laporan fieldlab b-9 phbs revisi

27
LEMBAR PENGESAHAN Laporan dengan judul “KOMUNIKASI, INFORMASI, EDUKASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI PUSKESMAS WONOGIRI I KABUPATEN WONOGIRI” yang disusun oleh: WAHYU TRI K Telah disetujui oleh pembimbing/instruktur lapangan di Puskesmas Wonogiri I Kabupaten Wonogiri pada hari Rabu, 29 Oktober 2014 Surakarta, 27 Oktober 2014 Mengetahui, Kepala Puskesmas Wonogiri I Pembimbing/Instruktur Lapangan

Upload: kusumasari

Post on 26-Sep-2015

275 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

laporan field lab materi perilaku hidup bersih sehat

TRANSCRIPT

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan dengan judul KOMUNIKASI, INFORMASI, EDUKASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI PUSKESMAS WONOGIRI I KABUPATEN WONOGIRI yang disusun oleh:

WAHYU TRI K

Telah disetujui oleh pembimbing/instruktur lapangan di Puskesmas Wonogiri I Kabupaten Wonogiri pada hari Rabu, 29 Oktober 2014

Surakarta, 27 Oktober 2014

Mengetahui,

Kepala Puskesmas Wonogiri I Pembimbing/Instruktur Lapangan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Derajat kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam upaya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bangsaIndonesia. Sementara itu, derajat kesehatan tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan, tetapi yang lebih dominan justru adalah kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat (Kementerian Kesehatan, 2011).

Dari hasil Riskesdas 2007 diketahui bahwa rumah tangga yang telah mempraktekkan perilakuhidup bersih dan sehat (PHBS) baru mencapai 38,7%. Oleh sebab itu, Rencana Strategi (Renstra) KementerianKesehatan Tahun 2010-2014 mencantumkan target 70% rumah tangga sudah mempraktekkan PHBS pada tahun 2014 (Kementerian Kesehatan, 2011).

Kebijakan Indonesia Sehat 2010 menetapkan tiga pilar utama yaitu lingkungan sehat, prilaku sehat, dan pelayanan kesehatan bermutu adil serta merata. Untuk dapat mencapai Indonesia Sehat 2010, ditetapkan sebuah kebijakan nasional promosi kesehatan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 1193/MENKES/SK/X/2004 yaitu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010 (Manda, 2006).

Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) 2010 adalah keadaan dimana individu-individu dala rumah tangga (keluarga) masyaralat Indonesia telah melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dalma rangka: mencegah timbulnya penyakit dan masalah kesehatan lainnya; menanggulangi penyakit dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan; memanfaatkan pelayanan kesehatan; mengembangkan dan menyelenggarakan upaya kesehatan bersumber masyarakat (Tim Field Lab Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, 2014).

Pola Hidup Bersih Sehat di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau,dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga dalam rumah tangga yang meliputi pasangan usia subur, ibu hamil dan atau ibu menyusui,anak dan remaja, usia lanjut, dan pengasuh anak (Departemen Kesehatan RI, 2001).

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh mahasiswa kedokteran dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah kedokteran komunitas. Berdasarkan standar kompetensi dokter, daftar masalah komunitas yang sering dijumpai adalah Pola Hidup Bersih Sehat (PHBS). Oleh karena itu, mahasiswa perlu berlatih untuk menguasai kompetensi tersebut melalui kegiatan field fab KIE PHBS.

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa mampu:

1. Menjelaskan dasar pelaksanaan KIE PHBSdi masing-masing wilayah kerja Puskesmas masing-masing kelompok mahasiswa

2. Menjelaskan indikator penilaian PHBS dalam tatanan rumah tangga, sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan, dan tempat umum.

3. Merinci manajemen program dan prosedur KIE PHBS pada keluarga yang memiliki bayi dan balita maupun pada keluarga yang tidak memiliki bayi dan balita di wilayah kerja masing-masing Puskesmas

4. Merinci manajemen program dan prosedur KIE PHBS keluarga yang tidak memiliki bayi dan balita di wilayah kerja masing-masing Puskesmas.

