laporan farfis kelarutan
DESCRIPTION
laporan kelarutanTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif2. Menjelaskan pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat3. Menjelaskan pengaruh penambalan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat4. Menentukan konsentrasi misel kritik suatu surfaktan dengan etode kelarutan
I.2 DASAR TEORI
Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut di dalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan kedalam satuan mililiter (ml) pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat. Kelarutan juga dapat dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas dan persen.
Pelepasan zat aktif dari bentuk sedianya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsipnya obat baru dapat diabsorpsi setelah zat aktifnya terlarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha untuk mempertinggi efek Farmakologi dari sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah :
- pH- temperatur- jenis pelarut- bentuk dan ukuran partikel zat- konstanta dielektrik pelarut- adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan pembentuk kompleks, ion sejenis dll.
a. Pengaruh pHZat aktif yang sering digunakan di dalam dunia pengobatan umumnya adlaah
zat organik yang bersifat asam lemah, dimana kelarutannya sangat dipengaruhi oleh pH pelarutnya. Kelarutan asam-asam organik lemah dalam air akan bertambah dengan naiknya pH karena terbentuknya garam yang mudah larut dalam air. Sedangkan basa-basa organik umumnya sukarlarut dalam air. Bila pH larutan diturunkan dengan penambahan asam kuat maka akan terbentuk garam yang mudah larut dalam air. Hubungan antara pH dengan kelarutan asam dan basa lemah digambarkan oleh persamaan sebagai berikut:
Untuk asam lemah :pHp = PkW + log S-So
So
Untuk basa lemah :pHp = pKw – pKb + log S-So
So
Kartika Suardi (0661 12 055) Laporan PraktikumFarmasi Fisika “Kelarutan”1
Dimana : pHp = harga pH terendah/tertinggi dimana zat yang berbentuk asam atau basa lemah masih dapat larut.
S = konsentrasi molar zat dalam gram yang ditambahkan.So = kelarutan molar fraksi asam atau basa yang tidak terdisosiasi
b. Pengaruh temperaturKelarutan zat padat dalam larutan ideal tergantung kepada temperatur, titik
leleh zat padat dan panas peleburan molar zat tersebut. Pengaruh termperatur terhadap kelarutan zat dalam larutan ideal dib erikan oleh persamaan Van’t Hoff’s sebagai berikut :
Log X2i = Hf (To – T ) 2,303R (To.T)
Dimana : X2i = kelarutan ideal zat dalam fraksi mol
T = temperatur absolut larutan To = titik leleh zat dalam temperatur absolut
Tanda i menyatakan larutan ideal, sedangkan tanda 2 menyatakan zat terlarut. Pada temperatur di atas titik leleh zat akan berada dalam keadaan cair sehingga dapat bercampur dengan pelarut dalam setiap perbandingan. Oleh karena itu persamaan tersebut tidak berlaku apabila T lebih besar dari To.
c. Pengaruh jenis pelarutKelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut. Pelarut polar
akan melarutkan lebih baik zat-zat polar dan ionik, begitu pula sebaliknya. Kelarutan zat juga bergantung pada struktur zat, seperti perbandingan gugus polar dan non polar dari suatu molekul. Makin panjang rantai gugus nonpolar suatu zat, makin sukar zat tersebut laru dalam air. Menurut Hildebrane : “kemampuan zat terlarut untuk membentuk ikatanhidrogen lebih penting daripada kepolaran suatu zat.
Pelarut polar bertindak sebagai pelarut dengan mekanisme sebagai berikut :- Mengurangi gaya tarik antara ion yang berlawanan dalam kristal.- Memecah ikatan kovalen elektrolit-elektrolit kuat, karena pelarut ini bersifat
amfiprotik.- Membentuk ikatan hidrogen dengan zat terlarut.
