intranatal care

41
LAPORAN PENDAHULUAN INTRANATAL CARE A. Pengertian. Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan, disusul dengan pengeluaran placenta dan selaput janin dari tubuh ibu. (Sastrawinata, 2004). Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin turi) yang dapat hidup didunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau jalan lain. (Rustam Muchtar, 2007). B. Pengawasan persalinan di lakukan untuk : 1. Mengetahui tahap persalinan sebagai acuan penilaian kemajuan persalinan dan sebagai dasar untuk menentukan rencana perawatan selanjutnya. 2. Mengetahui kelainan – kelainan yang mungkin dapat

Upload: sweetygirl-1

Post on 15-Jan-2016

38 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

intenatal care fix

TRANSCRIPT

Page 1: Intranatal Care

LAPORAN PENDAHULUAN INTRANATAL CARE

A. Pengertian.

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran

bayi yang cukup bulan, disusul dengan pengeluaran placenta dan selaput janin

dari tubuh ibu. (Sastrawinata, 2004).

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin turi) yang

dapat hidup didunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau jalan lain.

(Rustam Muchtar, 2007).

B. Pengawasan persalinan di lakukan untuk :

1. Mengetahui tahap persalinan sebagai acuan penilaian kemajuan persalinan

dan sebagai dasar untuk menentukan rencana perawatan selanjutnya.

2. Mengetahui kelainan – kelainan yang mungkin dapat mengganggu

kelancaran persalinan atau segera mengetahui persalinan beresiko.

3. Memberikan asuhan yang memadai selama persalianan dalam upaya

mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman dengan

memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi.

C. Jenis Persalinan

1. Menurut cara persalinan.

a. Persalinan spontan.

Proses lahir bayi dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan dan alat, serta

tidak melukai ibu dan bayi yang berlangsung kurang dari 24 jam.

b. Persalinan buatan.

Persalinan pervaginam dengan bantuan alat – alat atau melalui dinding

perut dengan operasi secio caesaria.

c. Persalinan anjuran

Kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan

jalan rangsangan seperti pemberian pitocin atau prostaglandin atau

pemecahan ketuban.

2. Menurut usia (tua kehamilan)

Page 2: Intranatal Care

a. Abortus.

Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 mg atau bayi

dengan berat badan kurang dari 500 g.

b. Partus imaturus.

Pengeluaran buah kehamilan antara 22 mg dan 28 mg atau bayi dengan

berat badan antara 500 g dan 999 g.

c. Partus prematurus.

Pengeluaran buah kehamilan antara 28 mg dan 37 mg atau dengan berat

badan 1000 g dan 2499 g.

d. Partus matures / aterm

Pengeluaran buah kehamilan antara 37 mg dan 42 mg atau bayi dengan

BB 2500 g atau lebih

e. Partus post matures / serotinus

Pengeluaran buah kehamilan setelah 42 mg.

D. Sebab – sebab yang menimbulkan persalinan.

1. Teori penurunan hormon progesterone.

Progesterone menimbulkan relaksasi otot rahim, sebaliknya estrogen

meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat

keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen didalam darah,

tetapi pada akhir kehamilan kadar progesterone menurun sehingga

menimbulkan his.

2. Teori oxytocin.

Pada akhir kehamilan kadar oxytosin bertambah. Oleh karena itu timbul

kontraksi otot – otot rahim.

3. Teori placenta menjadi tua.

Plasenta yang tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan

progesterone yang akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal ini

akan menimbulkan his.

Page 3: Intranatal Care

4. Teori prostaglandin.

Prostaglandin yang dihasilkan oleh deciduas menimbulkan kontraksi

miometrium pada setiap umur kehamilan.

5. Pengaruh janin.

Hipofise dan supra renal janin memegang peranan oleh karena pada

anencephalus, kehamilan sering lama dari biasanya

6. Teori distensi rahim.

Rahim yang menjadi besar dan teregang yang menyebabkan iskemia otot –

otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenta.

7. Teori iritasi mekanik

Dibelakang serviks terletak ganglion servikalis, bila ganglion ini digeser

dan ditekan misalnya oleh kepala janin maka akan menimbulkan his.

