isi

36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hospitalisasi merupakan perawatan yang dilakukan dirumah sakit dan dapat menimbulkan trauma dan stress pada klien yang baru mengalami rawat inap dirumah sakit. Hospitalisasi dapat diartikan juga sebagai suatu keadaan yang memaksa seseorang harus menjalani rawat inap di rumah sakit untuk menjalani pengobatan maupun terapi yang dikarenakan klien tersebut mengalami sakit. Pengalaman hospitalisasi dapat mengganggu psikologi seseorang terlebih bila seseorang tersebut tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya di rumah sakit. Pengalaman hospitalisasi yang dialami klien selama rawat inap tersebut tidak hanya mengganggu psikologi klien, tetapi juga akan sangat berpengaruh pada psikososial klien dalam berinteraksi terutama pada pihak rumah sakit termasuk pada perawat.

Upload: malaykathitam

Post on 15-Jan-2016

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Isi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang

Hospitalisasi merupakan perawatan yang dilakukan dirumah sakit dan dapat

menimbulkan trauma dan stress pada klien yang baru mengalami rawat inap dirumah

sakit. Hospitalisasi dapat diartikan juga sebagai suatu keadaan yang memaksa

seseorang harus menjalani rawat inap di rumah sakit untuk menjalani pengobatan

maupun terapi yang dikarenakan klien tersebut mengalami sakit. Pengalaman

hospitalisasi dapat mengganggu psikologi seseorang terlebih bila seseorang tersebut

tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya di rumah sakit. Pengalaman

hospitalisasi yang dialami klien selama rawat inap tersebut tidak hanya mengganggu

psikologi klien, tetapi juga akan sangat berpengaruh pada psikososial klien dalam

berinteraksi terutama pada pihak rumah sakit termasuk pada perawat.

Masalah yang dapat ditimbulkan dari hospitalisasi biasanya berupa cemas,

rasa kehilangan, dan takut akan tindakan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit, jika

masalah tersebut tidak diatasi maka akan mempengaruhi perkembangan psikososial,

terutama pada anak-anak. Masalah tersebut akan berpengaruh pada pelayanan

keperawatan yang akan diberikan, karena yang mengalami masalah psikososial akibar

hospitalisasi cenderung tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan di rumah sakit.

Hal ini tentu saja akan menyebabkan terganggunya interaksi baik dari perawat

maupun tim medis lain di rumas sakit.

Page 2: Isi

Untuk mencegah supaya masalah hospitalisasi teratasi maka peran perawat

adalah tetap memberikan dukungan (support) dan dorongan kepada klien yang

efektif agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan tetap menjaga kepercayaan

klien agar klien tidak merasa takut akan tindakan yang akan dilakukan oleh perawat.

Selain itu perawat juga berperan sebagai promotif yang memberikan pandangan pada

keluarga agar selalu setia mendampingi dan memberi perhatian lebih pada klien yang

sedang menjalani perawatan di rumah sakit. Hal ini menjadi salah satu pendukung

karena kehadiran orang terdekat dapat mengurangi rasa cemas maupun jenuh selama

klien mengalami perawatan.

1.2     Tujuan Penulisan

1)    Tujuan Umum

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu mengetahui

asuhan keperawatan pada klien yang mengalami hospitalisasi

2)    Tujuan Khusus

(1) Menjelaskan konsep dasar hospitalisasi

(2) Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada klien hospitalisasi secara

teoritis

Page 3: Isi

1.3   Ruang lingkup penulisan

Ruang lingkup dari penulisan makalah ini, yaitu asuhan keperawatan pada

klien dengan hospitalisasi yang mencakup konsep dasar dan asuhan keperawatan

hospitalisasi secara teoritis

1.4    Metode Penulisan

Metode penulisan pada makalah ini dengan metode deskriptif dan melalui

pengumpulan literatur dari berbagai sumber. Dalam penyampaian ini kami

menggunakan metode presentasi supaya audient dapat dengan mudah mencerna

materi ini

1.5    Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada makalah ini yaitu :

BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, metode

penulisan, dan sistematika Penulisan.

