ipt- campak
TRANSCRIPT
-
8/2/2019 IPT- campak
1/12
WRAP UP
SKENARIO 2
Ruam Merah Seluruh Tubuh
Kelompok : A-4
Ketua : M. Yudha (1102011149)
Sekretaris : Anindita Tathya (1102011029)
Anggota : 1. Ayu Irma Suryani (1102011056)
2. Kinanti Rizky C (1102011138)
3. Dewi Nadila (1102010070)
4. Ayu Annisa Charantia (1102011055)
5. Denie Rahmad (1102011074)
6. Dewi Rahmita Sari (1102011078)
7. Kinanta (1102011137)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2011/2012
-
8/2/2019 IPT- campak
2/12
LO 1. Mempelajari dan Memahami Virus Campak
1.1 KlasifikasiTABLE 1
GENUS MEMBERS GLYCOPROTEINS
Paramyxovirus
human parainfluenza
virus1 (HPIV 1)
human parainfluenza
virus3 (HPIV 3)
HN, F
Rubulavirus
human parainfluenza
virus2 (HPIV 2)
human parainfluenza
virus4 (HPIV 4)
Mumps virus
HN, F
Morbillivirus measles H, F
Pneumovirusrespiratory syncytial
virusG, F
1.2 Morfologi
Virus campak atau morbilli adalah virus RNA anggota famili paramyxoviridae. Secara
morfologi tidak dapat dibedakan dengan virus lain anggota famili paramyxoviridae. Virion (partikel
virus lengkap, yang utuh secara struktural dan menular) campak terdiri atas nukleokapsid berbentuk
heliks yang dikelilingi oleh selubung virus. Virus campak mempunyai 6 protein struktural, 3
diantaranya tergabung dengan RNA dan membentuk nukleokapsid yaitu; Pospoprotein (P), protein
ukuran besar (L), dan nukleoprotein (N). Tiga protein lainnya tergabung dengan selubung virus yaitu;
protein fusi (F), protein hemaglutinin (H) dan protein matrix (M). Protein F dan H mengalami
glikolisasi (mereduksi atau bahkan merusak fungsi berbagai enzim) sedangkan protein M tidak.
Protein F bertanggung jawab terhadap fusi virus dengan membran sel hospes, yang kemudian diikutidengan penetrasi dan hemolisis. Protein H bertanggung jawab pada hemaglutinasi (penggumpalan sel
darah merah), perlekatan virus, adsorpsi dan interaksi dengan reseptor di permukaan sel hospes.
Protein F dan H bersama-sama bertanggungjawab pada fusi virus dengan membran sel dan membantu
-
8/2/2019 IPT- campak
3/12
masuknya virus. Sedangkan protein M berinteraksi dengan nukleokapsid berperan pada proses
maturasi virus.
1.3 Sifat
Virus campak mempunyai satu tipe antigen (monotype) yang bersifat stabil. Virus campak
mempunyai sedikit variasi genetik pada protein F dan H, sehingga dapat menghindari antibodi
monoklonal ( antibodi yang melawan protein di daerah dan atau sel kanker ) yang spesifik terhadap
protein tersebut. Namun sisa virus yang masih ada, dapat dinetralisasi oleh serapoliklonal. Pada strain
virus campak yang berbeda, variasi genetik juga terjadi pada protein P dan N yang belakangan
diketahui mengandung region yang mengkode residu asam amino C terminal. Sifat infeksius virus
campak ditunjukkan denga tingginya sensitivitas dan aktivitas hemolitiknya.
Virus Campak adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan yang kuat, apabila berada
diluar tubuh manusia virus Campak akan mati. Pada temperatur kamar virus Campak kehilangan 60%
sifat infektisitasnya selama 3 5 hari. Tanpa media protein virus Campak hanya dapat hidup selama 2
minggu dan hancur oleh sinar ultraviolet. Virus Campak termasuk mikroorganisme yang bersifatether labile karena selubungnya terdiri dari lemak, pada suhu kamar dapat mati dalam 20% etherselama 10 menit, dan 50% aseton dalam 30 menit. Sebelum dilarutkan, vaksin Campak disimpan
dalam keadaan kering dan beku, relatif stabil dan dapat disimpan di freezer atau pada suhu lemari es(2-8C; 35,6-46,4F) secara aman selama setahun atau lebih. Vaksin yang telah dipakai harus dibuang
dan jangan dipakai ulang.
