jurnal belajar

20
1 JURNAL BELAJAR 1 Nama Mata Kuliah : Landasan dan Problematika Pendidikan. Dosen Pembina : Dr. Agus Ramdani, M.Sc. Nama Mahasiswa : Andy Eddy NIM : I2K 013 007 Hari/Tgl : Kamis, 05 September 2013 Hari ini Kamis, 05 September 2013 merupakan hari Pertama kami masuk kuliah. Setelah Jam pertama selesai kami mengikuti Mata Kuliah Landasan dan Problematika Pendidikan. Mata Kuliah ini dibina oleh Bapak Dr. H. Agus Ramdani, M.Sc. Menurut perspektif saya, beliau orangnya Disiplin waktu. Setelah memperkenalkan diri dan Mata Kuliah yang dibina, Dosen membagikan kepada kami kartu ZOPP ( Zeil Oriented Project Planning) kemudian kami diminta untuk memilih salah satu dari sekian banyak kartu yang ada guna menuliskan Problematika Pendidikan menurut Perspektif kami masing-masing. Saya sendiri memilih warna Biru muda, Lalu menuliskan (tiga) Problematika pendidikan saat ini, yakni: 1. Pendidikan kita berorientasi pada Pengetahuan ( Oriented Knowlege) 2. Supervisi dan pengawasan yang cenderung Formalitas. 3. Kurangnya Relevansi lulusan pendidikan dengan dunia kerja. Hasil Refleksi: Secara garisbesar ada 14 Problematika Pendidikan yang dikemukakan oleh 23 Mahasiswa Magister Administrasi Pendidikan di kelas A, yakni : 1. Sarana dan prasarana sekolah belum memadai; 2. Media Pembelajaran/Iptek; 3. Dukungan dari orang tua; 4. Tenaga Pendidik/Kinerja Guru; 5. Kurikulum; 6. Peserta Didik; 7. Disiplin kerja; 8. Kebijakan Pemerintah; 9. Sumber Daya Manusia; 10. Assesmen; 11. Pengawasan pendidikan; 12. Diklat guru; 13. Penempatan guru tidak sesuai keahlian; 14. Biaya Pendidikan.

Upload: andy-eddy

Post on 22-Nov-2015

48 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Landasan dan problema pendidikan

TRANSCRIPT

  • 1JURNAL BELAJAR 1

    Nama Mata Kuliah : Landasan dan Problematika Pendidikan.

    Dosen Pembina : Dr. Agus Ramdani, M.Sc.

    Nama Mahasiswa : Andy Eddy

    NIM : I2K 013 007

    Hari/Tgl : Kamis, 05 September 2013

    Hari ini Kamis, 05 September 2013 merupakan hari Pertama kami masuk kuliah. Setelah

    Jam pertama selesai kami mengikuti Mata Kuliah Landasan dan Problematika Pendidikan.

    Mata Kuliah ini dibina oleh Bapak Dr. H. Agus Ramdani, M.Sc. Menurut perspektif saya,

    beliau orangnya Disiplin waktu. Setelah memperkenalkan diri dan Mata Kuliah yang

    dibina, Dosen membagikan kepada kami kartu ZOPP ( Zeil Oriented Project Planning)

    kemudian kami diminta untuk memilih salah satu dari sekian banyak kartu yang ada guna

    menuliskan Problematika Pendidikan menurut Perspektif kami masing-masing. Saya

    sendiri memilih warna Biru muda, Lalu menuliskan (tiga) Problematika pendidikan saat

    ini, yakni:

    1. Pendidikan kita berorientasi pada Pengetahuan ( Oriented Knowlege)

    2. Supervisi dan pengawasan yang cenderung Formalitas.

    3. Kurangnya Relevansi lulusan pendidikan dengan dunia kerja.

    Hasil Refleksi:

    Secara garisbesar ada 14 Problematika Pendidikan yang dikemukakan oleh 23

    Mahasiswa Magister Administrasi Pendidikan di kelas A, yakni :

    1. Sarana dan prasarana sekolah belum memadai;

    2. Media Pembelajaran/Iptek;

    3. Dukungan dari orang tua;

    4. Tenaga Pendidik/Kinerja Guru;

    5. Kurikulum;

    6. Peserta Didik;

    7. Disiplin kerja;

    8. Kebijakan Pemerintah;

    9. Sumber Daya Manusia;

    10. Assesmen;

    11. Pengawasan pendidikan;

    12. Diklat guru;

    13. Penempatan guru tidak sesuai keahlian;

    14. Biaya Pendidikan.

  • 2Pada pertemuan ini dosen memberikan motivasi dan memberikan tugas Analisis kritis.

    Kami membuat analisis kritis dari artikel/makalah yang terdapat dalam buku Menggagas

    Paradigma Baru Pendidikan: Demokratisasi, Otonomi, Civil Society, Globalisasi oleh

    Shindunata (editor). Buku ini terdiri dari tiga bagian, yakni :

    Bagian I : Politik dan Demokrasi.

    1. Mukhtar Buchori, Peranan Pendidikan dalam Pembentukan Budaya Politik di

    Indonesia.

    2. Ariel Heryanto, Industrialisasi Pendidikan.

    3. Wuri Soedjatmiko, Pendidikan Tinggi dan Demokrasi

    4. Diana Nomida Musnir, Arah Pendidikan Nasional dalam Persfektif Historis

    5. Al. Purwa Hadiwardoyo, Menolak Diskriminasi, Mendukung Otonomi

    Bagian II : Globalisasi

    6. B. Suprapto Brotosiswojo, Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, serta

    Globalisasi.

    7. J. Soejadjati Djiwandono, Globalisasi dan Pendidikan Nilai.

    8. Djohar, Praksis Pendidikan Berwawasan Ekologi

    9. James J. Spillane, Pendidikan bagi Menajer Indonesia.

    10. Liek Wiliardjo, Pendidikan Teknologi Tepat-Guna

    Bagian III : Mencari Visi Pendidikan.

    11. Andi Hakim Nasoetion, Ilmu untuk Kehidupan dan Penghidupan.

    12. J.C. Tukiman Taruna, Pengembangan Masyarakat dalam Konteks Pendidikan

    untuk Semua.