BAB II : Tinjauan Teoritis tentang konsep dasar hospitalisasi, dan asuhan

keperawatan pada klien dengan hospitalisasi secara teoritis .

BAB III : Penutup terdiri dari Kesimpulan dan Saran

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Isi

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Hospitalisasi

Pada bab ini penulis akan membahas dan menjelaskan tentang gangguan

psikososial yang diakibatkan oleh proses hospitalisasi. Penjabarannya adalah sebagai

berikut.

1) Pengertian Hospitalisasi

Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang

berencana atau darurat, mengharuskan klien untuk tinggal dirumah sakit, menjalani

terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali kerumah. Selama proses

tersebut anak dan orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut

beberapa penelitian ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat traumatic dan penuh

dengan stress, ( Supartini, 2004 hal : 188 ).

Hospitalisasi merupakan pengalaman yang penuh tekanan, utamanya karena

perpisahan dengan lingkungan normal dimana orang lain berarti, seleksi perilaku

koping terbatas, dan perubahan status kesehatan ( Potter & Perry, 2005, hal : 665 )

Rasa bersalah ( Wong, 2000, dalam Supartini, 2004, hal : 188 ). Perasaan

tersebut dapat timbul karena menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah

dialami sebelumnya, rasa tidak aman dan tidak nyaman, perasaan kehilangan sesuatu

yang biasa dialaminya dan sesuatu yang dirasakan menyakitkan. Tidak hanya anak,

Page 5: Isi

orang tua juga mengalami hal yang sama. (Supartini, 2004 hal : 188 ).Berbagai

perasaan yang sering muncul pada anak, yaitu : cemas, marah, sedih, dan takut.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang tua mengalami kecemasan

yang tinggi saat perawatan anaknya dirumah sakit walaupun beberapa orang tua juga

dilaporkan tidak mengalami karena perawatan anak dirasakan dapat mengatasi

permasalahannya (Hallstrom dan Ellander, 1997. Brewis, E. 1995, dalam Supartini

2004: 188 ).

Apabila anak stress selama dalam perawatan, orang tua menjadi stress pula,

dan stress orang tua akan membuat tingkat stress anak semakin meningkat ( Supartini,

2004 hal : 188 ).

Anak adalah bagian dari kehidupan orang tuanya sehingga apabila ada

pengalaman yang mengganggu kehidupannya maka orang tua pun merasa sangat

stress ( Brewis ,1995, dalam Supartini hal : 188 ).

Proses hospitalisasi dapat menimbulkan trauma atau dukungan, bergantung

pada institusi, sikap keluarga dan teman, respon staf, dan jenis penerimaan masuk

rumah sakit. ( Stuart, 2007, hal :102 )

Jadi, dapat disimpulkan bahwa hospitalisasi ini merupakan perawatan yang

dilakukan selama dirumah sakit dimana terdapat rasa penekanan akan sesuatu yang

baru dan belum bisa menerima keadaan dan hospitalisasi juga dapat menimbulkan

rasa tidak nyaman serta stress yang bisa dialami oleh klien maupun keluarga.

Page 6: Isi

2.2 Macam – macam hospitalisasi

Macam-macam hospitalisasi adalah menurut Lyndon (1995, dikutip oleh

Supartini 2004, hal 189),, Sebagai berikut :

1) Hospitalisasi Informal

Perawatan dan pemulangan dapat diminta secara lisan, dan pasien dapat

meninggalkan tempat pada tiap waktu, bahkan jika menentang dengan nasehat medis.

Sebagian besar pasien medis dan bedah dirawat secara informal.

2) Hospitalisasi Volunter

Hospitalisasi volunter memerlukan permintaan tertulis untuk perawatan dan

untuk pemulangan. Setelah pasien meminta pulang, dokter dapat mengubah

hospitalisasi volunter menjadi hospitalisasi involuter.