1.3 Transmisi
Virus campak mudah menularkan penyakit. Virulensinya sangat tinggi terutama pada anak
yang rentan dengan kontak keluarga, sehingga hampir 90% anak yang rentan akan tertular. Campak
ditularkan melalui droplet di udara oleh penderita sejak 1 hari sebelum timbulnya gejala klinis sampai4 hari sesudah munculnya ruam. Masa inkubasinya antara 10-12 hari. Ibu yang pernah menderita
campak akan menurunkan kekebalannya kepada janin yang dikandungnya melalui plasenta, dan
kekebalannya ini bisa bertahan sampai bayinya 4-6 bulan. Pada usia 9 bulan bayi diharapkan
membentuk antibodinya sendiri secara aktif setelah menerima vaksinasi campak. Dalam waktu 12
hari setelah infeksi campak mencapai puncak titer sekitar 21 hari. IgM akan terbentuk dan cepat
menghilang., hingga akhirnya digantikan oleh IgG. Adanya karier campak sampai sekarang tidak
terbukti. Cakupan imunisasi campak yang lebih dari 90% akan menyebabkan kekebalan kelompok
(herd immunity) dan menurunkan kasus campak di masyarakat.
Test immunoglobulin untuk mengukur level immunoglobulin atau antibodi di dalam darah. Antibodi
adalah protein yang dihasilkan dari sistem imun untuk melawan antigen, seperti bakteri, virus, danracun. Tubuh membentuk bermacam-macam immunoglobulin untuk melawan berbagai antigen.
Macam-macam antibodi adalah :
1. Immunoglobulin A (IgA), konsentrasinya paling tinggi di membran mukosa, lebih spesifiknya
melapisi saluran pernafasan dan gastrointestinal tract, dan juga di saliva dan air mata
2. Immunoglobulin G (IgG), antibodi yang paling melimpah, ditemukan di seluruh cairan tubuh dan
melawan infeksi bakteri dan virus
3. Immunoglobulin M (IgM), ditemukan di darah dan limfe. Pertama kali dibentuk oleh tubuh untuk
melawan infeksi baru
4. Immunoglobulin E (IgE). diasosiasikan dengan reaksi allergi. Ditemukan di paru-paru, kulit dan
membran mukosa
5. Immunoglobulin D (IgD), ada hanya dalam beberapa menit di dalam darah, antibodi yang terakhir
terpakai.
-
8/2/2019 IPT- campak
4/12
LO 2. Mempelajari dan Memahami Campak
2.1 Definisi
Campak atau morbili adalah suatu infeksi virus akut yang memiliki 3 stadium yaitu
(1)Stadium inkubasi yang berkisar antara 10 sampai 12 hari setelah pajanan pertama terhadap virus
dan dapat disertai gejala minimal maupun tidak bergejala, (2)Stadium prodromal yang menunjukkangejala demam, konjungtivitis, pilek, dan batuk yang meningkat serta ditemukannya enantem pada
mukosa (bercak Koplik), dan (3)Stadium erupsi yang ditandai dengan keluarnya ruam makulopapular
yang didahului dengan meningkatnya suhu badan (Phillips, 1983)
Penyakit ini disebabkan oleh virus morbilli; ditularkan melalui sekret pernafasan ataumelalui udara. Virus dalam jumlah sedikit saja dapat menyebabkan infeksi pada individu yang rentan.
Penyakit campak sangat infeksius selama masa prodromal yang ditandai dengan demam, malaise,
mata merah, pilek, dan trakeobronkitis dengan manifestasi batuk.Virus campak atau morbilli adalahvirus RNA anggota famili paramyxoviridae. Secara morfologi tidak dapat dibedakan dengan viruslain anggota famili paramyxoviridae. Virion campak terdiri atas nukleokapsid berbentuk heliksyang dikelilingi oleh selubung virus. Sifat infeksius virus campak ditunjukkan dengan tingginya
sensitivitas dan aktivitas hemolitiknya (Handayani, 2005).
Campak yang termodifikasi
Penyakit campak yang termodifikasi muncul pada orang yang hanya memiliki setengah daya tahan
terhadap campak. Hal tersebut dapat diakibatkan riwayat penggunaan serum globulin maupun pada
anak usia kurang dari 9 bulan karena masih terdapatnya antibodi campak transplasental dari ibu.
