kuliah kesepuluh statika

69
Materi Kuliah sepuluh 1. Gaya dalam akibat beban merata dan beban segitiga 2. Gaya dalam pada balok akibat beban terpusat, merata dan segitiga 3. Bidang Gaya Dalam

Upload: febriantoparulian

Post on 18-Jan-2016

82 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Gaya dalam akibat beban merata dan beban segitiga

TRANSCRIPT

Page 1: Kuliah kesepuluh statika

Materi Kuliah sepuluh

1. Gaya dalam akibat beban merata dan beban segitiga 2. Gaya dalam pada balok akibat beban terpusat, merata

dan segitiga 3. Bidang Gaya Dalam

Page 2: Kuliah kesepuluh statika

Tujuan Kuliah

Memberikan pengenalan dasar-dasar perhitungan gaya dalam

Diharapkan pada kuliah kesepuluh mahasiswa mengenali konsep perhitungan gaya dalam akibat beban merata dan beban segitiga, pengenalan bidang gaya dalam

Materi kuliah : persamaan gaya dalam akibat beban merata dan beban segitiga, bidang gaya dalam pada balok di atas dua tumpuan sendi dan roll

Page 3: Kuliah kesepuluh statika

Gaya Dalam Akibat Beban Merata dan Beban Segitiga

Page 4: Kuliah kesepuluh statika

Balok dengan beban merata q

Page 5: Kuliah kesepuluh statika
Page 6: Kuliah kesepuluh statika
Page 7: Kuliah kesepuluh statika
Page 8: Kuliah kesepuluh statika
Page 9: Kuliah kesepuluh statika
Page 10: Kuliah kesepuluh statika
Page 11: Kuliah kesepuluh statika
Page 12: Kuliah kesepuluh statika

Momen lentur mencapai maksimum

pada saat gaya lintang = 0

Page 13: Kuliah kesepuluh statika

X = 0.4 Q = Va – q * 0.4 X = 0.8 Q = Va – q * 0.8 X = 1.2 Q = Va – q * 1.2 X = 1.6 Q = Va – q * 1.6

Pada potongan sebarang dengan jarak X dari tumpuan A, maka persamaan gaya lintang =

Q = Va – q * X

X = 0.4 M = Va*0.4 – q*0.4*0.2 X = 0.8 M = Va *0.8– q*0.8*0.4 X = 1.2 M = Va*1.2 – q*1.2*0.6 X = 1.6 M = Va*1.6 – q*1.6*0.8

Pada potongan sebarang dengan jarak X dari tumpuan A, maka persamaan momen lentur= M = Va*X – q*X*X/2

M = Va*X – ½*q*X2

Page 14: Kuliah kesepuluh statika

Q = Va – q * X Untuk harga Q = 0 terjadi pada X = Va/q = ½ qL/q = ½ L Untuk x = ½ L Q = 0

M = Va*X – ½*q*X2

LXqXVadX

dM

qXVadX

dM

2100

Momen maksimum terjadi pada X = ½ L Mmax = ½ qL * ½ L – ½ * q * (1/2 L)2

Mmax = 1/8 qL2

Page 15: Kuliah kesepuluh statika

Balok dengan beban segitiga (beban maksimum = q)

Page 16: Kuliah kesepuluh statika
Page 17: Kuliah kesepuluh statika
Page 18: Kuliah kesepuluh statika
Page 19: Kuliah kesepuluh statika
Page 20: Kuliah kesepuluh statika

X = 0.4 Q = Va – R = 2/3 – ½*0.4*0.4 = 0.5867 kN X = 0.8 Q = Va – R = 2/3 – ½*0.8*0.8 = 0.5067 kN X = 1.2 Q = Va – R = 2/3 – ½*1.2*1.2 = - 0.0533 kN X = 1.6 Q = Va – R = 2/3 – ½*1.6*1.6 = - 0.6133 kN

Page 21: Kuliah kesepuluh statika
Page 22: Kuliah kesepuluh statika
Page 23: Kuliah kesepuluh statika

Ada perubahan gaya lintang dari positif menjadi negatif. Pada posisi antara 100 – 120 cm akan ada gaya lintang = 0 (Q = 0)

Page 24: Kuliah kesepuluh statika

Q = 1/6 qLX – ½ qX2/L = 0 ½ X2 = 1/6 L X2 = 1/3 L X = 1/3 L √3 X = 0.5774 L Pada X = 1/3 L √3 atau X = 0.5774 L harga gaya lintang pada balok akibat beban segitiga

Page 25: Kuliah kesepuluh statika
Page 26: Kuliah kesepuluh statika

M

33

1

)3

1(

0/2

1*

6

1

/6

1

6

1

22

2

3

LX

LX

LqXqLdX

dM

LqXqLXM

Pada X = 1/3L√3 terjadi momen maksimum akibat beban segitiga. X = 0.5774 L terjadi momen maksimum. Momen maksimum = 0.0642 qL2 Mmax = 0.0642 * 2 * 22 = 0.5136 kNm

Page 27: Kuliah kesepuluh statika

Pada posisi X = 1/3 L √3

X = 1.1547 m terdapat gaya lintang Q = 0 dan Momen maksimum M = 0.5136 kNm

Page 28: Kuliah kesepuluh statika

Balok gerber dengan beban merata, beban terpusat dan beban miring.

