isi
DESCRIPTION
IsiTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Neuralgia trigeminal adalah kelainan yang ditandai oleh serangan nyeri
berat paroksismal dan singkat dalam cakupan persarafan satu atau lebih cabang
nervus trigeminus, biasanya tanpa bukti penyakit saraf organik. Penyakit ini
menyebabkan nyeri wajah yang berat. Penyakit ini juga dikenal sebagai tic
doulourex atau sindrom Fothergill.
Neuralgia trigeminal merupakan kelainan pada serabut sensoris dari nervus
trigeminus (nervus kranial ke-5), yang menginervasi wajah dan rahang. Neuralgia
pada penyakit ini disertai dengan nyeri yang berat dan menusuk pada rahang dan
wajah, biasanya pada satu sisi dari rahang atau pipi, yang biasanya terjadi dalam
beberapa detik. Nyeri sebelum pengobatan dirasakan berat, namun demikian
neuralgia trigeminal bukan termasuk penyakit yang membahayakan nyawa.
Sebagaimana diketahui, terdapat dua nervus trigeminus, satu untuk setiap sisi dari
wajah, neuralgia trigeminal sering mengenai salah satu sisi dari wajah dan
tergantung pada nervus trigeminus yang mana yang terkena.
Nyeri neuralgia trigeminal adalah unilateral dan mengikuti distribusi
sensoris dari nervus kranial V, khas mengenai daerah maksila (V.2) atau
mandibula (V.3). Pemeriksaan fisis biasanya dapat mengeliminasi diagnosa
alternatif. Tanda dari disfungsi nervus kranialis atau abnormalitas neurologis yang
lain menyingkirkan diagnosis dari neuralgia trigeminal idiopatik dan mungkin
menandakan nyeri sekunder yang dirasakan akibat lesi struktural.
1.2 Skenario
Seorang wanita berusia 28 tahun datang berobat ke dokter praktek dengan
keluhan nyeri pada pipi dan lidah sebelah kiri. Serangan nyeri ini mulai dirasakan
sejak seminggu yang lalu. Pasien mengaku dulunya ia juga sering merasakan
nyeri didaerah wajah tapi nyerinya tidak khas seoerti nyeri yang sekarang
dialaminya. Serangan nyeri yang dirasakan mendadak seperti tertusuk-tusuk yang
bertahan sekana beberapa detik sampai 2 menit kumat-kumatan dan selalu muncul
LBM II Lidah Kaku Page 1
jik pasien mengunyah makanan. Dokter menanyakan kemungkinan besar adanya
gejala lain yang muncul bersaaan dengan keluhan ini seperti mata berair, kebas di
daerah wajah, lidah kaku, mulut mencong atau sulit menelan, namun pasien
menyangkal adanya gejala-gejala tersebut.
1.3 Terminologi
1.2.1 Nyeri : pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan
dimana berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial terjadi
kerusakan jaringan
1.4 Rumusan Masalah
1.4.1 Bagaimana klasifikasi nyeri ?
1.4.2 Bagaimana persarafan pada wajah ?
1.4.3 Mengapa dirasakan nyeri pada pipi dan lidah sebelah kiri ?
1.4.4 Apa definisi dari neuralgia trigeminal ?
1.4.5 Bagaimana klasifikasi dari neuralgia trigeminal ?
1.4.6 Bagaimana etiologi dari neuralgia trigeminal ?
1.4.7 Bagaimaa patofisiologi dari neuralgia trigeminal ?
1.4.8 Bagaimana menifestasi klinis dari neuralgia trigeminal ?
1.4.9 Bagaimana penatalaksanaan dari neuralgia trigeminal ?
1.4.10 Bagaimana diagnosis banding dari neuralgia trigeminal ?
1.5 Tujuan Penulisan
1.5.1 Untuk mengetahui klasifikasi nyeri
1.5.2 Untuk mengetahui persarafan pada wajah
1.5.3 Untuk mengetahui penyebab nyeri pada pipi dan lidah sebelah kiri
1.5.4 Untuk mengetahui definisi dari neuralgia trigeminal
1.5.5 Untuk mengetahui klasifikasi dari neuralgia trigeminal
1.5.6 Untuk mengetahui etiologi dari neuralgia trigeminal
1.5.7 Untuk mengetahui patofisiologi dari neural trigeminal
1.5.8 Untuk mengetahui menifestasi klinis dari neuralgia trigeminal
1.5.9 Untuk mengetahui penatalaksanaan dari neuralgia trigeminal
LBM II Lidah Kaku Page 2
1.5.10 Untuk mengetahui diagnosis banding dari neuralgia trigeminal
1.6 Manfaat Penulisan
1.6.1 Manfaat Umum
Makalah yang penulis buat diharapkan memberikan manfaat bagi
pembaca, agar pembaca mengetahui hal-hal yang berkaitan tentang neuralgia
trigeminal.