    13. Alex Lanur, Dampak Konsep Manusia Filsafat Manusia yang Bersifat

    Personalistik pada Pendidikan

    14. Imam Bernabib, Renungan tentang Filsafat Pendidikan Dewasa ini.

    15. Mursal Esten, Strategi Kebudayaan untuk Sistem Pendidikan.

    16. Zamakhsyari Dhofier, Sumbangan Visi Islam dalam Sistem Pendidikan

    Nasional.

    Pada bagian III : Mencari Visi Pendidikan. Kami dibagikan Topik Artikel/makalah

    berdasarkan nomor urut absensi. Artikel 11 untuk nomor absensi 001 sampai 004; Artikel

    12 untuk nomor 005 sampai 008; Artikel 13 untuk nomor absensi 009 sampai 011; Artikel

    14 untuk nomor 012 sampai 014; Artikel 15 untuk nomor 015 sampai 018; Artikel 16

    untuk nomor 019 sampai 023.

  • 3JURNAL BELAJAR 2

    Nama Mata Kuliah : Landasan dan Problematika Pendidikan.

    Dosen Pembina : Dr. Agus Ramdani, M.Sc.

    Nama Mahasiswa : Andy Eddy

    NIM : I2K 013 007

    Hari/Tgl : Kamis, 12 September 2013

    Kamis, 12 September 2013 merupakan pertemuan ke-dua. Hari ini ialah hari

    pertama untuk membahas buku Menggagas Paradigma Baru Pendidikan:

    Demokratisasi, Otonomi, Civil Society, Globalisasi, yang disusun oleh

    Sindhunata (Editor) dan diterbitkan oleh Kanisius Yokyakarta pada tahun 2000.

    Presenter Bapak Ahmad Jauhari mewakili kelompok 1 dengan Artikel berjudul

    Ilmu untuk Kehidupan dan Penghidupan yang ditulis oleh Andi Hakim

    Nasution.

    Hasil Refleksi:

    Andi Hakim Nasution, dalam tulisannya mengemukankan beberapa gagasan tentang

    pendidikan, ide dan gagasan beliau antara lain :

    Pengajaran sains seharusnya bertolak dari latihan pemahaman dan penguasaan fakta

    dasar mengenai ilmu yang kemudian berkembang ke tahapan penerapan, analisis , dan

    sintesis. Lalu Latihan membaca kritis sehingga membuat siswa dapat meramu sendiri

    pengetahuan baru dari kumpulan pengetahuan yang sudah ada.

    Melek huruf harus didampingi melek angka, Kemampuan berhitung diperlukan,

    disamping itu memerlukan juga kemampuan bernalar yang diajarkan melalui logika,

    matematika diskret, dan analisis data.

    Belajar dari Sejarah dan Kesusastraan Dunia, Selain perlunya pandangan sejarah yang

    menyeluruh bagi siswa, diperlukan juga upaya agar siswa diberi kewajiban membaca dari

    khazanah susastra dunia.

    Matematika dan Bahasa Asing Modern sebagai Modal Penguasaan Ilmu untuk

    Penghidupan. Untuk dapat menguasai ilmu sebagai penghidupan diperlukan kemampuan

    berkomunikasi dalam bahasa ilmu itu dan bahasa pengantar ilmu itu. Bahasa ilmu adalah

  • 4matematika karena prinsip ilmu selain kesemestaan adalah juga sifat penyederhanaannya.

    Penyederhanaan adalah abstraksi pemasalahan dan abstraksi pemasalahan dicapai melalui

    pemodelan secara matematika.

    Memaksimalkan Penggunaan Internet dalam Pendidikan Sains. Informasi yang

    tersedia digunakan untuk eksplorasi pengetahuan sains, terlebih untuk memperoleh

    informasi perkembangan sains terbaru dan perkembangan proses pembelajaran yang lebih

    maju. Internet digunakan dalam kerangka kegiatan yang bernuansa akademik sehingga

    Perlu dibangun cyber-acadecmic community.

    Pada presentasi dibahas tentang Ilmu untuk Kehidupan dan Penghidupan. Mengikuti

    pandangan al-Ghazali, ibnu Khaldun menyebut dua jenis ilmu yakni: Ilmu Naqliah dan

    Ilmu Aqliah. Ilmu Naqliah merupakan Ilmu yang diturunkan sebagai wahyu oleh Sang

    Maha Pencipta kepada Manusia. Sedangkan Ilmu Aqliah merupakan ilmu yang diajarkan

    oleh Yang Kuasa kepada manusia melalui akal manusia. Contoh Ilmu Aqliah untuk

    Kehidupan diantaranya Fenomena mengenai kerupuk dan abu rokok, Pelajaran kapilaritas

    dan higroskopi, Fenomena siswa yang kembali ke Indonesia setelah mengikuti orang

    tuanya tugas belajar di luar negeri.

    Setelah mendengar dan mengikuti presentasi yang disampaikan, muncul pertanyaan

    mendasar pada diri saya untuk diajukan yaitu: Pembelajaran apa yang dapat kita ambil dari

    tulisan tersebut untuk diterapkan dalam dunia pendidikan kita sekarang ?

  • 5JURNAL BELAJAR 3

    Nama Mata Kuliah : Landasan dan Problematika Pendidikan.

    Dosen Pembina : Dr. Agus Ramdani, M.Sc.

    Nama Mahasiswa : Andy Eddy

    NIM : I2K 013 007

    Hari/Tgl : Kamis, 19 September 2013

    Hari ini Kamis, 19 September 2013 merupakan pertemuan ke-tiga. Hari ini ialah

    hari kedua untuk membahas buku Menggagas Paradigma Baru Pendidikan:

    Demokratisasi, Otonomi, Civil Society, Globalisasi, yang disusun oleh

    Sindhunata (Editor) dan diterbitkan oleh Kanisius Yokyakarta pada tahun 2000.

    Presentasi pada hari ini terdiri dua Artikel, yaitu:

    1. J.C. Tukiman Taruna, Pengembangan Masyarakat dalam Konteks Pendidikan

    untuk Semua. Dengan presenter: Andy Eddy (007), anggota sebagai berikut:

    - Ahmad Syukran (005); Alfian Satriadi (006); dan Ayu Suhartiny (008)

    2. Alex Lanur, Dampak Konsep Manusia Filsafat Manusia yang Bersifat

    Personalistik pada Pendidikan. Dengan presenter Dian yanuartri (011), dan

    anggota: Bq. Jasni Mahayani (009); Bambang Siswanto (010); dan Dina

    Nurlaily (012).