Pelarut non polar tidak dapat mengurangi daya tarik menarik antara ion-ion karena konstanta dielektriknya yang rendah. Iapun tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan tidak dapat membenatuk jembatan hidrogen. Pelarut ini dapat melarutkan zat-zat non polar dengan tekanan internal yang sama melalui induksi antaraksi dipol. Pelarut semi polar dapt menginduksi tingkat kepolaran molekul-molekul pelarut non polar. Ia bertindak sebagai perantara (Intermediet Solvent) untuk mencampurkan pelarut polar denga non polar.
d. Pengaruh bentuk dan ukuran partikelKelarutan suat zat akan naik dengan berkurangnya ukuran partikel suatu zat,
sesuai dengan persamaan berikut:Log S = 2v . So 2,303 RTr
Kartika Suardi (0661 12 055) Laporan PraktikumFarmasi Fisika “Kelarutan”2
Dimana : S = kelarutan dari partikel halus So = kelarutan zat padat yang ukuran partikelnya lebih besar V = volume partikel dalam cm2 per mol R = jari-jari akhir partikel dalam cm2
T = temperatur absolut
Konfigurasi molekul dan bentuk susunan kristal juga berpengaruh terhadap kelarutan zat. Partikel yang bentuknya tidak simetris lebih mudah larut bila dibandingkan dengan partikel yang bentuknya simetris.
e. Pengaruh Konstanta DielektrikTelah diketahui bahwa kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas
pelarut. Pelarut polar mempunyai konstanta dielektrik yang tinggi dapat melarutkan zat-zat non polar sukar larut di dalamnya, begitu pula sebaliknya. Besarnya tetapan dielektrik ini menurut Moore dapat diatur dengan penambahan pelarut lain. Tetapan dilektrik sautu campuran pelarut merupakan hasil penjumlahan dari tetapan dielektrik masing-masing yang sudah dikalikan dengan % volume masing-masing komponen pelarut. Adakalany suatu zat lebih mudah larut dalam pelarut campuran dibandingkan pelarut tunggalnya. Fenomena ini dikenal dengan istilah co-solvency dan pelarut yang mana dalam bentuk campuran dapat menaikkan kelarutan suatu zat disebut co-solvent. Etanol, gliserin dan propilen glikol adalah co-solvent yang umum digunakan dalam bidang farmasi untuk pembuatan eliksir.
f. Pengaruh Penambahan Zat-zat LainSurfaktan adalah suatu zat yang sering digunakan untuk menaikkan kelarutan
suatu zat. Molekul surfaktan terdiri atas dua bagian yaitu bagian polar dan nonpolar. Apabila didispersikan dalam air pada konsentrasi yang rendah, akan berkumpul pada permukaan dengan mengorientasikan bagian polar ke arah air dan bagian non polar ke arah udara, membentuk suatu lapisan monomoekular. Dispersi molekul surfaktan ini secara termodinamika tidak stabil karena bagian non polar mengganggu interaksi bagian polar surfaktan dengan air. Oleh karena itu surfaktan mempunyai kecenderungan berasosiasi membentuk agregat yang dikenal sebagai misel. Konsentrasi pada saat misel mulai terbentuk disebut konsentrasi misel kritik (KMK).
Kartika Suardi (0661 12 055) Laporan PraktikumFarmasi Fisika “Kelarutan”3
BAB IIMETODE KERJA
II. 1 Alat dan Bahana. Alat
- Labu ukur - Buret- Erlenmeyer - Mixer- Gelas ukur - Wadah mixer- Pipet tetes
b. Bahan - Asetosal - Alkohol- NaOH - Air- Asam benzoat - Indikator pp- Tween 80 - Propilen Glikol
II.2 Cara Kerja
a. Percobaan 11. Dibuat campuran pelarut seperti yang tertera pada tabel berikut :
Air (% v/v) Alkohol (% v/v) Propilen Glikol (% v/v)
60 0 4060 5 3560 10 3060 15 2560 20 2060 25 1560 30 1060 35 560 40 0
2. Dilarutkan asetosal sedikit demi sedikit dalam masing-masing campuran pelarut sampai didapat larutan yang jenuh.
3. Dikocok larutan dengan mixer selama 10 menit, sampai terdapat larutan jenuh kembali.
4. Disaring larutan, ditentukan kadar asetosal yang larut dengan cara titrasi asam basa. Dipipet 10 ml larutan dan dititrasi dengan NaOH 0,1 N menggunakan indikator pp.
