maklah farmakoterapi

24
A. DEFINISI Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2005, diare ialah buang air besar dengan konsistensi lebih encer/cair dari biasanya, ≥ 3 kali per hari, dapat/tidak disertai dengan lendir/darah yang timbul secara mendadak dan berlangsung kurang dari 2 minggu. Diare adalah buang air besar yang sering dan cair, biasanya paling tidak tiga kali dalam 24 jam. Namun, lebih penting konsistensi tinja daripada daripada jumlah. Seringkali, buang air besar yang berbentuk bukanlah diare. Hanya bayi yang diberi ASI sering buang air besar, buang air besar yang "pucat" juga bukan diare (WHO, 2005). Diare adalah peningkatan frekuensi dan penurunan konsistensi pengeluaran tinja dibandingkan individu dengan keadaan usus besar yang normal (Dipiro et al., 2005). B. EPIDEMIOLOGI World Gastroentrology Organization (WGO) pada tahun 2008, memperkirakan penyakit diare menyerang sekitar 1,4 sampai 2,5 juta manusia. Diare merupakan salah satu penyebab utama kematian anak-anak di negara-negara berkembang. pada kebanyakaan kasus diare banyak menyerang anak yang berusia dibawah satu tahun. Konsekuensilangsung lainnya daridiare padaanak-anak termasukgizi buruk, pertumbuhan berkurang, dan gangguan perkembangan kognitifterutama padanegara yang terbatas sumber dayanya. Di negara-negaraindustri, relatif

Upload: erafazira

Post on 15-Jul-2016

273 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

farmkoterapi

TRANSCRIPT

Page 1: MAKLAH farmakoterapi

A. DEFINISI

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2005, diare ialah buang air besar

dengan konsistensi lebih encer/cair dari biasanya, ≥ 3 kali per hari, dapat/tidak disertai

dengan lendir/darah yang timbul secara mendadak dan berlangsung kurang dari 2 minggu.

Diare adalah buang air besar yang sering dan cair, biasanya paling tidak tiga kali

dalam 24 jam. Namun, lebih penting konsistensi tinja daripada daripada jumlah. Seringkali,

buang air besar yang berbentuk bukanlah diare. Hanya bayi yang diberi ASI sering buang air

besar, buang air besar yang "pucat" juga bukan diare (WHO, 2005).

Diare adalah peningkatan frekuensi dan penurunan konsistensi pengeluaran tinja

dibandingkan individu dengan keadaan usus besar yang normal (Dipiro et al., 2005).

B. EPIDEMIOLOGI

World Gastroentrology Organization (WGO) pada tahun 2008, memperkirakan

penyakit diare menyerang sekitar 1,4 sampai 2,5 juta manusia. Diare merupakan salah satu

penyebab utama kematian anak-anak di negara-negara berkembang. pada kebanyakaan kasus

diare banyak menyerang anak yang berusia dibawah satu tahun. Konsekuensilangsung

lainnya daridiare padaanak-anak termasukgizi buruk, pertumbuhan berkurang, dan gangguan

perkembangan kognitifterutama padanegara yang terbatas sumber dayanya. Di negara-

negaraindustri, relatif sedikitpasienmeninggal akibat diare, tapitetap termasuk penyebab

pentingmorbiditas danmempengaruhisubstansialbiaya perawatan kesehatan nasional (WGO,

2008).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menyatakan, angka prevalensi

nasional untuk diare adalah sebesar 3,5%.Beberapa provinsi dilaporkan memiliki prevalensi

diare di atas prevalensi nasional dengan prevalensi tertinggi di Papua sebesar 14,7% dan

Nusa Tenggara Timur dengan prevalensi 10,9% dan terendah adalah Bangka Belitung

dengan prevalensi 3,4%. Angka prevalensi diare di provinsi Riau berada di atas prevalensi

nasional yakni 5,4% dan berdasarkan urutan angka prevalensi tertinggi hingga terendah, Riau

menempati urutan ke-18 dari 33 provinsi yang ada di Indonesia.

