iirepository.uinjambi.ac.id/7198/1/105170532 judul-lampiran...7 f. tinjauan pustaka ..... 22 bab ii...
TRANSCRIPT
ii
iii
iv
v
MOTTO
ٱلرهحمن ٱلرهحيم بسم ٱلله
ن عن روف وينتهوت تمعت مرون بٱلت ويأ يت
عون إل ٱلت ة يدت مهنكمت أ كن م ولت
لحون تمفت ولئك هم ٱلمنكر وأ
ت ٱل
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari
yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
(Qs. Al Baqarah: 42)
vi
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah…Alhamdulillah…Alhamdulillahirobbil’alamin
Sujud syukurku kupersembahkan kepada Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa,
Maha Agung, Maha Adil dan Maha Penyayang, atas takdirmu telah kau jadikan
aku manusia yang senantiasa berfikir,berilmu, beriman dan bersabar dalam
menjalani kehidupan ini. Atas karunia dan serta kemudahan yang engkau berikan
akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam
selalu terlimpahkan kepada Rasulullah SAW .
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan
kusayangi
Ayah dan Ibu
Ahmad Husairi dan Rapiah: Sebagai tanda bukti, hormat dan rasa terima kasih
yang tidak terhingga kupersembahkan karya kecil ini kepada ayah dan ibuku
tersayang, telah memberikan dukungan, semangat, iringan doa, nasehat dan kasih
saying serta pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku selalu kuat, sabar
dalam menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. Ayah, ibu terimalah kado
kecil ini sebagai tanda keseriusanku dalam membalas semua pengorbananmu.
Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat ibu dan ayah bahagia karena
kusadar, selama ini belum bias membuat yang lebih. Dalam hidupmu demi
hidupku kalian ikhlas mengorbankan segala perasaan, dalam bekerja tanpa
mengenal rasa lelah. Maafkan anakmu, ayah ibu.
Masih saja Ananda menyusahkanmu.
vii
ABSTRAK
Nama: Muhammad Amin, NIM: 10570532. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui
Implementasi Permen No 7 Tahun 2019 tentang Pedoman Perlindungan Anak dari
Radikalisme dan Tindak Pidana Terorisme di Kota Jambi. Penyebaran paham
radikalisme kepada anak-anak di Kota Jambi telah terjadi bebeberapa tahun
belakangan ini. Seiiring dikeluarkannya Permen PPPA Nomor 7 Tahun 2019, maka
pedoman perlindungan anak dari radikalisme dan tindak pidana terorisme perlu di
realisasikan agar ke depannya tidak terulang lagi kasus yang sama. Metode yang
digunakan dalam penulisan skripsi ini ialah yuridis empiris, dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka
diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Implementasi Peraturan Menteri
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anaka Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 2019 Tentang Pedoman Perlindungan Anak dari Radikalisme dan Tindak
Pidana Terorisme di Kota Jambi belum dilakukan secara opimal. Beberapa langkah
pedoman hanya dilakukan sampai batas tahap pencegahan dan edukasi. Hal ini
disebabkan karena beberapa faktor seperti belum ditemukannya kasus baru
terhadap anak terkait radikalisme dan terorisme, rencana aksi dari kementrian yang
masih bersifat global masih dalam pembelajaran lebih lanjut oleh lembaga yang
bersangkutan. Beberapa hambatan yang ditemui dalam implementasi ini yakni
faktor internal pelaku dan korban, ruang lingkup rencan aksi dan pemantauan
jaringan. Optimalisasi forum anak bumi angso duo Jambi, aplikasi sistem edulogy
dan koordinasi dengan forum masyarakat merupakan sejumlah strategi dalam
mendorong keberhasilan implementasi ini di Kota Jambi.
Kata Kunci: Implementasi, Perlindungan Anak, Radikalisme, Terorisme
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas taufiq dan
hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan
baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
sang suri tauladan umat, yang telah membawa umat-Nya ke alam yang terang
benderang dengan cahaya iman, taqwa dan ilmu pengetahuan.
Perjalanan panjang disertai perjuangan yang melelahkan terasa begitu indah
untuk dikenang suka dukanya dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Implementasi Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan
Anak Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Pedoman Perlindungan Anak Dari
Radikalisme Dan Terorisme Di Kota Jambi”. Untuk mendapat gelar Strata Satu
(S1) Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Syariah, UIN STS jambi, akhirnya
mencapai titik akhir dengan penuh rasa syukur. Oleh karena itu, hal yang pantas
penulis ucapkan adalah kata terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu
menyelesaikan skripsi ini, terutama sekali kepada yang terhormat:
1. Kedua Orang Tua, ayahanda tersayang Ahmad Husairi dan Ibunda tercinta
Rapiah atas semua jasa dan pengorbanannya yang tak terukir.
2. Datuk Kh. Muhammad Daud bin Abdul Qadir Al Hafizh (Alm) dan Nyai
Samrah yang telah banyak sekali memberikan perjuangan dan pengorbanan
baik dari ilmu, waktu dan materi selama ananda menyelesaikan perkuliahan di
UIN STS Jambi
3. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi, MA, Ph. D. selaku Rektor UIN STS Jambi
ix
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ ii
PERSETUJUAN PEMEBIMBING .............................................................. iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................................... iv
MOTTO .......................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 5
C. Batasan Masalah ....................................................................... 5
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................. 6
E. Kerangka Teori ......................................................................... 7
F. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 22
BAB II METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 26
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian ............................................... 26
C. Jenis dan Sumber Data ............................................................. 27
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 28
E. Unit Analisis Data .................................................................... 31
F. Teknis Analisis Data ................................................................. 31
G. Sitematika Penulisan ................................................................ 33
H. Jadwal Penelitian ...................................................................... 35
BAB III GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
A. Administrasi dan Demografi Kota Jambi ................................. 36
B. Profil Dinas PMPPA Kota Jambi ............................................. 40
C. Profil Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jambi ............. 43
D. Profil Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Jambi ........... 46
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Implementasi Peraturan Menteri Pemberdayaan Permpuan dan
Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019
Tentang Pedoman Perlindungan Anak Dari Radikalisme Dan
Tindak Pidana Terorisme Di Kota Jambi ................................. 48
xi
B. Faktor Penghambat Pelaksanaan Program Pedoman
Perlindungan Anak Dari Radikalisme Dan Tindak Pidana
Terorism Di Kota Jambi ........................................................... 66
C. Strategi Pemerintah Dalam Mengakselerasi Keberhasilan
Dalam Melindungi Anak Dari Radikalisme Dan Tindak
Pidana Terorisme Di Kota Jambi ............................................. 74
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 69
B. Saran-saran ............................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 72
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ xiv
CURRICULUM VITAE ................................................................................ xix
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kasus Terorisme Yang Melibatkan Anak ..............................................21
Tabel 2 Tinjauan Pustaka ....................................................................................24
Tabel 3 Jadwal Penelitian....................................................................................35
Tabel 4 Luas Wilayah Administrasi Kota Jambi ................................................37
Tabel 5 Jumlah Penduduk Dalam Kelompok Umur dan Jenis Kelamin .............38
Tabel 6 Jumlah Lembaga Pendidikan Kota Jambi ..............................................39
Tabel 7 Jumlah Lembaga Pendidikan Kota Jambi ..............................................39
Tabel 8 Materi KIES PATBM 2020 ...................................................................52
Tabel 9 Data Rehabilitasi Sosial Terhadap Anak dan Kasusnya (2020) ............59
Tabel 10 Data Sekolah Kasus Radikalisme Tahun 2018 ....................................64
Tabel 11 Rencana Aksi Tahap Pencegahan ........................................................69
Tabel 12 Rencana Aksi Tahap Penanganan ........................................................71
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Alur Proses Kebijakan Publik ............................................................13
Gambar 2 Piramida Radikalisme ........................................................................17
Gambar 3 Struktur Organisasi Dinas PMPPA Kota Jambi .................................42
Gambar 4 Struktur Organisasi Diknas Kota Jambi .............................................45
Gambar 5 Struktur Organisasi Badan Kesbangpol Kota Jambi ..........................47
Gambar 6 Penyusunan Materi & Sosialisasi Anak Terpadu ...............................51
Gambar 7 Sosialisasi oleh FAD Kepada Anak-Anak .........................................54
Gambar 8 Pusat Pembelajaran Keluarga Di DPMPPA .......................................54
Gambar 9 Laporan Materi Guru PPKN Kota Jambi ..........................................56
Gambar 10 Sosialisasi oleh Badan Kesbangpol Kota Jsmbi ...............................57
Gambar 11 Konseling oleh DPMPPA.................................................................62
Gambar 12 Pendampingan Anak di Polresta Kota Jambi ...................................63
Gambar 13 Dashboard Edulogy Diknas Kota Jambi ..........................................78
Gambar 14 Fitur Monitoring Sekolah Kota Jambi ..............................................79
Gambar 15 Fitur Monitoring Partispasi Guru .....................................................79
Gambar 16 Fitur Monitoring Oleh Waka Kurikulum ........................................80
Gambar 17 Fitur Monitoring Materi KBM Guru Tiap Kelas .............................80
Gambar 18 Fitur Melihat Lampiran Materi Yang Diterima Siswa .....................81
1
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Balakang
Dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia, pluralitas telah banyak
menciptakan kolaborasi budaya yang penuh akan warna keberagaman.
Beranekaragam suku, agama, ras, adat-istiadat, budaya, dan golongan dapat hidup
berdampingan dengan menjunjung tinggi asas-asas toleransi. Namun ruang
negoisasi dalam kehidupan masyarakat itu mendapat ancaman oleh sikap eksklusif
yang tumbuh dari akar primordialisme yang sempit akan perbedaan.1 Karakter
primordialisme yang kuat ini tidak sekedar sebagai patologi sosial biasa, melainkan
dapat berkaitan erat dengan keyakinan, ideologi, mindset, dan bahkan politik yang
lantas melahirkan benih-benih radikalisme ke dalam diri individu.2
Radikalisme yang terkadang diiringi oleh tindakan teror didominasi oleh
pemahaman agama yang salah. Dalam ranah agama, fenomena radikaliseme
berbentuk tindakan destruktif-anarkis atas nama agama dari sekelompok orang
terhadap pemeluk agama lain atau kelompok seagama yang berbeda aliran dan
dianggap sesat. Tidak sedikit di antara mereka yang hendak meniadakan
keberagaman (plurality) dan menggantinya dengan ketungggalan (uniformity).
Ironisnya, para kaum radikalis dan teroris ini mengklaim bahwa semua itu
1Nurudin, “Pendidikan Karakter Berbasis Nilai Kemanusiaan: Ikhtiyar Mengatasi Konflik
Sosial-Keagamaan di Indonesia,” Jurnal Dialog, Vol 36, No 2, (November 2012), hlm. 32. 2Ibid, hlm. 39
1
2
dilakukan atas nama perintah agama.3 Padahal secara normatif-doktrinal, semua
agama mengajarkan kedamaian, persaudaraan, dan kerukunan.
Menurut Azyumardi Azra, salah satu penyebab terjadinya radikalisme
keagamaan itu berasal dari beberapa sumber antara lain:
1. Pemahaman keagamaan yang literal dan sepotong-potong terhadap ayat-
ayat Al-Qur’an.
2. Bacaan yang salah terhadap sejarah islam yang dikombinasikan dengan
idealisasi berlebihan terhadap islam pada masa teretentu. Terlihat dalam
pandagan gerakan salafi yang dalam praktek keagamaan masih
mengkategorikan tindakan yang bid’ah.4
3. Pengaruh subjek radikalisme lain yang memiliki hubungan dekat terhadap
korban. Baik rekan kerja, organisasi, sekolah, kerabat dekat, maupun
sebuah keluarga.5
Tidak hanya saling pengaruh-mempengaruhi, sebuah keluarga juga akan
terkena dampaknya apabila salah satu anggotanya melakukan aksi nyata dalam
penyebaran paham radikal maupun tindak pidana terorisme. Hal demikian terbukti
pada penembakan mati seorang pelaku terorisme di Kabupaten Pelalawan, Provinsi
3Muh Sya’roni, “Strategi Integrasi Pendidikan Anti Radikalisme Dalam Kurikulum
SMA/MA,” Jurnal Kependidikan Pembelajaran dan Pengembangan, Vol I, No 1, (Februaru 2019),
hlm. 38 4 Ibn Taimiyyah yang mengatakan bahwa hal baru yang bertentangan dengan teks adalah
bid’ah.Definisi lainnya adalah definisi yang diberikan oleh Ibn Hajar, beliau mengatakan bid’ah
adalah hal baru yang diciptakan yang tidak memiliki dalil dalam syari’at. Masih banyak definisi
yang ditawarkan oleh para ulama melalui ijtihad mereka. Lihat Abdul Ilah ibn Husain al-Arfaj,
Konsep Bid’ah dan Toleransi Fiqih, (Jakarta: Al Itishom, 2013), hlm. 37. 5Azyurmardi Azra. “Akar Radikalisme Keagamaan Peran Aparat Negara, Pemimpin
Agama Dan Guru Untuk Kerukunan Umat Beragama”, Makalah Disampaikan pada Workshop
Memperkuat Toleransi Melalui Institusi Sekolah, Diselenggarakan oleh The Habibie Center, di
Hotel Aston, Bogor, 14 Mei 2011, hlm. 3-5.
3
Riau pada tanggal 6 Februari 2020 lalu. Pelaku tercatat sebagai anggota jaringan
Jamaah Ansharut Daulah Provinsi Jambi yang bertempat tinggal dan memiliki
keluarga di Teluk Pandan, Kabupaten Tebo.6 Akibat tindakannya ini, istri dan anak
pelaku harus melakukan pengambilan sampel DNA dan harus diberangkatkan ke
Pekanbaru untuk pemeriksaan dan konfirmasi lebih lanjut.7
Tidak hanya sebatas lingkungan keluarga, penyebaran paham radikal juga
telah merambah ke lembaga pendidikan. Sekolah yang berfungsi sebagai wadah
membimbing, mendidik, dan mengajar malah cenderung menjadi kunci penyaluran
paham radikal terhadap anak. Salah satu kasus misalnya terungkap di 3 sekolah di
kota Jambi yang melarang murid-muridnya melakanakan upacara pada hari senin,
menyanyikan lagu “Indonesia Raya”, dan hormat kepada bendera merah putih.8
Walaupun telah diberikan jaminan perlindungan dan pemenuhan hak anak
oleh UUD 1945 dan Undang-Undang Perlindungan Anak, namun di masyarakat
masih ada yang memanfaatkan dan mempengaruhi anak dengan paham radikalisme
serta melibatkan mereka dalam tindak pidana terorisme. Dampak buruk terjadi
terhadap anak saat mereka berada di lingkungan masyarakat. Menurut temuan
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme pada tahun 2018 terdapat sekitar 1800
anak yang orang tuanya menjadi narapidana aksi terorisme. Anak tersebut
6Duanto, “Kronologi Penangkapan terduga Teroris Asal Jambi Di Pelalawan, Lempar Bom
Dari Kapal,” https://jambi.tribunnews.com/2020/02/07/kronologi-penangkatan-terduga-teroris-
asal-jambi-di-pelalawam-lempar-bom-dari-kapal, akses pada 9 Maret 2020. 7“Selain Mengambil DNA Anak dan Isteri, Keluarga Wahyu Terdugan Teroris Warga Tebo
Juga Diberangkatkan Ke Pekanbaru Untuk Konfirmasi Dan Pemeriksaan,”
http://www.jambiekspres.co.id/read/2020/02/09/29350/selain-mengambil-dna-anak-dan-isteri-
keluarga-wahyu-terduga-teroris-warga-tebo-juga-diberangkatkan-ke-pekanbaru/, akses pada 9
Maret 2020. 8Rohmayana, “Di Kota Jambi Ada Tiga Sekolah Larang Murid Dan Guru Upacara
Bendera Tiap Hari Senin,” https://jambi.tribunnews.com/2017/12/08/di-kota-jambi-ada-tiga-
sekolah-larang-murid-dan-guru-upacara-bendera-tiap-senin, akses pada 9 Maret 2020.
4
mengalami pelabelan, stigmatisasi, diskriminasi, bullying, dilarang bergaul, bahkan
ada yang dikeluarkan dari sekolah9.
Upaya khusus oleh pemerintah akan paparan radikalisme dan terorisme
terhadap seorang anak perlu direalisasikan. Pemerintah yang merupakan garda
terdepan dalam kehidupan masyarakat harus berfikir dan bekerja keras dalam
mengatasi problematika ini. Peran pemerintah ini sebenarnya telah di singgung
dalam Al-Qur’an surah Al-Imran ayat 104:
ن عن روف وينتهوت تمعت مرون بٱلت ويأ يت
عون إل ٱلت ة يدت مهنكمت أ كن م ولت
و منكر وأ
ت لحون ٱل تمفت ١٠٤لئك هم ٱلArtinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan
mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung”.10
Diterangkan dalam Tafsir Ibn Katsir bahwa dalam ayat ini Allah SWT
berfirman hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang selalu menyiapkan
diri untuk melaksanakan perintah Allah dan mengajak orang ke amal kebajikan.
Maksud ayat ini ialah agar ada segolongan dari umat yang menangani urusan
dakwah dan urusan amar ma’ruf nahi munkar, walaupun sebenarnya hal tersebut
menjadi kewajiban tiap orang mukmin.11
9Lampiran Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak RI
Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Pedoman Perlindungan Anak Dari Radikalisme Dan Tindak Pidana
Terorisme. Hlm. 16 10Anonim, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Jakarta: Raja Publika, 2012), hlm. 63 11Salim Bahreisy, Terjemahan Tafsir Ibn Katsir Jilid 3, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 2007),
hlm. 88-90
5
Penulis beragumen bahwa pemerintahlah yang menjadi aktor layaknya
‘segolongan umat’ yang ditunjuk dalam ayat tersebut. Menegakan amar ma’ruf
nahi munkar yang dalam hal ini ialah radikalisme dan terorisme terhadap anak,
secara otomatis menjadi tanggung jawab pemerintah. Oleh karena itu, khususnya
di kota Jambi, mengenai pedoman perlindungan anak dari radikalisme dan tindak
pidana terorisme, penelitian tentang “Implementasi Peraturan Menteri
Pemberadayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 2019 Tentang Pedoman Perlindungan Anak Dari Radikalisme Dan Tindak
Pidana Di Kota Jambi” perlu diteliti, guna dalam rangka mengukur penerapan,
evaluasi serta mewujudkan prinsip 3M (Memberi, Melindungi, dan Memenuhi)
hak-hak seorang anak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis jelaskan sebelumnya,
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Republik Indonesia No 7 Tahun 2019 tentang pedoman
perlindungan anak dari radikalisme dan tindak pidana terorisme di Kota Jambi?
2. Apa faktor penghambat pelaksanaan program pedoman perlindungan anak dari
radikalisme dan tindak pidana terorisme di Kota Jambi?
3. Bagaimana strategi pemerintah dalam mengakselerasi keberhasilan dalam
melindungi anak dari radikalisme dan tindak pidana terorisme di Kota Jambi?
