isi

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Neuralgia trigeminal adalah kelainan yang ditandai oleh serangan nyeri berat paroksismal dan singkat dalam cakupan persarafan satu atau lebih cabang nervus trigeminus, biasanya tanpa bukti penyakit saraf organik. Penyakit ini menyebabkan nyeri wajah yang berat. Penyakit ini juga dikenal sebagai tic doulourex atau sindrom Fothergill. Neuralgia trigeminal merupakan kelainan pada serabut sensoris dari nervus trigeminus (nervus kranial ke-5), yang menginervasi wajah dan rahang. Neuralgia pada penyakit ini disertai dengan nyeri yang berat dan menusuk pada rahang dan wajah, biasanya pada satu sisi dari rahang atau pipi, yang biasanya terjadi dalam beberapa detik. Nyeri sebelum pengobatan dirasakan berat, namun demikian neuralgia trigeminal bukan termasuk penyakit yang membahayakan nyawa. Sebagaimana diketahui, terdapat dua nervus trigeminus, satu untuk setiap sisi dari wajah, neuralgia trigeminal sering mengenai salah satu sisi dari wajah dan tergantung pada nervus trigeminus yang mana yang terkena. Nyeri neuralgia trigeminal adalah unilateral dan mengikuti distribusi sensoris dari nervus kranial V, khas mengenai daerah maksila (V.2) atau mandibula LBM II Lidah Kaku Page 1

Upload: for-document

Post on 11-Feb-2016

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Isi

TRANSCRIPT

Page 1: Isi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Neuralgia trigeminal adalah kelainan yang ditandai oleh serangan nyeri

berat paroksismal dan singkat dalam cakupan persarafan satu atau lebih cabang

nervus trigeminus, biasanya tanpa bukti penyakit saraf organik. Penyakit ini

menyebabkan nyeri wajah yang berat. Penyakit ini juga dikenal sebagai tic

doulourex atau sindrom Fothergill.

Neuralgia trigeminal merupakan kelainan pada serabut sensoris dari nervus

trigeminus (nervus kranial ke-5), yang menginervasi wajah dan rahang. Neuralgia

pada penyakit ini disertai dengan nyeri yang berat dan menusuk pada rahang dan

wajah, biasanya pada satu sisi dari rahang atau pipi, yang biasanya terjadi dalam

beberapa detik. Nyeri sebelum pengobatan dirasakan berat, namun demikian

neuralgia trigeminal bukan termasuk penyakit yang membahayakan nyawa.

Sebagaimana diketahui, terdapat dua nervus trigeminus, satu untuk setiap sisi dari

wajah, neuralgia trigeminal sering mengenai salah satu sisi dari wajah dan

tergantung pada nervus trigeminus yang mana yang terkena.

Nyeri neuralgia trigeminal adalah unilateral dan mengikuti distribusi

sensoris dari nervus kranial V, khas mengenai daerah maksila (V.2) atau

mandibula (V.3). Pemeriksaan fisis biasanya dapat mengeliminasi diagnosa

alternatif. Tanda dari disfungsi nervus kranialis atau abnormalitas neurologis yang

lain menyingkirkan diagnosis dari neuralgia trigeminal idiopatik dan mungkin

menandakan nyeri sekunder yang dirasakan akibat lesi struktural.

1.2 Skenario

Seorang wanita berusia 28 tahun datang berobat ke dokter praktek dengan

keluhan nyeri pada pipi dan lidah sebelah kiri. Serangan nyeri ini mulai dirasakan

sejak seminggu yang lalu. Pasien mengaku dulunya ia juga sering merasakan

nyeri didaerah wajah tapi nyerinya tidak khas seoerti nyeri yang sekarang

dialaminya. Serangan nyeri yang dirasakan mendadak seperti tertusuk-tusuk yang

bertahan sekana beberapa detik sampai 2 menit kumat-kumatan dan selalu muncul

LBM II Lidah Kaku Page 1

Page 2: Isi

jik pasien mengunyah makanan. Dokter menanyakan kemungkinan besar adanya

gejala lain yang muncul bersaaan dengan keluhan ini seperti mata berair, kebas di

daerah wajah, lidah kaku, mulut mencong atau sulit menelan, namun pasien

menyangkal adanya gejala-gejala tersebut.