E. Gejala Persalianan.

1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur

2. Keluarnya lendir bercampur darah lebih banyak. Hal ini terjadi karena

robekan – robekan kecil yang terjadi pada serviks

3. Kadang – kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

4. Pada pemeriksaan dalam serviks mendatar, lunak dan terdapat pembukaan

F. Tanda – tanda permulaan persalinan.

1. Kepala turun memasuki PAP terutama pada primigravida. Pada

primigravida kepala anak pada bulan terakhir berangsur – angsur turun

kedalam rongga panggul. Pada multigravida, dinding rahim dan perut

sudah kendor kekenyalannya sudah berkurang sehingga kekuatan

mendesak kebawah tidak seberapa, biasanya kepala bru turun pada

permulaan persalinan.

2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

3. Perasaan sering atau susah BAB karena vesika urinaria karena tertekan

oleh bagian terbawah janin.

Page 4: Intranatal Care

4. Perasaan sakit diperut dan pinggang oleh adanya his.

5. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, sekresi bertambah, kadang –

kadang bercampur darah

G. Penurunan kepala janin.

1. Engagement / Floating Head

Kepala masuk pintu atas panggul tetapi masih mengambang.  Kepala yang

masuk bisa secara asinklitismus anterior (bila kepala janin masuk pintu

atas panggul dengan tulang parietal belakang lebih tinggi dari tulang

parietal depan, bila lebih rendah berarti secara asinklitismus posterior

2. Descent / Turun

Sebetulnya janin mengalami penurunan terus menerus dalam jalan lahir

sejak kehamilan trimester ketiga, antara lain masuknya bagian terbesar

kepala janin ke dalam pintu atas panggul (engagement), yang pada

multigravida dapat terjadi beberapa minggu sebelum melahirkan dan

multipara selambat-lambatnya harus sudah terjadi pada kala II

Page 5: Intranatal Care

Penurunan disebabkan adanya dorongan fundus terhadap bokong dan

melurusnya badan janin, tekanan otot-otot abdominal akibat kontraksi dan

tekanan dari dinding samping panggul

3. Fleksi

Pada permulaan persalinan, kepala janin biasanya berada dalam sikap

fleksi. Dengan turunnya kepala janin, tahanan yang diperoleh dari dasar

panggul akan makin besar, yang mengakibatkan kepala janin makin fleksi

lagi dan dagu janin menekan dadanya dan belakang kepala (oksiput)

menjadi bagian terbawah janin (Sumapraja, Prof. Dr. Suradjim, Persalinan

Normal, FKUI, Jakarta, 1993).

Fleksi yang maksimal ini menyebabkan masuknya kepala janin dengan

diameter terkecil (diameter suboksipito-bregmatika : 9,5 cm) kedalam

pintu atas panggul (bila tidak terjadi fleksi, kepala janin masuk dengan

diameter oksipito frontalis : 11,5 cm)

