indeks kepuasan masyarakat

Upload: nanang-s-laksono

Post on 15-Oct-2015

223 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT

TRANSCRIPT

  • LAPORAN AKHIR

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman i

    KATAPENGANTAR

    Laporan Akhir ini kami susun sesuai dengan ketentuan yang tercantum

    dalam dokumen Kerangka Acuan Kerja (KAK) Indeks Kepuasan

    Masyarakat Kota Depok Tahun 2009 di wilayah Kota Depok yang di

    danai dari Badan Perencana Pembangunan Kota Depok.

    Demikian Laporan Akhir ini kami susun sesuai dengan maksud, tujuan

    dan ketentuan-ketentuan dalam KAK dimaksud serta dalam batas-batas

    kemampuan kami untuk melaksanakannya secara baik dan benar.

    Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Dokumen

    Laporan Akhir kami mengucapkan banyak terima kasih.

    Jakarta, November 2009

    Hormat kami,

    Direktur Utama

    PT. Wiratama Pranata Konsultan

  • 2009 WIRATAMAPRANATAKONSULTAN

    LAPORAN PENDAHULUAN Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    Bab 1-1

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman ii

    DAFTARISI

    Halaman KATA PENGANTAR i

    DAFTAR ISI ii

    DAFTAR TABEL v

    DAFTAR GAMBAR xii

    BAB 1 PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang 1-1

    1.2 Maksud dan Tujuan 1-7

    1.2.1 Maksud 1-7

    1.2.2 Tujuan 1-8

    1.3 Sasaran Kegiatan 1-8

    1.4 Ruang Lingkup Kegiatan 1-9

    1.5 Keluaran 1-11

    1.6 Sistematika Pelaporan 1-12

    BAB 2 TINJAUAN TEORI

    2.1 Umum 2-1

    2.2 Pelayanan Publik 2-2

    2.2.1 Prinsip-prinsip Pelayanan Publik 2-5

    2.2.2 Peningkatan Kualitas Pelayanan 2-8

    2.2.3 Karakteristik Pelayanan Publik 2-10

    2.2.4 Pergeseran Paradigma Model Pelayanan Publik 2-13

    2.2.5 Implementasi Kebijakan Publik 2-15

    2.3 Indek Kepuasan Masyarakat (IKM) 2-18

    2.4 Pengukuran Kinerja Layanan Publik 2-20

    BAB 3 METODE PENELITIAN

    3.1 Kerangka Pendekatan Kajian 3-1

    3.2 Metode Pelaksanaan Pekerjaan 3-4

    3.2.1 Konsolidasi Awal 3-4

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman iii

    3.2.2 Persiapan Survai Lapangan 3-5

    3.2.3 Pelaksanaan Survai Lapangan 3-5

    3.2.4 Pengolahan Data Hasil Survai Lapangan 3-5

    3.2.5 Pelaporan Kajian 3-6

    3.3 Metode Penelitian 3-6

    3.3.1 Unit Pelayanan yang Dikaji 3-6

    3.3.2 Unsur dan Dimensi dalam Penyusunan IKM 3-8

    3.3.3 Variabel dan Definisi Variabel Operasional 3-9

    3.3.4 Metoda Pengumpulan Data 3-12

    3.3.5 Penentuan Sampel dan Responden 3-12

    3.3.6 Teknik Analisis Data 3-23

    BAB 4 GAMBARAN UMUM KOTA DEPOK

    4.1 Gambaran Umum Kota Depok 4-1

    4.1.1 Geografi dan Administrasi 4-1

    4.1.2 Kependudukan dan Sosial Ekonomi 4-2

    4.1.3 Fungsi dan Tugas Pokok Unit Pelayanan Pengukuran

    IKM

    4-7

    BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1 Umum 5-1

    5.2 Indeks Harapan Dan Kepuasan Masyarakat Kota Depok

    Tahun 2009

    5-4

    5.3 Indeks Kepuasan Masyarakat Per-Unit Pelayanan 5-6

    5.3.1 Surat Ijin Tempat Usaha (SITU) dan HO 5-7

    5.3.2 Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 5-14

    5.3.3 Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) 5-19

    5.3.4 Surat Ijin Trayek Angkutan (SITA) 5-25

    5.3.5 Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) 5-30

    5.3.6 Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) 5-36

    5.3.7 Ijin Pemasangan Reklame 5-41

    5.3.8 Ijin Pelayanan Kesehatan Swasta 5-47

    5.3.9 Kesehatan Dasar (Puskesmas) 5-53

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman iv

    5.3.10 Pasar 5-58

    5.3.11 Kartu Kuning 5-63

    5.3.12 Pembayaran Pajak 5-68

    5.3.13 Akte Kelahiran Umum 5-73

    5.3.14 Kartu Tanda Penduduk dan Kartu keluarga 5-78

    5.3.15 Pemadaman Kebakaran 5-83

    5.3.16 Pelayanan Air Bersih 5-88

    5.3.17 Rumah Potong Hewan 5-94

    5.3.18 Pendidikan Dasar dan Menengah 5-98

    5.3.19 Jalan 5-104

    5.3.20 Terminal 5-109

    5.3.21 Persampahan 5-114

    5.4 Analisis Gap Antara Harapan dan Persepsi Masyarakat