3) Hospitalisasi Involunter

Hospitalisasi Involunter adalah sangat membatasi otonomi dan hak pasien.

Keadaan ini tidak memerlukan persetujuan pasien dan seringkali digunakan untuk

pasien yang berbahaya bagi dirinya sendiri dan orag lain. Hospitalisasi Involunter

memerlukan pengesahan (sertifikasi) oleh sekurang-kurangya dua dokter; pengesahan

dapat berlaku sampai 60 hari dan dapat diperbaharui. Keadaan ini mungkin diminta

oleh pegadilan sebagai jawaban atas permohonan dari rumah sakit atau anggota

keluarga.

4) Hospitalisasi Gawat Darurat

Hospitalisasi Gawat Darurat (sementara atau persetujuan satu orang dokter)

adalah bentuk yang mirip dengan komitmen involunter yang memrluka pengesahan

atau sertifikasi hanya oleh satu orang dokter; pengesahan berlaku selama 15 hari.

Page 7: Isi

Pasien harus diperiksa oleh dokter kedua dalam 48 jam untuk menegakkan perluya

perawatan gawat darurat. Setelah 15 hari, pasien harus dipulangkan, diubah menjadi

status involunter, atau diubah menjadi status volunter.

2.3 Rentang Respon hospitalisasi

Menurut Supartini ( 2004, hal : 189 ), berbagai macam perilaku yang dapat

ditunjukkan klien dan keluarga sebagai respon terhadap perawatannya dirumah sakit,

sebagai berikut :

1) Reaksi anak terhadap hospitalisasi

Setelah dikemukan diatas, anak akan menunjukkan berbagai perilaku

sebagai reaksi terhadap pengalaman hospitalisasi. Reaksi tersebut bersifat

individual, dan sangat bergantung pada tahapan usia perkembangan anak,

pengalaman sebelumnya terhadap sakit, system pendukung yang tersedia, dan

kemampuan koping yang dimilkinya, pada umumnya, reaksi anak terhadap sakit

adalah kecemasan karena perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh, dan rasa nyeri.

Berikut ini reaksi anak terhadap hospitalisai sesuai dengan tahapan

perkambangannya.

(1) Masa bayi ( 0 – 1 tahun )

Masalah utama terjadi adalah karena dampak dari perpisahan dengan

orang tua sehingga ada gangguan pembentukkan rasa percaya dan kasih sayang.

Pada anak usia lebih dari 6 bulan terjadi stranger anxiety atau cemas atau cemas

apabila berhadapan dengan orang yang tidak dikenalnya dan cemas karena

Page 8: Isi

perpisahan. Reaksi yang sering muncul pada anak ini adalah menangis, marah,

dan banyak melakukan gerakan sebagai sikap stranger anxiety.

(2) Masa todler ( 2-3 tahun )

Anak usia todler bereaksi terhadap hospitalisasi sesuai dengan sumber

stresnya. Sumber stress yang utama adalah cemas akibat perpisahan. Respon

perilakunya sesuai dengan tahapannya :

1. Tahap protes, perilaku yang ditunjukkan adalah menangis kuat, menjerit

memanggil orang tuanya dan menolak perhatian yang diberikan oleh orang lain.

2. Tahap putus asa, perilaku yang ditunjukan adalah menagis berkurang,

anak tidak aktif, kurang menunjukan minat untuk bermain dan makan, sedih, dan

apatis

3. Tahap pengingkaran, perilaku yang ditunjukan adalah secara samar

mulai menerima perpisahan, membina hubungan secara dangkal, dan anak mulai

terlihat menyukai lingkungannya.

