islam, iman dan ihsan | muslim.or.id | muslim.or.id yang budiman, di kalangan tarekat sufi sangat...

Download Islam, Iman dan Ihsan | Muslim.Or.Id | Muslim.Or.Id yang budiman, di kalangan tarekat sufi sangat terkenal adanya pembagian agama menjadi 3 tingkatan yaitu: Syari'at, Ma'rifat dan

If you can't read please download the document

Upload: haque

Post on 20-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Islam, Iman dan Ihsan | Muslim.Or.Id | Muslim.Or.Id

YPIAMuslim.or.idMuslimah.or.idRadio MuslimMa'had UmarMa'had IlmiPustaka MuslimMuslim StoreBuletin At TauhidFKIMFKKAKampus TahfidzWisma MuslimSDIT Yaa Bunayya

Landasan AgamaAqidahManhajAl-QuranHaditsTafsir

Penyejuk HatiAkhlaq dan NasehatTazkiyatun Nufus

Fiqh dan MuamalahFiqh dan MuamalahKaidah FiqihRamadhanDoa dan Zikir

LainnyaTentang KamiDonasi DakwahVideo MuslimFatwa UlamaNasehat UlamaBiografiJejak IslamSejarah IslamInfo Dauroh dan KajianInfo Lembaga Pendidikan

Landasan AgamaAqidahManhajAl-QuranHaditsTafsir

Penyejuk HatiAkhlaq dan NasehatTazkiyatun Nufus

Fiqh dan MuamalahFiqh dan MuamalahKaidah FiqihRamadhanDoa dan Zikir

LainnyaTentang KamiDonasi DakwahVideo MuslimFatwa UlamaNasehat UlamaBiografiJejak IslamSejarah IslamInfo Dauroh dan KajianInfo Lembaga Pendidikan

Aqidah

Islam, Iman dan Ihsan

Ari Wahyudi, Ssi.7 November 200832 Comments

Share on FacebookShare on Twitter

Pembaca yang budiman, di kalangan tarekat sufi sangat terkenal adanya pembagian agama menjadi 3 tingkatan yaitu: Syariat, Marifat dan Hakikat. Orang/wali yang sudah mencapai tingkatan marifat sudah tidak lagi terbebani aturan syariat; sehingga dia tidak lagi wajib untuk sholat dan bebas melakukan apapun yang dia inginkan demikianlah sebagian keanehan yang ada di seputar pembagian ini. Apakah pembagian semacam ini dikenal di dalam Islam?

Islam Mencakup 3 Tingkatan

Rosululloh shollallahu alaihi wa sallam suatu hari pernah didatangi malaikat Jibril dalam wujud seorang lelaki yang tidak dikenali jatidirinya oleh para sahabat yang ada pada saat itu, dia menanyakan kepada beliau tentang Islam, Iman dan Ihsan. Setelah beliau menjawab berbagai pertanyaan Jibril dan dia pun telah meninggalkan mereka, maka pada suatu kesempatan Rosululloh bertanya kepada sahabat Umar bin Khoththob, Wahai Umar, tahukah kamu siapakah orang yang bertanya itu ? Maka Umar menjawab, Alloh dan Rosul-Nya lah yang lebih tahu. Nabi pun bersabda, Sesungguhnya dia itu adalah Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian. (HR. Muslim). Syaikh Ibnu Utsaimin rohimahulloh mengatakan: Di dalam (penggalan) hadits ini terdapat dalil bahwasanya Iman, Islam dan Ihsan semuanya diberi nama ad din/agama (Taliq Syarah Arbain hlm. 23). Jadi agama Islam yang kita anut ini mencakup 3 tingkatan; Islam, Iman dan Ihsan.

Tingkatan Islam

Di dalam hadits tersebut, ketika Rosululloh ditanya tentang Islam beliau menjawab, Islam itu engkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan (yang haq) selain Alloh dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Alloh, engkau dirikan sholat, tunaikan zakat, berpuasa romadhon dan berhaji ke Baitulloh jika engkau mampu untuk menempuh perjalanan ke sana. Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan: Diantara faedah yang bisa dipetik dari hadits ini ialah bahwa Islam itu terdiri dari 5 rukun (Taliq Syarah Arbain hlm. 14). Jadi Islam yang dimaksud disini adalah amalan-amalan lahiriyah yang meliputi syahadat, sholat, puasa, zakat dan haji.