Ditandai dengan gejala penyakit yang lebih ringan. Stadium prodromal akan menjadi lebih pendek.
Batuk, pilek dan demam lebih ringan. Bercak Koplik lebih sedikit dan kurang jelas, namun dapat juga
tidak muncul sama sekali. Ruam yang muncul sama dengan infeksi campak klasik, tetapi tidak
bersifat konfluens. Pada beberapa orang, infeksi campak yang termodifikasi ini dapat tidak
memberikan gejala apapun (Cherry, 2004).
Campak atipikal
Didefinisikan sebagai sindroma klinik yang muncul pada orang yang sebelumnya telah kebal akibat
terpajan pada infeksi campak alamiah. Biasanya muncul pada orang yang telah mendapat vaksin dari
virus campak yang dimatikan
Masa inkubasi dari campak atipikal sama seperti pada campak yang tipikal yaitu sekitar 7 hingga 14
hari. Stadium prodromal ditandai dengan demam tinggi yang mendadak (39,5C sampai 40,6C) dan
biasanya sakit kepala. Bisa juga didapatkan gejala nyeri perut, mialgia, batuk non-produktif, muntah,
nyeri dada dan rasa lemah. Bercak Koplik jarang ditemui. Dua atau tiga hari setelah onset penyakit
muncullah ruam yang dimulai dari distal ekstremitas dan menyebar ke arah kepala. Ruam sedikit
berwarna kekuningan, terlihat jelas pada pergelangan tangan dan kaki serta terdapat juga pada telapaktangan dan kaki. Ruam dapat berbentuk vesikel dan terasa gatal. Pada campak atipikal dapat muncul
efusi pleura, sesak nafas, hepatosplenomegali, hiperestesia, rasa lemah maupun paresthesia. Diagnosis
-
8/2/2019 IPT- campak
5/12
-
8/2/2019 IPT- campak
6/12
Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet lewat udara, menempel dan berkembang biak
pada epitel nasofaring. Tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe
regional dan terjadi viremia (virus yang terdapat di dalam aliran darah) yang pertama. Virus menyebar
pada semua sistem retikuloendotelial (organ-organ seperti hati, kelenjar limfe, limpa yang mempunyai
kemampuan fagositosis dan dapat memakan zat-zat) dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari
infeksi awal. Adanya giant cells dan proses keradangan merupakan dasar patologik ruam dan infiltrat
(peradangan) peribronchial paru. Juga terdapat udema, bendungan dan perdarahan yang tersebar padaotak. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3 C :
coryza, cough and conjuctivitis) dan demam yang makin lama makin tinggi. Gejala panas, batuk,
pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak awal infeksi (pada hari penderita kontak
dengan sumber infeksi) mulai timbul ruam makulopapuler warna kemerahan.Virus dapat berbiak juga
pada susunan saraf pusat dan menimbulkan gejala klinik encefalitis. Setelah masa konvelesen pada
turun dan hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam menjadi makin gelap, berubah menjadi
desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena pada awalnya terdapat perdarahan
perivaskuler dan infiltrasi (peradangan) limfosit.
Respon sel limfosit T dan sel limfosit B terhadap keenam protein virus campak dapat
terdeteksi pada infeksi akut primer. Antibodi IgM akan terbentuk dan mencapai puncaknya 7-10 harisetelah timbulnya rash, kemudian akan menurun dengan cepat, dan menghilang 4 minggu kemudian.Adanya IgM menunjukkan adanya infeksi campak baik karena penyakit atau karena vaksin. Ig G akan
terbentuk segera setelah timbulnya rash, dan mencapai puncaknya setelah 4 minggu. Selanjutnya IgG menurun, tetapi akan tetap ada seumur hidup. Ig A juga terbentuk tetapi biasanya hanya sebentar.
Imunitas yang timbul setelah terpapar virus campak secara alami biasanya dapat bertahan seumur
hidup. Sistem imunitas tubuh harus mampu menghambat masuknya virion ke dalam sel dan
memusnahkan sel yang terinfeksi, untuk membatasi penyebaran virus dan mencegah infeksi ulang.