1.3 Terminologi

1.2.1 Nyeri : pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan

dimana berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial terjadi

kerusakan jaringan

1.4 Rumusan Masalah

1.4.1 Bagaimana klasifikasi nyeri ?

1.4.2 Bagaimana persarafan pada wajah ?

1.4.3 Mengapa dirasakan nyeri pada pipi dan lidah sebelah kiri ?

1.4.4 Apa definisi dari neuralgia trigeminal ?

1.4.5 Bagaimana klasifikasi dari neuralgia trigeminal ?

1.4.6 Bagaimana etiologi dari neuralgia trigeminal ?

1.4.7 Bagaimaa patofisiologi dari neuralgia trigeminal ?

1.4.8 Bagaimana menifestasi klinis dari neuralgia trigeminal ?

1.4.9 Bagaimana penatalaksanaan dari neuralgia trigeminal ?

1.4.10 Bagaimana diagnosis banding dari neuralgia trigeminal ?

1.5 Tujuan Penulisan

1.5.1 Untuk mengetahui klasifikasi nyeri

1.5.2 Untuk mengetahui persarafan pada wajah

1.5.3 Untuk mengetahui penyebab nyeri pada pipi dan lidah sebelah kiri

1.5.4 Untuk mengetahui definisi dari neuralgia trigeminal

1.5.5 Untuk mengetahui klasifikasi dari neuralgia trigeminal

1.5.6 Untuk mengetahui etiologi dari neuralgia trigeminal

1.5.7 Untuk mengetahui patofisiologi dari neural trigeminal

1.5.8 Untuk mengetahui menifestasi klinis dari neuralgia trigeminal

1.5.9 Untuk mengetahui penatalaksanaan dari neuralgia trigeminal

LBM II Lidah Kaku Page 2

Page 3: Isi

1.5.10 Untuk mengetahui diagnosis banding dari neuralgia trigeminal

1.6 Manfaat Penulisan

1.6.1 Manfaat Umum

Makalah yang penulis buat diharapkan memberikan manfaat bagi

pembaca, agar pembaca mengetahui hal-hal yang berkaitan tentang neuralgia

trigeminal.

1.6.2 Manfaat Khusus

Makalah yang penulis buat dapat memberikan pengetahuan kepada

pembaca khususnya mahasiswa kedokteran tentang neuralgia trigeminal yang

merupakan pokok permasalahan pada skenario LBM II Lidah Kaku pada

modul Neouromusculuskeletal II ini.

LBM II Lidah Kaku Page 3

Page 4: Isi

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Bagaimana klasifikasi nyeri

a. Berdasarkan sumber nyeri, maka nyeri dibagi menjadi:

1. Nyeri somatik luar

Nyeri yang stimulusnya berasal dari kulit, jaringan subkutan dan membran

mukosa. Nyeri biasanya dirasakan seperti terbakar, jatam dan terlokalisasi.

2. Nyeri somatik dalam

Nyeri tumpul (dullness) dan tidak terlokalisasi dengan baik akibat rangsangan

pada otot rangka, tulang, sendi, jaringan ikat.

3. Nyeri viseral

Nyeri karena perangsangan organ viseral atau organ yang menutupinya (pleura

parietalis, pericardium, peritoneum). Nyeri tipe ini dibagi menjadi nyeri viseral

terlokalisasi, nyeri parietal terlokalisasi, nyeri alih viseral dan nyeri alih parietal.

b. Berdasarkan jenisnya nyeri juga dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Nyeri nosiseptif

Karena kerusakan jaringan baik somatic maupun viseral. Stimulasi nosiseptor baik

secara langsung maupun tidak langsung akan mengakibatkan pengeluaran

mediator inflamasi dari jaringan, sel imun dan ujung saraf sensoris dan simpatik.

2. Nyeri neurogenik

Nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi atau disfungsi primer pada system

saraf perifer. Hal ini disebabkan oleh cidera pada jalur serat saraf perifer, infiltrasi

sel kanker pada serabut saraf, dan terpotongnya saraf perifer. Sensi yang

dirasakan adalah rasa panas dan seperti ditusk-tusuk dan kadang disertai

hilangnya rasa atau adanya rasa tidak enak pada perabaan. Nyeri nerogenik dapat

menyebabkan terjadinya allodynia. Hal ini mungkin terjadi secara mekanik atau

peningkatan sensitivitas dari noradrenalin yang kemudian menghasilkan

sympathetically maintained pain (SMP). SMP merupakan komponen pada nyeri

kronik. Nyeri tipe ini sering menunjukkan respon yang buruk pada pemberian

analgetik konvensional.

LBM II Lidah Kaku Page 4

Page 5: Isi

3. Nyeri psikogenik

Nyeri ini berhubungan dengan adanya gangguan jiwa misalnya cemas dan

depresi. Nyeri akan hilang apabila keadaan kejiwaan pasien tenang.

c. Berdasarkan timbulnya nyeri dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Nyeri akut

Nyeri yang timbul mendadak dan berlangsung sementara. Nyeri ini ditandai

dengan adanya aktivitas saraf otonom seperti: takikardi, hipertensi, hiperhidrosis,

pucat dan midriasis dan perubahan wajah: menyeringai atau menangis. Bentuk

nyeri akut dapat berupa:

a. Nyeri somatik luar : nyeri tajam di kulit, subkutis dan mukosa

b. Nyeri somatik dalam : nyeri tumpul pada otot rangka, sendi dan jaringan ikat

c. Nyeri viseral : nyeri akibat disfungsi organ viseral

2. Nyeri kronik

Nyeri berkepanjangan dapat berbulan-bulan tanpa tanda-tanda aktivitas otonom

kecuali serangan akut. Nyeri tersebut dapat berupa nyeri yang tetap bertahan

sesudah penyembuhan luka (penyakit/operasi) atau awalnya berupa nyeri akut lalu

menetap sampai melebihi 3 bulan.

