khulafaur rasyidin

19
Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana UNISBA 2015 ϭ KHULAFAUR RASYIDI (Masa Kejayaan Islam Setelah Wafatnya abi Muhammad Saw) Muhamad Anugrah 1 I. PEDAHULUA A. Latar Belakang Masalah Khulafaur rasyidin adalah para khalifah yang dipercaya sebagai pemimpin terbaik setelah masa nabi muhammmad saw, pada masa inilah agama islam ditegakan dengan sebaik- baiknya sesuai dengan al-quran dan as-sunah. Walaupun seperti itu, para khalifah tetaplah seorang manusia biasa yang tidak bisa menandingi kepemimpinan rasul, maka terjadilah berbagai masalah pada masa ini yang menderu umat islam, berupa tantangan dari dalam dan dari luar umat islam itu sendiri. Pada masa ini terjadi berbagai peristiwa yang senantiasa memecah belah kesatuan umat islam, dengan berbagai polemik yang masih menjadi perdebatan pada masa sekarang. Semisal munculnya sunni dan syiah atas dasar perbedaan keyakinan akan khalifah yang terjadi setelah masa nabi muhammad saw, munculnya khawarij, murjiah dsb. Di lain pihak semangat dakwahpun sedang kuat-kuatnya, masa inilah masa dasar penyebaran islam ke seluruh dunia, terutama pada masa umar bin khattab dimana islam mampu menghancurkan kekuatan terbesar saat itu, yaitu kerajaan persia dan merebut sebagai besar kekuatan romawi. B. Rumusan Permasalahan Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut : Bagaimana kepemimpinan Khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq dan peristiwa yang terjadi pada masanya ? Bagaimana kepemimpinan Khalifah Umar Bin Khattab dan peristiwa yang terjadi pada masanya ? Bagaimana kepemimpinan Khalifah Utsman Bin Affan dan peristiwa yang terjadi pada masanya ? Bagaimana kepemimpinan Khalifah Ali Bin Abi Thalib dan peristiwa yang terjadi pada masanya ? ϭ DĂŚĂƐŝƐǁĂDĂŐŝƐƚĞƌWĞŶĚŝĚŝŬĂŶŐĂŵĂ/ƐůĂŵWƌŽŐƌĂŵWĂƐĐĂ^ĂƌũĂŶĂhŶŝǀĞƌƐŝƚĂƐ/ƐůĂŵĂŶĚƵŶŐ ŵĂŝůĂŐĂŚϭϮϬϮϴϱΛŐŵĂŝůĐŽŵ

Upload: muhamad-anugrah

Post on 20-Feb-2016

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

khulafaur rasyidin

TRANSCRIPT

Page 1: Khulafaur Rasyidin

Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana UNISBA 2015

��

KHULAFAUR RASYIDI

(Masa Kejayaan Islam Setelah Wafatnya abi Muhammad Saw)

Muhamad Anugrah1

I. PE DAHULUA

A. Latar Belakang Masalah

Khulafaur rasyidin adalah para khalifah yang dipercaya sebagai pemimpin terbaik

setelah masa nabi muhammmad saw, pada masa inilah agama islam ditegakan dengan sebaik-

baiknya sesuai dengan al-quran dan as-sunah. Walaupun seperti itu, para khalifah tetaplah

seorang manusia biasa yang tidak bisa menandingi kepemimpinan rasul, maka terjadilah

berbagai masalah pada masa ini yang menderu umat islam, berupa tantangan dari dalam dan

dari luar umat islam itu sendiri.

Pada masa ini terjadi berbagai peristiwa yang senantiasa memecah belah kesatuan umat

islam, dengan berbagai polemik yang masih menjadi perdebatan pada masa sekarang.

Semisal munculnya sunni dan syiah atas dasar perbedaan keyakinan akan khalifah yang

terjadi setelah masa nabi muhammad saw, munculnya khawarij, murjiah dsb. Di lain pihak

semangat dakwahpun sedang kuat-kuatnya, masa inilah masa dasar penyebaran islam ke

seluruh dunia, terutama pada masa umar bin khattab dimana islam mampu menghancurkan

kekuatan terbesar saat itu, yaitu kerajaan persia dan merebut sebagai besar kekuatan romawi.

B. Rumusan Permasalahan

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

• Bagaimana kepemimpinan Khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq dan peristiwa yang terjadi

pada masanya ?

• Bagaimana kepemimpinan Khalifah Umar Bin Khattab dan peristiwa yang terjadi

pada masanya ?

• Bagaimana kepemimpinan Khalifah Utsman Bin Affan dan peristiwa yang terjadi

pada masanya ?

• Bagaimana kepemimpinan Khalifah Ali Bin Abi Thalib dan peristiwa yang terjadi

pada masanya ?

���������������������������������������� �������������������������������������� ��������������������� ������ ���������������������������������������

������������ ! "#$���������

Page 2: Khulafaur Rasyidin

Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana UNISBA 2015

C. Tujuan Pembahasan

Adapun yang menjadi tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

• Kepemimpinan Khalifah Abu Bakar Aash-Shidiq dan peristiwa yang terjadi pada

masanya.

• Kepemimpinan Khalifah Umar Bin Khattab dan peristiwa yang terjadi pada masanya.

• Kepemimpinan Khalifah Utsman Bin Affan dan peristiwa yang terjadi pada masanya.

• Kepemimpinan Khalifah Ali Bin Abi Thalib dan peristiwa yang terjadi pada masanya.

II. KHULAFAUR RASYIDI

Khulafaur Rasyidin (bahasa Arab: الخلفاء الراشدون) atau Khalifah Ar-Rasyidin adalah

empat orang khalifah (pemimpin) pertama agama Islam, yang dipercaya oleh umat Islam

sebagai penerus kepemimpinan setelah Nabi Muhammad wafat2. Empat orang yang

dimaksud adalah Abu Bakar Ash-Shidiq, Umar Bin Khattab, Utsman Bin Affan dan Ali Bin

Abi Thalib.

Setelah kematian Nabi Muhammad saw ada beberapa hal yang terjadi di kalangan umat

islam saat itu, terjadi keresahan yang sangat besar untuk menentukan siapakah tokoh

pengganti yang paling cakap dan tepat untuk menggantikan Nabi Muhammad saw. Umat

islam saat itu secara umum terdiri dari dua golongan, yaitu kaum muhajirin yang berasal dari

Mekkah dan kaum Anshor yang berasal dari Madinah, ditambah setiap golongan memiliki

rasa kesukuan yang sangat kuat dan terdiri dari kabilah-kabilah yang saling bersaing.

Dalam pemahaman Syiah, mereka berpendapat bahwa Rasul setelah kepulangan dari

haji wada singgah disebuah sungai yang bernama Ghadir Khum. Di tempat ini Nabi secara

lisan telah bersabda bahwa Ali yang merupakan menantunya adalah khalifah setelah

kematiannnya, peristiwa ini terjadi pada tanggal 18 Dzulhijjah 10 H/15 Maret 632 M. Ada

beberapa hal yang kurang difahami oleh para ahli sejarah mengenai kebenaran peristiwa ini,

dikarenakan Ali bin Abi thalib termasuk salah satu sahabat yang ikut membaiat Abu Bakar

Ash-Shidiq, kalaulah Ali yang memang ditunjuk oleh Rasulullah seharusnya Ali menolak

pembaiatan tersebut.

