kaidah-kaidah ilal

9
1 | Kitabut Tashrif – Ringkasan oleh Abu Fauzan KAIDAH-KAIDAH I’LAAL ( ) DALAM TASHRIF Sumber : Kitabut Tashrif, Karya Hasan bin Ahmad Diringkas oleh : Abu Fauzan 1. Hamzah washol adalah hamzah yang ada di awal fi’il amr. Contoh: (=Bacalah!) (=Duduklah!) (=Tulislah!) Fi’il Amr yang dibentuk dari fi’il mudhori’ yang berwazan [ ] atau [ ], maka tanda baca hamzah washol harus kashroh. Contoh: [ ] [ ] [ ] [ ] Adapun Fi’il Amr yang dibentuk dari fi’il mudhori’ yang berwazan [ ], maka tanda baca hamzah washol harus dhommah. Contoh: [ ] [ ] [ ] [ ] 2. Bentuk jazm-nya fi’il mudzakkar shohih akhir adalah dengan tanda sukun pada huruf terakhirnya. Contoh: [ ] [ ]

Upload: abdul-azis

Post on 25-Dec-2015

110 views

Category:

Documents


30 download

DESCRIPTION

Catatan kaidah-kaidah I'lal dalam ilmu Bahasa Arab

TRANSCRIPT

Page 1: Kaidah-Kaidah Ilal

1 | K i t a b u t T a s h r i f – R i n g k a s a n o l e h A b u F a u z a n

KAIDAH-KAIDAH I’LAAL ( ) DALAM TASHRIF

Sumber : Kitabut Tashrif, Karya Hasan bin Ahmad

Diringkas oleh : Abu Fauzan

1. Hamzah washol adalah hamzah yang ada di awal f i’il amr. Contoh:

(=Bacalah!)

(=Duduklah!)

(=Tulislah!)

Fi’il Amr yang dibentuk dari f i’il mudhori’ yang berwazan [ ] atau [ ], maka

tanda baca hamzah washol harus kashroh. Contoh:

[ ] [ ]

[ ] [ ]

Adapun Fi’il Amr yang dibentuk dari f i’il mudhori’ yang berwazan [ ], maka

tanda baca hamzah washol harus dhommah. Contoh:

[ ] [ ]

[ ] [ ]

2. Bentuk jazm-nya f i’il mudzakkar shohih akhir adalah dengan tanda sukun pada huruf terakhirnya. Contoh:

[ ] [ ]

Page 2: Kaidah-Kaidah Ilal

2 | K i t a b u t T a s h r i f – R i n g k a s a n o l e h A b u F a u z a n

[ ] [ ]

3. Bentuk jazm-nya f i’il mudzakkar mudho’af adalah dengan tanda fathah pada huruf terakhirnya. Contoh:

[ ] [ ]

[ ] [ ]

4. Bentuk jazm-nya f i’il mudzakkar mu’tal akhir adalah dengan menghapus huruf terakhirnya, yang merupakan huruf cacat. Contoh:

[ ] [ ]

[ ] [ ]

5. Bentuk jazm-nya f i’il-f i’il yang termasuk dalam al af’aalu al khomsah adalah dengan

menghapus huruf nun ( ), di akhir kata tersebut.

Contoh:

[ ] [ ]

[ ] [ ]

[ ] [ ]

[ ] [ ]

[ ] [ ]

6. Fi’il mudhori’ yang berwazan [ ], maka bentuk isim zaman dan isim makan dari

kata tersebut adalah mengikuti wazan [ ].

Contoh:

[ ] isim zaman dan makan-nya [ ]

Page 3: Kaidah-Kaidah Ilal

3 | K i t a b u t T a s h r i f – R i n g k a s a n o l e h A b u F a u z a n

[ ] isim zaman dan makan-nya [ ]

7. Fi’il mudhori’ yang berwazan [ ] dan [ ], maka bentuk isim zaman dan

isim makan dari kata tersebut adalah mengikut i wazan [ ].

