kusta dan pengertiannya

Upload: saktya-yudha-ardhi-utama

Post on 14-Apr-2018

244 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 Kusta Dan pengertiannya

    1/30

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Definisi Kusta

    Penyakit kusta adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh bakteri

    Mycobacterium leprae yang terjadi pada kulit dan saraf tepi. Manifestasi klinis dari

    penyakit ini sangat bervariasi dengan spektrum yang berada diantara dua bentuk klinis

    yaitu lepromatosa dan tuberkuloid. Pada penderita kusta tipe lepromatosa menyerang

    saluran pernafasan bagian atas dan kelainan kulit berbentuk nodula, papula, makula dan

    dalam jumlah banyak. Pada penderita kusta tipe tuberkuloid lesi kulit biasanya tunggal

    dan jarang, batas lesi tegas, mati rasa.11

    2.1.1. Sejarah Pemberantasan Penyakit Kusta2

    Menurut sejarah pemberantasan penyakit kusta di dunia dapat kita bagi dalam 3

    zaman yaitu :

    1. Zaman Purbakala

    Penyakit kusta dikenal hampir 2000 tahun SM. Hal ini dapat diketahui dari

    peninggalan sejarah seperti di Mesir, di India 1400 SM, istilah kusta yang sudah dikenal

    di dalam kitab Weda, di Tiongkok 600 SM, di Mesopotamia 400 SM.

    Pada zaman purbakala tersebut telah terjadi pengasingan secara spontan penderita

    merasa rendah diri dan malu, disamping masyarakat menjauhi penderita karena merasa

    jijik dan takut.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 Kusta Dan pengertiannya

    2/30

    2. Zaman Pertengahan

    Kira-kira setelah abad ke 13 dengan adanya keteraturan ketatanegaraan dan sistem

    feodal yang berlaku di Eropa mengakibatkan masyarakat sangat patuh dan takut terhadap

    penguasa dan hak asasi manusia tidak mendapat perhatian. Demikian pula yang terjadi

    pada penderita kusta yang umumnya merupakan rakyat biasa. Pada waktu itu penyebab

    penyakit dan obat-obatan belum ditemukan maka penderita diasingkan lebih ketat dan

    dipaksakan tinggal di Leprosaria/koloni perkampungan penderita kusta untuk seumur

    hidup.

    3. Zaman Modern

    Dengan ditemukannnya kuman kusta oleh Gerhard Amaeur Hansen pada tahun

    1873, maka mulailah era perkembangan baru untuk mencari obat anti kusta dan usaha

    penanggulangannya.

    Demikian halnya di Indonesia dr. Sitanala telah mempelopori perubahan sistem

    pengobatan yang tadinya dilakukan secara isolasi, secara bertahap dilakukan dengan

    pengobatan jalan. Perkembangan pengobatan selanjutnya adalah sebagai berikut :

    a. Pada tahun 1951 dipergunakan Diamino Diphenyl Sulfone (DDS) sebagai pengobatan

    penderita kusta.

    b. Pada tahun 1969 pemberantasan penyakit kusta mulai diintegrasikan di puskesmas.

    c. Sejak tahun 1982 Indonesia mulai menggunakan obat kombinasiMultidrug Therapy

    (MDT) sesuai dengan rekomendasi WHO.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 Kusta Dan pengertiannya

    3/30

    2.2. Etiologi Penyakit Kusta

    Penyebab penyakit kusta adalah bakteri Mycobacterium leprae yang berbentuk

    batang panjang, sisi paralel dengan kedua ujung bulat, ukuran 0,3-0,5 mikron x 1-8

    mikron. Basil ini berbentuk batang gram positif, tidak bergerak, tidak berspora, dapat

    tersebar atau dalam berbagai ukuran bentuk kelompok. Pada pemeriksaan langsung

    secara mikroskopis, tampak bentukan khas adanya basil yang mengerombol seperti ikatan

    cerutu, sehingga disebutpacket of cigars (globi).12 Basil ini diduga berkapsul tetapi rusak

    pada pewarnaan menggunakan karbon fukhsin. Organisme tidak tumbuh pada perbenihan

    buatan.

    13

    Penyakit kusta bersifat menahun karena bakteri kusta memerlukan waktu 12-21

    hari untuk membelah diri dan masa tunasnya rata-rata 2-5 tahun.12,14

    2.2.1. Pewarnaan15

    Untuk pewarnaan kuman kusta (Basil Tahan Asam) sering dipakai metode Ziehls

    Neelsen dengan cara :

    a. Sediaan diletakkan di atas rak pewarna dan dituang karbon fukhsin.b. Dipanaskan sampai keluar uap (tidak boleh mendidih) biarkan selama 3-5 menit.c. Cuci dengan air.d. Preparat dimasukkan dalam tabung berisi asam alkohol selama 3-5 detik sampai

    warna merah dilepaskan oleh alkohol.

    e. Cucilah dengan air menit.f. Preparat ditetesi atau dicelup dalam metilen biru 1% selama - 2 menit.g. Cuci dengan air.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 Kusta Dan pengertiannya

    4/30

    h. Biarkan kering dari air, kemudian preparat dapat diperiksa di bawah mikroskop.Hasil pembacaan : BTA (+) : bewarna merah

    BTA (-) : bewarna biru

    Untuk penilaian hasil pemeriksaan kuman pada sediaan apus (preparat) digunakan

    Indeks Bakteri (Bacterial Index = BI) dan Indeks Morfologi (Morphological Index = MI).

    Indeks Bakteri merupakan ukuran semikuantitatif kepadatan BTA dalam sediaan apus.

