laporan farmakologi 3

Upload: dudi-nurmalik

Post on 09-Oct-2015

189 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

penandaan hewan coba

TRANSCRIPT

I. Tujuan PercobaanUntuk mengetahui bagaimana cara mebuat penandaan terhadap hewan percobaan dan mengetahui bagaimana cara membuat sediaan infusa.

II. Dasar TeoriDasar diadakanya penandaan hewan percobaan adalah bentuk karakteristik hewan atau spesies itu identik atau mempunyai identitas diri sama dengan hewan yang lainya. Maka dari itu dilakukan penandaan terhadap hewan percobaan yang dinyatakan dengan mg/g untuk per kilo gram bobot tubuh hewan percobaan, sehingga perlu diketahui berat dari setiap hewan percobaan yang akan digunakan dalam percobaan dan setiap hewan di beri tanda titik atau garis pada bagian tubuhnya dengan pewarnaan untuk dapat mengenalinya.Cara penandaan hewan di laboratirium dilakukan untk mengetahui kelompok hewan yang di perlukan berbeda dengan kelompok hewan lainya. Penandaan ini dapat di lakukan secara permanen untuk penelitian jangka panjang, sehingga tanda tersebut tidak mudah hilang. Penandaan dapat dilakukan dengan cara ear tag (penindikan telinga hewan perobaan) dengan menggunakan anting bernomor, pewarnaan pada bagian tubuh hewan dan elektronik transponder.Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstrak sismplisia nabati dengan air pada suhu 90o C selaam 10-15 menit yang dihitung sejak air mendidih (mencapai 90o C). Jika bahan yang digunakan untuk membuat dekok berasal dari bahan bertekstur keras, bahan yang digunakan dalam infusa berasal dari bahan yang lunak (simplisi, daun dan bunga) seperti daun kumis kucing, daun meniran, daun pegagan, bunga mawar, bunga melati, dan daun sambiloto. Cara membuat infusa hampir sama dengan merebus teh. Siapkan simplisia kering 25-30 gram atau bahan segar 75-90 gram. Bahan tersebut direbus dalam air mendidih 500 mL selama 15 menit atau sampai volumenya menjadi 250 mL atau dengan perbandingan lainya (di perbesar/diperkecil). Setelah direbus airnya disaring dan hasil penyaringan ini disebut infusa.Teknik infusa mempunyai beberapa keuntungan bila dibandingkan dengan teknik pembuatan ekstrak yaitu karena teknik infusa lebih murah, lebih cepat, dan alat serta caranya sederhana. Sedangkan dalam pembuatan ekstrak, kandungan dari bahan tumbuhan dan pelarut yang paling tepat untuk masing-masing kandungan harus diketahui lebih dahulu. Dengan zat pelarut yang tepat, zat aktif yang diinginkan akan terpisah dari bahan aslinya dan bercampur dengan pelarut yang digunakan. Selanjutnya pemisahan zat aktif dari pelarutnya dengan lebih mudah dilakukan untuk memperoleh zat aktif yang benar-benar murni. Metodenya dikenal dengan nama Sochlet, yaitu dengan menggunakan alat percolator dan countercurrent screw extractor. Dari sini jelas terlihat bahwa metode pembuatan ekstrak lebih rumit dan mahal dibandingkan dengan metode pembuatan infusa. (Santoso, 1993)

III. Alat Dan Bahana. Alat1. Sarung tangan2. Ram kawat3. Bejana4. Sepidol5. Asam pikrat6. Kuas7. Pembakar spirtus8. Kaki tiga dan kassa9. Gelas kimia10. Termostat11. Alumunium voil12. Kain planen13. Batang pengaduk14. Gelas ukur 100 mLb. Bahan1. Mencit2. Daun sirihIV. Prosedur Percobaana. Contoh penandaan pada ekor:12345678910

b. Contoh penanaan pada bulu dengan asam pikrat. 123456

789102030

405060708090

100

c. Pembuatan infusa1. Ambil bagian tanaman yang akan digunakan, cuci bersih2. Iris tipis dan haluskan tanaman/ simplisia3. Campur simplisia dengan derajat halus yang sesuai dalam panic dengan air secukupnya4. Panaskan panic berisi simplisia dan air diatas penangas air5. Setelah panic berisi simplisia mencapai suhu 90oC, panaskan diatas penangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai suhu 90oC sambil sesekali diaduk6. Serkai selagi panas dengan menggunakan kain flannel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infus yang dikehendaki7. Infusa simplisia yang mengandung minyak atsiri, diserkai setelah dingin, infus yang mengandung lender tidak boleh di peras.

d. Perhitungan pembuatan infusaPerhitungan pembuatan infusaDosis empiris daun sirih = 5 gramKonversi dosis= 5 gram x 0,0026= 0,013 gram/ 20 gram bb mencitPenimbangan sirih = x 0,013 gram= 6,5 gram