Dengan penekanan promosi kesehatan dalam pencapaian KIE PHBS untuk field lab pada pain pertama dan ketiga (Tim Field Lab Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, 2014).

BAB II

LAPORAN KEGIATAN

BAB II

KEGIATAN YANG DILAKUKAN

Kegiatan laboratoriumlapangan (field lab) kelompok B9 dengan tema KIE PHBS dilakukan di Puskesmas Wonogiri I pada tanggal 1 dan 8 Oktober 2014.Kegiatan hari pertama diawali dengan pengarahan dan penjelasan oleh dr. Pitut, Bu Idayu Kurniawati, Bapak Tari Hutomo, dan Bu Aslihatut Thoyibah tentang program promosi kesehatan PHBS yang dilaksanakan di Puskesmas Wonogiri I yang dimulai pada pukul 07.30 WIB. Kami mendapatkan penjelasan mengenai indikatoryang ada pada lembar PHBS. Kami merencanakan untuk melakukan penyuluhan PHBS dan survei door to door ke rumah penduduk di dusun Jatibedug, Purworejodan SD N Purworejo 1pada hari kedua pelaksanaan field lab.

Padaharikedua pelaksanaan field lab, kami sampai di Puskesmas Wonogiri I sekitar pukul 09.00 WIB.Sesampainya di Puskesmas Wonogiri I, mahasiswa mendapatkan briefing singkat kemudian diajak untuk mengunjungi lokasi tempat pelaksanaan penyuluhan di SDN Purworejo 1dan survei PHBS di dusun Jatibedug dipandu oleh kaderPuskesmas.

Mahasiswa dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang melaksanakan penyuluhan di sekolah yang beranggotakan tiga mahasiswa didampingi Bu Ayudan 4 kelompok yang melakukan suvei PHBS door to door ke rumah penduduk di dusun Jatibedug. Kelompok mahasiswa yang melakukan survei PHBS terdiri atas dua mahasiswayang masing-masing kelompok didampingi oleh kader. Masing-masing kelompok melakukan survei ke rumah-rumah penduduk di RT 02, RT 03, RT 04, dan RT 05 RW 07 Dusun Jatibedug, Purworejo.

Setiap mahasiswa telah membawa Kartu Rumah Program PHBS Tatanan Rumah Tangga untuk menilai pelaksanaan indikator-indikator PHBS di tiap rumah yang dikunjungi, dan senter untuk keperluan pemeriksaan PSN. Dalam pelaksanaan di lapangan, tidak semua rumah yang kami kunjungi berpenghuni oleh karena sebagian penghuni rumah sudah berangkat untuk bekerja. Oleh karena itu, kami hanya mengunjungi beberapa rumah penduduk yang masih berpenghuni saat itu. Di setiap rumah yang berpenghuni dilakukan penilaian indikator-indikator PHBS dan penyuluhan singkat mengenai PHBS.

Setelah kelompok penyuluhan di sekolah selesai melakukan penyuluhan, mahasiswa menuju dusun Jatibedug untuk melakukan survei door to door ke rumah penduduk. Survei yang kami lakukan di dusun Jatibedug berlangsung dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB. Rata-rata setiap kelompok survei door-to door melakukan survei ke 6 rumah penduduk. Selanjutnya, setelah kegiatan survei door to door selesai, kami kembali menuju FK UNS. Secara keseluruhan, kegiatan field lab berjalan cukup baik dan lancar.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Dari kegiatan lapangan yang dilakukan, hasil survei 36 Kepala Keluarga (KK) mengenai PHBS rumah tangga di Dusun Jatibedug, Purworejo berdasarkan strata PHBS adalah sebagai berikut:

1. Pratama (1 5): -

2. Madya (6 10): 8 KK

3. Utama (11 15): 28 KK

4. Paripurna (16): -

Sedangkan, hasil berdasarkan tiap indikator PHBS adalah (hasil detail terlampir):

No

Indikator

Ya (KK)

Tidak (KK)

1

Persalinan Nakes

32

4

2

ASI Eksklusif

20

16

3

Penimbangan balita

35

1

4

Gizi seimbang

27

9

5

Air bersih

31

5

6

Jamban sehat

34

2

7

Sampah

30

6

8

Pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali (K4)