Page 2: MAKLAH farmakoterapi

C. ETIOLOGI

1. Bakteri

Di negara berkembang, penyebab diare lebih didominasi bakteri enterik dan

parasitdaripada virus dan biasanya puncaknya selama musim panas.

a. Diarrheagenic Escherichia coli

Semua bentuk dapat menyebabkan penyakit pada anak-anak di negara berkembang,

tetapienterohemorrhagic E. coli (EHEC, termasuk E. coli O157: H7) menyebabkan

penyakit yang lebih sering di negara-negara maju.

Enterotoksigenik E. coli (ETEC)

ETEC dapat menyebabkan traveler`sdiare. traveler`sdiare merupakan diare yang

banyak dijumpai pada bayi dan anak-anak di negara berkembang.

Enteropathogenic E. coli (EPEC)

EPEC dapat menyebabkan diare kronis pada anak-anak (anak <2 tahun), diare

dan jarang menyebabkan penyakit pada orang dewasa.

Enteroinvasif E. coli (EIEC)

EIEC dapat menyebabkan diare berlendir berdarah dan umumnya disertai

demam.

Enterohemorrhagic E. coli (EHEC)

EHEC dapat menyebabkan diare berdarah, kolitis hemoragik yang parah dan

sindrom uremik hemolitik6-8%. Ternak merupakan sumber utama EHEC.

Enteroaggregative E. coli (EAggEC)

EAggEC dapat menyebakan diare persisten pada anak-anak dan orang dewasa

dengan human immunodeficiency virus (HIV).

b. Campylobacter

Lazimnyaditemukan pada orang dewasa dan merupakan salah satu bakteri yang

paling sering diisolasi dari tinja bayi dan anak-anak di negara berkembang.

Campylobacter umumnya menyebabkan infeksi asimtomatikdi negara-negara

berkembang dan berhubungan dengan keberadaan ternak dekattempat tinggal.Infeksi

yang terjadi dikaitkan dengan diare dan dapat mengarah ke disentri (diare berdarah

akut).

Page 3: MAKLAH farmakoterapi

Tingkat isolasi Puncak ditemukan pada anak usia 2 tahun dan lebih muda.

Guillain-Barré syndrome adalah komplikasi yang jarang terjadi.Unggas merupakan

sumber penting infeksi Campylobacter di negara maju.Keberadaan hewan di area

memasak merupakan faktor risiko di negara berkembang.

c. Shigella species

Ada sekitar 160 juta infeksi per tahun di negara berkembang, terutama pada anak-

anak.Hal ini lebih sering terjadi pada balita dan anak-anak dibandingkan pada bayi.

S. Sonnei, dapat menyebabkan penyakit paling ringan dan dijumpai paling umum

dinegaramaju.

S. Flexneri, dapat me yebabkan gejala disentri dan penyakit terus-menerus. S.

Flexneri yang paling umum di negara-negara berkembang.

S. dysenteriae tipe 1 (SD1), dapat menghasilkan toksin Shiga, seperti halnya

EHEC. SD1 telah menyebabkan epidemidiare berdarah dengan tingkat kasus

fatalitas mendekati 10% di Asia, Afrika, dan Amerika Tengah.

d. Vibrio cholera

Banyak spesies Vibrio menyebabkan diare di negara berkembang.V. cholerae serogrup

O1 dan O139 dapat menyebabkan penurunan volume yang berat dan cepat.Dengan tidak

adanya rehidrasi yang cepat dan memadai, syok hipovolemik dan kematian dapat terjadi

dalam 12-18 jam setelah timbulnya gejala pertama.Pada anak-anak, hipoglikemia dapat

menyebabkan kejang-kejang dan kematian.Ada potensi penyebaran epidemi, setiap

infeksi harus dilaporkan segera kepada otoritas kesehatan masyarakat.

Tanda-tandanya adalah

Kotoran yang encer, berwarna, dan bintik-bintik dengan lendir.