Respon imunitas yang berperan menghambat masuknya virion adalah respon humoral, dengan
cara netralisasi. Selain respon imun humoral, respon imun seluler juga memegang peranan penting
yaitu dengan melibatkan sel T sitotoksik, sel NK(Natular Killer), ADCC (Antigen DependentCell Mediated Cytotoxicity) dan interaksi dengan MHC (Major HistocompatibilityComplex) kelas I. Peran antibodi dalam menetralisasi virus akan efektif, terutama untuk virus yang
bebas atau virus dalam sirkulasi. Proses netralisasi virus dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya
menghambat perlekatan virus pada reseptor yang terdapat pada permukaan sel, sehingga virus tidak
dapat menembus membran sel dan replikasi virus dapat dicegah. Adanya antibodi akan membatasi
penyebaran virus ke sel atau jaringan tetangganya. Antibodi dapat menghancurkan virus dengan cara
aktivasi komplemen melalui jalur klasik atau menyebabkan agregasi virus sehingga mudah
difagositosis dan dihancurkan. Antibodi dapat mencegah penyebaran virus yang keluar dari sel yang
telah hancur, namun seringkali tidak cukup mampu menetralisir virus yang telah mengubah struktur
antigennya (mutasi) dan yang telah melepaskan diri (budding off) melalui membran sel sebagai
partikel yang infeksius, sehingga virus dapat menyebar ke dalam sel yang berdekatan secara langsung.Meskipun antibodi berperan penting mencegah infeksi virus campak, namun dipengaruhi juga oleh
respon imun seluler, yaitu melalui mekanisme ADCC (Antibody Dependent Cell MediatedCytotoxicity) dan lisis komplemen terhadap sel yang terinfeksi virus. Beberapa pengamatanmenunjukkan bahwa sel limfosit T berperan besar menghilangkan infeksi virus campak. Sel limfosit
T membantu sel limfosit B menghasilkan respon antibodi (IgM, IgG dan IgA) dan dapat bertindak
secara independen menghilangkan virus (Handayani, 2005).
2.5 Patogenesis
Virus campak menginfeksi dengan invasi pada epitel traktur respiratorius mulai dari hidungsampai traktus respiratorius bagian bawah. Multiplikasi lokal pada mukosa respiratorius segera
disusul dengan viremia pertama dimana virus menyebar dalam leukosit pada sistem
-
8/2/2019 IPT- campak
7/12
retikuloendotelial. Setelah terjadi nekrosis ( nekrosis adalah kematian patologis satu atau lebih sel
atau sebagian jaringan atau organ, yang dihasilkan dari kerusakan ireversibel. Hal ini terjadi ketika
tidak ada cukup darah mengalir ke jaringan, baik karena cedera, radiasi atau bahan kimia) pada sel
retikuloendotelial, sejumlah virus terlepas kembali dan terjadilah viremia kedua. Sel yang paling
banyak terinfeksi adalah monosit (bekerja sama dengan sel darah putih lainnya untuk membuang
jaringan yang rusak atau mati, menghancurkan sel-sel kanker dan mengantur kekebalan melawan
bahan-bahan asing). Jaringan yang terinfeksi termasuk timus, lien, kelenjar limfe, hepar, kulit ,konjungtiva dan paru. Setelah terjadi viremia kedua seluruh mukosa respiratorius terlibat dalam
perjalanan penyakit sehingga menyebabkan timbulnya gejala batuk dan koriza. Campak dapat secara
langsung menyebabkan croup, bronchiolitis, dan pneumonia, selain itu adanya kerusakan respiratorius
seperti edema dan hilangnya silia menyebabkan timbulnya komplikasi otitis media dan pneumonia.
Setelah beberapa hari sesudah seluruh mukosa respiratorius terlibat, maka timbullah bercak koplik
dan kemudia timbul ruam pada kulit. Kedua manifestasi ini pada pemeriksaan mikroskpik
menunjukkan multinucleated giant cells, edema inter dan intraseluler, parakertatosis dan dyskeratosis.