(3) Masa prasekolah ( 3-6 tahun )

Perawatan anak dirumah sakit memaksa anak untuk berpisah dari

lingkungan yang dirasakannya aman, penuh kasih sayang, dan menyenangkan,

yaitu lingkungan rumah, permainan, dan teman sepermainannya. Reaksi terhadap

perpisahan yang ditunjukan anak usia prasekolah adalah dengan menolak makan,

sering bertanya, menangis walaupun secara perlahan, dan tidak kooperatif

Page 9: Isi

terhadap tenaga kesehatan, perawatan dirumah sakit mengakibatkan anak

kehilangan control terhadap dirinya

(4) Masa sekolah (6-12 tahun )

Perawatan dirumah sakit memaksa anak untuk berpisah dengan lingkungan

yang dicintainya, yaitu keluarga dan terutama pada kelompok sosialnya yang

dapat menimbulkan kecemasan. Kehilangan control juga terjadi akibat dirawat

dirumah sakit karena adanya pembatasan aktivitas. Kehilangan control tersebut

berdampak pada perubahan peran dalam keluarga, anak kehilangan kelompok

sosialnya karena ia biasa melakukan kegiatan bermain atau pergaulan social,

perasaan takut mati, dan adanya kelemahan fisik.

(5) Masa remaja (12 – 18 tahun )

Perawatan dirumah sakit menyebabkan timbulnya rasa cemas karena harus

berpisah dengan teman sebayanya. Telah diuraikan pada kegiatan belajar

sebelumnya bahwa anak remaja begitu percaya dan sering kali terpengaruh oleh

kelompok sebayanya (geng). Apabila harus dirawat dirumah sakit anak akan

merasa kehilangan dan timbul perasaan cemas karena perpisahan tersebut.

Pembatasan aktivitas dirumah sakit membuat anak kehilangan control terhadap

dirinya dan bergantung pada keluarga atau petugas kesehatan dirumah sakit.

Reaksi yang sering muncul pada terhadap pembatasan aktivitas ini adalah

menolak perawatan atau tindakan yang dilakukan padanya atau anak tidak mau

Page 10: Isi

kooperatif dengan petugas kesehatan atau menarik diri dari keluarga, sesama

pasien dan petugas kesehatan ( isolasi ).

2) Reaksi keluarga terhadap hospitalisasi

Reaksi yang terjadi akibat pasien yang dirumah sakit adalah sebagai

berikut:

(1) Perasaan cemas dan takut

1. Rasa cemas paling tinggi dirasakan keluarga pada saat menunggu informasi

tentang diagnosis penyakit pasien (Supartini, 2000 dikutip oleh Supartini 2004

hal. 193)

2. Rasa takut muncul pada keluarga terutama akibat takut kehilangan pasien

pada kondisi sakit yang terminal (Brewis, 1995 dikutip oleh Supartini 2004

hal. 193).

3. Perilaku yang sering ditunjukan keluarga berkaitan dengan adanya perasaan

cemas dan takut ini adalah : sering bertanya atau bertanya tentang hal sama

berulang-ulang pada orang yang berbeda, gelisah, ekspresi wajah tegang dan

bahkan marah (Supartini, 2000 dikutip oleh Supartini 2004 hal. 193).

(2) Perasaan sedih

Perasaan sedih yang dialami keluarga menurut Supartini (2000, dikutip oleh

Supartini, 2004 hal.193), adalah sebagai berikut :

1. Perasaan ini muncul terutama pada saat pasien dalam kondisi terminal dan

keluarga mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan bagi pasien untuk sembuh.

Page 11: Isi

2. Pada kondisi ini keluarga menunjukkan perilaku isolasi atau tidak mau

didekati orang lain, bahkan bisa tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan.

(3) Perasaan frustrasi

Perasaan frustasi yang dirasakan menurut Supartini (2004, hal. 193-194),

adalah sebagai berikut :

1. Pada kondisi pasien yang telah dirawat cukup lama dan dirasakan tidak

mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan psikologis yang diterima

keluarga, baik dari keluarga maupun kerabat lainnya maka keluarga akan merasa

putus asa, bahkan frustrasi.

2. Sering kali keluarga menunjukkan perilaku tidak kooperatif, putus asa,

menolak tindakan, bahkan menginginkan pulang paksa. (Supartini, 2004).