Umumnya muntah,

Demam tetapi jarang terjadi.

e. Salmonella

Semua serotipe (> 2000) bersifat patogen bagi manusia.Bayi dan orang tua

memiliki risiko terbesar terserang salmonella. Hewan merupakan sumber infeksi utama

untuk salmonella. Salmonella dapat menyebabkan onset akut mual, muntah, dan diare

yang dapat berair atau disentri.Demam berkembang pada 70% anak yang

terkena.Bakteremia terjadi pada 1-5%, terutama pada bayi. Demam enterik yang terjadi

Page 4: MAKLAH farmakoterapi

dapat disebakan oleh Salmonella typhi atau paratyphi A, B, atau C (demam tifoid).Diare

(dengan atau tanpa darah) terjadi dan disertai demam 3 minggu atau lebih.

2. Virus

Di negara-negara industri, virus adalah penyebab utama dari diare akut.

a. Rotavirus

Rotavirus penyebab utama keparahan,dehidrasigastroenteritis diantara anak-anak.

Rotavirus menyebabkan sepertiga dari rawat inap diare dan 500.000 kematian di

seluruh dunia setiap tahun.Hampir semua anak di negara-negara industri dan

berkembang telah terinfeksi rotavirus pada saatusia mereka 3-5 tahun. Infeksi

neonatal adalah infeksi yang umum terjadi, tetapi sering tanpa gejala.Insiden puncak

penyakit klinis pada anak-anak antara 4 dan 23 bulan.Rotavirusterkait dengan

Gastroenteritis di atas rata-rata keparahan.

b. Human caliciviruses (HuCVs).

Merupakan family Caliciviridae, noroviruses dan sapoviruses. HuCVs sebelumnya

dikenal dengan nama "Norwalk-like virus" dan "Sapporo-like virus."Norovirus adalah

penyebab paling umumwabah gastroenteritis, yang mempengaruhi semua kelompok

umur.Sapoviruses terutama mempengaruhi anak-anak. HuCVs dapat menjadi agen

virus yang paling umum kedua setelah rotavirus, menyebabkan 4-19%episode

gastroenteritis berat pada anak muda.

c. Adenovirus

Infeksi adenovirus paling sering menyebabkan penyakit pada sistem pernapasan.

Namun, tergantung pada serotipe menginfeksi dan terutama pada anak-anak.

Adenovirus juga bisa menyebabkan gastroenteritis.

3. Parasit

Giardia intestinalis, Cryptosporidium parvum, Entamoeba histolytica, dan

Cayetanensis cyclospora merupakan penyebab paling sering penyakit diare akut pada

anak. Parasit-parasit tersebut memiliki proporsi yang relatif kecil dari kasus-kasus

penyakit diare menular pada anak-anak di negara berkembang. Diare yang disebabkan

parasit jarang dijumpai di negara maju, biasanya hanya terjadi pada wisatawan. G.

intestinalis memiliki prevalensi rendah (sekitar 2-5%) pada anak-anak di negara maju,

Page 5: MAKLAH farmakoterapi

tetapi sekitar 20-30% di daerah berkembang.Cryptosporidium dan Cyclospora adalah

umumnya dijumpaipada anak-anak di negara berkembang dan sering asimtomatik.

D. PATOFISIOLOGI

Ada 4 patofisiologi umum yang mengganggu keseimbangan air dan elektrolit

yang menyebabkan diare,dan merupakan dasar diagnosis dan terapi. 4 hal tersebut adalah (a)

perubahan dalam transportasi ion aktif baik penurunan penyerapan natrium klorida atau

sekresi meningkat;(b) perubahan motilitas usus (c) peningkatan osmolaritas luminal;dan (d)

peningkatan tekanan hidrostatikjaringan (Dipiro, 2008).

Menurut Latief, Abdul dkk (2007) mekanisme dasar yang menyebabkan

diare adalah sebagai berikut :

a. Gangguan Osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan

tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat, sahingga terjadi pergeseran air dan

elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang

usus untuk mengeluarkannya sehingga terjadilah diare.

b. Gangguan Seksresi

Akibat rangsangan tertentu (missal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi

peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul

karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

c. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap

makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik usus menurun akan

mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya akan menimbulkan diare

juga.