    Hasil Refleksi:

    Pada bagian awal dari presentasi ini dibahas tentang Pengembangan Masyarakat

    dalam Konteks Pendidikan untuk Semua. Karya J.C. Tukiman Taruna. Pengembangan

    masyarakat yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah: process through which the

    human being is assisted in his growth and development within the scope of his

    potential. Dengan demikian, Kata-kata kunci dari pernyataan tersebut adalah: 1)

    proses, 2) manusia, 3) dibantu pertumbuhannya dan, 4) pengembangannya disesuaikan

    dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing orang. Bagaimana relevansi antara

    pengembangan masyarakat dan pendidikan seharusnya dimaknai ketika dewasa ini

  • 6banyak pihak meng-quo-vadis-kan pendidikan di Indonesia? Salah satu alternatif

    jawabannya adalah perlu disebarluaskan konsep pendidikan untuk semua (Education

    For All/EFA), sebuah konsep yang menegaskan keterlibatan semua pihak dalam

    kependidikan. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan program rintisan

    sebagai pendekatan pendidikan untuk semua (Education For All/EFA) dan sebuah

    upaya peningkatan Pemberdayaan Masyarakat.

    Pembahasan berikutnya adalah tulisan tentang Dampak Konsep Manusia

    Filsafat Manusia yang Bersifat Personalistik pada Pendidikan Karya Alex Lanur.

    Dalam manusia terdapat beberapa struktur dasar yang sangat menentukan, struktur

    tersebut adalah : 1). Manusia adalah makhluk Jasmaniah-Rohaniah; 2). Manusia adalah

    makhluk individual-sosial; 3). Manusia adalah makhluk yang bebas; dan 4). Manusia

    adalah makhluk yang menyejarah. Bila manusia dicirikan secara personal, maka yang

    dimaksud adalah pribadi yang ditandai oleh empat dimensi tersebut. Penjelasannya

    sebagai berikut:

    1. Manusia adalah makhluk jasmaniah-rohaniah; Implementasi dari dimensi

    kejasmanian manusia menunjuk pentingnya pendidikan jasmani sebagai bagian

    integral dan praksis pendidikan. Adapun dimensi rohani mengharuskan praksis

    pendidikan mengusahakan agar peserta didik dapat mengembangkan kemampuan-

    kemampuan olah rohaninya. Pengolahan rasa, kepekaan, religiositas, dan lain-lain

    mendapat tempatnya.

    2. Manusia adalah makhluk individual-sosial; Dimensi individu-sosial yang melekat

    pada manusia menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk individu yang berada

    dalam realitas sosialnya. Namun eksistensi manusia yang mempunyai ciri individu

    ini tidak boleh dikaburkan dengan dimensi sosialnya. Oleh karena itu, dalam

    praksis pendidikan dimensi individu ini harus mendapat tekanan lebih dahulu.

    3. Manusia adalah makhluk yang bebas; Salah satu hal penting dalam diri manusia

    adalah dimensi kebebasan. Dengan adanya dimensi ini, seyogianya pendidikan

    akan mengarahkan peserta didik menjadi manusia yang mempunyai kemandirian

    dan sekaligus rasa tanggungjawab. Kemandirian itu mengandaikan manusia

    mempunyai pengetahuan yang cukup, keterampilan yang memadai, dan tata nilai

    yang benar sehingga dapat mengambil sikap hidup yang konsisten dalam

    membangun interaksi dengan lingkungan dan sesamanya.

  • 74. Manusia adalah makhluk yang menyejarah; Dimensi manusia sebagai makhluk

    yang menyejarah menandaskan bahwa manusia adalah makhluk yang bisa

    membuat sejarah dan sekaligus hidup dan berkembang dalam kesejarahannya.

    Konsekuensi dari pengakuan atas dimensi ini adalah peserta didik bukanlah kertas

    kosong. Peserta didik sudah tumbuh dalam sejarah tertentu dan diharapkan mampu

    untuk membuat sejarahnya sendiri.

    Pada bagian akhir dari presentasi dibuka diskusi, ada beberapa hal yang

    dipertanyakan oleh audiens, namun pertanyaanya berupa pengembengan dan terlalu

    teknis untuk dibahas. Pertanyaannya seperti : apakah ada dampak negatif dari konsep

    pengembangan masyarakat ? Apakah MBS telah berhasil mencapai tujuannya ? Kepada

    siapakah Kepala sekolah bertanggung jawab, menurut Konsep MBS ? konsep dan

    metode Pembelajaran seperti apa agar peserta didik dapat dikembangkan sejalan dengan

    empat stuktur dasar manusia (sebagai makhluk yang jasmaniah-rohaniah, makhluk yang

    individual-sosial, makhluk yang bebas, dan makhluk yang menyejarah) ?

    Setelah menelaah dan mengikuti pembahasan tentang kedua tulisan diatas, Tulisan

    tentang Pengembangan Masyarakat dalam Konteks pendidikan untuk Semua oleh

    J.C. Tukiman Taruna dapat memberikan inspirasi dalam mengembangkan calon tesis

    yang akan saya kerjakan. Pada tulisan tersebut dijelaskan tentang Konsep

    pengembangan masyarakat. Berbagai indikator program pengembangan Masyarakat

    dijelaskan dengan cukup rinci yang nantinya dapat digunakan untuk mengembangkan

    instrumen teknis implimentasi penerapannya. Terkait dengan hal tersebut maka akan

    dilakukan pengkajian dan penelitian tentang pelaksanaan MBS pada SD Negeri di

    Kabupaten Sumbawa Besar. Tulisan tentang dampak konsep manusia filsafat

    manusia yang bersifat personalistik pada pendidikan oleh Alex Lanur memberikan

    gambaran kepada kita tentang struktur dasar yang terdapat dalam diri manusia. Peserta

    didik merupakan subjek dari seluruh proses dan kegiatan pendidikan. Untuk itu,

    semestinya dalam pelaksanaan pendidikan senantiasa memperhatikan empat struktur

    dasar yang dimiliki oleh manusia.