6
C. Batasan Penelitian
Untuk menghindari adanya perluasan masalah yang dibahas yang
menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dan tidak tepat sasaran. Penulis
memberikan batasan penulisan dengan rumusan masalah yang telah penulis buat
sebelumnya. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian akan difokuskan
pada Implementasi Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan
Anak Republik Indonesia dalam mencegah radikalisme dan tindak pidana terorisme
terhadap anak di Kota Jambi. Ruang lingkup penelitian antara lain terkait
implementasi peraturan menteri PPPA No 7 Tahun 2019, faktor penghambat
pelaksanaan program, serta strategi pemerintah dalam mengakselerasi keberhasilan
dalam mencegah radikalisme dan tindak pidana terorisme terhadap anak di Kota
Jambi.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dengan adanya semua perumusan masalah di atas, diharapkan adanya suatu
kejelasan yang dijadikan tujuan bagi penulis dalam skripsi ini. Tujuan yang ingin
dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui implementasi peraturan Menteri Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia No 7 Tahun 2019
tentang pedoman perlindungan anak dari radikalisme dan tindak pidana
terorisme di Kota Jambi.
7
b. Untuk mengetahui apa saja faktor penghambat pelaksanaan program
pedoman perlindungan anak dari radikalisme dan tindak pidana terorisme
di Kota Jambi.
Untuk mengetahui strategi pemerintah dalam mengakselerasi keberhasilan
dalam melindungi anak dari radikalisme dan tindak pidana terorisme di Kota
Jambi.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun yang menjadi kegunaan dari penelitian ini sebagai berikut:
a. Secara akademisi, penelitian ini sebagai studi awal untuk mendapatkan
pengetahuan dan wawasan mengenai implementasi peraturan Menteri
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia No
7 Tahun 2019 tentang Pedoman Perlindungan Anak Dari Radikalisme Dan
Tindak Pidana Terorisme.
b. Bagi penulis, penelitian ini dapat melengkapi salah satu syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada jurusan Ilmu Pemerintah
fakultas Syari’ah UIN STS JAMBI.
c. Bagi instansi terkait, diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna sebagai
bahan pertimbangan dalam mengambil keputuasan terkait topik penelitian.
d. Sebagai sumber referensi dan literasi pemikiran bagi kalangan akademisi
dan praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang
akan bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain.
E. Kerangka Teori
1. Teori Implementasi
8
Implementasi kebijakan pemerintah akan menjadi efektif bila dilaksanakan
dan mempunyai dampak positif bagi anggota-anggota masyarakat. Dengan kata
lain, tindakan atau perbuatan manusia yang menjadi anggota masyarakat itu apabila
bersesuaian dengan apa yang diinginkan oleh pemerintah maka disitulah tahap
implementasi mengalami keberhasilan. Van Meter dan Van Horn merumuskan
proses implementasi ini sebagai “those actions by public or private individuals (or
group) that are directed at the achivement of objectives set forth in prior poicy
decisions”. Maksudnya yaitu tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-
individu, pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan
pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.12
Udoji berpendapat bahwa pelaksanaan kebijakan (implementation) adalah
sesuatu yang penting, bahkan mungkin jauh lebih penting daripadi pembuatan
kebijaksanaan. Hal itu karena kebijakan-kebijakan akan sekedar berupa impian atau
rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan.13
Dari beberapa literatur tersebut dapat penulis identifikasi dan sintesiskan bahwa
yang dimaksud implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
individu atau sekelompok orang yang memiliki kewenangnan dalam membuat
keputusan dimasyarakat, dengan tujuan agar keputusan yang ia buat memiliki
dampak positif antara mayarakat dan pemerintah dalam mencapai tujuan yang telah
digariskan.
12 Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke Implementasi
Kebijakan Negara, Edisi Kedua, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 65 13Ibid, hlm. 59
9
Terdapat 2 kegagalan dalam implementasi sebuah kebijakan, pertama yaitu
non implementation dan unsuccessful implementation:
a Tidak terimplementasikan (non implementation), mengandung arti bahwa
suatu kebijakan tidak dilaksanakan sesuai dengan rencana, mungkin karena
pihak-pihak yang terlibat di dalam pelaksanaannya tidak mau bekerja sama,
bekerja tidak secara efisien, atau tidak sepenuhnya menguasai permasalahan.
Akibatnya, keberhasilan implementasi sukar untuk dipenuhi.
b Implementasi yang tidak berhasil (unseccesful implementation),
impelementasi yang tidak berhasil biasanya terjadi manakla suatu kebijakan
tertenu telah dilaksanakan sesuai rencana, namun mengingat kondisi
eksternal ternyata tidak menguntungkan. Semisal peristiwa pergantian
kekuasaan, bencana alam, dan sebagainya. Kebijakan tersebut mengalami
banyak hambatan dalam mewujudkan hasil akhir yang dikehendaki.
Dalam penelitian ini, penulis meneliti mengenai Implementasi Peraturan
Kementeri Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia
tentang Pedoman Perlindungan Anak dari Radikalisme dan Tindak Pidana
Terorisme di Kota Jambi, dalam upaya menjawab rumusan masalah penelitian ini,
penulis mengambil teori dari model implementasi yang dikembangkan oleh Van
Meter dan Van Horn (1975) yang disebut sebagai A Model of the Policy
Implementation Pocess. Kedua tokoh ini mengemukakan bahwa jalan yang
menghubungkan antara kebijakan dan implementasinya di pengaruhi oleh beberapa
faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah:
a. Ukuran dan Tujuan Kebijakan
10
Faktor ini mengharuskan adanya pemahaman yang menyeluruh mengenai
tujuan atau sasaran yang akan dicapai. Dan yang terpenting keadaan tersebut
harus dapat dipertahankan selama proses implementasi
b. Sumber Daya,
Setiap tahapan proses implementasi perpaduan di antara sumber-sumber
harus benar-benar dapat disediakan. Baik dana, waktu, SDA, dan sumber-
sumber lainnya.
c. Karakter Organisasi Pelaksana
Semakin beragamprilkau yang diatur atau semakin beragam bentuk sifat
organisasi akan menjadi faktor terhambat terjalinnya sebuah kerjasama yang
efektif.
d. Komunikasi dan Koordinasi
Harus digarisbawahi bahwa harus ada komunikasi dan koordinasi yang
sempurna diantara pelbagai unsur atau badan yang terlibat dalam program.
Apabila terjadi misscomunication maka akan berpengaruh besar terhadap
hasil akhir sebuah implementasi program.
e. Lingkungan
Kondisi eksternal yang dihadapi oleh badan/instansi pelaksana harus
memperhatikan segala macam gangguan atau kendala yang dapat
menghambat jalannya proses implementasi.14
14Ibid, hlm. 78-87
11
Dari teori tokoh Van Meter dan Van Horn tersebut, penulis dapat menjawab
permasalahan-permasalahan yang ada dalam Peraturan Kementeri Pemberdayaan
Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia tentang Pedoman
Perlindungan Anak dari Radikalisme dan Tindak Pidana Terorisme di Kota Jambi,
Jika dilihat dari prosesnya apakah Pedoman Perlindungan Anak dari Radikalisme
dan Tindak Pidana Terorisme di Kota Jambi sudah sesuai dengan peraturan yang
ditentukan, serta apakah tujuan kebijakan itu tercapai.
2. Konsep Kebijakan Publik
Istilah “kebijakan” atau “policy” dipergunakan untuk menunjuk prilaku
seorang aktor pemerintahan, baik itu pejabat, suatu kelompok politik, maupun
lembaga pemerintahan. Kebijakan publik (public policy) secara bahasa
didefinisikan oleh ahli ilmu politik Harold-Lasswell dan filosof Abraham Kaplan
menyatakan “policy as a projected program of goals, value and practices”.
Policy dapat dirumuskan sebagai suatu program, pencapaian tujuanm nilai-
nilai, dan praktek-praktek yang terarah.15 Pengertian Berikutnya dikemukakan oleh
Carl J. Friedrick, bahwa kebijakan publik itu adalah serangkaian tindakan yang
diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu
dengan menunjukan hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadaap
pelaksanaan usulan kebijakan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu.16
15 Miftah Thoha, Dimensi-Dimensi Ilmu Administrasi Negara, (Jakarta: PT: Raja
Grafindo Persada,2005), hlm. 60; Baca Juga Harold D. Lasswell dan Abraham Kaplan, Power
And Society, (New Haven: Yale University Press, 1970), hlm. 71 16Irfan Islamy, Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2014), hlm. 17; Baca juga Carl J. Friedrick, Man and His Government (New York:
Rineheart and Winston, 1979), hlm. 3
12
Namun dalam konsep demokrasi modern, kebijakan publik tidaklah hanya
berisi cetusan pikiran atau pendapat para pejabat yang mewakili rakyat, tetapi opini
publik (publik opinion) juga mempunyai porsi yang sama besarnya untuk diisikan
dalam kebijakan-kebijakan publik tersebut. Kewenangan dalam membuat
keputusan pada hakikatnya ialah anugrah Allah SWT kepada manusia akan
sebagian kekuasan-Nya. Diantara yang menerima kekuasaan (amanah) tersebut ada
yang berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik karena mengikuti prinsip-prinsip
kekuasaan dan ada pula yang gagal. Allah SWT telah menjelaskan bahwa
kekuasaan yang berorientasi pada keputusan pemimpin sebenarnya mempunyai
mekanisme yang telah ditetapkan, tertuang dalam Al-Qur’an surah Ash-Shad ayat
26:
ول تتهبع يداوۥد إنها جعلتنك خليفة ف ق ٱلنهاس بٱلت كم بيت رض فٱحت
ٱلت لهمت عذاب ين يضلون عن سبيل ٱلله إنه ٱله تهوى فيضلهك عن سبيل ٱلله ٱل
ساب ٢٦شديد بما نسوا يوتم ٱلتArtinya: “Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di
muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan
adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan
menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat
darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka
melupakan hari perhitungan”.17
Intinya setiap kebijakan publik harus selalu berorientasi pada kepentingan
publik (public interest). Dalam menyusun kebijakan publik agar sesuai dengan
17Anonim, Al-Qur’an dan Terjemahan, hlm. 454
13
orientasinya, para pemegang kekuasaan harus memperhatikan proses-proses
pembuat kebijakan. Proses perumusan kebijakan publik menurut Thomas R. Dye
dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:
Gambar 1
Alur Proses Kebijakan Publik18
a. Identification of Policy Problem
Yaitu tahap awal dalam merumuskan masalah-masalah. Pembuat kebijakan
harus mampu menemukan problema-problema di masyarakat dengan baik.
Kesalahan dalam melihat dan mengidentifikasi masalah akan berakibat panjang
pada fase-fase berikutnya.
b. Agenda Setting
Tahap selanjutnya yakni penyusunan agenda kebijakan. Jumlah
problematika yang begitu banyaknya harus diseleksi terlebih dahulu. Sejumlah
18www.slideshre.net/mobile/Steelyanalndriasari/kebijakan-publik, diakses pada 20
Desember 2020
Identification
Problem
Agenda Setting
Policy Formulation
Implementation Evaluation
14
masalah yang memiliki prioritas yang paling tinggi untuk diselesaikanlah yang
memasuki tahap selanjutnya dalam proses kebijakan publik.
c. Policy Formulation
Setelah beberapa masalah yang difilter masuk ke dalam agenda
pemerintahan, maka langkah ketiga dalam perumusan kebijakan publik ini
adalah perumusan usulan-usalan kebijakan. Berbagai alternatif dicanangkan
dan dibahas secara mendalam untuk menjawab problematika yang telah dipilih.
d. Policy Legitimation
Pada tahap ini terjadi pengesahan kebijakan, dimana keputusan-keputusan
yang telah dibahas tersebut diberi payung hukum untuk direalisasikan di
tengah-tengah kehidupan masyarakat. Dalam proses pengesahan itu mungkin
sekali akan terjadinya dimana usulan kebijakan itu ditolak, perlu dimodifikas
dan sebagainya, sehingga proses perumusan kembali terpaksa harus dilakukan.
e. Implementation
Sekali usulan kebijakan telah diterima dan disahkan oleh pihak yang
berwenang, maka keputusan kebijaksanaan itu telah siap untuk
diimplementasikan. Oleh karena itu, dalam implementasinya, peranan
badan/lembaga pemerintah sangat besar sekali untuk secara persuasif mampu
memberikan dorongan kepada anggota-anggota masyarakat agar mereka
mematuhi dan melaksanakan setiap peraturan-perundangan atau kebijakan
pemerintah itu.
f. Evaluation
15
Penilaian kebijaksanaan adalah merupakan langkah akhir dari suatu proses
kebijakan publik. Baik dari biaya, tujuan yang tidak tercapai, bahkan ditentang
oleh masyarakat haruslah diperhatikan oleh pembuat kebijakan.19
3. Psikologi Anak
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,
termasuk anak yang masih dalam kandungan.20 Seorang anak secara otomatis
memiliki organisasi sosial saat mereka lahir, yaitu keluarga. Keluarga memiliki
peranan umum dalam membentuk dan mengembangkan pribadi, karakter, dan
mental anak.21 Oleh karena itu, selain tempat tumbuh dan berkembang secara
biologis, keluarga merupakan tempat seorang anak belajar dan mendapatkan
hubungan interaksi sosial.
Pengalaman-pengalaman seorang anak dalam interaksi sosial dalam
keluarganya menentukan pula tingkah lakunya terhadap orang lain dalam pergaulan
sosialnya di luar keluarganya.22 Apabila hubungan sosial yang ditanam dalam diri
seorang anak dalam keluarganya berjalan tidak wajar, kemungkinan besar bahwa
hubungan sosialnya dengan masyarakat pada umumnya juga berlangsung tidak
wajar. Ini mengindikasikan bahwa karakter keluarga—terutama orang tua—
berpengaruh besar terhadap karakter anak ke depannya.
19Irfan Islamy, Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2014), hlm. 77-118 20Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI Nomor 7
Tahun 2019 Pasal 1 Ayat (2). 21W. A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: Refika Aditama, 2004), hlm. 195 22Ibid, hlm. 196
16
Selain keluarga, lingkungan sekolah juga berpengaruh besar pada corak
sosial anak. Sekolah sebagai sara pendidikan anak memilki lingkungan material
yang dihadapi anak lebih luas ketimbang di lingkungan keluarga. Anak akan
mendapat kesempatan yang lebih banyak untuk mengembangkan bermacam-
macam kecakapan dan mendapatkan pengalaman baru yang tidak didapatkannya di
rumah.23 Faktor penghambat dan pendorong terciptanya perkembangan sosial yang
baik juga terletak pada peran tenaga pendidik anak. Hal demikian karena guru
adalah orang yang paling dipercayai oleh anak ketika ia berada di kelas. Artinya,
seorang guru juga merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi anak dalam
menentukan arah kehidupan sosialnya dimasa yang akan datang.
4. Epistimologi Radikalisme
Radikalisme berawal dari kata radikal yang dalam bahasa latin yaitu ‘radic’,
berarti akar, pangkal, atau bagian bawah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) radikalisme memiliki makna (1) paham atau aliran radikal dalam politik;
(2) paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan
politik dengan cara kekerasan atau drastis; (3) sikap ekstrem dalam aliran politik24.
Secara terminologi Abdul Munip mendefinisikan radikalisme yaitu sebuah paham
yang ingin melakukan perubahan sistem sosial dan politik secara total dan bersifat
drastis dengan mengenyampingkan nilai dan norma yang ada dengan mengajarkan
intoleran, fanatik, eksklusif, atau anarkis.25 Dari beberapa pengertian tersebut dapat
23William J. Goode, Sosiologi Keluarga, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 139 24Kamus Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Depdiknas RI (Jakarta: Pusat Bahasa
Depdiknas,2008), hlm. 1151-1152 25Abdul Munip, “Menangkal Radikalisme Agama Di Sekolah,” Jurnal Pendidikan, Vol I,
No 2, (Desember 2012), hlm. 162
17
diidentifikasi bahwa radikalisme ialah sebuah ideologi yang mengakar dalam diri
seseorang atau sekelompok orang sehingga ia menolak segala jenis paham apapun
yang bertentangan dengan ideologinya tersebut, bahkan penolakan ini dapat berupa
tindakan destruktif-anarkis atas nama agama.
Faktor utama munculnya benih radikalisme ialah konflik sosial-keagamaan.
Perbedaan paham beragama dapat berubah menjadi konflik tajam karena penafsiran
bagian-bagian doktrin agama digunakan sebagai pembenaran.26 Mindset yang
radikal tersebut berawal dari memahami sesuatu secara tekstual saja, lalu
pemahaman tersebut dilakukan secara berlebihan, dan pada akhirnya membenarkan
sesuatu yang menurutnya benar.27 Ketika radikal sudah menjadi prilaku dan
perbuatan demikianlah yang memunculkan tindakan yang bisa merugikan banyak
pihak, seperti klaim kemenangan, pengkafiran terhadap orang lain, gerakan
merubah konstitusi negara, hingga aksi teror bom. Gambar 2 berikut menunjukan
tingkatan sebuah radikalisme.
Gambar 2
Piramida Radikalisme28
26Nurudin, “Pendidikan Karakter Berbasis Nilai Kemanusiaan; Ikhtisar Mengatasi Konflik
sosial-Keagamaan di Indonesia,” Jurnal Dialog, Vol 36, No 2, (November 2012), hlm. 39 27Nabila Fauziah Gardit, “Peran Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) Dalam
Mencegah Radikalisme Agama Di Indonesia,” Jurnal Politik dan Pemerintahan, Vol 1, No 2,
(Desember 2018), hlm. 3
28Sumber: Buku “Islam, pancasila, dan Deradikalisasi
18
Pada level terbawah, radikalisme Islam didasari oleh sikap beragama
puritan, yaitu memurnikan agama dari produk dan praktik kebudayaan. Sikap ini
lahir dari pembenturan antara agama dan budaya, sebab agama dianggap murni
aturan tuhan yang tidak boleh dinodai oleh budaya. Sebagai sikap dasar,
puritanisme merupakan sifat umum dari semua corak umat beragama, meskipun
gerakan puritan ini kemudian spesifik di identikan kepada kaum salafi wahabi.29
Pada level diatasnya, terdapat radikalisme secara hakiki, disebut radikal
karena ia ingin menciptakan perubahan masyarakat secara menyeluruh berbasis
ideologi Islam, melalui gerakan (haroki). Ujung dari perjuangan radikalisme ialah
penggantian sistem politik modern dengan sistem politik Islam, baik dalam bentuk
khilafah Islamiyyah global maupun daulah Islamiyyah berskala nasional.30
Sedangkan puncak dari radikalisme Islam ialah terorisme, yang mana telah
menggunakan pendekatan militer demi penegakan khilafah untuk meruntuhkan
hegemoni sistem yang ada (AS dan Israel), ia lahir dari medan perang Afganistan
melawan Uni Soviet pada 1979, dan semakin mengental paska pengeboman gedung
29Syaiful Arif, Islam, Pancasila, Dan Deradikalisasi: Meneguh Nilai Keindonesiaan,
(Jakarta: PT Gramedia, 2018), hlm. 196-197 30Ibid. hlm. 198
Terorisme(Salafi Jihadi)
Radikalisme (Salafi Haroki)
Puritanisme (Salafi Wahabi)
19
WTC AS pada tahun 2001. Salafi Jihadi adalah kaum radikal yang menggerakan
jihad bermakna perang melawan pemerintahan barat. Memiliki paham sebagaimana
kaum puritan dan ingin mendirikan sistem politik islam sebagaimana kaum
haroki.31
Ketiga jenis radikalisme itu dapat dilakukan dengan metode persuasive atau
ajakan yang damai, tetapi dapat juga dilakukan dengan kekerasan fisik ataupun
kekerasan simbolik.32 Oleh karena itu, mencegah berkembangnya tindakan
radikalisme diperlukan upaya-upaya yang menyentuh semua aspek kehidupan
berbangsa dan bernegara. Radikalisme bukan lagi persoalan lokal, melainkan
permasalahan nasional dan internasional. Ketegasan pemrintah dan aparat
keamanan –dalam hal ini Polri— merupakan salah satu kunci terpokok dalam
prevensi dan represikonflik dan kekerasan bernuansa agama.33 jika pemerintah –
dengan berbagai alasan tertentu—tetap tidak mau dan tidak mampu menindak para
aktor intelektual dan pelaku radikalisme, jelas penyebaran paham ini akan tetap
berlangsung dari waktu ke waktu.
