laporan akhir risa widya iswara ugm pkmp

Upload: adhitya-sofiyati-dewi

Post on 07-Aug-2018

246 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/20/2019 Laporan Akhir Risa Widya Iswara Ugm Pkmp

    1/24

     

    i

    LAPORAN AKHIR

    PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

    JUDUL PROGRAM

    “ExEllen (Extr act of Eggshell Membrane )” Pemanfaatan Ekstrak Membran

    Cangkang Telur Bebek (Anas moscha )sebagai Agen Antiinflamasi pada

    Reversible Pulpi tis :Kajian I n Vivo  pada Tikus Sprague Dawley  

    BIDANG KEGIATAN :

    PKM PENELITIAN (PKM-P)

    Diusulkan oleh :

    Ketua : Risa Widya Iswara (13/345947/KG/9501) Angkatan 2013

    Anggota : Bina Rizka Maulida (13/349822/KG/9583) Angkatan 2013

    Novaria (12/335582/KG/9296) Angkatan 2012

    Rika Ayu Putri Virawati (12/335501/KG/9264) Angkatan 2012

    Veri Anggara Saputri (12/335552/KG/9289) Angkatan 2012

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    YOGYAKARTA

    2015

  • 8/20/2019 Laporan Akhir Risa Widya Iswara Ugm Pkmp

    2/24

     

    ii

  • 8/20/2019 Laporan Akhir Risa Widya Iswara Ugm Pkmp

    3/24

     

    iii

    ABSTRAK

    Pulpitis merupakan salah satu penyakit pulpa yang memiliki prevalensi

    cukup tinggi, menurut data Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2010, penyakit

     pulpa menduduki urutan ketujuh dari sepuluh penyakit terbanyak pada pasienrawat jalan rumah sakit di Indonesia. Pulpitis adalah inflamasi pada jaringan pulpa

    gigi yang umumnya merupakan kelanjutan dari proses karies.  Reversible

     pulpitisterjadi pada awal inflamasi jaringan pulpa, apabila penyebabnya

    dihilangkan maka pulpa akan kembali normal.  Reversible pulpitisapabila tidak

    segera ditangani dapat berlanjut lebih parahbahkan dapat menjadi nekrosis.

    Membran cangkang telur bebek yangselama ini dianggap sebagai limbah,

    ternyata mengandung kondroitin sulfat, glukosamin, dan asam hyaluronat yang

    memiliki efek antiinflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas

    antiinflamasi ekstrak membran cangkang telur bebek pada reversible pulpitistikus 

    Sprague Dawley.

    Ekstrak membran cangkang telur diekstraksi dengan metode maserasimenggunakan etanol 70%. Tikus  Sprague Dawley  dibagi menjadi 3 kelompok

     perlakuan yaitu kelompok kontrol positif, kelompok kontrol negatif dan kelompok

     perlakuan dengan ekstrak membran cangkang telur. Tikus  Sprague Dawley 

    diinduksi pulpitis dengan cara gigi tikus  Sprague Dawley  dipreparasihingga

    kedalaman 0,8 mm. Ekstrak membran cangkang telur konsentrasi

    70%diaplikasikan pada kavitas dan ditumpat dengan semen ionomer kacafuji

    VII.Tikus Sprague dawleydikorbankan pada hari ke-1, ke-3, ke-5, ke-7 dan ke-14,

    dan diambil jaringannya untuk dibuat sediaan histologis. Evaluasi inflamasi

    dilakukan dengan menghitung jumlah sel netrofil dan makrofag, serta menilai

    kondisilapisan odontoblas dengan menggunakan mikroskop cahaya.

    Kata kunci: Reversible pulpitis, ekstrak membran cangkang telur bebek

  • 8/20/2019 Laporan Akhir Risa Widya Iswara Ugm Pkmp

    4/24

     

    iv

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

    HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii

    ABSTRAK .......................................................................................................... iii

    DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv

    DAFTAR TABEL ............................................................................................... v

    BAB 1. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1

    1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 2

    1.3. Tujuan .................................................................................................. 2

    1.4. Urgensi Penelitian ................................................................................ 2

    1.5. Temuan yang Ditargetkan dan Kontribusi ........................................... 2

    1.6. Luaran yang Diharapkan ...................................................................... 21.7. Manfaat ................................................................................................ 2

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Pulpa ............................................................................................................. 3

    2.2. Reversible pulpitis ........................................................................................ 3

    2.3. Membran Cangkang Telur Bebek ................................................................ 4

    2.4. Manfaat Kandungan Membran Cangkang Telur Bebek .............................. 4

    BAB III. METODE PENELITIAN

    3.1. Lokasi Penelitian .................................................................................. 5

    3.2. Jenis Penelitian ..................................................................................... 53.3. Identifikasi Variabel Penelitian ............................................................ 5