  • 8JURNAL BELAJAR 4

    Nama Mata Kuliah : Landasan dan Problematika Pendidikan.

    Dosen Pembina : Dr. Agus Ramdani, M.Sc.

    Nama Mahasiswa : Andy Eddy

    NIM : I2K 013 007

    Hari/Tgl : Kamis, 26 September 2013

    Hari ini Kamis, 26 September 2013 merupakan pertemuan ke-empat. Hari ini ialah hari

    ketiga untuk membahas buku Menggagas Paradigma Baru Pendidikan: Demokratisasi,

    Otonomi, Civil Society, Globalisasi, yang disusun oleh Sindhunata (Editor) dan

    diterbitkan oleh Kanisius Yokyakarta pada tahun 2000. Presentasi pada hari ini terdiri tiga

    Artikel, yaitu:

    1. Imam Bernabib, Renungan tentang Filsafat Pendidikan Dewasa ini. Dengan

    presenter : Dwi Sunarto (013) dan anggota sebagai berikut :

    - Eka Prihatin (014); Erti Jumainah (015); dan Gusty Ayu Aryanthi (016)

    2. Mursal Esten, Strategi Kebudayaan untuk Sistem Pendidikan. Dengan presenter:

    Hasbullah (018) anggota sebagai berikut :

    - Hadi Rasyid (017); dan I Gusti Ayu Aristianti Pratiwi (019).

    3. Zamakhsyari Dhofier, Sumbangan Visi Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional.

    Dengan presenter: Imanto Rahadi (020) Anggota sebagai berikut:

    - ; Indri Selfiani ( 021); Jaya diputra (022); dan Laziza Iklima (023)

    Hasil Refleksi:

    Pada bagian awal dari presentasi ini dibahas tentang Renungan tentang Filsafat

    Pendidikan Dewasa ini. Karya Imam Bernabib. Bertitik tolak dari sebuah kenyataan

    problematis mengenai pendidikan, penulis mulai dengan mempersoalkan mengenai

    masalah peserta didik yang berada dalam dikotomi subjek dan objek. Penulis

    menyarankan seyogianya pendidikan memberi tempat yang seimbang bagi peserta

    didik, baik sebagai objek ataupun subjek pendidikan. Penulis juga mendeskripsikan

  • 9persoalan pokok yang sekarang ini melanda dunia pendidikan di Indonesia. Persoalan

    itu dia rumuskan dalam tegangan antara proses pembentukan individu peserta didik,

    masyarakat, serta nilai-nilai dan arah dari pendidikan itu sendiri. Dari sudut individu,

    penulis mendukung bahwa individu sudah semestinyalah diarahkan untuk menjadi

    pribadi yang mandiri. Untuk itu, intervensi terhadap peserta didik haruslah dilakukan

    dengan bijaksana, mengingat bahwa individu yang sedang dalam proses pendidikannya

    adalah pribadi yang sedang menjadi. Dalam proses atau garis hidup semacam itulah

    pribadi itu sedang membentuk diri.

    Pembahasan berikutnya adalah tulisan tentang Strategi Kebudayaan untuk Sistem

    Pendidikan Karya Mursal Esten. Sejumlah fenomena yang terjadi di Tanah Air

    memperlihatkan betapa pentingnya suatu strategi kebudayaan untuk sebuah bangsa

    yang besar dan majemuk seperti Indonesia. Ancaman disintegrasi bangsa, arogansi

    kesukuan, terpinggirkannya daerah-daerah, konflik antaretnis dan agama, masalah

    transmigrasi dan permukiman, fenomena KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme), dan

    sejumlah fenomena budaya lainnya, merupakan akibat dari tiadanya atau kelirunya

    strategi kebudayaan. Beberapa kontroversi dan kerancuan di dalam politik kebudayaan

    telah terjadi sejak puluhan tahun. Disatu sisi ingin mengembangkan masyarakat dan

    kebudayaan yang memiliki identitas, namun disisi lain dikembangkan pula sistem dan

    proses sentralisasi yang mengabaikan daerah-daerah sebagai sumber nilai dan identitas.

    Kebudayaan nasional hanya menjadikan puncak-puncak kebudayaan daerah sebagai

    bagiannya (UUD 1945). Proses reformasi yang tengah berlangsung pada hakikatnya

    adalah proses kebudayaan. Reformasi hukum, reformasi sistem pemerintahan,

    reformasi pendidikan, reformasi politik, reformasi sistem keamanan, dan reformasi

    sistem-sistem lainnya haruslah dilihat sebagai reformasi budaya. Perkembangan

    kebudayaan Indonesia dalam milenium III akan terjadi proses desentralisasi dan proses

    globalisasi. Untuk itu, Strategi kebudayaan harus memberi tempat bagi hal itu di dalam

    proses pendidikan. Sebagaimana pendapat dari John Naisbitt, yang mengatakan bahwa

    suku bangsa (tribe) yang bisa mengglobal adalah suku yang memiliki identitas yang

    kuat dan lentur. Peranan suku-suku bangsa yang demikian akan semakin besar dan

    prospek.

    Pembahasan terakhir adalah Tulisan tentang Sumbangan Visi Islam dalam Sistem

    Pendidikan Nasional karya Zamakhsyari Dhofier. Dari sudut pandang sosio-historis,

  • 10

    perbedaan maupun persamaan tujuan pendidikan Islam dan pendidikan nasional akan

    mengalami perubahan sesuai dengan konteks sosialnya. Karena memang pendidikan

    Islam dan sistem pendidikan nasional secara keseluruhan memiliki latar belakang

    sosio historis yang sama maka persoalan yang muncul dan upaya-upaya

    pemecahannya akan menuju ke arah yang sering kali sama dan serasi. Perbedaan yang

    mungkin ada antara tujuan pendidikan Islam dengan pendidikan nasional lebih bersifat

    sementara, bukan perbedaan yang substansial, dan lebih diwarnai oleh perbedaan

    kepentingan antarkelompok sosial yang memegang kendali pengelolaannya. Contoh

    perbedaan yang paling menonjol adalah pandangan epistemologis sejumlah pengamat

    pendidikan yang mengatakan bahwa pendidikan pesantren menekankan pembangunan

    moral dan akhlak peserta didik dengan melupakan aspek pencerdasan, sedangkan

    pendidikan di sekolah-sekolah modern menekankan pengembangan intelektual dengan

    mengabaikan pembinaan moral. Pada saat pesantren, madrasah, dan perguruan tinggi

    agama Islam memasuki milenium ketiga, terjadi proses konvergensi antara keduanya.

    Lembaga-lembaga pendidikan agama Islam sedang memperbaiki kelemahannya

    dengan memperkaya kurikulum bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses

    konvergensi tersebut dilakukan dengan strategi menyambut uluran tangan

    pemerintah.

    Pada bagian akhir dari persentasi dibuka diskusi, ada beberapa hal yang

    dipertanyakan oleh audiens, namun pertanyaanya berupa pengembangan dan terlalu

    teknis untuk dibahas.

    Setelah menelaah dan mengikuti pembahasan tentang tulisan diatas, Tulisan

    tentang Renungan tentang Filsafat Pendidikan Dewasa ini. Karya Imam Bernabib

    memberikan saran seyogianya pendidikan memberi tempat yang seimbang bagi

    peserta didik, baik sebagai objek ataupun subjek pendidikan. Kemudian, individu

    sudah semestinyalah diarahkan untuk menjadi pribadi yang mandiri. Untuk itu,

    intervensi terhadap peserta didik haruslah dilakukan dengan bijaksana, mengingat

    bahwa individu yang sedang dalam proses pendidikannya adalah pribadi yang sedang

    menjadi.

    Tulisan tentang Strategi Kebudayaan untuk Sistem Pendidikan Karya Mursal

    Esten mengemukakan kepada kita bahwa Strategi kebudayaan harus memberi tempat

  • 11

    bagi desentaralisasi dan globalisasi di dalam proses pendidikan. Sejalan dengan

    pendapat John Naisbitt, yang mengatakan bahwa suku bangsa (tribe) yang bisa

    mengglobal adalah suku yang memiliki identitas yang kuat dan lentur. Peranan suku-

    suku bangsa yang demikian akan semakin besar dan prospek.

    Tulisan tentang Sumbangan Visi Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional karya

    Zamakhsyari Dhofier memberikan gambaran bahwa secara sosio-historis perbedaan

    maupun persamaan tujuan pendidikan Islam dan pendidikan nasional akan mengalami

    perubahan sesuai dengan konteks sosialnya. Sudah saatnya pendidikan kita terjadi

    proses konvergensi antara keduanya. Dimana pendidikan melakukan pengembangan

    intelektual serta pembangunan moral dan akhlak peserta didik secara bersama dalam

    pembelajaran.

  • 12

    JURNAL BELAJAR 5

    Nama Mata Kuliah : Landasan dan Problematika Pendidikan.

    Dosen Pembina : Dr. Agus Ramdani, M.Sc.

    Nama Mahasiswa : Andy Eddy

    NIM : I2K 013 007

    Hari/Tgl : Kamis, 03 Oktober 2013

    Hari ini Kamis, 03 Oktober 2013 merupakan pertemuan ke-lima. Hari ini ialah hari ke-

    empat untuk membahas buku Menggagas Paradigma Baru Pendidikan: Demokratisasi,

    Otonomi, Civil Society, Globalisasi, yang disusun oleh Sindhunata (Editor) dan

    diterbitkan oleh Kanisius Yokyakarta pada tahun 2000. Pada pertemuan ini dosen

    memberikan refleksi singkat tentang artikel-artikel yang telah dibahas pada pertemuan ke-

    dua sampai pertemuan ke-empat. Ada beberapa point penting yang disampaikan oleh

    beberapa penulis dalam buku tersebut, pokok-pokok pikirannya sebagai berikut :

    1. Andi Hakim Nasoetion, dengan tulisan Ilmu untuk Kehidupan dan

    Penghidupan. Memberikan ide dan pikirannya, antara lain:

    a. Pengajaran sains seharusnya bertolak dari latihan pemahaman dan

    penguasaan fakta dasar mengenai ilmu.

    b. Kemudian berkembang ke tahapan penerapan, analisis , dan sintesis.

    c. Latihan membaca kritis sehingga membuat siswa dapat meramu sendiri

    pengetahuan baru dari kumpulan pengetahuan yang sudah ada.

    d. Melek huruf harus didampingi melek angka.

    e. Belajar dari Sejarah dan Kesusastraan Dunia.

    f. Untuk dapat menguasai ilmu sebagai penghidupan diperlukan kemampuan

    berkomunikasi dalam bahasa ilmu itu dan bahasa pengantar ilmu itu.

    g. Internet digunakan dalam kerangka kegiatan yang bernuansa akademik

    sehingga Perlu dibangun cyber-acadecmic community.

    2. J.C. Tukiman Taruna, dengan tulisannya Pengembangan Masyarakat dalam

    Konteks Pendidikan untuk Semua. Menyampaikan ide dan gagasannya,

    sebagai berikut :

    a. Relevansi antara pengembangan masyarakat dan pendidikan seharusnya

    dimaknai.

  • 13

    b. Perlu disebarluaskan konsep pendidikan untuk semua (Education For

    All/EFA).

    c. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan program rintisan sebagai

    pendekatan pendidikan untuk semua (Education For All/EFA) dan sebuah

    upaya peningkatan Pemberdayaan Masyarakat.

    d. Indikator keberhasilan MBS.

    3. Alex Lanur, dengan tulisan Dampak Konsep Manusia Filsafat Manusia

    yang Bersifat Personalistik pada Pendidikan mengemukakan idenya tentang:

    a. Dalam manusia terdapat beberapa struktur dasar yang sangat menentukan,

    struktur tersebut adalah : 1). Manusia adalah makhluk Jasmaniah-Rohaniah;

    2). Manusia adalah makhluk individual-sosial; 3). Manusia adalah makhluk

    yang bebas; dan 4). Manusia adalah makhluk yang menyejarah.

    b. Implementasi dari dimensi kejasmanian manusia menunjuk pentingnya

    pendidikan jasmani sebagai bagian integral dan praksis pendidikan.

    c. Adapun dimensi rohani mengharuskan praksis pendidikan mengusahakan

    agar peserta didik dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan olah

    rohaninya. Pengolahan rasa, kepekaan, religiositas, dan lain-lain mendapat

    tempatnya.

    d. Dimensi individu-sosial yang melekat pada manusia menunjukkan bahwa

    manusia adalah makhluk individu yang berada dalam realitas sosialnya.

    Namun eksistensi manusia yang mempunyai ciri individu ini tidak boleh

    dikaburkan dengan dimensi sosialnya. Oleh karena itu, dalam praksis

    pendidikan dimensi individu ini harus mendapat tekanan lebih dahulu.

    e. seyogianya pendidikan akan mengarahkan peserta didik menjadi manusia

    yang mempunyai kemandirian dan sekaligus rasa tanggungjawab.

    Kemandirian itu mengandaikan manusia mempunyai pengetahuan yang

    cukup, keterampilan yang memadai, dan tata nilai yang benar sehingga

    dapat mengambil sikap hidup yang konsisten dalam membangun interaksi

    dengan lingkungan dan sesamanya.

    f. manusia adalah makhluk yang bisa membuat sejarah dan sekaligus hidup

    dan berkembang dalam kesejarahannya. Konsekuensi dari pengakuan atas

    dimensi ini adalah peserta didik bukanlah kertas kosong. Peserta didik

  • 14

    sudah tumbuh dalam sejarah tertentu dan diharapkan mampu untuk

    membuat sejarahnya sendiri.

    4. Imam Bernabib, dengan tulisannya Renungan tentang Filsafat Pendidikan

    Dewasa ini. Menuangkan ide dan gagasannya, ialah :

    a. Seyogianya pendidikan memberi tempat yang seimbang bagi peserta didik,

    baik sebagai objek ataupun subjek pendidikan.

    b. Individu/peserta didik sudah semestinyalah diarahkan untuk menjadi

    pribadi yang mandiri. Untuk itu, intervensi terhadap peserta didik haruslah

    dilakukan dengan bijaksana.

    c. Individu yang sedang dalam proses pendidikannya adalah pribadi yang

    sedang menjadi. Dalam proses atau garis hidup semacam itulah pribadi itu

    sedang membentuk diri.

    5. Mursal Esten, dalam tulisannya Strategi Kebudayaan untuk Sistem

    Pendidikan. Mengemukakan ide dan gagasannya, antara lain:

    a. Pentingnya suatu strategi kebudayaan untuk sebuah bangsa yang besar dan

    majemuk seperti Indonesia.

    b. Proses reformasi yang tengah berlangsung pada hakikatnya adalah proses

    kebudayaan.

    c. Strategi kebudayaan harus memberi tempat bagi desentralisasi dan

    globalisasi di dalam proses pendidikan.

    d. Sistem Pendidikan adalah bagian terpenting dari strategi kebudayaan.

    6. Zamakhsyari Dhofier, dalam tulisannya Sumbangan Visi Islam dalam Sistem

    Pendidikan Nasional. Menyampaikan ide sebagai berikut:

    a. Perbedaan maupun persamaan tujuan pendidikan Islam dan pendidikan

    nasional akan mengalami perubahan sesuai dengan konteks sosialnya.

    b. saatnya pendidikan kita terjadi proses konvergensi. Dimana pendidikan

    melakukan pengembangan intelektual serta pembangunan moral dan akhlak

    peserta didik secara bersama dalam pembelajaran.

    Pada akhir perkuliahan dosen memberikan Tugas Analitis Kritis untuk Buku

    Kedua. Referensi: Tilaar, H.A.R 2010. Paradigma baru pendidikan nasional.

    Jakarta, Rineka Cipta. Kelas telah dibagikan dalam 6 kelompok sebelumnya,

    hanya dijadikan 3 kelompok pembahasan saja. Hasil analisis Kritis akan

    dipresentasikan pada hari kamis, 17 Oktober 2013.

  • 15

    JURNAL BELAJAR 6

    Nama Mata Kuliah : Landasan dan Problematika Pendidikan.

    Dosen Pembina : Dr. Agus Ramdani, M.Sc.

    Nama Mahasiswa : Andy Eddy

    NIM : I2K 013 007

    Hari/Tgl : Kamis, 10 Oktober 2013

    Hari ini Kamis, 10 Oktober 2013 merupakan pertemuan ke-enam. Pada pertemuan ini kita

    mengaitkan Visi Pendidikan Nasional dengan enam pendapat/artikel yang terdapat dalam

    Bagian III: Mencari Visi Pendidikan dari Buku Menggagas Paradigma Baru Pendidikan

    oleh Sindhunata (editor).

    Hasil Refleksi:

    Setelah membaca dan mengkaji visi Pendidikan Nasional, saya dapat menemukan

    beberapa keterkaitan antara visi pendidikan Nasional dengan ide dan gagasan ke-enam

    penulis tersebut, sebagai berikut:

    Tujuan Pendidikan Nasional menurut Undang-Undang Sisdiknas adalah:

    1) Meningkatkan iman, takwa, dan akhlak mulia; (sumbangsih gagasan

    Zamakhsyari Dhofier)

    2) Meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi; (sumbangsih

    gagasan Andi Hakim Nasoetion)

    3) Meningkatkan sensitivitas dan kemampuan ekspresi estetis;

    4) Meningkatkan kualitas jasmani; (sumbangsih gagasan Alex Lanur)

    5) Meningkatkan pemerataan kesempatan belajar kepada semua jalur, jenis, dan

    jenjang pendidikan bagi semua warga negara secara adil, tidak diskriminatif,

    dan demokratis tanpa membedakan tempat tinggal, status sosial-ekonomi, jenis

    kelamin, agama, kelompok etnis, dan kelainan fisik, emosi, mental serta

    intelektual;

    6) Menuntaskan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun secara efisien,

    bermutu, dan relevan sebagai landasan yang kokoh bagi pengembangan

    kualitas manusia Indonesia; (sumbangsih gagasan J.C. Tukiman Taruna,)

    7) Menurunkan secara signifikan jumlah penduduk buta aksara; (sumbangsih

    gagasan Andi Hakim Nasoetion dan J.C. Tukiman Taruna,)

  • 16

    8) Memperluas akses pendidikan nonformal bagi penduduk laki-laki ataupun

    perempuan yang belum sekolah, tidak pernah sekolah, buta aksara, putus

    sekolah dalam dan antar jenjang serta penduduk lainnya yang ingin

    meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan;

    9) Meningkatkan daya saing bangsa dengan menghasilkan lulusan yang mandiri,

    bermutu, terampil, ahli dan profesional, mampu belajar sepanjang hayat, serta

    memiliki kecakapan hidup yang dapat membantu dirinya dalam menghadapi

    berbagai tantangan dan perubahan; (sumbangsih gagasan Imam Bernabib)

    10) Meningkatkan kualitas pendidikan dengan tersedianya standar pendidikan

    nasional dan standar pelayanan minimal (SPM), serta meningkatkan kualifikasi

    minimum dan sertifikasi bagi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan

    lainnya;

    11) Meningkatkan relevansi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan

    pembangunan melalui peningkatan hasil penelitian, serta pengembangan dan

    penciptaan ilmu pengetahuan dan teknologi oleh perguruan tinggi serta

    penyebarluasan dan penerapannya pada masyarakat;

    12) Menata sistem pengaturan dan pengelolaan pendidikan yang semakin efisien,

    produktif, dan demokratis dalam suatu tata kelola yang baik dan akuntabel;

    (sumbangsih gagasan Mursal Esten)

    13) Meningkatnya efisiensi dan efektifitas manajemen pelayanan pendidikan

    melalui peningkatan pelaksanaan manajemen berbasis sekolah, peran serta

    masyarakat dalam pembangunan pendidikan, serta efektivitas pelaksanaan

    otonomi dan desentralisasi pendidikan termasuk otonomi keilmuan;

    (sumbangsih gagasan J.C. Tukiman Taruna) .

    14) Mempercepat pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme untuk

    mewujudkan Depdiknas yang bersih dan berwibawa.

    Dengan adanya keterkaitan ide dan gagasan para penulis artikel tersebut, memberikan

    inspirasi pada saya untuk terus menambah pengetahuan dan wawasan tentang Pendidikan

    sehingga kelak dapat memberikan ide dan gagasan dalam membenahi problematika

    pendidikan. Berangkat dari keinginan itu, saya berharap kiranya Bapak dosen pengampu

    memberikan bimbingan dan arahannya.

  • 17

    JURNAL BELAJAR 7

    Nama Mata Kuliah : Landasan dan Problematika Pendidikan.

    Dosen Pembina : Dr. Agus Ramdani, M.Sc.

    Nama Mahasiswa : Andy Eddy

    NIM : I2K 013 007

    Hari/Tgl : Kamis, 17 Oktober 2013

    Hari ini Kamis, 17 Oktober 2013 merupakan pertemuan ke-tujuh. Pada hari ini, pertama

    kali membahas tentang buku Paradigma baru pendidikan nasional yang ditulis oleh

    Prof. Dr. H.A.R. Tilaar yang diterbitkan oleh Rineka Cipta, jakarta pada tahun 2000.

    Presentasi hari ini terdiri dari 2 pembahasan, yaitu:

    1. Paradigma Lama, Anomali, dan Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Yang

    menjadi presenter ialah Bapak Ahmad Riyadi (004) dan pak mewakili kelompok 1

    dan kelompok 4.

    2. Desentralisasi Pendidikan Nasional dalam Rangka Pelaksanaan UU No. 22

    Tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tentang Perimbangan Keuangan

    Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dengan Presenter Ayu Suhartiny

    yang mewakili kelompok 2 dan kelompok 5.

    Hasil Refleksi

    Pada bagian awal dari presentasi hari ini dibahas bagian 2 dari Buku diatas

    tentang Paradigma Lama, Anomali, dan Paradigma Baru Pendidikan Nasional.

    Tujuan kita membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia ialah untuk

    Mencerdaskan Kehidupan Bangsa. Oleh sebab itu pendidikan nasional telah

    menempatkan diri dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat sejak lahirnya

    Republik Proklamasi. Perubahan-perubahan fundamental telah terjadi didalam

    sisdiknas, suatu sistem pendidikan kolonial yang elistis diubah menjadi pendidikan

    yang populis. Ada empat Indikator Perkembangan Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:

    1). Popularasi Pendidikan, 2). Sistematisasi Pendidikan, 3). Proliferasi Pendidikan,

    dan 4). Politisasi Pendidikan. Bangsa Indonesia dilanda krisis total yang menerpa

    seluruh aspek kehidupan masyarakat dan berbangsa. Krisis yang menyeluruh tersebut

    pada hakekatnya merupakan refleksi krisis kebudayaan yang merupakan krisis

  • 18

    pendidikan pula. Oleh sebab itu sudah pada waktunya kita meninjau kembali

    paradigma-paradigma yang telah mendasari krisis pendidikan nasional. Dari hasil

    yang telah kita capai selama masa era pra-krisis akan kita temukan anomali-anomali

    yang terjadi. Metodologi gestalt atau metodologi holistik sangat kita perlukan oleh

    karena krisis yang kita alami merupakan suatu krisis total. Berdasarkan analisis

    terhadap pengalaman sisdiknas era Orde Baru serta anomali-anomali yang terjadi.

    Maka dapat disusun berbagai paradigma untuk era Reformasi dalam pengembangan

    sisdiknas. Pertama, penulis mengusulkan program prioritas pasca-krisis, kemudian

    usulan program prioritas 1999-2004. Metode yang digunakan mengikuti metode yang

    telah diterapkan dalam analisis kajian era Orde Baru yaitu dengan bertitik tolak pada

    empat indikator sisdiknas yang telah disebutkan sebelumnya. Penulis sangat runut dan

    kongkrit dalam menyampaikan gagasannya tersebut.