Contoh:

[ ] isim zaman dan makan-nya [ ]

[ ] isim zaman dan makan-nya [ ]

8. Seluruh f i’il-f i’il mu’tal awal, maka bentuk isim zaman dan isim makan dari f i’il

tersebut adalah mengikut i wazan [ ].

Contoh:

[ ] [ ] isim zaman dan makan-nya [ ].

[ ] [ ] isim zaman dan makan-nya [ ].

[ ] [ ] isim zaman dan makan-nya [ ].

9. Seluruh f i’il-f i’il mu’tal akhir, maka bentuk isim zaman dan isim makan dari f i’il

tersebut adalah mengikut i wazan [ ].

Contoh:

[ ] [ ] isim zaman dan makan-nya [ ].

[ ] [ ] isim zaman dan makan-nya [ ].

[ ] [ ] isim zaman dan makan-nya [ ].

10. Jika ada dua sukun yang bertemu dalam suatu kata, maka wajib menghapus salah satu dari dua sukun tersebut. Biasanya sukun yang dihapus adalah sukun yang awal. Contoh:

[ ] [ ] dihapus salah satu sukun [ ]

Page 4: Kaidah-Kaidah Ilal

4 | K i t a b u t T a s h r i f – R i n g k a s a n o l e h A b u F a u z a n

11. Jika dua huruf yang sejenis bertemu dalam sebuah kata yang sama, huruf yang

pertama disukun, dan huruf yang kedua berharakat, maka huruf yang pertama

harus digabung dengan huruf yang kedua.

Contoh:

[ ] [ ] (atas wazan ) huruf ( ) yang pertama digabung

dengan huruf ( ) yang kedua [ ]

12. Jika dalam sebuah kata ada dua huruf yang sama, keduanya berharakat, dan

sebelum kedua huruf yang sama tersebut diawali dengan huruf lain yang berharakat

atau diawali dengan huruf mad, maka huruf pertama (dari kedua huruf yang sama)

digabungkan dengan huruf kedua, dengan cara men-sukun-kan terlebuh dahulu

huruf pertama, kemudian mengikuti kaidah nomor 11.

Contoh:

[ ] (atas wazan ) huruf ( ) yang pertama disukun [ ]

kemudian huruf ( ) yang pertama digabung dengan huruf ( ) yang kedua

[ ]

[ ] (atas wazan ) huruf ( ) yang pertama disukun [ ] lalu

huruf ( ) yang pertama digabung dengan huruf ( ) yang kedua

[ ]

13. Apabila dua huruf yang sama (keduanya berharakat) bertemu dalam sebuah kata,

dan sebelum kedua huruf tersebut didahului oleh huruf lain yang disukun, maka

kedua huruf yang sama harus digabungkan, dengan cara menukar salah satu harakat

huruf yang sama tersebut dengan sukun. Kemudian mengikuti kaidah nomor 11.

Contoh:

[ ] [ ] (atas wazan ) harakat kasrah pada huruf ( )

ditukar dengan sukun pada huruf ( ) [ ] kemudian huruf ( ) yang

pertama digabung dengan huruf ( ) yang kedua [ ]

Page 5: Kaidah-Kaidah Ilal

5 | K i t a b u t T a s h r i f – R i n g k a s a n o l e h A b u F a u z a n

[ ] [ ] (atas wazan ) harakat fathah pada huruf ( )

ditukar dengan sukun pada huruf ( ) [ ] kemudian huruf ( )

yang pertama digabung dengan huruf ( ) yang kedua [ ]

[ ] [ ] (atas wazan ) harakat kasrah pada huruf ( )

ditukar dengan sukun pada huruf ( ) [ ] kemudian huruf ( ) yang

pertama digabung dengan huruf ( ) yang kedua [ ]

14. Namun perlu diperhatikan bahwa jika dua huruf yang sama bertemu dalam satu

kata, huruf yang pertama berharakat, dan huruf yang kedua sukun (sukun asli),

maka t idak boleh digabung.