2.2 Bagaimana persarafan pada wajah

LBM II Lidah Kaku Page 5

Page 6: Isi

Cabang pertama N.V. ialah cabang oftalmikus. Ia menghantarkan impuls

protopatik dari bola mata serta rung orbita, kulit dahi sampai vertex. Impuls

sekretomotorik dihantarkan ke glandula lakrimalis. Serabut-serabut dari dahi

menyusun nervus frontalis. Ia masuk melalui ruang orbita melalui foramen

supraorbitale. Serabut-serabut dari bola mata dan rongga hidung bergabung

menjadi seberkas saraf yang dikenal sebagai nervus nasosiliaris. Berkas saraf

yang menuju ke glandula lakrimalis dikenal sebagai nervus lakrimalis. Ketiga

berkas saraf, yakni nervus frontali, nervus nasosiliaris dan nervus lakrimalis saling

mendekat pada fisura orbitalis superior dan di belakang fisura tersebut bergabung

menjadi cabang I N.V. (nervus oftalmikus). Cabang tersebut menembus duramater

dan melanjutkan perjalanan di dalam dinding sinus kavernosus. Pada samping

prosesus klinoideus posterior ia keluar dari dinding tersebut dan berakhir di

ganglion Gasseri. Di dekatnya terdapat arteri facialis.

Cabang kedua ialah cabang maksilaris yang hanya tersusun oleh serabut-serabut

somatosensorik yang menghantarkan impuls protopatik dari pipi, kelopak mata

bagian bawah, bibir atas, hidung dan sebagian rongga hidung, geligi rahang atas,

ruang nasofarings, sinus maksilaris, palatum molle dan atap rongga mulut.

Serabut-serabut sensorik masuk ke dalam os. maksilaris melalui foramen

infraorbitalis. Berkas saraf ini dinamakan nervus infraorbialis. Saraf-saraf dari

mukosa cavum nasi dan rahang atas serta geligi atas juga bergabung dalam saraf

ini dan setelahnya disebut nervus maksilaris, cabang II N.V. Ia masuk ke dalam

rongga tengkorak melalui foramen rotundum kemudian menembus duramater

untuk berjalan di dalanm dinding sinus kavernosus dan berakhir di ganglion

Gasseri. Cabang maksilar nervus V juga menerima serabut-serabut sensorik yang

berasal dari dura fossa crania media dan fossa pterigopalatinum.

Cabang mandibularis (cabang III N.V. tersusun oleh serabut somatomotorik dan

sensorik serta sekretomotorik (parasimpatetik). Serabut-serabut somatomotorik

muncul dari daerah lateral pons menggabungkan diri dengan berkas serabut

sensorik  yang dinamakan cabang mandibular ganglion gasseri. Secara eferen,

cabang mandibular keluar dari  ruang intracranial melalui foramen ovale dan tiba

LBM II Lidah Kaku Page 6

Page 7: Isi

di fossa infratemporalis. Di situ nervus meningea media (sensorik) yang

mempersarafi meninges menggabungkan diri pada pangkal cabang madibular. Di

bagian depan fossa infratemporalis, cabang III N.V. bercabang dua. (Pearce,

2009)

2.3 Mengapa dirasakan nyeri pada pipi dan lidah sebelah kiri

Nyeri di pipi kiri dan lidah sebelah kiri biasanya disebabkan oleh

terganggunya saraf trigemal. Neuralgia trigeminal adalah suatu kondisi nyeri

kronis yang mempengaruhi saraf trigeminal, yang menimbulkan sensasi nyeri dari

wajah ke otak. Jika seseorang memiliki neuralgia trigeminal, stimulasi ringan

seperti menyikat gigi atau memakai makeup dapat memicu sentakan sakit yang

luar biasa. Penyakit ini lebih sering mempengaruhi perempuan daripada laki-laki,

dan lebih mungkin terjadi pada orang yang lebih tua dari 50 tahun.

Neuralgia trigeminal disebabkan oleh penuaan atau karena multiple

sclerosis atau gangguan serupa yang merusak selubung myelin pelindung saraf

tertentu. Penyakit ini juga dapat disebabkan karena tumor yang menekan saraf

trigeminal, tetapi hal ini kurang umum terjadi. Beberapa orang mungkin

mengalami neuralgia trigeminal karena lesi otak atau kelainan lainnya. Beberapa

faktor lain yang belum diketahui juga dapat menyebabkan Neuralgia trigeminal.