1.6.2 Manfaat Khusus
Makalah yang penulis buat dapat memberikan pengetahuan kepada
pembaca khususnya mahasiswa kedokteran tentang neuralgia trigeminal yang
merupakan pokok permasalahan pada skenario LBM II Lidah Kaku pada
modul Neouromusculuskeletal II ini.
LBM II Lidah Kaku Page 3
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Bagaimana klasifikasi nyeri
a. Berdasarkan sumber nyeri, maka nyeri dibagi menjadi:
1. Nyeri somatik luar
Nyeri yang stimulusnya berasal dari kulit, jaringan subkutan dan membran
mukosa. Nyeri biasanya dirasakan seperti terbakar, jatam dan terlokalisasi.
2. Nyeri somatik dalam
Nyeri tumpul (dullness) dan tidak terlokalisasi dengan baik akibat rangsangan
pada otot rangka, tulang, sendi, jaringan ikat.
3. Nyeri viseral
Nyeri karena perangsangan organ viseral atau organ yang menutupinya (pleura
parietalis, pericardium, peritoneum). Nyeri tipe ini dibagi menjadi nyeri viseral
terlokalisasi, nyeri parietal terlokalisasi, nyeri alih viseral dan nyeri alih parietal.
b. Berdasarkan jenisnya nyeri juga dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Nyeri nosiseptif
Karena kerusakan jaringan baik somatic maupun viseral. Stimulasi nosiseptor baik
secara langsung maupun tidak langsung akan mengakibatkan pengeluaran
mediator inflamasi dari jaringan, sel imun dan ujung saraf sensoris dan simpatik.
2. Nyeri neurogenik
Nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi atau disfungsi primer pada system
saraf perifer. Hal ini disebabkan oleh cidera pada jalur serat saraf perifer, infiltrasi
sel kanker pada serabut saraf, dan terpotongnya saraf perifer. Sensi yang
dirasakan adalah rasa panas dan seperti ditusk-tusuk dan kadang disertai
hilangnya rasa atau adanya rasa tidak enak pada perabaan. Nyeri nerogenik dapat
menyebabkan terjadinya allodynia. Hal ini mungkin terjadi secara mekanik atau
peningkatan sensitivitas dari noradrenalin yang kemudian menghasilkan
sympathetically maintained pain (SMP). SMP merupakan komponen pada nyeri
kronik. Nyeri tipe ini sering menunjukkan respon yang buruk pada pemberian
analgetik konvensional.
LBM II Lidah Kaku Page 4
3. Nyeri psikogenik
Nyeri ini berhubungan dengan adanya gangguan jiwa misalnya cemas dan
depresi. Nyeri akan hilang apabila keadaan kejiwaan pasien tenang.
c. Berdasarkan timbulnya nyeri dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Nyeri akut
Nyeri yang timbul mendadak dan berlangsung sementara. Nyeri ini ditandai
dengan adanya aktivitas saraf otonom seperti: takikardi, hipertensi, hiperhidrosis,
pucat dan midriasis dan perubahan wajah: menyeringai atau menangis. Bentuk
nyeri akut dapat berupa:
a. Nyeri somatik luar : nyeri tajam di kulit, subkutis dan mukosa
b. Nyeri somatik dalam : nyeri tumpul pada otot rangka, sendi dan jaringan ikat
c. Nyeri viseral : nyeri akibat disfungsi organ viseral
2. Nyeri kronik
Nyeri berkepanjangan dapat berbulan-bulan tanpa tanda-tanda aktivitas otonom
kecuali serangan akut. Nyeri tersebut dapat berupa nyeri yang tetap bertahan
sesudah penyembuhan luka (penyakit/operasi) atau awalnya berupa nyeri akut lalu
menetap sampai melebihi 3 bulan.
2.2 Bagaimana persarafan pada wajah
LBM II Lidah Kaku Page 5
Cabang pertama N.V. ialah cabang oftalmikus. Ia menghantarkan impuls
protopatik dari bola mata serta rung orbita, kulit dahi sampai vertex. Impuls
sekretomotorik dihantarkan ke glandula lakrimalis. Serabut-serabut dari dahi
menyusun nervus frontalis. Ia masuk melalui ruang orbita melalui foramen
supraorbitale. Serabut-serabut dari bola mata dan rongga hidung bergabung
menjadi seberkas saraf yang dikenal sebagai nervus nasosiliaris. Berkas saraf
yang menuju ke glandula lakrimalis dikenal sebagai nervus lakrimalis. Ketiga
berkas saraf, yakni nervus frontali, nervus nasosiliaris dan nervus lakrimalis saling
mendekat pada fisura orbitalis superior dan di belakang fisura tersebut bergabung
menjadi cabang I N.V. (nervus oftalmikus). Cabang tersebut menembus duramater
dan melanjutkan perjalanan di dalam dinding sinus kavernosus. Pada samping
prosesus klinoideus posterior ia keluar dari dinding tersebut dan berakhir di
ganglion Gasseri. Di dekatnya terdapat arteri facialis.
