isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3

24
Isu Etik, moral dan pengambilan keputusan dalam pelayanan kebidanan kelompok 3 : Ayu Yuniar Endes Novi Irma Annaeni Nurrisa Hijriah

Upload: al-ikhlas14

Post on 07-Jan-2017

439 views

Category:

Education


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3

Isu Etik, moral dan pengambilan keputusan dalam pelayanan kebidanan

kelompok 3 : Ayu YuniarEndes Novi

Irma AnnaeniNurrisa Hijriah

Page 2: Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3

Pengertian isu Etik

Isu etik dalam pelayanan kebidanan adalah topik penting yang berkembang di dalam masyarakat tentang nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan yang berhubungan dengan segala aspek kebidanan yang menyangkut baik dan buruknya.•Contohnya agama/kepercayaan, hubungan dengan pasien, kerahasiaan, dll.

Page 3: Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3

Pengertian dilema

Dilema adalah suatu keadaan dimana dihadapkan pada dua alternatif pilihan yang sama atau hampir sama dan membutuhkan pemecahan masalah.•Contohnya : aborsi, euthanasia, adopsi, dll.

Page 4: Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3

Pengertian konflik moral

Konflik moral adalah interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan (winnery:1985)

Page 5: Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3

Isu etik yang terjadi antara bidan dengan klien, keluarga dan masyarakat

Page 6: Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3

Isu etik yang terjadi antara bidan dan klien , keluarga dan masyarakat mempunyai hubungan erat dengan nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan. seorang bidan dikatakan profesional bila ia mempunyai kekhususan dengan peran dan fungsinya yang bertanggung jawab menolong persalinan.

dengan demikian penyimpangan etik mungkin saja akan terjadi dalam praktek kebidanan. Misalnya: berkerja di RS, Rb, atau istitusi kesehatan lainnya. Dalam hal ini bidan yang praktek mandiri menjadi pekerja yang bebas mengontorl dirinya sendiri. Situasi ini akan besar sekali pengaruhnya terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan etik.

Page 7: Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3

KASUS

Disebuah desa, ada seorang bidan yang sudah membuka praktek kurang lebih selama satu tahun pada suatu hari datang seorang klien bernama Ny. A usia kehamilan 38 minggu, di dapatkan hasil pembukaan 3 dan ternyata dalam keadaan letak sungsang. Oleh karena itu bidan menyarankan agar dirujuk ke rumah sakit untuk melahirkan secara oprasi SC. Namun keluarga klien terutama suami menolak untuk dirujuk dengan alasan tidak mempunyai biaya untuk membayar oprasi. Tapi bidan tersebut berusaha untuk menjelaskan bahwa tujuan dirujuk untuk keselamatan janin dan juga ibunya tetap tidak mau dirujuk, akan sangat membahayakan janin maupun ibunya. Tapi keluarga bersikeras agar bidan mau menolong persalinan tersebut.

Page 8: Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3

Lanjut...

Sebenarnya, dalam hal ini bidan tidak yakin bisa berhasil menolong persalinan dengan keadaan letak sungsang seperti ini karena pengalaman bidan dalam hal ini masih belum mendalam selain itu juga dengan dirujuk agar persalinan berjalan dengan lancar dan bukan wewenangan bidan untuk menolong persalinan. Keluarga tetap memaksa, akhirnya bidan menuruti kemauan klien serta keluarga untuk menolong persalinan tersebut. Persalinan berjalan sangat lama karena kepala janin tidak bisa keluar., setelah bayi lahir ternyata bayi sudah meninggal. Dalam hal ini keluarga menyalahkan bidan bahwa bidan tidak bisa bekerja secara profesional dan dalam masyarakat pun juga tersebar bahwa bidan tersebut dalam melakukan tindakan sangat lambat dan tidak sesuai prosedur.

