laporan bahan pakan kaliandra

16
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU BAHAN PAKAN “PENGENALAN DAN IDENTIFIKASI BAHAN PAKAN” KALIANDRA (Calliandra calothyrsus) Oleh : Sri Anggraeni Zainuddin I111 14 317 FAKULTAS PETERNAKAN

Upload: sri-anggraeni-zainuddin

Post on 15-Jul-2016

67 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Laporan Bahan Pakan Kaliandra Calliandra calothyrsus. tergolong leguminosa.

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Bahan Pakan Kaliandra

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU BAHAN PAKAN“PENGENALAN DAN IDENTIFIKASI BAHAN PAKAN”

KALIANDRA (Calliandra calothyrsus)

Oleh :

Sri Anggraeni ZainuddinI111 14 317

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2015

Page 2: Laporan Bahan Pakan Kaliandra

PENDAHULUAN

Peningkatan kualitas pakan merupakan usaha dalam meningkatan produksi

ternak. Pakan ternak dapat diperoleh baik secara konvensional maupun

inkonvensional. Pakan konvensional merupakan jenis pakan yang secara umum atau

telah lazim dalam penggunaannya, sedangkan pakan inkonvensional yaitu bahan

pakan yang secara umum dan telah lama digunakan oleh petani/peternak dalam

pemberian pakan ternak.

Bahan pakan yang diberikan pada ternak perlu memenuhi syarat umum pakan,

yaitu beenutrisi tinggi, ketersediaannya kontinu, dan tidak bersifat toksin bagi ternak.

Pemberian pakan harus diperhitungkan dengan cermat dan harus dilakukan secara

efisien. Dalam pemberian pakan biasanya ditambahkan konsenrat yang merupakan

sumber enrgi dan protein, mengandung serat kasar rendah dan mudah dicerna.

Konsentrat hanya merupakan tambahan dari pakan utama sumber rotein, energi,

mineral dan lain sebagainya. Salah satu contoh bahan pakan yang umum digunakan

sebagai pakan ternak yaitu kaliandra (Calliandra calothyrsus).

Kaliandra (Calliandra calothyrsus) merupakan salah satu jenis tanaman

legum-leguman (Leguminosae) yang memiliki kandungan protein rata-rata di atas 20

%, sehingga dapat diharapkan dalam perbaikan kualitas pakan. Peranan kaliandra

yang sangat penting sebagai pakan ternak, menjadi perlu untuk diketahui sehingga hal

inilah yang melatarbelakangi dilakukannya praktikum mengenai pengenalan dan

identifikasi bahan pakan khususnya kaliandra. Praktikum ini bertujuan untuk

Page 3: Laporan Bahan Pakan Kaliandra

memberikan gambaran dan pemahaman mengenai jenis-jenis bahan pakan secara

makroskopis yang dapat diberikan pada ternak.

Page 4: Laporan Bahan Pakan Kaliandra

METODOLOGI PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum Ilmu Bahan Pakan mengenai Pengenalan dan Identifikasi Bahan

Pakan dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 19 Oktober 2015 di Laboratorium Bahan

Pakan Universitas Hasanuddin, Makassar.

Materi Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum mengenai Pengenalan dan Identifikasi

Bahan Pakan yaitu cawan petri, dan kamera.

Bahan yang digunakan yaitu darah, tulang, daun kaliandra (Calliandra

calothyrsus), tongkol jagung, rumput pahit (Paspalum conjugatum), bungkil kelapa

(Cocus nucifera L.) , kapur (CaCo3).

Prosedur Kerja

Tahap awal yaitu menyediakan bahan pakan yang akan diamatai dan

meletakkan tiap-tiap bahan di atas meja. Selanjutnya melakukan pengamatan secara

makroskopis serta mengamati dan mencatat ciri-ciri dari masing-masing bahan pakan

dan mengelompokkan bahan pakan tersebut berdasarkan asal, bentuk, dan

Nomenklatur Internasional.