4. Internal Rotation / Rotasi Dalam

Sewaktu makin turunnya kepala janin dalam jalan lahir, kepala janin akan

berputar sedemikian rupa sehingga diameter terpanjang kepala janin akan

bersesuaian dengan diameter terpanjang rongga panggul atau dengan kata

lain diameter terkecil antero posterior kepala janin akan bersesuaian

dengan diameter terkecil transversa (oblik) pintu atas panggul dan

selanjutnya dengan diameter terkecil antero posterior pintu bawah

panggul. Hal ini dimungkinkan karena terjadinya pergerakan kepala janin

seperti spiral atau sekrup pada waktu turun dalam jalan lahir. Bahu tidak

berputar bersama dengan kepala karena adanya leher yang tidak memaksa

putaran kepala harus diikuti putaran bahu janin. Dengan demikian sumbu

panjang bahu akan membuat sudut 450 dengan sumbu panjang kepala,

selama kepala didalam rongga panggul

Dengan kata lain, kepala dengan ubun-ubun kecil di sisi kiri berputar 450

(1/8) ke arah kiri depan disertai dengan bahu

Page 6: Intranatal Care

5. Ekstensi / Ekspulsi (melepaskan diri dari fleksi maksimal)

Kepala janin dilahirkan dengan melepaskan diri dari sikap kepala yang

fleksi maksimal dengan jalan menempuh gerakan defleksi atau ekstensi

kepala, maka berturut-turut lahirlah sinsiput (puncak kepala), dahi, hidung,

mulut dan akhirnya dagu. Pada saat ini, sumbu panjang bahu bersesuaian

dengan diameter oblik panggul tengah

6. Restitusi / Putaran Balasan

Sewaktu berlangsung rotasi dalam, leher akan terpelintir karena bahu tidak

bersama-sama mengadakan rotasi dalam dengan kepala yang lebih dulu

melakukan rotasi dalam. Pada saat kepala janin lahir, pelintiran leher ini

akan terlepas, sehingga kepala janin akan berputar kembali sehingga

hubungan kepala janin dengan bahunya menjadi normal kembali

7. External Rotation / Rotasi Luar

Rotasi luar kepala janin pada hakikatnya mengikuti rotasi dalam bahu

janin. Pada saat bahu memasuki rongga panggul dengan sumbu panjang

bahu bersesuaian diameter oblik (transversa), pada saat itu kepala janin

terdapat di pintu panggul dengan sumbu terpanjang kepala bersesuaian

diameter antero posterior pintu bawah panggul. Pada saat kepala lahir, ia

akan mengadakan rotasi luar untuk menyesuaikan diri dengan bahu janin.

Demikian pula pada waktu bahu janin lahir dengan sumbu panjang bahu

bersesuaian diameter terpanjang pintu bawah panggul

Dengan kata lain, kepala dengan ubun-ubun kecil kiri depan berputar 450

(1/8) ke arah depan tanpa dengan bahu sehingga terjadi torsi leher

(terpelintir)

Birth of Body

Lahir bahu dan kepala dengan badan bayi melakukan gerakan fleksi

lateral, maka bahu anterior lahir terlebih dahulu, lalu bahu posterior

selanjutnya adalah seluruh badan bayi 

Page 7: Intranatal Care

H. Proses persalinan

1. Kala I.

a. Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10

cm)

b. Terbagi menjadi 2 fase :

1) fase laten : serviks berdilatasi kurang dari 4 cm

2) fase aktif : serviks berdilatasi 4 – 9 cm, kecepatan pembukaan 1

cm atau lebih perjam, penurunan kepala dimulai.

3) Pada kala pembukaan his belum begitu kuat, datangnya 10 – 15

menit dan tidak seberapa mengganggu ibu hingga ia sering masih

dapat berjalan

4) Lambat laun his bertambah kuat, interval menjadi lebih pendek,

kontraksi lebih kuat dan lebih lama, lendir darah bertambah

banyak.

5) Lamanya kala I untuk primipara 12 jam dan untuk multipara 8

jam.

c. Kemajuan persalinan dalam kala I :

1) Kemajuan yang cukup baik pada persalinan kala I :

a) Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan

frekuensi dan durasi.

b) Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm perjam

selama persalinan faseaktif (dilatasi serviks berlangsung atau

ada disebelah kiri garis waspada).

c) Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin

2) Kemajuan yang kurang baik pada kala I :

a) Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase

laten.

b) Kecepatan pembukaan servuks lebih lambat dari 1 cm perjam

selama persalinan fase aktif ( dilatasi serviks berada disebalah

kanan garis waspada).

Page 8: Intranatal Care

c) Serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin

3) Kemajuan pada kondisi ibu.

a)Jika denyut nadi ibu meningkat, mungkin ia sedang dalam

keadaan dehidrasi atau kesakitan. Pastikan hidrasi yang cukup

melalui oral atau IV dan berikan analgesik secukupnya.

b) Jika tekanan darah ibu menurun, curigai adanya perdarahan

c) Jika terdapat aceton didalam urine ibu, curigai masukan nutrisi

yang kurang. Segera berikan dextrose IV.

4) Kemajuan pada kondisi janin.

a) Jika didapati DJJ tidak normal (kurang dari 100 atau lebih dari

180 x / menit) curigai adanya gawat janin.

b) Posisi atau presentasi selain oksiput anterior dengan reflek

fleksi sempurna digolongkan dalam malposisi atau

malpresentasi.

2. Kala II

a. Dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi.

b. His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 – 100 detik, datngnya

tiap 2 – 3 menit. Ketuban biasanya pecah dalam kala ini dan ditandai

dengan keluarnya cairan yang kekuningan secara sekonyong –

konyong dan banyak.

c. Pasien mulai mengejan.

d. Pada akhir kala 2 sebagai tanda bhwa kepala sudah sampai didasar

panggul, perineum menonjol, vulva menganga dan rectum terbuka.

e. Dipuncak his, bagian terkecil dri kepala nampak dalam vulva, tetapi

hilang lagi waktu his berhenti. Pada his berikutnya bagian kepala

yang nampak lebih besar lagi, tetapi surut kembali kalau his terhenti.