Ketika Nabi wafat, Mughirah Ibnu Syaibah memberitahukan hal tersebut kepada Umar

bin Khattab. Tetapi Umar tetap pada pemikirannya bahwa Nabi tidak meninggal sampai

datanglah Abu Bakar yang menenangkannya. Mengenai kemarahan Umar ini para ahli silang

pendapat, yaitu

���������������������������������������� ������������������� ��������%��������

Page 3: Khulafaur Rasyidin

Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana UNISBA 2015

&�

• Umar Bin Khattab marah karena kecintaannya yang terlalu besar kepada nabi saw

• Terjadi pertentangan diantara kaum muhajirin dan anshar mengenai kepemimpinan

setelah nabi saw. Dan umar melihat bahwa abu bakar yang paling pantas untuk

menjadi khalifah, karena beliaulah yang diminta nabi saw menggantikannya menjadi

imam masjid.

A. Abu Bakar Ash-Shidiq

1. Perang Riddah (perang melawan kemurtadan)

Setelah kematian nabi Muhammad, banyak suku yang sebelumnya telah memeluk

Islam di daerah nejed dan hijaz menolak kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shidiq, meraka

merasa bahwa keislaman mereka terikat kepada Nabi Muhammad dan setelah kematian Nabi

maka mereka tidak memiliki lagi ikatan dengan pemerintahan Abu Bakar. Secara umum

mereka terbagi menjadi dua, yaitu :

• Orang yang menolak islam secara tegas dan kembali menyembah berhala

• Orang yang masih menyatakan islam, tetapi menolak sebagian ajarannya, terutama

yang berkaitan dengan zakat

Abu Bakar dengan tegas memerangi kabilah-kabilah tersebut, yang paling terkenal

diantara mereka adalah Musailamah Al-Kadzdzab yang menyatakan dirinya sendiri sebagai

Nabi pengganti setelah kematian Rasulullah saw dari kabilah Yamamah. Musailamah

berdusta dengan mengatakan bahwa Nabi Muhammad sebelum kematiannnya telah

mengangkat dirinya sebagai nabi, maka disusunlah kebohongan-kebohongan tersebut dengan

cara membuat ayat-ayat palsu. Abu Bakar Ash-Shidiq kemudian menugaskan panglima

Khalid Bin Walid untuk menumpas pemberontakan tersebut, pada peperangan Yamamah ini

Musailamah berhasil di bunuh oleh Wahsyi yaitu mantan budak dari Hindun, anak dari Abu

Jahal. Tetapi yang paling menyakitkan dari peperangan ini adalah banyakanya umat islam

yang menjadi korban.

Setelah peperangan riddah maka Abu Bakar memiliki kesempatan untuk memulai

ekspedisi ke utara, dengan pertimbangan bahwa banyaknya suku-suku di utara yang membela

dua kekuatan besar dunia saat itu, yaitu Romawi dan Persia. Secara politik hal ini sangat

berbahaya bagi umat islam yang masih kecil dan berkembang.

2. Ekspedisi ke utara

Setelah menstabilkan keadaan internal dan secara penuh menguasai Arab, Abu Bakar

memerintahkan para jenderal Islam melawan kekaisaran Bizantium dan Kekaisaran Sassanid.

Page 4: Khulafaur Rasyidin

Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana UNISBA 2015

'�

Khalid bin Walid menaklukkan Irak dengan mudah sementara ekspedisi ke Suriah juga

meraih sukses.

Perang melawan gerakan murtad telah usai. Gerakan murtad juga telah habis. Jazirah

Arab telah bersih dari noda dan hanya berisi agama lurus. Abu Bakar mulai mempersiapkan

sejumlah penaklukan, dimulai dari Irak. Ia menyiapkan dua pasukan.

Pasukan pertama di bawah pimpinan Khalid ibn al-Walid. Saat itu, mereka tengah

berada di Yamamah. Melalui sepucuk surat, Abu Bakar memerintahkan mereka untuk

memerangi Irak dari arah selatan, dimulai dari daerah Ubullah.

Pasukan kedua di bawah pimpinan ‘Iyadh ibn Ghunum. Saat itu mereka berada di desa

Nibaj, pertengahan jalan antara Makkah dan Bashrah. Abu Bakar memerintahkan ‘Iyadh

untuk menyerbu Irak dari arah timur laut, dari Mushayyakh. “Bergeraklah hingga tiba di

Mushayyakh dan mulailah menyerang dari sana. Lalu, masuklah ke Irak hingga bertemu

pasukan Khalid. Izinkan setiap pasukanmu yang berniat pulang. Jangan memaksa orang yang

tidak ingin berperang,” kata Abu Bakar dalam surat kepada ‘Iyadh.

Melalui surat Abu Bakar memerintahkan Khalid ibn al-Walid dan ‘Iyadh ibn Ghunum

untuk bergerak bersama ke Hirah. Siapa pun di antara keduanya yang tiba lebih dahulu di

Hirah maka ia menjadi pemimpin bagi yang lain. “Jika kalian sudah bertemu di Hirah,

melucuti senjata-senjata Persia, dan membuat kaum muslim aman dari serangan, maka salah

satu dari kalian berdua menjadi pemimpin bagi lainnya dan bagi umat Islam di Hirah,

sedangkan yang lain terus berjuang menumpas musuh Allah dan musuh kalian (penduduk

Persia) di kampung-kampung dan kota-kota penting mereka,” tulis Abu Bakar.

Abu Bakar memerintahkan Khalid dan ‘Iyadh agar bersikap lembut terhadap penduduk

taklukan dan mengajak mereka kepada Islam. Jika menolak Islam maka mereka harus

membayar jizyah, dan jika menolak maka mereka diperangi. Abu Bakar juga berpesan

kepada keduanya untuk tidak meminta bantuan kepada orang murtad.

Abu Bakar memerintahkan Mutsanna ibn Haritsahn agar menggabungkan diri ke

pasukan Khalid ibn al-Walid. Melalui sepucuk surat Abu Bakar menulis, “Aku mengutus

Khalid ibn al-Walid menuju Irak untuk menemuimu.Sambutlah ia dengan semua pasukan,

lalu bantulah dirinya. Jangan membangkang perintahnya atau berdebat dengannya. Ia

termasuk orang yang digambarkan Allah dalam ayat, Muhammad adalah utusan Allah dan

orang-orang yang bersamanya bersikap keras terhadap orang-orang kafir (Al-Fath [48]:

29). Selama dirinya masih berdiri bersamamu, ia menjadi pemimpinmu. Tapi, bila dirinya

pergi meninggalkanmu, engkau tahu apa yang harus engkau lakukan.”

Page 5: Khulafaur Rasyidin

Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana UNISBA 2015

#�

Pengiriman pasukan Khalid ibn al-Walid ke Irak terjadi pada Rajab 11 H. Ada pula

yang mengatakan pada Muharram 12 H. Khalid membawa 18 ribu pasukan dan melakukan

sebelas kali peperangan. Dia berhasil memenangi semuanya.

3. Dimulainya Misi Penaklukan Syam

Pada Rajab pada tahun yang sama Abu Bakar mengirim empat batalyon berbeda untuk

misi penaklukan Syam, daerah jajahan Byzantium.

• Pasukan Yazid ibn Abi Sufyan menuju Damaskus.

• Pasukan Syurahbil ibn Hasanah menuju Urdun.

• Pasukan Abu ‘Ubaydah al-Jarrah menuju Humush.

• Pasukan ‘Amr ibn al-‘Ash menuju Palestina.

Tapi, keempat batalyon ini menemui banyak kesulitan kala menghadapi pasukan

Byzantium. Abu Bakar memerintahkan Khalid ibn al-Walid menarik diri dari Irak dan

bergerak menuju Syam. “Demi Allah, dengan Khalid, akan aku buat pasukan Byzantium

melupakan bisikan-bisikan setan,” kata Abu Bakar. Ini terjadi pada Safar, 13 H.