5. Tindak Pidana Terorisme
Terorisme merupakan perbuatan yang menggunakan kekerasan atau
ancaman yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, yang dapat
menimbulkan korban yang bersifat massal dan/atau menimbulkan kerusakan dan
31Ibid, hlm. 180 32Petrus Reinhard Golose, Deradikalisasi Terorisme: Humanis, Soil Approach, dan
Menyentuh Akar Rumput, (Jakarta: Yayasan (Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian, 2009), hlm.
38 33Azyurmardi Azra. “Akar Radikalisme Keagamaan Peran Aparat Negara, Pemimpin
Agama Dan Guru Untuk Kerukunan Umat Beragama” Disampaikan Makalah dalam Workshop
Memperkuat Toleransi Melalui Institusi Sekolah , hlm. 6
20
kehancuran terhadap objek vital yang strategis, lingkungan hidup, fasilitas publik,
atau fasilitas internasional dengan motif ideologi, politik, atau gangguan
keamanan.34 Terorisme dapat dimaknai sebagai serangan-serangan yang
terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok
masyarakat. Sebagian besar para teroris biasanya menggunakan kekerasan untuk
menimbulkan rasa takut, biasanya untuk tujuan tertentu yang telah mereka
rencanakan, terutama dalam hal politik.
Adapun tindak pidana terorisme yaitu segala perbuatan yang memenuhi
unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang
mengenai pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.35 Dalam hukum positif
Indonesia, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018 telah mengatur tentang sanksi
tindak pidana terorisme. Pada Bab III pasal 6 dikemukakan bahwa:
Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman
kekerasan menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara
meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal dengan cara
merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain
atau mengakibatkan kerusakan terhadap objek-objek vital yang strategis
atau lingkungan hidup atau fasiitas publik atau internasional diancam
dengan pidana hukuman mati, penjara seumur hidup atau penjara 5 tahun
hingga 20 tahun.36
Tindak pidana terorisme termasuk extraordinary crime (kejahatan luar
biasa) karena merupakan kejahatan atas pelanggaran kemanusiaan yang
menyebabkan ketakutan, ancaman, dan ketidaktentraman di masyarakat yang
34Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak RI Nomor 7 Tahun
2019 Tentang Pedoman Pasal 1 Ayat (8) 35 Ibid, Pasal 1 Ayat 9 36 Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang RI Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme Menjadi Undang-Undang.
21
menimbulkan dampak yang luar biasa. Terorisme tumbuh dan berkembang karena
didukung oleh situasi masyarakat yang tengah mengalami tekanan politik,
ketidakadilan sosial, paham yang radikal serta terdapat jurang pemisah yang dalam
antara kaya dan miskin.37
Pelaku terorisme pada umumnya berupa jaringan atau kelompok masyarakat
yang terorganisir dan kemungkinan berafiliasi baik di dalam maupun di luar negeri.
Kemungkinan besar kelompok tersebut akan dipengaruhi oleh muatan paham
radikal dan dibiayai oleh sebuah organisasi induknya sehingga keluarga-keluarga
yang memiliki ikatan dengan kelompok ini otomatis mempengaruhi anak-anak
mereka agar memiliki paham yang sama. Kasus-kasus tindak pidana terorisme yang
memiliki keterlibatan sejumlah anak dalam beberapa tahun terkahir penulis himpun
dalam tabel 1 berikut:
Tabel 1
Kasus Terorisme Yang Melibatkan Anak38
Tangal Peristiwa Jenis Kasus Keterangan
28 Agustus 2016 Peledakan dan penusukan
pastor di Gereja Katholik
STASI St. Yosep Medan
Pelaku tunggal seorang
anak berusia 17 tahun
13 November 2016 Peledakan bom oleh JAD di
Gereja Oikumene Samarinda,
Kalimantan Timur
Ada 2 anak yang terlibat
dalam peracikan bom
9-10 Maret 2017 Perencanaan Pengeboman di
Toli-Toli
Pelaku hanyalah 2 orang
anak
Desember 2017 Penderpotasian 139 orang dari
Suriah yang diduga terkait
jaringan terorisme
87 orang diantaranya
merupakan anak-anak
6 Maret 2018 Penangkapan kelompok JAD
pada kasus perencanaan
penyerangan Polsek Gadog
Ada satu anak berusia 17
tahun yang ditangkap
37Sukawarsini Djelantik, Terorisme: Tinjauan Psiko-Politis, Peran Media, Kemiskinan,
ddan Keamanan Nasional, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010), hlm. 3 38Diolah dari lampiran Permen PPPA No 7 Tahun 2019
22
karena terlibat kasus
tersebut
13-14 Mei 2018 Pengeboman 3 gereja di
Surabaya
- 3 anak terduga teroris di
rusun Wonosolo
Sidoarjo
- 3 anak terduga teroris
yang ditangkap di jalan
sikatan
- 1 anak terkait bom
bunuh diri di depan
kantor Polrastabes
Surabaya
13 Maret 2019 Pengeboman dan
penyanderaan anak di Kota
Sibolga, Medan
- 1 anak pelaku tewas
- 296 anak harus
mendapatkan program
pemulihan psikologis
F. Tinjauan Pustaka
Penelitian terdahulu yang melakukan penelitian terkait pedoman
perlindungan anak dari radikalisme dan terorisme masih relatif sedikit, karena
dalam tragedi dan peristiwanya masih terbilang baru dalam dunia pemerintahan
Indonesia. Berbeda dengan dunia pendidikan, pada ranah pendidikan hal-hal seperti
ideologi dan tindakan peserta didik menjadi kajian utama yang perlu diperhatikan
bagi tenaga pengajar. Dalam perkembangannya telah dilakukan beberapa penelitian
terkait dengan radikalisme dan terorisme secara umum oleh beberapa peneliti di
berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Terdapat beberapa penelitian yang sejalan
dan hampir sama dengan penelitian yang akan peneliti laksanakan, diantaranya:
1. Skripsi oleh Layla Rizki, mahasiwi jurusan Ilmu Politik, Fakultas Fisipol, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian nya berjudul “Peran Badan nasional
Penanggulangan Terorisme Dalam Menanggulangi Radikalisme Di
Indonesia”. Hasil penelitian ini adalah di Indonesia telah dilakukan upaya
23
untuk memberantas terorisme melalui model pendekatan deradikalisasi .
BNPT merupakan pusat deradikalisasi yang akan dipergunakan untuk
melakukan pembinaan, pemberdayaan, dan pelatihan keterampilan bagi
warga binaan di lembaga permasyarakatan.
2. Skripsi yang ditulis oleh Muchamad Mufid, mahasiswa jurusan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Skripsinya yang berjudul “Peranan Guru PAI Dalam Upaya
Menangkal Radikalisme Pada Peserta Didik Di SMA 9 Yogyakarta”
menyimpulkan bahwa upaya pencegahan paham radikalisme oleh guru PAI
terhadap peserta didik SMA 9 Yogyakarta sangatlah efektif. Guru PAI
memberikan pemahaman terkait toleransi dan cinta perdamaian. Strategi
lainnya ialah guru PAI memberikan pembelajaran dan kegiatan keagaman
Islam sehingga anak-anak mengetahui dengan baik bahaya radikalisme dan
menolak aksi kekerasan yang mengatasnamakan agama.
3. Jurnal yang berjudul “Bimbingan Konseling Melalui Pendidikan Multikultural
Terhadap Anak-Anak Dan Remaja Dalam Penanggulangan Paham
Radikalisme” oleh Liliam Kadarin Nuriyanto. Dalam tulisannya dipaparkan
bahwa pendidikan multikultural sangat diperlukan dalam membentuk
generasi saling menghormati dalam setiap perbedaan. Keadaan psikologis
anak-anak dan remaja harus tetap dipertahankan dalam pendidikan
multikultural. Dalam pembentukan komunitas lintas agama, dunia bermain
untuk anak-anak dan suasan santai untuk remaja harus tetap dipertahankan
24
demi mewujudkan generasi penerus bangsa yang bebas dari paparan paham
radikal.
4. Jurnal yang ditulis oleh Muhammad Thohir dari UIN Sunan Ampel Surabaya.
Jurnal ini berjudul “Radikalisme Versus Pendidikan Agama: Menggali Akar
Radikalisme Dari Kekerasan Terhadap Anak Atas Nama Pendidikan Agama.
Hasil yang ditemukan yaitu bahwa ada dua model kekerasan pada anak yang
sangat berpotensi menjadi bibit-bibit radikalisme. Pertama, metode mendidik
orang tua dan guru seringkali tanpa disadari telah melakukan tindak
kekerasan. Kedua, mengalirnya muatan-muatan ideologi radikal yang
sistemik dalam pelajaran atau kurikulum sekolah yang semakin komplek
akibat kontekstualitas globalisme yang tak selektif.
Agar mudah memahami perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian
yang akan dilakukan penulis, penulis merefleksikannya dalam tabel 2
Tabel 2
Tinjauan Pustaka39
Peneliti (Tahun)
Judul
Fokus Penelitian
Terdahulu
Fokus Penelitian
Penulis
Skripsi: Layla
Rizki (2018)
Peran Badan
nasional
Penanggulangan
Terorisme Dalam
Menanggulangi
Radikalisme Di
Indonesia
Program
deradikalisasi oleh
BNPT sebagai
upaya preventif
gerakan
radikalisme
Peran aktif
pemerintah dalam
perlindungan
anak terhadap
radikalisme serta
tindakan represif
terhadap tindak
pidana terorisme
yang dilakukan
seorang anak
Skripsi:
Muchamad
Mufid (2017)
Peranan Guru PAI
Dalam Upaya
Menangkal
Radikalisme Pada
Upaya strategis
yang dilakukan
guru PAI dalam
membina peserta
Objek penelitian
penulis lebih
memfokuskan ke
arah perlindungan
39Diolah dari penelitian-penelitian terdahulu
25
Peserta Didik Di
SMA 9
Yogyakarta
didik agar
terhindar dari
ideologi
radikalisme dan
kekerasan yang
mengatasnamakan
agama.
anak secara
umum baik dari
keluarga, sekolah
maupun
lingkungan
kehidupan anak
Jurnal: Lilam
Kadarin
Nuriyanto (2014)
Bimbingan
Konseling Melalui
Pendidikan
Multikultural
Terhadap Anak-
Anak Dan Remaja
Dalam
Penanggulangan
Paham
Radikalisme
Kulturasi antara
pendidikan dan
dunia luar agar
dapat mencegah
paham radikalisme
terhadap anak-
anak dan remaja
Penulis lebih
cenderung
mengarah ke
kebijakan publik
agar anak
diberikan
pedoman dan
payung hukum
dari tindakan
radikalisme dan
terorisme
Jurnal:
Muhammad
Thohir (2015)
Radikalisme
Versus
Pendidikan
Agama: Menggali
Akar Radikalisme
Dari Kekerasan
Terhadap Anak
Atas Nama
Pendidikan
Agama
Implikasi
Pendidikan
Agama dalam
mengantisipasi
radikalisme
terhadap anak dan
menghapus
doktrin kekerasan
terhadap anak atas
nama agama
Memberikan
arahan agar
seorang anak
diberikan hak-
haknya saat
menjadi pelaku
maupun korban
radikalisme dan
tindak pidana
terorisme
26
2. BAB II
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil lokasi penelitian di Kota
Jambi, Provinsi Jambi. Lembaga-lembaga pemerintahan yang akan menjadi tempat
penelitian antara lain Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan
Perlindungan Anak Kota Jambi, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jambi,
serta Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Jambi. Tahap-tahap dalam
pelaksanaan kegiatan ini rencananya akan di mulai dari tahap persiapan, observasi,
sampai dengan penulisan laporan penelitian. Penelitian ini dimulai pada Agustus
2020, yakni saat pengesahan riset penelitian ini.
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian yuridis empiris
dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif berguna dalam memahami
makna di balik data yang tampak sehingga dapat memastikan sebuah kebenaran.40
Permasalahan dianalisa melalui teknik perpaduan antara data yang diperoleh
dilapangan (data primer) dengan bahan-bahan hukum (yang merupakan bahan
sekunder). Fokus akhir, jenis penelitian ini dapat memudahkan penulis untuk
mendapatkan data yang objektif dalam rangka mengetahui penelitian tentang
Implementasi Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
40Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D,(Bandung: Alfabeta,
2010), hlm. 24-25
26
27
Anak Republik Indonesia No 7 Tahun 2019 tentang pedoman perlindungan anak
dari radikalisme dan tindak pidana terorisme di Kota Jambi.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Dalam penulisan proposal skripsi ini jenis data yang akan disajikan yaitu
adalah data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Dalam memperoleh data secara primer penulis memperoleh data Berupa
informasi yang diambil dari lapangan melalui observasi dan wawancara penulis dari
menilai proses kerja di Dinas PMPPA sebagai gugus terdepan perlindungan anak,
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di kota Jambi sebagai penyelenggara program
edukasi anak dari radikalisme dan tindak pidana terorisme, meneliti kinerja Badan
Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Jambi sebagai penjaga penjaga ideologi
masyarakat terkait wawasan kebangsaan secara nasional. Data primer lain
diantaranya ialah Peraturan Menteri Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Republik Indonesia No 7 Tahun 2019 tentang Pedoman
Perlindungan Anak Dari Radikalisme Dan Tindak Pidana Terorisme, Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data atau sejumlah keterangan yang diperoleh secara
tidak langsung. Data ini juga diperoleh dari cara mengutip dari sumber lain
28
sehingga tidak bersifat authentik. Antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi,
buku-buku, media cetak, jurnal, dan hasil-hasil penelitian berwujud laporan. Data
berupa dokumen-dokumen yang di dapat dari hasil observasi di lokasi penelitian
seperti jumlah laporan dan penanganan terkait pencegahan anak dari radikalisme
dari Dinas PMPPA Kota Jambi, Bentuk data monitoring RPP hingga materi yang
diberikan guru kepada peserta didik oleh Diknas Kota Jambi, dan dokumentasi
pendukung lainnya yang di dapatkan saat meneliti di Kesbangpol Kota Jambi
merupakan jenis data sekunder yang diperoleh pada penelitian ini.
2. Sumber Data
Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data
diperoleh. Sumber data dapat diperoleh dari tindakan, pengamatan, ataupun data-
data yang didapat pada saat penelitian berlangsung. Sumber data dalam penelitian
ini diperoleh:
a. Dari Dinas Pemberdayaan Mayarakat, Perempuan dan Perlindungan Anak
Kota Jambi.
b. Dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jambi.
c. Dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Jambi.
d. Dari Dinas Sosial Kota Jambi
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Pengamatan/ Observasi
Dalam penelitian ini, penulis termasuk menggunakan observasi non
partisipan yaitu peneliti tidak terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang yang
sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data. Teknik observasi ini
29
digunakan untuk mengetahui implementasi program pedoman perlindungan anak
dari radikalisme dan terorisme, hambatan yang dihadapi, strategi dalam mencapai
keberhasilan, hingga indikator yang dapat dinilai apabila telah mencapai tujuan
yang diinginkan.
Bentuk nyata observasi non partisipan dalam penelitian ini dilakukan
dengan mengamati dan mencatat langsung terhadap objek penelitian seperti
pendekatan mendalam terkait upaya-upaya yang telah dilakukan dalam proses
implementasi, menilai alur proses agenda setting yang telah dilaksanakan di
lingkungan kota Jambi, melihat sistem pendidikan yang dibangun dalam rangka
mengakselerasi keberhasilan pedoman perlindungan anak dari radikalisme dan
tindak pidana terorisme di kota Jambi.
2. Wawancara/ Interview
Wawancara adalah pertemuan antara peneliti dan responden, dimana
jawaban responden akan menjadi data mentah. Secara khusus, wawancara juga
merupakan metode bagus untuk pengumpulan data tentang subjek kontemporer
yang belum dikaji secara eksekutif dan tidak banyak literatur yang membahasnya.
Informan terpilih dalam penelitian yang akan dilakukan yaitu:
a. Ibu Yuni, S. Sos, ME selaku Kabid PH & PA Dinas PMPPA Kota Jambi
b. Ibu Armadewi, SH, MH selaku Kasi POA Dinas PMPPA Kota Jambi
c. Bapak Supardi, SE selaku Kabid Bidang Pembinaan SMP Diknas Kota Jambi
d. Bapak Deni, SE, ME, Sy selaku Kasubbag Bina Ideologi Kesbangpol Kota
Jambi.
e. Ibu Dra. Apun Hayati, Selaku Kabid Bidang Rehsos Dinas Sosial Kota Jambi
30
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau kerya-karya monumental dari seseorang. Studi
dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara.41 Teknik pengumpulan data ini digunakan untuk memperoleh data
tentang gambaran umum wilayah, lembaga, dan badan-badan yang menjadi objek
penelitian.
Dokumentasi dalam penelitian ini, penulis melihat beberapa sejumlah
dokumen-dokumen yang mendukung keberhasilan program pedoman perlindungan
anak di kota Jambi, data-data lembaga pendidikan yang telah melakukan
penyebaran yang salah kepada peserta didik, serta menilai efektifitas sistem
pembelajaran yang dibangun dalam rangka mencegah terjadinya penyebaran paham
radikalisme dan tindak pidana terorisme di Kota Jambi. Beberapa informan yang
membantu memberikan data-data dokumentasi dalam penelitian ini antara lain:
a. Bapak Marpiko Hertanto, SE selaku pegawai Bidang Pemenuhan Hak Dan
Perlindungan Anak Dinas PMPPA Kota Jambi
b. Ibu Silvi, S.Pd, I selaku pegawai Bidang Pembinaan SMP Diknas Kota Jambi
c. Bapak Deni, SE, ME, Sy selaku Kasubbag Bina Ideologi Kesbangpol Kota
Jambi
d. Ibu Septty Kusuma, SST selaku pegawai di bidang rehabilitasi sosial Dinsos
Kota Jambi
41Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R&D,
hlm. 329
31
E. Unit Analisis Data
Unit analisis ialah satuan yang diteliti, bisa berupa individu, kelompok,
benda atau suatu latar peristiwa soial dalam hal ini sebagai subjek penelitian42.
Penulisan unit analisis perlu dicantumkan apabila penelitian yang dilakukan adalah
penelitian lapangan yang tidak memerlukan populasi dan sampel. Dalam penelitian
ini, unit analisisnya adalah Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Republik Indonesia No 7 Tahun 2019 tentang pedoman
perlindungan anak dari radikalisme dan tindak pidana terorisme di Kota Jambi.
