khutbahjumat_sm15-11
DESCRIPTION
khutbahjumat_sm15-11TRANSCRIPT
31SUARA MUHAMMADIYAH 15 / 96 | 1 - 15 AGUSTUS 2011
Khutbah Jum'at
Puji syukur senantiasa kita
panjatkan dari lubuk yang terdalam
ke hadirat Allah, Tuhan Yang Maha
Pemurah dan Maha Penyayang yang
tiada terbilang. Marilah kita persegar,
kita tumbuhkembangkan kadar takwa
kita kepada Allah dengan tetap
mematuhi secara konsisten perintah-
Nya serta menjauhi segala yang
Allah larang, baik dalam kesendirian
maupun banyak orang.
Saudara-saudara seiman dan
sekeyakinan.
Allah SwT telah berfirman:
MENJAGA KEUTUHAN AMAL SHALIH KITASUGENG RIYANTO/ GURU SMAN KOTA MUNGKID, MAGELANG
Artinya: Boleh jadi kamu
membenci sesuatu, padahal ia amat
baik bagimu, dan boleh jadi (pula)
kamu menyukai sesuatu, padahal ia
amat buruk bagimu; Allah mengeta-
hui, sedang kamu tidak Mengeta-
hui. (QS. Al-Baqarah 2: 216 )
Sengaja khatib mengutip ayat di
atas untuk mengingatkan kita semua
agar kita semua yang hadir di majelis
ini paham kalau ukuran senang dan
benci itu bukan ukuran yang terbaik
dalam menentukan sikap. Bahkan
sebaliknya, justru dengan
memperturutkan kesenangan itu, kita
bisa tersesat.
Mungkin kita sebenarnya sudah
paham akan hal itu, tetapi kadang
sering tidak berdaya untuk dapat
meninggalkannya. Sesulit
menegakkan kebenaran. Objektivitas
dan ketulusan dalam nurani kita
sering kita abaikan. Nurani kita
kadang menjadi buta, karena justru
membela gengsi pribadi dan
kepentingan kelompoknya.
Saudara seiman dan sekeyakinan.
Berikut akan kita kaji beberapa
dasar yang menjadikan amaliah kita
terlempar rugi dan sia-sia.
1. Beramal bukan dengan aturan
agama Islam
Artinya: Barangsiapa mencari
agama selain agama Islam, maka
sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu)daripadanya, dan dia di
akhirat termasuk orang-orang yang
rugi. ( QS.Ali Imron 3: 85 )
Ayat ini mengandung makna pula
siapa saja yang beramal tanpa dasar
aturan agama Islam, maka amaliah
itu tidak akan diterima oleh Allah
dan di akhirat kelak termasuk
orang rugi. Dalam kehidupan nyata,
kita sering melihat orang-orang Islam,
tetapi cara beribadahnya,
keyakinannya tidak menggunakan
dasar aturan agama Islam. Bukan
hanya tenaga, harta, dan umur pun
berlalu bersama perilaku-perilaku
syirik, perbuatan-perbuatan bid’ah
dan keyakinan-keyakinan khurofat.
2. Tidak menunaikan shalat
Artinya: Dengan kembali
bertaubat kepada-Nya dan
bertakwalah kepada-Nya serta
dirikanlah shalat dan janganlah
kamu termasuk orang-orang yang
mempersekutukan Allah. (QS. Ar-
Rum 30: 31).
Ayat ini menegaskan agar di se-
panjang hidup kita menjaga konsis-
tensi taubat dan takwa kita hanya
kepada Allah. Selain itu, ayat ini me-
negaskan bahwa kita dilarang de-
ngan sangat meninggalkan shalat,
karena orang yang meninggalkan
shalat itu termasuk musyrik. Bukan-
kah kita telah memahami bahwa
orang musyrik, munafik, dlalim
ataupun fasik itu bagian dari orang
yang kafir atau ingkar kepada
Allah? Karena itu,orang yang
meninggalkan shalat tanpa dasar
yang benar termasuk orang-orang
yang kafir. Dalam ayat lain Allah SwT
menerangkan dengan firman-Nya:
32 SUARA MUHAMMADIYAH 15 / 96 | 1 - 15 RAMADLAN 1432 H
Khutbah Jum'atArtinya: Dan orang-orang kafir,
amal-amal mereka adalah laksana
fatamorgana di tanah yang datar,
yang disangka air oleh orang-
orang yang dahaga, tetapi bila
didatanginya air itu dia tidak
mendapatinya sesuatu ap apun.
(Q.S. An-Nur 24:39).
Ayat ini semestinya semakin
menyadarkan kita betapa pentingnya
menegakkan shalat dengan sebenar-
benarnya. Shalat adalah syarat utama
diterimanya amal shalih yang lain.
Menjadi lokomotif bergeraknya
gerbong amaliah yang lain.