2.4 Apa definisi dari neuralgia trigeminal

Neuralgia trigeminal terdiri atas dua kata. Neuralgia, berasal dari bahasa

Yunani; yaitu awalan "neuro-" yang berarti terkait dengan saraf, dan akhiran "-

algia" yang berarti nyeri. Dengan demikian neuralgia berarti nyeri yang dirasakan

di sepanjang saraf tertentu.

Neuralgia Trigeminal merupakan suatu keluhan serangan nyeri wajah pada

satu sisi yang berulang. Disebut Trigeminal neuralgia, karena nyeri di wajah ini

terjadi pada satu atau lebih saraf dari tiga cabang saraf trigeminal. Saraf yang

cukup besar ini terletak di otak dan membawa sensasi dari wajah ke otak. Rasa

nyeri disebabkan oleh terganggunya fungsi saraf trigeminal sesuai dengan daerah

distribusi persarafan salah satu cabang saraf trigeminal yang diakibatkan oleh

berbagai penyebab. (Marjono, 1998)

LBM II Lidah Kaku Page 7

Page 8: Isi

2.5 Bagaimana klasifikasi dari neuralgia trigeminal

IHS (International Headache Society) membedakan Neuralgia Trigeminal

menjadi NT klasik dan NT simptomatik. Termasuk NT klasik adalah semua kasus

yang etiologinya belum diketahui (idiopatik). Sedangkan NT simptomatik dapat

diakibatkan karena tumor, multipel sklerosis atau kelainan di basis kranii.

Perbedaan neuralgia trigeminus idiopatik dan simptomatik.

Trigminal Neuralgia Idiopatik:

1. Nyeri bersifat paroksimal dan terasa diwilayah sensorik cabang maksilaris,

sensorik cabang maksilaris dan atau mandibularis.

2. Timbulnya serangan bisa berlangsung 30 menit yang berikutnya menyusul

antara beberapa detik sampai menit.

3. Nyeri merupakan gejala tunggal dan utama.

4. Penderita berusia lebih dari 45 tahun , wanita lebih sering terkena dibanding

laki-laki.

Trigeminal Neuralgia Simptomatik:

1. Nyeri berlangsung terus menerus dan terasa dikawasan cabang optalmikus

atau nervus infra orbitalis.

2. Nyeri timbul terus menerus dengan puncak nyeri lalu hilang timbul kembali.

3. Disamping nyeri terdapat juga anethesia/hipestesia atau kelumpuhan saraf

kranial, berupa gangguan autonom ( Horner syndrom ).

4. Tidak memperlihatkan kecendrungan pada wanita atau pria dan tidak terbatas

pada golongan usia.

2.6 Bagaimana etiologi dari neuralgia trigeminal

Neuralgia Trigeminal, dapat diakibatkan oleh berbagai kondisi :

a. Penekanan nervus trigeminal oleh pembuluh darah yang membengkak atau

tumor.

b. Multiple sklerosis, penyakit yang menyerang sistem saraf pusat, tepatnya otak

dan sumsum tulang belakang. Muncul akibat sistem kekebalan tubuh yang

secara keliru menyerang selaput pelindung saraf atau mielin dalam otak dan

saraf tulang belakang.  (Rabinovich, 2000)

LBM II Lidah Kaku Page 8

Page 9: Isi

c. Idiopatik.

2.7 Bagaimana patofisiologi dari neuralgia trigeminal

Patofisiologis terjadinya suatu neuralgia trigeminal adalah sesuai dengan

etiologi penyakit tersebut. Penyebab terjadinya neuralgia trigeminal adalah

penekanan mekanik oleh pembuluh darah, malformasi arteri vena disekitarnya,

penekanan oleh lesi atau tumor, sklerosis multipel, kerusakan secara fisik dari

nervus trigeminus yang disebabkan karena pembedahan atau infeksi, dan yang

paling sering yaitu secara idiopatik.

Penekanan mekanik pembuluh darah pada akar nervus ketika masuk

ke brainstem yang paling sering terjadi, sedangkan di atas bagian nervus

trigeminus atau portio minor jarang terjadi. Secara normal, pembuluh darah tidak

bersinggungan dengan nervus trigeminus. Penekanan ini dapat disebabkan oleh

arteri atau vena baik besar maupun kecil yang mungkin hanya menyentuh atau

tertekuk pada nervus trigeminus. Arteri yang sering menekan akar nervus ini

adalah arteri serebelar superior. Penekanan yang berulang menyebabkan iritasi

dan akan mengakibatkan hilangnya lapisan mielin (demielinisasi) pada serabut

saraf. Akibatnya terjadi peningkatan aktifitas aferen serabut saraf dan

penghantaran sinyal abnormal ke nukleus nervus trigeminus dan menimbulkan

gejala neuralgia trigeminal. Teori ini sama dengan patofisiologi terjadinya

neuralgia trigeminal akibat suatu lesi atau tumor yang menekan atau menyimpang

ke nervus trigeminus. (Meliala, 2001)

2.8 Bagaimana manifestasi klinis dari neuralgia trigeminal

Menurut Baughman (2000) Manifestasi klinis yang muncul pada kasus neuralgia

trigeminal adalah sebagai berikut:

1. Nyeri dirasakan pada kulit, bukan pada struktur yg lebih dalam, lebih gawat

pada area perifer dari distribusi dari syaraf yang terkena, yaitu pada bibir,

dagu, lobang hidung, dan pada gigi.