    Atas Kinerja Pelayanan Publik Kota Depok

    5-121

    5.4.1 Indeks Gap Antara Harapan dan Persepsi Masyarakat

    Kota Depok Secara Keseluruhan

    5-121

    5.4.2 Indeks Gap antara Harapan dan Persepsi Masyarakat

    pada Masing-Masing Unit Pelayanan Publik Kota Depok

    5-124

    5.5 Perkembangan Indek Harapan, IKM, dan Gap Tahun

    2007, 2008 dan 2009

    5-136

    BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1 Kesimpulan 6-1

    6.2 Rekomendasi

    BAB 7 DAFTAR PUSTAKA

    7-1

    LAMPIRAN

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman v

    DAFTARTABEL

    Halaman 2.1 Perbedaan Karakteristik antara Pelayanan Barang dan

    Jasa

    2-12

    2.2 Pergeseran Paradigma Model Pelayanan Publik 2-13

    3.1 Operasionalisasi Kepuasan Masyarakat Berdasarkan

    Konsep SERVQUAL

    3-10

    3.2 Operasionalisasi Kepuasan Masyarakat Berdasarkan

    Kep.Menpan/25/M.PAN/2/2004

    3-11

    3.3 Cara Pengambilan Sampel dan Jumlah Responden 3-22

    3.4 Nilai Persepsi, Interval IKM, Interval Konversi IKM,

    Mutu Pelayanan, dan Kinerja Unit Pelayanan

    3-25

    4.1 Pembagian Administratif Kota Depok 4-2

    4.2 Distribusi Jumlah SD, SLTP dan SLTA Kota Depok Tahun

    2008/2009

    4-3

    5.1 Indeks Harapan dan Kepuasan Masyarakat Kota Depok

    Tahun 2009

    5-4

    5.2 Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur 5-7

    5.3 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin 5-8

    5.4 Karakteristik Responden Menurut Jenjang Pendidikan 5-9

    5.5 Karakteristik Responden Menurut Jenis Pekerjaan 5-9

    5.6 IKM pada Unit Pelayanan SITU dan HO 5-10

    5.7 Hasil Analisis Kesesuaian Tingkat Kepentingan dan

    Kenyataan pada Unit Pelayanan SITU & HO

    5-13

    5.8 Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur 5-14

    5.9 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin 5-15

    5.10 Karakteristik Responden Menurut Jenjang Pendidikan 5-16

    5.11 Karakteristik Responden Menurut Jenis Pekerjaan 5-16

    5.12 IKM pada Unit Pelayanan Tanda Daftar Perusahaan

    (TDP)

    5-17

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman vi

    5.13 Hasil Analisis Kesesuaian Tingkat Kepentingan dan

    Kenyataan pada Unit Pelayanan Publik Tanda Daftar

    Perusahaan

    5-19

    5.14 Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur 5-20

    5.15 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin 5-21

    5.16 Karakteristik Responden Menurut Jenjang Pendidikan 5-21

    5.17 Karakteristik Responden Menurut Jenis Pekerjaan 5-22

    5.18 IKM Pada Unit Pelayanan Surat ijin Usaha Perdagangan

    (SIUP)

    5-23

    5.19 Hasil Analisi Kesesuaian Tingkat Kepentingan dan

    Kenyataan pada Unit Pelayanan Publik SIUP

    5-24

    5.20 Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur 5-25

    5.21 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin 5-26

    5.22 Karakteristik Responden Menurut Jenjang Pendidikan 5-27

    5.23 Karakteristik Responden Menurut Jenis Pekerjaan 5-27

    5.24 IKM pada Unit Pelayanan Surat Ijin Trayek Angkutan

    (SITA)

    5-28

    5.25 Hasil Analisis Kesesuaian Tingkat Kepentingan dan

    Kenyataan pada Unit Pelayanan Publik SITA

    5-30

    5.26 Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur 5-31

    5.27 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin 5-32

    5.28 Karakteristik Responden Menurut Jenjang Pendidikan 5-32

    5.29 Karakteristik Responden Menurut Jenis Pekerjaan 5-33

    5.30 IKM Pada Unit Pelayanan Pengujian Kendaraan

    Bermotor (PKB)

    5-34

    5.31 Hasil Analisis Kesesuaian Tingkat Kepentingan dan

    Kenyataan pada Unit Pelayanan Publik PKB

    5-35

    5.32 Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur 5-36

    5.33 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin 5-37

    5.34 Karakteristik Responden Menurut Jenjang Pendidikan 5-37

    5.35 Karakteristik Responden Menurut Jenis Pekerjaan 5-38

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman vii

    5.36 IKM Pada Unit Pelayanan Ijin Mendirikan Bangunan

    (IMB)