Tingkatan Iman

Selanjutnya Nabi ditanya mengenai iman. Beliau bersabda, Iman itu ialah engkau beriman kepada Alloh, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rosul-Nya, hari akhir dan engkau beriman terhadap qodho dan qodar; yang baik maupun yang buruk. Jadi Iman yang dimaksud disini mencakup perkara-perkara batiniyah yang ada di dalam hati. Syaikh Ibnu Utsaimin mengatakan: Diantara faedah yang bisa dipetik dari hadits ini adalah pembedaan antara islam dan iman, ini terjadi apabila kedua-duanya disebutkan secara bersama-sama, maka ketika itu islam ditafsirkan dengan amalan-amalan anggota badan sedangkan iman ditafsirkan dengan amalan-amalan hati, akan tetapi bila sebutkan secara mutlak salah satunya (islam saja atau iman saja) maka sudah mencakup yang lainnya. Seperti dalam firman Alloh Taala, Dan Aku telah ridho Islam menjadi agama kalian. (Al Maidah : 3) maka kata Islam di sini sudah mencakup islam dan iman (Taliq Syarah Arbain hlm. 17).

Tingkatan Ihsan

Nabi juga ditanya oleh Jibril tentang ihsan. Nabi bersabda, Yaitu engkau beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau melihat-Nya, maka apabila kamu tidak bisa (beribadah seolah-olah) melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu. Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan: Diantara faedah yang bisa dipetik dari hadits ini adalah penjelasan tentang ihsan yaitu seorang manusia menyembah Robbnya dengan ibadah yang dipenuhi rasa harap dan keinginan, seolah-olah dia melihat-Nya sehingga diapun sangat ingin sampai kepada-Nya, dan ini adalah derajat ihsan yang paling sempurna. Tapi bila dia tidak bisa mencapai kondisi semacam ini maka hendaknya dia berada di derajat kedua yaitu: menyembah kepada Alloh dengan ibadah yang dipenuhi rasa takut dan cemas dari tertimpa siksa-Nya, oleh karena itulah Nabi bersabda, Jika kamu tidak bisa melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu artinya jika kamu tidak mampu menyembah-Nya seolah-olah kamu melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu. (Taliq Syarah Arbain hlm. 21). Jadi tingkatan ihsan ini mencakup perkara lahir maupun batin.

Bagaimana Mengkompromikan Ketiga Istilah Ini?

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan yang maknanya, Bila dibandingkan dengan iman maka Ihsan itu lebih luas cakupannya bila ditinjau dari substansinya dan lebih khusus daripada iman bila ditinjau dari orang yang sampai pada derajat ihsan. Sedangkan iman itu lebih luas daripada islam bila ditinjau dari substansinya dan lebih khusus daripada islam bila ditinjau dari orang yang mencapai derajat iman. Maka di dalam sikap ihsan sudah terkumpul di dalamnya iman dan islam. Sehingga orang yang bersikap ihsan itu lebih istimewa dibandingkan orang-orang mumin yang lain, dan orang yang mumin itu juga lebih istimewa dibandingkan orang-orang muslim yang lain (At Tauhid li shoffil awwal al aali, Syaikh Sholih Fauzan, hlm. 63)

Muslim, Mumin dan Muhsin

Oleh karena itulah para ulama muhaqqiq/peneliti menyatakan bahwa setiap mumin pasti muslim, karena orang yang telah merealisasikan iman sehingga iman itu tertanam kuat di dalam hatinya pasti akan melaksanakan amal-amal islam/amalan lahir. Dan belum tentu setiap muslim itu pasti mumin, karena bisa jadi imannya sangat lemah sehingga hatinya tidak meyakini keimanannya dengan sempurna walaupun dia melakukan amalan-amalan lahir dengan anggota badannya, sehingga statusnya hanya muslim saja dan tidak tergolong mumin dengan iman yang sempurna. Sebagaimana Alloh Taala telah berfirman, Orang-orang Arab Badui itu mengatakan Kami telah beriman. Katakanlah Kalian belumlah beriman tapi hendaklah kalian mengatakan: Kami telah berislam. (Al Hujuroot: 14). Dengan demikian jelaslah sudah bahwasanya agama ini memang memiliki tingkatan-tingkatan, dimana satu tingkatan lebih tinggi daripada yang lainnya. Tingkatan pertama yaitu islam, kemudian tingkatan yang lebih tinggi dari itu adalah iman, kemudian yang lebih tinggi dari tingkatan iman adalah ihsan (At Tauhid li shoffil awwal al aali, Syaikh Sholih Fauzan, hlm. 64)