    Kegunaan BI adalah untuk membantu menentukan tipe penyakit kusta dan menilai hasil

    pengobatan.

    BakteriMycobacterium leprae dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

    Gambar 2.1. bakteriMycobacterium leprae

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 Kusta Dan pengertiannya

    5/30

    BACTERIAL INDEX (BI)15

    :

    ( - ) : Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapangan pandangan.

    ( 1+ ) : 1 - 10 kuman BTA ditemukan dalam 100 lapangan pandangan.

    ( 2+ ) : 1 - 10 kuman BTA ditemukan dalam 10 lapangan pandangan.

    ( 3+ ) : 1 - 10 kuman BTA ditemukan dalam rata-rata 1 lapangan pandangan.

    ( 4+ ) : 10 - 100 kuman BTA ditemukan dalam rata-rata 1 lapangan pandangan.

    ( 5+ ) : 100 1000 kuma BTA ditemukan dalam rata-rata 1 lapangan pandangan.

    ( 6+ ) : > 1000 kuman BTA ditemukan dalam rata-rata 1 lapangan pandangan.

    MORPHOLOGICAL INDEX (MI)15 :

    Jumlah M. leprae yang berbentuk utuh atau solid per 100 Mycobacterium leprae

    a. Bentuk utuh (solid) dengan dinding yang tidak terputus dan menyerap zat warnasecara merata

    b. Bentuk pecah-pecah atau terputus-putus (fragmented) dengan dinding terputussebagian atau seluruhnya.

    c. Bentuk butir-butir (granulated): seperti titik-titik (butir-butir) tersusun membentukgaris lurus atau berkelompok.

    d. Bentuk globus : sejumlah kuman kusta (50 200 kuman) yang utuh (solid) atauputus-putus (fragmented) atau butir-butir (granulated) berkelompok dalam suatu

    bentuk ikatan atau lingkaran.

    e. Bentuk kelompok (clumps) : sejumlah kuman kusta bentuk butir-butir (granulated)membentuk kelompok (pulau-pulau) tersendiri dengan lebih dari 500 BTA.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 Kusta Dan pengertiannya

    6/30

    2.2.2. Struktur Antigen

    Penderita lepra memberikan hasil negatif pada tes kulit yang dilakukan dengan

    penyuntikan intrakutan dari antigen yang dibuat dari nodul lepromatous. Tes ini disebut

    tes lepromin.15

    Tes lepromin merupakan tes imunologi yang spesifik dan digunakan untuk:

    mengetahui ketahanan hospes terhadap Mycobacterium leprae, menentukan prognosis

    penyakit lepra, dan mengetahui hasil pengobatan terhadap penyakit lepra.16

    Hasil dari tes lepromin dibaca sebagai berikut :16

    a.Early Fernandez Reaction (dibaca setelah 48 jam)

    Reaksi timbul cepat dalam kurun waktu 24-48 jam. Dikatakan positif bila terdapat

    eritema (kemerahan) dan indurasi, dan dikatakan negatif bila hanya timbul eritema

    (kemerahan) saja atau tidak ada perubahan pada tempat suntikan.

    b.Delayed Mitsuda Reaction (dibaca setelah 4-6 minggu)

    Hasil positif apabila terdapat papula kecil yang timbul setelah 7-10 hari, kemudian

    berubah menjadi papula besar dan selanjutnya menjadi nodul dengan diameter 1 cm.

    Hasil negatif, apabila tidak ada reaksi lokal, atau reaksi lokal yang positif berubah

    menjadi negatif. Reaksi yang tertunda (delayed reaction) ini disebabkan adanya basil

    lepra yang utuh.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 Kusta Dan pengertiannya

    7/30

    2.3. Epidemiologi Penyakit Kusta

    2.3.1. Distribusi dan Frekuensi Penderita Kusta Menurut Orang

    a. Distribusi dan Frekuensi Menurut Jenis Kelamin

    Penyakit kusta dapat menyerang semua orang. Laki-laki lebih banyak terkena

    dibandingkan dengan wanita, dengan perbandingan 2:1,12 kecuali di Afrika dimana

    wanita lebih banyak daripada laki-laki. Faktor fisiologik seperti pubertas, menopause,

    kehamilan, serta faktor infeksi dan malnutrisi dapat meningkatkan perubahan klinis

    penyakit kusta.2

    Menurut penelitian yang dilakukan Posmaria Naibaho (2001) di Rumah Sakit Kusta

    Pulau Sicanang Medan Belawan Sumatera Utara ditemukan 108 penderita kusta, dengan

    proporsi penderita laki-laki 61,10% dan penderita perempuan 38,90%.8

    Hasil penelitian

    yang dilakukan Nurlaya Hutahayan (2008) di Rumah Sakit Kusta Hutasalem Laguboti

    terdapat 125 penderita kusta, dengan proporsi penderita laki-laki 58,40% dan penderita

    perempuan 41,60%.9

    b. Distribusi dan Frekuensi Menurut Umur

    Penyakit kusta dapat menyerang semua umur.12

    Di Indonesia penderita anak-anak

    di bawah umur 14 tahun didapatkan 13 %, tetapi anak di bawah umur 1 tahun jarang

    sekali. Frekuensi tertinggi terdapat pada kelompok umur antara 25-35 tahun.17

    Menurut penelitian yang dilakukan Posmaria Naibaho (2001) di Rumah Sakit Kusta

    Pulau Sicanang Medan Belawan Sumatera Utara ditemukan 108 penderita kusta dengan

    golongan umur terbanyak adalah golongan umur 17-24 tahun (proporsi 30,60%).8

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 Kusta Dan pengertiannya

    8/30

    Hasil penelitian yang dilakukan Nurlaya Hutahayan (2008) di Rumah Sakit Kusta

    Hutasalem Laguboti ditemukan 125 penderita kusta dengan golongan umur terbanyak

    adalah golongan umur 20-39 tahun (proporsi 56,80%)9

    2.3.2. Distribusi dan Frekuensi Penyakit Kusta Menurut Waktu dan Tempat

    Penyakit kusta tersebar di seluruh dunia dengan endemisitas yang berbeda-beda.