2.4 Manfaat hospitalisasi

Menurut Supartini (2004, hal : 198) manfaat hospitalisasi, sebagai berikut :

1) Membantu perkembangan keluarga dan pasien dengan cara memberi kesempatan

keluarga mempelajari reaksi pasien terhadap stresor yang dihadapi selama perawatan

di Rumah sakit

2) Hospitalisasi dapat dijadikan media untuk belajar. Untuk itu perawatan dapat

memberi kesempatan pada keluarga untuk belajar tentang penyakit, prosedur,

penyembuhan, terapi, dan perawatan pasien.

3) Untuk meningkatkan kemampuan kontrol diri dapat dilakukan dengan memberi

kesempatan pada pasien mengambil keputusan, tidak terlalu bergantung pada orang

Page 12: Isi

lain dan percaya diri. Berikan juga penguatan yang positif dengan selalu memberikan

pujian atas kemampuan klien dan keluarga dan dorong terus untuk meningkatkannya

4) Fasilitasi klien untuk tetap menjaga sosialisasinya dengan sesame klien yang ada,

teman sebaya atau teman sekolah. Berikan kesempatan padanya untuk saling kenal

dan membagi pengalamannya. Demikian juga interaksi dengan petugas kesehatan dan

keluarga harus difasilitasi oleh perawat karena selama dirumah sakit klien dan

keluarga mempunyai kelompok yang baru

2.5 Dampak Hospitalisasi

Menurut Asmadi (2008, hal : 36) secara umum hospitaisasi menimbulkan

dampak pada lima aspek,yaitu privasi,gaya hidup,otonomi diri,peran,dan ekonomi.

1) Privasi

Privasi dapat diartika sebagai refleksi perasaan nyaman pada diri seseorang

dan bersifat pribadi. Bisa dikatakan,privasi adalah suatu hal yang sifatnya pribadi.

Sewaktu dirawat di rumah sakit klien kehilangan sebagian privasinya.

2) Gaya Hidup

Klien yang dirawat di rumah sakit seringkali mengalami perubahan pola gaya

hidup. Hal ini disebabkan oleh perubahan situasi antara rumah sakit dan rumah

tempat tinggal klien. Juga oleh perubahan kondisi kesehatan klien. Aktifitas hidup

yang klien jalani sewaktu sehat tentu berbeda aktifitas yang dijalaninya di rumah

sakit. Apalagi jika yang dirawat adalah seorang pejabat.

Page 13: Isi

3) Otonomi

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,individu yang sakit dan dirawat di

rumah sakit berada dalam posisi ketergantungan. Artinya ia akan “pasrah” terhadap

tindakan apa pun,yang dilakukan oleh petugas kesehatan demi mencapai keadaan

sehat. Ini menunjukkan bahwa klien yang dirawat di rumah sakit,akan mengalami

peruahan otonomi.

4) Peran

Peran dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan oleh individu

sesuai dengan status sosialnya. Jika ia seorang perawat,peran yang diharapkannya

adalah peran sebagai perawat,bukan sebagai dokter. Perubahan terjadi akibat

hospitalisasi ini tidak hanya berpengaruh pada individu,tetapi juga pada keluarga.

Perubahan yang terjadi antara lain :

(1) Perubahan peran

Jika salah seorang anggota keluarga sakit,akan terjadi perubahan peran

dalam keluarga.

(2) Maslah keuangan

Keuangan keluarga akan terpengaruh oleh hospitalisasi,keuangan yang

sedianya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga akhirnya

digunakan untuk keperluan klien yang dirawat.

(3) Kesepian

Suasana rumah akan berubah jika ada salah seorang anggota keluarga

dirawat. Keseharian keluarga yang biasanya dihiasi dengan

Page 14: Isi

keceriaan,kegembiraan,dan senda gurau,anggotanya tiba-tiba diliputi oleh

kesedihan.

(4) Perubahan kebiasaan sosial

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat. Karenanya,

keluarga pun mempunyai kebiasaan dalam lingkup sosialnya.