Cabang kedua ialah cabang maksilaris yang hanya tersusun oleh serabut-serabut
somatosensorik yang menghantarkan impuls protopatik dari pipi, kelopak mata
bagian bawah, bibir atas, hidung dan sebagian rongga hidung, geligi rahang atas,
ruang nasofarings, sinus maksilaris, palatum molle dan atap rongga mulut.
Serabut-serabut sensorik masuk ke dalam os. maksilaris melalui foramen
infraorbitalis. Berkas saraf ini dinamakan nervus infraorbialis. Saraf-saraf dari
mukosa cavum nasi dan rahang atas serta geligi atas juga bergabung dalam saraf
ini dan setelahnya disebut nervus maksilaris, cabang II N.V. Ia masuk ke dalam
rongga tengkorak melalui foramen rotundum kemudian menembus duramater
untuk berjalan di dalanm dinding sinus kavernosus dan berakhir di ganglion
Gasseri. Cabang maksilar nervus V juga menerima serabut-serabut sensorik yang
berasal dari dura fossa crania media dan fossa pterigopalatinum.
Cabang mandibularis (cabang III N.V. tersusun oleh serabut somatomotorik dan
sensorik serta sekretomotorik (parasimpatetik). Serabut-serabut somatomotorik
muncul dari daerah lateral pons menggabungkan diri dengan berkas serabut
sensorik yang dinamakan cabang mandibular ganglion gasseri. Secara eferen,
cabang mandibular keluar dari ruang intracranial melalui foramen ovale dan tiba
LBM II Lidah Kaku Page 6
di fossa infratemporalis. Di situ nervus meningea media (sensorik) yang
mempersarafi meninges menggabungkan diri pada pangkal cabang madibular. Di
bagian depan fossa infratemporalis, cabang III N.V. bercabang dua. (Pearce,
2009)
2.3 Mengapa dirasakan nyeri pada pipi dan lidah sebelah kiri
Nyeri di pipi kiri dan lidah sebelah kiri biasanya disebabkan oleh
terganggunya saraf trigemal. Neuralgia trigeminal adalah suatu kondisi nyeri
kronis yang mempengaruhi saraf trigeminal, yang menimbulkan sensasi nyeri dari
wajah ke otak. Jika seseorang memiliki neuralgia trigeminal, stimulasi ringan
seperti menyikat gigi atau memakai makeup dapat memicu sentakan sakit yang
luar biasa. Penyakit ini lebih sering mempengaruhi perempuan daripada laki-laki,
dan lebih mungkin terjadi pada orang yang lebih tua dari 50 tahun.
Neuralgia trigeminal disebabkan oleh penuaan atau karena multiple
sclerosis atau gangguan serupa yang merusak selubung myelin pelindung saraf
tertentu. Penyakit ini juga dapat disebabkan karena tumor yang menekan saraf
trigeminal, tetapi hal ini kurang umum terjadi. Beberapa orang mungkin
mengalami neuralgia trigeminal karena lesi otak atau kelainan lainnya. Beberapa
faktor lain yang belum diketahui juga dapat menyebabkan Neuralgia trigeminal.
2.4 Apa definisi dari neuralgia trigeminal
Neuralgia trigeminal terdiri atas dua kata. Neuralgia, berasal dari bahasa
Yunani; yaitu awalan "neuro-" yang berarti terkait dengan saraf, dan akhiran "-
algia" yang berarti nyeri. Dengan demikian neuralgia berarti nyeri yang dirasakan
di sepanjang saraf tertentu.
Neuralgia Trigeminal merupakan suatu keluhan serangan nyeri wajah pada
satu sisi yang berulang. Disebut Trigeminal neuralgia, karena nyeri di wajah ini
terjadi pada satu atau lebih saraf dari tiga cabang saraf trigeminal. Saraf yang
cukup besar ini terletak di otak dan membawa sensasi dari wajah ke otak. Rasa
nyeri disebabkan oleh terganggunya fungsi saraf trigeminal sesuai dengan daerah
distribusi persarafan salah satu cabang saraf trigeminal yang diakibatkan oleh
berbagai penyebab. (Marjono, 1998)
LBM II Lidah Kaku Page 7
2.5 Bagaimana klasifikasi dari neuralgia trigeminal
IHS (International Headache Society) membedakan Neuralgia Trigeminal
menjadi NT klasik dan NT simptomatik. Termasuk NT klasik adalah semua kasus
yang etiologinya belum diketahui (idiopatik). Sedangkan NT simptomatik dapat
diakibatkan karena tumor, multipel sklerosis atau kelainan di basis kranii.