Page 5: Laporan Bahan Pakan Kaliandra

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil praktikum mengenai Pengenalan dan Identifikasi Bahan

Pakan di dapatkan hasil seperti pada tabel berikut.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Bahan Pakan Secara Makroskopis

NoBahan

PakanNama Latin Bentuk Bau Warna Asal Kelas Spesifikasi

1. Darah - tepung bau besi Hitam

kemera

han

Hewani Sumber

protein Konvensioal

2. Kaliandra Calliandra

calothyrsus

dedaunan Khas

kaliandra

Hijau

tua

tanaman Hijaun

segar

Konvensional

3. Tulang - tepung amis putih hewani Sumber

mieral

Inkonvenionl

4. Tongkol

Jagung

Zea mays tepung Khas

jagung

Putih

kekunin

gan

tanaman Hijauan

kering

Konvensional

5. Rumput

pahit

Paspalum

conjugatum

dedaunan Khas

rumput

Hijau

muda

tanaman Hijauan

segar

Konvensional

6. Bungkil

Kelapa

Cocus

nucifera L.

tepug Khas

minyak

kelapa

coklat tanaman Sumber

protein

Inkonvension

al

7. Kapur - tepung kapur putih alami Sumber Konvensional

Page 6: Laporan Bahan Pakan Kaliandra

mineral

Sumber : Data Hasil Praktikum Ilmu Bahan Pakan, 2015

Kaliandra (Calliandra calothyrsus)

1. Kandungan Nutrisi dan Produksi Kaliandra

Kaliandra merupakan tanaman leguminosa yang tahan terhadap

kekeringan dan mengandung protein sekitar 22% sehingga dapat dimanfaatkan

sebagai pakan ternak. Disamping itu kaliandra mengandung tanin sekitar 8% yang

diperkirakan dapat melindungi protein dari degradasi mikroba dalam rumen. Protein

kasar: 22,4%, lemak: 4,1%, abu: 8,0%, Ca: 1,6%, P: 0,2% (Trisnadewi, 2013).

Tanaman leguminosa meskipun mempunyai kandungan nutrisi cukup tinggi tetapi

hanya dapat digunakan sebagai campuran pakan hijauan paling banyak 50% dari total

hijauan yang diberikan (Susetyo,1980 dalam Trisnadewi, 2013).

Salah satu faktor yang mempengaruhi nilai gizi adalah kecernaanya, dan

sejauh mana hijauan ternak dapat dicerna dan diserap oleh ternak. Kecernaan

kaliandra sangat bervariasi, dari sekitar 30% sampai 60%. Hijauan ternak C.

calothyrsus segar dapat meningkatkan berat badan ternak pedaging dan produksi susu

pada sapi (Stewart, dkk., 2001).

Pembudidayaan sistem pangkas dan angkut, pohon kaliandra dibiarkan

tumbuh sampai ketinggian tertentu kemudian dipangkas. Kemudian tunas baru

dipangkas secara berkala dan diberikan kepada ternak yang berada di tempat lain.

Ketika hijauan ternak sangat banyak dan tumbuh sangat cepat, ternak akan memakan

cabang-cabang yang hijau dan lunak yang diameternya mencapai sekitar 1 cm.

Namun ketika tanaman tumbuh lebih lambat, cabang menjadi berkayu dan

Page 7: Laporan Bahan Pakan Kaliandra

diameternya lebih kecil, dan ternak hanya akan memakan cabang-cabang yang

diameternya lebih kecil dari 0,4 cm. Setelah ternak memakan daun dan ranting kecil

(bagian yang bisa dimakan), sisa batangnya dapat dikeringkan dan digunakan sebagai

kayu bakar (Stewart, dkk., 2001).

Pemangkasan batang sebaiknya tidak lebih rendah dari 30 cm di atas

permukaan tanah, tetapi untuk menjamin produktivitas yang maksimum frekuensi

pemangkasan akan lebih penting daripada ketinggian pemangkasan. Untuk

mengoptimumkan nilai gizi hijauan ternak, pemangkasan sebaiknya dilakukan jika

tunas baru sudah mencapai ketinggian sekitar 100 cm. Saat itu, bagian yang dapat

dimakan mencapai 50-60 % dari biomassa total. Umumnya cara pemangkasan seperti

ini dapat dilakukan empat sampai enam kali setahun. Selama musim hujan, kaliandra

dapat dipangkas setiap enam minggu sekali tanpa mengalami penurunan produktivitas

dan kualitas (Stewart, dkk., 2001).