Penetapan unit analisis tersebut berupa dokumen-dokumen, wawancara dari Dinas
PPPA Kota Jambi, dan Informasi dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota
Jambi, serta Badan Kesbangpol Kota Jambi saja.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan tahap data diolah sedemikian rupa sehingga
memperoleh hasil yang dapat disimpulkan sebagai kebenaran-kebenaran yang
dapat dipakai untuk menjawab berbagai persoalan yang diajukan dalam
penelitian.43 Dalam penelitian kualitatif analisa data disusun secara sistematis yang
mana diperoleh dari hasil catatan lapangan (observation), wawancara, dan
dokumentasi.44 Data selanjutnya dianalisis untuk menemukan sebuah hasil akhir
dari keabsahan data tersebut.45 Dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga
teknik analisa yang dikemukakan Sugiono, antara lain:
42Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan
Laporan Penelitian,(Malang: UMM Press, 2005), hlm. 75-76 43 Amri Amir, dkk, Metodologi Penelitian Ekonomi dan Penerapannya, (Bogor: IPB
Press, 2009), hlm. 209. 44Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, hlm.244. 45Ibid, hlm. 245
32
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka
perlu dicatat secara teliti dan rinci. Setelah data terkumpulkan segera dilakukan
ananlisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya.46 Dalam situasi sosial, penulis mereduksi data berdasarkan latar belakang
anak terpengaruh radikalisme dan tindak pidana terorisme. Dalam bidang
manajemen, penulis akan berfokus pada kinerja Dinas Pemberdayaan Mayarakat
Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) sebagai pelaksana dan sumber
informasi, kontribusi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, serta peran Badan
Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Jambi sebagai pengawas. Hasil
akhir tahap ini, data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas
dan singkat, dan mempermudah peneliti untuk melakukan analisis selanjutnya.
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah analisis selanjutnya dalam penelitian
ini adalah mendisplaykan data. Penulis menggunakan metode kualitatif dalam
pengumpulan data sehingga hasil dari catatan lapangan, wawancara, serta bahan-
bahan yang bersumber dari tulisan dan sumber pustaka. Ini berarti penyajian data
dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat berbentuk tabel, bagan, ataupun grafik
yang tersusun dan membentuk pola hubungan antar variabel dan sejenisnya.47
Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan teks yang bersifat naratif.
46 Ibid, hlm. 247 47Amri Amir, dkk, Metodologi Penelitian Ekonomi dan Penerapannya, hlm. 201
33
Klasifikasi data berdasarkan sub bab-nya masing-masing akan dilakukan sehingga
akan semakin mudah dalam memahami data tersebut.
3. Verifikasi Data
Tahap akhir dalam analisis data dalam penelitian ini ialah verifikasi.
Verifikasi data dalam penelitian kualitatif mempunyai dua tugas. Pertama
meyakinkan bahwa semua tahapan pra analisis sebelumnya (reduksi dan display)
telah dilakukan dengan benar. Kedua, data yang telah disajikan dicek kembali untuk
mendeteksi kemungkinan adanya salah ketik atau salah catat dan lain-lain.48
Dengan demikian data yang telah diverifikasi dalam penelitian ini diharapkan
mampu menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal.
Dari ketiga tahap analisis data di atas penulis menyimpulkan bahwa, ketiga
tahapan yang meliputi reduksi data, penyajian data dan verifiksi data akan penulis
lakukan setelah semua data telah diperoleh melalui wawancara, catatan lapangan,
dan juga dokumentasi. Penulis akan lebih dimudahkan dalam mengetahui dan
menarik kesimpulan terhadap implementasi peraturan Menteri Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia No 7 Tahun 2019 tentang
pedoman perlindungan anak dari radikalisme dan tindak pidana terorisme di Kota
Jambi.
48Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan
Laporan Penelitian, hlm. 208
34
G. Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri dari lima bab dengan sistematika penulisan sebagai
berikut:
BAB I merupakan bagian pendahuluan. Bab ini menjelaskan latar belakang
yang mendasari munculnya permasalahan dalam penelitian, rumusan masalah,
batasan masalah, ruang lingkup penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian,
kerangka teori, kerangka konseptual, tinjauan pustaka, serta orisinalitas penelitian.
BAB II memaparkan tentang metode penelitian. Bab ini mencakup tentang
tempat dan waktu penelitian, jenis penelitian beserta pendekatan yang digunakan,
jenis data dan sumber-sumbernya, instrumen pengumpulan data, unit analisis,
hingga teknik analisis yang digunakan untuk menyimpulkan dan menguji
keabsahan data. Terakhir pada bab ini dicantumkan pula sistematika penulisan.
BAB III mendeskripsikan secara umum gambaran tempat penelitian.
Berupa sejarahnya, letak geografisnya, kependudukan, struktur pemerintahan,
hingga lembaga-lembaga yang memiliki relevansi terkait penelitian ini.
BAB IV merupakan inti dari penulisan skripsi yaitu pemaparan tentang
pembahasan dan hasil penelitian dari judul Implementasi Peraturan Menteri
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia No 7 Tahun
2019 tentang pedoman perlindungan anak dari radikalisme dan tindak pidana
terorisme di Kota Jambi.
BAB V ialah akhir dari penulisan skripsi. Yakni bab penutup yang terdiri
dari kesimpulan dan saran-saran terkait implementasi peraturan Menteri
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia No 7 Tahun
35
2019 tentang pedoman perlindungan anak dari radikalisme dan tindak pidana
terorisme, kata penutup serta dilengkapi dengan Daftar Pustaka, Lampiran dan
Curriculum Vitae
H. Jadwal Penelitian
Tabel 3
Jadwal Penelitian
No Jadwal
Kegiatan
2020 2021
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei
1 Pengajuan
Judul √
2 Pembuatan
Proposal √
3
Penunjujakan
Dosen
Pembimbing
√
4 Seminar
Proposal √
5
Perubahan
Proposal
Seminar √
6 Surat Izin
Riset √
7
Pengumpulan
dan
Penyusunan
Data √ √ √
8 Pembuatan
Skripsi √ √
9 Bimbingan
dan Perbaikan √ √
10 Agenda dan
Ujian Skripsi
11 Perbaikan dan
Penjilidan
36
3. BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Administrasi dan Demografi Kota Jambi.
1. Visi dan Misi Pemerintah Kota Jambi
Saat ini kota Jambi di pimpin oleh seorang walikota yang bernama Dr. H
Syarif Fasha ME dan wakilnya Dr. dr. H Maulana MKM pada periode 2018-2023
dengan visi:
“MENJADIKAN KOTA JAMBI SEBAGAI PUSAT
PERDAGANGAN DAN JASA BERBASIS MASYARAKAT BERAKHLAK
DAN BERBUDAYA DENGAN MENGEDEPANKAN PELAYANAN
PRIMA”
Adapun misi-misi pemerintahan yang mereka berikan dalam mewujudkan
visi tersebut antara lain:
a. Penguatan birokrasi dan meningkatkan pelayanan masyarakat berbasis
teknologi informasi.
b. Penguatan penegakan hukum, transtibmas, dan kenyamanan masyarakat.
c. Penguatan pengelolaan infrastruktur dan utilitas perkotaan serta penataan
lingkungan.
d. Penguatan kapasitas ekonomi perkotaan.
2. Luas dan Batas Wilayah
Luas keseluruhan Kota Jambi ± 20.538 Ha terdiri dari 11 kecamatan dan 61
kelurahan49. Orientasi wilayah kota jambi lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut:
49Bappeda Kota Jambi, Profil Kota Jambi dalam Dokumen RPI2 Kota Jambi, Bab 4, hlm
2. Tahun 2016-2020
37
Tabel 4
Luas Wilayah Administrasi Kota Jambi50
No Kecamatan
Jumlah
Kelurahan
Luas
(KM2)
1 Telanaipura 5 4,02
2 Kota Baru 5 7,92
3 Jelutung 7 20,21
4 Pasar Jambi 4 30,39
5
Jambi
Timur 9 77,78
6
Jambi
Selatan 5 35,07
7
Danau
Teluk 5 15,7
8 Pelayangan 6 15,29
9
Alam
Barajo 5 23,21
10 Paal Merah 5 16,82
11
Danau
Sipin 5 5,17
Kota Jambi 61 251,58
Kota Jambi sebagai pusat wilayah dan ibukota Provinsi Jambi, secara
geografis terletak pada koordinat 01º32’45” sampai dengan 01º41’41” Lintang
Selatan dan 103º31’29” sampai dengan 103º40’6” Bujur Timur. Secara administrasi
wilayah kota Jambi berbatasan langsung dengan:
a. Sebelah Utara : Berbatasan Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi
b. Sebelah Selatan : Berbatasan Kecamatan Mestong Kabupaten Muaro Jambi
c. Sebelah Barat : Berbatasan Kecamatan Jaluko Kabupaten Muaro Jambi
50 Dokumen Bappeda Kota Jambi RPI2-JM 2016-2020
36
38
d. Sebelah Timur : Berbatasan Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro
Jambi.51
3. Kependudukan
Secara umum, berdasarkan data jumlah penduduk yang diterbitkan oleh
Badan Pusat Statistik Kota Jambi dalam angka pada tahun 2019 jumlah penduduk
Kota Jambi adalah sebanyak 604.738 jiwa, yang terdiri dari 303.818 jiwa berjenis
kelamin laki-laki dan sebanyak 300.920 berjenis kelamin perempuan.52 Secara
lengkap jumlah penduduk Kota Jambi menurut kelompok umur dapat terlihat dalam
tabel berikut:
Tabel 5
Jumlah Penduduk
Dalam Kelompok Umur dan Jenis Kelamin (2019)53
Kel Umur Laki-Laki Perempuan Total
0-9 Tahun 49.937 Jiwa 48.734 Jiwa 98.671 Jiwa
10-24 Tahun 79.457 Jiwa 80.910 Jiwa 160.367 Jiwa
25-39 Tahun 79.604 Jiwa 77.722 Jiwa 157.326 Jiwa
40-60 Tahun 75.588 Jiwa 72.785 Jiwa 148.373 Jiwa
61-75+ Tahun 21.962 Jiwa 21.269 Jiwa 43.236 Jiwa
Total 303.818 Jiwa 300.920 Jiwa 604.738 Jiwa
4. Kondisi Pendidikan dan Statistik Agama
51Ibid, hlm.3 52BPS Kota Jambi, Dokumen Katalog Kota Jambi Dalam Angka 2020, Tahun 2020 53 Dokumen Badan Pusat Statistk Kota Jambi Dalam Angka 2020
39
Dalam menunjang pembangunan di Kota Jambi tentu tidak terlepas dari
sektor pendidikan dari sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi, pendidikan non
formal berup pendidikan dan pelatihan di berbagai bidang pengetahuan serta
keterampilan. Berdasarkan laporan dari Dinas Pendidikan Kota Jambi, jumlah
lembaga pendidikan negeri dan swata dalam Kota Jambi pada tahun 2018/2019
adalah sebagai berikut:
Tabel 6
Jumlah Lembaga Pendidikan Kota Jambi (2019)54
NO Kategori Lembaga Pendidikan Jumlah
1 Taman Kanak-Kanak 171 Buah
2 Sekolah Dasar & MI (Negeri/Swasta) 266 Buah
3 SMTP/Sederajat (Negeri/Swasta) 103 Buah
4 SLTA/ Sederajat (Negeri/Swasta) 101 Buah
5 Perguruan Tinggi (Negeri/Swasta) 18 Buah
Adapun dalam sisi persebaran agama, tergambar dari tempat ibadah yang ada
di Kota Jambi. Berbagai tempat ibadah tersebut tersebar di setiap Kecamatan yang
digunakan bagi setiap penduduk sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-
masing adapun ratio pemeluk agama dan jumlah tempat beribadah di kota jambi
yaitu:
Tabel 7
Agama Dan Tempat Ibadah Kota Jambi55
Agama Ratio Demografi Jumlah Tempat Ibadah
Islam 94,27% Masjid : 380 Buah
54 Dokumen Badan Pusat Statistik Kota Jambi Dalam Angka 2020 55Ibid
40
Mushola : 420 Buah
Protestan 5,70 % Gereja : 39 Buah
Katolik 2,80 % Gereja : 3 Buah
Hindu 0,08% Pura : 2 Buah
Budha 1,29% Vihara : 11 Buah
Konghucu 0,18% Kelenteng : 25 Buah
B. Profil Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan Dan Perlindungan
Anak Kota Jambi.
1. Visi dan Misi
Visi Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Perlindungan
(DPMPPA) Kota Jambi yaitu “Terwujudnya pemberdayaan masyarakat,
perempuan yang maju dan mandiri, perlindungan perempuan dan anak serta
pemenuhan hak anak melalui peningkatan penyelenggaraan pemerintahan dari
pembangunan berbasis adat dan akhlak budaya”. Adapun misi-misi yang di berikan
dalam mewujudkan visi itu antara lain:
a. Meningkatkan kualitas dan kinerja sumber daya manusia aparatur
penyelenggara pemerintah.
b. Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat dalam
menunjang ekonomi keluarga dan kelompok perempuan yang berbasis
kearifan lokal.
c. Menumbuhkembangkan kemapanan perempuan dalam mengelola
ekonomi keluarga menuju kesejahteraan keluarga.56
2. Tugas Pokok dan Fungsi
56Dokumentasi Penelitian DI Kantor Dinas Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan
Perlindungan Anak Kota Jambi Pada Tanggal 22 September 2020.
41
Tugas pokok dari DPMPPA adalah membantu kepala daerah melaksanakan
urusa pemerintah bidang pemberdayaan masyarakat, perempuan dan perlindungan
anak dan tugas pembantuan yang ditugaskan kepada daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk melaksanakan tugas pokok
tersebut, DPMPPA menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pemberdayaan dan perlindungan
perempuan.
b. Pelaksanaan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang
pemberdayaan masyarakat, perempuan dan perlindungan anak.
c. Pelaksanaan pemaduan dan sinkronasi kebijakan pemberdayaan
masyarakat, perempuan dan perlindungan anak.
d. Pelaksanaan advokasi, komunikasi, informasi, dan edukasi lembaga
dan pengembangan partisipasi masyarakat.
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan
tugas dan fungsinya.57
57Peraturan Walikota Jambi No 43 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,
Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Pada Dinas Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan
Perlindungan Anak Kota Jambi , Pasal 3 dan 4
42
3. Struktur Organisasi
Gambar 3
Struktus Organisasi DPMPPA Kota Jambi58
58 Dokumentasi Di Kantor DPMPPA Tanggal 22 September 2020
Kepala Dinas
Drg. Irawati sukandar, M Kes
Sekretaris
Ir. Sonya Maudy
Anna
Ka. UPTD P2TP2A
Rosa Solisiawati
Subbag Umum
Septi Rirnawati, SE Subbag Kepegawaian
Irma Rosita, SE
Subbag Keuangan
Eka Warni, S.Pt, ME
Kassubag TU UPTD
Denni Puspi Dewi, SE
Kabid
PMPUE SDA
Aminuddin, SE
Kabid
PK PPM
Rosdalia, SH
Kabid
PEMB & PP
Nining Maryani, SE
Kabid
PH & PA
Yuniati, S.Sos
-Kasi PHA
-Kasi PA
-Kasi POA
-Kasi PP
-Kasi PP & KG
-Kasi PKK& OP
-Kasi PDP
-Kasi PKM
-Kasi PMPP
-Kasi SARANA
-Kasi TTG
-Kasi PUEM
43
C. Profil Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kota Jambi.
1. Visi dan Misi
Visi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jambi yakni “Terwujudnya
pelayanan pendidikan yang bermutu dalam rangka membentuk insan Kota Jambi
yang berakhlak mulia, cerdas, berkeahlian, demokratis, berbudaya, dan berdaya
saing menuju era globalisasi”. Adapun misi-misi yang di berikan dalam
mewujudkan visi itu antara lain:
a. Mengupayakan pemerataan dan perluasan kesempatan memperoleh
pendidikan yang bermutu bagi seluruh masyarakat Kota Jambi.
b. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak didik secara
utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan
masyarakat belajar.
c. Meningkatkan kesiapan dan kualitas proses pendidikan untuk
mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral.
d. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan
sebagai pusat pengetahuan dan pembudayaan, keterampilan,
pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global.
44
e. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
f. Meningkatkan kemampuan keprofesionalan, akuntabilitas dan pencitraan
publik terhaap kinerja pembangunan tenaga kependidikan atas dasar
sistem informasi tenaga kependidikan yang lengkap, handal, dan dapat
dipercaya.59
2. Tugas Pokok dan Fungsi
Dinas pendidikan mempunyai tugas membantu kepala daerah melaksanakan
urusan pemerintah dan tugas pembantuan di bidang pendidkan. Dinas pendidikan
dalam melaksanakan tugas pokoknya menyelenggarakan beberapa fungsi, antara
lain:
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pendidikan.
b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang
pendidikan.
c. Pembinaan, pengendalian, dan pengawasan bidang pendidikan.
d. Pengkoordinasian hubungan kerja sama dengan instansi pemerintah
maupun swasta untuk kepentingan pelaksanaan tugas.
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota sesuai tugas dan
fungsiya.60
59Dokumentasi Penelitian Di Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jambi
Tanggal 19 Oktober 2020. 60Peraturan Walikota Jambi No 4 Tahun 2009 Tentang Fungsi Dinas, Sekretariat, Bidang
dan Rincian Tugas Sub Bagian, Seksi, UPTD, Serta Tata Kerja Pada Dinas Pendidikan Kota Jambi,
Pasal 2.
45
3. Struktur Organisasi
Gambar 4
Struktus Organisasi Diknas Kota Jambi61
61Dokumentasi Di Kantor Dinas Pendidikan Tanggal 19 Oktober 2020
Ko
rwil P
end
idik
an K
ec I
I K
orw
il P
end
idik
an K
ec I
II
UP
TD
/SK
B
Kep
ala D
inas
H. M
uly
adi,
S.P
d, M
.Pd
Sek
reta
riat
Mas
huri
ani,
SE
, M
DM
K
elo
mp
ok J
abat
an F
un
gsi
onal
-Pen
gaw
as
-Guru
Pam
ong&
Pen
ilik
-Ars
ipan
Keu
angan
& B
MD
Moh
d R
om
my M
, S
E
Per
enca
naa
n &
ME
V
Kurn
ia I
lah
i L
ub
is, S
eE
Um
um
& K
epeg
Ely
a K
asm
ita,
SH
Pem
bin
aan P
aud &
PN
F
Dra
. L
ilyar
ufd
a, M
.Pd
Pem
bin
aan S
D
Sug
iyon
o, S
.Pd, M
.Pd
Pem
bin
aan S
MP
Sup
ardi,
SE
Pem
bin
aan K
eten
agaa
n
Zula
fni,
S.P
d, M
.Pd
-Sek
si
Kuri
ku
lum
&
Pen
ilai
an
-Sek
si P
eser
ta D
idik
&
Pem
bin
aan K
arak
ter
-Sek
si K
elem
bag
aan
&
Sar
ana
Pra
sara
na
-Sek
si
Kuri
ku
lum
&
Pen
ilai
an
-Sek
si P
eser
ta D
idik
&
Pem
bin
aan K
arak
ter
-Sek
si K
elem
bag
aan
&
Sar
ana
Pra
sara
na
-Sek
si
Kuri
ku
lum
&
Pen
ilai
an
-Sek
si P
eser
ta D
idik
&
Pem
bin
aan K
arak
ter
-Sek
si K
elem
bag
aan
&
Sar
ana
Pra
sara
na
-Sek
si
Kuri
ku
lum
&
Pen
ilai
an
-Sek
si P
eser
ta D
idik
&
Pem
bin
aan K
arak
ter
-Sek
si K
elem
bag
aan
&
Sar
ana
Pra
sara
na
46
D. Profil Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik Kota Jambi.
1. Visi dan Misi
Visi Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Jambi yakni “Terwujudnya
perstuan dan kesatuan masyarakat Kota Jambi melalui stabilitas politik dan
pembinaan masyarakat yang berakhlak”. Adapun misi-misi yang di berikan dalam
mewujudkan visi itu antara lain:
a. Meningkatkan rasa aman, tertib dan berbudaya dalam masyarakat.
b. Meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
c. Meningkatkan pendidikan politik, pemberdayaan Ormas dan Parpol
dalam mewujudkan masyarakat yang demokratis.
d. Meningkatkan peran fasilitas dan koordinasi dalam bidang ketahanan seni
budaya, agama, kemasyarakatan dan ekonomi.
e. Meningkatkan rasa cinta tanah air pada masyarakat.62
2. Tugas Pokok dan Fungsi
62Dokumentasi Penelitian Di Kantor Kesatuan Bangsa Dan Politik Kota Jambi Tanggal 2
November 2020.