    Diantara 122 negara yang endemis pada tahun 1985, 98 negara telah mencapai eliminasi

    kusta yaitu angka prevalensi < 1/10.000 penduduk. Lebih dari 10.000.000 penderita telah

    disembuhkan dengan Multidrug Therapy (MDT) pada akhir tahun 1999 dan 641.091

    kasus masih dalam pengobatan pada tahun 2000.2

    Pada tahun 2003, Penderita terdaftar di Indonesia pada akhir Desember 2003

    sebanyak 18.312 penderita yang terdiri dari 2.814 penderita kusta tipe PB (proporsi

    15,36%) dan 15.498 penderita kusta tipe MB (proporsi 84,64%) dengan angka prevalensi

    86 per 1.000.000 penduduk yang terdapat di 10 propinsi, yaitu : Jawa Timur, Jawa Barat,

    Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Papua, NAD, DKI Jakarta, Sulawesi Utara, Maluku

    Utara, dan Nusa Tenggara Timur.2

    Pada tahun 2005 di Sumatera Utara terdapat 286 kasus tercatat penderita kusta

    yang terdiri 254 orang yang terdiri dari 32 penderita kusta tipe PB (proporsi 11,19%) dan

    254 penderita kusta tipe MB (proporsi 88,81%).6

    Menurut penelitian yang dilakukan Posmaria Naibaho (2001) di Rumah Sakit

    Kusta Pulau Sicanang Medan Belawan Sumatera Utara ditemukan 108 penderita kusta

    yang terdiri dari 33 penderita kusta tipe PB (proporsi 30,60%) dan 75 penderita kusta tipe

    MB (proporsi 69,40%).8

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 Kusta Dan pengertiannya

    9/30

    Hasil penelitian yang dilakukan Nurlaya Hutahayan (2008) di Rumah Sakit Kusta

    Hutasalem Laguboti ditemukan 125 penderita kusta yang terdiri dari 48 penderita kusta

    tipe PB (proporsi 38,40%) dan 77 penderita kusta tipe MB (proporsi 61,60%).9

    2.3.3. Faktor Determinan Penyakit Kusta2

    a. Host

    Hanya manusia satu-satunya sampai saat ini dianggap sebagai sumber penularan

    walaupun kuman kusta dapat hidup pada Armadillo, Simpanse dan pada telapak kaki

    tikus yang mempunyai kelenjar Thymus (Athymic nude mouse).

    Tempat masuk kuman kusta ke dalam tubuh host sampai saat ini belum dapat

    dipastikan. Diperkirakan cara masuknya adalah melalui saluran pernafasan bagian atas

    dan melalui kontak kulit yang tidak utuh. Suatu kerokan hidung dari penderita tipe

    Lepromatosa yang tidak diobati menunjukkan jumlah kuman sebesar 104-10

    7. Dan telah

    terbukti bahwa saluran nafas bagian atas dari penderita tipe Lepromatosa merupakan

    sumber kuman yang terpenting di dalam lingkungan.

    Sebagian besar manusia kebal terhadap penyakit kusta (95%). Dari hasil

    penelitian Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular & Penyehatan

    Lingkungan (Ditjen P2M & PL) (1996) menunjukkan gambaran sebagai berikut:

    Dari 100 orang yang terpapar: 95 orang tidak menjadi sakit, 3 orang sembuh sendiri tanpa

    diobati, 2 orang menjadi sakit, hal ini belum lagi memperhitungkan pengaruh

    pengobatan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 Kusta Dan pengertiannya

    10/30

    Seseorang dalam lingkungan tertentu akan termasuk dalam satu dari tiga

    kelompok berikut ini, yaitu :

    a. Host yang mempunyai kekebalan tubuh tinggi yang merupakan kelompokterbesar yang telah atau akan menjadi resisten terhadap kuman kusta.

    b. Host yang mempunyai kekebalan rendah terhadap kuman kusta, bila menderitapenyakit kusta bisanya tipe PB.

    c. Host yang tidak mempunyai kekebalan terhadap kuman kusta yang merupakankelompok terkecil dan bila menderita kusta biasanya tipe MB.

    b. Agent

    Penyebab penyakit kusta adalah Mycobacterium leprae yang pertama kali

    ditemukan oleh Gerhard Amaeur Hansen pada tahun 1873. Mycobacterium leprae hidup

    intraseluler dan mempunyai afinitas yang besar pada sel saraf (Schwan Cell) dan sel dari

    system retikulo endothelial.