E. KLASIFIKASI

Secara umum diare dibedakan menjadi 2 yaitu :

1) Diare akut

Page 6: MAKLAH farmakoterapi

Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan

konsistensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya, berlangsung

kurang dari 2 minggu (Suharyono,1986).

Diare akut merupakan diare yang jelas mulainya dan dapat sembuh kembali

dengan normal dalam waktu yang relatif singkat. Diare akut dapat terjadi sewaktu-waktu

tetapi gejalanya dapat berat. Penyebabnya berupa gangguan jasad renik atau bakteri yang

masuk ke dalam usus halus setelah melewati berbagai rintangan asam lambung, jasad renik

yang berkembang pesat di dalam usus halus, racun yang dikeluarkan oleh bakteri dan

kelebihan cairan usus akibat racun.

2) Diare kronis

Diare yang melebihi jangka waktu 15 hari sejak awal diare. Batasan waktu 15 hari

tersebut semata-mata suatu kesepakatan, karena banyaknya usul untuk menentukan batasan

waktu diare kronis (Daldiyono, 1990).

Pada diare kronis, kejadiannya lebih kompleks. Beberapa faktor yang

menimbulkannya adalah gangguan bakteri, jamur dan parasit, malabsorbsi kalori,

malabsorbsi lemak (Widjaja, 2002).

Berdasarkan mekanisme patofisiologi, diare dapat digolongkan menjadi :

1) Diare Osmotik

Diare ini timbul pada pasien yang saluran ususnya terpapar dan tak mampu

menangani beban hiperosmolar, yang biasanya terdiri dari karbohidrat atau ion divalen.

Diare ini, terjadi bila cairan yang tidak atau kurang dapat diabsorbsi terdapat berlebihan,

sehingga menyebabkan retensi air dalam lumen usus yang akhirnya hilang dalam feses

(Paul et al., 1990).

Akumulasi bahan-bahan yang tidak dapat diserap dalam lumen usus mengakibatkan

keadaan hipertonik dan meningkatkan tekanan osmotik intrailumen yang menghalangi

absorbsi air dan elektrolit sehingga terjadilah diare (Suharyono, 1992).

2) Diare Sekretolik

Diare Sekresi (secretory diarrhoea), disebabkan oleh; Infeksi virus, kuman-kuman

patogen maupun patogen, Infeksi bakteri misalnya Escherichia coli, Shigella dysentriae.

Infeksi virus misalnya Rotavirus, Norwalk, dan infeksi Parasit misalnya Entamoeba

hystolitica, dan Giardiosis lambia. Penyebab lain berupa hiperperistaltik usus halus yang

Page 7: MAKLAH farmakoterapi

dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia, makanan, gangguan psikis (ketakutan, gugup),

gangguan saraf, hawa dingin, alergi (Suharyono, 1992)

3) Overgrowth bactery, malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak

Dalam keadaan normal, usus halus anak adalah relatif steril. Bakteri tumbuh

lampau (Overgrowth bactery) dapat terjadi pada setiap kondisi yang menimbulkan stasis isi

usus. Jumlah bakteri usus dapat meningkat pada bayi dengan diare non spesifik yang

persisten dan dengan intoleransi monosakarida sekunder. Organisme coliform biasanya

predominan, walaupun bakteri anaerob (seperti bacteriodes) mungkin meningkat secara

kuantitatif (Suharyono, 1992).

4) Tidak adanya mekanisme absorbsi ion secara aktif yang biasanya terdapat dalam keadaan

normal. Contoh klasik ialah penyakit kongenital chloridorrhoea. Pada penyakit ini,

penderita tidak mampu mengabsorbsi klorida secara aktif karena defek pada sistem

penukaran anion ileum. Hal ini mengakibatkan berkurangnya absorbsi cairan, asidifikasi isi

lumen usus dan konsentrasi klorida tinggi dalam cairan tidak terabsorbsi yang tinggal 7

dalam lumen ileum dan kolon. Konsentrasi klorida tinja jauh melebihi kombinasi

konsentrasi natrium dan kalium (Suharyono, 1992).