LBM II Lidah Kaku Page 9

Page 10: Isi

2. Paroksisme dirangsang oleh stimulasi dari terminal dari cabang-cabang saraf

yang terkena, yaitu mencuci muka, mencukur, menyikat gigi, makan dan

minum.

3. Aliran udara dingin dan tekanan langsung pada saraf trunkus dapat juga

menyebabkan nyeri. Hal tersebut terjadi karena aliran udara dingin

mengenai trigger area atau area nyeri pada bagian percabangan dari saraf

trigeminus (saraf kranial kelima). Aliran udara dingin termasuk stimulus non-

noksius (stimulus yang berupa perabaan ringan, getaran atau stimulus

mengunyah).

4. Titik pencetus adalah area pasti dimana sentuhan yang paling ringan dengan

segera mencetuskan paroksisme.

Trigeminal neuralgia memberikan gejala dan tanda sebagai berikut :

1. Rasa nyeri berupa nyeri neuropatik, yaitu nyeri berat paroksimal, tajam,

seperti menikam, tertembak, tersengat listrik, terkena petir, atau terbakar yang

berlangsung singkat beberapa detik sampai beberapa menit tetapi kurang dari

dua menit, tiba-tiba dan berulang. Diantara serangan biasanya ada interval

bebas nyeri, atau hanya ada rasa tumpul ringan.

2. Lokasi nyeri umumnya terbatas di daerah dermatom nervus trigeminus dan

yang karakteristik nyeri unilateral.Tersering nyeri didaerah distribusi nervus

mandibularis (V2) 19,1% dan nervus maksilaris (V3) 14,1% atau kombinasi

keduanya 35,9% sehingga paling sering rasa nyeri pada setengah wajah

bawah. Jarang sekali hanya terbatas pada nervus optalmikus (V3) 3,3%.

Sebagian pasien  nyeri terasa diseluruh cabang nervus trigeminus (15,5%)

atau kombinasi nervus maksilaris dan optalmikus (11,5%). Jarang ditemukan

kombinasi nyeri pada daerah distribusi nervus optal mikus dan mandibularis

(0,6%). Nyeri bilateral 3,4%, nyeri jarang terasa pada kedua sisi bersamaan,

umumnya diantara kedua  sisi tersebut dipisahkan beberapa tahun. Kasus

bilateral biasanya berhubungan dengan sklerosis multipleatau familial.

3. Trigeminal neuralgia dapat dicetuskan oleh stimulus non-noksius seperti

perabaan ringan, getaran, atau stimulus mengunyah. Akibatnya pasien akan

mengalami kesulitan atau timbul saat gosok gigi, makan, menelan, berbicara,

LBM II Lidah Kaku Page 10

Page 11: Isi

bercukur wajah, tersentuh wajah, membasuh muka bahkan terhembus angin

dingin. Biasanya daerah yang dapat mencetuskan nyeri (triger area) diwajah

bagian depan, sesisi dengan nyeri pada daerah percabangan nervus trigeminus

yang  sama. Bila triger area didaerah kulit kepala, pasien  takut untuk

berkeramas atau bersisir.

4. Nyeri pada trigeminal neuralgia dapat mengalami remisi dalam satu tahun

atau lebih. Pada periode aktif neuralgia, karakteristik terjadi peningkatan

frekuensi dan beratnya serangan nyeri secara progresif sesuai dengan

berjalannya waktu.

5. Sekitar 18% penderita dengan trigeminal neuralgia, pada awalnya nyeri

atipikal yang makin lama menjadi tipikal, disebut preneuralgia trigeminal.

Nyeri terasa tumpul, terus-menerus pada salah satu rahang yang berlangsung

beberapa hari sampai beberapa tahun. Stimulus termal dapat menimbulkan

nyeri berdenyut sehingga sering dianggap sebagai nyeri dental. Pemberian

terapi anti konvulsan dapat meredakan nyeri preneuralgia trigeminal sehingga

cara ini dapat dipakai untuk membedakan kedua nyeri tersebut.