Ko
rwil
Pend
idik
an K
ec I
47
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Jambi mempunyai tugas pokok
membantu kepala daerah dalam melaksanakan perencanaan, pengkajian,
perumusan kebijakan pengawasan, pengendalian dan pembinaan dibidang bina
kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat. Sesuai dengan Peraturan
Walikota Jambi Nomor 6 Tahun 2013, Kesbangpol Kota Jambi mempunyai fungsi
sebagai berikut:
a. Perumusan kebijakan teknis dibidang Kesatuan Bangsa dan Politik.
b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintah daerah dibidang
kesatuan bangsa dan politik.
c. Pelaksanaan pembinaan bidang kesatuan bangsa dan politik.
d. Penyelenggaraan bina ideologi, wawasan kebangsaan, politik, kewaspadaan
daerah, ketahanan seni budaya, agama, dan kemasyarakatan serta ekonomi.
e. Pemberian pertimbangan dalam penyelenggaraan bidang kesatuan bangsa
dan politik..
f. Penkoordinasian hubungan kerjasama dengan instansi pemerintahan dan
pihak terkait lainnya dibidang kesatuan bangsa dan politik.
g. pemberian penghargaan dibidang kesatuan bangsa dan politik63.
3. Struktur Organisasi Gambar 5
Struktur Organisasi Kesbangpol64
63Peraturan Walikota Jambi Nomor 6 Tahun 2013 Tentang Fungsi Badan, Sekretariat,
Bidang, Dan Rincian Tugas Pada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Jambi, Pasal 2. 64 Dokumentasi Di Kantor Kesbangpol Kota Jambi Tanggal 2 November 2020
Kepala Badan Drs. Raden Jufri,
ME Sekretaris Dailami, SE, ME
Kelompok Jabatan Fungsional
Kasubbag Keuangan
Triliana Prihartini
Kasubbag Kepegawaian
Novena Ellyanti, SH
Kasubbag Umum Sarinarulita, EF, SP
Bina Ideologi & Wawasan Keb
Tri Putra Jaya, SE
Politik & Kewaspadaan Daerah
Leon Fadenan Z, SH
Ketahanan, Sby, Agm, Kesmas, Ekonomi Beni Handoko, SE
48
49
4. BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Implementasi Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan Dan
Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 Tentang
Pedoman Perlindungan Anak Dari Radikalisme Dan Tindak Pidana
Terorisme Di Kota Jambi.
Penyusunan pedoman perlindungan anak dari radikalisme dan terorisme
yaitu bertujuan agar menjadi titik acuan bagi intansi, lembaga, dan pemerintah
daerah dalam membentuk dan memberikan perlindungan anak dari upaya
penyebaran paham radikal dan tindak pidana terorisme. Berdasarkan Peraturan
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 7 Tahun 2019
pada pasal 4 dijelaskan bahwa pedoman itu meliputi beberapa langkah yang
diperlukan, antara lain
1. Pencegahan,
2. Edukasi tentang pendidikan, ideologi, dan Nilai-Nilai Nasionalisme;
3. Konseling tentang bahaya radikalisme dan terorisme;
4. Rehabilitasi sosial;
5. Rehabilitasi psikososial atau psikologis;
6. Pendampingan;
7. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan;
8. Layanan lainnya.65
65Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Nomor 7 Tahun
2019 Tentang Pedoman Perlindungan Anak Dari Radikalisme Dan Tindak Pidana Terorisme Pasal
4
50
Langkah-langkah pedoman itu tidak seluruhnya dibebankan hanya kepada
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Perlindungan Anak di Kota Jambi, Beberapa
lembaga atau intansi disetiap daerah berkontribusi dalam mengimplementasikan
langkah-langkah tersebut sesuai fungsi dan tugasnya masing-masing. Adapun
implementasinya sejauh ini di Kota Jambi yakni;
1. Pencegahan
Langkah pencegahan pedoman perlindungan anak dari radikalisme dan
terorisme di Kota Jambi dilakukan oleh DPMPPA Kota Jambi. Terdapat tiga jenis
kegiatan yang harus dilakukan dalam langkah pencegahan ini yakni mendeteksi dan
memetakan lokasi anak yang rentan terpengaruh radikalisme dan terorisme,
menyusun materi komunikasi informasi dan edukasi tentang perlindungan anak dari
radikalisme dan terorisme, dan menyeberluaksan materi tersebut.66
Perlu diketahui bahwa dari ketiga jenis kegiatan pencegahan tersebutpun hanya
2 kegiatan yang menjadi tanggung jawab DPMPPA Kota Jambi. Kegiatan
pencegahan yang tidak dilibatkan tersebut ialah pemetaan dan mendeteksi lokasi
anak yang rentan terpengaruh radikalisme dan terorisme. Sebagaiamana dapat
dilihat dari hasil wawancara penulis dengan Ibu Yuni, selaku Kabid PH & PA Dinas
PMPPA Kota Jambi sebagai berikut:
Berdasarkan hasil sosialisasi dari kementrian pada bulan april 2019 lalu, itu
saya sendiri yang ikut bersama sekretaris di dinas PPPA Provinsi, memang
ada arahan untuk membuat pedomannya dalam bentuk peraturan walikota
atau peraturan kabupaten kota. Namun dilihat dari kondisi dan melihat
situasi kabupaten dan kota lain juga belum ada tindak lanjut hingga sekarang.
Jadi segala bentuk pencegahan saat ini hanya terbatas dengan apa yang kami
66Lampiran Permen PPPA No 7 Tahun 2019
48
51
bisa lakukan. Seperti pemetaan dan mendeteksi lokasi anak itu, tentu akan
kami arahkan ke lembaga atau badan yang lebih berwenang saat penyusunan
rencana aksi nanti. Pedoman dari pusat saja, tugas itu dibebankan kepada
Densus 88 dan BNPT. 67
Wawancara tersebut menyebukan bahwa dalam langkah pencegahan yang
dilakukan oleh DPMPPA Kota Jambi hanya melakukan 2 kegiatan, yaitu:
a. Menyusun materi komunikasi informasi dan edukasi tentang
perlindungan anak dari radikalisme dan tindak pidana terorisme.
Dalam tahap penyusunan materi komunikasi, informasi, dan edukasi serta
penyebarluasannya ini dilakukan bersamaan dengan pedoman terhadap anak
lainnya saat Sosialisasi tentang perlindungan anak terpadu berbasis masyarakat.
Seperti yang dikatakan Ibu Yuni, selaku Kabid PH & PA Dinas PMPPA Kota
Jambi saat di wawancara:
Penyusunan materi itu sudah kami lakukan serentak saat Sosialisasi
Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM). Mulai dari
materi pencegahan kekerasan terhadap anak, narkoba terhadap anak,
pelecehan seksual, kriminalitas, termasuk penyebaran radikal dan teroris
kepada anak. Penyebarluasannya kami mengandalkan PUSPAGA (pusat
pembelajaran keluarga) dan Forum Anak Daerah Kota Jambi yang
merupakan bimbingan kami.68
Observasi kegiatan yang telah berlangsung terkait tahap pencegahan ini pun
telah penulis dapatkan secara non partisipatif. Bentuk kegiatan dan isi dari materi
dapat dilihat pada gambar dan tabel berikut.
67Wawancara dengan Ibu Yuni, (Selaku Kabid PH & PA Dinas PMPPA Kota Jambi)
Pada Tanggal 22 September 2020 68Ibid
52
Gambar 669
Penyusunan Materi & Sosialisasi Perlindungan Anak Terpadu
Penyusunan materi KIES (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)
perlindungan anak terpadu berbasis masyarakat tersebut dilakukan pada 6
februari 2020 lalu. Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan berbagai tindakan
agar terbangun kesadaran masyarakat agar memiliki sikap dan prilaku dalam
melindungi anak dan hak-hak anak. Adapun beberapa materi yang telah disusun
dalam kegiatan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut 8
69Data Obsevasi Non Partisipan di Dinas DPMPPA Kota Jambi Pada Tanggal 22
September 2020
53
Tabel 8
Daftar Materi KIES PATBM 201970
NO KASUS MATERI KIES
a.Definisi
b.Penyebab terjadinya
c.Efek terhadap anak
d.Pencegahan
e.Tindakan anak jika mengalami Kekerasan
a.Pengertian Perundungan Anak
b.Jenis-Jenis Perundungan (Bullying)
c.Dampak & Bahaya Terhadap Anak
d.Upaya pencegahan oleh keluarga
e.Upaya pencegahan oleh guru
a. Pengertian dan Bentuk Bentuk KR
b. Faktor Internal Kenakalan Remaja
c. Faktor Eksternal Kenakalan Remaja
d. Solusi Mengatasi Kenakalan Remaja
e. Kegiatan Positif Yang Bisa Dilakukan
a. Definisi Pergaulan Bebas
b. Ciri-Ciri Pergaulan Bebas
C. Faktor Penyebab Pergaulan Bebas
D. Penyakit Seksual Akibat Pergaulan Bebas
a. Pengertian dan Jenis-Jenis Narkoba
b. Penyebab Penyalahgunaan Narkoba
c. Bahaya dan Dampak Narkoba
d. Gejala Pengguna Narkoba
e. Tanda-tanda Fisik Pengguna Narkoba
a. Pengertian Radikalisme dan Terorisme
b. Ciri-Ciri Gerakan Radikal & Teroris
c. Penyebab Gerakan Radikalisme & Terorisme
d. Contoh Gerakan Radikal & Teroris di indonesia
e. Bahaya dan Dampak Terhadap Kehidupan
3 Kenakalan Remaja
1 Kekerasan Anak
2 Perundungan (Bullying )
6 Radikalisme & Terorisme
4 Pergaulan Bebas
5 Narkoba
Berdasarkan hasil wawancara, dokumentasi, dan daftar materi dari data
yang diperoleh dapat dibuktikan bahwa langkah pencegahan berupa kegiatan
penyusunan materi komunikasi informasi dan edukasi tentang perlindungan anak
dari radikalisme dan terorisme telah dilaksanakan oleh DPMPPA Kota Jambi.
70Diolah dari data sekunder dari DPMPPA Kota Jambi Pada Tanggal 4 Februari 2021
54
b. Menyebarluaskan komunikasi informasi dan edukasi tentang
perlindungan anak dari radikalisme dan tindak pidana terorisme.
Kegiatan selanjutnya setelah penyusunan materi KIES yakni
penyebarluasan materi tersebut kepada masyarakat dan anak-anak. Dalam hal ini
DPMPPA mengandalkan Forum Anak Daerah Kota Jambi untuk
mensosialisasikan materi tersebut anak-anak Kota Jambi dan fasilitas
PUSPAGA atau Pusat Pembelajaran Keluarga untuk penyampaian materi
kepada masyarakat. Berikut pernyataan Ibu Armadewi dalam wawancara:
Penyebarluasannya kami mengandalkan dan Forum Anak Daerah Kota
Jambi yang merupakan bimbingan kami serta fasilitas PUSPAGA (pusat
pembelajaran keluarga) yang merupakan fasilitas yang kami miliki di Dinas
ini. Jadi FAD kepada anak-anaknya, kami kepada masyarakatnya.71
Lebih lanjut ia menyebutkan bahwa kegiatan itu dalam penyebarluasan ini
memiliki agenda masing-masing. Berikut penjelasan beliau:
Keluarga itukan unit terkecil masyarakat, jadi sosialisasi masyarakat kami
laksanakan dalam bentuk konsultasi di PUSPAGA ketika sebuah keluarga
terlibat kasus atau dalam bimbingan kami. Atau kadang juga ketika anak
atau anggota keluarganya terutama perempuan mendapat dampingan oleh
kami, nah keluarganya kita panggil. Kita beri edukasi di Pusat Pembelajaran
Keluarga itu. Namun untuk FAD mereka punya agenda sendiri.Saat
sebelum pandemi bisa 6 sekolah mereka sosialisasi setiap bulan. Mereka ada
timnya, namun jika hari-hari besar (seperti hari anak nasional), rapat kerja,
atau kegiatan yang kami lakukan seperti waktu peresmian kota layak anak
kemarin, itu perwakilan mereka pasti kami libatkan dalam berbicara di
depan banyak anak atau masyarakat.72
71Wawancara dengan Ibu Armadewi, (Selaku Kasi POA Dinas PMPPA Kota Jambi)
Pada Tanggal 22 September 2020 72Ibid
55
Berikut dokumentasi yang berhasil penulis dapatkan penyebarluasan materi
oleh FAD Kota Jambi dan fasilitas PUSPAGA sebagai wadah yang dimiliki
DPMPPA untuk memberikan edukasi kepada masyarakat.
Gambar 7
Sosialisasi Oleh FAD Kota Jambi Kepada Anak-Anak73
Gambar 8
Pusat Pembelajaran Keluarga Di Dinas DPMPPA74
73Dokumentasi peneliti non partisipatif saat peringatan Hari AIDS Sedunia 2020, Pada 1
Desember 2020 74Dokumentasi peneliti di DPMPPA Kota Jambi pada 22 September 2020
56
Berdasarkan wawancara dan data observasi di atas di atas menunjukan
bahwa Dinas DPMPPA telah melaksanakan langkah pencegahan perlindungan
anak dari radikalisme dan terorisme di Kota Jambi. Tahapan penyusunan materi
komunikasi dan informasi dilakukan saat sosialisai Perlindungan Anak Terpadu
Berbasis Masyarakat (PATBM) adapun sarana dan prasarana penyebarluasannya
Dinas DPMPPA mengandalkan peran Forum Anak Daerah (FAD) dalam
berinteraksi langsung dengan anak-anak sekota Jambi dan Pusat Pembelajaran
Keluarga (PUSPAGA) yang akan digunakan ketika ada keluarga yang datang ke
Dinas DPMPPA untuk berbagai urusan.
2. Edukasi Tentang Pendidikan, Ideologi, dan Nilai-Nilai Nasionalisme
Langkah kedua dari pedoman perlindungan anak dari radikalisme dan
tindak pidana terorisme yaitu edukasi tentang pendidikan, ideologi dan nilai-nilai
nasionalisme. Langkah kedua implementasi ini dilakukan oleh Dinas Pendidikan
Kota Jambi yang berwenang dalam edukasi terhadap anak-anak dan Badan
Kesatuan Bangsa dan Politik yang berwenang dalam membina idologi dan rasa
57
nasionalisme masyarakat Kota Jambi. Bapak Supardi selaku Kabid bidang SMP
mengatakan.
Penanaman nilai-nilai itu tentu telah dilakukan oleh guru-guru disekolah.
Terutama guru agama dan PPKN (Kewarganegaraan) yang wajib ada di
tiap-tiap sekolah. Kamu juga tau sendirikan, pelajaran itu bahkan menjadi
pelajaran pokok di setiap jenjang dan kelas. Selain itu juga untuk kegiatan
diluar kita juga mewajibkan ekstrakulikuler Pramuka yang tentu
mengedepankan karakter dan budi pekerti saling menghormati, menghargai,
dan cinta sesama.75
Faktor pandemi Covid-19 menyebabkan pembelajaran tatap muka
dihentikan sementara di Kota Jambi. Kegiatan ekstakulikuler seperti pramuka pun
tentu tidak lagsungkan oleh siswa-siswi. Oleh karena itu data pendukung penulis
dapatkan dari laporan secara digital materi-materi yang dikirimkan oleh guru secara
online kepada siswa-siswanya. Berikut salah satu screenshot laporan materi salah
satu guru di Kota Jambi yang mengajar pelajaran Pendidikan dan
Kewarganegaraan.
Gambar 9
Laporan Materi Guru Mapel PPKN Kota Jambi76
75Wawancara Bersama Bapak Supardi, (Selaku Kabid Bidang Pembinaan SMP Diknas
Kota Jambi ) Pada Tanggal 19 Oktober 2020 76Data Observasi Non Partisipan Di Dinas Pendidikan Kota Jambi Pada Tanggal 19
Oktober 2020
58
Dalam screenshot monitoring guru tersebut oleh Dinas Pendidikan Kota
Jambi terlihat bahwa guru tersebut telah memberikan edukasi tentang nilai-nilai
pancasila dan kerukunan umat beragama ketahan dan keamanan beragama yang
tentu memberikan pendidikan tentang ideologi pancasila dan rasa nasionalisme
kepada anak-anak pelajar di Kota Jambi. Adapun langkah edukasi dan bina ideologi
yang dilakukan oleh yaitu mereka melakukan sosialisasi terhadap beberapa Ormas,
Forum Pemuda sertaejumlah pelajar di Kota Jambi. Bapak Deni, selaku Kasubbag
Bina Ideologi Kesbangpol Kota Jambi saat di wawancara mengatakan:
Dari provinsi saja belum ada kebijakannya, apalagi kita yang di tingkat
Kota. Mungkin juga karena pandemi ini, jadi semua fokus untuk menangani
Covid-19. Apalagi kemarin bapak walikota juga positif covid dan anak
beliau meninggal. Jadi saya kira berat lah pemerintah sekarang ini untuk
fokus ke hal lain dahulu. Tapi kalau agenda kegiatan kami untuk hal seperti
ini di masyarakat tetap ada, biasanya kami melakukan kegiatan sosialisasi
tentang bina ideologi dan keutuhan NKRI kepada sejumlah masyarakat, tapi
tahun ini karena situasi pandemi kegiatan itu jadi dibatasi. Jadi saat ini,
paling hanya sosialisasi dalam skala kecil saja seperti sosialisasi kebangsaan
di sekolah-sekolah yang dapat kami lakukan.77
77Wawancara dengan Bapak Deni, (Selaku Kasubbag Bina Ideologi Kesbangpol Kota
Jambi) Pada Tanggal 2 November 2020
59
Berikut penulis diberikan dokumentasi kegiatan terakhir sosialisasi
wawasan kebangsaan pada tahun 2018 lalu karena dua tahun ini (2019-2020)
kegiatan tersebut tidak bisa dilaksanakan karena situasi dan kondisi pandemi yang
pembatasan mengadakan kegiatan yang mengumpulkan masa.