5) Kerusakan mukosa

Berkurangnya permukaan mukosa atau kerusakan permukaan mukosa dapat

mengakibatkan terganggunya permeabilitas air dan elektrolit. Kerusakan epitel usus halus

yang difus terjadi pada kebanyakan tipe enteritis karena infeksi, penyakit chron dan pada

penyakit-penyakit kolon seperti kolitis ulserativa, kolitis granulomatosa dan kolitis

infeksiosa (Suharyono, 1992).

6) Motilitas usus yang abnormal

Kelainan motilitas usus menyebabkan gangguan digesti atau absorbsi.

Berkurangnya motilitas memudahkan terjadinya stasis dan overgrowth bactery, sedangkan

kenaikan motilitas akan mengakibatkan transit nutrisi yang cepat di usus dan menimbulkan

kontak lama dengan mukosa yang inadekuat. Berkurangnya motilitas usus terdapat pada

diabetes dan skleroderma. Motilitas usus yang bertambah berhubungan dengan isi usus

yang meninggi (seperti pada diare osmotik), inflamasi usus dan keadaan-keadaan

terdapatnya circulating humoral agent (seperti prostaglandin dan serotonin) yang

meningkat secara aktif. Pada short bowel syndrom (sering pasca bedah), terdapat daerah

Page 8: MAKLAH farmakoterapi

permukaan absorbsi yang inadekuat, dikombinasi dengan transit cepat yang akan

mengakibatkan diare. Hipersekresi lambung pada transient hypergastrinemia, juga dapat

menghasilkan diare segera sesudah operasi (Suharyono, 1992).

F. OBAT YANG DAPAT MEMACU DIARE

1. Laksatif (karena efeknya yang berlebihan dalam merangsang peristaltik saluran

percernaan)

2. Antasid yang mengandung magnesium (magnesium bersifat laksatif).

3. Antineoplastik (karena efek samping dari obat ini menyebabkan kerusakan dari sel

parietal saluran pencernaan sehingga memacu peristaltik).

4. Antibiotik (karena suprainfeksi atau merubah flora normal), seperti ; klindamisin,

tetrasiklin, sulfonamid, dan antimikroba berspektrum luas yang lain.

5. Antihipertensi (kemungkinan karena hambatan sistem saraf simpatik akan meningkatkan

perangsangan parasimpatik yang di saluran pencernaan akan meningkatkan peristaltik.

Misalnya; reserpin, guanetidin, metildopa, dan guanabenz.

6. Kolinergik (meningkatkan peristaltik saluran pencernaan), misalnya; betanikol dan

neostigmin.

7. Kardiak agen yang lain seperti quinidin dan digitalis.

8. Lain – lain yaitu Analog prostaglandin (Misoprostol) dan kolkisin

G. MANIFESTASI KLINIK

Sebagai akibat dari diare baik akut maupun kronik akan terjadi:

1) Kehilangan air (dehidrasi), Terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak

daripada pemasukan air (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.

Apabila dalam keadaan normal, cairan dan garam keluar dari usus ke dalam darah

untuk digunakan oleh tubuh. Bila terjadi diare, usus tidak bekerja normal, lebih sedikit

cairan garam masuk ke dalam darah dan lebih banyak yang keluar dari darah ke dalam

usus. Sehingga cairan dan garam yang keluar dari tubuh ke tinja lebih banyak dari

normal. Kehilangan cairan dan garam dari tubuh yang lebih besar dari normal dapat

menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi dapat diperparah dengan muntah oleh penderita

yang menyertai diare.

Page 9: MAKLAH farmakoterapi

Penentuan Derajat Dehidrasi

2) Malnutrisi

Selama diare, berkurangnya asupan makanan, berkurangnya absospsi nutrisi,

meningkatnya kebutuhan nutrisi berkombinasi menyebabkan hilangnya berat bdan dan

gagalnya pertumbuhan.

Cara memperbaiki kondisi ini adalah dengan:

Meneruskan pemberian makanan yang kaya akan nutrisi selama diare san sesudah

diare.