Kejadian ini disebut kepala membuka pintu.

f. Maju dan surutnya kepala berlangsung terus, sampai lingkaran

terbesar dari kepala terpegang oleh vulva sehingga tidak dapat

mundur lagi. Pada saat ini tonjolan tulang ubun – ubun saat ini telah

Page 9: Intranatal Care

lahir dan sub oksiput ada dibawah simpisis. Pada saat ini disebut

kepala keluar pintu. Karena pada his berikutnya dengan ekstensi

lahirlah ubun – ubun besar, dahi dn mulut pad komisura posterior.

g. Setelah kepala lahir ia jatuh kebawah dn kemudian terjadi putaran

paksi luar, sehingga kepala melintang. Sekarang vulva menekan pad

leher dan dada tertekan oleh jalan lahir sehingga dari hidung anak

keluar lendir dan cairan.

h. Pada his berikutnya bahu lahir, bahu belakang dulu kemudian baru

depan disusul oleh seluruh badan anak dengan fleksi lateral sesuai

dengan paksi jalan lahir.

i. Lamanya kala 2 pada primi kurang lebih 50 menit dan pada multi

kurang lebih 20 menit.

3. Kala III

a. Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta.

b. Lamanya kala uri kurang lebih 8,5 menit dan pelepasan plasenta

hanya memakan waktu 2 – 3 menit.

4. Kala IV

Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum.

I. Diagnosa keperawatan

a. Kala I :

1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan

frekuensi dan intensitas kontraksi uterus.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam

pasien dapat beradaptasi terhadap nyeri dengan KH :

1. Tampak rileks diantara kontraksi

2. Dapat mengontrol penyebab nyeri

Intervensi :

Page 10: Intranatal Care

1. Kaji derajat ketidak nyamanan malalui isyarat verbal dan non

verbal.

2. Jelaskan penyebab nyeri.

3. ajarkan klien cara mengontrol nyeri dengan menggunakan tehnik

pernapasan

relaksasi yang tepat dan masses pinggang

4. Bantu tindakan kenyamanan mis : gosokan pada kaki, punggung,

tekanan sakral, perubahan posisi.

5. Anjurkan klien untuk berkemih setiap 1- 2 jam, palpasi diatas

simpisis untuk menentukan ada tidaknya distensi setelah blok

syaraf.

6. Hitung waktu dan catat frekuensi, intensitas dan pola kontraksi

uterus setiap 30 menit

7. Monitor vital sign.

2) Resti cedera / distress terhadap janin behubungan dengan hipoksia

jaringan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kurang lebih selama

1 x 3 jam tidak terjadi cedera pada janin dengan KH :

1. DJJ dalam batas normal

Intervensi :

1. Lakukan palpasi (leopold) untuk menentukan posisi janin, berbaring

dan presentasi.

2. Hitung DJJ dan perhatikan perubahan periodik pada respon terhadap

kontraksi uterus.

3. Catat kemajuan persalinan.

3) Resti cedera terhadap maternal berhubungan dengan perlambatan

mortilitas gastric, dorongan fisiologis.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kurang lebih 1 x 2

Page 11: Intranatal Care

jam tidak

terjadi cedera pada maternal dengan KH :

1. Klien mengatakan resiko dan alasan dan intervensi khusus sudah

dimengerti.

2. Klien kooperatif untuk melindungi diri sendiri / janin dari dari

cedera

3. Klien bebas dari cedera / komplikasi

Intervensi :

1. Pantau aktivitas uterus , catat frekuensi, durasi dan intensitas

kontraksi.

2. Lakukan tirah baring saat persalinan menjadi lebih intensif. Hindari

meninggalkan klien tanpa perhatian.

3. Tempatkan klien pada posisi agak tegak miring kiri

4. Berikan perawatan perineal setiap 4 jam.

5. Pantau suhu dan nadi.

6. Berikan es batu atau cairan jernih pada klien bila memungkinkan,

hindari

makanan padat.

7. Anjurkan klien untuk bernapas pendek dan cepat atau meniup bila

ada dorongan untuk mengejan.