‘Amr ibn al-‘Ash bertugas sebagai amil (pengumpul) zakat kaum Qudha’ah. Suatu hari,

Abu Bakar mengiriminya surat dan memintanya pergi berperang untuk membebaskan negeri

Syam: “Aku ingin menarikmu dari tugas yang pernah diberikan Rasulullah kepadamu. Aku

ingin menugaskanmu untuk urusan lain. Aku yakin bahwa Abu ‘Abdilah menginginkan

sesuatu yang lebih baik bagi kehidupanmu di dunia dan kehidupanmu di akhirat, kecuali bila

yang diinginkannya bukan seperti yang engkau inginkan.” ‘Amribn al-‘Ash membalas surat

Abu Bakar, “Aku salah satu dari sekian anak panah Islam. Setelah Allah, engkaulah yang

berhak melepaskan atau mengumpulkannya. Lihatlah, mana di antara anak-anak panah itu

yang paling keras, paling kuat dan paling baik, lalu lepaskanlah aku dengannya.”

Demikianlah. Hari-hari Abu Bakar terus-menerus dipergunakan untuk menolong

agama. Seandainya Allah tidak menjadikan Abu Bakar pemimpin umat, mereka pasti akan

binasa.

4. Mengumpulkan al-Quran

Peperangan riddah dalam upaya meredam pemberontakan pada masa Abu Bakar telah

membuat para penghafal al-Quran saat itu banyak yang tewas, sebagai mana diketahui bahwa

masyarakat arab adalah masyarakat yang lebih menghargai hafalan dibandingkan tulisan. Hal

ini membuat Umar Bin Khattab risau takut apabila al-Quran hilang sebagiannya. Maka

Umar-pun meminta Abu Bakar untuk mengumpulkannya, awalnya Abu Bakar menolak

Page 6: Khulafaur Rasyidin

Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana UNISBA 2015

(�

karena nabi sendiri tidak secara tegas meminta sahabat untuk mengumpulkannya, tetapi

karena dorongan yang kuat dari Umar maka abu bakar-pun menyetujui hal tersebut.

Pengumpulan al-Quran dipimpin oleh Zaid Bin Tsabit, tim Zaid mengumpulkan al-

Quran yang berserakan dalam berbagai bentuk media tulis, seperti dari batu, kayu, kulit

hewan dan sebagainya kemudian media tersebut di sandingkan dengan hafalannnya dan

hafalan sahabat yang lain kemudian di tuliskan pada kulit hewan. Hasil dari pengumpulan

tersebut kemudian di serahkan ke pada Abu-Bakar.

Pada tahun 634 M, Abu Bakar Ash-Shidiq meninggal dunia, pemerintahan diserahkan

oleh Abu Bakar kepada Umar sebelum beliau meninggal dengan pertimbangan agar tidak

terjadi perselisihan diantara umat islam sepeninggal beliau. Al-Quran hasil pengumpulan

kemudian di serahkan kepada Umar Bin Khattab selanjutnya dipegang oleh Hafsah Binti

Umar, yang juga salah seorang istri nabi.

B. Umar Bin Khattab

1. Perang Qadissiyah

Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas pasukan

Persia dalam jumlah yang lebih besar pada pertempuran Qadisiyyah (th 636), di dekat sungai

Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas

mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang terkenal,

Rustam Farrukhzad.3

Khalifah Umar bin Khattab mengirimkan pasukan muslim dalam jumlah besar ke Iraq (pada

saat itu masih bagian dari Persia) di bawah pimpinan sahabat Sa'ad bin Abi Waqqash.

Mendengar pergerakan pasukan Islam ini , Kaisar Persia yang terakhir dan masih muda,

Yazdgird III (632 M. - 651 M.) memerintahkan kepada panglima perangnya Rustam Farrokhzad

untuk menghadangnya. Akhirnya kedua pasukan ini bertemu di sebelah barat sungai Eufrat di desa

yang bernama Al-Qadisiyyah (barat daya Hillah dan Kufah).

Pasukan muslim mengirim delegasi ke kamp pasukan Persia dengan mengajak mereka

memeluk Islam atau tetap dalam keyakinan mereka tetapi dengan membayar pajak atau jizyah.

Setelah tidak dicapai kesepakatan di atas, pecahlah pertempuran. Sa'ad sendiri tidak bisa memimpin

langsung pasukannya dikarenakan sakit bisul yang parah. Tetapi dia tetap memonitor jalannya

pertempuran bersama deputinya Khalid bin Urtufah.

Hari pertama pertempuran berakhir dengan kemenangan di pihak Persia dan hampir saja

pasukan muslim akan menemui kekalahan dengan tidak imbangnya jumlah pasukannya dengan

pasukan Persia yang lebih besar. Pasukan Persia menggunakan gajah untuk memporak-porandakan

barisan muslim dan ini sempat membuat kacau kavaleri muslim dan kebingungan di antara mereka

���������������������������������������� �������������������&��������%��������

Page 7: Khulafaur Rasyidin

Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana UNISBA 2015

)�

bagaimana cara untuk mengalahkan gajah-gajah tersebut. Keadaan seperti ini berlangsung sampai

dengan berakhirnya hari kedua pertempuran.

Memasuki hari ketiga, datanglah bala bantuan muslim dari Syria (setelah memenangkan

pertempuran Yarmuk). Mereka menggunakan taktik yang cerdik untuk menakut-nakuti gajah Persia

yaitu dengan memberi kostum pada kuda-kuda perang. Taktik ini menuai sukses sehingga gajah-gajah

Persia ketakutan, akhirnya mereka bisa membunuh pemimpin pasukan gajah ini dan sisanya

melarikan diri kebelakang menabrak dan membunuh pasukan mereka sendiri. Pasukan muslim terus

menyerang sampai dengan malam hari.

Pada saat fajar hari keempat, datanglah pertolongan Allah SWT. dengan terjadinya badai pasir

yang mengarah dan menerpa pasukan Persia sehingga dengan cepat membuat lemah barisan mereka.

Kesempatan emas ini dengan segera dimanfaatkan pihak muslim, menggempur bagian tengah barisan

Persia dengan menghujamkan ratusan anak panah. Setelah jebolnya barisan tengah pasukan Persia,

panglima perang mereka Rustam terlihat melarikan diri dengan menceburkan diri dan berenang

menyeberangi sungai, tetapi hal ini diketahui oleh pasukan muslim yang dengan segera menawan dan

memenggal kepalanya.

Pasukan muslim yang berhasil memenggal kepalanya adalah Hilal bin Ullafah. Setelah itu dia

berteriak kepada pasukan Persia dengan mengangkat kepala Rustam : "Demi penjaga Ka'bah! Aku

Hilal bin Ullafah telah membunuh Rustam!". Melihat kepala panglima perangnya ditangan pasukan

muslim, pasukan Persia menjadi hancur semangatnya dan kalang kabut melarikan diri dari

pertempuran. Sebagian besar pasukan Persia ini berhasil dibunuh dan hanya sebagian kecil saja yang

mau memeluk agama Islam. Dari Pertempuran ini, pasukan muslim memperoleh ghanimah atau

rampasan perang yang sangat banyak, termasuk perhiasan kekaisaran persia.

Setelah pertempuran ini, pasukan muslim terus mendesak masuk dengan cepat sampai dengan

ibukota Persia, Ctesiphon atau Mada'in. setelah itu mereka melanjutkan ke arah timur dan

mematahkan dua kali serangan balasan dari pasukan Persia yang pada akhirnya berhasil

menghancurkan kekaisaran Persia dan menjadikannya daerah muslim sampai dengan saat ini.4

2. Perang Yarmuk

Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada

pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu pasukan Islam

mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di

Asia Kecil bagian selatan.5

Pertempuran Yarmuk adalah perang antara Muslim Arab dan Kekaisaran Romawi

Timur pada tahun 636. Pertempuran ini, oleh beberapa sejarawan, dipertimbangkan sebagai

salah satu pertempuran penting dalam sejarah dunia, karena dia menandakan gelombang

���������������������������������������� �������������������'��%��**����������%����������*����* ����%����+,�����--���#��������%��������

Page 8: Khulafaur Rasyidin

Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana UNISBA 2015

"�

besar pertama penaklukan Muslim di luar Arab, dan cepat masuknya Islam ke Palestina,

Suriah, dan Mesopotamia yang rakyatnya menganut agama Kristen. Pertempuran ini

merupakan salah satu kemenangan Khalid bin Walid yang paling gemilang, dan memperkuat

reputasinya sebagai salah satu komandan militer dan kavaleri paling brilian di zaman

Pertengahan. Pertempuran ini terjadi pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, khalifah

Rasyidin kedua.