Memberikan diet nutrisi yang tepar sesuai umur

Page 10: MAKLAH farmakoterapi

H. PRESENTASI KLINIK

a) Tanda-tanda umum:

Biasanya diare akut reda dalam waktu 72 jam setelah tejadi diare sedangkan diare

koronis sering terjadi sepanjang periode tertentu dalam jangka yang panjang.

b) Tanda dan gejala:

Tiba-tiba timul mual, muntah, sakit perut, akit kepala, demam, menggigil dan

malaise.

Sering terjadi pergerakan (motilitas) usus yang berlangsung selama 12-60 jam.

Timbul rasa nyeri pada pada kuadran kanan bawah perut disertai timbulnya kram

perut dan dan tertengar bunyi pergerakan usus sebagai karakteristik adanya gangguan

pada usus kecil.

c) Pemeriksaan fisik:

Biasanya terjadi hipermotilitas pada usus

d) Pemeriksaan laboratotium:

Pemeriksaan feses: dilakukan dengan menganalisislendir, ada atau tidaknya darah,

lemak,osmolalitas, pH, dan konsentrasielektrolit dan mineral dan melakukan kultur

untuk mengetahui organisme penyabab.

Tes Kits feses: untuk mengetahui ada atau tidaknya virus dalam saluran cerna,

terutama golongan rotavirus.

Melakukan pengujian serologis antibody: biasanya akan terjadi peningkatan titer

selama periode 3-6 hari.

Mengukur volume tinja yang dikeluarkan serta dilakukan pemeriksaan.

Melakukan endoskopi dan biopsy untuk mengetahui kondisi usus apakah terjadi

ganggunan lain seperti kanker atau kolitis.

Mengamati hasil pemeriksaan radiografinya untuk mengetahui kondisi saluran usus

apakah mengalami inflamasi atau neoplastik

(Dipiro at.al, 2011).

I. TERAPI DIARE

a.   Preventif (Pencegahan)

Diare akut akibat virus  sering terjadi di tempat penitipan anak. Virus disebarkan

melalui kontak langsung dengan orang sehingga, untuk menghindarinya harus dilakukan

Page 11: MAKLAH farmakoterapi

isolasi. Untuk mencegah infeksi akibat bakteri, parasit, dan protozoa, dilakukan pengolahan

makanan dan air yang ketat, sanitasi, serta menjaga kebersihan lingkungan. Apabila diare

yang terjadi diakibatkan oleh penyakit lain, kontrol terhadap penyakit tersebut harus

dilakukan. Antibiotik dan bismut subsalisilat disarankan untuk mencegah diare untuk orang-

orang yang akan berpergian (Dipiro, 2005).

b. Terapi Non-Farmakologi

Manajemen diet adalah prioritas utama dalam penanganan diare. Dianjurkan untuk

menghentikan konsumsi makanan padat dan produk susu selama 24 jam.  Meskipun

demikian, cara perawatan dengan puasa masih dipertanyakan karena belum banyak

dipelajari. Puasa dapat mengendalikan diare osmotik tetapi tidak untuk diare sekretori.

Apabila pasien mengalami mual dan atau muntah, harus diberikan makanan yang

mudah dicerna selama 24 jam. Jika muntah tidak dapat dikontrol dapat diberikan antiemetik

dan tidak boleh diberikan secara oral. Setelah pergerakan usus berkurang, mulai dapat

diberikan diet makanan lunak. Pemberian makanan harus dilanjutkan pada anak-anak

dengan diare bakterial akut karena dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas, apakah

mereka menerima cairan rehidrasi oral ataupun tidak. Belum dilakukan studi untuk

menentukan pengaruh pemberian makanan berkelanjutan untuk diare bakterial terhadap

orang tua atau kelompok dengan risiko tinggi lainnya (Dipiro, 2005).