3. Berpaling dari nasihat agama dan
lupa akan mati
Artinya: Mereka itu orang-orang
yang telah kufur terhadap ayat-ayat
Tuhan mereka dan (kufur terhadap)
perjumpaan dengan Dia. Maka ha-
puslah amalan-amalan mereka, dan
kami tidak mengadakan suatu peni-
laian bagi (amalan) mereka pada
hari kiamat. ( QS. Al-Kahfi 18: 105 )
Sering kita lupa ketika sehat dan
gembira, sehingga menganggap
agama itu membuat hidup tidak
bebas dan terikat. Bahkan ada yang
merasa alergi mendengar
pembicaraan agama, menyumbat
telingga rapat-rapat disertai pikiran
dan perasaan melambung tinggi
untuk mencari alasan membantah dan
menolak dari mengakui kebenaran
dan kebaikan agama.
4. Tidak kunjung mengakhiri
kemaksiatan
Artinya: Sesungguhnya orang-
orang yang beriman kemudian kafir,
kemudian beriman (pula),
kamudian kafir lagi, kemudian
bertambah kekafirannya. Maka
sekali-kali Allah tidak akan
memberi ampunan kepada mereka,
dan tidak (pula) menunjuki mereka
kepada jalan yang lurus (QS.An-
Nisa': 137).
Ayat ini memberikan petunjuk
pada kita betapa hidup ini bukan
main-main, pengabdian kita kepada
Allah juga bukan main-main, bukan
coba-coba, bukan setengah hati dan
bukan untung-untungan. Allah
menuntun kita bahwa keimanan itu
untuk manusia itu sendiri, kebaikan
dan pahala itu untuk diri mereka
sendiri. Bukan untuk Allah.
5. Berbuat aniaya terhadap sesama
Artinya: Sesungguhnya orang
yang rugi (miskin) dari umatku,
yaitu mereka yang datang pada
hari kiamat dengan membawa amal
shalatnya, puasanya, dan zakatnya.
Tetapi ia telah memaki seseorang,
menuduh orang lain, makan harta
orang lain, membunuh orang dan
memukul orang. Maka diberikanlah
kebaikan orang ini kepadanya, dan
kebaikan itu kepadanya. Jika telah
habis kebaikannya sebelum ia
diadili lalu dibawalah dosa-
dosanya (kesalahannya) yang
diserahkan padanya (sebagai
ganti) lalu dibawalah orang itu
yang merugi ke dalam neraka. (H.R.
Muslim)
Hadits ini sangat menegaskan
betapa pentingnya menjaga
hubungan keharmonisan dengan
sesama. Bagusnya seperti apa cara
beragama seseorang kalau hanya
berputar sekitar ibadah ritual. Akan
tetapi tidak berhenti dari ghibah,
namimah, dan fitnah pada sesama.
Amaliah yang banyak itu akan
dimiliki oleh orang yang pernah
didlalimi.
Semoga Allah membimbing dan
meridlai kita dalam mengarungi
perjalanan hidup ini. Amin.l
DOA PENUTUP
33SUARA MUHAMMADIYAH 15 / 96 | 1 - 15 AGUSTUS 2011
Khutbah Jum'at
Jamaah shalat Jum’at
rahimakumullah!
Ketika Rasulullah saw telah
berada di kota Madinah dan
membangun suatu Negara Islam
pertama, dengan konstitusi Al-
Qur’an dan As-Sunnah, maka
dimulailah mengatur masyarakat
berdasar pada undang-undang
Kitabullah dan Sunnah Rasul.
Disusunnya masyarakat atas dasar
persamaan hak dan kewajiban tanpa
memandang sosial ekonomi, tapi
didasarkan pada rasa ketakwaan
kepada Allah SwT, bahwa tiada
perbedaan manusia di hadapan Allah
SwT, yang paling mulia di sisi Allah
hanyalah yang paling takwa.
Bahwa Rasulullah saw
menjadikan dua kelompok Muslim di
Madinah antarkaum Muhajirin (asal
Makkah) dan kaum Anshar (asli
Madinah) menjadi bersaudara,
saudara seagama. Bahkan lebih dari
itu, yaitu seperti saudara kandung.
MENCINTAI SAUDARA
H MOH FACHRURROZY
Orang laki-laki dari kaum
Muhajirin yang tidak beristri
dikawinkan dengan wanita Madinah
dari salah satu istri orang Anshar
setelah diceraikan.
Persaudaraan Islam telah
dikokohkan dengan firman Allah
dalam Al-Qur’an pada surat Al-
Hujurat ayat 10:
Artinya: “Orang-orang Mukmin
itu bersaudara, sebab itu
perdamaikanlah antara dua orang
saudaramu dan takutlah kepada
Allah, mudah-mudahan kamu
mendapat rahmat”.
Sesama Muslim, baik laki-laki
maupun perempuan dilarang saling
menghinakan, saling mencela, saling
memberi gelaran (paraban = julukan)
yang tidak baik.