Hari Manifestasi
0 Virus campak dalam droplet kontak dengan permukaan epitel nasofaring
atau kemungkinan konjungtiva
Infeksi pada sel epitel dan multiplikasi virus
1-2 Penyebaran infeksi ke jaringan limfatik regional
2-3 Viremia primer
3-5 Multiplikasi virus campak pada epitel saluran nafas di tempat infeksi
pertama, dan pada RES regional maupun daerah yang jauh
5-7 Viremia sekunder
7-11 Manifestasi pada kulit dan tempat lain yang bervirus, termasuk saluran
nafas
11-14 Virus pada darah, saluran nafas dan organ lain
15-17 Viremia berkurang lalu hilang, virus pada organ menghilang
-
8/2/2019 IPT- campak
8/12
Stadium inkubasi
Masa inkubasi campak berlangsung kira-kira 10 hari (8 hingga 12 hari). Walaupun pada masa ini
terjadi viremia dan reaksi imunologi yang ekstensif, penderita tidak menampakkan gejala sakit.
Stadium prodromal
Manifestasi klinis campak biasanya baru mulai tampak pada stadium prodromal yang berlangsung
selama 2 hingga 4 hari. Biasanya terdiri dari gejala klinik khas berupa batuk, pilek dan konjungtivitis,
juga demam. Inflamasi konjungtiva dan fotofobia dapat menjadi petunjuk sebelum munculnya bercak
Koplik. Garis melintang kemerahan yang terdapat pada konjungtuva dapat menjadi penunjangdiagnosis pada stadium prodromal. Garis tersebut akan menghilang bila seluruh bagian konjungtiva
telah terkena radang
Koplik spot yang merupakan tanda patognomonik untuk campak muncul pada hari ke-101 infeksi.
Koplik spot adalah suatu bintik putih keabuan sebesar butiran pasir dengan areola tipis berwarna
kemerahan dan biasanya bersifat hemoragik. Tersering ditemukan pada mukosa bukal di depan gigi
geraham bawah tetapi dapat juga ditemukan pada bagian lain dari rongga mulut seperti palatum, juga
di bagian tengah bibir bawah dan karunkula lakrimalis. Muncul 1 2 hari sebelum timbulnya ruam
dan menghilang dengan cepat yaitu sekitar 12-18 jam kemudian. Pada akhir masa prodromal, dinding
posterior faring biasanya menjadi hiperemis dan penderita akan mengeluhkan nyeri tenggorokkan.
Stadium erupsi
Pada campak yang tipikal, ruam akan muncul sekitar hari ke-14 infeksi yaitu pada saat stadium
erupsi. Ruam muncul pada saat puncak gejala gangguan pernafasan dan saat suhu berkisar 39,5C.
Ruam pertama kali muncul sebagai makula yang tidak terlalu tampak jelas di lateral atas leher,
belakang telinga, dan garis batas rambut. Kemudian ruam menjadi makulopapular dan menyebar ke
seluruh wajah, leher, lengan atas dan dada bagian atas pada 24 jam pertama. Kemudian ruam akan
menjalar ke punggung, abdomen, seluruh tangan, paha dan terakhir kaki, yaitu sekitar hari ke-2 atau 3
munculnya ruam. Saat ruam muncul di kaki, ruam pada wajah akan menghilang diikuti oleh bagian
tubuh lainnya sesuai dengan urutan munculnya (Phillips, 1983).
Saat awal ruam muncul akan tampak berwarna kemerahan yang akan tampak memutih dengan
penekanan. Saat ruam mulai menghilang akan tampak berwarna kecokelatan yang tidak memudar biladitekan. Seiring dengan masa penyembuhan maka muncullah deskuamasi kecokelatan pada area
konfluensi. Beratnya penyakit berbanding lurus dengan gambaran ruam yang muncul. Pada infeksi
-
8/2/2019 IPT- campak
9/12
campak yang berat, ruam dapat muncul hingga menutupi seluruh bagian kulit, termasuk telapak
tangan dan kaki. Wajah penderita juga menjadi bengkak sehingga sulit dikenali (Phillips, 1983).
2.6 Manifestasi Klinis dan Komplikasi
GEJALA KLINIS
Panas meningkat dan mencapai puncaknya pada hari ke 4-5, pada saat ruam keluar
Coryza yang terjadi sukar dibedakan dengan common cold yang berat. Membaik dengan cepat
pada saat panas menurun.
Conjunctivitis ditandai dengan mata merah pada conjunctiva disertai dengan keradangan disertai
dengan keluhan fotofobia.