2. Klasifikasi

Tanaman kaliandra dengan nama latin Calliandra calothyrsus diberikan pada

ternak ruminansia maupun nonruminansia. Pada ternak ruminansia biasanya

diberikan dalam bentuk hijauan segar maupun kering, sedangkan pada ternak

nonruminansia seperti unggas diberikan dalam bentuk tepung. Kaliandra memiliki

bau khas, berwarna hijau tua, berasal dari tanaman, termasuk dalam kelas hijauan

segar dalam Nomenklatur Internasional, dan termasuk bahan pakan konvensional.

Kaliandra berbentuk dedaunan yang terbagi menjadi daun-daun kecil. Hal ini sesuai

pendapat Stewart, dkk (2001), bahwa Jenis ini memiliki daun-daun yang lunak yang

terbagi menjadi daun-daun kecil, pada malam hari daun-daun ini melipat ke arah

Page 8: Laporan Bahan Pakan Kaliandra

batang. Tangkai daun bergerigi dengan semacam tulang di bagian permukaan

atasnya. Diklasifikasikan dalam kelas sumber energi karena kaliandra memiliki

kandungan protein yang tinggi. Menurut Djaja, dkk (2007), bahwa kandungan nutrisi

daun kaliandra cukup potensial sebagai pakan terutama sebagai pakan sumber protein

yaitu mengandung 20-25 %.

3. Anti Nutrisi

Kaliandra (Calliandra calothyrsus) adalah leguminosa pohon yang banyak

mengandung nutrisi sehingga daun kaliandra cukup potensial sebagai pakan terutama

sebagai pakan sumber protein yaitu mengandung 20-25 persen. Faktor pembatas

pemanfaatannya adalah tanin, namun tidak berpengaruh bila pemberiannya sekitar

30-40% dalam ransum. kaliandra tidak dapat dimanfaatkan secara keseluruhan oleh

ternak karena adanya kandungan tanin atau senyawa polifenol yang secara alami

berikatan dengan protein atau polimer lain seperti selulosa, hemiselulosa, dan pectin

untuk membentuk suatu ikatan yang stabil, sehingga daun kaliandra segar memiliki

nilai kecernaan yang rendah (Djaja, dkk., 2007).

Lebih lanjut Djaja, dkk (2007) menjelaskan bahwa tanin terbagi dua bagian

yaitu tannin terhidrolisa dan tannin terkondensasi, tannin yang terhidrolisa dapat

diuraikan oleh asam atau enzim tanase, sedangkan tannin terkondensasi agak sulit

diurai. Kandungan tanin dalam daun kaliandra dapat dikurangi melalui cara pelayuan

dan pengeringan dengan matahari atau oven, namun akan menurunkan kecernaan

bahan kering dan protein secara nyata, serta akan merubah nilai nutrsisi

lainnya.Turunnya kecernaan protein sebesar 50% lebih drastis dibandingkan dengan

kecernaan bahan kering yaitu sebesar 19%, karena kandungan tannin dalam daun

Page 9: Laporan Bahan Pakan Kaliandra

kaliandra akan mengikat protein lebih kuat bila kaliandra dikeringkan dari pada

dalam bentuk segar. Ikatan protein tannin sangat kuat sehingga tidak mudah dipecah

dalam rumen maupun disaluran pencernaan sehingga protein tidak dapat

dimanfaatkan oleh ternak dan akan dikeluarkan bersama feses.

4. Pemberian Kaliandra (Calliandra calothyrsus) pada Ternak

Domba dan kambing akan tumbuh lebih baik bila disuplementasi dengan

kaliandra dibandingkan bila hanya diberi rumput. Tingkat suplementasi kaliandra

yang paling baik adalah 30% dari total hijauan yang diberikan, karena pemberian

yang lebih banyak tidak memberikan pengaruh positif (Tangendjaja, dkk., 1992

dalam Herdiawan, dkk., 2001).

Petani terbiasa memberikan kaliandra dalam bentuk segar, bahkan apabila

diberikan bersama rumput gajah, maka ternak akan terlebih dahulu memakan

kaliandra, hal ini menunjukkan bahwa daun kaliandra cukup palatabel dibandingkan

rumput gajah.Tingkat konsumsi daun kaliandra cukup tinggi apabila diberikan dalam

bentuk segar dibandingkan setelah pelayuan atau kering (Palmer dan Ibrahim, 1996

dalam Herdiawan, dkk., 2001).