    Waktu pembelahan sangat lama, yaitu 2-3 minggu. Di luar tubuh manusia (dalam

    kondisi tropis) kuman kusta dapat bertahan sampai 9 hari. Pertumbuhan optimal dari

    kuman kusta adalah pada suhu 270-30

    0C.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 Kusta Dan pengertiannya

    11/30

    2.4. Klasifikasi Penyakit Kusta

    Setelah seseorang didiagnosis menderita kusta, maka tahap selanjutnya

    menentukan tipe/klasifikasi penyakit kusta yang diderita. Penentuan tipe penyakit kusta

    pada seorang penderita disebut klasifikasi penyakit kusta. Klasifikasi penyakit kusta

    bertujuan untuk menentukan jenis dan lamanya pengobatan penyakit, waktu penderita

    dinyatakanRelease from Treatment( RFT).2

    2.4.1. Klasifikasi Internasional (Madrid,1953):18

    a.Indeterminate (I)

    Terdapat kelainan kulit berupa makula berbentuk bulat yang berjumlah 1 atau 2. batas

    lokasi dipantat, kaki, lengan, punggung pipi. Permukaan halus dan licin.

    b. Tuberkuloid (T)

    Terdapat makula atau bercak tipis bulat yang tidak teratur dengan jumlah lesi 1 atau

    beberapa. Batas lokasi terdapat di pantat,punggung, lengan, kaki, pipi. Permukaan

    kering, kasar sering dengan penyembuhan di tengah.

    c.Borderline (B)

    Kelainan kulit bercak agak menebal yang tidak teratur dan tersebar. Batas lokasi sama

    dengan Tuberkuloid.

    d.Lepromatosa (L)

    Kelainan kulit berupa bercak-bercak menebal yang difus, bentuk tidak jelas.

    Berbentuk bintil-bintil (nodule), macula-makula tipis yang difus di badan, merata di

    seluruh badan, besar dan kecil bersambung simetrik.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 Kusta Dan pengertiannya

    12/30

    2.4.2. Klasifikasi Ridley-Jopling (1962)18

    Klasifikasi ini banyak dipakai pada bidang penelitian yang mengelompokkan

    penyakit kusta menjadi 5 kelompok berdasarkan gambaran klinis, bakteriologis,

    histopatologi, dan imunologis.

    a. Tipe Tuberkuloid tuberkuloid(TT)

    Lesi berupa bercak makuloanestetik dan hipopigmentasi yang terdapat di semua

    tempat terutama pada wajah dan lengan, kecuali: ketiak, kulit kepala (scalp),

    perineum dan selangkangan. Batas lesi jelas berbeda dengan warna kulit disekitarnya.

    Hipopigmentasi merupakan gejala yang menonjol. Lesi dapat mengalami

    penyembuhan spontan atau dengan pengobatan selama tiga tahun. 19

    b. Tipe Borderline Tuberkuloid(BT)

    Gejala pada lepra tipe BT sama dengan tipe TT, tetapi lesi lebih kecil, tidak disertai

    adamya kerontokan rambut, dan perubahan saraf hanya terjadi pembengkakan.19

    c. Tipe Mid Borderline (BB)

    Pada pemeriksaan bakteriologis ditemukan beberapa hasil, dan tes lepromin

    memberikan hasil negatif. Lesi kulit berbentuk tidak teratur, terdapat satelit yang

    mengelilingi lesi, dan distribusi lesi asimetris. Bagian tepi dari lesi tidak dapat

    dibedakan dengan jelas terhadap daerah sekitarnya. Gejala-gejala ini disertai adanya

    adenopathi regional.19

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 Kusta Dan pengertiannya

    13/30

    d. Tipe Borderline Lepromatous (BL)

    Lesi pada tipe ini berupa macula dan nodul papula yang cenderung asimetris.

    Kelainan syaraf timbul pada stadium lanjut. Tidak terdapat gambaran seperti yang

    terjadi pada tipe lepromatous yaitu tidak disertai madarosis, keratitis, uslserasi

    maupun facies leonine.19

    e. Tipe Lepromatosa (LL)

    lesi menyebar simetris, mengkilap berwarna keabu-abuan. Tidak ada perubahan pada

    produksi kelenjar keringat, hanya sedikit perubahan sensasi. Pada fase lanjut terjadi

    madarosis (rontok) dan wajah seperti singa, muka berbenjol-benjol (facies leonine)

    19

    Berikut ini adalah gambar penderita kusta menurut Ridley-Jopling :

    Gambar 2.2. Penderita Kusta Tipe Tuberkuloid & Bordeline

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 Kusta Dan pengertiannya

    14/30

    Gambar 2.3.Penderita Kusta Tipe Lepramatosa Gambar 2.4. Penderita Kusta Tipe L.L dan B.L.

    Gambar 2.5. Penderita Kusta Tipe B.B dan B.T.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 Kusta Dan pengertiannya

    15/30

    2.4.3. Klasifikasi WHO (1982) yaitu;2

    a. Tipe PB (Pausibasiler)

    Kusta tipe PB adalah penderita kusta dengan Basil Tahan Asam (BTA) pada

    sediaan apus, yakni tipe I (Indeterminate), TT (tuberculoid) dan BT (borderline

    tuberculoid) menurut kriteria Ridley dan Jopling dan hanya mempunyai jumlah lesi

    antara 1-5 pada kulit. Kusta tipe PB adalah tipe kusta yang tidak menular.

    b. Tipe MB (Multibasiler)

    Kusta MB adalah semua penderita kuta tipe BB (mid borderline), BL (borderline

    lepromatous) dan LL (lepromatosa) menurut kriteria Ridley dan Jopling dengan jumlah

    lesi 6 atau lebih dan skin smearpositif. Kusta tipe MB adalah tipe yang dapat menular.

    Berikut ini adalah gambar penderita kusta tipe PB dan MB

    Gambar 2.6. Penderita Kusta Tipe PB Gambar 2.7. Penderita Kusta Tipe MB

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 Kusta Dan pengertiannya

    16/30

    Dalam menentukan klasifikasi tipe PB dan MB pada kriteria seperti pada table di

    bawah ini :

    No.