Cough merupakan akibat keradangan pada epitel saluran nafas, mencapai puncak pada saat erupsi
dan menghilang setelah beberapa minggu.
Munculnya Kopliks spot umumnya pada sekitar 2 hari sebelum munculnya ruam (hari ke 3-4) dan
cepat menghilang setelah beberapa jam atau hari. Kopliks spot adalah sekumpulan noktah putih padadaerah epitel bucal yang merah (a grain of salt in the sea of red), yang merupakan tanda klinik yang
patognomonik untuk campak.
Ruam makulopapular semula bewarna kemerahan. Ruam ini muncul pertama pada daerah batas
rambut dan dahi, serta belakang telinga, menyebar ke arah perifer sampai pada kaki. Ruam umumnya
saling rengkuh sehingga pada muka dan dada menjadi confluent. Ruam ini membedakan dengan
rubella yang ruamnya discrete dan tidak mengalami desquamasi. Telapak tangan dan kaki tidak
mengalami desquamasi.
Lesi pada campak terutama terdapat pada kulit., membran mukosa nasofaring, bronkus,
saluran pencernaan, dan konjungtiva. Di sekitar kapiler terdapat eksudat serosa dan proliferasi dari selmononuklear dan beberapa sel polimorfonuklear. Karakteristik patologi dari Campak ialah
terdapatnya distribusi yang luas dari sel raksasa berinti banyak yang merupakan hasil dari
penggabungan sel. Dua tipe utama dari sel raksasa yang muncul adalah (1) sel Warthin-Findkeley
yang ditemukan pada sistem retikuloendotel (adenoid, tonsil, appendiks, limpa dan timus) dan (2) sel
epitel raksasa yang muncul terutama pada epitel saluran nafas. Lesi di daerah kulit terutama terdapat
di sekitar kelenjar sebasea dan folikel rambut. Terdapat reaksi radang umum pada daerah bukal dan
mukosa faring yang meluas hingga ke jaringan limfoid dan membran mukosa trakeibronkial.
Pneumonitis intersisial karena virus campak menyebabkan terbentuknya sel raksasa dari Hecht.
Bronkopneumonia yang terjadi mungkin disebabkan infeksi sekunder oleh bakteri (Cherry, 2004).
Pada kasus encefalomyelitis terdapat demyelinisasi vaskuler dari area di otak dan medula spinalis.
Terdapat degenerasi dari korteks dan subsdtansia alba dengan inclusion body intranuklear danintrasitoplasmik pada subacute sclerosing panencephalitis (Phillips, 1983).
Dua hari kemudian suhu biasanya akan menurun dan gejala penyakit mereda. Ruam kulit akan
mengalami hiperpigmentasi (berubah warna menjadi lebih gelap ) dan mungkin mengelupas.
Penderita akan tampak sehat apabila tidak disertai oleh komplikasi.
Komplikasi berupa :
1. Konjungtivitis
2. Bronkopneumonia
3. Radang telinga tengah (otitis media)4. Peradangan otak (ensefalitis)
5. Diare dapat diikuti dehidrasi
-
8/2/2019 IPT- campak
10/12
6. Limfadenopati
7. Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak yang lebih kecil
8. Subacute sclerosing panencephalitis (SSPE), suatu proses degeneratif susunan syaraf pusat dengan
gejala karakteristik terjadi deteriorisasi tingkah laku dan intelektual, diikuti kejang. Disebabkan oleh
infeksi virus yang menetap, timbul beberapa tahun setelah infeksi merupakan salah satu komplikasi
campak onset lambat.
2.7 Pemeriksaan Laboratorium, Diagnosis dan Diagnosis Banding
Virus campak yang berasal dari spesimen klinik sulit dikembangbiakkan, terutama isolasi
virus pada 24-36 jam setelah timbulnya rash. Cara yang paling baik adalah dengan mengisolasi virus
pada sel limfosit marmoset B95-a, sel fetus manusia, sel ginjal fetus atau sel ginjal kera. Setelah
pasase awal di laboratorium, dapat digunakan galur sel (keturunan yang masih memiliki sifat asli )
lain yang berasal dari manusia atau bukan ; misalnya : human amnion, human embryonic lung, human
carcinoma yaitu HeLa, Hep-2, KB dan embrio ayam.
