jurnal belajar ahmad syukran

22
0 JURNAL BELAJAR (MK. Landasan dan Problematika Pendidikan) Dosen Pembina : Dr. H. Agus Ramdani, M.Sc Disusun oleh : Ahmad Syukran NIM. I2K013005 UNIVERSITAS MATARAM PROGRAM MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN TAHUN AKADEMIK 2013/2014

Upload: achmad-syukran

Post on 28-Dec-2015

98 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Jurnal Belajar MK. LDPP

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Belajar Ahmad Syukran

0

JURNAL BELAJAR

(MK. Landasan dan Problematika Pendidikan)

Dosen Pembina :

Dr. H. Agus Ramdani, M.Sc

Disusun oleh :

Ahmad Syukran

NIM. I2K013005

UNIVERSITAS MATARAM

PROGRAM MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN

TAHUN AKADEMIK 2013/2014

Page 2: Jurnal Belajar Ahmad Syukran

1

JURNAL BELAJAR I

Nama Mata Kuliah : Landasan dan Problematika Pendidikan

Dosen Pembina : Dr. H. Agus Ramdani, M.Sc

Nama Mahasiswa : Ahmad Syukran

NIM : I2K013005

Hari, Tanggal : Kamis, 5 September 2013

Hari ini, Kamis 5 September 2013 adalah hari pertama dan kuliah perdana bagi

mahasiswa Pascasarjana Magister Administrasi Pendidikan Universitas Mataram Tahun

Akademik 2013/2014. Perkuliahan diawali dengan suasana kekakuan dan situasi yang

formal, namun dengan perkenalan dan simulasi kartu ZOFF (Zeil Oriented Project

Planning) serta sikap ramah Dosen Pembina yaitu Bapak Dr. H. Agus Ramdani, M.Sc,

menjadikan suasana perkuliahan berikutnya berlangsung dengan rileks dan penuh

keakraban.

Pembelajaran mata kuliah Landasan dan Problematika Pendidikan dimulai dengan

simulasi kartu ZOFF dimana mahasiswa menuliskan problematika pendidikan menurut

sudut pandang dan pengalaman masing-masing di dunia pendidikan. Dan setelah itu

dosen pembina memaparkan kontrak perkuliahan yang akan diikuti selama 8 pekan ke

depan.

Hasil Refleksi :

Secara garis besar ada 14 Problematika Pendidikan yang dikemukakan oleh 23

Mahasiswa Magister Administrasi Pendidikan di kelas A, yaitu:

1. Sarana dan prasarana sekolah yang belum memadai;

2. Media Pembelajaran/Iptek;

3. Dukungan dari orang tua;

4. Tenaga Pendidik/Kinerja Guru;

5. Kurikulum;

6. Peserta Didik;

Page 3: Jurnal Belajar Ahmad Syukran

2

7. Disiplin kerja;

8. Kebijakan Pemerintah;

9. Sumber Daya Manusia;

10. Assesmen;

11. Pengawasan pendidikan;

12. Diklat guru;

13. Penempatan guru tidak sesuai keahlian;

14. Biaya Pendidikan.

Pada pertemuan ini dosen memberikan motivasi dan memberikan tugas analisis kritis.

Kami membuat analisis kritis dengan tema Mencari Visi Pendidikan dengan referensi

artikel/makalah yang terdapat dalam buku “Menggagas Paradigma Baru Pendidikan:

Demokratisasi, Otonomi, Civil Society, Globalisasi” oleh Shindunata (editor).

Mencari Visi Pendidikan merupakan bagian ketiga dari buku tersebut dengan

artikel/makalah :

1. Ilmu untuk Kehidupan dan Penghidupan oleh Andi Hakim Nasoetion,.

2. Pengembangan Masyarakat dalam Konteks Pendidikan untuk Semua oleh J.C.

Tukiman Taruna.

3. Dampak Konsep “Manusia” Filsafat Manusia yang Bersifat Personalistik pada

Pendidikan oleh Alex Lanur.

4. Renungan tentang Filsafat Pendidikan Dewasa ini oleh Imam Bernabib.

5. Strategi Kebudayaan untuk Sistem Pendidikan oleh Mursal Esten, dan

6. Sumbangan Visi Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional oleh Zamakhsyari

Dhofier.

Mahasiswa dibagi menjadi 6 kelompok untuk membuat analisis kritis dan saya bersama

tiga rekan lainnya mendapat tugas membahas artikel ke-2 dan akan dipresentasikan pada

pertemuan berikutnya.

Gambaran kuliah perdana ini memberikan semangat bagi saya pribadi dan rekan-rekan

mahasiswa lainnya guna mengikuti perkuliahan berikutnya. Karena masalah dan

problematika pendidikan tidak akan selesai tanpa kepedulian dan kesungguhan kami

sebagai insan pendidikan.