    Pembahasan berikutnya adalah tulisan tentang Desentralisasi Pendidikan

    Nasional dalam Rangka Pelaksanaan UU No. 22 Tentang Pemerintahan Daerah dan

    UU No. 25 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan

    Pemerintah Daerah. Arus reformasi total sedang melanda kehidupan bermasyarakat

    dan bernegara. Tujuan reformasi adalah menuju kepada masyarakat madani indonesia,

    Di masa Orde Baru untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, digunakan

    cara-cara paksaan yang sentralistik yakni mengerahkan rakyat untuk melaksanakan

    keinginan sekelompok elit penguasa. Oleh karena itu, di era reformasi diperlukan

    adanya partisipasi rakyat yang bertanggung jawab. Pendidikan yang terlepas dari

    masyarakat dan budaya masyarakatnya, adalah pendidikan yang tidak mempunyai

    akuntabilitas karena Pendidikan yang benar adalah pendidikan yang hidup dari, oleh,

    dan untuk masyarakatnya. Di dalam pengembangan kebudayaan, kita menghadapi dua

    tugas yang besar, yakni: pengembangan budaya daerah dan pengembangan budaya

    nasional. Oleh karena itu, dalam rangka desentralisasi pendidikan dan kebudayaan

    diperlukan perangkat undang-undang pengaturan. Di dalam hal ini, diperlukan

    koordinasi dan kerja sama antar-daerah agar kedua jenis kebudayaan ini tetap

    merupakan kekayaan yang tidak ternilai dari bangsa dalam menghadapi gelombang

    globalisasi dengan kebudayaan globalnya. Bangsa yang dilanda oleh kebudayaan

    global akan kehilangan identitasnya apabila bangsa itu tidak menghargai dan tidak

    mengembangkan kebudayaannya sendiri.

  • 19

    JURNAL BELAJAR 8

    Nama Mata Kuliah : Landasan dan Problematika Pendidikan.

    Dosen Pembina : Dr. Agus Ramdani, M.Sc.

    Nama Mahasiswa : Andy Eddy

    NIM : I2K 013 007

    Hari/Tgl : Kamis, 24 Oktober 2013

    Hari ini Kamis, 24 Oktober 2013 merupakan pertemuan ke-delapan dan semestinya hari

    terakhir pembahasan tentang buku Paradigma baru pendidikan nasional yang ditulis

    oleh Prof. Dr. H.A.R. Tilaar yang diterbitkan oleh Rineka Cipta, jakarta pada tahun 2000.

    Adapaun pembahasannya adalah tentang Paradigma baru Perencanaan dan Manajemen

    Pendidikan Nasional di Daerah. Yang telah diAnalisis Kritis oleh kelompok 3 dan

    kelompok 6. Walaupun pembahasan ini tidak dipresentasikan, saya merasa perlu untuk

    dibahas dalam jurnal belajar ini agar kita memiliki satu kesatuan pemahaman dan

    pemikiran karena ketiga pembahasan dalam buku ini memiliki keterkaitan.

    Hasil Refleksi:

    Dengan terbitnya Undang-Undang Otonomi Daerah pada tahun 1999

    maka dimulailah salah satu rentetan proses demokrasi di dalam kehidupan

    masyarakat dan bangsa Indonesia. Salah satu pelaksanaan dari Undang-Undang

    Otonomi Daerah ialah di dalam bidang pendidikan dan kebudayaan.

    Penyelenggaraan pendidikan dan kebudayaan yang akan menjadi tugas dan

    wewenang Daerah. Untuk itu, di dalam pelaksanaannya memerlukan persiapan-

    persiapan baik di dalam penyusunan rencananya, program, dan penyediaan sumber

    daya. Otonomi pada hakekatnya bertujuan untuk memandirikan seseorang atau

    suatu lembaga atau suatu daerah. Dalam rangka untuk mencapai tujuan

    kemandirian tersebut maka usaha-usaha yang dilaksanakan adalah usaha

    Pemberdayaan (empowerment). Pelaksanaan Undang-Undang Otonomi daerah

    memerlukan suatu perubahan sikap dari para pelakunya serta kemampuan

    kelembagaan agar supaya pelaksanaan otonomi dapat berjalan dengan sebaik-

    baiknya.

  • 20

    Ada empat pemain inti dalam proses pemberdayaan agar lembaga

    pendidikan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya, yakni :

    masyarakat Lokal, Universitas di Daerah, lembaga pemerintahan di Daerah, dan

    Lembaga Pendidikan. Antara Pemda Kabupaten dengan masyarakat di dalam

    penyelenggaraan pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan akuntabilitas

    Horizontal. Artinya, masyarakat dan Pemda dua-duanya bertanggung jawab

    terhadap the Stake Holder(masyarakat) yang memiliki pendidikannya.

    Universitas di daerah mempunyai hubungan yang konsultatif dengan masyarakat

    lokal dan Pemda Kabupaten, sehingga universitas dapat menjadi sumber

    pembaharu dalam peningkatan mutu pendidikan, karena juga universitas dengan

    status otonominya mempunyai hubungan konsultatif dengan Pemda Provinsi dan

    juga pemerintah Pusat. Fungsi universitas menjadi cukup sentral dalam

    pembangunan di daerah.

    Melihat kepada fungsi universitas di daerah sebagai pusat yang

    mempunyai kemampuan dan kedudukan yang otonomi maka lembaga universitas

    di daerah dapat dijadikan pusat jaringan kerja sama untuk masing-masing provinsi.

    Universitas bukan hanya berfungsi sebagai clearing house dari hasil uji-coba dan

    pusat informasi, tetapi juga dapat dijadikan sebagai mitra penarik dari gerbong

    reformasi pendidikan di daerah.

    Berdasarkan gagasan ide penulis tersebut, saya dapat memahami bahwa

    penulis begitu konsen dan sistematis dalam mensintesis sebuah konsep yang

    disebut Desentralisasi pendidikan. Pada bagian ini penulis merumuskan bentuk

    Paradigma Baru Perencanaan dan Manajemen Pendidikan Nasional di Daerah,

    dimana Universitas di Daerah dijadikan Pusat jaringan Kerjasama. Kemudian

    timbul pertanyaan mendasar pada diri saya, Apakah tulisan ini memiliki keterkaitan

    dengan diterbitkannya Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS ?

    jawaban untuk pertanyaan ini telah ditanggapi oleh dosen pengampu, bahwa

    memang tulisan-tulisan ini (HAR. Tilaar) memiliki keterkaitan dengan lahirnya

    Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS.

    Berangkat dari uraian diatas, saya merefleksikan bahwa Pendidikan adalah

    persoalan mendasar dalam kehidupan Karena setiap perubahan yang terjadi

    dibidang yang lain akan ikut merubah pola dan paradigma pendidikan.

    Sebagaimana yang telah terjadi dan disampaikan dalam tulisan-tulisan diatas.