6. Pada pemeriksaan fisik dan neurologik biasanya normal atau tidak ditemukan

defisit neurologik yang berarti. Hilangnya sensibilitas yangbermakna pada

nervus trigeminal mengarah pada pencarian proses patologik yang

mendasarinya, seperti tumor atau infeksi yang dapat merusak syaraf. Pada

tumor selain nyerinya atipikal dan hilangnya sensibilitas, disertai pula

gangguan pada syaraf kranial lainnya. (Baughman, 2000)

2.9 Bagaimana penatalaksanaan dari neuralgia trigeminal

a. Terapi Farmakologi

Peneliti-peneliti dalam bidang nyeri neuropatik telah mengembangkan

beberapa pedoman terapi farmakologik. Dalam guidline EFNS ( European

Federation of Neurological Society ) disarankan terapai neuralgia trigeminal

dengan carbamazepin ( 200-1200 mg sehari ) dan oxcarbamazepin ( 600-1800mg

sehari ) sebagai terapi lini pertama. Sedangkan terapai lini kedua adalah baclofen

dan lamotrigin. Neuralgia trigeminal sering mengalami remisi sehingga pasien

dinasehatkan untuk mengatur dosis obat sesuai dengan frekwensi serangannya.

LBM II Lidah Kaku Page 11

Page 12: Isi

Dalam pedoman AAN-EFNS ( American Academy of Neurology- European

Federation of Neurological Society ) telah disimpulkan bahwa: carbamazepin

efektif dalam pengendalian nyeri , oxcarbazepin juga efektif, baclofen dan

lamotrigin mungkin juga efektif. Studi open label telah melaporkan manfaat terapi

obat-obatan anti epilepsi yang lain seperti clonazepam, gabapentin, phenytoin dan

valproat.

Karbamazepine merupakan pengobatan lini pertama dengan dosis

pemberian 200-1200 mg/hari dan oxcarbamazepin dengan dosis pemberian 600-

1800 mg/hari sesuai dengan pedoman pengobatan. Tingkat keberhasilan dari

karbamazepin jauh lebih kuat dibandingkan oxcarbamazepin, namun

oxcarbamazepin memiliki profil keamanan yang lebih baik. Sementera

pengobatan lini kedua dapat diberikan lamotrgine dengan dosis 400 mg/ hari,

baclofenac 40 – 80 mg/hari, dan pimizoid 4 – 12 mg/hari.

Selain itu ada juga pilihan pengobatan alternative, yaitu dengan memberikan

obat antiepilepsi yang telah dipelajari dalam kontrol kecil dan studi terbuka yang

disarankan untuk menggunakan fenitoin, clonazepam, gabapentin, pregabalin,

topiramate, levetiracetam, dan valproat. (Meliala, 2001)

1. Karbamazepine

Karbamazepine bekerja dengan cara menghambat aktivitas neuronal pada

kanal natrium, sehingga dapat mengurangi rangsangan neuron. Karbamazepine

memperlihatkan efek analgesik yang selektif misalnya pada tabes dorsalis dan

neuropati lainnya yang sukar diatasi dengan analgesik biasa. Sebagian besar

penderita trigeminal neuralgia mengalami penurunan sakit yang berarti dengan

menggunakan obat ini. Karena potensi untuk menimbulkan efek samping sangat

luas, khususnya gangguan darah seperti leukopeni, anemia aplastik dan

agranulositosis maka pasien yang akan diterapi dengan obat ini dianjurkan untuk

melakukan pemeriksaan nilai basal dari darah dan melakukan pemeriksaan ulang

selama pengobatan.

Pemberian karbamazepine dihentikan jika jumlah leukosit abnormal

(rendah). Jika efek samping yang timbul parah, dosis karbamazepine perhari dapat

dikurangi 1-3 perhari, sebelum mencoba menambah dosis perharinya lagi.

Karbamazepine diberikan dengan dosis berkisar 200-1200 mg, dimana hampir

LBM II Lidah Kaku Page 12

Page 13: Isi

70% memperlihatkan perbaikan. Dosis dimulai dengan dosis minimal 1-2 pil

perhari, secara bertahap dapat ditambah hingga rasa sakit hilang atau mulai timbul

efek samping. Selama periode remisi dosis dapat dikurangi secara bertahap.

Karbamazepine dapat dikombinasi dengan fenitoin atau baklofen bila nyeri

membandel, atau diubah ke oxykarbazepine.

Efek samping yang timbul dalam dosis yang besar yaitu drowsiness, mental

confusion, dizziness, nystagmus, ataxia, diplopia, nausea dan anorexia. Terdapat

juga reaksi serius yang tidak berhubungan dengan dosis yaitu allergic skin rash,

gangguan darah seperti leukopenia atau agranulocytosis, atau aplastic anemia,

keracunan hati, congestive heart failure, halusinasi dan gangguan fungsi seksual.

2. Oxykarbamazepin

Oxykarbamazepine merupakan ketoderivat karbamazepine dimana

mempunyai efek samping lebih rendah dibanding dengan karbamazepine dan

dapat meredakan nyeri dengan baik. Pada umumnya dosis dimulai dengan 2 x

300 mg yang secara bertahap ditingkatkan untuk mengontrol rasa sakitnya. Dosis

maksimumnya 2400-3000 mg perhari. Efek samping yang paling sering adalah

nausea, mual, dizziness, fatique dan tremor. Efek samping yang jarang timbul

yaitu rash, infeksi saluran pernafasan, pandangan ganda dan perubahan elektrolit

darah. Seperti obat anti-seizure lainnya, penambahan dan pengurangan obat harus

secara bertahap.