Page 4: Jurnal Belajar Ahmad Syukran

3

JURNAL BELAJAR II

Nama Mata Kuliah : Landasan dan Problematika Pendidikan

Dosen Pembina : Dr. H. Agus Ramdani, M.Sc

Nama Mahasiswa : Ahmad Syukran

NIM : I2K013005

Hari, Tanggal : Kamis, 12 September 2013

Kamis, 12 September 2013, pertemuan kedua dan hari pertama dari rangkaian

pembahasan buku “Menggagas Paradigma Baru Pendidikan: Demokratisasi, Otonomi,

Civil Society, Globalisasi”, yang disusun oleh Sindhunata (editor) dan diterbitkan oleh

Kanisius Yogyakarta tahun 2000. Presenter Bapak Ahmad Jauhari mewakili kelompok I

dengan artikel berjudul “Ilmu untuk Kehidupan dan Penghidupan” yang ditulis oleh

Andi Hakim Nasution.

Hasil Refleksi :

Andi Hakim Nasution, dalam tulisannya mengemukankan beberapa gagasan tentang

pendidikan, ide dan gagasan beliau antara lain :

1. Pengajaran sains seharusnya bertolak dari latihan pemahaman dan penguasaan fakta

dasar mengenai ilmu yang kemudian berkembang ke tahapan penerapan, analisis,

dan sintesis. Latihan membaca kritis sehingga membuat siswa dapat meramu

sendiri pengetahuan baru dari kumpulan pengetahuan yang sudah ada.

2. Melek huruf harus didampingi melek angka, kemampuan berhitung diperlukan,

disamping itu memerlukan juga kemampuan bernalar yang diajarkan melalui

logika, matematika diskret, dan analisis data.

3. Belajar dari sejarah dan kesusastraan dunia. Selain perlunya pandangan sejarah

yang

4. menyeluruh bagi siswa, diperlukan juga upaya agar siswa diberi kewajiban

membaca dari khazanah susastra dunia.

Page 5: Jurnal Belajar Ahmad Syukran

4

5. Matematika dan bahasa asing modern sebagai modal penguasaan ilmu untuk

penghidupan. Untuk dapat menguasai ilmu sebagai penghidupan diperlukan

kemampuan berkomunikasi dalam bahasa ilmu itu dan bahasa pengantar ilmu itu.

6. Bahasa ilmu adalah matematika karena prinsip ilmu selain kesemestaan adalah juga

sifat penyederhanaannya. Penyederhanaan adalah abstraksi pemasalahan dan

abstraksi pemasalahan dicapai melalui pemodelan secara matematika.

7. Memaksimalkan penggunaan internet dalam pendidikan sains. Informasi yang

tersedia digunakan untuk eksplorasi pengetahuan sains, terlebih untuk memperoleh

informasi perkembangan sains terbaru dan perkembangan proses pembelajaran

yang lebih maju. Internet digunakan dalam kerangka kegiatan yang bernuansa

akademik sehingga perlu dibangun cyber-acadecmic community.

Pada presentasi dibahas tentang Ilmu untuk Kehidupan dan Penghidupan. Mengikuti

pandangan al-Ghazali, Ibnu Khaldun menyebut dua jenis ilmu yakni: ilmu naqliah dan

ilmu aqliah. Ilmu Naqliah merupakan ilmu yang diturunkan sebagai wahyu oleh Sang

Maha Pencipta kepada manusia. Sedangkan ilmu Aqliah merupakan ilmu yang

diajarkan oleh Yang Kuasa kepada manusia melalui akal manusia. Contoh ilmu Aqliah

untuk kehidupan diantaranya fenomena mengenai kerupuk dan abu rokok, pelajaran

kapilaritas dan higroskopi, fenomena siswa yang kembali ke Indonesia setelah

mengikuti orang tuanya tugas belajar di luar negeri.

Setelah mendengar dan mengikuti presentasi yang disampaikan, muncul pertanyaan

mendasar pada diri saya untuk diajukan yaitu: pembelajaran apa yang dapat kita ambil

dari tulisan tersebut untuk diterapkan dalam dunia pendidikan kita sekarang?

Page 6: Jurnal Belajar Ahmad Syukran

5

JURNAL BELAJAR III

Nama Mata Kuliah : Landasan dan Problematika Pendidikan

Dosen Pembina : Dr. H. Agus Ramdani, M.Sc

Nama Mahasiswa : Ahmad Syukran

NIM : I2K013005

Hari, Tanggal : Kamis, 19 September 2013

Pertemuan ketiga Kamis, 19 September 2013 adalah pembahasan dua artikel lanjutan

yaitu:

1. Pengembangan Masyarakat dalam Konteks Pendidikan untuk Semua oleh J.C.

Tukiman Taruna, dengan presenter Andy Eddy (007), Ahmad Syukran (005),

Alfian Satriadi (006), dan Ayu Suhartiny (008).

2. Dampak Konsep “Manusia” Filsafat Manusia yang Bersifat Personalistik pada

Pendidikan oleh Alex Lanur, dengan presenter Dian Yanuarti (011), Baiq Jasni

Mahayani (009), Bambang Siswanto (010), dan Dina Nurlaily Aprinaida (012).

Hasil Refleksi :

Section pertama adalah pembahasan tentang Pengembangan Masyarakat dalam Konteks

Pendidikan untuk Semua, tulisan J.C. Tukiman Taruna. Pengembangan masyarakat

yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah process through which the human being is

assisted in his growth and development within the scope of his potential. Dengan

demikian, kata-kata kunci dari pernyataan tersebut adalah; 1) proses, 2) manusia, 3)

dibantu pertumbuhannya, dan 4) pengembangannya disesuaikan dengan potensi yang

dimiliki oleh masing-masing orang.