Perbedaan neuralgia trigeminus idiopatik dan simptomatik.
Trigminal Neuralgia Idiopatik:
1. Nyeri bersifat paroksimal dan terasa diwilayah sensorik cabang maksilaris,
sensorik cabang maksilaris dan atau mandibularis.
2. Timbulnya serangan bisa berlangsung 30 menit yang berikutnya menyusul
antara beberapa detik sampai menit.
3. Nyeri merupakan gejala tunggal dan utama.
4. Penderita berusia lebih dari 45 tahun , wanita lebih sering terkena dibanding
laki-laki.
Trigeminal Neuralgia Simptomatik:
1. Nyeri berlangsung terus menerus dan terasa dikawasan cabang optalmikus
atau nervus infra orbitalis.
2. Nyeri timbul terus menerus dengan puncak nyeri lalu hilang timbul kembali.
3. Disamping nyeri terdapat juga anethesia/hipestesia atau kelumpuhan saraf
kranial, berupa gangguan autonom ( Horner syndrom ).
4. Tidak memperlihatkan kecendrungan pada wanita atau pria dan tidak terbatas
pada golongan usia.
2.6 Bagaimana etiologi dari neuralgia trigeminal
Neuralgia Trigeminal, dapat diakibatkan oleh berbagai kondisi :
a. Penekanan nervus trigeminal oleh pembuluh darah yang membengkak atau
tumor.
b. Multiple sklerosis, penyakit yang menyerang sistem saraf pusat, tepatnya otak
dan sumsum tulang belakang. Muncul akibat sistem kekebalan tubuh yang
secara keliru menyerang selaput pelindung saraf atau mielin dalam otak dan
saraf tulang belakang. (Rabinovich, 2000)
LBM II Lidah Kaku Page 8
c. Idiopatik.
2.7 Bagaimana patofisiologi dari neuralgia trigeminal
Patofisiologis terjadinya suatu neuralgia trigeminal adalah sesuai dengan
etiologi penyakit tersebut. Penyebab terjadinya neuralgia trigeminal adalah
penekanan mekanik oleh pembuluh darah, malformasi arteri vena disekitarnya,
penekanan oleh lesi atau tumor, sklerosis multipel, kerusakan secara fisik dari
nervus trigeminus yang disebabkan karena pembedahan atau infeksi, dan yang
paling sering yaitu secara idiopatik.
Penekanan mekanik pembuluh darah pada akar nervus ketika masuk
ke brainstem yang paling sering terjadi, sedangkan di atas bagian nervus
trigeminus atau portio minor jarang terjadi. Secara normal, pembuluh darah tidak
bersinggungan dengan nervus trigeminus. Penekanan ini dapat disebabkan oleh
arteri atau vena baik besar maupun kecil yang mungkin hanya menyentuh atau
tertekuk pada nervus trigeminus. Arteri yang sering menekan akar nervus ini
adalah arteri serebelar superior. Penekanan yang berulang menyebabkan iritasi
dan akan mengakibatkan hilangnya lapisan mielin (demielinisasi) pada serabut
saraf. Akibatnya terjadi peningkatan aktifitas aferen serabut saraf dan
penghantaran sinyal abnormal ke nukleus nervus trigeminus dan menimbulkan
gejala neuralgia trigeminal. Teori ini sama dengan patofisiologi terjadinya
neuralgia trigeminal akibat suatu lesi atau tumor yang menekan atau menyimpang
ke nervus trigeminus. (Meliala, 2001)
2.8 Bagaimana manifestasi klinis dari neuralgia trigeminal
Menurut Baughman (2000) Manifestasi klinis yang muncul pada kasus neuralgia
trigeminal adalah sebagai berikut:
1. Nyeri dirasakan pada kulit, bukan pada struktur yg lebih dalam, lebih gawat
pada area perifer dari distribusi dari syaraf yang terkena, yaitu pada bibir,
dagu, lobang hidung, dan pada gigi.
LBM II Lidah Kaku Page 9
2. Paroksisme dirangsang oleh stimulasi dari terminal dari cabang-cabang saraf
yang terkena, yaitu mencuci muka, mencukur, menyikat gigi, makan dan
minum.