Pertempuran ini terjadi empat tahun setelah Nabi Muhammad meninggal pada 632. Dia

dilanjutkan oleh khalifah pertama, Abu Bakar, yang mencoba membawa seluruh bangsa yang

bertutur bahasa Arab di bawah kendali Kaum Muslimin. Pada 633 pasukan Muslim

menyerang Suriah, dan setelah berbagai penghadangan dan pertempuran kecil berhasil

merebut Damaskus pada 635. Kaisar Romawi Timur Heraclius mengatur sebuah pasukan

sekitar 40.000 orang setelah mengetahui lepasnya Damaskus dan Emesa. Pergerakan pasukan

Romawi Timur yang besar ini, menyebabkan Kaum Muslimin di bawah Khalid ibn Walid

meninggalkan kota-kota, dan mundur ke selatan menuju Sungai Yarmuk, sebuah

penyumbang Sungai Yordan.

Sebagian pasukan Romawi Timur di bawah Theodore Sacellarius dikalahkan di luar

Emesa. Muslim di bawah Khalid ibn Walid bertemu komandan Romawi Timur lainnya,

Baänes di lembah Sungai Yarmuk pada akhir Juli. Baänes hanya memiliki infantri untuk

melawan kavaleri ringan Arab, karena Theodor telah mengambil kebanyakan kavaleri

bersamanya. Setelah sebulan pertempuran kecil-kecilan, tanpa aksi yang menentukan, kedua

pasukan akhirnya berkonfrontasi pada 20 Agustus.

Menurut sumber Muslim, datanglah pertolongan Allah SWT. kepada tentara Islam

dengan berhembusnya angin selatan yang kuat meniup awan debu ke wajah prajurit Romawi

Timur, kejadian ini sama persis seperti yang terjadi pada pasukan persia dalam pertempuran

Qadisiyyah. Prajurit menjadi lesu di bawah panas matahari Agustus. Meskipun begitu Khalid

terdorong mundur, namun meskipun jumlah pasukannya hanya setengah prajurit Romawi

Timur, mereka lebih bersatu dari pada pasukan multinasional Tentara Kekaisaran yang terdiri

dari orang Armenia, Slavia, Ghassanid dan juga pasukan Romawi Timur biasa.

Menurut beberapa sumber, Kaum Muslimin berhasil memengaruhi unsur-unsur di

pasukan Romawi Timur untuk beralih sisi, tugas ini dipermudah oleh kenyataan bahwa

Kristen Arab, Ghassanid, belum dibayar selama beberap bulan dan yang Kristen

Monofisitnya ditekan oleh Ortodoks Romawi Timur. Sekitar 12.000 Arab Ghassanid

membelot. Kemajuan pasukan Kristen di sisi kanan, menuju kamp berisi wanita Arab dan

keluarganya, akhirnya diusir dengan bantuan dari beberapa wanita Arab. Dan memperbaharui

Page 9: Khulafaur Rasyidin

Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana UNISBA 2015

.�

serangan-balik. Prajurit Baänes berhasil dipukul mundur hingga ke sebuah jurang terjal.

Sebagai hasilnya, seluruh Suriah terbuka bagi Kaum Muslimin. Damaskus direbut kembali

oleh Kaum Muslimin dalam waktu sebulan, dan Yerusalem jatuh tidak lama kemudian.

Ketika bencana ini terdengar Heraclius di Antioch, dinyatakan dia mengucapkan

selamat tinggal kepada Suriah, berkata, "Selamat tinggal Suriah, provinsiku yang indah. Kau

adalah seorang musuh sekarang"; dan meninggalkan Antiokia ke Konstantinopel. Heraclius

mulai memusatkan pasukannya untuk mempertahankan Mesir.6

3. Pembentukan Tahun Hijriah

Pada tahun 682 Masehi, 'Umar bin Al Khattab yang saat itu menjadi khalifah melihat sebuah

masalah. Negeri islam yang semakin besar wilayah kekuasaannya menimbulkan berbagai persoalan

administrasi. Surat menyurat antar gubernur atau penguasa daerah dengan pusat ternyata belum rapi

karena tidak adanya acuan penanggalan. Masing-masing daerah menandai urusan muamalah mereka

dengan sistem kalender lokal yang seringkali berbeda antara satu tempat dengan lainnya. Maka,

Khalifah 'Umar memanggil para sahabat dan dewan penasehat untuk menentukan satu sistem

penanggalan yang akan diberlakukan secara menyeluruh di semua wilayah kekuasaan islam.

Sistem penanggalan yang dipakai sudah memiliki tuntunan jelas di dalam Al Qur'an, yaitu

sistem kalender bulan (qomariyah). Nama-nama bulan yang dipakai adalah nama-nama bulan yang

memang berlaku di kalangan kaum Quraisy di masa kenabian. Namun ketetapan Allah menghapus

adanya praktek interkalasi (Nasi'). Praktek Nasi' memungkinkan kaum Quraisy menambahkan bulan

ke-13 atau lebih tepatnya memperpanjang satu bulan tertentu selama 2 bulan pada setiap sekitar 3

tahun agar bulan-bulan qomariyah tersebut selaras dengan perputaran musim atau matahari. Karena

itu pula, arti nama-nama bulan di dalam kalender qomariyah tersebut beberapa di antaranya

menunjukkan kondisi musim. Misalnya, Rabi'ul Awwal artinya musim semi yang pertama. Ramadhan

artinya musim panas.

Praktek Nasi' ini juga dilakukan atau disalahgunakan oleh kaum Quraisy agar memperoleh

keuntungan dengan datangnya jamaah haji pada musim yang sama di tiap tahun di mana mereka bisa

mengambil keuntungan perniagaan yang lebih besar. Praktek ini juga berdampak pada ketidakjelasan

masa bulan-bulan Haram. Pada tahun ke-10 setelah hijrah, Allah menurunkan ayat yang melarang

praktek Nasi' ini:

"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah

di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram..." [At Taubah (9): 38]

"Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan haram itu adalah menambah kekafiran. Disesatkan

orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun

dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat mempersesuaikan dengan bilangan

���������������������������������������� �������������������(��%��**����������%����������*����* ����%����+/������

Page 10: Khulafaur Rasyidin

Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana UNISBA 2015

�!�

yang Allah mengharamkannya, maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah... " [At

Taubah (9): 39]7

4. Pembunuhan Umar Bin Khattab

Sejarah mencatat bahwa Umar ditusuk sebanyak 6 kali (ada yang mengatakan 12 kali)

oleh Abu Lu’luah. Riwayat mengenai hal ini dicatat oleh Mas’udi, bahwa seorang tukang cat,

pandai besi, dan tukang kayu, Abu Lu’luah pernah mendatangi Umar dan mengeluhkan

mengapa pajak yang dibebankan kepadanya sangat besar. Ketika Umar mengetahui

pekerjaannya maka Umar mengatakan bahwa jumlah pajak itu tidaklah banyak untuk ukuran

pekerjaannya. Bahkan, Umar memintanya untuk membangun sebuah tempat penggilingan.