33

3

9

Lantai kedap air

32

4

10

Aktifitas fisik

25

11

11

Bebas rokok

16

20

12

Cuci tangan

26

10

13

Gosok gigi

28

8

14

Bebas Miras dan NAPZA

31

5

15

Keanggotaan JPK

10

26

16

PSN

25

11

Tabel 1. Hasil survei PHBS rumah tangga Dusun Jatibedug, Purworejo (sumber: Survei Field Lab PHBS FK UNS 2014)

Pada survei PHBS di institusi sekolah, tepatnya di SD N 1 Purworejo didapatkan hasil PHBS institusi strata sehat paripurna

Hasil PHBS institusi sekolah di SD N 1 Purworejo: strata kesehatan Paripurna (12) (hasil terlampir)

B. Pembahasan

Pada lembar penilaian PHBS dari Puskesmas Wonogiri I, penilaian rumah tangga sehat adalah dengan menggunakan 16 alat ukur (indikator) PHBS. Berdasarkan survei yang kami lakukan menggunakan indikator-indikator yang ada, sebagian besar warga Dusun Jatibedug telah mempunyai kesadaran yang cukup baik dalam pelaksanaan PHBS dan tergolong dalam strata sehat madya (nilai 6 -- 10) atau sehat utama (nilai 11 15). Hal ini mungkin disebabkan oleh sering dilakukannya penyuluhan dan peninjauan mengenai PHBS di Dusun tersebut.

Selain penilaian tingkat strata kesehatan, perlu juga dilakukan peninjauan pada tiap indikator PHBS agar dapat mengetahui permasalahan PHBS apa yang paling mencolok di Dusun Jatibedug. Berikut adalah pembahasan tiap indikator PHBS berdasarkan hasil survei.

1. Persalinan oleh tenaga kesehatan

Dari 36 KK yang diwawancarai tentang apakah saat istrinya melahirkan dibantu oleh tenaga kesehatan atau apakah mengetahui bahwa persalinan yang aman adalah dengan dibantu tenaga kesehatan, ada 32 ya dari 36 kepala keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran warga untuk meminta pertolongan tenaga kesehatan dalam persalinan cukup tinggi. Empat kepala keluarga yang menjawab tidak kemungkinan karena berpuluh tahun yang lalu, tenaga kesehatan belum banyak di daerah tersebut sehingga persalinan dibantu oleh dukun bayi.

2. ASI Eksklusif

Dari hasil indikator ASI Eksklusif dari 36 KK sampel survei PHBS, sebanyak 20 KK melaksanakan atau mengetahui pemberian ASI Ekslusif pada bayi sedangkan 16 KK tidak melaksanakan atau salah dalam memahami ASI Eksklusif. ASI Ekslusif adalah makanan utama bayi hingga usia 6 bulan. Sedangkan dari hasil survei masih banyak yang memberikan makanan pendamping selain ASI pada usia tersebut karena faktor pekerjaan atau diasuh oleh anggota keluarga lain(seperti nenek, kakek). Oleh karena itu, dibutuhkan penyuluhan lebih lanjut kepada warga mengenai pemberian ASI Eksklusif oleh tenaga kesehatan.

3. Penimbangan balita

Pada indikator penimbangan balta dari 36 KK sampel survei PHBS, sebanyak 36 KK melaksanakan atau setidaknya mengetahui penimbangan balita sedangkan 1 KK tidak melaksanakan penimbangan balita dalam kurun waktu 3 bulan berturut-turut. Hal ini menunjukkan telah tingginya kesadaran warga untuk memantau kesehatan balita, salah satunya dalam aspek berat badan balita.