3. Aliran udara dingin dan tekanan langsung pada saraf trunkus dapat juga
menyebabkan nyeri. Hal tersebut terjadi karena aliran udara dingin
mengenai trigger area atau area nyeri pada bagian percabangan dari saraf
trigeminus (saraf kranial kelima). Aliran udara dingin termasuk stimulus non-
noksius (stimulus yang berupa perabaan ringan, getaran atau stimulus
mengunyah).
4. Titik pencetus adalah area pasti dimana sentuhan yang paling ringan dengan
segera mencetuskan paroksisme.
Trigeminal neuralgia memberikan gejala dan tanda sebagai berikut :
1. Rasa nyeri berupa nyeri neuropatik, yaitu nyeri berat paroksimal, tajam,
seperti menikam, tertembak, tersengat listrik, terkena petir, atau terbakar yang
berlangsung singkat beberapa detik sampai beberapa menit tetapi kurang dari
dua menit, tiba-tiba dan berulang. Diantara serangan biasanya ada interval
bebas nyeri, atau hanya ada rasa tumpul ringan.
2. Lokasi nyeri umumnya terbatas di daerah dermatom nervus trigeminus dan
yang karakteristik nyeri unilateral.Tersering nyeri didaerah distribusi nervus
mandibularis (V2) 19,1% dan nervus maksilaris (V3) 14,1% atau kombinasi
keduanya 35,9% sehingga paling sering rasa nyeri pada setengah wajah
bawah. Jarang sekali hanya terbatas pada nervus optalmikus (V3) 3,3%.
Sebagian pasien nyeri terasa diseluruh cabang nervus trigeminus (15,5%)
atau kombinasi nervus maksilaris dan optalmikus (11,5%). Jarang ditemukan
kombinasi nyeri pada daerah distribusi nervus optal mikus dan mandibularis
(0,6%). Nyeri bilateral 3,4%, nyeri jarang terasa pada kedua sisi bersamaan,
umumnya diantara kedua sisi tersebut dipisahkan beberapa tahun. Kasus
bilateral biasanya berhubungan dengan sklerosis multipleatau familial.
3. Trigeminal neuralgia dapat dicetuskan oleh stimulus non-noksius seperti
perabaan ringan, getaran, atau stimulus mengunyah. Akibatnya pasien akan
mengalami kesulitan atau timbul saat gosok gigi, makan, menelan, berbicara,
LBM II Lidah Kaku Page 10
bercukur wajah, tersentuh wajah, membasuh muka bahkan terhembus angin
dingin. Biasanya daerah yang dapat mencetuskan nyeri (triger area) diwajah
bagian depan, sesisi dengan nyeri pada daerah percabangan nervus trigeminus
yang sama. Bila triger area didaerah kulit kepala, pasien takut untuk
berkeramas atau bersisir.
4. Nyeri pada trigeminal neuralgia dapat mengalami remisi dalam satu tahun
atau lebih. Pada periode aktif neuralgia, karakteristik terjadi peningkatan
frekuensi dan beratnya serangan nyeri secara progresif sesuai dengan
berjalannya waktu.
5. Sekitar 18% penderita dengan trigeminal neuralgia, pada awalnya nyeri
atipikal yang makin lama menjadi tipikal, disebut preneuralgia trigeminal.
Nyeri terasa tumpul, terus-menerus pada salah satu rahang yang berlangsung
beberapa hari sampai beberapa tahun. Stimulus termal dapat menimbulkan
nyeri berdenyut sehingga sering dianggap sebagai nyeri dental. Pemberian
terapi anti konvulsan dapat meredakan nyeri preneuralgia trigeminal sehingga
cara ini dapat dipakai untuk membedakan kedua nyeri tersebut.
6. Pada pemeriksaan fisik dan neurologik biasanya normal atau tidak ditemukan
defisit neurologik yang berarti. Hilangnya sensibilitas yangbermakna pada
nervus trigeminal mengarah pada pencarian proses patologik yang
mendasarinya, seperti tumor atau infeksi yang dapat merusak syaraf. Pada
tumor selain nyerinya atipikal dan hilangnya sensibilitas, disertai pula
gangguan pada syaraf kranial lainnya. (Baughman, 2000)
2.9 Bagaimana penatalaksanaan dari neuralgia trigeminal
a. Terapi Farmakologi
Peneliti-peneliti dalam bidang nyeri neuropatik telah mengembangkan
beberapa pedoman terapi farmakologik. Dalam guidline EFNS ( European
Federation of Neurological Society ) disarankan terapai neuralgia trigeminal
dengan carbamazepin ( 200-1200 mg sehari ) dan oxcarbamazepin ( 600-1800mg
sehari ) sebagai terapi lini pertama. Sedangkan terapai lini kedua adalah baclofen
dan lamotrigin. Neuralgia trigeminal sering mengalami remisi sehingga pasien
dinasehatkan untuk mengatur dosis obat sesuai dengan frekwensi serangannya.