Gambar 10
Sosialisasi Oleh Kesbangpol Kota78
Berdasarkan wawancara oleh kedua narasumber tersebut dan didukung oleh
beberapa dokumentasi kegiatan dapat penulis simpulkan bahwa langkah edukasi
tentang pendidikan, ideologi, dan nilai-nilai nasionalisme telah diimplementasikan
oleh Dinas Pendidikan dan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Jambi.
3. Rehabilitasi Sosial, Psikososial, dan Psikologis
Langkah selanjutnya dalam pedoman perlindungan anak dari radikalisme
dan tindak pidana terorisme yakni rehabilitasi. Terdapat tiga jenis rehabilitasi yang
dicantumkan dalam pedoman tersebut diantaranya yaitu rehabilitasi sosial,
78Data Observasi Non Partisipatif Penulis Dari Kesbangpol Kota JambiPada Tanggal 2
November 2020
60
rehabilitasi psikososial dan rehabilitasi psikologis. Rehabilitasi ini dilakukan
melalui beberapa tahapan yakni:
a. Permohonan tertulis oleh wali anak atau instansi terkait dilengkapi surat
keterangan korban.
b. Penelaah syarat formil dan materiil permohonan rehabilitasi
c. Keputusan lembaga perlindungan saksi dan korban.
d. Penyerahan surat pemberitahuan diterimanya layanan rehabilitasi
e. Penandatanganan perjanjian rehabilitasi segala pihak terkait.
f. Koordinasi pelaksanaan proses rehabilitasi antara anak dan walinya
g. Koordinasi bersama rumah sakit dan psikolog
h. Pemberian rehabilitasi kepada anak
i. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan rehabilitasi.79
Ketiga jenis rehabilitasi ini dilaksanakan oleh Dinas Sosial Kota Jambi.
Namun, semenjak dikeluarkannya pedoman ini, belum sama sekali kegiatan
rehabilitasi ini dijalankan oleh lembaga terkait. Hal itu dikarenakan belum adanya
kasus yang ditemukan terkait penyebaran radikalisme terhadap anak dan upaya
tindak pidana terorisme oleh anak di Kota Jambi. Sebagaimana disampaikan oleh
Ibu Dra. Apun Hayati selaku Kasi Rehsos Dinsos Kota Jambi:
Dulu pernah ada kejadian kasus oleh keluarga yang mana orang tuanya
melakukan tindak pidana terorisme di Kota Jambi. Itu tahun 2018, dan
belum ada peraturannya ini. Jadi kami tidak bisa memaksakan untuk kedua
anak mereka ikut dalam bimbingan kami untuk rahibilitasi. Lagipula
keluarganya (nenek si anak) seperti cuek dan tidak mau kami berjumpa
dengan kedua cucunya saat kami berkunjung ke kediaman mereka. Setelah
kasus itu terjadi, Peraturan ini diundangkan pada tahun berikutnya. Belum
79Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Nomor 7 Tahun
2019 Tentang Pedoman Perlindungan Anak Dari Radikalisme Dan Tindak Pidana Terorisme Pasal
10
61
ditemukan kasus serupa sehingga penanganan rahibilitasi sosial ini tentu
memang belum ada implementasinya.80
Berikut data jumlah rehabilitasi sosial terhadap anak beserta kasusnya yang
diberikan kepada peneliti oleh Dinas Sosial Kota Jambi sepanjang tahun 2020.
Tabel 9
Data Rehabilitasi Sosial Terhadap Anak dan Kasusnya (2020) 81
Kasus Terhadap Anak Jumlah Anak
Pelaku
Jumlah Anak
KorbanMasa Rehsos
Pelecehan Seksual 7 30 3-6 Bulan
Narkoba 13 0 3-6 Bulan
Kekerasan Terhadap Anak 6 27 3-6 Bulan
Radikalisme 0 0 -
Terorisme 0 0 -
Tindakan Kriminalitas 11 0 3-6 Bulan
Jumlah Total 94
Lebih lanjut Ibu Armadewi Selaku Kasi POA DPMPPA menyebutkan
bahwa dalam tahapan rehabilitasi sosial ataupun psikososial selama inipun bakal
berlaku sama dengan anak korban atau anak pelaku dari radikalisme atau tindak
pidana terorisme. Beliau mengatakan:
Rehabilitasi pun akan anak dapatkan ketika menjalani proses hukum. Disana
ia mendapatkan pendidikan, tetap mendapatkan ia mendapatkan ilmu hanya
saja tertutup. Dibina mentalnya, dikembangkan bakat keseniannya. Dan
lembaga yang memiliki peran itu ialah Dinas sosial. Jadi dikembangkan
kreativitas anak melalui psikolog. Untuk mengembalikan mental anak tadi.
Dan 6 bulan menjelang akhir ia keluar itu dilakukan reintegrasi sosial. Baik
anak korban atau anak pelaku dilakukan pembinaan penuh agar mereka siap
kembali untuk bertemu dengan keluarga dan masyarakat. Apapun bentuk
kriminalnya semua anak mendapat perlakuan demikian termasuk dalam
pedoman tindak radikal dan teroris ini.82
80Wawancara dengan ibu Dra Apun Hayati Selaku Kasi Rehsos Dinas Sosial Kota Jambi
Pada Tanggal 25 Januari 2021. 81Data Dokumentasi Di Dinas Sosial Kota Jambi Pada Tanggal 25 Januari 2021 82Wawancara dengan Ibu Armadewi, Selaku Kasi POA Dinas PMPPA Kota Jambi
Pada Tanggal 22 September 2020
62
Dapat dipahami dari hasil wawancara dan tabel di atas bahwa langkah
rehabilitasi sosial terhadap anak dalam penyebaran radikalisme dan tindak pidana
terorisme di Kota Jambi sejauh ini belum diimplementasikan. Hal ini disebabkan
belum adanya temuan kasus terhadap anak di Kota Jambi sejak di undangkannya
Peraturan Menteri PPPA No 7 Tahun 2019 lalu, baik dari anak pelaku maupun anak
korban.
4. Konseling dan Pendampingan
Konseling dan Pendampingan merupakan langkah ketika anak pelaku
maupun anak korban telah terjadi kasus terhadap dirinya. Baik menerima paham-
paham radikal dari pihak lain maupun ikut terlibat dalam aksi tindak pidana
terorisme. Konseling dalam pedoman ini yakni memberikan pemahaman kepada
anak tentang bahaya radikalisme dan terorisme yang dikaitkan dengan agama,
kepribadian, kehidupan bermasyarakat, dan keluarga.83
Pendampingan yaitu keiikutsertaan pihak lain dalam proses hukum yang
dijalankan oleh anak, mulai dari penyidikan, penuntutan, sampai pemeriksaan di
pengadilan.84 Pendampingan pada tingkat penyidikan yakni melakukan berbagai
hal, diantaranya memastikan terpenuhinya hak dan perlindungan terhadap anak,
memastikan kepentingan terbaik yang diperoleh anak, memastikan anak atau
keluarga siap mengikuti proses penyidikan, memastikan proses penyidikan tidak
adanya tekanan dan intimidasi terhadap anak, dan membuat laporan perkembangna
kasus. Adapun pendampingan saat proses pengadilan hal-hal yang diberikan yakni:
83Permen PPPA No 7 Tahun 2019 tentang Pedoman Perlindungan Anak Dari Radikalisme
Dan Tindak Pidana Terorisme, Pasal 9 84Lampiran Permen PPPA No 7 Tahun 2019 Hal 42
63
a. Menguatkan mental anak sebelum memasuki ruang sidang
b. Memberikan kesiapan kepada anak saat bertemu pelaku saat di ruang sidang
c. Menyampaikan kepada hakim dan jaksa apabila anak korban atau anak
pelaku tidak dapat dipertemukan dalam proses sidang
d. Mengupayakan situasi anak mampu memberikan keterangan kepada hakim
e. Memberikan pertimbangan dan masukan jika di minta oleh hakim saat
proses sidang.85
Berbagai kasus yang terjadi pada anak tahapan konseling dan
pendampingan ini selalu dilakukan oleh DPMPP, termasuk juga pada kasus anak
terkait radikalisme dan tindak pidana terorisme. Namun sejauh ini, implementasi
keuda tahapan ini di Kota Jambi belum sama sekali dilaksanakan oleh dinas terkait.
Menanggapi hal ini, Ibu Armadewi Selaku Kasi POA DPMPPA menyebutkan
Kami terbuka saja ya dek, saat ini memang belum sama sekali ada kegiatan
konseling dan pendampingan anak masalah radikalisme dan tindak pidana
terorisme ini. Ya bagaimana mau melakukan kegiatan tersebut, kan
kasusnya juga belum ada. Tapi Ketika ketemu kasus radikalisme anak itu ya
kita lakukan pembinaan (konseling). Kan nanti itu ada gugus tugasnya.
Kami dalam segi perlindungannya dan Kesbangpol dan Dinsos dari segi
pembinaan mentalnya. Hal ini sih sama seperti Undang-Undang
perlindungan Anak tahapannya jika terjadi kasus. Dan apabila si anak
menjadi pelaku pun alurnya sama, ketika di pengadilan akan mendapat
pendampingan oleh kami.86
Berikut adalah kegiatan konseling yang dilaksanakan oleh DPMPPA
terhadap anak hingga pendampingan ke Polresta Kota Jambi. Namun kasus
memang bukan terkait radikalisme dan terorisme terhadap anak.
85 Ibid, hal 44 86 Wawancara dengan Ibu Armadewi, (Selaku Kasi POA Dinas PMPPA Kota Jambi)
Pada Tanggal 22 September 2020
64
Gambar 11
Konseling Oleh DPMPPA87
Gambar 12
Pendampingan Anak Di Polresta Jambi88
Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi penelitian terkait konseling
dan pendampingan, kedua tahapan ini adalah bentuk tahapan penanganan yang akan
dilakukan ketika terdapat anak pelaku dan anak korban. Oleh karena itu, tentu
belum adanya kedua tahapan ini dilakukan oleh DPMPPA terkait kasus radikalisme
dan tindak pidana terorisme kepada anak di Kota Jambi.
87Observasi Di DPMPPA Pada Tanggal 22 September 2020 88 Observasi Di Polresta Jambi Pada Tanggal 22 September 2020
65
5. Pemantauan, Evaluasi, dan Laporan
Tahapan pemantauan, evaluasi dan laporan yakni berupa memantau kondisi
dan layanan yang diberikan kepada anak korban dan anak pelaku setelah itu
memberikan hasil laporannya kepada Menteri.89 Sejauh ini, karena beberapa
tahapan juga belum ada bentuk realisasinya maka otomatis pemantauan layanan
serta laporan kepada menteri juga belum ada sama sekali. Hal ini juga disampaikan
oleh Ibu Yuni selaku Kabid PH & PA DPMPPA Kota Jambi:
Sejak kasus 2018 lalu memang belum sama sekali ditemukan kasus
radikalisme ataupun terorisme ini di Kota jambi. jadi ya tidak bentuk
penanganannya, anak yang terlibat, anak yang menjadi korban ya memang
tidak ada yang bisa diberikan pelayanan dan dilaporkan perkembangannya.
Rencana aksinyapun masih dipelajari, jadi ya kegiatan hanya sebatas
pencegahan yang semampu kami kami lakukan. Seperti sosialisasi dan
penyuluhan misalnya.90
Berikut salah satu bentuk pemantauan dan laporan data sekolah yang
mengalami kasus penyebaran radikalisme di Kota Jambi tahun 2018 lalu yang
peneliti peroleh dari Dinas Pendidikan Kota Jambi:
Tabel 10
Data Sekolah Kasus Radikalisme Kota Jambi Tahun 201891
NAMA SEKOLAH STATUS ALAMAT KEPALA
SEKOLAH
JUMLAH
SISWA
SMP Islam At Taufiq Swasta
Jl Gunung Kidul No
11, Talang Banjar,
Jambi Timur
Kusmanto 118 Siswa
89 Permen PPPA No 7 Tahun 2019 Tentang Perlindungan Anak dari Radikalisme dan
Tindak Pidana Terorisme Pasal 14. 90 Wawancara dengan Ibu Yuni, (Selaku Kabid PH & PA Dinas PMPPA Kota Jambi)
Pada Tanggal 22 September 2020 91Data Sekunder Diperoleh dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jambi Saat
Observasi Tanggal 19 Oktober 2020
66
SMP Karunia Global
School Swasta
Jl Tidore, Kebun
Handil, Jelutung
Tristan
Kusumawati
Alexandra
88 Siswa
SMP Islam Uswatun
Hasanah Swasta
Jl Golf II No 48 RT
12, Pematang Sulur,
Telanaipura
Dimas
Meidiyan 417 Siswa
Dari tabel di atas dapat diketahui secara keseluruhan ada 623 siswa yang
menerima penyebaran radikalisme dari lembaga pendidikan yang mereka jalani.
Namun jika dilihat dari jumlah sekolahnya hanya sekitar 3 sekolah. Selanjutnya
setelah kasus 3 sekolah ini keluar Permen PPPA No 7 Tahun 2019 oleh Kementrian.
Jadi data ketiga sekolah di atas bukan merupakan hasil dari pemantauan, evaluasi,
dan laporan untuk diserahkan kepada Kementrian PPPA sebagai implementasi
Permen PPPA No 7 Tahun 2019 ini.
6. Layanan Lainnya
Dalam mengeluarkan Peraturan Menteri PPPA No 7 Tahun 2019 ini
Kementrian PPPA RI melampirkan sebuah rencana aksi yang berisi beberapa
layanan yang melibatkan koordinasi lembaga atau instansi. Rencana tersebut
terbagi menjadi dua jenis, yakni rencana aksi pencegahan dan rencana aksi
penanganan. Rencana aksi pencegahan dilaksanakan supaya anak tidak terpengaruh
paham radikal dan tidak terlibat tindak pidana terorisme. Rencana aksi penangan
bertujuan agar anak pelaku dan anak korban mndapatkan layanan yang
dibutuhkan.92 Terkait hal ini Ibu Yuni, S. Sos, ME selaku Kabid PH & PA Dinas
PMPPA menyatakan bahwa kendala dalam impelementasi peraturan itu
92Lampirkan Permen PPPA No 7 Tahun 2019 Tentang Perlindungan Anak Dari
Radikalisme dan Tindak Pidana Terorisme, Hal 30
67
sebenarnya lebih ke arah pedoman dari kementrian yang kurang strategis jika
diterapkan seluruhnya:
Rencana aksi itu ketika saya baca, saya masih belum paham benar. Rencana
aksi atau pedoman itu kan dari pemerintah pusat, yang membuat pemerintah
pusat. Nah itu sesuai kebutuhan mereka ya, jangkauannya luas seluruh
Indonesia. Nah kalau kita kan di kota, maka dari itu masih kami pelajari
namun beberapa sudah kami bikin. Tapi bagaimana kami bergerak, itu
tergantung dari pemerintah daerah. Jika peraturan walinya sudah ada dan
rencana aksinya pun sudah ditetapkan. Nanti gabungan nih, kami
(DPMPPA), Kesbangpol, Diknas, Diskominfo, Kesehatan, Sosial. Dari
mulai pencegahan, jika sudah terjadi bagaiamana laporannya, lalu
bagaimana aksinya, lalu evaluasinya.93
Program-program pedoman layanan lainnya (rencana aksi) tersebut sebelum
direalisasikan di Kota Jambi, perlu terlebih dahulu melalui proses kebijakan dari
pemerintah daerah. Hasil wawancara penulis di atas dapat dipahami bahwa
implementasi layanan-layanan lainnya terkait pedoman perlindungan anak dari
radikalisme dan terorisme di Kota Jambi belum ada sama sekali . Hal ini ialah masih
terlalu globalnya rencana aksi yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat. Pemerintah
daerah Kota Jambi, khususnya DPMPPA masih mempelajari lebih lanjut dan
mensortir mana program-program yang relevan untuk di terapkan di lingkungan
Kota Jambi sendiri.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas dapat diidentifikasi bahwa
implementasi peraturan menteri pemberdayaan perempuan dan perlindungan anaka
republik Indonesia nomor 7 tahun 2019 di Kota Jambi belum dilakukan secara
opimal. Beberapa langkah pedoman hanya dilakukan sampai batas tahap
pencegahan dan edukasi. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor seperti belum
93 Wawancara dengan Ibu Yuni, (Selaku Kabid PH & PA Dinas PMPPA Kota Jambi)
Pada Tanggal 22 September 2020
68
ditemukannya kasus baru terhadap anak terkait radikalisme dan terorisme, rencana
aksi dari kementrian yang masih bersifat global masih dalam pembelajaran lebih
lanjut oleh lembaga yang bersangkutan.
B. Faktor Penghambat Pelaksanan Program Pedoman Perlindungan Anak
Dari Radikalisme Dan Tindak Pidana Terorisme Di Kota Jambi.
Beberapa faktor penghambat pelaksanaan program pedoman perlindungan
anak dari radikalisme dan tindak pidana terorisme di Kota Jambi antara lain:
1. Faktor Internal Pelaku dan Korban
Faktor internal antara pelaku dan korban sangat dominan untuk
mempengaruhi anak dalam terlibat jaringan radikalisme maupun terorisme.
Kelemahan dari sisi agama, ketidaktahuan wawasan kebangsaa, intelegensi dan
kematangan emosi anak tentu dimanfaatkan dengan baik oleh pelaku.94 Hal ini juga
disampaikan oleh Bapak Supardi, selaku Kabid Bidang Pembinaan SMP Diknas
Kota Jambi, beliau mengatakan:
Hambatan-hambatan itu saya kira terdapat dalam hati nurani orang itulah.
Kita tidak tau lembaga-lembaga pendidikan itu mau dibawa kemana
arahnya oleh guru-guru atau pimpinan mereka secara internal. Saat kita
datangkan pengawas untuk monitoring ya aman-aman saja. Tetapi setelah
kita tinggalkan kita tidak tau, berputar arahkah mereka.95
Wawancara di atas menyebutkan bahwa selain keluarga yang mana orang
tua sangat bebas memengaruhi anak-anak mereka, lembaga pendidikan juga bisa
menjadi faktor penghambat dalam lingkup internal anak terjaring radkalisme dan
terorisme. Anak dapat dipengaruhi oleh guru yang memberikan materi atau
94Lampiran Pedoman Perlindungan Anak dari Radikalisme dan Tindak Pidana Terorisme
Peraturan Menteri PPPA No 7 Tahun 2019 hal 27 95Wawancara Bersama Bapak Supardi, (Selaku Kabid Bidang Pembinaan SMP Diknas
Kota Jambi ) Pada Tanggal 19 Oktober 2020.