    Kelainan kulit & hasil

    pemeriksaan Pausi Basiler (PB) Multi Basiler (MB)

    1. Bercak (makula) mati

    rasa

    a. Jumlah 1-5 >5

    b. Ukuran Kecil dan besar Kecil-kecil

    c. Distribusi Unilateral dan

    bilateral asimetris

    Bilateral dan simetris

    d. Konsistensi Kering dan kasar Halus, berkilat

    e. Batas Tegas Tidak tegas

    f. Kehilangan rasa

    pada bercak

    Selalu ada dan jelas Biasanya tidak jelas,

    Jika ada, terjadi pada yang

    sudah lanjut

    g.Kehilangan

    kemampuan

    berkeringat, bulu

    rontok pada bercak

    Bercak tidak

    berkeringat, ada bulu

    rontok pada bercak

    Bercak masih berkeringat, bulu

    tidak rontok pada bercak.

    2. Infiltrat

    a. kulit Tidak ada Ada, kadang-kadang tidak ada

    b. Membran mukosa

    (hidung tersumbat,

    Tidak pernah ada Ada, kadang-kadang tidak ada

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 Kusta Dan pengertiannya

    17/30

    perdarahan di hidung)

    3. Ciri-ciri Central healing

    (penyembuhan di

    telinga)

    Punched out lesion (lesi

    bentuk donat), madarosis,

    ginekomasti, hidung pelana,

    dan suara sengau

    4. Nodulus Tidak ada Kadang-kadang ada

    5. Deformitas (cacat) Biasanya terjadi dini Terjadi pada stadium lanjut

    6. Apusan BTA negatif BTA positif

    2.5. Reaksi Kusta

    2.5.1. Pengertian2

    Reaksi kusta atau reaksi lepra adalah suatu episode dalam perjalanan kronis

    penyakit kusta yang merupakan suatu reaksi kekebalan (seluler respon) atau reaksi

    antigen-antibodi (humoral respon) dengan akibat merugikan penderita, terutama pada

    saraf tepi yang menyebabkan gangguan fungsi (cacat).

    Reaksi ini dapat terjadi pada penderita sebelum mendapat pengobatan maupun

    sesudah pengobatan. Namun sering terjadi pada 6 bulan sampai 1 tahun sesudah memulai

    pengobatan.

    Hal-hal yang mempermudah terjadinya reaksi kusta, misalnya :

    1.

    Penderita dalam kondisi lemah

    2. Kurang gizi

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 Kusta Dan pengertiannya

    18/30

    2.5.2. Jenis Reaksi2

    Jenis reaksi sesuai proses terjadinya dibedakan atas 2 tipe yaitu: reaksi tipe I dan

    reaksi tipe II

    a. Reaksi Tipe I ( Reaksi reserval, Reaksi Up grading)

    Terjadi pada penderita tipe PB maupun MB dan kebanyakan terjadi pada 6 bulan

    pertama pengobatan, reaksi tipe I terjadi akibat meningkatnya respon kekebalan seluler

    secara cepat terhadap kuman kusta di kulit dan saraf penderita.

    Disini terjadi pergeseran tipe kustanya kearah PB.

    1)

    Gejala-gejala

    Gejala reaksi dapat dilihat pada perubahan lesi kulit, neuritis (nyeri tekan pada

    saraf), gangguan fungsi saraf tepi dan kadang-kadang gangguan keadaan umum

    penderita (konstitusi).

    2) Menurut keadaan reaksi, maka reaksi kusta tipee I ini dapat dibedakan menjadireaksi ringan dan reaksi berat.

    3) Perjalanan reaksi dapat berlangsung selama 6-12 minggu atau lebih.b. Reaksi Tipe II (Reaksi ENL= ReaksiEritema Nodosom Leprosum)

    Terjadi pada penderita tpe MB dan merupakan reaksi humoral, dimana kuman

    kusta yang utuh maupun tidak utuh menjadi antigen. Tubuh membentuk antibodi dan

    komplemen (Antigen + antibodi + komplemen = immunokompleks).

    1) GejalaGejala reaksi dapat dilihat pada perubahan lesi, neuritis (nyeri tekan) dan

    gangguan fungsi saraf tepi, gangguan konstitusi dan komplikasi pada organ tubuh.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 Kusta Dan pengertiannya

    19/30

    2) Menurut keadaan reaksi, maka reaksi dapat dibedakan reaksi ringan dan reaksiberat.

    3) Perjalanan reaksiBiasanya berlangsung selama 3 minggu atau lebih. Kadang-kadang timbul

    berulang-ulang dan berlangsung lama.

    2.6. Kecacatan Pada Penderita Kusta2

    Kusta merupakan masalah kesehatan masyarakat karena cacatnya. Cacat kusta

    terjadi akibat gangguan fungsi saraf pada mata, tangan atau kaki. Namun, orang-orang

    yang cacat akibat kusta dicap seumur hidup sebagai penderita kusta walaupun

    sembuh dari penyakit. Sementara sebenarnya hampir semua cacat dapat dicegah.

    2.6.1. Proses terjadinya cacat kusta2

    Terjadinya cacat tergantung dari fungsi saraf, serta saraf mana yang rusak.