5. Dibuat grafik antara kelarutan asetosal dengan % pelarut yang ditambahkan.
Kartika Suardi (0661 12 055) Laporan PraktikumFarmasi Fisika “Kelarutan”4
b. Percobaan 21. Dibuat 100 ml larutan Tween 80 dengan konsentrasi : 0 ; 0,1 ; 0,5 ; 1 ; 5 ;
10 ; 50 ; 100mg/100ml air.2. Dilarutkan asam benzoatl sedikit demi sedikit dalam masing-masing
campuran pelarut sampai didapat larutan yang jenuh.3. Dikocok larutan dengan mixer selama 10 menit, sampai terdapat larutan
jenuh kembali.4. Disaring larutan, ditentukan kadar asam benzoat yang larut dengan cara
titrasi asam basa. Dipipet 10 ml larutan dan dititrasi dengan NaOH 0,1 N menggunakan indikator pp.
5. Dibuat grafik antara kelarutan asam benzoat dengan konsentrasi Tween 80 yang digunakan.
6. Ditentukan konsentrasi misel kritik Tween 80.
Kartika Suardi (0661 12 055) Laporan PraktikumFarmasi Fisika “Kelarutan”5
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1 DATA PENGAMATAN
1. Percobaan 1
AirAlkohol
Propilen Glikol
V1 NaOH (ml)
V2 NaOH (ml)
VRata-rata
Kadar (mg)
60 0 40 0,75 0,75 0,75 13,51560 5 35 0,5 0,75 0,625 11,26260 10 30 1,6 1,5 1,55 27,93160 15 25 1,5 1,5 1,5 27,0360 20 20 1,0 1,0 1,0 18,0260 25 15 1,25 1,25 1,25 22,52560 30 10 2,0 1,52 1,76 31,71560 35 5 1,52 1,53 1,525 27,48060 40 0 3,8 4,45 4,125 74,332
2. Percobaan 2
KonsentrasiV NaOH (ml)
Kadar(mg)V1 (ml) V2(ml) V total (ml)
100mg/100ml 1,2 1,25 1,225 14,975
50mg/100ml 0,8 0,85 0,825 10,07310mg/100ml 0,6 0,8 0,7 8,547
5mg/100ml 0,25 0,2 0,225 2,7471mg/100ml 0,125 0,25 0,187 2,290
0,5mg/100ml 0,15 0,20 0,175 2,136
0,1mg/100ml 0,25 0,25 0,25 3,052
III.2 PERHITUNGAN
A. Percobaan 11. Pembuatan NaOH 0,1N
N = gr x 1000 Mr v 0,1 = gr x 1000 40 100gr = 4
Kartika Suardi (0661 12 055) Laporan PraktikumFarmasi Fisika “Kelarutan”6
10gr = 0,4 gr
2. Kadar asetosal
1. = Vtotalx 18,02= 2,9 x 18,02= 52,258 mg
2. = Vtotalx 18,02= 1,9 x 18,02= 34,238 mg
3. = Vtotalx 18,02= 1,85 x 18,02= 33,337 mg
4. = Vtotalx 18,02= 2,05 x 18,02= 36,941 mg
5. = Vtotalx 18,02= 2,4 x 18,02= 43,248 mg
6. = Vtotalx 18,02= 1,95 x 18,02= 35,139 mg
7. = Vtotalx 18,02= 3,9 x 18,02= 70,278 mg
8. = Vtotalx 18,02= 4,15 x 18,02= 74,783 mg
9. = vtotal x 18,02= 4,4 x 18,02= 79,288 mg
Kartika Suardi (0661 12 055) Laporan PraktikumFarmasi Fisika “Kelarutan”7
3. Grafik kelarutan asetosal
1 2 3 4 5 6 7 8 90
10
20
30
40
50
60
70
80
90Grafik Kelarutan Asetosal
Konsentrasi pelarut ke-
Kada
r Ase
tosa
l