4. Gizi seimbang

Gizi seimbang berarti setiap asupan makanan dalam sehari dapat memenuhi setiap kebutuhan zat-zat yangoleh tubuh. Tentu jumlah kebutuhan gizi disesuaikan dengan usia, jenis kelamin dan aktivitas fisik yang dilakukan sehari-hari. Menu yang berisi sayuran, telur/lauk pauk, buah-buahan, nasi, dan susu sebagai pelengkap dianggap mampu memenuhi kebutuhan gizi masyarakat Indonesia. Prinsip ini sendiri dapat menjadi acuan apakah warga binaan puskesmas mendapat gizi yang baik dilihat dari menu makanan sehari-harinya. Walaupun masih belum banyak warga yang dapat memenuhi 4 sehat 5 sempurna, perlu adanya tindakan promotif dari pelayanan kesehatan terpadu di daerah untuk mengajak warga secara tekun, dan merubah menu makanan menjadi lebih baik secara berkala. Di Dusun Jatibedug, angka kesadaran gizi seimbang perlu ditingkatkan, dilihat dari 9 dari 36 KK yang belum melakukan indikator gizi seimbang pada PHBS.

5. Air bersih

Di Dusun Jatibedug, terdapat 31 KK yang telah menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari. Jumlah ini menunjukkan kesadaran akan kebutuhan air bersih di Dusun Jatibedug cukup tinggi. Air bersih sangat penting, mengingat air merupakan kebutuhan pokok manusia. Air bersih yang dimaksud adalah cara pemakaiannya, bukan kepemilikan air bersih.

6. Jamban sehat

Jamban sehat dilihat dari tersedianya air dan sabun serta seluruh anggota keluarga melakukan buang air di jamban. Kesehatan jamban sangat penting karena banyak penyakit yang dapat ditularkan melalui jamban yang tidak sehat. Pada survei yang kami lakukan, ditemukan 2 KK yang belum memiliki kesadaran terhadap kesehatan jamban, sehingga perlu diedukasi untuk menyediakan air dan sabun serta membilas setelah memakai jamban.

7. Sampah

Membudayakan membuang sampah pada tempatnya dan selalu menjaga kebersihan di sekitar tempat sampah dengan selalu membuang sampah secara berkala atau membakar sampah merupakan salah satu cara untuk menjalani hidup yang lebih bersih dan sehat. Perlunya pengetahuan bahwa tempat sampah juga bisa menjadi sarang nyamuk diperlukan pemantauan secara berkala tentang menutup dan membuang sampah agar tidak terjadi penumpukan sampah yang justru menjadi sumber penyakit. Dari hasil survei PHBS di Dusun Jatibedug, didapatkan 30 KK yang sudah mengelola sampahnya dengan baik, seperti dibakar atau dibuang di tempat pembuangan akhir. Angka ini menujukkan kesadaran warga akan sampah sudah baik.

8. Pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali (K4)

Dari 36 KK yang diwawancarai tentang apakah saat istrinya hamil diperiksa minimal 4 kali atau apakah mengetahui bahwa pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali, ada 33 ya dari 36 KK. Hal ini menunjukkan bahwa warga sudah mengetahui dan melakukan komponen PHBS pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali (K4). Tiga KK yang menjawab tidak kemungkinan karena sudah lupa atau karena berpuluh tahun yang lalu belum ada program K4 yang disosialisasikan.

9. Lantai kedap air

Lantai kedap air merupakan salah satu indikator PHBS rumah tangga. Lantai yang belum kedap air dapat menjadi sumber penyebaran mikroorganisme patogen, misal cacing, selain itu juga meningkatkan kelembaban yang menjadi faktor pertumbuhan kuman. Lantai kedap air yang dimaksud dalam kriteria minimal adalah di ruang tamu/keluarga, ruang tidur, dan disediakan alas kaki di tempat yang tiadak kedap air. Dari hasil survei, 32 KK di Dusun Jatibedug telah memiliki rumah berlantai kedap air.

10. Aktifitas fisik

Dari hasil indikator aktivitas fisik dari 36 kepala keluarga sampel survei PHBS, sebanyak 25 KK aktif melakukan kegiatan fisik baik bekerja rutin maupun olahraga, sedangkan sisanya ada anggota keluarga yang tidak melakukan kegiatan fisik. Dari hasil survei ini dapat kita lihat bahwa masih cukup banyak keluarga yang kesadaran akan pentingnya beraktivitas kurang. Melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit tiap harinya menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting dalam pemeliharaan kesehatan fisik. Jenis kegiatan fisik yang bisa dilakukan dapat berupa kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki, berkebun, membersihan rumah, dan lain sebagainya. Aktivitas fisik lainnya juga dapat berupa olahraga seperti senam, lari, tenis, voli, bersepeda. Banyak sekali aktivitas fisik yang dapat dilakukan dengan sangat mudah dan murah tinggal meningkatkan kesadaran para masyarakat akan pentingnya beraktivitas fisik.