    Kecacatan pada kusta dapat terjadi lewat 2 proses :

    a. Infiltrasi langsungMycobacterium leprae kesusunan saraf tepi dan organ(misalnya mata)

    b. Melalui reaksi kusta

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 Kusta Dan pengertiannya

    20/30

    2.6.2. Tingkat Cacat2

    WHO (1988) membagi tingkat cacat kusta menjadi tiga tingkat, yaitu:

    a. Tingkat 0

    Jika mata , tangan atau kaki tetap utuh, maka dinyatakan tingkat cacat 0

    b. Tingkat 1

    Jika ada cacat pada mata, tangan atau kaki akibat kerusakan saraf karena penyakit

    kusta, tetapi cacat itu tidak kelihatan, maka dinyatakan tingkat cacat 1.

    Anastesi mata tidak dilakukan pemeriksaan. Kelemahan otot masuk cacat 1 kecuali

    mata.

    c. Tingkat 2

    Jika ada cacat akibat kerusakan saraf dan cacat itu kelihatan (borok, luka, jari kiting,

    lunglai, pemendekan, mata tidak dapat menutup erat, luka pada kornea) maka

    dinyatakan tingkat cacat 2.

    Yang tidak termasuk hitungan ialah semua cacat atau kelainan pada kulit saja atau yang

    terjadi bukan akibat penyakit kusta, yaitu : luka biasa (pada tangan atau kaki yang tidak

    mati rasa), alis mata menipis (madarosis), hidung pelana, mati rasa selain pada telapak

    ( pada kulit umum atau pada bercak); kiting, kelemaham otot atau kehilangan jari yang

    disebabkan oleh kecelakaan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 Kusta Dan pengertiannya

    21/30

    2.7. Pencegahan dan Pengawasan

    Penyakit kusta adalah penyakit yang memberi stigma yang sangat besar besar

    pada masyarakat, sehingga penderita kusta menderita tidak hanya kerena penyakitnya

    saja, juga dijauhi atau dikucilkan oleh masyarakat. Hal tersebut sebenarnya lebih banyak

    disebabkan karena cacat tubuh yang tampak menyeramkan. Cacat tubuh tersebut

    sebenarnya lebih banyak disebabkan karena cacat tubuh yang tampak menyeramkan.

    Cacat tubuh tersebut sebenarnya dapat dicegah apabila diagnosis dan penanganan

    penyakit dilakukan secara dini. Demikian pula diperlukan pengetahuan berbagai hal yang

    dapat menimbulkan kecacatan dan pencegahan kecacatan, sehingga tidak menimbulkan

    cacat tubuh yang tampak menyeramkan.18

    Identifikasi dan pengobatan penderita kusta merupakan kunci pengawasan. Anak-

    anak dari orang tua yang teinfeksi diberikan kemoprofilaksis dengan sulfon sampai orang

    tua tidak infeksius lagi. Jika salah satu anggota dalam keluarga menderita lepra

    lepromatosa, maka profilaksis demikian diperlukan bagi anak-anak dalam keluraga

    tersebut.13

    2.7.1. Pencegahan Primodial20

    Pencegahan primodial yaitu upaya pencegahan pada orang-orang yang belum

    memiliki faktor resiko penyakit kusta melalui penyuluhan.

    Penyuluhan tentang penyakit kusta adalah proses peningkatan pengetahuan,

    kemauan dan kemampuan masyarakat oleh petugas kesehatan sehingga masyarakat dapat

    memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya dari penyakit kusta.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 Kusta Dan pengertiannya

    22/30

    2.7.2. Pencegahan Primer (Primary Prevention)

    Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan seseorang yang

    telah memiliki faktor resiko agar tidak sakit..20

    Tujuan dari pencegahan primer adalah

    untuk mengurangi insidensi penyakit dengan cara mengendalikan penyebab-penyebab

    penyakit dan faktor-faktor resikonya.21

    Untuk mencegah terjadinya penyakit kusta, upaya yang dilakukan adalah

    memperhatikan dan menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal, personal hygiene,

    deteksi dini adanya penyakit kusta dan penggerakan peran serta masyarakat untuk segera

    memeriksakan diri atau menganjurkan orang-orang yang dicurigai untuk memeriksakan

    diri ke puskesmas.

    2.7.3. Pencegahan Sekunder (Secondary Prevention)

    Pencegahan sekunder merupakan upaya pencegahan penyakit dini yaitu mencegah

    orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit dan menghindari

    komplikasi.20 Tujuan pencegahan sekunder adalah untuk mengobati penderita dan

    mengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari penyakit yaitu melalui diagnosis dini dan

    pemberian pengobatan.21

    Pencegahan sekunder ini dapat dilakukan dengan melakukan diagnosis dini dan

    pemeriksaan neuritis, deteksi dini adanya reaksi kusta, pengobatan secara teratur melalui

    kemoterapi atau tindakan bedah.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 Kusta Dan pengertiannya

    23/30

    Untuk menetapkan diagnosa penyakit kusta perlu dicari tanda-tanda pokok atau

    cardinal sign pada badan, yaitu :2

    a. Lesi (Kelainan) kulit yang mati rasa

    Kelainan kulit/lesi dapat berbentuk bercak keputih-putihan (hypopigmentasi) atau

    kemerah-merahan (eritematousa) yang mati rasa (anestesi).

    b. Penebalan saraf tepi

    Dapat disertai rasa nyeri dan juga dapat disertai atau tanpa gangguan fungsi saraf.

    Gangguan fungsi saraf ini merupakan akibat dari peradangan kronis saraf tepi (neuritis

    perifer). Gangguan fungsi saraf ini bias berupa:

    a. Gangguan fungsi sensoris : mati rasab. Gangguan fungsi motoris : kelemahan otot (Parese) atau kelumpuhan (Paralise)c. Gangguan fungsi otonom : kulit kering dan retak-retak.

    c. Ditemukan Basil Tahan Asam2

    Adanya kuman tahan asam di dalam kerokan jaringan kulit (BTA Positif).