Contoh:

[ ] (atas wazan ) maka kata tersebut tetap, huruf ( ) yang

pertama t idak digabung dengan huruf ( ) yang kedua.

[ ] (atas wazan ) maka kata tersebut tetap, huruf ( ) yang

pertama t idak digabung dengan huruf ( ) yang kedua.

15. Jika dua huruf yang sama bertemu dalam sebuah kata, dan huruf pertama

berharakat sedangkan huruf kedua disukun (tetapi bukan sukun yang asli / hasil

pertukaran), maka kedua huruf tersebut boleh digabung atau tidak.

Contoh:

[ ] [ ] (atas wazan ) [ ] dibentuk fi’il amr,

menghapus huruf ( ) [ ], ditukar [ ], kemudian digabung

[ ] kemudian di-jazm-kan [ ]

Atau …

[ ] [ ] (atas wazan ) [ ] dibentuk fi’il amr,

menghapus huruf ( ) [ ] kemudian di-jazm-kan [ ],

ditambahkan hamzah washol [ ]

Page 6: Kaidah-Kaidah Ilal

6 | K i t a b u t T a s h r i f – R i n g k a s a n o l e h A b u F a u z a n

Keduanya boleh…

16. Ringkasnya, Fi’il mudho’af dibentuk menjadi f i’il amr-nya dengan cara:

a. Menghapus huruf ( ) di awal f i’il mudhori’-nya.

b. Menjazmkan fi’il tersebut sesuai dengan jenis f i’il-nya, yaitu:

Jika f i’il tersebut mufrod mudzakkar maka dengan Fathah Jika termasuk af’alul khomsah maka dengan menghapus nun ( )

kecuali nun pada jama' muannats, karena termasuk fi'il mabni (f i'il mudhori' yang bergabung dengan nun niswah)

c. Menambahkan hamzah washol pada jama’ muanats.

Contoh:

f i'il , maka jika kita ingin membuat f i'il amrnya, maka dibuat dari f i'il

mudhori'-nya yaitu , jika ditashrif lughowi lil mukhottab (orang ke 2)

maka jadi sepert i berikut :

Maka jika kita ikut i kaidah di atas menjadi :

Fi'il mudhori' Fi'il Amr Keterangan

1. Dihapus huruf ت 2. Jazm fi'il nya dengan fathah

1. Dihapus huruf ت 2. Jazm fi'il nya dengan dibuang “nun”-nya

1. Dihapus huruf ت 2. Ditambah hamzah washol di awalnya

(kaidah-c) 3. Tidak dapat di-jazm karena termasuk fi'il

yang mabni

Page 7: Kaidah-Kaidah Ilal

7 | K i t a b u t T a s h r i f – R i n g k a s a n o l e h A b u F a u z a n

17. Jika terdapat wawu yang disukun ( ) di antara harakat fathah dan kasrah, maka

wawu tersebut dihapus. Contoh:

[ ] [ ] (wazan ) maka huruf wawu dihapus [ ]

[ ] [ ] (wazan ) maka huruf wawu dihapus [ ]

18. Huruf wawu ( ) yang terletak setelah kasrah digant i dengan huruh ya’ ( ), agar

cocok dan sesuai dalam pengucapannya. Contoh:

[ ] [ ] ( wazan ) maka huruf wawu digant i dengan

huruf ya’ ( ) [ ]

19. Jika terdapat huruf ya’ ( ) yang berharakat, dan huruf sebelum huruf ya’ tersebut

adalah beharakat fathah, maka huruf ya’ digant i dengan huruf alif ( ).