Hal ini ditegaskan lagi dengan
lanjutan ayat tersebut pada ayat
yang ke-11, dengan firman-Nya:
Yang artinya: “Wahai orang-
orang yang beriman, janganlah
suatu kaum mengolok-olok kaum
yang lain, (karena) boleh jadi
mereka (yang diperolok-olokkan)
lebih baik dari mereka (yang
mengolok-olok); dan janganlah
pula perempuan-perempuan
(mengolok-olokkan) perempuan
lain, (karena) boleh jadi perempuan
(yang diperolok-olokkan) lebih
baik dari perempuan (yang
mengolok-olok). Janganlah kamu
saling mencela satu sama lain, dan
janganlah saling memanggil
dengan gelar-gelar (paraban/
julukan) yang buruk. Seburuk-
buruk panggilan adalah
(panggilan) yang buruk (fasik)
setelah beriman. Dan barangsiapa
tidak bertaubat, maka mereka
itulah orang-orang yang dlalim.”
Jamaah shalat Jum’at
rahimakumullah!
Dikaitkan dengan keimanan
seseorang, Rasulullah saw
menegaskan dalam sabdanya:
Artinya: Sabda Rasulullah saw:
“Tidak sempurna iman seseorang
kamu sehingga ia mencintai
(mengasihi) saudaranya,
sebagaimana ia mengasihi dirinya
sendiri.” (Bukhari).
Yang dimaksud saudara pada
Hadits tersebut, tidak terbatas pada
saudara karena hubungan darah,
melainkan lebih luas lagi, saudara
sebangsa, saudara seagama atau
tegasnya sesama manusia.
Islam mengajarkan rasa
persaudaraan diukur dengan
keimanan seseorang. Iman seseorang
tidak sempurna selagi seorang Islam
belum mengasihi saudaranya, baik
saudara hubungan darah, saudara
sebangsa, saudaranya seagama dan
34 SUARA MUHAMMADIYAH 15 / 96 | 1 - 15 RAMADLAN 1432 H
Khutbah Jum'atsaudara sesama manusia, seperti
halnya dia mengasihi dirinya sendiri
bahkan lebih dari itu.
Banyak contoh teladan yang
diberikan Rasulullah saw, juga oleh
para sahabat beliau maupun para
tabi’in tentang pengamalan Hadits
tersebut, yaitu mengasihi saudaranya
seperti mengasihi dirinya sendiri.
Terutama hal ini terjadi di saat
keadaan gawat atau darurat, di masa
peperangan atau bencana alam
lainnya. Di saat itu, perlu saling
bahu-membahu, bantu-membantu,
tolong-menolong dalam menolak
bahaya atau menyelamatkan jiwa
raga, harta benda dan melindungi
rumah tangga dari bahaya
kemusnahan.
Jamaah shalat Jum’at
rahimakumullah!
Dikisahkan, ketika terjadi Perang
Yarmuk antara tentara Islam dengan
tentara Romawi, Huzaifah Al-Adawi
mencari saudaranya yang ikut
berperang setelah perang usai sambil
membawa air minum. Ketika
dilihatnya, saudaranya berbaring di
antara mayat syuhada yang
bergelimpangan, ia keluarkan air
yang dibawanya untuk
diminumkannya. Belum sempat
Huzaifah meminumkan air kepada
saudaranya, terdengarlah keluhan
kawannya yang sama-sama luka
parah. Saudara Huzaifah memberi
isyarat agar dia pergi kekawan yang
mengeluh tadi untuk
meminumkannya. Tetapi belum
sempat meminumkan kawan yang
mengeluh, terdengarlah erangan
yang kuat dari arah tidak jauh dari
situ. Kawan yang mengeluh tadi
memberi isyarat kepada Huzaifah
agar menolong orang yang
mengerang itu. Ketika sampai di
tempat orang yang mengerang,
ternyata ia sudah meninggal. Kembali
Huzaifah ke tempat orang yang
mengeluh, ternyata juga sudah
meninggal. Akhirnya Huzaifah ke
tempat saudaranya, saudaranya juga
sudah meninggal.
Beginilah kuatnya persaudaraan
kaum Muslimin kala itu.
Jamaah shalat Jum’at
rahimakumullah!
Bercermin dari kisah tersebut, ki-
ranya tidak berlebihan disaat keada-
an sekarang, di mana keadaan sosial
ekonomi bangsa kita tidak menentu,
adanya semacam gap atau jurang pe-
misah antara yang kaya dan yang
miskin begitu tajam, khususnya di ka-
langan kaum Muslimin. Dengan
mengamalkan ajaran Rasulullah saw,
baik dari kandungan Al-Qur’an mau-
pun Al-Hadits, maka akan terciptalah
persaudaraan Muslim (ukhuwwah
Islamiyah) yang nyata. Semoga.
Khutbah Kedua
Jamaah shalat Jum’at
rahimakumullah!
Marilah kita sudahi khutbah
kedua ini dengan bersama-sama kita
memanjatkan doa kepada Allah SwT,
semoga kita dengan penuh
kesadaran dan himmah yang kuat
dapat mengamalkan ajaran Rasulullah
dengan sebaik-baiknya.l
TOKO BUKU
"PAK KIRMAN"
Pasar Singkut,
Kab. Sorolangun Jambi 37482
Hp. 085 266 703 249,
085 266 298 110
AGEN MAJALAH
SUARA MUHAMMADIYAH
DI JAMBI