Beberapa cara untuk menurunkan kadar tannin dalam kaliandra adalah dengan

pelayuan, pengeringan namun akan menurunkan pula tingkat kecernaan protein dan

bahan keringnya. Metode lain untuk menyiasati tannin ini adalah dengan

polyethylene glycol (PEG) yang disemprotkan ke daun kaliandra yang akan diberikan

atau menginfuskan larutan PEG secara langsung ke dalam rumen. PEG dapat

mengikat tannin sehingga ikatan tannin dengan protein dapat dipecah, serta

dimanfaatkan oleh ternak (Herdiawan, dkk., 2001).

Page 10: Laporan Bahan Pakan Kaliandra

Selanjutnya Herdiawan, dkk. (2001) mengemukakan lebih lanjut cara lainnya

yaitu sistem cofeeding yaitu cara pemberian pakan campuran antara legum yang

mengandung kadar tannin tinggi seperti kaliandra dengan legum yang tidak

mengandung tannin seperti gamal. Tujuan dari cofeeding ini adalah untuk mencegah

sebagian protein terlarut dalam gamal agar tidak dipecah di dalam rumen yaitu denga

mengikatnya pada tannin kaliandra. Kemudian ikatan tanninprotein dapat pecah

dalam pH abomasums yang rendah sehingga protein dapat dimanfaatkan langsung

oleh ternak.Pemberian kaliandra yang sudah dilayukan setiap hari sebanyak 30%

dapat menurunkan bobot badan harian domba secara nyata.

Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan system cofeeding, yaitu suatu

cara pemberian pakan campuran antara legum yang mengandung kadar tannin tinggi

dengan legum yang tidak mengandung tannin, dengan system ini akan mencegah

sebagian protein terlarut dalam legum yang tidak mengandung tannin (gamal) tidak

dipecah di dalam rumen karena terikat oleh tannin pada kaliandra. Pemanfaatan

kaliandra (Herdiawan, dkk., 2001).

KESIMPULAN

Page 11: Laporan Bahan Pakan Kaliandra

Berdasarkan hasil praktikum mengenai pengenalan dan identifikasi bahan

pakan, dapat disimpulkan bahwa Kaliandra dengan nama latin Calliandra calothyrsus

diberikan pada ternak dalam bentuk tepung maupun dedaunan segar dan kering,

memiliki bau khas, berwarna hijau dengan daun-daun kecil, tergolong kedalam kelas

sumber energi (mengandung protein sekitar 22%), dan merupakan bahan pakan

konvensional. Kaliandra mengandung zat anti nutrisi berupa tanin atau senyawa

polifenol sehingga daun kaliandra segar memiliki nilai kecernaan yang rendah.

Page 12: Laporan Bahan Pakan Kaliandra

DAFTAR PUSTAKA

Djaja, Willyan, S. Kuswaryan, dan U.H. Tanuwiria. 2007. Pengaruh substitusi konsentrat daun kering kaliandra (Calliandra calothyrsus) terhadap jumlah produksi 4% FCM, lemak, bahan kering, bahan kering tanpa lemak, protein, dan laktosa susu sapi perah fries holland. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Herdiawan, Iwan, A. Fanindi dan A. Semali. 2001. Karakteristik dan pemanfaatan kaliandra (Calliandra calothyrsus). Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak Balai Penelitian Ternak. Bogor

Stewart, Janet, Mulawarman, James M. Roshetko, Mark H. Powell. Produksi dan pemanfaatan kaliandra (Calliandra calothyrsus). Winrock International Institute for Agricultural Development bekerjasama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Department Kehutanan. Indonesia. Bogor

Trisnadewi, A, Cakra, I M. Mudita, I W. Wirawan, E. Puspani, dan I K. M. Budiasa. 2013. Aplikasi formulasi ransum dengan menggunakan hijauan leguminosa sebagai pakan dasar penyusunan ransum sapi di desa jungutan kabupaten karangasem. Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Vol. 12 No. 1