Contoh:

[ ] (wazan ) huruf ( ) digant i dengan huruf ( ) [ ]

20. Jika terdapat huruf ya’ ( ) yang berharakat, dan huruf sebelum huruf ya’ tersebut

adalah huruf yang disukun, maka harakat pada huruf ya’ ditukar dengan huruf sukun pada huruf sebelumnya. Contoh:

[ ] (wazan ) harakat huruf ( ) ditukar dengan harakat pada

huruf ( ) [ ]

21. Jika huruf ya’ ( ) terletak setelah huruf alif zaidah pada wazan , maka huruf ya’

tersebut harus diganti dengan huruf hamzah ( ).

Contoh:

Page 8: Kaidah-Kaidah Ilal

8 | K i t a b u t T a s h r i f – R i n g k a s a n o l e h A b u F a u z a n

[ ] (atas wazan ) huruf ya’ ( ) ditukar dengan huruf hamzah ( )

[ ]

22. Apabila huruf ya’ ( ) terletak setelah huruf alif zaidah pada wazan , maka

huruf ya’ tersebut boleh digant i dengan huruf hamzah ( ) atau boleh t idak digant i.

Contoh:

[ ] (atas wazan ) huruf ya’ ( ) boleh ditukar dengan huruf

hamzah ( ) [ ]

Atau bisa juga t idak digant i dengan huruf hamzah, maka tetap ( )

23. Apabila ingin merubah f i’il madhi ajwaf ma’lum, menjadi f i’il madhi ajwaf majhul,

maka caranya: harakat pada fa’ f i’il dihapus (disukun), lalu ditukar dengan harakat

‘ain f i’il.

Contoh:

[ ] (atas wazan ) harakat pada huruf fa’ ( ) disukun, ( )

lalu harakat sukun ditukar dengan harakat pada ‘ain f i’il ( )

24. Harakat fa’ f i’il diberi tanda kasrah, karena ingin menunjukkan bahwa fi’il tersebut

adalah fi’il ajwaf dengan ya’ (bukan dengan wawu).

Contoh:

[ ] (atas wazan ) mengikuti kaedah ke-19, maka menjadi [ ]

mengikuti kaidah ke-10 [ ] lalu huruf , diberi harakat kasrah,

untuk menunjukkan bahwa kata dasar f i’il tersebt adalah ajwaf dengan huruf

ya’ [ ]

25. Harakat fa’ f i’il diberi tanda dhommah untuk membedakan antara f i’il ma’lum dan f i’il majhul-nya. Contoh:

Page 9: Kaidah-Kaidah Ilal

9 | K i t a b u t T a s h r i f – R i n g k a s a n o l e h A b u F a u z a n

[ ] (atas wazan ) mengikuti kaedah ke-23, maka menjadi [ ]

[ ] mengikuti kaidah ke-10 [ ] lalu huruf , diberi

harakat dhommah, untuk membedakan antara f i’il ma’lum dengan f i’il majhul-

nya [ ]

26. Jika ada huruf ya’ berharakat kasrah atau berharakat dhommah, dan huruf sebelum

ya’ tersebut adalah huruf yang berharakat kasrah, maka huruf ya’ tersebut disukun,

karena menurut orang Arab, ucapan semacam ini menyulitkan.

Contoh:

[ ] (atas wazan ) menjadi [ ]

27. Jika huruf ya’ dan huruf wawu bertemu dalam sebuah kata yang sama, dan huruf

yang lebih awal dari kedua huruf tersebut t idak berharakat (sukun), maka huruf

wawu digant i dengan huruf ya’.

Contoh:

[ ] (atas wazan ) huruf wawu digant i ya’, menjadi [ ]

mengikuti kaidah ke-11 menjadi [ ]harakat mim diganti kasrah

agar sesuai [ ]

28. Jika huruf ya’ terletak di akhir kata, dan terletak setelah alif zaidah maka huruf ya’

digant i dengan hamzah.

Contoh:

[ ] (isim mashdar dari ) huruf ya’ digant i hamzah karena berada di akhir

kalimat, menjadi [ ].