Page 9: Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3

konflik

Suami dan keluarga menolak untuk dirujuk ke rumah sakit dan melahirkan operasi secara SC dengan alasan tidak mempunyai biaya untuk membayar operasi.

Page 10: Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3

isu

Dimata masyarakat, bidan tersebut dalam pelayanan atau melakukan tindakan tidak sesuai prosedur dan tidak profesional. Selain itu juga masyarakat menilai bahwa bidan tersebut dalam menangani pasien dengan kelas ekonomi rendah sangat lambat atau membeda-bedakan antara pasien yang ekonomi atas dan ekonomi rendah.

Page 11: Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3

dilema

Bidan merasa kesulitan untuk memutuskan tindakan yang tepat untuk menolong persalinan resiko tinggi, dalam hal ini letang sungsang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh bidan sendiri dengan keterbatasan alat dan kemampuan medis. Seharusnya ditolong oleh dokter obgyn, tetapi dalam hal ini diputuskan untuk menolong persalinan itu sendiri dengan alasan desakan dari keluarga klien sehingga dalam hatinya kesulitan untuk memutuskan sesuai prosedur.

Page 12: Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3

penyelesaian

Penyelesain dalam kasus ini sebaiknya keluarga pasien tidak menyalahkan bidan, karena terlebih dahulu bidan sudah menjelaskan bahwa bayi yang dikandung oleh nyonya A mengalami gangguan letak sungsang dan harus segera ditolong oleh dokter obgyn. Tetapi keluarga pasien bersikeras untuk tetap ditolong oleh bidan tersebut, dan akhirnya dengan segala keterbatasan alat dan kemampuan bidan maka anak yang dikandung oleh nyonya A meninggal. Dan untuk bidan itu sendiri sebaiknya disediakan lembar persetujuan bahwa pasien tersebut tetap ingin ditangani oleh bidan, agar bidan tersebut terhindar dari hal yang tidak diinginkan.

Page 13: Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3

Daftar pustaka

• Heryani,Reni.2013.ETIKOLEGAL DALAM PRAKTIK KEBIDANAN. CV. Trans Info Media: Jakarta.

• http://dilemadankonflikmoral.blogspot.co.id/2012/10/makalah-dilema-dan-konflik-moral.html?m=1

Page 14: Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3

Isu etik yang terjadi antara bidan dengan klien, keluarga dan masyarakat

Disusun oleh kelompok 3 :Ayu YuniarEndes NoviIrma AnnaeniNurrisa Hijriah

Mata kuliah : Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan

Dosen Pengampu : Siti Rafika Putri, SST.Mkes

Page 15: Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3

Contoh Kasus 1• Disuatu desa ditempatkan seorang bidan N, bidan ini

terkenal sekali materialistis sampai-sampai pelayanan yang diberikannya saja tergolong materialistis. Suatu hari datang pasien bernama nyonya B untuk bersalin, setelah persalinan selesai suami dari nyonya B tidak bisa membayar semua uang persalinannya dengan lunas. Bidan N tidak terima denga hal tersebut dan terus mendesak untuk melunasinya dan menceritakan kepada semua orang. Seharusnya sebagai bidan janganlah dinilai masyarakat sebagai sosok yang materialistis karena bidan menolong persalinan itu berdasarkan hati nurani.

Page 16: Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3

• tidak mendesak pasien tersebut untuk membayar pada hari Konflik : Suatu hari datang pasien bernama nyonya B untuk bersalin, setelah persalinan selesai suami dari nyonya B tidak bisa membayar semua uang persalinannya dengan lunas. Bidan N tidak terima denga hal tersebut dan terus mendesak untuk melunasinya dan menceritakan kepada semua orang.

• Isu : bidan N terkenal sekali materialistis sampai-sampai pelayanan yang diberikannya saja tergolong materialistis.

• Dilema : setelah nyonya B ditolong oleh bidan seharusnya pasien tersebut membayar atas jasa yang diberikan oleh nyonya N, dan karena pasien tersebut tidak bisa membayar maka bidan N kebingungan karena ia sudah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk memolong pasien tersebut.