B. Percobaan 21. Volume pengenceran Tween 80
1. V1 x N1 = V2 x N2
V x 100N = 100ml x 100NV = 100 ml
2. V1 x N1 = V2 x N2
V x 100N = 100ml x 50NV = 50 ml
3. V1 x N1 = V2 x N2
V x 50N = 100ml x 10N V = 20ml
4. V1 x N1 = V2 x N2
V x10N = 100ML X 5NV = 50 ml
5. V1 x N1 = V2 x N2
V x 5N = 100ml x 1NV = 20 ml
6. V1 x N1 = V2 x N2
V x 1N = 100ml x 0,5NV = 50 ml
7. V1 x N1 = V2 x N2
V x 0,5N = 100ml x 0,1NV = 20ml
Kartika Suardi (0661 12 055) Laporan PraktikumFarmasi Fisika “Kelarutan”8
2. Kadar asam benzoat1. = V x 12,21
= 18,95 x 12,21= 231,38 mg
2. = V x 12,21 = 18,10 x 12,21= 221,001 mg
3. = V x 12,21 = 13,15 x 12,21= 160,561 mg
4. = V x 12,21 = 12,90 x 12,21= 157,509 mg
5. = V x 12,21 = 13,85 x 12,21= 169,108 mg
6. = V x 12,21 = 12,95 x 12,21= 158,119 mg
7. = V x 12,21 = 15,10 x 12,21= 184,371 mg
3. Grafik Kadar Asam benzoat
1 2 3 4 5 6 70
50
100
150
200
250
Axis Title
Kada
r Asa
m b
enzo
at
Kartika Suardi (0661 12 055) Laporan PraktikumFarmasi Fisika “Kelarutan”9
III.3 PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini membahas mengenai kelarutan.Kelarutan adalah suatu
kemampuan suatu zat yang dapat larut dalam pelarut tertentu. Hasil dari zat yang
tersebut ini disebut larutan jenuh. Suatu zat yang akan mengalami kelarutan harus
disesuaikan dengan zat pelarut yang dapat melarutkan zat yang akan dilarutkan. Pada
keadaan ini, suhu dan ukuran permukaan sangat berpengaruh, semakin tinggi suhu
semakin cepat suatu zat akan larut. Semakin kecil luas permukaan, semakin cepat pula
suatu zat itu larut.
Percobaan pertama yaitu menentukan Kadar Asetosal.Asetosal akan dilarutkan
dalam volume air, alkohol dan propilenglikol yang berbeda volume. Pada percobaan
pertama, 60 ml air dan 40 ml propilenglikol dicampurkan kemudian ditambahkan
Asetosal, semua campuran itu dikocok selama 10 menit hingga larutan jenuh dan
timbul endapan. Dilakukan juga dengan campuran :
1. Asetosal dan air 60 ml, 5 ml alkohol dan 35 ml propilenglikol.
2. Asetosal dan air 60 ml, 10 ml alkohol dan 30 ml propilenglikol.
3. Asetosal dan air 60 ml, 15 ml alkohol dan 25 ml propilenglikol.
4. Asetosal dan air 60 ml, 20 ml alkohol dan 20 ml propilenglikol.
5. Asetosal dan air 60 ml, 25 ml alkohol dan 15 ml propilenglikol.
6. Asetosal dan air 60 ml, 30 ml alkohol dan 10 ml propilenglikol.
7. Asetosal dan air 60 ml, 35 ml alkohol dan 5 ml propilenglikol.
8.Asetosal dan air 60 ml, 40 ml alkohol dan 0 ml propilenglikol.