11. Bebas rokok

Dari hasil indikator bebas rokok dari 36 KK sampel survei PHBS, sebanyak 16 KK melaksanakan atau rumah dari masing-masing KK bebas dari asap rokok yang berbahaya, sedangkan 20 KK masih ada asap rokok di dalam rumah. Kesadaran akan berbahayanya aktivitas merokok masih rendah. Dengan bermacam-macam zat berbahaya yang dikandung di dalamnya, seperti : nikotin, tar, karbonmonoksida, zat karsinogen, dan zat iritan. Komponen-komponen tersebut memiliki efek yang tidak kecil untuk tubuh, dari efek kecanduan sampai pada kanker. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya merokok dan asap rokok, sebaiknya dilakukan penyuluhan yang berkelanjutan pada masyarakat, karena dengan penyuluhan berkelanjutan, dari pihak yang memberikan penyuluhan bisa lebih mengontrol kebiasaan warga yang masih kurang kesadarannya akan bahaya rokok.

12. Cuci Tangan

Dari hasil indikator cuci tangan dari 36 KK sampel survei PHBS, sebanyak 26 KK telah melaksanakan kebiasaan mencuci tangan dengan rutin menggunakan sabun, sedangkan 10 KK tidak melaksanakan kebiasaan cuci tangan. Mencuci tangan adalah salah satu cara yang paling efektif untuk menghentikan penyebaran kuman baik dirumah atau diluar. Setiap kali kita menyentuh sesuatu atau seseorang, kita dapat memindahkan kuman ke dan dari tangan kita. Setelah itu, sangatlah mudah bagi kuman untuk masuk kedalam tubuh kita ketika kita menyentuh mulut, mata atau hidung. Untuk memastikan bahwa tangan benar-benar bersih dan menurunkan resiko terkena infeksi, cuci tangan dengan menggunakan sabun merupakan salah satu cara yang efektif. Untuk lebih meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya cuci tangan, lebih baik dilaksanakan penyuluhan dan perlu diajarkan tata cara mencuci tangan dengan sabun yang benar.

13. Gosok gigi

Sikat gigi menjadi salah satu indikator PHBS rumah tangga. Ditemukan 8 dari 36 KK yang belum menerapkan gosok gigi yang baik, dilihat dari tidak tersedianya sikat gigi di kamar mandi. Oleh karena itu, bisa dilakukan edukasi mengenai kesehatan gigi dan mulut pada warga.

14. Bebas minuman keras dan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif)

Dari hasil survei PHBS kemarin untuk indukator bebas minuman keras dan NAPZA, kami mendapatkan 31 dari 36 keluarga yang kami survei sudah bebas minuman keras dan NAPZA. Angka ini menunjukkan kesadaran warga mengenai bahaya konsumsi minuman keras dan NAPZA yang cukup tinggi. Minuman keras adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran, sedangkan NAPZA adalah bahan/zat/obat jika masuk ke dalam tubuh manusia akan memengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA.

15. Keanggotaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat

Dari hasil indikator asuransi kesehatan dari KK sampel survei PHBS, sebanyak 10 KK memiliki asuransi kesehatan/ Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat, sedangkan 26 KK lainnya belum memiliki asuransi kesehatan atau yang sekarang dikenal dengan BPJS. Kesadaran masyarakat akan pentingnya memiliki asuransi kesehatan masih dirasa sangat kurang. Selain itu, pengetahuan masyarakat mengenai alur BPJS/ JPK masih rendah, sehingga pada saat ditanya mengenai hal tersebut banyak warga yang mengaku belum mengetahui program ini. Penyuluhan tentang asuransi kesehatan ataupun pendaftaran BPJS perlu diadakan agar para keluarga mengerti pentingnya memiliki asuransi kesehatan.