• Penyelesaian : menurut pendapat kami sebaiknya bidan N itu juga, melainkan bisa membayarnya dengan sistem dicicil dengan jaminan KTP pasien tersebut ditahan sebagai jaminannya.

Page 17: Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3

CONTOH KASUS 2Disebuah desa terpencel seorang ibu mengalami

pendarahan postpartum setelah melahirkan bayinya yang pertama dirumah. Ibu tersebut menolak untuk diberikan suntikan uterotonika. Bila ditinjau dari hak pasien atas keputusan yang menyangkut dirinya maka bidan bisa saja tidak memberikan karena kemauan pasien. Tetapi bidan akan berhadapan dengan masalah yang lebih rumit bila terjadi pendarahan hebat dan harus diupayakan pertolongan hebat untuk merujuk pasien dan yang lebih fatal lagi bila pasien akhirnya meninggal karena pendarahan. Dalam hal ini bisa dikatakan tidak melaksanakan tugasnya dengan baik. Walaupun bidan harus memaksa pasiennya untuk disuntik, mungkin itulah keputusan yang terbaik yang harus ia lakukan.

Page 18: Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3

• Konflik : bidan memaksa pasiennya untuk disuntik, mungkin itu adalah keputusan yang terbaik yang harus dilakukan (dentology)

• Isu : dimata keluarga bidan tersebut dalam pelayanan atau melakukan tindakan tidak sesuai prosedur dan tidak profesional. Selain itu juga masyarakat bahwa bidan tersebut dalam menangani pasien dengan tidak sesuai prosedur yang harusnya dilakukan. Bidan tersebut dinilai lamban dalam bekerja.

• Dilema : ibu mengalami pendarahan postpartum setelah melahirkan bayinya yang pertama di rumah. Ibu tersebut menolak untuk diberikan suntikan uterotonika. Bila ditinjau dari hak pasien atas keputusan yang menyangkut dirinya

Page 19: Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3

LANJUTAN...maka bidan bisa saja tidak memberi suntikan karena kemauan pasien tetapi bidan akan berhadapan dengan masalah yang lebih rumit bila terjadi pendarahan hebat dan harus diupayakan pertolongan untuk merujuk pasien, dan yang lebih fatal lagi bila pasien akhirnya meninggal karena pendarahan. Dalam hal ini bisa dikatakan tidak melaksanakan tugasnya dengan baik sehingga bidan harus memaksa pasiennya untuk disuntik. Mungkin itulah keputusan yang terbaik yang harus ia lakukan. Walaupun dalam hatinya merasa kesulitan untuk memutuskan sesuai prosedur ataukah kenyataan dilapangan.

Page 20: Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3

• Penyelesaian : menurut kami bidan tersebut sudah menjalankan tugasnya sesuai prosedur dan aturan yang berlaku, dimana dia telah berusaha memberikan informed choice dan informes consent kepada pihak keluarga pasien. Meskipun ternyata hasilnya keluarga pasien menolak tindakan yang seharusnya dilakukan untuk menyelamatkan jiwa pasien itu sendiri. Oleh karena itu apabila bidan tersebut melakukan deontologi maka tidak bisa dianggap sebagai bidan yang tidak profesional. Sekalipun pasien memiliki hak atas tindakan yang akan dilakukan kepadanya. Namun apabila dengan tidak dilakukannya tindakan oleh bidan akan mengancam keselamatan pasien maka disini bidan memiliki hak untuk melakukan tindakan sesuai kebutuhan pasien atas nama atau dengan alasan demi kepentingan keselamatan pasien.

