arif Mansyur. 2007. “Semiloka Mutu “Pemantapan Mutu tes Rapid
Salmonella”, Makassar.
Brooks, Geo F, Butel, Janet S, Morse, Stephen A. 2005. “Mikrobiologi
Kedokteran Edisi Pertama”, Salemba Medica : Jakarta.
Nugraha Tania. 2010. “Penata Laksanaan Demam Tifoid”, Fakultas
Kedokteran Universitas Riau.