Page 29: Kuliah kesepuluh statika
Page 30: Kuliah kesepuluh statika

0 ≤ X ≤2 Qx = - P1 sin 30 – q1*X 0 ≤ X ≤2 Mx = - P1 sin 30 * X – ½ * q1 * X2

0 ≤ X ≤2 Nx = - P1 cos 30

2 ≤ X ≤6 Qx = - P1 sin 30 – q1*X + Va 2 ≤ X ≤6 Mx = - P1 sin 30 * X – ½ * q1 * X2 + Va *(X-2)

2 ≤ X ≤6 Nx = - P1 cos 30

Page 31: Kuliah kesepuluh statika

6 ≤ X ≤8 Qx = - P1 sin 30 – q1*6 + Va 6 ≤ X ≤8 Mx = - P1 sin 30 * X – q1*6*(X-3)+ Va *(X-2)

6 ≤ X ≤8 Nx = - P1 cos 30

Page 32: Kuliah kesepuluh statika

8 ≤ X ≤10 Qx = - P1 sin 30 – q1*6 + Va – P2 – q2 *(X-8) 8 ≤ X ≤10 Mx = - P1 sin 30 * X – q1*6*(X-3)+ Va *(X-2) – P2*(X-8) – ½*q2*(X-8)2

8 ≤ X ≤10 Nx = - P1 cos 30

Page 33: Kuliah kesepuluh statika

10 ≤ X ≤12 Qx = - P1 sin 30 – q1*6 + Va – P2 – q2 *(X-8) + Vb 10 ≤ X ≤12 Mx = - P1 sin 30 * X – q1*6*(X-3)+ Va *(X-2) – P2*(X-8) – ½*q2*(X-8)2 + Vb *(X-10)

10 ≤ X ≤12 Nx = 0

Page 34: Kuliah kesepuluh statika

0 ≤ X ≤2 Qx = - P1 sin 30 – q1*X 2 ≤ X ≤6 Qx = - P1 sin 30 – q1*X + Va 6 ≤ X ≤8 Qx = - P1 sin 30 – q1*6 + Va 8 ≤ X ≤10 Qx = - P1 sin 30 – q1*6 + Va – P2 – q2 *(X-8) 10 ≤ X ≤12 Qx = - P1 sin 30 – q1*6 + Va – P2 – q2 *(X-8) + Vb

Persamaan Gaya Geser

Page 35: Kuliah kesepuluh statika

0 ≤ X ≤2 Mx = - P1 sin 30 * X – ½ * q1*X2

2 ≤ X ≤6 Mx = - P1 sin 30 * X – ½ * q1*X2 + Va *(X-2) 6 ≤ X ≤8 Mx = - P1 sin 30 * X – q1*6*(X-3) + Va *(X-2) 8 ≤ X ≤10 Mx = - P1 sin 30 * X – q1*6*(X-3) + Va *(X-2) – P2 * (X-8) – ½ * q2 * (X-8)2 10 ≤ X ≤12 Mx = - P1 sin 30 * X – q1*6*(X-3) + Va *(X-2) – P2 * (X-8) – ½ * q2 * (X-8)2 + VB * (X-10)

Persamaan Momen

Page 36: Kuliah kesepuluh statika

0 ≤ X ≤2 Nx = - 3.464 kN

2 ≤ X ≤6 Nx = - 3.464 kN 6 ≤ X ≤8 Nx = - 3.464 kN 8 ≤ X ≤10 Nx = - 3.464 kN 10 ≤ X ≤12 Nx = 0

Persamaan Gaya Normal

Page 37: Kuliah kesepuluh statika

12 ≤ X ≤16 Qx = VS – 1/2*q*(X-12)2/L

12 ≤ X ≤16 Mx = VS*(X -12) – 1/6*q*(X-12)3/L

Page 38: Kuliah kesepuluh statika

Bidang Gaya Dalam

Page 39: Kuliah kesepuluh statika

Pada perhitungan gaya-gaya dalam pada struktur sering dilakukan dengan membuat banyak potongan pada keseluruhan

bagian struktur. Cara seperti ini sering menghasilkan suatu proses perhitungan yang cukup panjang dan salah satu sasaran

untuk mencari gaya-gaya dalam maksimum sering tidak terpenuhi. Makin banyak jumlah potongan, makin teliti

perhitungan gaya-gaya dalam pada struktur, tetapi masih ada kemungkinan bahwa gaya dalam maksimum juga belum dapat

ditemukan.