Sewaktu sehat, keluarga mampu berperan serta dalam kegiatan sosial. Akan

tetapi, saat salah seorang anggota keluarga sakit, keterlibatan keluarga dalam

aktivitas sosial dimasyarakat pun mengalami perubahan.

2.6 Mengatasi dampak hospitalisasi

Menurut Supartini (2004, hal. 196), cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi

dampak hospitalisasi adalah sebagai berikut :

1) Upaya meminimalkan stresor :

Upaya meminimalkan stresor dapat dilakukan dengan cara mencegah atau

mengurangi dampak perpisahan, mencegah perasaan kehilangan kontrol dan

mengurangi/ meminimalkan rasa takut terhadap pelukaan tubuh dan rasa nyeri

2) Untuk mencegah/meminimalkan dampak perpisahan dapat dilakukan dengan

cara :

(1) Melibatkan keluarga berperan aktif dalam merawat pasien dengan cara

membolehkan mereka tinggal bersama pasien selama 24 jam (rooming in).

(2) Jika tidak mungkin untuk rooming in, beri kesempatan keluarga untuk

melihat pasien setiap saat dengan maksud mempertahankan kontak antar mereka.

Page 15: Isi

(3) Modifikasi ruangan perawatan dengan cara membuat situasi ruangan rawat

perawatan seperti di rumah dengan cara membuat dekorasi ruangan.

2.7 Asuhan Keperawatan Teoritis Klien Dengan Hospitalisasi

1) Pengkajian

(1) Pada pengkajian biodata atau identitas klien dapat kita kaji meliputi: Nama,

Umur, Jenis kelamin (L/P), Nomor CM, Ruang rawat, Tanggal masuk MRS.

(2) Penanggung Jawab klien meliputi: Orag tua, Wali, atau,Orang lain

(3) Faktor predisposisi

1.Tanyakan riwayat penyakit masa lalu klien yang pernah diderita dan

trauma yang pernah dialami seperti aniaya fisik, aniaya sexual, penolakan,

kekerasan dalam keluarga, tindakan kriminal, dan lain-lain, sehingga

menyebabkan dia harus masuk rumah sakit atau hospitalisasi dan juga tanyakan

pengobatan seperti apa yang pernah dilakukan klien.

2. Kemudian tanyakan pada klien apakah didalam anggota keluarganya

ada yang mengalami gangguan jiwa.

3.Kaji juga pengalaman yang tidak menyenangkan yang pernah dialami

oleh klien.

(4) Pemeriksaan fisik

1.Tanda Vital meliputi: tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi.

2. Ukur berat badan dan tinggi badan.

3. Perkembangan

Page 16: Isi

Bertujuan untuk mengidentifikasikan tingkat perkembangan saat ini dan

keterampilan yang dicapai.

(5) Observasi respon terhadap hospitalisasi

Bertujuan untuk mengidentifikasikan perilaku koping saat ini dan

intesitas mereka.

(6) Riwayat penyakit, hospitalisasi dan perpisahan sebelumnya.

Bertujuan untuk mengidentifikasikan pola koping sebelumnya dan

pengaruh koping tersebut.

(7) Riwayat pengobatan

Bertujuan untuk mengidentifikasikan keseriusan masalah dan

pengaruhnya pada perkembangan kemampuan.

(8) Persepsi tentang penyakit.

Bertujuan untuk mengidentifikasikan pemahaman pasien saat ini

tentang penyakit dan alasan hospitalisasi.

(9) Sistem pendukung yang tersedia

Bertujuan untuk mengidentifikasikan tersedianya dan kesediaan

keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan dan pemberian dukungan.

(10) Koping keluarga

Bertujuan untuk menggambarkan kemampuan keluarga apakah

memperlihatkan perilaku distruktif yang jelas atau terselubung atau juga

menunjukkan adaptasi merusak terhadap stressor.