69
bersekolah di sekolah yang terindentifikasi memberikan dan mengarahkan peserta
didiknya dengan pemahaman yang salah. Sebagaiamana juga dapat dilihat dari hasil
wawancara penulis dengan Bapak Wawancara dengan Bapak Deni, selaku
Kasubbag Bina Ideologi Kesbangpol Kota Jambi pada tanggal 2 November 2020:
Kendala utama ya dalam penyebarannya itu. Paham-paham itu dilakukan
dengan orang-orang terdekat dan tanpa disadari oleh korban. Apalagi anak-
anak yang turut saja kata orang tua mereka kan. Kita tidak mungkin juga
door to door untuk melakukan sosialisasi ataupun penyuluhan. Apalagi kan
kalo di Kota Jambi sendiri, dilihat bentuk nyata radikalisme ini tidak jelas
sama sekali di masyarakat. Mereka yang menyebarkan paham-paham itu
menurut mereka kan itu sudah jadi kebenaran dalam ajaran mereka sendiri
dan inipun biasanya kegiatannya ketika mereka kumpul-kumpul atau saat
bertemu satu sama lain di lingkungan mereka, jadi susah dilacak tahap
penyebaran secara individunya itu.96
Dalam pelaksanaannya pedoman perlindungan anak dari radikalisme ini
secara umum memang banyak dilakukan dalam bentuk kegiatan lapangan oleh
instansi-instansi. Terutama dalam pedoman terkait hal pencegahan, berdasarkan
lampiran yang dikeluarkan oleh Kementrian PPPA tahapan ini meliputi program
pemetaan lokasi anak yang rentan terpengaruh, penyusunan materi komunikasi
informasi dan edukasi tentang perlindungan radikalisme dan terorisme anak, dan
penyebarluasan atau sosialisasinya.97 Walaupun beberapa kegiatan tersebut telah
dilakukan, berdasarkan hasil wawancara di atas tentu hambatan utama dalam
implementasi ini timbul dalam lingkup keterlibatan interpersonal antara pelaku dan
korban. Hubungan interpersonal inilah yang biasanya ada aspek kekerabatan
96Wawancara dengan Bapak Deni, (Selaku Kasubbag Bina Ideologi Kesbangpol Kota
Jambi) Pada Tanggal 2 November 2020 97Lampiran Pedoman Perlindungan Anak dari Radikalisme dan Tindak Pidana Terorisme
Bab III Hal 29.
70
sehingga semakin mudah dalam penyebaran radikalisme dan terorisme antara
seseorang.
2. Ruang Lingkup Rencana Aksi
Permasalahan selanjutnya yang terjadi dalam implementasi pedoman
perlindungan anak dari radikalisme dan tindak pidana terorisme ini sebagaiamana
telah penulis singgung pada sub bab sebelumnya yakni ruang lingkup rencana aksi
yang masih bersifat luas untuk di terapkan di Kota Jambi. Beberapa kegiatan yang
diarahkan takutnya tidak sesuai dengan kondisi dan situasi lingkungan Kota Jambi.
Ini sesuai dengan perkataan ibu Ibu Yuni dalam wawancara:
Rencana aksi itu ketika saya baca, saya masih belum paham benar. Rencana
aksi atau pedoman itu kan dari pemerintah pusat, yang membuat pemerintah
pusat. Nah itu sesuai kebutuhan mereka ya, jangkauannya luas seluruh
Indonesia. Nah kalau kita kan di kota, maka dari itu masih kami pelajari
namun beberapa sudah kami bikin. Tapi bagaimana kami bergerak, itu
tergantung dari pemerintah daerah. Jika peraturan walinya sudah ada dan
rencana aksinya pun sudah ditetapkan. Nanti gabungan nih, kami
(DPMPPA), Kesbangpol, Diknas, Kesehatan, Sosial. Dari mulai
pencegahan, jika sudah terjadi bagaiamana laporannya, lalu bagaimana
aksinya, lalu evaluasinya.98
Agenda rencana aksi yang masih bersifat luas tentu menjadi faktor
penghambat utama dalam implementasi peraturan ini. Selain itu karena situasi
masih dalam pandemi Covid 19, tentu juga membuat beberapa kegiatan di beberapa
instansi menjadi tidak optimal. Salah satunya ialah Dinas Pendidikan sendiri, Bapak
Supardi selaku Kabid Bidang Pembinaan SMP Diknas Kota Jambi mengatakan:
karena covid 19 ini saja kegiatan utama kami berhenti. Sekolah selalu
diliburkan dan diperpanjang dalam masa pembelajaran jarak jauhnya. Kami
sendiri sepertinya fokus untuk mengatasi hal in terlebih dahulu daripada
beberapa pedoman pencegahan anak dari radikalisme dan terorisme itu.
98 Wawancara dengan Ibu Yuni, (Selaku Kabid PH & PA Dinas PMPPA Kota Jambi)
Pada Tanggal 22 September 2020
71
Walaupun sebenarnya saya kira kegiatan kami seperti monitoring sekolah,
guru, dan siswa yang sedang kami benah di PJJ ini termasuk upaya pedoman
perlindungan tersebutlah terhadap anak.99
Berikut diperkuat dengan data rencana aksi permen PPPA no 7 tahun 2109
yang masih di kaji oleh pihak Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan
Perlindungan Kota Jambi:
Tabel 11
Rencana Aksi Tahap Pencegahan100
No Kegiatan Penanggung Jawab
(Gugus Tugas)
1 Penyusunan Pedoman Kemen PPPA
2 Penyusunan Pemetaan Daerah Lokasi Jaringan Densus 88, BNPT,
Pemda
3 Pencegahan Bahaya Terhadap Masyarakat, Orang Tua,
dan Anak Melalui Kontra Radikalisme BNPT dan Pemda
4 Pencegahan Bahaya Terorisme Bagi Anak Melalui
Kontra Narasi
BNPT, Kemenag ,
Pemda
5 Penyusunan Pemetaan Lembaga Pendidikan Yang
Memiliki Pemahaman Radikal Kemenag dan Pemda
6
Penyusunan materi KIE (konten web, web series,
inforgrafis) tentang pencegahan anak dari radikalisme
dan terorisme
DPMPPA dan Pemda
7 Sosialisasi Forum Anak dan Puspaga DPMPPa dan Pemda
8 Pembinaan keagamaan anak Kemenag, Kemensos,
Pemda
9 Sosialisasi ketahanan keluarga dalam pencegahan anak
dari radikalisme dan terorisme DPMPPA dan Pemda
10 Pengintegrasian anak melalui program keluarga
sakinah Kemenag dan Pemda
11 Pengintegrasian anak melalui program "Orang tua
hebat" Diknas dan Pemda
12 Pengintegrasian anak melalui sarasehan tangguh cinta
damai dan cinta tanah air Diknas dan Pemda
99Wawancara Bersama Bapak Supardi, (Selaku Kabid Bidang Pembinaan SMP Diknas
Kota Jambi ) Pada Tanggal 19 Oktober 2020 100 Diolah dari Rencana Aksi yang di dapat saat penelitian di DPMPPA Kota Jambi
72
13 Penyuluhan bahaya radikal dan teroris di lembaga
pendidikan
Diknas, Kemenag,
Pemda
14 Kurikulum pencegahan anak dari radikalisme dan
terorisme di pendidikan dasar dan menengah Diknas dan Pemda
15 Pengintegrasian pencegahan anak melalui program
aksi guru Diknas
16 Pengintegrasian pencegahan anak melalui kegiatan
ekstrakulikuler Diknas dan Pemda
17 Kampanye perlindungan siswa dari radikalisme dan
terorisme Diknas dan Pemda
18 Literasi media digital akan materi perlindungan anak
dari radikalisme dan terorisme
DPMPPA, Diskominfo
dan Pemda
19 Program penanaman kepribadian kebangsaan Kesbangpol dan
DPMPPA
20 Pembinaan khusus terhadap anak pelaku terorisme Kemekumham, BNPT,
Pemda dan DPMPPA
21 Program moderasi beragama terhadapa anak Kemenag
22 Deradikalisasi bagi anak pelaku terorisme Pemda dan DPMPPA
23 Perlombaan video pendek tentang radikalisme BNPT dan Pemda
24 Pengintegrasian bahaya terhadap anak melalui kanal-
kanal Diskominfo Diskominfo dan Pemda
25
Penyusunan standar batasan akun media sosial dan
media digital yang menyebarkan radikalisme dan
terorisme
Diskominfo dan Pemda
26 Merahasiakan identitas anak yang terlibat di media DPMPPA, Diskominfo
dan Pemda
27 Memblokir media-media yang menyebarluaskan
paham radikal atau terorisme terhadap anak Diskominfo dan Pemda
28 Pengintegrasian pencegahan bahaya bagi anak melalui
penggunaan internet sehat Diskominfo dan Pemda
Tabel 12
Rencana Aksi Tahap Penanganan101
No Kegiatan Penanggung Jawab
(Gugus Tugas)
1 Penerimaan layanan pengaduan anak DPMPPA dan Pemda
2 Pemantauan kasus anak yang terlibat terorisme DPMPPA dan Pemda
101Diolah dari Rencana Aksi yang di dapat saat penelitian di DPMPPA Kota Jambi
73
3 Pemantauan pelaksanaan layanan terhadap anak
pelaku DPMPPA dan Pemda
4 Pendampingan psikososial terhadap anak Dinsos, Diskes,
DPMPPA
5 Konseling bagi anak Dinsos dan DPMPPA
6 Konseling/Rehabilitasi Psikologis anak Dinsos dan DPMPPA
7 Bantuan hukum bagi anak pelaku Pemda
8 Layanan rehabilitasi sosial bagi anak pelaku Dinsos dan DPMPPA
9 Layanan rehabilitasi sosial bagi anak dari pelaku Dinsos dan DPMPPA
10 Layanan rehabilitasi psikososial bagi anak korban DPMPPA dan Diskes
11 Layanan rehabilitasi medis bagi anak pelaku dan
anak dari pelaku Diskes dan Pemda
12 Layanan rehabilitasi medis bagi anak korban Diskes dan Pemda
13 Reintegrasi sosial bagi anak pelaku dan anak dari
pelaku
Dinsos, DPMPPA,
Kesbangpol
14 Reintegrasi sosial bagi anak korban Dinsos, DPMPPA,
Kesbangpol
15 Bimbingan mental spritual bagi anak Kemenag, DPMPPA
16 Pendidikan wawasan kebangsaan bagi anak pelaku Diknas dan Kesbangpol
17 Pembinaan keagamaan bagi anak pelaku dan anak
dari pelaku Kemenag dan Pemda
18 Reedukasi bagi anak pelaku Diknas dan Pemda
19 Pelatihan keterampilan bagi anak pelaku Dinas Ketenagakerjaan
dan Pemda
21 Pelatihan kewirausahaan bagi anak pelaku Dinas Ketenagakerjaan
dan Pemda
22 Pemberian informasi peluang kerja bagi anak pelaku Dinas Ketenagakerjaan
dan Pemda
23 Magang di Koperasi dan UMKM bagi anak pelaku Dinas Ketenagakerjaan
dan Pemda
24 Pemberian bantuan jaminan sosial bagi anak Dinsos dan Pemda
25 Pemberian bantuan dana usaha bagi anak pelaku Dinsos dan Pemda
26 Perlindungan bagi anak korban dan anak saksI Pemda
27 Mengupayakan anak korban mendapat kompensasi
dari negara Pemda
28 Mengupayakan anak korban mendapat restitusi dari
pelaku Pemda
29 Pemberian pendidikan paket A, B, C bagi anak
pelaku Diknas dan Pemda
30 Pemberian pendidikan karakter bagi anak pelaku Diknas dan Kesbangpol
74
31 Pengawasan anak pelaku di masyarakat Pemda
32 Sosialisasi di lembaga pembinaan khusus anak atau
rumah tahanan Kesbangpol dan Pemda
Dari kedua tabel tersebut, dapat penulis cermati dari tahap pencegahan dan
penangana memang banyak sekali rencana aksi yang diberikan oleh pemerintah
pusat. Sehingga untuk menyesuaikan aplikasinya di lingkungan Kota Jambi perlu
memang waktu untuk mengkajinya.
Berdasarkan data dan hasil wawancara tersebut dapat di identifikas bahwa
rencana aksi yang diberikan menjadi salah satu hambatan dalam implementasi
pedoman perlindungan anak dari radikalisme dan terorisme di Kota Jambi.
Hambatannya yaitu masalah waktu karena rencana aksi itu perlu di sortir terlebih
dahulu agar relevan diterapkan di Kota Jambi. Kemudian karena masih dalam
situasi pandemi yang semakin meningkat juga, sebagian kegiatan lapangan di
beberapa instansi menjadi terhenti sehingga rencana aksi yang masih dalam tahap
agenda setting ini tidak tahu kapan akan diselesaikan secara tuntas. Karena
pemerintah Kota Jambi sendiri juga masih memprioritaskan penanganan pandemi
Covid 19 ini di Kota Jambi.
3. Pemetaan dan Pemantauan Jaringan
Efektifitas dan efisiensi sebuah program kebijakan akan lebih tercapai
apabila dilakukan secara tepat sasaran. Berbagai problem dan kegagalan dapat
terjadi jika salah menempatkan dan ternyata itu tidak dibutuhkan oleh masyarakat.
Pentingnya identifikasi di lapangan menjadi poin utama dalam keberhasilan
implementasi program ke depannya. Dalam hal gerakan radikalisasi dan
indoktrinasi terorisme, identifikasi pemetaan dan pemantauan jaringan menjadi
75
problematika terbesar oleh pemerintah. Kegiatan yang terselubung dan susah di
lacak berpengaruh terhadap program-program pencegahan dan penanganan di
masyarakat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Bapak, selaku Kasubbag Bina
Ideologi Kesbangpol Kota Jambi:
kegiatan-kegiatan internalisasi pemikiran atau ideologi salah itu sukar
dipetakan. Kalo di tingkat terorisme kan ada pihak sendiri yang berwenang.
Mereka memiliki data, pemetaan lokasi, serta orang atau kelompok yang
memiliki potensinya. Tapi data itupun kan dirahasiakan publikasinya.
Sementara kita yang untuk mengupayakan perlindungan terhadap anak ini
dari penyebaran itu ya susah memetakan dan mengidentifikasinya.
Program-program yang dianjurkanpun menjadi bingung mau dijalankan
seperti apa.102
Hal serupa juga disampaikan oleh Ibu Wawancara dengan Ibu Armadewi,
selaku Kasi POA Dinas PMPPA Kota Jambi:
program-program itu saat ini kami jalankan sesuai dengan konsep
perlindungan anak secara umum saja. Edukasi, sosialisasi, ketika terjadi
kasus pun ya dilakukan sama seperti tindak kriminalitas anak prosesnya.
Kalo secara spesifik terkait penyebaran paham itu susah target sasarannya
dimana. Kalo lembaga-lembaga pendidikan bisa kesekolah-sekolah
memberikan penyuluhan. Nah kalo dari dinas DPMPPA untuk membina
langsung sebuah keluarga atau anak anak mereka, takutnya kan malah ada
persepsi yang salah baik dari keluarga tersebut atau masyarakat sekitarnya.
Nanti mereka dicap atau malah di jauhi dengan tetangga atau teman mereka
karena dianggap termasuk golongan radikal atau teroris kan.103
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dicermati bahwa salah satu
faktor penghambat pelaksanaan program perlindungan anak dari radikalisme dan
tindak pidana terorisme di Kota Jambi ialah identifikasi dalam hal pemetaan dan
pemantauan jaringan. Gerakan radikalisasi yang mengandalkan motif kekerabatan
102Wawancara bersama Bapak Deni, (Selaku Kasubbag Bina Ideologi Kesbangpol Kota
Jambi) Pada Tanggal 2 November 2020. 103Wawancara dengan Ibu Armadewi, (Selaku Kasi POA Dinas PMPPA Kota Jambi)
Pada Tanggal 22 September 2020
76
dalam penyebarannya sementara penyebaran paham terorisme cenderung tertutup
dan terselubung. Hal inilah yang menjadi penyebab kasus-kasus radikalisme dan
terorisme jarang ditemukan secara umum ketimbang kriminalitas lainnya. Sehingga
menjadi kendala tersendiri dalam pelaksanaan pedoman pencegahan dan
penanganannya.
C. Strategi Pemerintah Dalam Mengakselerasi Keberhasilan Dalam
Melindungi Anak Dari Radikalisme Dan Tindak Pidana Terorisme Di
Kota Jambi.
1. Optimalisasi Forum Anak Bumi Angso Duo Jambi
Forum anak merupakan sebuah komunitas yang dibentuk pemerintah di
setiap wilayah Indonesia dari tingkat daerah Kabupaten Kota, Provinsi, hingga
Nasional. Forum anak ini bertujuan sebagai wadah keterlibatan anak untuk
mengupayakan partisipasinya dalam proses pengambilan keputusan tentang segala
sesuatu yang berkaitan dengan dirinya. Dengan penuh kesadaran dan kemauan hasil
dari keputusan tersebut dapat dinikmati oleh anak tanpa ada unsur paksaan.
Forum anak daerah Kota Jambi bernama “Forum Anak Bumi Angso Duo
Jambi” yang telah dikeluarkan surat keputusannya oleh bapak walikota Jambi pada
tanggal 1 Maret 2019 lalu. Terdiri dari 91 anak-anak yang berdomisili di Kota Jambi
untuk melakukan berbagai kepentingan dan pemenuhan hak anak di Kota Jambi.
Penangggung jawab Forum Anak Bumi Angso Duo Jambi ini ialah Dinas PMPPA
77
Kota Jambi sehingga optimalisasi forum anak inilah yang nantinya akan menjadi
perpanjang tangan Dinas PMPPA Kota Jambi dalam melakukan pedoman
perlindungan anak dari radikalisme dan tindak pidana terorisme di Kota Jambi. Ibu
Yuni mengatakan:
kami punya forum anak daerah kota Jambi. Sudah di SK kan oleh pak wali
dan kami ditunjuk sebagai penanggung jawabnya. Tiap tahun kegiatan
mereka banyak dan bermanfaat untuk anak-anak. Sosialisasi, kompetisi
anak-anak, pengembangan bakat minat, pelatihan kepemimpinan dan
banyaklah kegiatan lainnya. Untuk komunikasi dan penyuluhan terkait
narkoba, pergaulan bebas, kenakalan remaja termasuk nanti masalah
radikalisme dan terorisme itu bisa kita agendakan. Dan tentu mereka yang
berkomunikasi langsung ke anak-anak dan kesekolah-sekolah untuk
sosialisasi.104
Wawancara di atas dapat dicermati bahwa Forum Anak Daerah Kota Jambi
akan di optimalkan perannya dalam hal sosialisasi terkait segala edukasi dan
informasi dalam rangka pemenuhan hak anak di Kota Jambi. Termasuk dalam hal
penyampaian pencegahan anak dari radikalisme dan tindak pidana terorisme. Lebih
lanjut, Ibu Armadewi juga menyebutkan bahwa Forum Anak Daerah tersebut telah
memiliki Surak Keputusan dari Walikota Jambi, berikut perkataan beliau:
Forum anak ini telah mendapat SK dari pak wali, yakni SK Walikota Jambi
Nomor 125 Tahun 2019. Disana jelas tupoksi mereka, ada divisi-divisinya
mulai dari divisi partisipasi dan promosi anak, divisi jaringan dan
kelembagaan anak, divisi data dan informasi,divisi pendidikan dan
kesehatan, divisi Agama divisi seni, budaya, dan olahraga terakhir itu divisi
perlindungan khusus. Setiap divisi ada anggota dan mereka membuat
beberapa program ke depan. Selain itu mereka juga berkontribusi dalam
program-program yang kami buat terkait hak-hak anak. Misal seperti
kegiatan kampanye pemenuhan hak anak dibidang pendidikan dan
kesehatan, mengkampanyekan masalah perlindungan anak, pembuatan
media sosialisasi, pengelolaan data dan pemetaan permasalahan anak,
104Wawancara dengan Ibu Yuni, (Selaku Kabid PH & PA Dinas PMPPA Kota Jambi)
Pada Tanggal 22 September 2020
78
menghimpun data prestasi anak, hinggga terkait keterlibatan anak dalam
bidang seni dan olahraga agar mengembangkan bakat dan minatnya.105
Berdasarkan hasil wawancara kedua narasumber di atas dapat dipahami
bahwa forum anak daerah yang memiliki struktur organisasi, tugas pokok dan
fungsi, serta program-program yang relevan terkait pemenuhan hak dan
perlindungan anak memang dapat dioptimalkan sebagai salah satu strategi untuk
mencapai keberhasilan dalam implementasi pencegahan anak di kota Jambi terkait
penyebaran radikalisme dan tindak pidana terorisme.