    Pemeriksaan kerokan hanya dilakukan pada kasus yang meragukan.

    Seseorang dinyatakan sebagai penderita kusta bilamana terdapat satu dari tanda-

    tanda utama di atas. Apabila hanya ditemukan cardinal sign ke-2 dan petugas ragu perlu

    dirujuk kepada WASOR atau ahli kusta, jika masih ragu orang tersebut dianggap sebagai

    kasus yang dicurigai (suspek).

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 Kusta Dan pengertiannya

    24/30

    Tanda-tanda tersangka kusta (suspek)

    1. Tanda-tanda pada kulita. Bercak/Kelainan kulit yang merah atau putih di bagian tubuhb. Kulit mengkilapc. Bercak yang tidak gatald. Adanya bagian-bagian tubuh yang tidak berkeringat atau tidak berambut.e. Lepuh tidak nyeri.

    2. Tanda-tanda pada sarafa.

    Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota badan atau muka.

    b. Gangguan gerak anggota badan atau bagian mukac. Adanya cacat (deformitas)d. Luka (ulkus) yang tidak mau sembuh

    2.7.4. Pencegahan Tertier (Tertiary Prevention)

    Tujuan pencegahan tertier adalah untuk mengurangi ketidakmampuan dan

    mengadakan rehabilitasi.20

    Rehabilitasi adalah upaya yang dilakukan untuk memulihkan

    seseorang yang sakit sehingga menjadi manusia yang lebih berdaya guna, produktif,

    mengikuti gaya hidup yang memuaskan dan untuk memberikan kualitas hidup yang

    sebaik mungkin, sesuai tingkatan penyakit dan ketidakmampuannya.22

    Pencegahan tertier

    meliputi:

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 Kusta Dan pengertiannya

    25/30

    a. Pencegahan Kecacatan

    Pencegahan cacat kusta jauh lebih baik dan lebih ekonomis daripada

    penanggulangannya. Pencegahan ini harus dilakukan sedini mungkin, baik oleh petugas

    kesehatan, maupun oleh penderita itu sendiri dan keluarganya.18

    Upaya pencegahan cacat terdiri atas :

    a. Upaya pencegahan cacat primer, yang meliputi :

    1) Diagnosa dini dan penatalaksanaan neuritis2) Pengobatan secara teratur dan adekuat3)

    Deteksi dini adanya reaksi kusta

    4) Penatalaksanaan reaksi kustab. Upaya pencegahan cacat sekunder, yang meliputi :

    1) Perawatan diri sendiri untuk mencegah luka2) Latihan fisioterapi pada otot yang mengalami kelumpuhan untuk mencegah

    terjadinya kontraktur.

    3) Bedah rekonstruksi untuk koreksi otot yang mengalami kelumpuhan agar tidakmendapat tekanan yang berlebihan.

    4) Bedah septik untuk mengurangi perluasan infeksi.5) Perawatan mata, tangan dan atau kaki yang anestesi atau mengalami kelumpuhan

    otot.2,17

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 Kusta Dan pengertiannya

    26/30

    b. Rehabilitasi17

    Rehabilitasi yang dilakukan meliputi rehabilitasi medik, rehabilitasi sosial, dan

    rehabilitasi ekonomi. Usaha rehabilitasi medis yang dapat dilakukan untuk cacat tubuh

    ialah antara lain dengan jalan operasi dan fisioterapi. Meskipun hasilnya tidak sempurna

    kembali ke asal, tetapi fungsinya dan secara kosmetik dapat diperbaiki.

    Cara lain adalah kekaryaan, yaitu memberi lapangan pekerjaan yang sesuai cacat

    tubuhnya, sehingga dapat berprestasi dan dapat meningkatkan rasa percaya diri, selain itu

    dapat dilakukan terapi psikologik (kejiwaan).

    2.8. Program Pemberantasan Penyakit Kusta2

    Pada tahun 1991 World Health Assembly telah mengeluarkan suatu resolusi yaitu

    eliminasi kusta pada tahun 2000. Indonesia sebagai anggota Organisasi Kesehatan

    Sedunia (WHO) harus memenuhi resolusi tersebut.

    Suatu kenyataan bahwa kusta tersebar di Indonesia secara tidak merata dan

    prevalensi rate (PR) sangat bervariasi menurut propinsi, Kabupaten/Kota/Kecamatan.

    Penderita terdaftar di Indonesia sampai dengan desember 2003 sebanyak 18.312

    penderita.

    Eliminasi kusta di Indonesia yang ditargetkan tahun 2000 sudah dicapai secara

    nasional pada pertengahan tahun 2000, namun demikian pada tingkat propinsi dan

    kabupaten masih banyak yang belum mencapai eliminasi. Sampai akhir desember 2003,

    baru 18 dari 30 propinsi dan 325 dari 440 Kabupaten yang dapat mencapai eliminasi.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 Kusta Dan pengertiannya

    27/30

    2.8.1. Tujuan2

    a. Tujuan Jangka Panjang

    1. Menurunkan transmisi panyakit kusta pada tingkat tertentu sehingga kustatidak menjadi masalah kesehatan masyarakat.

    2. mencegah kecacatan pada semua penderita baru yang ditemukan melaluipengobatan dan perawatan yang benar.