LBM II Lidah Kaku Page 11
Dalam pedoman AAN-EFNS ( American Academy of Neurology- European
Federation of Neurological Society ) telah disimpulkan bahwa: carbamazepin
efektif dalam pengendalian nyeri , oxcarbazepin juga efektif, baclofen dan
lamotrigin mungkin juga efektif. Studi open label telah melaporkan manfaat terapi
obat-obatan anti epilepsi yang lain seperti clonazepam, gabapentin, phenytoin dan
valproat.
Karbamazepine merupakan pengobatan lini pertama dengan dosis
pemberian 200-1200 mg/hari dan oxcarbamazepin dengan dosis pemberian 600-
1800 mg/hari sesuai dengan pedoman pengobatan. Tingkat keberhasilan dari
karbamazepin jauh lebih kuat dibandingkan oxcarbamazepin, namun
oxcarbamazepin memiliki profil keamanan yang lebih baik. Sementera
pengobatan lini kedua dapat diberikan lamotrgine dengan dosis 400 mg/ hari,
baclofenac 40 – 80 mg/hari, dan pimizoid 4 – 12 mg/hari.
Selain itu ada juga pilihan pengobatan alternative, yaitu dengan memberikan
obat antiepilepsi yang telah dipelajari dalam kontrol kecil dan studi terbuka yang
disarankan untuk menggunakan fenitoin, clonazepam, gabapentin, pregabalin,
topiramate, levetiracetam, dan valproat. (Meliala, 2001)
1. Karbamazepine
Karbamazepine bekerja dengan cara menghambat aktivitas neuronal pada
kanal natrium, sehingga dapat mengurangi rangsangan neuron. Karbamazepine
memperlihatkan efek analgesik yang selektif misalnya pada tabes dorsalis dan
neuropati lainnya yang sukar diatasi dengan analgesik biasa. Sebagian besar
penderita trigeminal neuralgia mengalami penurunan sakit yang berarti dengan
menggunakan obat ini. Karena potensi untuk menimbulkan efek samping sangat
luas, khususnya gangguan darah seperti leukopeni, anemia aplastik dan
agranulositosis maka pasien yang akan diterapi dengan obat ini dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan nilai basal dari darah dan melakukan pemeriksaan ulang
selama pengobatan.
Pemberian karbamazepine dihentikan jika jumlah leukosit abnormal
(rendah). Jika efek samping yang timbul parah, dosis karbamazepine perhari dapat
dikurangi 1-3 perhari, sebelum mencoba menambah dosis perharinya lagi.
Karbamazepine diberikan dengan dosis berkisar 200-1200 mg, dimana hampir
LBM II Lidah Kaku Page 12
70% memperlihatkan perbaikan. Dosis dimulai dengan dosis minimal 1-2 pil
perhari, secara bertahap dapat ditambah hingga rasa sakit hilang atau mulai timbul
efek samping. Selama periode remisi dosis dapat dikurangi secara bertahap.
Karbamazepine dapat dikombinasi dengan fenitoin atau baklofen bila nyeri
membandel, atau diubah ke oxykarbazepine.
Efek samping yang timbul dalam dosis yang besar yaitu drowsiness, mental
confusion, dizziness, nystagmus, ataxia, diplopia, nausea dan anorexia. Terdapat
juga reaksi serius yang tidak berhubungan dengan dosis yaitu allergic skin rash,
gangguan darah seperti leukopenia atau agranulocytosis, atau aplastic anemia,
keracunan hati, congestive heart failure, halusinasi dan gangguan fungsi seksual.
2. Oxykarbamazepin
Oxykarbamazepine merupakan ketoderivat karbamazepine dimana
mempunyai efek samping lebih rendah dibanding dengan karbamazepine dan
dapat meredakan nyeri dengan baik. Pada umumnya dosis dimulai dengan 2 x
300 mg yang secara bertahap ditingkatkan untuk mengontrol rasa sakitnya. Dosis
maksimumnya 2400-3000 mg perhari. Efek samping yang paling sering adalah
nausea, mual, dizziness, fatique dan tremor. Efek samping yang jarang timbul
yaitu rash, infeksi saluran pernafasan, pandangan ganda dan perubahan elektrolit
darah. Seperti obat anti-seizure lainnya, penambahan dan pengurangan obat harus
secara bertahap.