Page 17: Isi

(11) Ketakutan, kecemasan dan kesedihan keluarga

Bertujuan untuk mengidentifikasikan apakah keluarga mengalami

suatu perasaan gangguan fisiologis ataupun emosional yang berhubungan

dengan suatu sumber yang dapat diidentifikasi yang dirasakan membahayakan

pasien saat dirawat dihospitalisasi.

2) Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat berdasarkan Perry & Potter

(2002, hal. 670), adalah sebagai berikut :

(1) Ketakutan berhubungan dengan lingkungan rumah sakit yang menakutkan

dan perpisahan dengan keluarga.

(2) Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan sistem pendukung

yang tidak adekuat

Sedangkan diganosa keperawatan yang dapat diangkat menurut Lynda

Juall Carpenito (1998, hal. 9-14 & hal. 112-114), adalah sebagai berikut:

1. Ansietas berhubungan dengan kehilangan orang terdekat aktual atau

yang dirasakan sekunder terhadap; perpisahan sementara.

2. Kurang aktivitas berhubungan dengan perawatan dirumah sakit dalam

waktu lama.

Page 18: Isi

3) Rencana Keperawatan

Rencana asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa Perry & Potter

(2002, hal. 670), adalah sebagai berikut :

(1) Ketakutan berhubungan dengan lingkungan rumah sakit yang menakutkan dan

perpisahan dengan keluarga.

1. Tujuan:

Pasien akan mengatasi secara efektif rasa takut yang

dihubungkan dengan hospitalisasi.

2. Kriteria Hasil:

1) Salah satu dari keluarga tetap tinggal bersama pasien

2) Keluarga ikut berpartisipasi dalam pemberian makan,

kebersihan dan kegiatan pasien sehari-hari.

3.  Intervensi & Rasional:

1) Beri dorongan kepada keluarga untuk menetap kedalam

ruangan dengan pasien atau meminta anggota keluarga lain untuk

bersama pasien.

Rasional: Keluarga dapat memberikan rasa aman dan mencegah dari

perkembangan dari ketidakpercayaan.

2) Tanyakan kepada keluarga bagaimana mereka berharap

untuk berpartisipasi dalam perawatan pasien

Page 19: Isi

Rasional: Untuk mengurangi kecemasan dan ketakutan keluarga

maupun pasien

3) Orientasikan keluarga pada divisi, suplai dan lingkungan

keperawatan

Rasional: Lingkungan yang asing akan mengancam kepercayaan

keluarga dan menimbulkan kelemahan terhadap layanan keperawatan

yang diberikan.

(2)  Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan sistem pendukung

yang tidak adekuat.

1. Tujuan dan Kriteria Hasil:

1) Mengidentifikasikan respons-respons yang membahayakan atau

mengabaikan

2) Mengungkapkan kebutuhan akan bantuan dalam mengatasi situasi

3) Menghubungi sumber-sumber komunitas yang tersedia.

2. Intervensi & Rasional:

1) Terima perilaku agresif

Rasional: Perilaku awal yang nyaman memberikan rasa aman

2) Jelaskan kepada keluarga bahwa perilaku ini normal

Rasional: Penjelasan akan membuat keluarga tahu bahwa ini adalah

perilaku koping

Page 20: Isi

3) Berikan kesempatan kepada pasien untuk keluar menghilangkan

rasa takut dan perasaannya.

Rasional: Media ini merupakan cara pasien untuk mengekspresikan

perasaan dari dalam.

Sedangkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa Lynda Juall

Carpenito (1998, hal. 9-14 & hal.112 -114), adalah sebagai berikut:

1) Ansietas berhubungan dengan kehilangan orang terdekat aktual atau yang

dirasakan sekunder terhadap; perpisahan sementara.

(1) Tujuan dan Kriteria Hasil

1. Menggambarkan ansietas dan pola kopingnya

2. Menghubungkan peningkatan psikologi dan kenyamanan fisiologis

3. Menggunakan mekanisme koping yang efektif dalam menangani

ansietas, seperti yang ditunjukkan.