    3.4. Subyek Penelitian ................................................................................. 5

    3.5. Alat dan Bahan Penelitian .................................................................... 5

    3.6. Jalannya Penelitian ............................................................................... 6

    BAB IV. HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS……………... . 8

    BAB V. PENUTUP…………………………………………………………… . 10

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 11

    LAPIRAN-LAMPIRAN

    Lampiran 1 : Penggunaan dana .................................................................... 12

    Lampiran 2 : Bukti-bukti pendukung kegiatan ............................................ 14

  • 8/20/2019 Laporan Akhir Risa Widya Iswara Ugm Pkmp

    5/24

     

    v

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1. Alat dan Bahan Penelitian .................................................................... 5

    Tabel 2. Penilaian Kondisi Lapisan Sel Odontoblas .......................................... 7

    Tabel 3. Hasil uji ANAVA jumlah makrofag ..................................................... 8

    Tabel 4. Hasil uji ANAVA jumlah netrofil ......................................................... 8

    Tabel 5. Hasil uji Kruskal-Wallis........................................................................ 8

    Tabel 6. Penggunaan Dana .................................................................................. 12

  • 8/20/2019 Laporan Akhir Risa Widya Iswara Ugm Pkmp

    6/24

    1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1.  Latar Belakang

    Pulpitis merupakan salah satu penyakit pulpa yang memiliki prevalensi cukup tinggi di Indonesia, menurut data Profil Kesehatan

    Indonesia Tahun 2010, penyakit pulpa menduduki urutan ke-tujuh dari

    sepuluh penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit di

    Indonesia tahun 2010 dengan jumlah kunjungan sebanyak 163.211 pasien.

    Selama ini pulpitis ditentukan dengan adanya keluhan rasa sakit yang

    sifatnya subyektif. Secara patofisiologik, pulpitis dibagi menjadi reversible

     pulpitis dan irreversible pulpitis. Hal penting dalam menentukan diagnosis

     pulpitis adalah jaringan pulpa tersebut masih dapat dipertahankan atau

    sudah tidak dapat dipertahankan lagi (Widodo,2005). Reversible pulpitis  adalah keadaan klinis yang berhubungan dengan

    indikasi subyektif dan obyektif adanya inflamasi ringan dalam jaringan

     pulpa.  Reversible pulpitis dapat disebabkan oleh trauma, syok termal yang

    timbul pada waktu melakukan preparasi kavitas, dan karies. Apabila

     penyebab dihilangkan, inflamasi akan mereda dan pulpa akan kembali ke

    keadaan normalnya (Torabinejad et al ., 2014). Namun, apabila reversible

     pulpitis  dibiarkan dan tidak segera ditangani bisa menyebabkan pulpitis

    lebih parah, bahkan menjadi nekrosis. Menurut (Ngangi et al ., 2013),

    nekrosis dapat berawal dari reversible pulpitis, kemudian berkembang

    menjadi irreversible pulpitis dan akhirnya menjadi nekrosis pulpa. Hal ini

     bisa disebabkan oleh oral hygiene yang buruk, kesadaran akan merawat gigi

    yang kurang, kurangnya DHE, dan faktor lainnya.

    Perawatan yang dilakukan pada reversible pulpitis  adalah kaping

     pulpa direk atau kaping pulpa indirek (Tarigan, 2006). Kalsium hidroksida

    merupakan bahan kaping pulpa yang biasa digunakan di praktik kedokteran

    gigi. Penggunaan bahan ini akan memicu pembentukan dentin reparatif.

     Namun, kalsium hidroksida mempunyai kelemahan karena menyebabkan

    nekrosis jaringan pulpa sekitar 1,5 mm dari lapisan paling superfisial pulpa.

    Hal tersebut dikarenakan bahan ini mempunyai pH sangat tinggi yaitu 12,5sehingga mengakibatkan nekrosis lekuefaksi pada jaringan pulpa (Mellisa

    etal., 2011). Mengingat adanya efek negatif yang ditimbulkan dari bahan

    tersebut, maka perlu adanya suatu penelitian untuk menemukan bahan lain

    yang dapat menyembuhkan reversible pulpitis tanpa menimbulkan nekrosis.

    Di Indonesia, jumlah konsumsi telur bebek sangat banyak. Hal ini

    menyebabkan banyak terdapat limbah membran cangkang telur. Membran

    cangkang telur yang selama ini hanya dibuang begitu saja ternyata

    mengandung kondroitin sulfat, glukosamin, dan asam hyaluronat yang

    diketahui memiliki efek antiinflamasi (Devore and Long, 2013). Adanya

  • 8/20/2019 Laporan Akhir Risa Widya Iswara Ugm Pkmp

    7/24

    2

    kandungan tersebut pada membran cangkang telur, maka diduga membran

    cangkang telur dapat berfungsi sebagai agen antiinflamasi yang dapat

    digunakan dalam perawatan reversible pulpitis. 

    1.2.  Rumusan Masalah

    1.  Apakah ekstrak membran cangkang telur bebek memiliki aktivitas

    antiinflamasi pada reversible pulpitis?

    2.  Bagaimana jumlah sel netrofil dan makrofag setelah aplikasi ekstrak

    membran cangkang telur bebek? 

    3.  Bagaimana struktur sel odontoblas pada pulpa gigi setelah aplikasi

    ekstrak membran cangkang telur bebek? 

    1.3.  Tujuan

    Tujuan dari usulan penelitian yang diajukan adalah untuk menguji

    efektivitas antiinflamasi ekstrak membran cangkang telur bebek pada

    reversible pulpitis tikus Sprague Dawley.1.4.  Urgensi Penelitian

    Urgensi penelitian dari usulan program penelitian ini adalah mengetahui

    serta memanfaatkan membran cangkang telur bebek yang biasanya

    merupakan limbah, sebagai agen antiinflamasi pada reversible pulpitis.

    Mengingat bahwa Ca(OH)2  mempunyai efek negatif, yaitu bisa

    menyebabkan nekrosis pulpa, maka perlu dilakukan penelitian ini untuk

    mencari alternatif bahan kaping pulpa. 

    1.5.  Temuan yang Ditargetkan dan Kontribusi

    Temuan yang ditargetkan dari program penelitian ini adalah untukmenghasilkan obat alami untuk reversible pulpitis  tanpa memiliki efek

    samping bagi kesehatan. Adapun kontribusi yang diharapkan terhadap ilmu

     pengetahuan kedokteran gigi adalah menambah khasanah keilmuan bidang

    farmakologis untuk menunjang kesehatan gigi dan mulut serta memberikan

    solusi mudah dan murah untuk pengobatan reversible pulpitis. 

    1.6.  Luaran yang Diharapkan

    Luaran yang diharapkan dari usulan program ini adalah memanfaatkan

    membran cangkang telur bebek sebagai agen antiinflamasi pada radang

     pulpa atau reversible pulpitisyang berujung pada artikel ilmiah terakreditasi

    dan potensi paten. 

    1.7.  Manfaat

    1.  Memberikan informasi mengenai ekstrak membran cangkang telur

     bebek sebagai bahan alternatif dalam mempercepat penyembuhan

    inflamasi pada radang pulpa atau reversible pulpitis.

    2.  Memberikan dukungan ilmiah bagi pengembangan penelitian

    selanjutnya mengenai pengaruh pemberian ekstrak membran cangkang

    telur bebek sebagai agen antiinflamasi pada radang pulpa atau reversible

     pulpitis. 

  • 8/20/2019 Laporan Akhir Risa Widya Iswara Ugm Pkmp

    8/24

    3

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Pulpa 

    Pulpa adalah jaringan mesenkimal yang didalamnya terdapat

    odontoblas dan dikelilingi oleh jaringan termineralisasi (Nor,2006). Sel utama

     pada pulpa adalah odontoblas, fibroblas, sel ektomesenkimal yang tidak

     berdeferensiasi dan sel imun seperti makrofag, sel plasma dan sel mast

    (Nanci,2008). Secara histologis pada tepi pulpa terdapat lapisan palisade sel

    odontoblas yang berbentuk kolumner (Ingle dan Bakland,2002).

    Odontoblas 

    Odontoblas adalah sel yang berasal dari sel mesenkimal tepi pada

     papila dental (Ingle dan Bakland, 2002). Sel ini merupakan sel pertama yang

    merespon jejas yang berasal dari dentin karena letaknya berada di tepi pulpa(Nancy,2008; Ingle dan Bakland,2002). Jumlah odontoblas pada bagian

    koronal lebih banyak dibandingkan pada bagian akar (Torabinejad dan

    Walton,2014). Odontoblas berperan pada pembentukan jaringan

    termineralisasi (Arana-Chavez dan Massa,2004). Pada bagian koronal, badan

    sel odontoblas berbentuk kolumnar, sedangkan pada bagian tengah sel

     berbentuk kuboid dan bagian apikal berbentuk pipih (Nanci,2008).

    Odontoblas terdiri dari dua komponen utama, yaitu prosesus dan badan sel

    (Torabinejad dan Walton,2014).

    2.2. 

    Reversible Pulpiti s   Reversible pulpitis  adalah keadaan klinis yang berhubungan dengan

    indikasi subyektif dan obyektif adanya inflamasi ringan dalam jaringan pulpa.

    Apabila penyebab dihilangkan, inflamasi akan mereda dan pulpa akan

    kembali ke keadaan normalnya (Torabinejad et al.,2014). Namun, apabila

    reversible pulpitis  dibiarkan dan tidak segera ditangani bisa menyebabkan

     pulpitis lebih parah, yaitu bisa menjadi nekrosis. Menurut (Ngangiet al., 

    2013), Nekrosis dapat berawal dari reversible pulpitis, kemudian berkembang

    menjadi irreversible pulpitis dan akhirnya menjadi nekrosis pulpa. Hal ini

     bisa disebabkan oleh oral hygiene yang buruk, kesadaran akan merawat gigi

    yang kurang, kurangnya Dental Health Education (DHE), dan faktor lainnya.

     Reversible pulpitis  dapat disebabkan oleh banyak hal yang mampu

    melukai pulpa, diantaranya adalah trauma, syok termal timbul pada waktu

    melakukan preparasi kavitas dengan bur tumpul atau membiarkan bur terlalu

    lama berkontak dengan gigi atau karena panas berlebihan pada waktu

    memoles tumpatan,dehidrasi kavitas dengan alkohol atau kloroform yang

     berlebihan, rangsangan pada leher gigi yang dentinnya terbuka, stimulus

    kimiawi misalnya bahan makan manis serta bakteri, misalnya dari karies

    (Grossman,1995).

  • 8/20/2019 Laporan Akhir Risa Widya Iswara Ugm Pkmp

    9/24

    4

     Reversible pulpitis dapat berkisar dari hiperemia ke perubahan

    inflamasi ringan sampai sedang terbatas pada daerah dimana tubuli dentin

    terlibat, seperti misalnya karies dentin. Secara mikroskopis, terlihat dentin

    reparatif, gangguan lapisan odontoblas, pembesaran pembuluh darah,

    ekstravasi cairan edema, dan adanya sel inflamasi kronis yang secara

    imunologis kompeten. Meskipun sel inflamasi kronis menonjol, dapat dilihat

     juga sel inflamasi akut (Grossman, 1995).

    2.3. Membran Cangkang Telur Bebek

    Cangkang telur Bebek memiliki dua lapisan membran yaitu membrane

    cangkang di sebelah dalam (inner shell membrane) dan membran cangkang di

    sebelah luar (outer shell membrane). Setiap lapisan tersebut tersusun dari

    serat yang menyelubungi albumen. Pada inner shell membrane  merupakan

    area yang mengapur terdiri dari sel berbentuk kerucut tidak beraturan yang

     berhubungan dengan lapisan mammilary knob yang mana bagian puncaknyadipenetrasi oleh serat membran bagian luar. Pada outer shell membrane,

    mengandung selaput tipis kristal hidroksiapatit pada lapisan bagian dalam,

    dan bagian terbesar (2/3) dari pigmen superfisial cangkang telur (Nyset al.,

    2004). Membran cangkang telur telah dimanfaatkan sebagai terapi alami

    untuk radang sendi dan suplemen makanan untuk penguat sendi dan jaringan

    ikat (Ruff et al., 2009).

    2.4. Manfaat Kandungan Membran Cangkang Telur Bebek  

    Komponen utama membran cangkang telur adalah serabut protein

    seperti kolagen tipe 1. Selain itu membran cangkang telur juga memilikikandungan glikosaminoglokan seperti dermatan sulfat, kondroitin sulfat,

    asam hialuronik, dan glikoprotein sulfat serta heksosamines seperti

    glukosamin (Benson etal.,  2012). Menurut penelitian, membran kulit telur

    memiliki efek terapeutik karena bersifat antiinflamasi. Sifat tersebut

    dipengaruhi oleh adanya kandungan kondroitin sulfat, glukosamin dan asam

    hyaluronat (Devore dan Long, 2013). Kondroitin sulfat dan glukosamin pada

    membran cangkang telur memiliki potensi sebagai antiinflamasi. Kondroitin

    sulfat mampu mereduksi inflamasi aseptik (De Vore dan Long, 2013). Secara

    molekuler penggunaan glukosamin menyebabkan peningkatan signifikan

     protein inti aggrekan dan mRNA juga penururnan matriks metalloproteinase-

    3. Mencegah produksi interleukin 1 (IL-1), stimulasi prostaglandin E

    (Kardiman,2013).