3. Lamotrigine

Lamotrigin berefek pada saluran natrium, menstabilkan membran saraf dan

menghambat pelepasan rangsangan neurotransmiter. Dosis awal 25 mg/hari secara

perlahan meningkat sampai dosis 200 - 400 mg/hari dibagi dua dosis. Efek

samping dapat berupa pusing, mual, penglihatan kabur dan ataksia. Sekitar 7-

10% pasien dapat terjadi ruam pada kulit selama terapi 4 - 8 minggu. Dapat juga

terjadi kelainan berupa deskuamasi atau terkait gejala parah demam atau

limfadenopati indikasi Stevens - Johnson sindrom yang membutuhkan

penghentian segera.

4. Phenitoin

Phenitoin berefek anti konvulsi tanpa menyebabkan depresi umum SSP.

Sifat anti konvulsi obat ini berdasarkan pada penghambatan penjalaran rangsang

LBM II Lidah Kaku Page 13

Page 14: Isi

dari fokus kebagian lain di otak. Penggunaan phenitoin harus hati-hati dalam

mengkombinasikan dengan karbamazepine karena dapat menurunkan dan kadang-

kadang menaikkan kadar phenitoin dalam plasma, sebaiknya diikuti dengan

pengukuran kadar obat dalam plasma.

Phenitoin dapat mengobati lebih dari setengah penderita trigeminal neuralgia

dengan dosis 300-600mg dibagi dalam 3 dosis perhari. Efek samping yang

ditimbulkannya adalah nystagmus, dysarthria, ophthalmoplegia dan juga

mengantuk serta kebingungan. Efek lainnya adalah hiperplasia gingiva dan

hypertrichosis.

5. Baklofen

Baklofen tidaklah seefektif karbamazepine atau phenytoin, tetapi dapat

dikombinasi dengan obat-obat tersebut. Obat ini berguna pada pasien yang baru

terdiagnosa dengan rasa nyeri relatif ringan dan tidak dapat mentoleransi

karbamazepine.. Dosis untuk menghilangkan rasa sakit secara komplit 40-80 mg

perhari. Baklofen memiliki durasi yang pendek sehingga penderita trigeminal

neuralgia yang berat membutuhkan dosis setiap 2-4 jam.

Efek samping yang paling sering timbul karena pemakaian baklofen adalah

mengantuk, pusing, nausea dan kelemahan kaki. Baklofen tidak boleh dihentikan

secara tiba-tiba setelah pemakaian lama karena dapat terjadi halusinasi atau

serangan jantung.

6. Gabapentin

Dosis yang dianjurkan 1200-3600 mg/hari. Obat ini hampir sama efektifnya

dengan karbamazepine tetapi efek sampingnya lebih sedikit. Dosis awal biasanya

3x300 mg/hari dan ditambah hingga dosis maksimal. Reaksi merugikan paling

sering adalah somnolen, ataksia, fatique dan nystagmus. Seperti semua obat,

penghentian secara cepat harus dihindari.

b. Terapi Pembedahan

Terapi farmakologik umumnya efektif akan tetapi ada juga pasien yang

tidak bereaksi atau timbul efek samping yang tidak diinginkan maka diperlukan

terapi pembedahan.

LBM II Lidah Kaku Page 14

Page 15: Isi

Beberapa situasi yang mengindikasikan untuk dilakukannya terapi pembedahan

yaitu: (1) Ketika pengobatan farmakologik tidak menghasilkan penyembuhan

yang berarti, (2) Ketika pasien tidak dapat mentolerir pengobatan dan gejala

semakin memburuk, (3) Adanya gambaran kelainan pembuluh darah pada MRI.

Tindakan operatif yang dapat dilakukan adalah prosedur ganglion gasseri,

terapi gamma knife dan dekompresi mikrovaskuler. Pada prosedur perifer

dilakukan blok pada nervus trigeminus bagian distal ganglion gasseri yaitu dengan

suntikan streptomisin, lidokain, alkohol . Prosedur pada ganglion gasseri ialah

rhizotomi melalui foramen ovale dengan radiofrekuensi termoregulasi, suntikan

gliserol atau kompresi dengan balon ke dalam kavum Meckel. Terapi gamma

knife merupakan terapi radiasi yang difokuskan pada radiks nervus trigeminus di

fossa posterior. Dekompresi mikrovaskuler adalah kraniotomi sampai nervus

trigeminus difossa posterior dengan tujuan memisahkan pembuluh darah yang

menekan nervus trigeminus.