(2) Intervensi dan Rasional

1. Kaji ansietas : ringan, sedang, berat, panik

2. Memberikan kenyamanan dan ketentraman hati

3. Singkirkan stimulasi yang berlebihan, batasi kontak dengan orang lain

atau keluarga yang juga mengalami cemas

4. Bantu klien yang sedang marah: identifikasi adanya marah.

5. Bila berkenan, berikan aktivitas yang dapat mengurangi ketegangan.

Page 21: Isi

2)  Kurag aktivitas berhubungan dengan perawatan dirumah sakit dalam waktu lama.

(1) Tujuan dan Kriteria Hasil

1. Menceritakan perasaan bosan dan mendiskusikan metode tentang cara

menemukan aktivitas yang dapat menghibur

2. Menceritakan metode koping dengan perasaan marah atau defresi

yang disebabkan oleh kebosanan

3. Melaporkan adanya suatu peningkatan dalam aktivitas yang

menyenangkan

(2) Intervensi dan Rasional

1. Rangsang motivasi dengan memperlihatkan minat dan mendorong

untuk dapat saling berbagi perasaan-perasaan dan pengalaman-

pengalaman

2. Bantu individu untuk mengatasi perasaan-perasaan marah dan

berduka

3. Libatkan individu dalam merencanakan rutinitas sehari-hari

4. Rencanakan waktu untuk para pengunjung.

Page 22: Isi

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hospitaliasi merupakan hal yang tidak menyenangkan bagi pasien dan

keluarga karena disana mereka akan berpisah dan perpisahan tersebut dapat

menyebabkan adanya kekhawatiran, kecemasan dan ketakutan dari kedua belah pihak

baik itu keluarga maupun pasien itu sendiri. Harus diingat juga bahwa apabila pasien

stress selama dalam perawatan, keluarga menjadi stress pula, dan stress keluarga akan

membuat tingkat stress pasien semakin meningkat karena pasien adalah bagian dari

kehidupan keluarga nya sehingga apabila ada pengalaman yang mengganggu

kehidupannya, keluarga pun merasa sangat stress. Dengan demikian, perawatan tidak

hanya berfokus pada pasien, tetapi juga pada keluarga.

Apabila perawat sudah memahami dampak dan akibat dari hospitalisasi maka

hendaknya kita sudah mengantisipasi dengan cara memberikan koping yang positif

kepada pasien dan keluarga agar tidak terjadi hal-hal seperti diatas. Dan tidak hanya

itu, apabila sudah mengalami tanda-tanda diatas maka yang seharusnya dilakukan

adalah dengan mengatasi stress, ansietas, ketakutan dan bahkan kesedihan yang

dialami pasien dan keluarga.

Page 23: Isi

3.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penyusun mengambil saran dalam

rangka meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan. Saran-saran adalah sebagai

berikut :

1) Untuk Keluarga

Apabila sudah mengetahui dan memahami akibat yang akan dilakukan oleh

pasien akibat hospitalisasi, maka sebagai orang terdekat dengan pasien harus

memberikan support dan dorongan yang efektif kepada pasien agar tidak terjadi hal-

hal yang tidak diinginkan.

2) Untuk Perawat

Bagi seorang perawat sebaiknya harus memahami dan mengerti baik secara

teoritis maupun praktek tentang hospitalisasi agar dapat menerapkan dan memberikan

pelayanan yang efektif kepada pasien dan keluarga yang mungkin mengalami stress,

cemas, takut, sedih dan bahkan marah

3) Untuk Rumah Sakit

Bagi rumah sakit hendaknya mendekorasi ruangan rumah sakit dengan

seindah mungkin agar pasien tidak merasa takut dan gelisah berada dirumah sakit

serta agar pasien merasa nyaman berada dirumah sakit sehingga hal yang tidak

diinginkan tidak terjadi..

Page 24: Isi

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC

Carpenito, Lynda Juall. (1997). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6. Jakarta: EGC

Perry & Potter.(2002). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta: EGC

Stuart, Gail W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta : EGC.

Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC