jurnal anfisman sel darah i

Upload: deta-meila-putri

Post on 08-Oct-2015

130 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

ANFISMAN

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

DARAH IDISUSUN OLEH :

KELOMPOK

: 3 (tiga) FARMASI-GKETUA

:Sandithya Arif

(066113224)

ANGGOTA

:Ami Nurhamimah

(066113218)

Linda Actia

(066113212)

Rini Wijayantini

(066113230)

Syinta Septiriani

(066113203)

DOSEN :

1. Dra. Moerfiah, M.Si

2. Ir. E. Mulyati Efendi, M.si

3. Rouland Ibnudarda, M.Si

ASISTEN DOSEN :

1. Marybet TRH2. Fani Anggraeni3. Syahira4. Evi Juliati

LABORATORIUM FARMASI

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PAKUAN

BOGOR

2014DARAH ISanditya Arif, Ami Nurhamimah, Linda Actia, Rini Wijayantini, dan Syinta Septiriani.Laboratorium Farmasi, Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan.

ABSTRAK

Darah adalah cairan penopang kehidupan yang terdiri dari plasma dan sel darah. Sel darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan platelet. Leukosit terdiri dari lima jenis, yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, dan limfosit. Darah beredar melalui jantung, arteri, vena, dan kapiler membawa nutrisi, elektrolit, hormon, vitamin, antibodi, panas, dan oksigen ke jaringan dan kembali membawa zat limbah dan karbon dioksida.HIPOTESALarutan isotonis untuk mamalia adalah pada konsentrasi 0,9 %. Maka ketika darah diuji dengan konsentrasi > 0,9 % atau < 0,9%, eritrosit darah akan mengalami perubahan dari yang ukurannya normal menjadi berukuran tidak normal. Pada konsentrasi > 0.9 % artinya darah dalam keadaan hipertonik yang mengakibatkan darah mengalami peristiwa krenasi yang akhirnya berbentuk lisis/pecah tetapi dalam waktu yang cukup lama jika dibandingkan dengan darah yang diuji pada konsentrasi < 0,9%. Karena pada konsentrasi tersebut darah berada pada keadaan hipotonik yang mengakibatkan darah mengalami peristiwa hemolisa yang akhirnya menyebabkan darah berbentuk lisis/pecah. PENDAHULUANDarah adalah jaringan hidup yang bersirkulasi mengelilingi seluruh tubuh dengan perantara jaringan arteri, vena dan kapilaris, yang membawa nutrisi, oksigen, antibodi, panas, elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah manusia terdiri atas plasma darah, globulus lemak, substansi kimia (karbohidrat, protein dan hormon), dan gas (oksigen, nitrogen dan karbon dioksida). Sedangkan plasma darah terdiri atas eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih) dan trombosit (platelet).Sel darah merah yang berukuran kurang dari 6 m dinamakan sel mikrosit dan yang berukuran lebih dari normal (9 m - 12 m) dinamakan sel makrosit. Komposisi molekuler sel darah merah menunjukkan bahwa lebih dari separuhnya terdiri dari air (60%) dan sisanya berbentuk substansi padat. Secara keseluruhan isi sel darah merah merupakan substansi koloidal yang homogen, sehingga sel ini bersifat elastis dan lunak. Sel darah merah dibatasi oleh membran plasma yang bersifat semipermeable dan berfungsi untuk mencegah agar koloid yang dikandungnya tetap di dalam. Tekanan osmosis di luar sel darah merah haruslah sama dengan tekanan di dalam sel darah merah agar terdapat keseimbangan. Apabila sel darah merah dimasukkan ke dalam larutan hipertonis maka air dalam sel darah merah akan mengalir ke luar yang akan berakibat bentuk sel darah merah menjadi berkerut seperti berduri (sel burr). Sebaliknya, apabila sel darah merah dimasukkan dalam larutan hipotonis, maka air akan masuk ke dalam sel darah merah sehingga sel darah merah menggembung sampai dapat pecah. Peristiwa tersebut dinamakan hemolisis yang ditandai dengan merahnya larutan oleh karena keluarnya hemoglobin.

Membran plasma pada sel darah merah dapat mengalami kerusakan, sehingga tidak dapat melakukan fungsi yang diembannya. Jenis kerusakan dapat beraneka ragam, dapat karena tusukan, robek, putus, terkena senyawa kimia, dan sebagainya. Membran plasma berfungsi untuk menyelubungi sebuah sel dan membatasi keberadaan sebuah sel, juga memelihara perbedaan-perbedaan pokok antara isi sel dengan lingkungannya serta sebagai filter untuk memilih dan memilah-milah bahan-bahan yang melintasinya dengan tetap memelihara perbedaan kadar ion di luar dan di dalam sel.

Fragilitas eritrosit merupakan reaksi membran eritrosit untuk melawan tekanan osmosis media di sekelilingnya, untuk mengetahui berapa besar fragilitas atau daya tegang dinding eritrosit dapat diketahui dengan menaruh eritrosit dalam berbagai larutan (biasanya NaCl) dengan tekanan osmosis yang beragam. Konsentrasi larutan dengan tekanan osmosis tertentu akan memecah eritrosit, inilah yang menunjukkan fragilitas eritrosit tersebut. Darah mengandung berjuta-juta eritrosit yang umurnya tidak sama.

Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosit berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit.Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis dalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dan lain-lain. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan larutan NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung..METODOLOGI PENELITIANPenelitian ini dilaksanakan pada hari senin 24 November 2014 di Laboratorium Anatomi Fisiologi Manusia, FMIPA-UNPAK. Alat dan Bahan yang digunakan antara lain : objek gelas, cover gelas, mikroskop cahaya, pipet tetes, beker glass, lanset, tabung reaksi, stopwatch, darah kelinci, larutan NaCl fisiologis dengan konsentrasi 5%,2%,0,9%0,6%, 0,4%, 0,2%, aquadest dan larutan sabun.PROSEDUR PERCOBAAN

Mengenal Bentuk Sel1. Dibersihkan objek glass dan penutupnya menggunakan alkohol dan kertas saring. Diteteskan larutan fisiologis sebanyak 1-2 tetes. 2. Dibersihkan ujung jari manis dari orang percobaan dengan alkohol kemudian ditusuk dengan lanset.3. Diteteskan darah sebanyak 1 tetes larutan fisiologis pada objek glass.4. Dicampurkan keduanya dengan pengaduk glass kemudian tutup dengan cover glass, lalu diamati dibawah mikroskop. Diperhatikan bentuk dan ukuran sel darah merah dan sel darah putih, granula dan inti pada sel darah putih. Menetapkan waktu lisis darah1. Diatur 8 tabung reaksi dirak dan ditandai sesuai dengan larutan yan akan dimasukkan di dalamnya. Dimasukkan ke dalam tabung 2 ml larutan NaCl 5%,2%,0,9%0,6%, 0,4%, 0,2%, aquadest dan larutan sabun.2. Ditambahkan 2 tetes darah (darah kelinci yang sudah diberi Na Sitrat) pada masing-masing tabung reaksi dan dicampur perlahan-lahan dengan cara digoyangkan tabungnya. Dijalankan stopwatch pada saat meneteskan darah ke dalam tabung.3. Dicatat waktu lisis darah. Untuk mengetahui akhir lisis, dihentikan stopwatch pada saat larutan dalam tabung sudah bening.HASIL DAN PENGAMATANDarah praktikan :

Darah hewan percobaan (kelinci) :

Konsentrasi

(%)WaktuBentuk/Kerapatan

5149Lisis/(+)

2133Lisis/(+)(+)

0,956Normal/(+)

0,545Lisis/(+)(+)

0,436Lisis/(+)

0,235Lisis/(+)

Aquadest16

Sabun5

Keterangan :

(+)

: Renggang(+)(+)

: Rapat(+)(+)(+): Sangat rapat

()

: Menit

()

: DetikPEMBAHASANPercobaan kali ini yaitu mengenai Darah I, dengan menggunakan media yaitu darah.Langkah pertama yang kami lakukan adalah mengenal bentuk sel. Pada pengamatan bentuk sel ini yang kami lihat adalah sel darah merah dan sel darah putih. Bahan pengamatan yang digunakan yaitu darah praktikan. Saat diamati dibawah mikroskop, dibawah lensa terlihat bentuk-bentuk sel. Yang lebih mendominasi yaitu sel darah putih atau leukosit. Padahal seharusnya yang lebih banyak yaitu sel darah merah atau eritrosit. Mengapa hal ini terjadi? Kemungkinannya yaitu karena darah yang digunakan adalah darah praktikan yang sedang menstruasi. Jelas hal ini berpengaruh, sehingga sirkulasi darah dalam tubuh praktikan tersebut kurang stabil. Pada eritrosit, terlihat jelas bentuk selnya bundar. Dan leukosit selnya berbentuk tidak beraturan. Hal itu disebabkan karena leukosit mempunyai lima jenis dengan bentuk yang berbeda-beda antar jenisnya. Selain mengamati bentuk sel darah, kami juga mengamati waktu lisis darah. Darah yang digunakan yaitu darah hewan percobaan berupa kelinci. Pada pengamatan ini, darah diujikan dengan berbagai larutan dan dalam konsentrasi yang berbeda-beda. Yaitu diuji pada larutan NaCl 5%, 2%, 0,9%, 0,6%, 0,4%, 0,2%, aquadest, dan larutan sabun. Hasilnya bisa dilihat pada tabel hasil pengamatan diatas. Pada NaCl 0,9% sel darah tidak mengalami bentuk lisis, tetap berbentuk bundar (normal) karena pada konsentrasi tersebut darah dalam keadaan isotonik. Artinya, larutannya mempunyai tekanan osmotik yang sama dengan isi sel atau plasma darah. Kerapatannya renggang. Pada konsentrasi 5% dan 2%, masing-masing mempunyai waktu lisis darah yaitu 1 menit 49 detik dan 1 menit 33 detik. Sedangkan pada konsentrasi 0,5%, 0,4%, dan 0,2%, untuk lisis masing-masing membutuhkan waktu yaitu 45 detik, 36 detik, dan 35 detik. Artinya, pada NaCl konsentrasi >0,9% suatu sel membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan NaCl dengan konsentrasi 0,9% darah sedang dalam keadaan hipertonik atau tekanan osmotiknya lebih tinggi daripada plasma darah. sehingga menyebabkan ari yang ada dalam sel keluar dan akhirnya eritrosit mengkerut. Peristiwa ini di sebut plasmolisis. Setelah mengalami peristiwa ini dengan waktu tertentu akhirnya sel mengalami perubahan bentuk menjadi lisis. Sedangkan pada NaCl dengan konsentrasi ,0,9% darah sedang ada dalam keadaan hipotonik atau tekanan osmotiknya lebih rendah daripada plasma darah. Lisis pada eritrosit ini disebut hemolisi, yang berarti peristiwa pecahnya eritrosit akibat masuknya air kedalam eritrosit sehingga hemoglobin keluar dari dalam eritrosit menuju ke cairan sekelilingnya. Begitupun sama halnya pada aquadest dan larutan sabun yaitu dengan waktu lisis masng-masing 16 detik dan 5 detik.Dari penjelasan diatas, jelas bahwa hipotesis yang kami buat diterima. Karena hasil pengamatan yang dilakukan sesuai dengan apa yang kami duga sebelumnya.KESIMPULANPada umumnya darah adalah cairan yang ada pada makhluk hidup (kecuali tumbuhan) sebagai alat transportasi berfungsi untuk mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Darah terdiri dari plasma darah dan sel-sel darah (eritrosit, leukosit, dan trombosit).

Perbedaan waktu lisis eritrosis dalam bereaksi dikarenakan perbedaan kosentrasi NaCl yang digunakan, semakin kecil konsentrasi yang digunakan maka potensial air larutan NaCl semakin tinggi sehingga perbedaan potensial air di luar dan di dalam sel semakin besar dan menyebabkan waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya hemolisis semakin cepatDalam pengamatan ini eritrosit yang mengalami lsis paling cepat adalah pada larutan sabun dengan waktu lisis hanya 5 detik. Sedangkan eritrosit yang mengalami lisis paling lambat adalah NaCl konsentrasi 5% dengan waktu lisis 1 menit 49 detik. Dan yang tidak mengalami lisis yaitu eritrosit pada NaCl dengan konsentrasi 0,9%.DAFTAR PUSTAKACampbell, Neil A dkk. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Erlangga : jakarta.Campbell,dkk. 2005.Biologi Jilid 3.Erlangga : Jakarta.Moerfiah, Ganong, W. F. 2008. Fisiologi Kedokteran. EGC : Jakarta.Goenarso, Darmadi. 2005. Fisiologi Hewan. Universitas Terbuka : Jakarta.Guyton and Hall. 2002. Fisiologi Kedokteran. EGC Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta.Guyton , John E hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC : Jakarta.

Kimball,JohnW.1994.Biologi jilid 2 edisi kelima. Erlangga.Jakarta.Moerfiah, Dra. 2014. Penuntun Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia. Universitas Pakuan : Bogor.Pratiwi, D.A.1996.Biologi 2. Erlangga : Jakarta.Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.Soewolo, dkk. 2005. Fisiologi Manusia.

Malang:Universitas Malang Press.

TUGAS TAMBAHAN Jumlah eritrosit normal : Pada laki-laki adalah 5.200.000 sel/mm.

Pada wanita adalah 4.700.000 sel/mm. Jumlah leukosit normal : pada orang dewasa adalah kira-kira 7000 sel/mm.Dengan presentase normal jeis-jenisnya adalah ; neutrofil 62%, eosinofil 2,3%, basofil 0,4%, monosit 5,3%, dan limfosit 30%. Jumlah trombosit normal adalah 150.000-450.000 sel/mm. Jumlah hematokrit normal : pada laki-laki dewasa adalah sekitar 45%.Pada wanita dewasa adalah sekitar 41 %. Jumlah hemoglobin normal : Pada pria dewasa adalah 14-18 gr/dL.

Pada wanita dewasa adalah 12-16 gr/dL.

Pada anak-anak adalah 10-16 gr/dL.

Pada bayi baru lahir adalah 12-24 gr/dL