2.10 Bagaimana diagnosis banding dari neuralgia trigeminal

Diagnosis

BandingPersebaran

Karakteristik

Klinis

Faktor yang

Meringankan/

Memperburuk

Penyakit yang

Dihubungkan

Tata

Laksana

Neuralgia

Trigemina

l

Daerah

persarafan

cabang IIdan 

IIInervus

trigeminus,

unilateral

Laki- laki/

perempuan =

1:3,

Lebih dari 50

tahun,

Paroksismal

(10-30 detik),

nyeri bersifat

menusuk-nusuk

atau sensasi

terbakar,

persisten selama

berminggu-

Titik-titik

rangsang sentuh,

mengunyah,

senyum, bicara,

dan menguap

Idiopatik

Skeloris

multipel pada

dewasa muda

Kelainan

pembuluh darah

Tumor nervus V

Carbamaz

epine

Phenytoin

Gabapenti

n

Injeksi

alkohol

Koagulasi

atau

dekompres

i bedah

LBM II Lidah Kaku Page 15

Page 16: Isi

minggu atau

lebih,

Ada titik-titik

pemicu,

Tidak

ada paralisis

motorik maupun

sensorik.

Neuragia

Fasial

Atipik

Unilateral

atau bilateral,

pipi atau

angulus

nasolabialis,

hidung

bagian dalam

Lebih banyak

ditemukan pada

wanita usia 30-

50 tahun

Nyeri hebat

berkelanjutan

umumnya pada

daerah maksila

Tidak ada Status ansietas

atau depresi

Histeria

Idiopatil

Anti

ansietas

dan anti

depresan

Neuralgia

Postherpet

ikum

Unilateral

Biasanya

pada daerah

persebaran

cabang

oftalmikus

nervus V

Riwayat herpes

Nyeri seperti

sensasi terbakar,

berdenyut-

denyut

Parastesia,

kehilangan

sensasi sensorik

keringat

Sikatriks pada

kulit

Sentuhan,

pergerakan

Herpes Zoster Carbamaz

epin, anti

depresan

dan sedatif

LBM II Lidah Kaku Page 16

Page 17: Isi

Sindrom

Costen

Unilateral,

dibelakang

atau di depan

telinga,

pelipis, wajah

Nyeri berat

berdenyut-

denyut

diperberat oleh

proses

mengunyah,

Nyeri tekan

sendi temporo-

mandibula,

Maloklusi atau

ketiadaan molar

Mengunyah,

tekanan sendi

temporomandib

ular

Ompong,

arthritis

rematoid

Perbaikan

geligi,

operasi

pada

beberapa

kasus

Neuralgia

Migreno-

sum

Orbito-

frontal,

rahang atas,

angulus

nasolabial

Nyeri kepala

sebelah

Alkohol pada

beberapa kasus

Tidak ada Ergotamin

sebagai

profilaksis

LBM II Lidah Kaku Page 17

Page 18: Isi

BAB 3

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada skenario, kelompok kami menyimpulkan bahwa kelainan

yang terdapat dan yang lebih mengarah pada skenario adalah neuralgia

trigeminal, karena pada skenario, keluhan seperti nyeri pada pipi dan lidah kaku

sebelah kiri, nyerinya yang khas seperti tertusuk-tusuk, dan nyeri yang muncul

jika mengunyah makanan, sesuai dan merupakan gambaran klinis dari neuralgia

trigeminal. Neuralgia trigeminal merupakan suatu keluhan serangan nyeri wajah

satu sisi yang berulang, disebut neuralgia trigeminal, karena nyeri di wajah ini

terjadi pada satu atau lebih saraf dari tiga cabang saraf Trigeminal. Rasa nyeri

disebabkan oleh terganggunya fungsi saraf trigeminal sesuai dengan daerah

distribusi persarafan salah satu cabang saraf trigeminal yang diakibatkan oleh

berbagai penyebab.

3.2 Saran

a. Bagi mahasiswa diharapkan makalah ini dapat dijadikan sebagai tolak

ukur dalam penyusunan makalah selanjutnya. Sehingga apabila terdapat

kekurangan dalam penyususnan makalah ini, penulis dapat

mempelajarinya lebih lanjut dan dapat dilakukan penyusunan makalah

yang lebih baik lagi.

b. Bagi mahasiswa diharapkan dapat mempelajari lebih dalam lagi tentang

nuralgia trigeminal.

LBM II Lidah Kaku Page 18

Page 19: Isi

DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C., Hackley, JoAnn C. 2000. “Buku Saku dari Brunner &

Suddarth.” Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Marjono, Mahar & Priguna, Sidharta., 1998. “Neurologi Klinis Dasar.” Jakarta:

Dian Rakyat

Pearce, Evelyn c. 2009. “Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis.” Jakarta:

Gramedia.

Meliala dkk .2001. “Nyeri Neuropatik: Patofisiologi dan Penatalaksanaan.”

Jakarta; PERDOSSI.

Rabinovich, A. Fang Y., Scrivani, S., 2000. “Diagnosis and Management of

Trigeminal Neuralgia.” Columbia: Dental Review.

LBM II Lidah Kaku Page 19