Bagaimana relevansi antara pengembangan masyarakat dan pendidikan seharusnya

dimaknai ketika dewasa ini banyak pihak meng-quovadis-kan pendidikan di Indonesia?

Salah satu alternatif jawabannya adalah perlu disebarluaskan konsep pendidikan untuk

semua (Education For All/EFA), sebuah konsep yang menegaskan keterlibatan semua

pihak dalam kependidikan. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan program

Page 7: Jurnal Belajar Ahmad Syukran

6

rintisan sebagai pendekatan pendidikan untuk semua (Education For All/EFA) dan

sebuah upaya peningkatan pemberdayaan masyarakat.

Section kedua adalah pembahasan artikel Dampak Konsep “Manusia” Filsafat Manusia

yang Bersifat Personalistik pada Pendidikan, tulisan Alex Lanur. Dalam pembahasan

kelompok III dikemukakan bahwa dalam diri manusia terdapat beberapa struktur dasar

yang sangat menentukan. Struktur tersebut adalah: 1) manusia adalah makhluk

jasmaniah-rohaniah, 2) manusia adalah makhluk individual-sosial, 3) manusia adalah

makhluk yang bebas, dan 4) manusia adalah makhluk yang menyejarah.

Bila manusia dicirikan secara personal, maka yang dimaksud adalah pribadi yang

ditandai oleh empat dimensi tersebut. Penjelasannya sebagai berikut:

1. Manusia adalah makhluk jasmaniah-rohaniah; implementasi dari dimensi

kejasmanian manusia menunjuk pentingnya pendidikan jasmani sebagai bagian

integral dan praksis pendidikan. Adapun dimensi rohani mengharuskan praksis

pendidikan mengusahakan agar peserta didik dapat mengembangkan kemampuan

olah rohaninya, pengolahan rasa, kepekaan, religiositas, dan lain-lain mendapat

tempatnya.

2. Manusia adalah makhluk individual-sosial; dimensi individu-sosial yang melekat

pada manusia menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk individu yang berada

dalam realitas sosialnya. Namun eksistensi manusia yang mempunyai ciri individu

ini tidak boleh dikaburkan dengan dimensi sosialnya. Oleh karena itu, dalam

praksis pendidikan dimensi individu ini harus mendapat tekanan lebih dahulu.

3. Manusia adalah makhluk yang bebas; salah satu hal penting dalam diri manusia

adalah dimensi kebebasan. Dengan adanya dimensi ini, seyogianya pendidikan

akan mengarahkan peserta didik menjadi manusia yang mempunyai kemandirian

dan sekaligus rasa tanggungjawab. Kemandirian itu mengandaikan manusia

mempunyai pengetahuan yang cukup, keterampilan yang memadai, dan tata nilai

yang benar sehingga dapat mengambil sikap hidup yang konsisten dalam

membangun interaksi dengan lingkungan dan sesamanya.

4. Manusia adalah makhluk yang menyejarah; dimensi manusia sebagai makhluk yang

menyejarah menandaskan bahwa manusia adalah makhluk yang bisa membuat

sejarah dan sekaligus hidup dan berkembang dalam kesejarahannya. Konsekuensi

Page 8: Jurnal Belajar Ahmad Syukran

7

dari pengakuan atas dimensi ini adalah peserta didik bukanlah kertas kosong.

Peserta didik sudah tumbuh dalam sejarah tertentu dan diharapkan mampu untuk

membuat sejarahnya sendiri.

Pada bagian akhir dari presentasi dibuka diskusi, ada beberapa hal yang dipertanyakan

oleh audiens, namun pertanyaanya berupa pengembangan dan terlalu teknis untuk

dibahas. Pertanyaannya seperti : 1) apakah ada dampak negatif dari konsep

pengembangan masyarakat? 2) apakah MBS telah berhasil mencapai tujuannya? 3)

menurut konsep MBS, kepada siapakah kepala sekolah bertanggung jawab? 4) metode

pembelajaran seperti apa agar peserta didik dapat dikembangkan sejalan dengan empat

stuktur dasar manusia (sebagai makhluk yang jasmaniah-rohaniah, makhluk yang

individual-sosial, makhluk yang bebas, dan makhluk yang menyejarah) ?

Setelah menelaah dan mengikuti pembahasan tentang kedua tulisan di atas, tulisan

tentang “Pengembangan Masyarakat dalam Konteks pendidikan untuk Semua” oleh

J.C. Tukiman Taruna dapat memberikan inspirasi dalam mengembangkan peran serta

dan dukungan masyarakat dalam proses pendidikan.

Tulisan Alex Lanur yaitu Dampak Konsep “Manusia” Filsafat Manusia yang Bersifat

Personalistik pada Pendidikan, memberikan gambaran kepada kita tentang struktur

dasar yang terdapat dalam diri manusia. Peserta didik merupakan subjek dari seluruh

proses dan kegiatan pendidikan. Untuk itu, semestinya dalam pelaksanaan pendidikan

senantiasa memperhatikan empat struktur dasar yang dimiliki oleh manusia.