Abu Lu’luah yang kesal menjawab dengan sinis bahwa ia akan membangun sebuah tempat

penggilingan yang sangat hebat sehingga akan menjadi pembicaraan orang banyak. Faktanya,

tiga hari kemudian, Abu Lu’luah mendatangi Umar saat Subuh di sebuah masjid dan

menghadiahi Umar dengan tusukan-tusukan yang merenggut nyawanya. Namun, uniknya,

setelah melakukan penusukan, Abu Lu’luah pun menikam dirinya dengan sebilah pedang.

Sang pembunuh, Abu Lu’luah, telah dianggap sebagai sebuah fakta sejarah yang

diriwayatkan dalam kisah-kisah pemerintahan khalifah. Namun yang masih menyisakan

pertanyaan adalah benarkah hanya alasan kekecewaan mengenai masalah pajak yang

menyebabkan Abu Lu’luah tega menghabisi Umar dan dirinya sendiri? Beberapa pendapat

berkembang berdasarkan motif-motif yang dapat ditangkap dalam kisah-kisah yang

menceritakan mengenai masa pemerintahan Umar.

Ka’b Ahbar, seorang Yahudi, Orang ini adalah seorang yang datang menemui Umar,

tepat setelah pertengkaran antara Umar dengan Abu Lu’luah (yang juga seorang Yahudi).

Setelah Abu ‘mengancam’ Umar, datanglah Ka’b menemui khalifah dan berkata, “Buatlah

wasiatmu! Engkau akan meninggal tiga hari dari sekarang.” Ramalan ini dikaitkan dengan

visi yang dilihat oleh Ka’b dalam Taurat yang menggambarkan kematian Umar (meskipun

pada kitab Taurat sendiri tidak ditemukan kalimat yang menjelaskannya). Dan tepat tiga hari

setelah ramalan itu, Abu Lu’luah menikam Umar hingga tewas. Kisah ini seolah-olah

memberikan kesan bahwa ramalan Ka’b si Yahudi, benar adanya. Namun, para peneliti Sunni

moderat menganggap kisah ini telah dipalsukan dengan tujuan untuk mengesankan bahwa

ramalan orang-orang Yahudi adalah benar pemenuhannya. Mereka meyakini bahwa

sebenarnya Ka’b adalah konspirator yang memanfaatkan (rekayasa?) kemarahan Abu

Lu’luah (atau juga kemarahan dan kekecewaan atas pajak) dengan tujuan membunuh Umar.

���������������������������������������� �������������������)��%�**������0��1�1���2�*��������0�����*�����������

Page 11: Khulafaur Rasyidin

Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana UNISBA 2015

���

C. Utsman Bin Affan

1. Perluasan Mesjid Al-Haram dan abawi

Ia adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan Masjid al-Haram Mekkah

dan Masjid Nabawi Madinah karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun

Islam kelima (haji).8

2. Membentuk Polisi dan Kehakiman

Ia mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya; membuat bangunan khusus untuk

mahkamah dan mengadili perkara yang sebelumnya dilakukan di masjid; membangun

pertanian, menaklukan beberapa daerah kecil yang berada disekitar perbatasan seperti Syiria,

Afrika Utara, Persia, Khurasan, Palestina, Siprus, Rodhes, dan juga membentuk angkatan laut

yang kuat.9

3. Membentuk Mushaf al-Quran

Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Ibnu Syihab bahwa Anas ibn Malik bercerita

kepadanya: “Hudzayfah datang menemui Utsman. Sebelumnya, ia bergabung bersama

penduduk Syam dan Irak dalam misi penaklukan Armenia dan Azerbaijan. Ia cemas saat

melihat perbedaan bacaan di antara mereka. ‘Amirul Mukminin, perhatikanlah umat ini

sebelum mereka berbeda-beda membaca Al-Quran sebagaimana kaum Yahudi dan Kristen

yang membaca kitab mereka secara berbeda-beda.’ “Utsman mengirim surat kepada Hafshah,

‘Kirimlah kepada kami lembaran-lembaran Al-Quran. Kami akan menyalinnya dalam bentuk

mushaf. Kami akan kembalikan lagi setelah selesai.’ Hafshah pun mengirimkannya. Utsman

memerintahkan Zayd ibn Tsabit, Abdullah ibn Zubayr, Sa’id ibn ‘Ash, dan Abdurrahman ibn

Hisyam agar menyalin lembaran-lembaran ini ke dalam mushaf.

• “Utsman berpesan kepada ketiga orang Quraisy dari mereka, ‘Jika kalian bertiga dan

Zayd ibn Tsabit berbeda pendapat tentang bacaan ayat Al-Quran, tulislah dengan

lisan (bahasa) Quraisy karena dengan lisan itulah Al-Quran turun. ‘Mereka segera

melakukannya. Setelah penyalinan selesai, Utsman mengembalikan mushaf asli ke

Hafshah, lalu menyebarkan mushaf-mushaf baru ke seantero negeri. Ia juga

memerintahkan agar semua bentuk lembaran atau mushaf yang lain dihapus atau

dibakar.” Dari riwayat ini bisa disimpulkan bahwa penghimpunan Al-Quran

dilatarbelakangi sejumlah faktor.

• Pertama, luasnya daerah-daerah taklukan dan banyaknya kaum non-Arab memeluk

Islam. Sebelumnya, Umar pernah melarang sejumlah sahabat terkemuka untuk pergi

���������������������������������������� �������������������"��������%��������.��������%��������

Page 12: Khulafaur Rasyidin

Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana UNISBA 2015

� �

keluar dari Makkah dan Madinah. Hal ini—sedikit banyak—menimbulkan

perbedaan bacaan Al-Quran di kalangan masyarakat. Kedua, Utsman ingin

menyeragamkan penulisan Al-Quran dengan salah satu dari tujuh huruf (dialek)

yang ada. Diputuskanlah penulisan Al-Quran dengan dialek Quraisy. Bacaan Al-

Quran dengan dialek-dialek lain masih diperkenankan sampai penulisan orang-orang

sudah terbiasa dengan dialek Quraisy.

• Keempat panitia penulisan Al-Quran pernah berbeda pendapat tentang penulisan

kata “tabut” dalam ayat, Dan nabi mereka berkata pada mereka, “Sesungguhnya

tanda kerajaannya ialah datangnya tabut kepadamu, yang di dalamnya terdapat

kemenangan dari Tuhanmu dan sisa peninggalan keluarga Musa dan keluarga

Harun, yang dibawa oleh malaikat.” Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda

kebesaran Allah bagimu, jika kamu orang beriman (Al-Baqarah [2]: 248). Zayd

menulisnya tabuh, sementara tiga sisanya menulis tabut. Mereka lalu mengadukan

persoalan ini ke hadapan Utsman, dan Utsman berkata, “Tulislah tabut karena Al-

Quran diturunkan dengan dialek Quraisy.” Tidak bisa dimungkiri, ini merupakan

pencapaian terbesar Khalifah Utsman dan disetujui semua sahabat yang masih ada.

Ali berkata, “Wahai sekalian umat Islam, bertakwalah kepada Allah dan jauhilah

sikap memusuhi Utsman. Buanglah perkataan kalian bahwa ia membakar mushaf.

Sungguh, demi Allah, ia tidak membakarnya kecuali atas persetujuan sahabat

Muhammad!”10

4. Pembunuhan Utsman Bin Affan

Dari berbagai nama yang muncul di permukaan sebagai calon pengganti Umar bin

Khattab, terdapat dua nama yang paling menonjol, yaitu Imam Ali dari bani Hasyim (suku

asal Rasulullah saw) dan Utsman dari bani Umayyah. Dukungan yang besar dari orang-orang

Quraisy, latar belakangnya sebagai sahabat terdekat Rasulullah saw, ditambah perilakunya

yang mulia, mampu menjadikan Utsman sebagai calon pengganti Umar pada kemudian hari.