  • 8/20/2019 Laporan Akhir Risa Widya Iswara Ugm Pkmp

    10/24

    5

    BAB 3

    METODE PENELITIAN

    3.1. Lokasi Penelitian

    Laboratorium Histologi FK UGM, LPPT Unit I UGM, Laboratorium GiziPAU UGM, dan Laboratorium Sistematika Hewan Fakultas Biologi UGM

    3.2. Jenis Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris murni

    3.3. Identifikasi Variabel Penelitian

    i. Variabel pengaruh

    Ekstrak membran cangkang telur bebek dengan konsentasi 70%.

    ii. Variabel terpengaruh Kondisi inflamasi pada jaringan pulpa yaitusel netrofil, makrofag, dan

    sel odontoblas jaringan pulpa tikus Sprague Dawley.

    iii. Variabel terkendali

    a. Jenis hewan uji, yaitu tikus Sprague Dawley usia 3-4 bulan dengan

     berat badan 250-300 g.

     b. Konsentrasi ekstrak membran cangkang telur bebek 70%.

    c. Volume ekstrak membrane cangkang telur bebek yang masuk ke

    dalam jaringan pulpa tikus Sprague Dawley sebanyak 0,01 ml.

    d. Ukuran kedalaman pengeburan gigi Tikus Sprague Dawley0,8 mm.

    iv. Variabel tak terkendali

    Kondisi sistemik individual tikus Sprague Dawley.

    3.4 Subjek Penelitian

    Subjek penelitian adalah 45 ekor tikus  Sprague Dawley sehat usia 3-4

     bulan dengan berat badan 250 - 300 gram. Tikus Sprague Dawley dibagi ke

    dalam 3 kelompok perlakuan.

    3.5. Alat dan Bahan Penelitian

    Tabel 1. Alat dan Bahan Penelitian

    Alat

    Penelitian

    Centrifugasi 15 ml, Saringan, Vacuum Rotary Evaporator ,

    spuit 1 ml, Gunting bedah,Scalpel, cetakan blok paraffin, hot

     plate, deck glass,  Automatic tissue processor , Mikrotom,

    mikroskop cahaya, kamera digital Optilab®, contra angle

    high speed bur, mata bur round end, paper point  

    Bahan

    Penelitian

    Tikus  Sprague Dawley, Ethanol 70%, Ketamin, Ekstrak

    membran cangkang telur bebek, Ca(OH)2 , PBS Formalin,

    Parafin,  Hematoxilin Eosin  (HE), Toluen, HCl, Alkohol,

     NaOCl 0,5%

  • 8/20/2019 Laporan Akhir Risa Widya Iswara Ugm Pkmp

    11/24

    6

    3.6. Jalannya Penelitian

    1. Pembuatan ekstrak membran cangkang telur bebek

    Membran cangkang telur bebek dikeringkan dalam almari pengering

     pada suhu 450C selama 48 jam, dijadikan serbuk menggunakan mesin

     penyerbuk sampai halus dengan diameter lubang saringan 1 mm.

    Selanjutnya bubuk simplisia membran cangkang telur ditambah etanol

    70%, lalu diaduk selama 30 menit, didiamkan 24 jam, kemudian disaring

    dan diulang 2 kali. Selanjutnya filtrat diuapkan dengan vacuum rotary

    evaporator  pemanas waterbath suhu 700C. Ekstrak kental dituang dalam

    cawan porselin, lalu dipanaskan dengan waterbath suhu 700C sambil

    terus diaduk. Kemudian ekstrak tersebut ditimbang dan diencerkan

    dengan konsentrasi 70%. 

    2. Perlakuan pada Tikus Sprague Dawley  a. Induksi Reversible Pulpiti s  

    Tikus Sprague Dawley dianestesi menggunakan ketamin dengan dosis

    30 mg/kgBB dan xylazine dengan dosis 30 mg/kgBB secara

    intramuscular . Dalam keadaan teranestesi, gigi molar pertama rahang

    atas dipreparasi menggunakan contra angle high speed bur dengan

    mata bur round end diameter 0,8 mm. Kavitas diirigasi menggunakan

    akuades dan dikeringkan menggunakan paper point .