4) Resti gngguan pertukran gas pada janin berhubungan dengan

perubahan suplai O2 atau aliran darah : anemia dan pendarahan

sekunder

Tujuan :

Tidak terjadi gangguan pertukaran gas pada janin dengan KH :

1. DJJ dalam batas normal (120 – 160 x / menit).

2. Bayi tidak mengalami hipoksia selama persalinan.

Intervensi :

1. Kaji faktor – faktor maternal atau kondisi yang menurunkan

Page 12: Intranatal Care

sirkulasi uteroplasental.

2. Pantau DJJ setiap 15 – 30 menit.

3. Pantau DJJ dengan segera bila ketuban pecah.

4. Pantau besarnya janin pada jalan lahir melalui pemerikasaan

vagina .

5. Kaji perubahan DJJ selama kontraksi.

5) Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan dilatasi atau

regangan dan hipoksia jringan, tekanan mekanik dari bagian presentasi.

Tujuan : Pasien dapat bertoleransi terhadap nyeri dengan KH :

1. Klien menyatakan rasa nyeri berkurang.

2. Klien mampu menggunakan tehnikm yang tepat untuk

mempertahankan kontrol, istirahat diantara kontraksi.

Intervensi :

1. Kaji derajat ketidakmampuan melalui isyarat verbal dan non verbal.

2. Kaji perubahan klien terhadap sentuhan fisik selama kontraksi.

3. Pantau frekuensi, durasi, dan intensitas kontraksi uterus.

4. Bantu klien dan ajarkan mengubah bernapas menjadi lebih cepat

mis : tiupan napas pendek dan cepat.

5. Berikan lingkungan yang tenang dengan ventilasi adekuat.

6. Lakukan gosokan sakral / punggung, pengubahan posisi.

7. Pantau dilatasi serviks.

8. Catat penonjolan perineal.

9. Anjurkan klien untuk berkemih (fase laten)

10. Berikan dorongan dan informasi tentang kemajuan persalinan

dan berikan reinforcement untuk upaya klien / pasangan.

11. Pantau tanda vital ibu dan janin.

12. Kolaborasi pemberian analgesik.

6) Resti terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan

Page 13: Intranatal Care

penurunan aliran balik vena, hipovolemia, perubahan tahanan vskuler

sistemik.

Tujuan : Tidak terjadi penurunan curah jantung dengan KH :

1. Tanda – tanda vital sesuai terhadap tahap persalinan.

2. Tidak ada edema, DJJ dalam batas normal (120 – 160 x /

menit).

Intervensi :

1. Kaji tekanan darah dan nadi diantara kontraksi, sesuai indikasi

2. Perhatikan ada dan luasnya edema.

3. Pantau DJJ selama dan diantara kontraksi.

4. Infus balance cairan.

7) Kurangnya pengetahuan tentang proses persalinan berhubungan

dengan kurangnya sumber – sumber informasi.

Tujuan : Klien dan keluarga mengetahui tentang proses persalinan

dengan KH :

1. Klien memahami respon fisiologis setelah melahirkan.

2. Secara aktif klien ikut dalam upaya mendorong untuk

meningkatkan pengeluaran plasenta.

Intervensi :

1. Diskusikan proses normal persalinan kala III.

2. Jelaskan alasan untuk respon perilaku seperti menggigit, tremor.

3. Diskusikan ritinitas periode pemulihan selama 4 jam pertama

setelah melahirkan.

b. Kala II :

1) Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan aktif,

penurunan masukan

Tujuan :

1. Tidak terjadi kekurangan volume cairan dalam tubuh

dengan KH :

Page 14: Intranatal Care

2. Tanda – tanda vital dalam batas normal.

3. Keluaran urine adekuat.

4. Membran mukosa kental.

5. Bebas dari rasa haus.

Intervensi :

1. Ukur masukan dan keluaran.

2. Kaji turgor kulit, beri cairan peroral.

3. Pantau tanda – tanda vital sesuai indikasi.

4. Kaji DJJ dan perhatikan perubahan periodek.

5. Atur posisi klien tegak atau lateral.

6. Kolaborasi pemberian cairan parenteral

2) Resti infeki terhadap maternal berhubungan dengan prosedur infasif

berulang. Trauma jaringan, perslinan lama

Tujuan:

Klien tidak terjadi infeksi dengan KH :

1. Bebas dari tanda – tanda infeksi (rubor, tumor, dolor, calor, dan

fungsilaesa)

Intervensi :

1. Lakukan perawatan perineal setiap 4 jam menggunakan tehnik

aseptik.