Tujuan terapi diare adalah memanajemen diet, mencegah kehilangan air, elektrolit,

dan keseimbangan asam-basa, meredakan gejala, dan mengobati penyebab diare. Tenaga

kesehatan harus paham bahwa diare, seperti juga batuk, mungkin merupakan mekanisme

pertahanan tubuh dari substansi yang berbahaya atau patogen ( Dipiro, 2005).

c.  Terapi Farmakologi

Berbagai obat telah digunakan untuk mengobati serangan diare. Obat ini

dikelompokkan menjadi beberapa kategori: antimotilititas, adsorben, senyawa antisekretori,

antibiotik, enzim, dan mikroflora usus. Biasanya obat ini tidak menyembuhkan tetapi

meringankan penyakit saja.

Adapun penggolongan obat yang digunakan meliputi :

1. Opiat dan derivatnya

Page 12: MAKLAH farmakoterapi

Opiat dan derivatnya meringankan gejala diare dengan cara menunda transit isi

intraluminal atau dengan meningkatkan kapasitas usus, sehingga memperpanjang waktu

kontak dan penyerapan. Enkefalin, uatu zat opiat endogen, yang mengatur gerakan fluida

didalam mukosa dengan merangsang proses penyerapan. Dampak buruk penggunaan

opiat adalah adanya resiko ketergantungan dan kemungkinan memperburuk diare akibat

infeksi. Opiat umumnya bekerja melalui mekanisme sentral dan perifer kecuali pada

loperamid. Loperamid merupakan antisekretori yang bekerja pada sistem perifer dengan

menghambat pengikatan protein kalsium pada kalmodulin dan mengendalikan sekresi

klorida. Loperamid tersedia dalam sediaan kapsul 2 mg atau larutan 1 mg/5 ml. Dosis

lazim dewasa adalah 4 mg peroral pada awal pemakaian diikuti 2 mg setiap setelah

devekasi hingga 16 mg perhari. Dephenoksilat adalah agen opiat lain yang digunakan

dalam penanganan diare. Tersedia dalam sediaan tablet 2,5 mg atau larutan 2,5 mg/5 ml.

Dosis pada orang dewasa 3 sampai 4 kali sehari 2,5-4 mg, dengan maksimum dosis 20

mg perhari. Selain itu defoksin, suatu turunan defenoksilat juga sering digunakan sebagai

kombinasi dengan atropin. Dosis pemakaian pada dewasa adalah 2 mg pada awal

pemakaian selanjutnya 1 mg setiap setelah devekasi, dosis maksimum 8 mg perhari.

2. Adsorben

Adsorben digunakan untuk mengatasi munculnya gejala diare. Dalam kerjanya,

absorben bekerja secara tidak spesisfik dengan menyerap air, nutrisi, racun, maupun obat.

Pemberian adsorben bersama obat lain, akan menurunkan bioavailabilitas obat lain

tersebut. Polikarbofil terbukti efektif mampu menyerap 60 kali beratnya. Dosis pada

orang dewasa adalah 4 kali sehari 500 mg hingga maksimum 6 gram perhari. Adsorben

lain yang dapat digunakan adalah Campuran kaolin-pektin dengan dosis 30-120 ml setiap

setelah buang air besar, atau attapulgit dengan dosis 1200-1500 mg setiap setelah buang

air besar.

3. Antisekretori

Antisekretori. Bismut subsalisilat terbukti memeliki efek antisekretori,

antiinflamasi dan antibakteri. Sediaan obat ini adalah tablet kunyah 262 mg/tablet atau

262 mg/5 ml larutan. Dosis pada orang dewasa adalah 2 tablet atau 30 ml larutan setiap

Page 13: MAKLAH farmakoterapi

30 menit untuk 1 sampai 8 dosis perhari. Oktreotide suatu analog somatostatin endogen

sintesis digunakan untuk mengatasi gejala karsinoid tumor dan vasoaktif peptida yang

disekresikan tumor. Dosis oktreotide bervariasi tergantung indikasi. Oktreotide

menghambat banyak aktivitas hormon gastrointestinal sehingga penggunaanya banyak

menimbulkan efek samping.

4. Pemberian Suplemen Zinc (Zn)

Studi menunjukkan bawwa suplemen Zn (10-20mg/hari sampai diare

terhenti)secara signifikan mengurangi keberbahayaan dan lama diare pada anak umur

kurang dari 5 tahun.studi lain menunjukkan bahwa tambahan suplemen Zn jangka pendek

10-20mg/hari selama 10-14hari mengurangi insiden diare 2-3bulan berikutnya.