    b. Aplikasi Ekstrak Membran Cangkang Telur Bebek, Kontrol

    Positif dan Kontrol NegatifHewan coba kemudian dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan,

    kelompok pertama sebagai kontrol positif diberi perlakuan dengan

    meletakkan Ca(OH)2 di dasar kavitas setelah dipreparasi. Kelompok

    kedua sebagai kontrol negatif tanpa perlakuan, dan kelompok ketiga,

    empat dan lima diberi perlakuan dengan menggunakan ekstrak

    membran cangkang telur bebek konsentrasi 70%.

    c. Pengambilan Sampel Rahang Tikus Sprague Dawley  

    Tikus dikorbankan pada hari ke-1, hari ke-3, hari ke-5, hari ke-7, dan

    hari ke-14 setelah aplikasi kontrol positif, kontrol negatif, dan ekstrak

    membran cangkang telur dilakukan. Pengorbanan dilakukan dengan

    injeksi ketamin 100 mg/kgBB lalu leher tikus didislokasi. Setelah

    tikus mati maksila tikus yang telah diberi perlakuan diambil dan

    difiksasi dengan menggunakan larutan PBS Formalin.

    3.  Pembuatan sediaan histologis 

    Jaringan didekalsifikasi dengan larutan Von Ebner selama empat

    hari. Setelah lunak, jaringan didehidrasi dengan alkohol 70-100% secara

     bertahap. Selanjutnya adalah penjernihan jaringan dengan menggunakan

     xylol . Prosedur pertama penanaman jaringan adalah infiltrasi parafin cair

     pada suhu 57-59oC ke dalam kotak parafin sebagai pengisi rongga dalam

  • 8/20/2019 Laporan Akhir Risa Widya Iswara Ugm Pkmp

    12/24

    7

     jaringan yang ditempati oleh air sehingga terbentuk blok parafin.

    Jaringan kemudian diiris pada setiap blok paraffin dengan menggunakan

    mikrotom setebal 5μm. Setelah pengirisan, irisan jaringan tersebut

    dimasukkan ke dalam waterbath pada suhu 50oC lalu diinkubasi dengan

    hot plate  pada suhu 50oC selama 15 menit. Irisan jaringan tersebut

    dideparafinisasi kembali dengan  xylol   lalu direhidrasi dengan alkohol

    secara bertahap. Spesimen selanjutnya diwarnai dengan  Hematoxilin

    eosin (HE) kemudian dibasuh di bawah air mengalir. Pemberian clearing

     xylol   untuk memberikan warna bening pada jaringan dan dilakukan

    mounting menggunakan balsem Kanada agar preparat menjadi lebih awet

    dan jernih. Prosedur terakhir adalah menutup preparat dengan deck glass 

    kemudian diberi label.

    4.  Penilaian jumlah sel netrofil dan makrofag serta penilaian kondisi

    lapisan sel odontoblas A.  Penghitungan jumlah sel netrofil dan makrofag dilakukan

    menggunakan mikroskop cahaya yang dilengkapi dengan kamera

    digital Optilab®. Setiap potongan jaringan histologis diamati dalam 5

    lapang pandang yang berbeda oleh 3 orang pengamat kemudian hasil

     pengamatan diambil rata-ratanya. Netrofil tampak bergranula,

    mempunyai nukleus yang terdiri dari 2 lobus atau lebih. Makrofag

    tampak bulat, besar, sel mononuklear dengan nukleus bulat eksentris

    atau sering berbentuk ginjal, sitoplasma mengandung granula.

    B.  Penilaian kondisi lapisan odontoblasLapisan odontoblas dinilai sesuai kriteria sebagai berikut (Raslan dan

    Wetzel, 2006):

    Tabel 2. Penilaian kondisi lapisan odontoblas 

    Skor Karakteristik

    0 Lapisan odontoblas mempunyai struktur normal.

    1 Lapisan odontoblas kehilangan kontinuitasnya.

    2 Terdapat beberapa sel yang tidak membentuk lapisan.

    3 Tidak ada lapisan maupun sel odontoblas yang dapat

    diamati.

    5.  Analisis Data

    Data perhitungan netrofil dan makrofag dianalisis secara statistik

    dengan menggunakan analisis varian (ANAVA) dengan tingkat

    kemaknaan P

  • 8/20/2019 Laporan Akhir Risa Widya Iswara Ugm Pkmp

    13/24

    8

    BAB 4

    HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS

    Data hasil penghitungan jumlah makrofag diperoleh sig. 0.01

  • 8/20/2019 Laporan Akhir Risa Widya Iswara Ugm Pkmp

    14/24

    9

    Berdasarkan foto mikroskopik pulpa gigi dengan pengecatan HE (perbesaran

    400x) setelah dilakukan induksi reversible pulpitis  dan pemberian ekstrak

    membran cangkang telur bebek tampak lapisan odontoblas kehilangan

    kontinuitasnya. Kerusakan lapisan odontoblas bertambah parah setelah 5 hari dan

    mulai mengalami perbaikan kontinuitas pada hari ke-7 setelah aplikasi ekstrak

    (gambar 1-5).