Pada bagian terakhir dari perhitungan gaya-gaya dalam pada beberapa potongan pada struktur balok, harga gaya-gaya dalam

dapat ditentukan dengan mudah dengan menggunakan Persamaan Gaya Dalam yaitu suatu persamaan yang memberikan

gambaran tentang hubungan antara besarnya gaya dalam dengan posisi potongan atau hubungan antara gaya dalam

dengan jarak potongan X.

Page 40: Kuliah kesepuluh statika

Karena ada hubungan antara besarnya gaya dalam dengan besarnya X, maka kita dapat membuat suatu grafik yang

menyatakan hubungan antara gaya dalam dengan jarak X.

Sebagai contoh jika kita kembali pada kasus balok di atas dua tumpuan menderita gaya miring P = 5 kN dengan sudut

kemiringan a = 60o.

0 ≤ X ≤0.6 Qx = + Va

0.6 ≤ X ≤2 Qx = Va – P sin 60 = - Vb

0 ≤ X ≤0.6 Mx = Va * X

0.6 ≤ X ≤2 Mx = Va * X – P sin 60 *(X-0.6)

0 ≤ X ≤0.6 Nx = - Ha

0.6 ≤ X ≤2 Nx = 0

Page 41: Kuliah kesepuluh statika

Bidang lintang yaitu bidang yang dibatasi oleh garis persamaan gaya lintang dan sumbu balok / batang

0 ≤ X ≤0.6 Qx = + Va

0.6 ≤ X ≤2 Qx = Va – P sin 60 = - Vb

Page 42: Kuliah kesepuluh statika

Bidang momen yaitu bidang yang dibatasi oleh garis persamaan momen dan sumbu balok / batang

0 ≤ X ≤0.6 Mx = Va * X

0.6 ≤ X ≤2 Mx = Va * X – P sin 60 *(X-0.6)

Page 43: Kuliah kesepuluh statika

Bidang momen digambar pada sisi / bagian serat tertarik. Karena serat tertarik akibat momen (+) ada di bawah, maka bidang momen digambar di sebelah bawah dari sumbu balok/ batang

0 ≤ X ≤0.6 Mx = Va * X

0.6 ≤ X ≤2 Mx = Va * X – P sin 60 *(X-0.6)

Page 44: Kuliah kesepuluh statika

Contoh Kasus balok menderita beban merata

Page 45: Kuliah kesepuluh statika

Q = Va – q * X = ½ qL - qX

Dari persamaan gaya lintang terlihat nilai gaya geser berbentuk persamaan dalam X pangkat satu. Dari bentuk persamaan ini jika fungsi dari gaya geser digambarkan akan membentuk garis lurus.

Dari persamaan tersebut juga tampak pada saat nilai X = ½ L maka besarnya gaya lintang = 0

Page 46: Kuliah kesepuluh statika
Page 47: Kuliah kesepuluh statika

M = Va*X – ½*q*X2

Dari persamaan Momen terlihat harga momen pada satu potongan dapat ditentukan dari persamaan dalam X pangkat duau. Dari

bentuk persamaan ini jika fungsi dari momen digambarkan akan membentuk lengkung parabolis. Dari persamaan tersebut juga

tampak pada saat nilai X = ½ L maka besarnya momen mencapai maksimum= 1/8 qL2

Page 48: Kuliah kesepuluh statika
Page 49: Kuliah kesepuluh statika
Page 50: Kuliah kesepuluh statika

Contoh Kasus balok menderita beban segitiga

Page 51: Kuliah kesepuluh statika

Q = Va – ½ q2/L = ⅙ qL – ½ q2/L

Dari persamaan gaya lintang terlihat nilai gaya geser berbentuk persamaan dalam X pangkat dua. Dari bentuk persamaan ini jika

fungsi dari gaya geser digambarkan akan membentuk garis lengkung. Dari persamaan tersebut juga tampak pada saat nilai X =

1/3 L√3 maka besarnya gaya lintang = 0

Page 52: Kuliah kesepuluh statika
Page 53: Kuliah kesepuluh statika

Q = VaX – ⅙ qX3/L = ⅙qLX – ⅙ qX3/L

Dari persamaan momen terlihat persamaan momen berbentuk persamaan dalam X pangkat 3. Dari bentuk persamaan ini jika

fungsi dari momen digambarkan akan membentuk garis lengkung. Dari persamaan tersebut juga tampak pada saat nilai X = 1/3 L√3

maka besarnya momen mencapai maksimum = 0.064 qL2

Page 54: Kuliah kesepuluh statika
Page 55: Kuliah kesepuluh statika
Page 56: Kuliah kesepuluh statika
Page 57: Kuliah kesepuluh statika
Page 58: Kuliah kesepuluh statika
Page 59: Kuliah kesepuluh statika
Page 60: Kuliah kesepuluh statika