Page 9: Jurnal Belajar Ahmad Syukran

8

JURNAL BELAJAR IV

Nama Mata Kuliah : Landasan dan Problematika Pendidikan

Dosen Pembina : Dr. H. Agus Ramdani, M.Sc

Nama Mahasiswa : Ahmad Syukran

NIM : I2K013005

Hari, Tanggal : Kamis, 26 September 2013

Hari ini Kami, 26 September 2013 merupakan pertemuan keempat dan hari ketiga untuk

pembahasan artikel dalam buku Menggagas Paradigma Baru Pendidikan. Presentasi

pada kesempatan kali ini adalah :

1. Renungan tentang Filsafat Pendidikan Dewasa Ini (Imam Bernabib), dengan

presenter kelompok IV : Dwi Sunarto (013), Eka Prihatin (014), Erti Jumainah

(015), dan Gusti Ayu Aryanthi (016).

2. Strategi Kebudayaan untuk Sistem Pendidikan (Mursal Esten), oleh kelompok V :

Hasbullah (018), Hadi Rasyid Mustawin (017), dan Gusti Ayu Aristianti Pratiwi

(019).

3. Sumbangan Visi Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional (Zamakhsyari Dhofier),

oleh kelompok VI : Imanto Rahadi (020), Indri Selfiani (021), Jayadi Putra (022),

dan Laziza Iklima Khairatun (023).

Hasil Refleksi :

Pada bagian awal dari presentasi ini dibahas tentang “Renungan tentang Filsafat

Pendidikan Dewasa ini” karya Imam Bernabib. Bertitik tolak dari sebuah kenyataan

problematis mengenai pendidikan, penulis mulai dengan mempersoalkan mengenai

masalah peserta didik yang berada dalam dikotomi subjek dan objek. Penulis

menyarankan seyogianya pendidikan memberi tempat yang seimbang bagi pesertadidik,

baik sebagai objek ataupun subjek pendidikan. Penulis juga mendeskripsikan persoalan

pokok yang sekarang ini melanda dunia pendidikan di Indonesia. Persoalan itu dia

rumuskan dalam hubungan antara proses pembentukan individu peserta didik,

Page 10: Jurnal Belajar Ahmad Syukran

9

masyarakat, serta nilai-nilai dan arah dari pendidikan itu sendiri. Dari sudut individu,

penulis mendukung bahwa individu sudah semestinyalah diarahkan untuk menjadi

pribadi yang mandiri. Untuk itu, „intervensi‟ terhadap peserta didik haruslah dilakukan

dengan bijaksana, mengingat bahwa individu yang sedang dalam proses pendidikannya

adalah pribadi yang sedang menjadi. Dalam proses atau garis hidup semacam itulah

pribadi itu sedang membentuk diri.

Pembahasan berikutnya adalah tulisan tentang “Strategi Kebudayaan untuk Sistem

Pendidikan” karya Mursal Esten. Sejumlah fenomena yang terjadi di tanah air

memperlihatkan betapa pentingnya suatu strategi kebudayaan untuk sebuah bangsa yang

besar dan majemuk seperti Indonesia. Ancaman disintegrasi bangsa, arogansi kesukuan,

terpinggirkannya daerah-daerah, konflik antaretnis dan agama, masalah transmigrasi

dan permukiman, fenomena KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme), dan sejumlah

fenomena budaya lainnya, merupakan akibat dari tiadanya atau kelirunya strategi

kebudayaan.

Beberapa kontroversi dan kerancuan di dalam politik kebudayaan telah terjadi sejak

puluhan tahun. Di satu sisi ingin mengembangkan masyarakat dan kebudayaan yang

memiliki identitas, namun di sisi lain dikembangkan pula sistem dan proses sentralisasi

yang mengabaikan daerah-daerah sebagai sumber nilai dan identitas.

Kebudayaan nasional hanya menjadikan puncak-puncak kebudayaan daerah sebagai

bagiannya (UUD 1945). Proses reformasi yang tengah berlangsung pada hakikatnya

adalah proses kebudayaan. Reformasi hukum, reformasi sistem pemerintahan, reformasi

pendidikan, reformasi politik, reformasi sistem keamanan, dan reformasi sistem-sistem

lainnya haruslah dilihat sebagai reformasi budaya.

Perkembangankebudayaan Indonesia dalam milenium III akan terjadi proses

desentralisasi dan proses globalisasi. Untuk itu, strategi kebudayaan harus memberi

tempat bagi hal itu di dalam proses pendidikan. Sebagaimana pendapat dari John

Naisbitt, yang mengatakan bahwa suku bangsa (tribe) yang bisa mengglobal adalah

suku yang memiliki identitas yang kuat dan lentur. Peranan suku-suku bangsa yang

demikian akan semakin besar dan berprospek cerah.

Page 11: Jurnal Belajar Ahmad Syukran

10

Pembahasan terakhir adalah Tulisan tentang “Sumbangan Visi Islam dalam Sistem

Pendidikan Nasional” karya Zamakhsyari Dhofier. Dari sudut pandang sosio-historis,

perbedaan maupun persamaan tujuan pendidikan Islam dan pendidikan nasional akan

mengalami perubahan sesuai dengan konteks sosialnya. Karena memang pendidikan

Islam dan sistem pendidikan nasional secara keseluruhan memiliki latar belakang sosio-

historis yang sama maka persoalan yang muncul dan upaya-upaya pemecahannya akan

menuju ke arah yang sering kali sama dan serasi. Perbedaan yang mungkin ada antara

tujuan pendidikan Islam dengan pendidikan nasional lebih bersifat sementara, bukan

perbedaan yang substansial, dan lebih diwarnai oleh perbedaan kepentingan

antarkelompok sosial yang memegang kendali pengelolaannya. Contoh, perbedaan yang

paling menonjol adalah pandangan epistemologis sejumlah pengamat pendidikan yang

mengatakan bahwa pendidikan pesantren menekankan pembangunan moral dan akhlak

peserta didik dengan melupakan aspek pencerdasan, sedangkan pendidikan di sekolah-

sekolah modern menekankan pengembangan intelektual dengan mengabaikan

pembinaan moral. Pada saat pesantren, madrasah, dan perguruan tinggi agama Islam

memasuki milenium ketiga, terjadi proses konvergensi antara keduanya.

Lembaga-lembaga pendidikan agama Islam sedang memperbaiki kelemahannya dengan

memperkaya kurikulum bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses konvergensi

tersebut dilakukan dengan strategi „menyambut‟ uluran tangan pemerintah.

Pada bagian akhir dari persentasi dibuka diskusi, ada beberapa hal yang dipertanyakan

oleh audiens, namun pertanyaanya berupa pengembangan dan terlalu teknis untuk

dibahas.

Setelah menelaah dan mengikuti pembahasan tentang tulisan diatas, tulisan “Renungan

tentang Filsafat Pendidikan Dewasa ini” karya Imam Bernabib memberikan saran

seyogianya pendidikan memberi tempat yang seimbang bagi peserta didik, baik sebagai

objek ataupun subjek pendidikan. Kemudian, individu sudah semestinyalah diarahkan

untuk menjadi pribadi yang mandiri. Untuk itu, „intervensi‟ terhadap peserta didik

haruslah dilakukan dengan bijaksana, mengingat bahwa individu yang sedang dalam

proses pendidikannya adalah pribadi yang sedang menjadi.

Tulisan tentang “Strategi Kebudayaan untuk Sistem Pendidikan” karya Mursal Esten

mengemukakan kepada kita bahwa strategi kebudayaan harus memberi tempat bagi

Page 12: Jurnal Belajar Ahmad Syukran

11

desentaralisasi dan globalisasi di dalam proses pendidikan. Sejalan dengan pendapat

John Naisbitt, yang mengatakan bahwa suku bangsa (tribe) yang bisa mengglobal

adalah suku yang memiliki identitas yang kuat dan lentur. Peranan suku-suku bangsa

yang demikian akan semakin besar dan prospek.

Tulisan tentang “Sumbangan Visi Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional” karya

Zamakhsyari Dhofier memberikan gambaran bahwa secara sosio-historis perbedaan

maupun persamaan tujuan pendidikan Islam dan pendidikan nasional akan mengalami

perubahan sesuai dengan konteks sosialnya. Sudah saatnya pendidikan kita terjadi

proses konvergensi antara keduanya. Dimana pendidikan melakukan pengembangan

intelektual serta pembangunan moral dan akhlak peserta didik secara bersama dalam

pembelajaran.

Page 13: Jurnal Belajar Ahmad Syukran

12

JURNAL BELAJAR V

Nama Mata Kuliah : Landasan dan Problematika Pendidikan

Dosen Pembina : Dr. H. Agus Ramdani, M.Sc

Nama Mahasiswa : Ahmad Syukran

NIM : I2K013005

Hari, Tanggal : Kamis, 3 Oktober 2013

Hari ini Kamis, 3 Oktober 2013 merupakan pertemuan kelima. Setelah empat hari

sebelumnya enam artikel dalam buku “Menggagas Paradigma Baru Pendidikan:

Demokratisasi, Otonomi, Civil Society, Globalisasi”, yang disusun oleh Sindhunata

(editor) dan diterbitkan oleh Kanisius Yogyakarta tahun 2000, dosen memberikan

refleksi singkat tentang artikel-artikel yang telah dibahas pada pertemuan kedua sampai

pertemuan keempat.

Ada beberapa point penting yang disampaikan oleh beberapa penulis dalam buku

tersebut, pokok-pokok pikirannya sebagai berikut :

1. Dalam tulisan “Ilmu untuk Kehidupan dan Penghidupan”, Andi Hakim Nasoetion

memberikan ide dan pikirannya, antara lain:

a. Pengajaran sains seharusnya bertolak dari latihan pemahaman dan penguasaan

fakta dasar mengenai ilmu.

b. Kemudian berkembang ke tahapan penerapan, analisis , dan sintesis.

c. Latihan membaca kritis sehingga membuat siswa dapat meramu sendiri

pengetahuan baru dari kumpulan pengetahuan yang sudah ada.

d. Melek huruf harus didampingi melek angka.

e. Belajar dari Sejarah dan Kesusastraan Dunia.

f. Untuk dapat menguasai ilmu sebagai penghidupan diperlukan kemampuan

berkomunikasi dalam bahasa ilmu itu dan bahasa pengantar ilmu itu.

g. Internet digunakan dalam kerangka kegiatan yang bernuansa akademik

sehingga Perlu dibangun cyber-acadecmic community.

Page 14: Jurnal Belajar Ahmad Syukran

13

2. J.C. Tukiman Taruna dalam tulisannya “Pengembangan Masyarakat dalam

Konteks Pendidikan untuk Semua”, menyampaikan ide dan gagasannya berupa :

a. Relevansi antara pengembangan masyarakat dan pendidikan seharusnya

dimaknai.

b. Perlu disebarluaskan konsep pendidikan untuk semua (Education For

All/EFA).

c. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan program rintisan sebagai

pendekatan pendidikan untuk semua (Education For All/EFA) dan sebuah

upaya peningkatan Pemberdayaan Masyarakat.

d. Indikator keberhasilan MBS.

3. Alex Lanur, dengan tulisan “Dampak Konsep “Manusia” Filsafat Manusia yang

Bersifat Personalistik pada Pendidikan” mengemukakan idenya tentang:

a. Dalam manusia terdapat beberapa struktur dasar yang sangat menentukan,

struktur tersebut adalah : 1) manusia adalah makhluk jasmaniah-rohaniah; 2)

manusia adalah makhluk individual-sosial; 3) manusia adalah makhluk yang

bebas; dan 4) manusia adalah makhluk yang menyejarah.

b. Implementasi dari dimensi kejasmanian manusia menunjuk pentingnya

pendidikan jasmani sebagai bagian integral dan praksis pendidikan.

c. Adapun dimensi rohani mengharuskan praksis pendidikan mengusahakan agar

peserta didik dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan olah rohaninya.

Pengolahan rasa, kepekaan, religiositas, dan lain-lain mendapat tempatnya.

d. Dimensi individu-sosial yang melekat pada manusia menunjukkan bahwa

manusia adalah makhluk individu yang berada dalam realitas sosialnya. Namun

eksistensi manusia yang mempunyai ciri individu ini tidak boleh dikaburkan

dengan dimensi sosialnya. Oleh karena itu, dalam praksis pendidikan dimensi

individu ini harus mendapat tekanan lebih dahulu.

e. Seyogianya pendidikan akan mengarahkan peserta didik menjadi manusia yang

mempunyai kemandirian dan sekaligus rasa tanggungjawab. Kemandirian itu

mengandaikan manusia mempunyai pengetahuan yang cukup, keterampilan

yang memadai, dan tata nilai yang benar sehingga dapat mengambil sikap

hidup yang konsisten dalam membangun interaksi dengan lingkungan dan

sesamanya.

Page 15: Jurnal Belajar Ahmad Syukran

14

f. Manusia adalah makhluk yang bisa membuat sejarah dan sekaligus hidup dan

berkembang dalam kesejarahannya. Konsekuensi dari pengakuan atas dimensi

ini adalah peserta didik bukanlah kertas kosong. Peserta didik sudah tumbuh

dalam sejarah tertentu dan diharapkan mampu untuk membuat sejarahnya

sendiri.

4. Imam Bernabib dalam tulisannya “Renungan tentang Filsafat Pendidikan Dewasa

Ini”, menuangkan ide dan gagasannya, ialah:

a. Seyogianya pendidikan memberi tempat yang seimbang bagi peserta didik,

baik sebagai objek ataupun subjek pendidikan.

b. Individu/peserta didik sudah semestinyalah diarahkan untuk menjadi pribadi

yang mandiri. Untuk itu, „intervensi‟ terhadap peserta didik haruslah dilakukan

dengan bijaksana.

c. Individu yang sedang dalam proses pendidikannya adalah pribadi yang sedang

menjadi. Dalam proses atau garis hidup semacam itulah pribadi itu sedang

membentuk diri.

5. Mursal Esten dalam tulisannya “Strategi Kebudayaan untuk Sistem Pendidikan”

mengemukakan ide dan gagasannya, antara lain:

a. Pentingnya suatu strategi kebudayaan untuk sebuah bangsa yang besar dan

majemuk seperti Indonesia.

b. Proses reformasi yang tengah berlangsung pada hakikatnya adalah proses

kebudayaan.

c. Strategi kebudayaan harus memberi tempat bagi desentralisasi dan globalisasi

di dalam proses pendidikan.

d. Sistem Pendidikan adalah bagian terpenting dari strategi kebudayaan.

6. Dalam tulisannya “Sumbangan Visi Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional”

Zamakhsyari Dhofier menyampaikan ide sebagai berikut:

a. Perbedaan maupun persamaan tujuan pendidikan Islam dan pendidikan

nasional akan mengalami perubahan sesuai dengan konteks sosialnya.

b. Saatnya pendidikan kita terjadi proses konvergensi, dimana pendidikan

melakukan pengembangan intelektual serta pembangunan moral dan akhlak

peserta didik secara bersama dalam pembelajaran.

Page 16: Jurnal Belajar Ahmad Syukran

15

Pada akhir perkuliahan dosen memberikan Tugas Analisis Kritis untuk buku

“Paradigma Baru Pendidikan Nasional” tulisan Prof. H.A.R Tilaar tahun 2010 terbitan

Rineka Cipta Jakarta.

Page 17: Jurnal Belajar Ahmad Syukran

16

JURNAL BELAJAR VI

Nama Mata Kuliah : Landasan dan Problematika Pendidikan

Dosen Pembina : Dr. H. Agus Ramdani, M.Sc

Nama Mahasiswa : Ahmad Syukran

NIM : I2K013005

Hari, Tanggal : Kamis, 10 Oktober 2013

Kamis, 10 Oktober 2013 merupakan pertemuan keenam. Pada hari ini mahasiswa

ditugaskan untuk mengaitkan Visi Pendidikan Nasional dengan enam artikel/makalah

yang telah dibahas pada empat pertemuan sebelumnya dengan referensi pada Bagian III

buku “Menggagas Paradigma Baru Pendidikan” oleh Sindhunata (editor).

Hasil Refleksi :

Setelah membaca dan mengkaji Visi Pendidikan Nasional, saya dapat menemukan

beberapa keterkaitan antara Visi Pendidikan Nasional dengan ide dan gagasan keenam

penulis tersebut, sebagai berikut:

Tujuan Pendidikan Nasional menurut Undang-Undang Sisdiknas adalah:

1. Meningkatkan iman, takwa, dan akhlak mulia; (seperti gagasan Zamakhsyari

Dhofier)

2. Meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi; (sebagaimana gagasan

Andi Hakim Nasoetion)

3. Meningkatkan sensitivitas dan kemampuan ekspresi estetis;

4. Meningkatkan kualitas jasmani; (selaras dengan gagasan Alex Lanur)

5. Meningkatkan pemerataan kesempatan belajar kepada semua jalur, jenis, dan

jenjang pendidikan bagi semua warga negara secara adil, tidak diskriminatif, dan

demokratis tanpa membedakan tempat tinggal, status sosial-ekonomi, jenis

kelamin, agama, kelompok etnis, dan kelainan fisik, emosi, mental serta intelektual;

(konsep pendidikan untuk semua seperti dalam tulisan J.C. Tukiman Taruna)

Page 18: Jurnal Belajar Ahmad Syukran

17

6. Menuntaskan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun secara efisien,

bermutu, dan relevan sebagai landasan yang kokoh bagi pengembangan kualitas

manusia Indonesia; (sumbangsih gagasan J.C. Tukiman Taruna).

7. Menurunkan secara signifikan jumlah penduduk buta aksara; (seirama dengan

tulisan Andi Hakim Nasoetion dan J.C. Tukiman Taruna).

8. Memperluas akses pendidikan nonformal bagi penduduk laki-laki ataupun

perempuan yang belum sekolah, tidak pernah sekolah, buta aksara, putus sekolah

dalam dan antar jenjang serta penduduk lainnya yang ingin meningkatkan

pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan.

9. Meningkatkan daya saing bangsa dengan menghasilkan lulusan yang mandiri,

bermutu, terampil, ahli dan profesional, mampu belajar sepanjang hayat, serta

memiliki kecakapan hidup yang dapat membantu dirinya dalam menghadapi

berbagai tantangan dan perubahan; (selaras dengan gagasan Imam Bernabib)

10. Meningkatkan kualitas pendidikan dengan tersedianya standar pendidikan nasional

dan standar pelayanan minimal (SPM), serta meningkatkan kualifikasi minimum

dan sertifikasi bagi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan lainnya.

11. Meningkatkan relevansi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan

melalui peningkatan hasil penelitian, serta pengembangan dan penciptaan ilmu

pengetahuan dan teknologi oleh perguruan tinggi serta penyebarluasan dan

penerapannya pada masyarakat.

12. Menata sistem pengaturan dan pengelolaan pendidikan yang semakin efisien,

produktif, dan demokratis dalam suatu tata kelola yang baik dan akuntabel; (senada

dengan tulisan Mursal Esten).

13. Meningkatnya efisiensi dan efektifitas manajemen pelayanan pendidikan melalui

peningkatan pelaksanaan manajemen berbasis sekolah, peran serta masyarakat

dalam pembangunan pendidikan, serta efektivitas pelaksanaan otonomi dan

desentralisasi pendidikan termasuk otonomi keilmuan (sumbangsih gagasan J.C.

Tukiman Taruna) .

14. Mempercepat pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme untuk mewujudkan

Departemen Pendidikan Nasional yang bersih dan berwibawa.

Page 19: Jurnal Belajar Ahmad Syukran

18

Dengan adanya keterkaitan ide dan gagasan para penulis artikel tersebut, memberikan

inspirasi pada saya sebagai insan pendidikan untuk terus menambah pengetahuan dan

wawasan tentang pendidikan, sehingga kelak dapat memberikan ide dan gagasan dalam

membenahi problematika pendidikan, tentunya dengan arahan dan bimbingan dari

dosen pembina kami.

Page 20: Jurnal Belajar Ahmad Syukran

19

JURNAL BELAJAR VII

Nama Mata Kuliah : Landasan dan Problematika Pendidikan

Dosen Pembina : Dr. H. Agus Ramdani, M.Sc

Nama Mahasiswa : Ahmad Syukran

NIM : I2K013005

Hari, Tanggal : Kamis, 17 Oktober 2013

Perkuliahan ketujuh, Kamis, 17 Oktober 2013 membahas tentang buku “Paradigma

Baru Pendidikan Nasional” yang ditulis oleh Prof. Dr. H.A.R. Tilaar terbitan Rineka

Cipta Jakarta tahun 2000.

Presentasi hari ini terdiri dari dua pembahasan, yaitu:

1. Paradigma Lama, Anomali, dan Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Dengan

presenter dari kelompok I, Ahmad Riyadi (004) dan Adenan Muktamar (002) dan

kelompok IV, Dwi Sunarto (013), Eka Prihatin (014), Erti Jumainah (015), dan

Gusti Ayu Aryanthi (016).

2. Desentralisasi Pendidikan Nasional dalam Rangka Pelaksanaan UU No. 22 Tentang

Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Presenter dari kelompok III, Ayu

Suhartiny (008), Ahmad Syukran (005), Alfian Satriadi (006) dan Andy Eddy (007)

dan kelompok V, Hasbullah (018), Hadi Rasyid Mustawin (017), dan Gusti Ayu

Aristianti Pratiwi (019).

Hasil Refleksi

Pada bagian awal dari presentasi hari ini dibahas bagian 2 dari Buku diatas tentang

“Paradigma Lama, Anomali, dan Paradigma Baru Pendidikan Nasional”. Bahwa

tujuan kita membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia ialah untuk mencerdaskan

kehidupan bangsa. Oleh sebab itu pendidikan nasional telah menempatkan diri dalam

kehidupan berbangsa dan bermasyarakat sejak lahirnya Republik Proklamasi.

Page 21: Jurnal Belajar Ahmad Syukran

20

Perubahan-perubahan fundamental telah terjadi didalam sisdiknas, suatu sistem

pendidikan kolonial yang elistis diubah menjadi pendidikan yang populis. Ada empat

Indikator Perkembangan Sistem Pendidikan Nasional, yaitu: 1) Popularasi Pendidikan,

2) Sistematisasi Pendidikan, 3) Proliferasi Pendidikan, dan 4) Politisasi Pendidikan.

Bangsa Indonesia dilanda krisis total yang menerpa seluruh aspek kehidupan

masyarakat dan berbangsa. Krisis yang menyeluruh tersebut pada hakekatnya

merupakan refleksi krisis kebudayaan yang merupakan krisis pendidikan pula. Oleh

sebab itu sudah pada waktunya kita meninjau kembali paradigma-paradigma yang telah

mendasari krisis pendidikan nasional. Dari hasil yang telah kita capai selama masa era

pra-krisis akan kita temukan anomali-anomali yang terjadi. Metodologi gestalt atau

metodologi holistik sangat kita perlukan oleh karena krisis yang kita alami merupakan

suatu krisis total.

Berdasarkan analisis terhadap pengalaman sisdiknas era orde baru serta anomali-

anomali yang terjadi. Maka dapat disusun berbagai paradigma untuk era reformasi

dalam pengembangan sisdiknas. Pertama, penulis mengusulkan program prioritas

pasca-krisis, kemudian usulan program prioritas 1999-2004. Metode yang digunakan

mengikuti metode yang telah diterapkan dalam analisis kajian era Orde Baru yaitu

dengan bertitik tolak pada empat indikator sisdiknas yang telah disebutkan sebelumnya.

Penulis sangat runut dan kongkrit dalam menyampaikan gagasannya tersebut.

Pembahasan berikutnya adalah tulisan tentang “Desentralisasi Pendidikan Nasional

dalam Rangka Pelaksanaan UU No. 22 Tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25

Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah”.

Arus reformasi total sedang melanda kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tujuan

reformasi adalah menuju kepada masyarakat madani Indonesia. Di masa Orde Baru

untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, digunakan cara-cara paksaan

yang sentralistik yakni mengerahkan rakyat untuk melaksanakan keinginan sekelompok

elit penguasa. Oleh karena itu, di era reformasi diperlukan adanya partisipasi rakyat

yang bertanggung jawab. Pendidikan yang terlepas dari masyarakat dan budaya

masyarakatnya, adalah pendidikan yang tidak mempunyai akuntabilitas karena

pendidikan yang benar adalah pendidikan yang hidup dari, oleh, dan untuk

masyarakatnya. Di dalam pengembangan kebudayaan, kita menghadapi dua tugas yang

Page 22: Jurnal Belajar Ahmad Syukran

21

besar, yakni: pengembangan budaya daerah dan pengembangan budaya nasional. Oleh

karena itu, dalam rangka desentralisasi pendidikan dan kebudayaan diperlukan

perangkat undang-undang pengaturan. Di dalam hal ini, diperlukan koordinasi dan kerja

sama antar-daerah agar kedua jenis kebudayaan ini tetap merupakan kekayaan yang

tidak ternilai dari bangsa dalam menghadapi gelombang globalisasi dengan kebudayaan

globalnya. Bangsa yang dilanda oleh kebudayaan global akan kehilangan identitasnya

apabila bangsa itu tidak menghargai dan tidak mengembangkan kebudayaannya sendiri.

Di akhir pembahasan, saya dan rekan-rekan mahasiswa berharap kiranya pembahasan-

pembahasan yang telah kami lakukan dapat menambah khazanah pengetahuan dan

pemahaman kami dalam menghadapi tantangan dinamika dan perkembangan dunia

pendidikan dewasa ini.