    3. Memberikan perawatan dan pelayanan rehabilitasi yang tepat pada orang yangterkena penyakit kusta.

    b. Tujuan Jangka Pendek

    2

    1. Menetapkan sistim penemuan dan diagnosa penderita kusta secara intensif didaerah endemik tinggi dan di kantong-kantong kusta di daerah endemik

    rendah sehingga proporsi anak dan kecacatan tingkat 2 kurang dari 5%.

    2. Memberikan pengobatan yang adekuat sehingga tercapai angka kesembuhan(RFT Rate) lebih dari 90%.

    3. menurunkan proporsi penderita yang cacat pada mata tangan dan kaki setelahRFT kurang dari 5%.

    4. Mengembangkan puskesmas dengan perawatan cacat yang adekuat dengandukungan sistem rujukan ke rumah sakit umum dan rumah sakit khusus untuk

    kasus yang mengalami komplikasi dan membutuhkan rehabilitasi medis.

    5. Melaksanakan pengelolaan program pemberantasan kusta dengan starategisesuai endemisitas daerah dan di dukung dengan kegiatan-kegiatan

    penunjangnya.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 Kusta Dan pengertiannya

    28/30

    2.8.2. Target2

    1. Tercapainya eliminasi kusta di tingkat propinsi pada tahun 2008.2. Tercapainya eliminasi kusta di tingkat kabupaten pada tahun 2010.3. Tercapainya Indonesia bebas kusta pada tahun 2020.

    2.8.3. Kebijakan2

    1. Pelaksanaan program pemberantasan kusta diintegrasikan dalam kegiatanpelayananan kesehatan dasar di puskesmas.

    2.

    Pengobatan penderita kusta dengan MDT sesuai rekomendasi WHO diberikan

    cuma-cuma.

    3. Penderita kusta tidak boleh diisolasi.

    2.9. Pengobatan Penderita

    Tujuan utama program pemberantasan penyakit kusta adalah memutuskan rantai

    penularan untuk menurunkan insidensi penyakit, mengobati dan menyembuhkan

    penderita serta mencegahkan timbulnya cacat. Untuk mencapai tujuan itu sampai

    sekarang strategi pokok yang dilakukan masih didasarkan atas deteksi dini dan

    pengobatan penderita, yang tampaknya masih tetap diperlukan walaupun nanti vaksin

    kusta yang efektif telah tersedia. Sejak dilaporkan adanya resistensi terhadap dapson baik

    primer maupun sekunder, pada tahun 1977 WHO memperkenalkan pengobatan

    kombinasi yang terdiri paling tidak dua obat antikusta yang efektif.12,18

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 Kusta Dan pengertiannya

    29/30

    Program Multi Drug Therapy (MDT) dimulai pada tahun 1981, yaitu ketika

    kelompok Studi Kemoterapi WHO secara resmi mengeluarkan rekomendasi pengobatan

    kusta dengan rejimen MDT-WHO.Regimen ini terdiri atas kombinasi obat-obat dapson,

    rifampisin, dan klofasimin. Selain itu mengatasi resistensi dapson yang semakin

    meningkat, penggunaan MDT dimaksudkan juga untuk mengurangi ketidaktaatan

    penderita dan menurunkan angka putus-obat (dro-out) yang cukup tinggi pada masa

    monoterapi dapson. Disamping itu diharapkan juga dengan MDT dapat mengeliminasi

    persistensi kuman kusta dalam jaringan.18

    Regimen pengobatan MDT di Indonesia sesuai dengan regimen pengobatan yang

    direkomendasikan oleh WHO Regimen tersebut adalah sebagai berikut : 2

    2.9.1. Tipe PB2,23

    Untuk kusta tipe PB, terdiri atas kombisnasi rifampisin dan dapson.

    a. Jenis dan obat untuk orang dewasa:

    1. Rifampicin 600 mg/bulan dan DDS 100 mg / hari ditelan di depan petugas.2. DDS 100 mg / hari diminum di rumah.

    b. Jenis dan dosis obat untuk anak-anak :

    1. DDS 1-2 mg / kg berat badan2. Rifampisin 10-15 mg / kg barat badan

    c. Lama pengobatan

    Lama pengobatan untuk penderita tipe PB adalah selama 6-9 bulan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 Kusta Dan pengertiannya

    30/30

    2.9.2. Tipe MB2,23

    Untuk kusta tipe MB, terdiri atas kombinasi rifampisin, dapson, klofazimin

    (lamprene).

    a. Jenis dan dosis obat untuk orang dewasa:

    1. Lamprene 300 mg / bulan2. Rifampisin 600 mg / bulan3. DDS 100 mg / bulan

    Ketiga obat ini ditelan di depan petugas setiap bulan.

    1.

    DDS 100 mg / hari

    2. Lamprene 50 mg / hariKedua obat ini diminum di rumah.

    b. Dosis Lamprene untuk anak-anak:

    Umur dibawah 10 tahun : Bulanan : 100 mg / bulan

    Harian : 50 mg / 2 kali / minggu

    Umur 11 14 tahun : Bulanan : 200 mg / bulan

    Harian : 50 mg / 3 kali / minggu

    Lama pengobatan 2 tahun

    Setelah pengobatan dihentikan (Release from Treatment/RFT) penderita masuk

    dalam masa pengamatan (control) yaitu: penderita dikontrol secara klinik dan

    bakterioskopik minimal sekali setahun selama 5 tahun untuk penderita kusta multibasiler

    dan dikontrol secara klinik sekali setahun selama 2 tahun untuk penderita kusta

    pausibasiler. Bila pada masa tersebut tidak ada keaktifan, maka penderita dinyatakan

    bebas dari pengamatan (Release from Control /RFC).2