Kesimpulan

Dari hadits serta penjelasan di atas maka teranglah bagi kita bahwasanya pembagian agama ini menjadi tingkatan Syariat, Marifat dan Hakikat tidaklah dikenal oleh para ulama baik di kalangan sahabat, tabiin maupun tabiut tabiin; generasi terbaik ummat ini. Pembagian yang syari adalah sebagaimana disampaikan oleh Nabi yaitu islam, iman dan ihsan dengan penjelasan sebagaimana di atas. Maka ini menunjukkan pula kepada kita alangkah berbahayanya pemahaman sufi semacam itu. Lalu bagaimana mungkin mereka bisa mencapai keridhoan Alloh Taala kalau cara beribadah yang mereka tempuh justeru menyimpang dari petunjuk Rosululloh ? Alangkah benar Nabi yang telah bersabda, Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada dasarnya dari kami maka amalan itu tertolak. (HR. Muslim). Barangsiapa yang ingin mencapai derajat muhsin maka dia pun harus muslim dan mumin. Tidak sebagaimana anggapan tarekat sufiyah yang membolehkan orang yang telah mencapai Marifat untuk meninggalkan syariat. Wallohu alam.

***

Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi

Artikel www.muslim.or.id

Topics: Tauhid

Share on FacebookShare on Twitter

PreviousTabligh Akbar: Bersama Sang Kekasih (Bengkulu, Ahad, 14 Desember 2008)

NextCinta, Takut dan Harap Kepada Alloh

About Author

Ari Wahyudi, Ssi.

Alumni dan pengajar Ma'had Al Ilmi Yogyakarta, pengajar Ma'had Umar bin Khathab Yogyakarta, alumni S1 Biologi UGM, penulis kitab "At Tashil Fi Ma'rifati Qawa'id Lughatit Tanzil", pembina Ma'had Al Mubarok Yogyakarta

View all posts by Ari Wahyudi, Ssi.

Artikel Terkait

Sifat Kalam: antara Aqidah Ahlus Sunnah, Jahmiyyah dan Asyariyyah (Bag. 6)

2 May 2018

Sifat Kalam: antara Aqidah Ahlus Sunnah, Jahmiyyah dan Asyariyyah (Bag. 5)

1 May 2018

Sifat Kalam: antara Aqidah Ahlus Sunnah, Jahmiyyah dan Asyariyyah (Bag. 4)

29 April 2018

Makna Auliya Dari Sudut Pandang Fiqih (Bag. 2)

26 April 2018

Larangan Berobat dengan Metode Sihir (Bag. 2)

25 April 2018

Sifat Kalam: antara Aqidah Ahlus Sunnah, Jahmiyyah dan Asyariyyah (Bag. 3)

18 April 2018

Sifat Kalam: antara Aqidah Ahlus Sunnah, Jahmiyyah dan Asyariyyah (Bag. 2)

17 April 2018

Sifat Kalam: antara Aqidah Ahlus Sunnah, Jahmiyyah dan Asyariyyah (Bag. 1)

16 April 2018

Masuk Surga dan Neraka Hanya Karena Seekor Lalat

14 April 2018

Larangan Berobat dengan Metode Sihir (Bag. 1)

12 April 2018

5 Artikel Terbaru

Amalku Buah dari Ilmu (Bag. 5)Donasi Buka Puasa & Sahur Ramadhan 1439 / 2018Sifat Kalam: antara Aqidah Ahlus Sunnah, Jahmiyyah dan Asyariyyah (Bag. 6)Sifat Kalam: antara Aqidah Ahlus Sunnah, Jahmiyyah dan Asyariyyah (Bag. 5)Puasa Tahan Tidak Makan, Tapi Tidak Untuk Makan Daging Saudara Sendiri

Cari Tentang Apa?

Cari Tentang Apa?Select CategoryAkhlaq dan NasehatAl-QuranAqidahArtikel UnggulanBahasan UtamaBerita Dunia IslamBiografiDari RedaksiDoa dan ZikirDonasiFatwa UlamaFiqh dan MuamalahHaditsIklan BarisInfo Dauroh dan KajianInfo Lembaga PendidikanInfo Lowongan KerjaJejak IslamKaidah FiqihKeluargaKesehatan IslamiKolom TIManhajMuslimahNasehat UlamaRamadhanReview WebsiteSejarah IslamSekilas InfoSerba-SerbiSoal JawabRamadhanSyiahTafsirTazkiyatun NufusUncategorizedVideo

MUSLIM.OR.ID

Tentang Kami

Konstributor

Donasi Dakwah

Pasang Iklan

YPIA.OR.ID

Tentang YPIA

Program YPIA

Donasi Dakwah

Kontak Kami

Alamat Kami

Pogung Rejo No. 412, RT 13/RW 51, kelurahan Sinduadi, kecamatan Mlati, kabupaten Sleman, kode pos: 55284

Kontak: +62 857-4952-5735

E-mail: muslim.or.id[at]gmail.com

Copyright 2018 Muslim.Or.Id. All Rights Reserved.