Page 21: Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3

CONTOH KASUS 4• Disebuah daerah terpencil akan dilakukan penyemprotan

untuk pencegahan penyakit demam berdarah, tetapi ada satu desa yang tidak mau dilakukan penyemprotan tersebut dikarenakan menurut pandangan mereka penyemprotan itu dapat mencemari lingkungan dan dapat mengganggu warganya yang menderita penyakit infeksi saluran pernafsan. Atas komplen salah satu warga di daerah tersebut tenaga kesehatan yang mengurus hal tersebut kebingungan karena jika tetap dilaksanakan penyemprotan maka resiko kematian warga yang menderita penyakit infeksi saluran perfasan tersebut aka ada, tetapi jika tidak dilakukan penyemprotan maka dikhawatirkan warga daerah tersebut akan terkena penyakit demam berdarah.

Page 22: Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3

• Konflik : ada satu desa yang tidak mau dilakukan penyemprotan untuk mencegah penyakit demam berdarah.

• Isu : ada satu desa yang tidak mau dilakukan penyemprotan tersebut dikarenakan menurut pandangan mereka penyemprotan itu dapat mencemari lingkungan dan dapat mengganggu warganya yang menderita penyakit infeksi saluran pernafsan

• Dilema : . Atas komplen salah satu warga di daerah tersebut tenaga kesehatan yang mengurus hal itu kebingungan karena jika tetap dilaksanakan penyemprotan maka resiko kematian warga yang menderita penyakit infeksi saluran perfasan tersebut aka ada, tetapi jika tidak dilakukan penyemprotan maka dikhawatirkan warga daerah tersebut akan terkena penyakit demam berdarah.

• Penyelesaian : menurut pendapat kami warga yang mempunyai riwayat penyakit infeksi saluran pernafasan sebaiknya diungsikan terlebih dahulu ke tempat yang sedang tidak dilakukan penyemprotan.

Page 23: Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3

CONTOH KASUS 5• disuatu desa terpencil yang jauh dari rumah sakit ada seorang

bidan yang membuka praktik mandiri dirumahnya,bidan tersebut kedatangan pasien inpartu G1 Po Ao kehamilan aterem ( cukup bulan) kelahiran anak pertamanya.Hasil pemeriksaan penafsiran awal menunjukan presentasi bokong dengan tafsiran berat janin 3700 gram, dengan kesejahteraan janin dan ibu baik. Maka bidan tersebut menganjurkan dan memberi konseling pada pasien mengenai kasusnya dan untuk dilakukan tindakan rujukan. Namun pasien dan keluarganya bersikukuh untuk tetap melahirkan di bidan tersebut karena menurut warga lain bidan itu sangat mahir sekali menangani masalah-masalah kehamilan dan persalinan. Melihat kasus ini maka bidan diharapkan pada konflik moral yang bertentangan dengan prinsip moral dan otonomi maupun kewenangan pada kebidanan.

Page 24: Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3

• Konflik : bidan menganjurkan untuk dirujuk tetapi pasien tersebut tidak mau dirujuk dengan alasan karena pertimbangan biaya dan kesulitan lainnya.

• Isu : pasien dan keluarga bersikukuh untuk tetap melahirkan di bidan tersebut karena menurut warga lain bidan itu sangat mahir sekali menangani masalah-masalah kehamilan dan persalinan.

• Dilema : pada kasus ini bidan diharapkan pada konflik moral yang bertentangan dengan prinsip moral dan otonomi maupun kewenangan pada kebidanan.

• Penyelesaian : menurut pendapat kami seharusnya keluargapasien setuju dengan apa yang disarankan oleh bidan, tetapi jika pasien tersebut tidak mau dirujuk dengan alasan tidak ada biaya maka keluarga pasien harus siap menerima konsekuensi jika suatu saat terjadi hal yang tidak diinginkan. Untuk bidan itu sendiri sebaiknya menyiapkan lembar persetujuan bahwa pasien tersebut tidak mau dirujuk ke instansi yang lebih memadai baik dari segi tenaga maupun dari segi peralatan.