Setelah dilakukan pengocokan berdasarkan volume di atas, maka dilakukan
titrasi dengan NaOH dengan indikator PP. Kemudian didapat nilai dari volume NaOH
yang berkurang yang kemudian digunakan untuk menghitung kadar Asetosal di mana 1
ml larutan NaOH 0,1 N setara dengan 18,02 mg Asetosal (C9H8O4). Dalam hal ini Air,
Alkohol dan Propilenglikol bertindak sebagai pelarut campuran yang dapat menaikkan
kelarutan suatu zat atau yang disebut co-solvent. Hal ini dilakukan karena dalam
beberapa keadaan suatu zat lebih mudah larut dalam pelarut campuran dibandingkan
Kartika Suardi (0661 12 055) Laporan PraktikumFarmasi Fisika “Kelarutan”10
pelarut tunggalnya. Penambahan Asetosal dilakukan untuk mengetaui apakah larutan
tersebut sudah dalam keadaan jenuh, yang ditandai dengan adanya endapan.
Pada percobaan ini terjadi peningkatan nilai asetosal yang stabil, tetapi pada
titrasi pertama melewati titik ekivalen sehingga warna larutan menjadi ungu tua dan
menghabiskan volume NaOH yang cukup banyak dan nilainya menjadi tinggi, namun
dapat stabil kembali pada titrasi ke -2.
Selanjutnya adalah percobaan kedua mengenai kadar asam benzoat
untukmengetahui pengaruh surfaktan terhadap kelarutan suatu zat. Pada percobaan ini
yang bertindak sebagai surfaktan adalah Tween 80. Langkah pertama dilakukan
penentuan konsentrasi Tween 80 yang dibutuhkan untuk proses titrasi. Kemudian
dibagi sebagaimana pada tabel. Kemudian hasil dari proses titrasi dapat dijadikan untuk
mengukur kadar asam benzoat di mana 1ml NaOH 0,1N sama dengan 12,21 mg Asam
benzoat. Pada percoban ini terjadi penurunan nilai kadar asam benzoat yang kemudian
naik kembali pada proses titrasi yang ke-5 kemudian turun kembali dan naik kembali.
Hal ini dapat disebabkan pada awal proses titrasi yang melewati titik ekivalen sehingga
warna larutan menjadi ungu tua dan volume NaOH yang dibutuhkan juga banyak.
Sedangkan pada titrasi selanjutnya menghasilkan warna larutan yang ungu muda dan
volume NaOH yang tidak terlalu banyak.
Kartika Suardi (0661 12 055) Laporan PraktikumFarmasi Fisika “Kelarutan”11
BAB IIIKESIMPULAN
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :1. Kelarutan suatu zat ipengaruhi oleh pH, temperatur, jenis pelarut, bentuk dan ukuran
partikel zat, konstanta dielektrik pelarut, dan penambahan zat-zat lain seperti surfaktan.
2. Proses titrasi yang tepat pada titik ekivalen dapat mempengaruhi nilai kadar suatu zat.3. Penambahan pelarut campuran dapat mempercepat kelarutan suatu zat.
Kartika Suardi (0661 12 055) Laporan PraktikumFarmasi Fisika “Kelarutan”12
DAFTAR PUSTAKA
Tim penyusun, 2013. Buku Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Bogor. Universitas Pakuan
http://id.wikipedia.org/wiki/Kelarutan
http://ahmad-my-farmasi07.blogspot.com/2009/09/laporan-kelarutan-
farfis.html
http://formulasisteril.blogspot.com/2008/05/preformulasi-ampul.html
Kartika Suardi (0661 12 055) Laporan PraktikumFarmasi Fisika “Kelarutan”13