V. PembahasanPraktikum kali ini dilakukan agar praktikan mampu melakukan penandaan terhadap hewan percobaan dan dapat membuat sediaan infusa. Hewan percobaan yang digunakan pada praktikum penandaan ini adalah mencit. Penandaan pada hewan percobaan dapat dilakukan dengan beberapa cara dan pada beberapa bagian dari tubuh hewan percobaan. Untuk melakukan penandaan dapat dilakukan dengan menggunakan asam pikrat dan spidol. Bagian hewan percobaan yang diberi tanda adalah pada bagian ekor dan juga pada bulu dan kakinya. Penandaan pada ekor dilakukan dengan menggunakan spidol permanent kerana diharapkan tanda yang diberikan tidak hilang selama penelitian berlangsung. Cara melakukan penandaan pada hewan percobaan dibagian ekor adalah dengan cara memegang ekor dari mencit diatas ram kawat, kemudian mencit dibiarkan mencengkram kawat sehingga ekornya dapat diluruskan. Setelah ekor mencit tersebut lurus maka dilakukan penandaan dengan bentuk tertentu sesuai dengan nomor yang diinginkan. Untuk ketentuan bentuk penandaan dapat dilihat dibagian prosedur. Untuk melakukan penandaan diatas angka sepuluh maka penandaan dilakukan 2x, missal kita akn melakukan penandaan dengan nomor 17 maka penandaan pertama yaitu dengan tanda nomor 10 kemudian penandaan kedua dengan nomor 7.

17Kemudian penandaan juga dapat dilakukan pada bagian bulu dan kaki pada mencit. Penandaan ini dilakukan dengan menggunakan asam pikrat, asam pikrat memiliki warna kuning terang yang dapat melekat cukup lama pada bulu mencit sehingga digunakan sebagai bahan untuk penandaan dan juga asam pikrat tidak mempengaruhi keadaan dari mencit yang ditandai karena bukan merupakan zat yang berbahaya sehingga tidak melukai hewan percobaan. Untuk ketentuan penandaan pada bulu dan kaki mencit dapat dilihat di prosedur. Contoh penandaan dengan nomor 86 adalah sebagai berikut:

86Penandaan pada hewan percobaan harus dilakukan karena biasanya penelitian dilakukan dalam jangka waktu yang lama, memerlukan data kuantitatif sepeti berat dari hewan percobaan dan jumlah dari hewan percobaan yang tidak sedikit, apabila tidak dilakukan penandaan maka akan terdapat kesalahan pada hasil dari penelitian karena tertukarnya hewan uji yang satu dengan yang lainnya. Selanjutnya adalah proses pembuatan infusa. Infusa yang dibuat adalah infusa daun sirih. Daun sirih ditimbang sebanyak 6,5 gram. Lalu panaskan panci infusa hingga air pada panci bagian atas menunjukan suhu 90oC. Setelah air menunjukan suhu 90oC masukan simplisia daun sirih yang sebelumnya telah di rajang dan dihaluskan. Tujuan dari penghalusan simplsia daun sirih yaitu untuk mempermudah proses penarikan senyawa yang terkandung dalam sirih dan untuk memaksimalkan pengeluaran senyawa yang terdapat dalam simplisia daun sirih. Karena semakin kecil ukuran partikelnya maka luas permukaannya akan semakin banyak sehingga penarikan senyawanya akan semakin banyak. Namun perlu diperhatikan pula dalam perajangan simplisia jangan terlalu kecil. Dikhawatirkan jika ukuran partikelnya terlalu kecil dapat merusak sel yang mengandung senyawa berkhasiat dalam simplisia rusak sebelum proses penarikan sehingga senyawa berkhasiatnya keluar sebelum proses penarikan dan rusak. Setelah 15 menit, serkai selagi panas menggunakan kain flanel. Filtrat yang didapatkan hanya 70 ml sehingga diperlukan penambahan aquadest sebanyak 30 ml. Aquadest panas ditambahkan pada ampas daun sirih jangan pada filtrat yang dihasilkan. Sehingga setelah ditambahkan lagi aquades, ampas di serkai kembali hingga mencapai volume yang diinginkan.VI. KesimpulanBerdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa penandaan pada hewan dapat dilakukan pada beberapa bagian hewan percobaan yaitu ekor, bulu dan kaki. Bahan yang digunakan untuk penandaan adalah asam pikrat dan spidol permanent.

VII. Daftar PustakaArrington, L. (1972). Introductory Laboratory Animal. The Breeding, Care, and Management of Experimental Animal Science. New York: The Interstate Printers and Publishing, Inc.Green, E. (1968). Biology of The Laboratory Mouse. New York: Hill Book.Malole, M., & Pramono, C. S. (1989). Penggunaan Hewan Percobaan di Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Bogor: IPB.

VIII. Dokumentasia. Penandaan

b. Pembuatan infusa