Berdasarkan studi ini, sekarang direkomendasikan pemberian suplemen Zn,10-20mg/hari

selama 10-14hari kepada semua anak yang diare.

5. Produk Lain

Sediaan laktobacilus dapat menggantikan mikroflora usus, sehingga membantu

mengembalikan fungsi normal usus dan mencegah pertumbuhan mikroorganisme

patogen. Namun, diet produk yang mengandung 200-400 mg laktosa atau dekstrin sama

efektifnya dengan memproduksi rekolonisasi flora normal. Selain itu antikolinergik

seperti atropin juga dapat membantu memperpanjang transit usus.

6. Antibiotika

Perannya hanya jika diare disebabkan oleh infeksi. Kebanyakan diare bukan

karena infeksi atau non spesifik, sehingga antibiotika tidak diperlukan, karena sebagian

diare disebabkan oleh rotavirus yang bersifat self limited. Bahkan antibiotika bisa

menjadi salah satu penyebab diare, karena dapat mengganggu keseimbangan flora usus.

Pada penderita diare hanya boleh diberikan bila ditemukan bakteri patogen pada

pemeriksaan laboratorium, ditemukan tinja, secara klinis terdapat tanda-tanda yang

menyokong adanya infeksi enteral, di daerah endemik kolera.

Page 14: MAKLAH farmakoterapi

Berikut adalah tabel nama obat dan dosis yang digunakan untuk terapi diare.

Page 15: MAKLAH farmakoterapi

Bagan terapi diare akut

Berikut adalah langkah – langkah yang direkomendasikan untuk pengobatan diare akut:1. Lakukan pemeriksaan fisik dan riwayat penyakit.2. Apakah diarenya akut atau kronik?3. Jika diarenya akut, periksa apakah ada demam atau gejala- gejala sistemik (misal

keracunan). Jika terjadi gejala sistemik (demam, anoreksia, kehilangan cairan tubuh), periksa sumber infeksi. Jika positif diare disebabkan oleh infeksi, gunakan terapi antibiotik atau antelmintik. Jika negatif, lakukan pengobatan gejala saja.

4. Jika tidak ditemukan gejala sistemik, lakukan terapi untuk mengatasi hilangnya cairan tubuh, berikan cairan elektrolit oral/parenteral, agen antidiare.

  J. EVALUASI HASIL TERAPI

Secara umum, langkah-langkah  terapi diarahkan terhadap gejala, tanda, dan studi laboratorium. Konstitusi gejala biasanya membaik dalam waktu 24 hingga 72 jam. Monitoring untuk perubahan frekuensi dan karakter buang air besar setiap hari dalam hubungannya dengan tanda-tanda vital dan perbaikan nafsu makan adalah sangat penting. Selain itu, dokter perlu memantau berat badan, osmolalitas serum, elektrolit serum, jumlah sel darah, dan urine (Burns. 2008)

Untuk diare akut, dengan tidak adanya dehidrasi sedang hingga berat, demam tinggi, dan darah atau lendir dalam tinja, penyakit ini biasanya sembuh dalam waktu 3 sampai 7 hari. Diare akut yang ringan sampai sedang biasanya diobati secara rawat jalan dengan

Page 16: MAKLAH farmakoterapi

rehidrasi oral, pengobatan simtomatik, dan diet. Orang-orang tua dengan penyakit kronis dan bayi mungkin memerlukan rawat inap untuk rehidrasi parenteral dan monitoring yang ketat.

Untuk diare  kronis, dalam situasi yang mendesak, pemulihan status volume pasien adalah hasil yang paling penting. Pasien  dengan demam dehidrasi, hematochezia, atau hipotensi memerlukan rawat inap, infus cairan elektrolit, dan terapi antibiotik sambil menunggu hasil kultur dan sensitivitas. Dengan manajemen yang tepat waktu, pasien biasanya dapat sembuh dalam beberapa hari (Dipiro, 2005).