16. PSN

Dari hasil pemeriksaan indikator PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) pada 36 KK, diperoleh bahwa 25 KK sudah melakukan PSN yang baik dan benar sedangkan 11 KK lainnya tidak melakukan PSN. Adapun kegiatan PSN ini merupakan salah satu dari 5 pengendalian DBD menurut Departemen Kesehatan. PSN meliputi kegiatan 3-M (Menguras, Menutup, Mengubur). Pada hasil pemeriksaan PSN, 11 keluarga masih ditemukan jentik nyamuk pada tempat airnya sehingga perlu ditingkatkan kegiatan PSN pada keluarga.

Pelaksanaan PHBS rumah tangga yang baik mempengaruhi riwayat permasalahan kesehatan yang ada di dalam keluarga. Sebagai tenaga kesehatan, kami diharapkan bisa memberikan edukasi terhadap permasalahan kesehatan. Saat melakukan survei PHBS, kami juga menanyakan tentang riwayat penyakit dari masing-masing anggota keluarga dan didapatkan hasil paling banyak adalah hipertensi (darah tinggi).

Hipertensi adalah suatu keadaan tingginya tekanan darah arteri secara persisten (Dorland, 2012). Peningkatan tersebut menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras dari biasanya untuk mengedarkan darah melalui pembuluh darah. Menurut JNC 7, tekanan darah normal dalam kisaran sistolik 100-119 mmHg dan diastolik 60-79 mmHg.

Faktor resiko terkena hipertensi meliputi :1/Faktor usia, semakin betambah usia maka semakin tinggi resiko hipertensi, disebabkan oleh perubahan alami dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah, dan hormon 2/Jenis kelamin, dimana pada masa muda dan paruh baya lebih tinggi pada laki-laki, tetapi setelah usia 55 tahun keatas atau setelah menopaus, perempuan lebih beresiko terkena hipertensi 3/Riwayat keluarga, bersifat herediter (diturunkan) 4/Merokok, didalam rokok mengandung nikotin yang akan merangsan hormon untuk menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung bekerja lebih berat karena tekanan darah yang tinggi 5/Aktivitas fisik, stress, pola makan, dll.

Hasil survei di Dusun Jatibedug membuktikan bahwa masyarakat yang mempunyai riwayat hipertensi masih kurang memperhatikan diri seperti jarang kontrol tekanan darah dan tidak rutin minum obat anti-hipertensi karena gejalanya sendiri jarang muncul dan sering tidak dapat dikenali. Penyebab paling banyak adalah merokok. Setelah diwawancarai lebih lanjut memang terbukti bahwa riwayat merokok berat dan sudah berlangsung lama. Dalam hal ini, warga dapat diedukasi untuk menjaga pola makan, seperti mengurangi konsumsi garam, melakukan aktifitas fisik yang sehat yakni denngan berolahraga, serta mengurangi faktor resiko, salah satunya merokok. Cek kesehatan rutin di pelayanan kesehatan (Puskesmas) juga bisa menjadi salah satu pengendalian penyakit hipertensi.

Kami juga melakukan penilaian PHBS institusi sekolah di SD N 1 Purworejo. Dari pengisian kuesioner PHBS institusi sekolah berisi 15 pertanyaan, didapatkan 12 Ya. Penentuan kriteria PHBS institusi sekolah, antara lain:

1. Sehat Pratama = jika nilai antara 1-5

2. Sehat Madya= jika nilai antara 6-9

3. Sehat Utama= jika nilai antara 10-11

4. Sehat Paripurna= jika nilai 12 atau lebih,

Dari kriteria penilaian tersebut, maka PHBS institusi sekolah pada SD N 1 Purworejo dapat digolongkan ke Sehat Paripurna.