2. Catat tanggal dan waktu pecah ketuban.

3. Lakukan pemeriksaan vagina hanya bila sangat perlu dengan

menggunakan tehnik aseptik.

4. Pantau tanda – tanda vital dan laborat leukosit.

5. Gunakan aseptik bedah pada persiapan peralatan.

6. Batasi jumlah orang yang ada pada saat persalinan.

c. Kala III :

1) Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran

Page 15: Intranatal Care

pervaginam akibat atonia.

Tujuan :

Tidak terjadi kekurangan volume cairan akibat HPP. Dengan KH :

1. Kontraksi uterus adekuat.

2. Kehilangan darah dalam batas normal (<500 ml).

3. Tanda – tanda vital dalam batas normal.

Intervensi :

1. Anjurkan klien untuk masase fundus.

2. Pantau tanda – tanda vital dan pengeluaran pervaginam.

3. Palpasi uterus dan masase uterus perlahan setelah pengeluaran

plasenta.

4. Catat waktu dan mekanisme pelepasan plasenta.

5. Pantau tanda dan gejala kehilangan cairan yang berlebihan.

6. Inspeksi permukaan plasenta maternal dan janin, perhatikan

ukuran, insersi tali pusat dan ketuban.

7. Berikan cairan peroral.

8. Hindari menarik tali pusat secara berlebihan.

2) Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan trauma

jaringan, respon fisiologis setelah melahirkan.

Tujuan :

Pasien dapat beradaptasi terhadap rasa nyeri dengan KH :

1. Klien menyatakan nyeri berkurang atau klien beradaptasi dengan

nyerinya.

2. Ekspresi wajah rileks tak gelisah.

3. Perut tidak mules, luka bersih dan tidak bengkak.

Intervensi :

1. Bantu dengan penggunaan tehnik pernapasan selama perbaikan

luka.

Page 16: Intranatal Care

2. Berikan kompres es pada perineum setelah melahirkan.

3. Lakukan perawatan luka episiotomi dengan tehnik aseptik dan

oleskan salep topikal.

4. Ganti pakaian dan klien yang basah, berikan selimut yang hangat.

5. Jelaskan pada klien perubahan fisiologis setelah melahirkan.

d. Kala IV :

1) Perubahan ikatan proses keluarga berhubungan dengan transisi

atau peningkatan perkembangan anggta keluarga.

Tujuan :

1. Klien mampu beradaptasi dengan perubahan setelah

melahirkan dengan KH

2. Klien menggendong bayinya.

3. Klien mampu mendemonstrasikan perilaku kedekatan dan

ikatan yang tepat.

Intervensi :

1. Anjurkan klien untuk menggendong, menyentuh dan

memeriksa bayi.

2. Anjurkan ayah untuk menyentuh dan menggendong bayi serta

membantu dalam perawatan bayi, sesuai kondisinya.

3. Observasi dan catat interaksi bayi – keluarga, perhatikan

perilaku untuk menunjukkan ikatan dan kedekatan dalam

budaya khusus.

4. Catat perilaku / pengungkapan yang menunjukkan

kekecewaan / kurang minat / kedekatan.

5. Terima keluarga dan sibling dengan senang hati selama

periode pemulihan.

6. Jamin privasi keluarga pada pemeriksaan selama interaksi

awal dengan bayi baru lahir sesuai kondisi ibu dan bayi.

7. Anjurkan dan bantu pemberian ASI.

Page 17: Intranatal Care

DAFTAR PUSTAKA

Sastrawinata, Sulaiman. 2004. Bagian Obstetri Dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran

Universitas Padjajaran Bandung, Obstetri Fisiologi, Bandung : Eleman,

Saifudin A.B dkkm, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal, Edisi I,

Catatan I, Yayasan Bina Pustaka Sasworo Prawirohardjo, Jakarta, 2002.

Doengoes M. E, Rencana Perawatan Maternal / Bayi, Edisi 2. 2001. Jakarta : EGC

Moechtar Rustam. 2007.Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, Jilid

I, Edisi 2, Jakarta : EGC.