2. Edulogy: Education Meet Technology
Bentuk upaya Dinas Pendidikan dan Kebudyaan Kota Jambi dalam
mengkaselerasi keberhasilan pelaksanaan perlindungan anak dari radikalisme dan
tindak pidana terorisme di Kota Jambi yaitu dengan memonitoring setiap guru
dalam memberikan materi ataupun tugas kepada siswa, strategi lainnya berupa
pengawasan penuh terhadap guru dua mata pelajaran utama yakni guru pendidikan
keagamaan dan guru pendidikan kewarganegaraan. Sebagaimana yang
disampaikan Bapak Supardi:
Masing-masing guru itu diawasi oleh pengawas diknas. Materi-materi apa
saja yang diajarkan kan tertuang dalam RPP. Nanti guru-guru itu melapor
RPP nya kepada kami. Lalu dilihat apakah ada dalam RPP itu yang
menyimpang. Selain itu kita masukan dalm proses kurikulum yang
terintegrasi. Terutama guru-guru agama, guru-guru kewarganegaraan,
penyebaran itu kan biasanya dalam sisi sisi keagamaan.106
105Wawancara dengan Ibu Armadewi, (Selaku Kasi POA Dinas PMPPA Kota Jambi)
Pada Tanggal 22 September 2020 106
Wawancara Bersama Bapak Supardi, (Selaku Kabid Bidang Pembinaan SMP Diknas
Kota Jambi ) Pada Tanggal 19 Oktober 2020.
79
Hal ini serupa dengan yang dikatakan oleh Silvi selaku pegawai bidang
pembinaan SMP Diknas Kota Jambi tentang efektifitas dan efisiensi monitoring
yang didukung oleh aplikasi Edulogy.
Monitoring sekarang sudah bisa digunakan dalam aplikasi edulogy. Selain
fungsi utamanya untuk belajar online, integrasi yang dibuatnya melibatkan
seluruh pihak mulai dari siswa, guru, waka kurikulum, kepala sekolah,
diknas, hingga orang tua murid. Jadi apapun yang dibagikan guru dalam
pembelajaran itu bisa dipantau mereka semua. Kami dari pihak diknas juga
bisa lebih optimal untuk melihat kerja setiap guru baik untuk sertifikasi
kedepannya maupun pencegahan materi atau paham yang salah dan
menyimpang yang diberikan peserta didik.107
Hasil wawancara ini juga didukung oleh bukti monitoring yang dilakukan
pengawas Dinas Pendidikan Kota Jambi terhadap segala aktifitas sekolah-sekolah
di Kota Jambi. Bentuk pengawasan tersebut berupa pengaplikasian Sistem
manajemen dan digitalisasi sekolah yang bernama Edulogy yang digunakan oleh
Dinas Pendidikan Kota Jambi. Berikut beberapa dokumentasi yang penulis
dapatkan ketika melakukan penelitian di Dinas Pendidikan:
Gambar 13
Dashboard Edulogy Diknas Kota Jambi108
107 Wawancara Bersama Ibu Silvi (Selaku Pegawai Bidang Pembinaan SMP Diknas Kota
Jambi ) Pada Tanggal 23 Maret 2021. 108Dokumentasi Diknas Kota Jambi Tanggal 19 Oktober 2020
80
Gambar 14
Fitur Monitoring Sekolah Kota Jambi109
109 Dokumentasi Diknas Kota Jambi Tanggal 19 Oktober 2020
81
Gambar 15
Fitur Moitoring Partisipasi Guru
(Contoh SMP 6 Kota Jambi)110
Gambar 16
Fitur Moitoring Oleh Waka Kurikulum
(Contoh SMA 5 Kota Jambi)111
110 Ibid 111Ibid
82
Gambar 17
Fitur Monitoring Materi KBM Guru Tiap Kelas
(Contoh Guru Agama SMA 5 Kota Jambi)112
Gambar 18
Fitur Edulogy Melihat Lampiran Materi Yang Diterima Siswa
(Contoh Guru Agama SMA 5 Kota Jambi)113
112Ibid 113 Ibid
83
Aplikasi Edulogy adalah sebuah sistem yang bergerak di bidang pendidikan
yang mana mengedepankan 4.0 digitalisasi manajemen. Dimulai dari digital
pembelajaran (learning), digital administrasi (office), digital ujian (test), dan digital
pembayaran (payment). Dari keempat fitur itu, digital office lah yang di optimalkan
oleh Dinas Pendidikan dalam memantau sekolah dan guru-guru dari segi kegiatan
belajar mengajar (KBM). Beberapa gambar di atas menunjukan bagaimana proses
monitoring baik dari pengawas Dinas maupun waka kurikulum sekolah dapat
memantau dan melihat hingga materi yang disampaikan oleh guru ke siswa.
Integrasi antara dinas, pihak sekolah dan guru dengan mengandalak sistem edulogy
ini tentu dapat menjadi strategi dalam mengantisipasi penyebaran radikalisme dan
terorisme terhadap anak di lembaga pendidikan.
3. Koordinasi Forum-Forum Masyarakat
Bentuk strategi yang diupayakan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
Kota Jambi dalam mengantisipasi penyebaran paham radikalisme dan terorisme di
masyarakat ialah dengan membina dan memonitoring forum-forum masyarakat
yang ada di Kota Jambi. Narasumber dari Badan Kesbangpol Kota Jambi
mengatakan:
secara khusus pencegahan ke anak-anak mungkin itu tugasnya dinas
PMPPA kalo kesbangpol ini ya pencegahan masyarakat secara umum.
Bentuk kegiatan yang selama ini kami jalankan berupa pembinaan forum-
forum dan ormas-ormas yang ada di Kota Jambi. Kami bekerja sama lah
dengan mereka karena kami juga tidak mungkin melakukan penyuluhan
atau sosialisasi secara satu persatu ke lingkungan masyarkat.114
114Wawancara bersama Bapak Deni, (Selaku Kasubbag Bina Ideologi Kesbangpol Kota
Jambi) Pada Tanggal 2 November 2020.
84
Lebih lanjut, Bapak Syamsinar selaku Kasubbag Bina Wawasan
Kebangsaan juga menyebutkan beberapa forum dan ormas yang aktif berkontribusi
dalam hal komunikasi dan kolaborasi bersama Kesbangpol Kota Jambi:
Diantara beberapa forum seperti Forum Peduli Remaja Kota Jambi,
Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Kota Jambi, Himpunan Putra-
Putri Jambi Seberang, Gerakan Pemuda Perjuangan Indonesia Kota Jambi
dan masih banyak lagi yang aktif melakukan kegiatan bersama di
masyarakat bersama kami. Ya dari situ tentu kami memasukan materi
tentang wawasan kebangsaan, arahan ideologi, ketahanan nasional, cinta
tanah air. Dan kedepannya koordinasi bersama forum, ormas dan komunitas
itu akan kami tingkatkan lagi. 115
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat ditelaah bahwa secara umum
peran Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Jambi berencana meningkatkan
koordinasi dan kolaborasi bersama forum dan organisasi masyarakat. Tujuan akhir
yakni agar pemahaman masyarakat akan wawasan kebangsaan meningkat. Upaya
pencegahan melalui optimalisasi berbagai stakeholder masyarakat memang
menjadi strategi yang perlu diperhitungkan. Mengingat dengan hambatan utama
gerakan radikalisasi ini memang terselubung dalam kegiatan-kegiatan sehari-hari
masyarakat. Partisipasi yang dilakukan oleh komunitas dan organisasi masyarakat
tersebut juga dapat diiringi dengan pengawasan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan
Politik Kota Jambi sendiri sehingga upaya preventif radikalisme dan terorisme
dalam lingkup masyarakat akan semakin tercipta.
115Wawancara bersama Bapak Syamsinar, (Selaku Kasubbag Bina Wawasan Kebangsaan
Kesbangpol Kota Jambi) Pada Tanggal 2 November 2020
85
5. BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil riset penelitian dan pembahasan tentang Implementasi
Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anaka Republik
Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Pedoman Perlindungan Anak dari
Radikalisme dan Tindak Pidana Terorisme di Kota Jambi dapat ditarik beberapa
kesimpulan diantaranya:
1. Implementasi Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anaka Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Pedoman
Perlindungan Anak dari Radikalisme dan Tindak Pidana Terorisme di Kota
Jambi belum dilakukan secara opimal. Beberapa langkah pedoman hanya
dilakukan sampai batas tahap pencegahan dan edukasi. Hal ini disebabkan
karena beberapa faktor seperti belum ditemukannya kasus baru terhadap anak
terkait radikalisme dan terorisme, rencana aksi dari kementrian yang masih
bersifat global masih dalam pembelajaran lebih lanjut oleh lembaga yang
bersangkutan.
2. Adapun faktor-faktor penghambat pelaksanaan program pedoman
perlindungan anak dari radikalisme dan tindak pidana terorisme di Kota Jambi
yakni faktor internal antara pelaku dan korban, ruang lingkup rencana aksi
yang masih luas dan kurang efektif jika diterapkan seluruhnya di Kota Jambi,
dan yang terakhir terkait pemetaan dan pemantauan jaringan-jaringan yang di
84
86
duga memiliki potensi menyebarkan paham radikal dan terorisme terhadap
anak-anak di Kota Jambi.
3. Strategi pemerintah dalam mengakselerasi keberhasilan perlindungan anak
dari radikalisme dan tindak pidana terorisme di Kota Jambi yakni ada 3.
Pertama dari DPMPPA Kota Jambi akan mengoptimalkan Forum Anak Bumi
Angso Duo Jambi sebagai perpanjang tangan dalam komunikasi, edukasi, dan
informasi terhadap anak-anak sekota Jambi, Kedua dari Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kota Jambi bekerja sama dengan aplikasi manajemen sistem
pendidikan yakni Edulogy, sehingga dapat memonitoring sekolah beserta guru,
melihat kontribusi setiap guru dalam memberikan materi, tugas, serta respon
siswa dan orang tua secara tekoneksi satu sama lain. Ketiga dari Badan
Kesbangpol Kota Jambi akan mengupayakan koordinasi bersama forum-forum
dan komunitas masarakat dalam memberikan wawasan kebangsaan sebagai
upaya preventif penyebaran paham yang salah di masyarakat secara umum.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka masukan dan saran yang penulis berikan
yakni hendaknya dalam implementasi pedoman perlindungan anak dari radikalisme
dan tindak pidana terorisme di Kota Jambi ini mengoptimalkan dalam hal
koordinasi antar instansi. Kerja sama yang dibangun bisa dari pihak-pihak yang
ditunjuk dalam pedoman dan rencana aksi yang diberikan oleh pusat. Koordinasi
yang terstruktur antara gugus tugas penulis kira akan mampu menjawab segala
persoalan dan hambatan yang terjadi dalam implementasi peraturan ini.
87
DAFTAR PUSTAKA
A. LITERATUR
Anonim, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Jakarta: Raja Publika, 2012)
Abdul Munip, Menangkal Radikalisme Agama Di Sekolah, dalam Jurnal
Pendidikan, Vol I, No 2, (2012),
Amri Amir, dkk, Metodologi Penelitian Ekonomi dan Penerapannya, (Bogor: IPB
Press, 2009)
Azyurmardi Azra, Akar Radikalisme Keagamaan Peran Aparat Egara, Pemimpin
Agama Dan Guru Untuk Kerukunan Umat Beragama, dalam Makalah di
Workshop “Memperkuat Toleransi Melalui Institusi Sekolah” yang
diselenggarakan oleh (The Habibie Center, tanggal 14 Mei 2011)
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan
Laporan Penelitian, (Malang: UMM Press, 2005)
Ilah, Abdul ibn Husain al-Arfaj, Konsep Bid’ah dan Toleransi Fiqih, (Jakarta: Al
Itishom, 2013).
Irfan Islamy Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2014)
Miftah Thoha, Dimensi-Dimensi Ilmu Administrasi Negara, (Jakarta: PT: Raja
Grafindo Persada, 2005),
Nabila Fauziah Gardit, “Peran Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) Dalam
Mencegah Radikalisme Agama Di Indonesia,” Jurnal Politik dan
Pemerintahan, Vol 1, No 2, (Desember 2018),
Nurudin, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai Kemanusiaan: Ikhtiyar Mengatasi
Konflik Sosial-Keagamaan di Indonesia, dalam Jurnal Dialog, Vol 36, No 2,
(2012)
Petrus Reinhard Golose, Deradikalisasi Terorisme: Humanis, Soil Approach, dan
Menyentuh Akar Rumput, (Jakarta: Yayasan (Pengembangan Kajian Ilmu
Kepolisian, 2009)
Salim Bahreisy, Terjemahan Tafsir Ibn Katsir Jilid 3, (Surabaya: PT Bina Ilmu,
2007)
Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke Implementasi
Kebijakan Negara, Edisi Kedua, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004)
88
Sukawarsini Djelantik, Terorisme: Tinjauan Psiko-Politis, Peran Media,
Kemiskinan, ddan Keamanan Nasional, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, 2010)
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D,(Bandung: Alfabeta,
2010)
Sya’roni, Muh, Strategi Integrasi Pendidikan Anti Radikalisme Dalam Kurikulum
SMA/MA, Dalam Jurnal Kependidikan Pembelajaran dan Pengembangan, Vol
I, No 1, (2019)
Syaiful Arif, Islam, Pancasila, Dan Deradikalisasi: Meneguh Nilai Keindonesiaan,
(Jakarta: PT Gramedia, 2018)
W. A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: Refika Aditama, 2004)
William J. Goode, Sosiologi Keluarga, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007)
B. PERUNDANG-UNDANGAN & DOKUMEN
BPS Kota Jambi, Dokumen Katalog Kota Jambi Dalam Angka 2020, (Tahun 2020)
Bappeda Kota Jambi, Profil Kota Jambi dalam Dokumen RPI2 Kota Jambi, Bab 4,
(Tahun 2016-2020)
Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik
Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Pedoman Perlindungan Anak Dari
Radikalisme Dan Tindak Pidana Terorisme
Peraturan Walikota Jambi No 4 Tahun 2009 Tentang Fungsi Dinas, Sekretariat,
Bidang dan Rincian Tugas Sub Bagian, Seksi, UPTD, Serta Tata Kerja Pada
Dinas Pendidikan Kota Jambi, Pasal 2Lampiran Permen Pemberdayaan
Perempuan Dan Perlindungan Anak RI Nomor 7 Tahun 2019 Tentang
Pedoman Perlindungan Anak Dari Radikalisme dan Tindak Pidana Terorisme
Peraturan Walikota Jambi No 43 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Pada Dinas Pemberdayaan
Masyarakat Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Jambi
Peraturan Walikota Jambi Nomor 6 Tahun 2013 Tentang Fungsi Badan, Sekretariat,
Bidang, Dan Rincian Tugas Pada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota
Jambi
Pusat bahasa Depdiknas RI, (2008), Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat
Bahasa Depdiknas,
89
Surat Keputusan Walikota Jambi Nomor 125 Tahun 2019 Tentang Pembentukan
Pengusur Forum Anak Bumi Angso Duo Jambi Masa Bakti 2019-2021
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang
C. WEBSITE
Duanto, “Kronologi Penangkapan terduga Teroris Asal Jambi Di Pelalawan,
Lempar Bom Dari Kapal,”
https://jambi.tribunnews.com/2020/02/07/kronologi-penangkatan-terduga-
teroris-asal-jambi-di-pelalawam-lempar-bom-dari-kapal, (Diakses pada 9
Maret 2020)
Rohmayana, Di Kota Jambi Ada Tiga Sekolah Larang Murid Dan Guru Upacara
Bendea Tiap Hari Senin, dalam Tribun Jambi, Senin,”
https://jambi.tribunnews.com/2017/12/08/di-kota-jambi-ada-tiga-sekolah-
larang-murid-dan-guru-upacara-bendera-tiap-senin, (Diakses pada 9 Maret
2020)
Rudi Mareza, Selain Mengambil DNA Anak dan Isteri, Keluarga Wahyu Terdugan
Teroris Warga Tebo Juga Diberangkatkan Ke Pekanbaru Untuk Konfirmasi
Dan Pemeriksaan,”
http://www.jambiekspres.co.id/read/2020/02/09/29350/selain-mengambil-
dna-anak-dan-isteri-keluarga-wahyu-terduga-teroris-warga-tebo-juga-
diberangkatkan-ke-pekanbaru/, (Diakses pada 9 Maret 2020)
xiv
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Wawancara bersama Ibu Yuni, S. Sos, ME selaku Kabid PH & PA Dinas PMPPA Kota Jambi.
Wawancara bersama Ibu Armadewi, SH, MH selaku Kasi POA Dinas PMPPA Kota Jambi
xv
Permintaan sejumlah data dan dokumen bersama Bapak Marpiko Hertanto, SE selaku pegawai
Bidang Pemenuhan Hak Dan Perlindungan Anak Dinas PMPPA Kota Jambi
Dokumentasi Dengan Narasumber Di Dinas PMPPA Kota Jambi
xvi
Wawancara bersama Bapak Supardi, SE selaku Kabid Bidang Pembinaan SMP Diknas Kota
Jambi.
Permintaan sejumlah data dan dokumen bersama Ibu Silvi, S.Pd, I selaku pegawai Bidang
Pembinaan SMP Diknas Kota Jambi
xvii
Dokumentasi Bersama Narasumber di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jambi
Wawancara bersama Bapak Deni, SE, ME, Sy selaku Kasubbag Bina Ideologi Kesbangpol
Kota Jambi.
xviii
Dokumentasi Bersama Narasumber di Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Jambi
Wawancara bersama Ibu Dra. Apun Hayati, Selaku Kabid Bidang Rehsos dan Ibu Septty
Kusuma, SST selaku pegawai d Bidang Rehsos i Dinsos Kota Jambi
xix
20
21
22
23
xiv
xix
CURRICULUM VITAE
e
Nama : Muhammad Amin
Jenis Kelamin : Laki-Laki
TTL : Kuala Tungkal, 22 Juni 1999
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
No Hp : 0895622209775
Email : [email protected]
2008-2013 : SDN 4/V Kualat Tungkal
2013-2015 : MTsN Tanjab Barat
2015-2017 : MAN 1 Tanjab Barat
2017-Sekarang : UIN STS Jambi
2014-2015 : Osis MTsN Tanjab Barat (Ketua Divisi Agama)
2015-2017 : Pramuka MAN 1 Tanjab Barat (Anggota)
2018-2020 : Pengurus Masjid Imam Syafii Jambi (Anggota)
2019-2020 : Genbi Jambi 2020 (Divisi Kesmas Genbi UIN)
2019-2020 : Beasiswa Prestasi Disdik Provinsi Jambi
2019-2020 : Beasiswa Bank Indonesia Provinsi Jambi
2020-2021 : Beasiswa Prestasi BAZNAS Provinsi Jambi
DATA PRIBADI
RIWAYAT PENDIDIKAN
PENGALAMAN ORGANISASI
BEASISWA