    .

    Penelitian ini berpotensi untuk :

    1.  Memberikan informasi mengenai ekstrak membran cangkang telur bebek

    sebagai bahan alternatif dalam mempercepat penyembuhan inflamasi pada

    radang pulpa atau reversible pulpitis.

    2.  Memberikan dukungan ilmiah bagi pengembangan penelitian selanjutnya

    mengenai pengaruh pemberian ekstrak membran cangkang telur bebek

    sebagai agen antiinflamasi pada radang pulpa atau reversible pulpitis.

    3.  Dipublikasikan sebagai artikel ilmiah pada jurnal nasional dan memperoleh

    hak paten karena sejauh ini belum diketahui adanya penelitian mengenai

    ekstrak membran cangkang telur bebek sebagai bahan alternatif dalam

    mempercepat penyembuhan inflamasi pada radang pulpa atau reversible

     pulpitis.

  • 8/20/2019 Laporan Akhir Risa Widya Iswara Ugm Pkmp

    15/24

    10

    BAB 5

    PENUTUP

    5.1 

    Kesimpulan1. Ekstrak membran cangkang telur bebek memiliki aktivitas antiinflamasi

     pada reversible pulpitis. 

    2. Jumlah sel netrofil dan makrofag menurun setelah aplikasi ekstrak

    membran cangkang telur bebek.

    3. Struktur sel odontoblas pada pulpa gigi mengalami perbaikan

    kontinuitassetelah aplikasi ekstrak membran cangkang telur bebek.

    5.2 Saran

    1.  Perlu dilakukan uji toksisitas dan uji klinis ekstrak membranecangkang telur bebek.

    2.  Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pemberian

    ekstrak membran cangkang telur bebek sebagai agen antiinflamasi

     pada radang pulpa atau reversible pulpitis.

  • 8/20/2019 Laporan Akhir Risa Widya Iswara Ugm Pkmp

    16/24

    11

    DAFTAR PUSTAKA

    Arana-Chavez, V.E., and Massa, L.F.2004. Odontoblasts: The Cells Forming and

    Maintaining Continue. Int J Biochem cell Biol .Vol 36(8)Benson, K. F., Ruff, K. J., Jensen, G. S. 2012. Effects of Natural Eggshell

    Membrane (NEM) on Cytokine Production in Cultures of Peripheral Blood

    Mononuclear Cells: Increased Suppression of Tumor Necrosis Factor-a

    Levels After In Vitro Digestion. Journal of Medicinal Food . Vol 15 (4)

    DeVore, D. P. and Long, F. D. 2013. Anti-inflammatory activity of eggshell

    membrane and processed eggshell membrane preparations.United Sates

     Patent. 

    Grossman, Louis I., S.Oliet, dan Rio, C.E Del .1995.  Ilmu Endodontik dalam

     praktek. Jakarta: EGCIngle, J.I., and Bakland, L.K.2002. Endodontics, Fifth Edition. Ontario:BC

    Decker Inc.

    Kardiman, C.2013.Manfaat Glukosamin, Kondroitin, dan Metilsulfonil Metana

     pada Osteoartritis. CDK-212. 40 (12)

    Kementrian Kesehatan Indonesia. 2011. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012.

    Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

    Mellisa, Hadriyanto, W., Gunawan, J.A. 2011.Trioxide Aggregate (MTA) Studi

    Pustaka. MIKGI

     Nanci, A. 2008. Ten Cate’s Oral Histology: Development Structure, and Fuction.

    Missouri:Mosby Inc.

     Ngangi, R. S., Mariati, N. W., Hutagalung, B. S. P. 2013. Gambaran Pencabutan

    Gigi Di Balai Pengobatan Rumah Sakit Gigi Dan Mulut Universitas Sam

    Ratulangi Tahun 2012. Jurnal e-GiGi. Vol 1 (2)

     Nor, J.E. 2006.Tooth Regeneration in Operative Dentistry.Oper Dent .Vol 31

     Nys, Y., Gautron, J., Garcia-Ruiz, J. M., Hincke, M. T. 2004. Avian Eggshell

    Mineralization: Biochemical and Functional Characterization of Matrix

    Proteins.Comptes Rendus Palevol . Vol.3

    Ruff, K.J., DeVore, D.P., Leu, M.D., Robinson, M.A.2009. Eggshell membrane:

    A possible New Natural Therapeutic for Joint and Connective TissueDisorders. Results from Two Open-label Human Clinical Studies. Clinical

     Interventions in Aging .Vol.4

    Tarigan, R. 2006. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti), Edisi 2. Jakarta: EGC

    Torabinejad, M., Walton, R.E., Fouad, A. 2014.  Endodontics: Priciples and

     Practice, Fifth Edition.. Missouri: Elsevier.