3. Lamotrigine
Lamotrigin berefek pada saluran natrium, menstabilkan membran saraf dan
menghambat pelepasan rangsangan neurotransmiter. Dosis awal 25 mg/hari secara
perlahan meningkat sampai dosis 200 - 400 mg/hari dibagi dua dosis. Efek
samping dapat berupa pusing, mual, penglihatan kabur dan ataksia. Sekitar 7-
10% pasien dapat terjadi ruam pada kulit selama terapi 4 - 8 minggu. Dapat juga
terjadi kelainan berupa deskuamasi atau terkait gejala parah demam atau
limfadenopati indikasi Stevens - Johnson sindrom yang membutuhkan
penghentian segera.
4. Phenitoin
Phenitoin berefek anti konvulsi tanpa menyebabkan depresi umum SSP.
Sifat anti konvulsi obat ini berdasarkan pada penghambatan penjalaran rangsang
LBM II Lidah Kaku Page 13
dari fokus kebagian lain di otak. Penggunaan phenitoin harus hati-hati dalam
mengkombinasikan dengan karbamazepine karena dapat menurunkan dan kadang-
kadang menaikkan kadar phenitoin dalam plasma, sebaiknya diikuti dengan
pengukuran kadar obat dalam plasma.
Phenitoin dapat mengobati lebih dari setengah penderita trigeminal neuralgia
dengan dosis 300-600mg dibagi dalam 3 dosis perhari. Efek samping yang
ditimbulkannya adalah nystagmus, dysarthria, ophthalmoplegia dan juga
mengantuk serta kebingungan. Efek lainnya adalah hiperplasia gingiva dan
hypertrichosis.
5. Baklofen
Baklofen tidaklah seefektif karbamazepine atau phenytoin, tetapi dapat
dikombinasi dengan obat-obat tersebut. Obat ini berguna pada pasien yang baru
terdiagnosa dengan rasa nyeri relatif ringan dan tidak dapat mentoleransi
karbamazepine.. Dosis untuk menghilangkan rasa sakit secara komplit 40-80 mg
perhari. Baklofen memiliki durasi yang pendek sehingga penderita trigeminal
neuralgia yang berat membutuhkan dosis setiap 2-4 jam.
Efek samping yang paling sering timbul karena pemakaian baklofen adalah
mengantuk, pusing, nausea dan kelemahan kaki. Baklofen tidak boleh dihentikan
secara tiba-tiba setelah pemakaian lama karena dapat terjadi halusinasi atau
serangan jantung.
6. Gabapentin
Dosis yang dianjurkan 1200-3600 mg/hari. Obat ini hampir sama efektifnya
dengan karbamazepine tetapi efek sampingnya lebih sedikit. Dosis awal biasanya
3x300 mg/hari dan ditambah hingga dosis maksimal. Reaksi merugikan paling
sering adalah somnolen, ataksia, fatique dan nystagmus. Seperti semua obat,
penghentian secara cepat harus dihindari.
b. Terapi Pembedahan
Terapi farmakologik umumnya efektif akan tetapi ada juga pasien yang
tidak bereaksi atau timbul efek samping yang tidak diinginkan maka diperlukan
terapi pembedahan.
LBM II Lidah Kaku Page 14
Beberapa situasi yang mengindikasikan untuk dilakukannya terapi pembedahan
yaitu: (1) Ketika pengobatan farmakologik tidak menghasilkan penyembuhan
yang berarti, (2) Ketika pasien tidak dapat mentolerir pengobatan dan gejala
semakin memburuk, (3) Adanya gambaran kelainan pembuluh darah pada MRI.
Tindakan operatif yang dapat dilakukan adalah prosedur ganglion gasseri,
terapi gamma knife dan dekompresi mikrovaskuler. Pada prosedur perifer
dilakukan blok pada nervus trigeminus bagian distal ganglion gasseri yaitu dengan
suntikan streptomisin, lidokain, alkohol . Prosedur pada ganglion gasseri ialah
rhizotomi melalui foramen ovale dengan radiofrekuensi termoregulasi, suntikan
gliserol atau kompresi dengan balon ke dalam kavum Meckel. Terapi gamma
knife merupakan terapi radiasi yang difokuskan pada radiks nervus trigeminus di
fossa posterior. Dekompresi mikrovaskuler adalah kraniotomi sampai nervus
trigeminus difossa posterior dengan tujuan memisahkan pembuluh darah yang
menekan nervus trigeminus.
2.10 Bagaimana diagnosis banding dari neuralgia trigeminal
Diagnosis
BandingPersebaran
Karakteristik
Klinis
Faktor yang
Meringankan/
Memperburuk
Penyakit yang
Dihubungkan
Tata
Laksana
Neuralgia
Trigemina
l
Daerah
persarafan
cabang IIdan
IIInervus
trigeminus,
unilateral
Laki- laki/
perempuan =
1:3,
Lebih dari 50
tahun,
Paroksismal
(10-30 detik),
nyeri bersifat
menusuk-nusuk
atau sensasi
terbakar,
persisten selama
berminggu-
Titik-titik
rangsang sentuh,
mengunyah,
senyum, bicara,
dan menguap
Idiopatik
Skeloris
multipel pada
dewasa muda
Kelainan
pembuluh darah
Tumor nervus V
Carbamaz
epine
Phenytoin
Gabapenti
n
Injeksi
alkohol
Koagulasi
atau
dekompres
i bedah
LBM II Lidah Kaku Page 15
minggu atau
lebih,
Ada titik-titik
pemicu,
Tidak
ada paralisis
motorik maupun
sensorik.
Neuragia
Fasial
Atipik
Unilateral
atau bilateral,
pipi atau
angulus
nasolabialis,
hidung
bagian dalam
Lebih banyak
ditemukan pada
wanita usia 30-
50 tahun
Nyeri hebat
berkelanjutan
umumnya pada
daerah maksila
Tidak ada Status ansietas
atau depresi
Histeria
Idiopatil
Anti
ansietas
dan anti
depresan
Neuralgia
Postherpet
ikum
Unilateral
Biasanya
pada daerah
persebaran
cabang
oftalmikus
nervus V
Riwayat herpes
Nyeri seperti
sensasi terbakar,
berdenyut-
denyut
Parastesia,
kehilangan
sensasi sensorik
keringat
Sikatriks pada
kulit
Sentuhan,
pergerakan
Herpes Zoster Carbamaz
epin, anti
depresan
dan sedatif
LBM II Lidah Kaku Page 16
Sindrom
Costen
Unilateral,
dibelakang
atau di depan
telinga,
pelipis, wajah
Nyeri berat
berdenyut-
denyut
diperberat oleh
proses
mengunyah,
Nyeri tekan
sendi temporo-
mandibula,
Maloklusi atau
ketiadaan molar
Mengunyah,
tekanan sendi
temporomandib
ular
Ompong,
arthritis
rematoid
Perbaikan
geligi,
operasi
pada
beberapa
kasus
Neuralgia
Migreno-
sum
Orbito-
frontal,
rahang atas,
angulus
nasolabial
Nyeri kepala
sebelah
Alkohol pada
beberapa kasus
Tidak ada Ergotamin
sebagai
profilaksis
LBM II Lidah Kaku Page 17
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada skenario, kelompok kami menyimpulkan bahwa kelainan
yang terdapat dan yang lebih mengarah pada skenario adalah neuralgia
trigeminal, karena pada skenario, keluhan seperti nyeri pada pipi dan lidah kaku
sebelah kiri, nyerinya yang khas seperti tertusuk-tusuk, dan nyeri yang muncul
jika mengunyah makanan, sesuai dan merupakan gambaran klinis dari neuralgia
trigeminal. Neuralgia trigeminal merupakan suatu keluhan serangan nyeri wajah
satu sisi yang berulang, disebut neuralgia trigeminal, karena nyeri di wajah ini
terjadi pada satu atau lebih saraf dari tiga cabang saraf Trigeminal. Rasa nyeri
disebabkan oleh terganggunya fungsi saraf trigeminal sesuai dengan daerah
distribusi persarafan salah satu cabang saraf trigeminal yang diakibatkan oleh
berbagai penyebab.
3.2 Saran
a. Bagi mahasiswa diharapkan makalah ini dapat dijadikan sebagai tolak
ukur dalam penyusunan makalah selanjutnya. Sehingga apabila terdapat
kekurangan dalam penyususnan makalah ini, penulis dapat
mempelajarinya lebih lanjut dan dapat dilakukan penyusunan makalah
yang lebih baik lagi.
b. Bagi mahasiswa diharapkan dapat mempelajari lebih dalam lagi tentang
nuralgia trigeminal.
LBM II Lidah Kaku Page 18
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Diane C., Hackley, JoAnn C. 2000. “Buku Saku dari Brunner &
Suddarth.” Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Marjono, Mahar & Priguna, Sidharta., 1998. “Neurologi Klinis Dasar.” Jakarta:
Dian Rakyat
Pearce, Evelyn c. 2009. “Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis.” Jakarta:
Gramedia.
Meliala dkk .2001. “Nyeri Neuropatik: Patofisiologi dan Penatalaksanaan.”
Jakarta; PERDOSSI.
Rabinovich, A. Fang Y., Scrivani, S., 2000. “Diagnosis and Management of
Trigeminal Neuralgia.” Columbia: Dental Review.
LBM II Lidah Kaku Page 19