Utsman bin ‘Affan, khalifah Islam ketiga, dibunuh saat senja pada Jumat, 18

Dzulhijjah, tahun 35 H setelah selama 40 hari istananya dikepung oleh sahabat-sahabat lain

yang dikepung oleh sahabat-sahabat lain yang berseberangan dengan kebijakan-kebijakan

Utsman yang dipandang kontroversial. Kebijakan-kebijakan itu antara lain:

• Utsman memerintahkan penyeragaman mushaf (susunan dan tata bahasa) Al-Qur’an.

Sebab, pada masa itu masing-masing suku diketahui melakukan penyusunannya

���������������������������������������� ��������������������!��%�**�����3�������� &�1���%�������* !�#*!&*������0�����2��0�����0�1�0�22�������

Page 13: Khulafaur Rasyidin

Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana UNISBA 2015

�&�

sendiri-sendiri sehingga ditakutkan terjadi perbedaan penafsiran. Ketersinggungan

para pemuka suku adalah karena Utsman kemudian mengumpulkan dan membakar

mushaf-mushaf yang berbeda. Terlebih, Utsman diketahui tidak melakukan konsultasi

terlebih dahulu dengan para pemuka suku yang dianggap ahli mengenai hal ini.

Padahal, yang dilakukan Utsman untuk mencegah perpecahan di antara umat Islam

akibat adanya perbedaan dalam menafsirkan kitab suci warisan Rasulullah saw.

• Utsman dituduh telah melakukan praktik nepotisme dengan menempatkan beberapa

kerabatnya dari bani Umayyah untuk menduduki jabatan-jabatan penting di

pemerintahan Islam.

5. Perdebatan Mengenai Pencetus Pembunuhan Utsman

Sulit untuk menentukan siapakah yang berada di balik pembunuhan Utsman. Bisa jadi,

ini spontanitas orang-orang yang kecewa. Namun, banyak juga yang percaya bahwa

pengepungan yang berakhir kepada pembunuhan itu telah digerakkan oleh seseorang atau

satu kelompok. Kaum Sunni percaya bahwa kaum Syiah telah menyiarkan kabar yang

menuduhkan dalang pembunuhan kepada para sahabat Rasulullah saw.

Dari berbagai literatur sejarah kekhalifahan (kepemimpinan), beberapa nama dikait-

kaitkan sebagai orang-orang yang tidak menyukai kepemimpinan Utsman. Bagi beberapa

pihak, ketidaksukaan tersebut dijadikan dasar tuduhan yang menjadi alibi pembunuhan

Utsman. Tetapi, apakah karena itu mereka layak dicap sebagai inisiator pembunuhan

Utsman? Entahlah. Sebab, hal ini terus-menerus menjadi perdebatan panjang. Utamanya

antara kalangan Sunni dan Syiah. Setidaknya, disebutkan ada delapan puluh nama sahabat

yang dipandang sebagai oposisi Utsman. Namun demikian, terdapat pertimbangan bahwa

semua nama itu tidak yakin pada pembunuhan Utsman dan tidak pula mereka percaya bahwa

perbuatan itu dianjurkan. Berikut ini, dua di antara delapan puluh nama tersebut:

• Thalhah bin Abdillah. Dipandang sebagai musuh utama Utsman dan seorang sahabat

yang paling kasar dalam memperlakukan Utsman. Dalam sebuah riwayat, Marwan bin

Hakam yang selalu mendampingi Thalhah dalam Perang Jamal, membunuh Thalhah

dengan anak panah untuk membalaskan dendam Utsman. Thalhah juga diriwayatkan

sebagai penjaga rumah yang menghalangi pengiriman makanan dan minuman bagi

Utsman yang dikepung selama 40 hari. Dalam riwayat tersebut, Utsman mengeluhkan

bahwa Thalhah telah membunuhnya dengan rasa haus. Padahal, Utsman merasa akan

lebih terhormat apabila pedanglah yang membunuhnya.

Page 14: Khulafaur Rasyidin

Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana UNISBA 2015

�'�

• Imam Ali. Ia merupakan keturunan bani Hasyim (suku Rasulullah saw) yang juga

lawan politik Utsman. Ketidaksukaan Imam Ali pada kepemimpinan Utsman bermula

ketika Utsman membebaskan Ubaidillah bin Umar karenaa telah membunuh

Hurmuzan, istri dan putri Abu Lu’luah. Imam Ali bahkan berkata kepada Utsman,

“Kau akan dicabik-cabik pada haru akhir karena Hurmuzan.” Imam Ali pun pernah

menegur keras Utsman yang dianggap membiarkan para pejabatnya melakukan

praktik KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) di pemerintahan. “Tidakkah kau ingin

menghentikan apa yang tengah dilakukan bani Umayyah kepada harga diri dan

kekayaan umat Islam? Aku bersumpah, jika salah satu pejabatmu menindas penduduk

hingga tenggelamnya matahari, kau akan turut juga menanggung dosanya!” Namun

demikian, Imam Ali dalam banyak riwayat menolak bahwa ia menganjurkan

pembunuhan kepada Utsman, “Jika aku tahu bahwa Bani Umayyah percaya pada

sesuatu melalui sumpah, aku akan bersumpah kepada Hajar Aswad dan kedudukan

Ibrahim, bahwa aku tidak membunuh Utsman.“ Dalam riwayat lain ia mengatakan,

“Aku tidak membunuh Utsman, tidak pula aku memerintahkan untuk

membunuhnya.”11

D. Ali Bin Abi Thalib

Peristiwa pembunuhan terhadap Khalifah 'Utsman bin Affan mengakibatkan

kegentingan di seluruh dunia Islam yang waktu itu sudah membentang sampai ke Persia dan

Afrika Utara. Pemberontak yang waktu itu menguasai Madinah tidak mempunyai pilihan lain

selain Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah, waktu itu Ali berusaha menolak, tetapi Zubair bin

Awwam dan Talhah bin Ubaidillah memaksa dia, sehingga akhirnya Ali menerima bai'at

mereka. Menjadikan Ali satu-satunya Khalifah yang dibai'at secara massal, karena khalifah

sebelumnya dipilih melalui cara yang berbeda-beda.12

1. Perang jamal

Setelah kematian Utsman, orang-orang yang sebelumnya memberontak kini menuntut

khalifah baru, Ali, untuk mengusut dan menghukum pembunuh Utsman. Tuntutan ini

seketika menjadi perbincangan hangat di kalangan penduduk Madinah. Mereka ingin kasus

tersebut diselesaikan secepat-cepatnya. Bahkan, Thalhah ibn Ubaydillah dan Zubayr ibn

‘Awwam ikut menyuarakan tuntutan penduduk Madinah agar hukuman hadd segera

dijatuhkan kepada kelompok pembunuh Utsman. Perlu diingat bahwa aksi keduanya ini

murni didorong perasaan jujur dan tulus, bukan konspirasi atau persekongkolan. Keduanya

���������������������������������������� ��������������������������4���2���4������ !�'��������������� ��������������������������������5������� 6��7��-��������

� ��������%��������

Page 15: Khulafaur Rasyidin

Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana UNISBA 2015

�#�

didukung ratusan penduduk Makkah dan Madinah, termasuk ‘Aisyah. Mereka semua

bergerak menuju Bashrah untuk mempersiapkan diri membalas dendam kematian Utsman.

Gubernur Bashrah, Utsman ibn Hunayf, mencoba menghalangi niat mereka. Namun,

Ibnu Hunayf justru dikepung dan akhirnya dipenjara. Kini, kota Bashrah berada di bawah

kekuasaan Thalhah, Zubayr, dan ‘Aisyah. Khalifah Ali dan pasukannya bergerak ke Bashrah

untuk berdamai. Berita perdamaian dan kesepahaman pun merebak. Ali mengingatkan

Zubayr tentang sabda Nabi, “ ... Engkau akan memeranginya dalam keadaan menzaliminya

....” Zubayr lalu ebrkata, “Seandainya aku ingat, tentu aku takkan keluar memerangimu.”