    Widodo, T. 2005. Respon Imun Humoral pada Pulpitis ( Humoral Immune

     Response on Pulpitis). Maj.Ked.Gigi.(Dent.J). Vol.38(2)

  • 8/20/2019 Laporan Akhir Risa Widya Iswara Ugm Pkmp

    17/24

    12

    LAMPIRAN

    PENGGUNAAN DANA

    Tabel 6. Penggunaan Dana 

     NO .

     NOTA

    Rincian Pengeluaran Pengeluaran (Rp)

    1. Print dan jilid 22.000

    2. Print dan jilid 9.300

    3. Log book 22.000

    4. Buku keuangan 13.200

    5. Bengkok sedang 23.000

    6. Ball applicator 13.000

    7. Mixing pad 18.000

    8. Excavator william 20.0009. Tikus Sprague Dawley 2.100.000

    10. Tisu 3.800

    11. Sarung tangan 13.000

    12. Sabun 16.000

    13. Obat anestesi (xylazin) 252.000

    14. Alkohol 9.000

    15. Glycerin 15.000

    16. Kalsium hidroksid 15.000

    17. Bur 22.000

    18. Pembuatan ekstrak 25.00019. Kalsium hidroksid (Dycal) 350.000

    20. SIK (Fuji 7 GC) 850.000

    21. Kapas 5.000

    22. Pinset gigi 28.000

    23. Pinset anatomi 13.000

    24. Sonde halfmoon 15.000

    25. Spatula semen 13.000

    26. Spatula agatte 7.000

    27. Dappen dish 8.500

    28. Konektor 65.000

    29. Bur 22.000

    30. Paper point 35.000

    31. Glove 50.000

    32. Masker 30.000

    33. Spuit 10 ml 35.000

    34. Fee Laboratorium Gizi 500.000

    35. Ketamin 251.000

    36. Identifikasi bebek 110.000

    37. Spuit injeksi 175.000

    38. Print dan jilid 7.000

    39. Tisu 3.500

  • 8/20/2019 Laporan Akhir Risa Widya Iswara Ugm Pkmp

    18/24

    13

    40. Obat anestesi 210.000

    42. Pengenceran ekstrak 25.000

    43. Masker 3.000

    44. Glove 6.000

    45. Glove 15.00046. Pemeliharaan hewan coba 450.000

    47. Bur 22.000

    48. Pakan hewan coba 180.000

    49. Ethical clearance 106.000

    50. Ketamin 250.000

    51. Fee Laboratorium Histologi 5.492.500

    TOTAL 11.667.800

  • 8/20/2019 Laporan Akhir Risa Widya Iswara Ugm Pkmp

    19/24

    14

    BUKTI PENDUKUNG KEGIATAN

    Gambar 1. Etichal clearance

    Gambar 2. Identifikasi bebek  

  • 8/20/2019 Laporan Akhir Risa Widya Iswara Ugm Pkmp

    20/24

    15

    Gambar 3. Pengumpulan dan pengelupasan bebek mebran cangkang telur

    Gambar 4. Ekstrak Membran cangkang Telur

    Gambar 5. Administrasi Peminjaman Laboratorium

  • 8/20/2019 Laporan Akhir Risa Widya Iswara Ugm Pkmp

    21/24

    16

    Gambar 6. Pengadaan Alat dan Bahan

    Gambar 7. Adaptasi dan Pembagian Kelompok Hewan Coba

    Gambar 8. Anestesi Hewan Coba

  • 8/20/2019 Laporan Akhir Risa Widya Iswara Ugm Pkmp

    22/24

    17

    Gambar 9. Induksi Reversible Pulpitis

    Gambar 10. Aplikasi Bahan pada Ketiga Kelompok Hewan Coba

  • 8/20/2019 Laporan Akhir Risa Widya Iswara Ugm Pkmp

    23/24

    18

    Gambar 11. Monitoring Evaluasi Internal UGM

    Gambar 12. Pengorbanan dan Pengambilan Sampel Rahang

  • 8/20/2019 Laporan Akhir Risa Widya Iswara Ugm Pkmp

    24/24