Tiga komponen PHBS yang Tidak antara lain komponen lingkungan sekolah bebas rokok, keikutsertaan guru dan siswa dalam program Dana Sehat/JPK, dan warung sekolah atau kantin sehat. Lingkungan sekolah belum bebas rokok dikarenakan mungkin ada guru yang merokok walaupun tidak diperlihatkan di depan muridnya (merokok di ruang tersembunyi di sekolah) atau adanya penjual makanan yang merokok ketika melayani siswa yang jajan makanan. Tidak semua guru dan siswa mengikuti program Dana Sehat/JPK karena di sekolah tersebut, orangtua/wali murid siswa ada yang tidak berprofesi sebagai PNS, namun beragam profesi seperti karyawan swasta, buruh, wiraswasta, dan lain sebagainya. Siswa masih ada yang jajan di luar kantin sekolah, padahal jajanan di luar sekolah belum tentu sebersih kantin sekolah.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pelaksanaan kegiatan field lab kelompok B9 yang bertemakan KIE PHBS di PuskesmasWonogiri I telah berjalan dengan baik dan lancar.Selama kegiatan berlangsung, penulis mendapatkan begitu banyak pengetahuan dan pengalaman berharga.

Berdasarkan kegiatan field lab yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Tingkat kesadaran warga Dusun Jatibedug tentang PHBS sudah cukup tinggi

2. Masalah PHBS yang masih cukup mencolok di Dusun Jatibedug adalah tentang keanggotaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, kebiasaan merokok, dan ASI Eksklusif.

3. Permasalahan kesehatan yang ada di Dusun Jatibedug adalah hipertensi, yang berkaitan dengan PHBS.

4. PHBS di institusi sekolah, yakni di SDN I Purworejo, memiliki kesadaran PHBS yang tinggi.

5. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi tentang PHBS sangat perlu untuk diberikan secara intensif dan kontinu kepada masyarakat luas sebagai salah satu langkah untuk menuju Indonesia sehat. Keberhasilan kegiatan field lab ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala Puskesmas Wonogiri I beserta seluruh petugas baik yang berasaldariPuskesmas Wonogiri I, maupundaritimfield labFK UNS yang turut membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan field lab kali ini.

Penulis sebagai mahasiswa memohon maaf apabila terdapat kesalahan-kesalahan selama pelaksanaan maupun dalam penulisan laporan. Semoga kekurangan tersebut dapat menjadi pembelajaran bagi mahasiswa untuk pelaksanaan field lab selanjutnya.

B. Saran

Mahasiswa yang melakukan survei PHBS hendaknya mampu berkomunikasi secara efektif dengan warga, bersikap kritis, dan mampu menyiasati berbagai sikap warga yang kurang kooperatif dalam menjawab pertanyaan sehingga hasil penilaian indikator PHBS merupakan data yang valid. Pemecahan masalah PHBS yang ada di Dusun Jatibedug adalah sebagai berikut.

1. Sosialisasi dan pendaftaran Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat dengan sistem jemput bola ke masyarakat.

2. Penyuluhan mengenai efek dan bahaya merokok, serta diadakan kegiatan yang memicu peran aktif masyarakat dalam pemberantasan rokok, seperti lomba rumah bebas rokok, penghargaan bagi yang berhasil berhenti merokok.

3. Pemantauan tenaga kesehatan dan edukasi ke masyarakat mengenai pemberian ASI Eksklusif yang baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

BNP Jabar. 2010. Batasan Dan Pengertian NAPZA Dan Narkoba. http://www.bnpjabar.or.id/index.php?option=com. Diakses 27 Oktober 2014;

Darmawan, S. 2010. Pengertian Minuman Keras dan Dampaknya. http://www.

MIRASANTIKA/1.htm. Diakses Oktober 2014.

Departemen Kesehatan RI. 2001. Pedoman Pembinaan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Tatanan Rumah Tangga. Jakarta: Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.

Manda, Syamsur. 2006. Pedoman Pengembangan Kabupaten/Kota Percontohan Program Prilaku Hidup Bersih dan Sehat. Makassar : Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan.

Sisworo, H. 2008. Pengertian minuman keras dan akibatnya. http://www.

pengertian-minuman-keras-dan-akibatnya.html. Diakses Oktober 2014.

Tim Field Lab Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. 2014. Buku Panduan Field Lab: Komunikasi, Informasi, Edukasi Pola Hidup Bersih Sehat. Surakarta: FK UNS.

UNODC, 2011. World Drug Report 2011. http://www.unodc.org. Diakses 27 Oktober 2014