Darah tepi : jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri
Pemeriksaan antibodi IgM anti campak
Pemeriksaan untuk komplikasi :1. Ensefalopati/ensefalitis : dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinalis, kadar elektrolit darah
dan analisis gas darah
2. Enteritis : feses lengkap
3. Bronkopneumonia : dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah.
Diagnosis :
Diagnosis dibuat dari gambaran klinis, selama stadium prodormal, sel raksasa multinuklear
dapat ditemukan pada apusan mukosa hidung. Virus dapat diisolasi pada biakan jaringan. Angka
leukosit cenderung rendah dengan limfositosis relatif. Pungsi lumbal pada penderita dengan
ensefalitis campak biasanya menunjukkan kenaikan protein dan sedikit kenaikan limfosit. Kadar
glukosa normal. Bercak koplik dan hiperpigmentasi adalah patognomonis untuk rubeola/campak.
Diagnosis Banding :
Diagnosis banding penyakit campak yang perlu dipertimbangkan adalah campak jerman,
infeksi enterovirus, eksantema subitum, meningokoksemia, demam skarlantina, penyakit riketsia dan
ruam kulit akibat obat, dapat dibedakan dengan ruam kulit pada penyakit campak.
1. Campak jerman.
Pada penyakit ini tidak ada bercak koplik, tetapi ada pembesaran kelenjar di daerah suboksipital,
servikal bagian posterior, belakang telinga.
2. Eksantema subitum.
Perbedaan dengan penyakit campak. Ruam akan timbul bila suhu badan menurun.3. Infeksi enterovirus
Ruam kulit cenderung kurang jelas dibandingkan dengan campak. Sesuai dengan derajat demam dan
berat penyakitnya.
4. Penyakit Riketsia
Disertai batuk tetapi ruam kulit yang timbul biasanya tidak mengenai wajah yang secara khas terlihat
pada penyakit campak.
5. Meningokoksemia
Disertai ruam kulit yang mirip dengan campak, tetapi biasanya tidak dijumpai batuk dan
konjungtivits.
6. Ruam kulit akibat obat
Ruam kulit tidak disertai dengan batuk dan umumnya ruam kulit timbul setelah ada riwayatpenyuntikan atau menelan obat.
7. Demam skarlantina.
-
8/2/2019 IPT- campak
11/12
Ruam kulit difus dan makulopapuler halus, eritema yang menyatu dengan tekstur seperti kulit angsa
secara jelas terdapat didaerah abdomen yang relatif mudah dibedakan dengan campak.
2.8 Penatalaksanaan
Pengobatan bersifat suportif, terdiri dari :4. Pemberian cairan yang cukup
5. Kalori yang sesuai dan jenis makanan yang disesuaikan dengan tingkat kesadaran dan adanya
komplikasi
6. Suplemen nutrisi Antibiotik diberikan apabila terjadi infeksi sekunder
7. Anti konvulsi apabila terjadi kejang
8. Pemberian vitamin A.
Indikasi rawat inap : hiperpireksia (suhu > 39,00 C), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit, atau
adanya komplikasi.
Campak tanpa komplikasi :9. Hindari penularan
10. Tirah baring di tempat tidur
11. Vitamin A 100.000 IU, apabila disetai malnutrisi dilanjutkan 1500 IU tiap hari
12. Diet makanan cukup cairan, kalori yang memadai. Jenis makanan disesuaikan dengan tingkat
kesadaran pasien dan ada tidaknya komplikasi
Campak dengan komplikasi :
I. Ensefalopati/ensefalitis:
13. Antibiotika bila diperlukan, antivirus dan lainya sesuai dengan PDT ensefalitis
14. Kortikosteroid, bila diperlukan sesuai dengan PDT ensefalitis
15. Kebutuhan jumlah cairan disesuaikan dengan kebutuhan serta koreksi terhadap gangguan
elektrolit
II. Bronkopneumonia :
16. Antibiotika sesuai dengan PDT pneumonia
17. Oksigen nasal atau dengan masker
18. Koreksi gangguan keseimbangan asam-basa, gas darah dn elektrolit
III. Enteritis :
Dehidrasi sesuai derajat dehidrasi (lihat Bab enteritis dehidrasi).