Zubayr pun memisahkan diri dan hendak pergi, tetapi terbunuh di tangan seseorang. Orang-

orang yang terlibat langsung pembunuhan Utsman mengetahui adanya benih-benih

perdamaian tersebut. Mereka menyusup ke barisan dua pasukan, pasukan Thalhah dan

pasukan Ali. Mereka memprovokasi orang-orang agar berperang sebelum kata damai

tercapai.

Pada Jumadi Ula 36 H, kedua pasukan termakan provokasi orang-orang yang terlibat

dalam pembunuhan Utsman. Perang berkobar hebat. Di hadapan unta pembawa tandu

‘Aisyah, sebanyak 70 orang terbunuh. Ali berpikir cepat. Ia memerintahkan unta ‘Aisyah

dirobohkan. Unta roboh, tapi ‘Aisyah selamat. Ali menyuruh beberapa orang pasukannya

mengantar ‘Aisyah ke Madinah. 10 orang pasukan Bashrah mati terbunuh, sementara

pasukan Ali sebanyak 5.000 orang. Fitnah berangsur-angsur mereda. Daerah-daerah mulai

tunduk di bawah kepemimpinan Amirul Mukminin Ali. Kini, satu-satunya masalah yang

belum terselesaikan hanyalah negeri Syam dan menyempalnya Mu’awiyah ibn Abi Sufyan.

Mu’awiyah menolak membaiat Ali sampai Ali berhasil menuntaskan kasus pembunuhan

Utsman dan meng-qisas semua orang yang terlibat langsung dalam pembunuhan tersebut.

2. Perang siffin

Pada Muharram 37 H, Ali ingin mencopot Mu’awiyah dari jabatannya sebagai

Gubernur Syam. Namun, Mu’awiyah menolak kebijakan Ali. Ali bergerak bersama sejumlah

pasukan menuju Syam, begitu juga Mu’awiyah yang tidak mau mengalah. Di barisan pasukan

Mu’awiyah ini para penyulut fitah yang terlibat langsung dalam pembunuhan Utsman

menyusup. Ali mengutus beberapa orang menemui Mu’awiyah untuk menjelaskan pendapat

dan sikapnya. Tetapi, upaya Ali ini gagal. Perang pun tak terelakkan di sahara Shiffin.

‘Ammar ibn Yasir mati terbunuh di tangan pasukan Mu’awiyah, dan nabi pernah bersabda

pada ‘Ammar, “Engkau akan dibunuh sekelompok pemberontak (baghiyah).” Mu’awiyah

hampir kalah. ‘Amr ibn al-‘Ash, yang tergabung dalam pasukan Mu’awiyah, menawarkan

tahkim. Pasukan Mu’awiyah mengangkat mushaf Al-Quran dan menuntut tahkim. Ali

Page 16: Khulafaur Rasyidin

Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana UNISBA 2015

�(�

sebenarnya sudah merasa bahwa itu hanya siasat. Tapi, mayoritas sahabat dari pasukan Ali

mendesak Ali agar menerima tahkim. Ali pun terpaksa menerima.

Ada banyak riwayat seputar tahkim dan hasilnya. Di antaranya, menyebutkan bahwa

‘Amr ibn al-‘Ash menipu Abu Musa al-Asy’ari—mustahil ‘Amr melakukan itu—dalam

proses tahkim. ‘Amr membuat Abu Musa mau mengumumkan terlebih dahulu penurunan Ali

dari jabatan khalifah. Setelah tiba gilirannya, ‘Amr mengumumkan bahwa ia mendukung

Abu Musa atas pencopotan Ali, kemudian menetapkan Mu’awiyah sebagai khalifah baru.

Riwayat ini tak lebih dari sekadar dusta. Sanad-sanadnya lemah dan tak bisa

dipertanggungjawabkan. Begitu pula riwayat-riwayat lain yang senada. Di samping itu,

semua sejarawan, baik klasik maupun modern, menegaskan bahwa Mu’awiyah melawan Ali

bukan karena jabatan khalifah atau karena ingin merebutnya, melainkan kerena ingin

menuntut dijatuhkannya kisas bagi para pembunuh Utsman. Mu’awiyah menganggap dirinya

berada di pihak yang benar karena ia wali dan penuntut darah Utsman. Di sinilah letak

kekeliruan Mu’awiyah Sebab, Ali sama sekali tidak bermaksud mengulur-ulur waktu dalam

mengusut dan menjatuhkan kisas kepada para pembunuh Utsman. Ada masalah lain yang

jauh lebih besar dan mesti segera dituntaskan: kaum pemberontak yang masih menguasai

kota Madinah. Atas dasar itulah Ali berkata pada Thalhah dan Zubayr, “Bagaimana mungkin

aku bisa menindak orang-orang yang menguasai kita, sementara kita tidak kuasa atas

mereka?” Ali berkata, “Masalah ini (pemberontakan) sudah masuk perkara jahiliah. Jadi,

tenanglah kalian hingga semua orang tenang, hati berada pada tempatnya, dan hak-hak

tertunaikan.”

Setelah Perang Shiffin, pertikaian sedikit mereda. Lembar perundingan (tahkim) ditulis

dan disaksikan perwakilan kedua belah pihak. Pasukan Syam menerima dengan antusias,

sedangkan pasukan Irak ada yang menerima, menolak keras, dan tidak suka. Dua hari setelah

proses tahkim, Ali diizinkan ke Kufah. Ali dan pasukannya bergerak ke Kufah, sementara

Mu’awiyah danpasukannya bergerak menuju Irak. Kedua pemimpin bertemu di Dawmah al-

Jandal, tetapi keduanya tidak menemukan kata sepakat tentang suatu hal. Akhirnya, keduanya

kembali berbeda pendapat.

3. Munculnya Kaum Khawarij

Sebanyak 12 ribu orang pasukan menolak proses tahkim, meskipun pada awalnya

mendesak Ali menerimanya. Bahkan, mereka menganggap Ali kafir. Dalam perjalanan ke

Kufah, mereka tiba di salah satu perkampungan Kufah bernama Harura’. Dari sinilah mereka

dikenal dengan kelompok Haruriyyah, yaitu kelompok Khawarij. Ali dan sejumlah tokoh

sahabat mendebat dan mematahkan pendapat mereka. Namun, mereka sangat bersikeras dan

Page 17: Khulafaur Rasyidin

Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana UNISBA 2015

�)�

enggan mengalah. Mereka hanya menerima dan menyetujui pemikiran mereka sendiri.

Mereka menanyakan hukum tahkim pada setiap orang yang ditemui. Mereka akan langsung

membunuh seseorang yang menerima tahkim karena menganggapnya murtad dan kafir. Pada

38 H, mereka diperangi Ali setelah gagal berdialog. Banyak di antara mereka mati terbunuh,

dan sisanya melarikan diri. Setelah kejadian itu, mereka terpecah menjadi dua puluh

kelompok.

Pada 39 H, Ali dan Mu’awiyah bersepakat menghentikan peperangan. Syaratnya,

Mu’awiyah menguasai wilayah Syam tanpa campur tangan Amirul Mukminin. Pada 40 H,

tiga orang Khawarij dikirim untuk membunuh Mu’awiyah, Ali, dan ‘Amr ibn al-‘Ash.

Ketigganya gagal dibunuh, kecuali Ali. Pada 16 Ramadan 40 H sebelum fajar, dua orang

Khawarij membuntuti Ali yang keluar hendak membangunkan orang-orang untuk shalat.

Mereka membunuhnya di depan pintu masjid. Ali pun berteriak keras, “Demi Tuhan Ka’bah,

aku telah menang!”

Orang-orang langsung mengepung dan menangkap kedua orang Khawarij itu. Mereka

bertanya kepada Ali yang tengha mengembuskan napas-napas terakhirnya, “Apa yang harus

kami perbuat kepada mereka berdua?” Ali menjawab, “Jika aku bertahan hidup, aku telah

mempunyai perhitungan sendiri. Namun, jika aku mati, aku serahkan perhitungannya ke

tangan kalian. Jika kalian memutuskan membalas dendam, balaslah satu pukulan dengan satu

pukulan serupa. Tapi, jika kalian memaafkan, itu lebih dekat kepada ketakwaan.” Pada

Syawal 40 H, penduduk Madinah membaiat Hasan putra Ali ibn Abi Thalib sebagai khalifah.

Pada 25 Rabiul Awal 41 H, Hasan menyerahkan jabatan khalifah kepada Mu’awiyah demi

persatuan umat. Tahun ini kemudian dikenal sebagai “tahun persatuan” (‘amal-jama’ah).

Prediksi Nabi lagi-lagi terbukti. Beliau pernah bersabda mengenai Hasan, “Sungguh, anakku

ini adalah sayyid (penghulu). Mudah-mudahan melalui dirinya Allah mendamaikan dua

kelompok besar umat Islam yang berselisih.

Tidak ada perbedaan pendapat di antara umat tentang bolehnya seorang pemimpin

menunda pelaksanaan kisas bila itu dapat menghindarkan tersebarnya fitnah atau dapat

menjaga keutuhan umat. Begitu pula dalam kasus Thalhah dan Zubayr. Keduanya

melengserkan Ali bukan karena ingin merebut kekuasaan atau karena menentang Ali dalam

hal keyakinan agama. Keduanya berbuat demikian karena berpendapat bahwa mengisas para

pembunuh Utsman adalah perkara paling penting yang tidak boleh ditunda.

Demikianlah sebab terjadinya perang di antara mereka. Menurut sebagian ulama,

perang di Bashrah (antara Ali dan Zubayr-Thalhah) tidaklah direncanakan, tetapi tiba-tiba

saja. Sebab, kedua belah pihak sudah saling sepaham, berdamai, dan berniat berpisah menuju

Page 18: Khulafaur Rasyidin

Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana UNISBA 2015

�"�

tempat masing-masing. Namun, perdamaian ini tidak disukai para pembunuh Utsman dan

orang-orang yang terlibat di dalamnya. Mereka terancam dan khawatir bila kedua belah pihak

memojokkannya. Untuk itu, mereka berkumpul, bermusyawarah, dan bersepakat memecah

belah kedua pihak lagi. Mereka membagi diri menjadi dua kelompok, satu kelompok akan

menyusup ke pasukan Ali dan satunya lagi ke pasukan Thalhah dan Zubayr. Mereka mulai

mengobarkan provokasi. Kelompok yang menyusup ke pasukan Ali tiba-tiba berteriak,

“Thalhah dan Zubayr berkhianat!” dan yang menyusup ke pasukan satunya juga berteriak,

“Ali berkhianat!” Kedua pasukan pun cekcok dan akhirnya berperang. Kedua pasukan sama-

sama ingin mempertahankan diri dan melindungi darah masing-masing. Tindakan keduanya

sama-sama benar dan dilandasi ketaatan kepada Allah.. Peperangan terjadi karena alasan di

atas.

4. Pembunuhan Ali Bin Abi Thalib

Berbagai riwayat mengisahkan bahwa Ali bin Abi Thalib atau yang biasa dipanggil

sebagai Imam Ali mati syahid pada 21 Ramadhan 40 H, setelah ditikam pedang beracun oleh

Abdurrahman bin Muljam. Dalam kisah tersebut diriwayatkan, Ali dibunuh ketika sedang

shalat (ada yang mengatakan persisnya ketika sedang bersujud). Banyak yang percaya bahwa

Abdurrahman memiliki motif-motif tertentu. Lalu, ada seseorang yang memprovokasinya

(memengaruhinya) untuk melakukan pembunuhan itu. Di antara mereka yang diduga sebagai

dalangnya adalah:

Menurut riwayat Ibnu Sa’ad, ketika Abdurrahman bin Muljam (yang merupakan orang

Khawarij, penentang kekhalifahan Ali) pergi ke Kufah, ia bertemu seorang wanita, Qutsam

binti Syajannah bin Adi yang ayah dan saudara-saudaranya terbunuh dalam perang

Nahrawan. Sebagai mas kawin, sang gadis meminta uang sebanyak 3000 dinar dan

pembunuhan atas Imam Ali.

Orang-orang Khawarij yang menjadi penentang kekhalifahan Ali. Bagi kaum ini,

hukum manusia (hukum khalifah) adalah haram dan kafir. Bagi mereka, tidak ada hukum

selain hukum Allah saw. Sebagian besar ulama berpendapat bahwa meskipun gagasannya

benar, namun kaum Khawarij memahaminya secara salah dan membabi buta. Sebab,

bagaimanapun juga pemimpin mendapatkan peran penting dalam keislaman. Bahkan,

Rasulullah saw melakukannya dengan menjadi pemimpin bagi umat Islam. Dalam hadis-

hadis yang shahih, Rasulullah saw juag selalu menekankan pentingnya bagi umat untuk

memilih seorang pemimpin di antara mereka. Penolakan terhadap hukum manusia inilah yang

menjadikan kaum Khawarij sebagai aliran Islam garis keras sehingga Imam Ali pun

Page 19: Khulafaur Rasyidin

Muhamad Anugrah, NIM : 20010015002, Program Pasca Sarjana UNISBA 2015

�.�

memerangi mereka. Banyak yang percaya bahwa pemimpin Khawarij-lah yang mengirimkan

Abdurrahman bin Muljam untuk membunuh Ali.

Orang-orang Muawiyah. Kelompok ini adalah mereka yang kecewa karena

pemerintahan Imam Ali tidak melakukan apa-apa (tidak menghukum) orang-orang yang telah

membunuh Utsman bin ‘Affan. Oleh karena itu, mereka memberontak dan tidak mengakui

kepemimpinan Ali. Mereka pun membentuk kekhalifahan sendiri.13

III. KESIMPULA

Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Pada masa khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq terjadi pemberontakan di hijaz dan nejd

dan berhasil ditumpas oleh panglima khalid bin walid. Khalifah Abu Bakar berhasil

mengumpulkan al-quran atas prakarsa Umar Bin Khattab yang dipimpin

pelaksanaanya oleh Zaid Bin Tsabit. Pada masa ini pula dimulai penaklukan atas

persia dan Romawi.

2. Umar bin Khattab berhasil menaklukan persia dan sebagian wilayah Romawi,

terbentuknya kalender islam dan administrasi pemerintahan yang lebih baik

dibandingkan masa Abu Bakar ash-Shidiq.

3. Utsman Bin Affan berhasil membentuk al-quran dalam satu mushaf, memperluas

mesjid nabawi dan al-Haram.

4. Pada masa khalifah Ali Bin Abi Thalib terjadi perpecahan di kalanan umat islam,

yaitu perang jamal dan perang siffin.

IV. DAFTAR PUSTAKA

�%��**�������%�������*����* ����%����+,�����--���

�%��**�������%�������*����* ����%����+/������

�%�**������0��1�1���2�*��������0�����*�����������

�%�**�����3�������� &�1���%�������* !�#*!&*������0�����2��0�����0�1�0�22�������

����4���2���4������ !�'��������������� ��������������������������������5������� 6��

7��-��������

���������������������������������������� ��������������������&�����4���2���4������ !�'��������������� ��������������������������������5������� 6��7��-��������