Contoh balok dengan variasi beban-beban terpusat

Page 61: Kuliah kesepuluh statika

Untuk 0≤ X ≤ 0.2 Q = Va Untuk 0.2 ≤ X ≤ 0.8 Q = Va – P1sin60 Untuk 0.8 ≤ X ≤ 1.2 Q = Va – P1sin60 – P2 Untuk 1.2 ≤ X ≤ 1.6 Q = Va – P1sin60 – P2 – P3sin45 Untuk 1.6 ≤ X ≤ 2.0 Q = Va – P1sin60 – P2 – P3sin45 – P4

Persamaan Gaya Lintang

Page 62: Kuliah kesepuluh statika

Untuk 0≤ X ≤ 0.2 Q = Va Untuk 0.2 ≤ X ≤ 0.8 Q = Va – P1sin60 Untuk 0.8 ≤ X ≤ 1.2 Q = Va – P1sin60 – P2 Untuk 1.2 ≤ X ≤ 1.6 Q = Va – P1sin60 – P2 – P3sin45 Untuk 1.6 ≤ X ≤ 2.0 Q = Va – P1sin60 – P2 – P3sin45 – P4

Persamaan Gaya Lintang

Karena nilai Va, P1sin60, P2, P3sin45 dan P4 adalah nilai-nilai yang sudah diketahui, maka

kelima persamaan tersebut di atas akan memberikan pola grafik yang nilainya konstan

(harga fungsi konstan).

Page 63: Kuliah kesepuluh statika

Bid D (Bidang Geser)

Page 64: Kuliah kesepuluh statika

Untuk 0≤ X ≤ 0.2 Q = Va *X Untuk 0.2 ≤ X ≤ 0.8 Q = Va*X – P1sin60*(X-0.3) Untuk 0.8 ≤ X ≤ 1.2 Q = Va*X – P1sin60*(X-0.3) – P2*(X-0.8) Untuk 1.2 ≤ X ≤ 1.6 Q = Va*X – P1sin60*(X-0.3) – P2*(X-0.8) – P3sin45*(X-1.2) Untuk 1.6 ≤ X ≤ 2.0 Q = Va*X – P1sin60*(X-0.3) – P2*(X-0.8) – P3sin45*(X-1.2) – P4*(X-1.6)

Persamaan Momen

Page 65: Kuliah kesepuluh statika

Untuk 0≤ X ≤ 0.2 M = Va *X Untuk 0.2 ≤ X ≤ 0.8 M = Va*X – P1sin60*(X-0.3) Untuk 0.8 ≤ X ≤ 1.2 M = Va*X – P1sin60*(X-0.3) – P2*(X-0.8) Untuk 1.2 ≤ X ≤ 1.6 M = Va*X – P1sin60*(X-0.3) – P2*(X-0.8) – P3sin45*(X-1.2) Untuk 1.6 ≤ X ≤ 2.0 M = Va*X – P1sin60*(X-0.3) – P2*(X-0.8) – P3sin45*(X-1.2) – P4*(X-1.6)

Persamaan Momen

Kelima persamaan momen pada kasus ini menunjukkan hubungan linear (pangkat satu),

sehingga jika kelima persamaan tersebut digambarkan akan membentuk gambar garis patah-

patah (poligon).

Page 66: Kuliah kesepuluh statika

Bid M (Bidang Momen)

Page 67: Kuliah kesepuluh statika

Untuk 0≤ X ≤ 0.2 N = -Ha Untuk 0.2 ≤ X ≤ 0.8 N = -Ha+P1cos60 Untuk 0.8 ≤ X ≤ 1.2 N = -Ha+P1cos60 Untuk 1.2 ≤ X ≤ 1.6 Q = -Ha + P1cos60 – P3 cos45 Untuk 1.6 ≤ X ≤ 2.0 Q = -Ha + P1cos60 – P3 cos45

Persamaan Gaya Normal

Page 68: Kuliah kesepuluh statika

Bid N (Bidang Normal)

Page 69: Kuliah kesepuluh statika

Bid N

Bid M

Bid D

Gambaran umum bentuk bidang gaya

dalam pada kasus ini dapat dilihat pada gambar di sebelah. Pada gambar juga tampak pada posisi

gaya lintang berubah tanda dari (+)

menjadi (-) akan didapat nilai momen

maksimum