Pada kasus campak dengan komplikasi bronkhopneumonia dan gizi kurang perlu dipantau terhadap
adanya infeksi TB laten. Pantau gejala klinis serta lakukan uji Tuberkulin setelah 1-3 bulan
penyembuhan.
Pantau keadaan gizi untuk gizi kurang/buruk.
2.9 Prognosis
Prognosis baik pada anak dengan keadaan umum yang baik, tetapi prognosis buruk bila
keadaan umum buruk, anak yang sedang menderita penyakit kronis atau bila ada komplikasi4.
Angka kematian kasus di Amerika Serikat telah menurun pada tahun-tahun ini sampai tingkatrendah pada semua kelompok umur, terutama karena keadaan sosioekonomi membaik.
-
8/2/2019 IPT- campak
12/12
Campak bila dimasukkan pada populasi yang sangat rentan, akibatnya bencana. Kejadian
demikian di pulau Faroe pada tahun 1846 mengakibatkan kematian sekitar seperempat, hampir 2000
dari populasi total tanpa memandang umur
2.10 Pencegahan
Imunisasi campak yang diberikan pada bayi berusia 9 bulan merupakan pencegahan yangpaling efektif. Vaksin campak berasal dari virus hidup yang dilemahkan. Vaksin diberikan dengan
cara subkutan dalam atau intramuskular dengan dosis 0,5 cc
Pemberian imunisasi campak satu kali akan memberikan kekebalan selama 14 tahun,
sedangakan untuk mengendalikan penyakit yang diperlukan cakupan imunisasi paling sedikit 80% per
wilayah secara merata selama bertahun-tahun.
Keberhasilan program imunisasi dapat diukur dari penurunan jumlah kasus campak dari waktu
ke waktu. Kegagalan imunisasi dapat disebabkan oleh :
1. Terdapatnya kekebalan yang dibawa sejak lahir yang berasal dari antibodi ibu. Antibodi itu akan
menetralisi vaksin yang diberikan
2. Terjadi kerusakan vaksin akibat penyimpanan, pengangkutan dan penggunaan di luar pedoman.
1. Imunisasi aktif.
Imunisasi campak awal dapat diberikan pada usia 12-15 bulan tetapi mungkin diberikan lebih awal
pada daerah dimana penyakit terjadi (endemik). Imunisasi aktif dilakukan dengan menggunakan
strain Schwarz dan Moraten. Vaksin tersebut diberikan secara subcutan dan menyebabkan imunitas
yang berlangsung lama. Dianjurkan untuk memberikan vaksin morbili tersebut pada anak berumur 10
15 bulan karena sebelum umur 10 bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk antibodi secara
baik karena masih ada antibodi dari ibu. Akan tetapi dianjurkan pula agar anak yang tinggal di daerah
endemis morbili dan terdapat banyak tuberkulosis diberikan vansinasi pada umur 6 bulan dan
revaksinasi pada umur 15 bulan. Di Indonesia saat ini masih dianjurkan memberikan vaksin morbili
pada anak berumur 9 bulan ke atas.
Vaksin morbili tersebut dapat diberikan pada orang yang alergi terhadap telur. Hanya saja pemberian
vaksin sebaiknya ditunda sampai 2 minggu sembuh. Vaksin ini juga dapat diberikan pada penderita
tuberkulosis aktif yang sedang mendapat tuberkulosita. Akan tetapi vaksin ini tidak boleh diberikan
pada wanita hamil, anak dengan tuberkulosis yang tidak diobati, penderita leukemia dan anak yang
sedang mendapat pengobatan imunosupresif4.
2. Imunisasi pasif.
Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan serum konvalesens, globulin
plasenta atau gamma globulin kumpulan plasma adalah efektif untuk pencegahan dan pelemahan
campak. Campak dapat dicegah dengan menggunakan imunoglobulin serum dengan dosis 0,25 mL/kg
diberikan secara intramuskuler dalam 5 hari sesudah pemajanan tetapi lebih baik sesegera mungkin.Proteksi sempurna terindikasi untuk bayi, anak dengan penyakit kronis dan untuk kontak dibangsal
rumah sakit anak5.
3. Isolasi
Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang terkena penyakit campak dalam kurun
waktu 20-30 hari, demikian pula bagi penderita campak untuk diisolasi selama 20-30 hari guna
menghindari penularan lingkungan sekitar.