    5-39

    5.37 Hasil Analisis Kesesuaian Tingkat Kepentingan dan

    Kenyataan pada Unit Pelayanan Publik IMB

    5-41

    5.38 Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur 5-42

    5.39 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin 5-43

    5.40 Karakteristik Responden Menurut Jenjang Pendidikan 5-43

    5.41 Karakteristik Responden Menurut Jenis Pekerjaan 5-44

    5.42 IKM Pada Unit Pelayanan Ijin Pemasangan Reklame 5-45

    5.43 Hasil Analisis Kesesuaian Tingkat Kepentingan dan

    Kenyataan pada Unit Pelayanan Publik Ijin

    Pemasangan Reklame

    5-46

    5.44 Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur 5-47

    5.45 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin 5-48

    5.46 Karakteristik Responden Menurut Jenjang Pendidikan 5-49

    5.47 Karakteristik Responden Menurut Jenis Pekerjaan 5-50

    5.48 IKM Pada Unit Pelayanan Kesehatan Swasta 5-51

    5.49 Hasil Analisis Kesesuaian Tingkat Kepentingan dan

    Kenyataan pada Unit Pelayanan Kesehatan Swasta

    5-52

    5.50 Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur 5-53

    5.51 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin 5-54

    5.52 Karakteristik Responden Menurut Jenjang Pendidikan 5-55

    5.53 Karakteristik Responden Menurut Jenis Pekerjaan 5-55

    5.54 IKM Pada Unit Pelayanan Kesehatan Dasar

    (PUSKESMAS)

    5-56

    5.55 Hasil Analisis Kesesuaian Tingkat Kepentingan dan

    Kenyataan pada Unit Pelayanan Kesehatan Dasar

    (PUSKESMAS)

    5-57

    5.56 Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur 5-58

    5.57 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin 5-59

    5.58 Karakteristik Responden Menurut Jenjang Pendidikan 5-60

    5.59 Karakteristik Responden Menurut Jenis Pekerjaan 5-60

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman viii

    5.60 IKM Pada Unit Pelayanan Pasar 5-61

    5.61 Hasil Analisis Kesesuaian Tingkat Kepentingan dan

    Kenyataan pada Unit Pelayanan Pasar

    5-62

    5.62 Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur 5-63

    5.63 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin 5-64

    5.64 Karakteristik Responden Menurut Jenjang Pendidikan 5-65

    5.65 Karakteristik Responden Menurut Jenis Pekerjaan 5-65

    5.66 IKM Pada Unit Pelayanan Kartu Kuning 5-66

    5.67 Hasil Analisis Kesesuaian Tingkat Kepentingan dan

    Kenyataan pada Unit Pelayanan Kartu Kuning

    5-67

    5.68 Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur 5-68

    5.69 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin 5-69

    5.70 Karakteristik Responden Menurut Jenjang Pendidikan 5-70

    5.71 Karakteristik Responden Menurut Jenis Pekerjaan 5-70

    5.72 IKM Pada Unit Pelayanan Pajak 5-71

    5.73 Hasil Analisis Kesesuaian Tingkat Kepentingan dan

    Kenyataan pada Unit Pelayanan Pajak

    5-72

    5.74 Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur 5-73

    5.75 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin 5-74

    5.76 Karakteristik Responden Menurut Jenjang Pendidikan 5-75

    5.77 Karakteristik Responden Menurut Jenis Pekerjaan 5-75

    5.78 IKM Pada Unit Pelayanan Akte Kelahiran Umum 5-76

    5.79 Hasil Analisis Kesesuaian Tingkat Kepentingan dan

    Kenyataan pada Unit Pelayanan Akte Kelahiran Umum

    5-77

    5.80 Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur 5-79

    5.81 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin 5-79

    5.82 Karakteristik Responden Menurut Jenjang Pendidikan 5-80

    5.83 Karakteristik Responden Menurut Jenis Pekerjaan 5-81

    5.84 IKM Pada Unit Pelayanan KTP dan KK 5-82

    5.85 Hasil Analisis Kesesuaian Tingkat Kepentingan dan

    Kenyataan pada Unit Pelayanan KTP dan KK

    5-83

    5.86 Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur 5-84

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman ix

    5.87 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin 5-85

    5.88 Karakteristik Responden Menurut Jenjang Pendidikan 5-85

    5.89 Karakteristik Responden Menurut Jenis Pekerjaan 5-86

    5.90 IKM Pada Unit Pelayanan Pemadaman Kebakaran 5-87

    5.91 Hasil Analisis Kesesuaian Tingkat Kepentingan dan

    Kenyataan pada Unit Pelayanan Pemadaman

    Kebakaran

    5-88

    5.92 Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur 5-89

    5.93 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin 5-90

    5.94 Karakteristik Responden Menurut Jenjang Pendidikan 5-91

    5.95 Karakteristik Responden Menurut Jenis Pekerjaan 5-91

    5.96 IKM Pada Unit Pelayanan Air Bersih 5-92

    5.97 Hasil Analisis Kesesuaian Tingkat Kepentingan dan

    Kenyataan pada Unit Pelayanan Air Bersih

    5-93

    5.98 Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur 5-94

    5.99 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin 5-95

    5.100 Karakteristik Responden Menurut Jenjang Pendidikan 5-96

    5.101 Karakteristik Responden Menurut Jenis Pekerjaan 5-96

    5.102 IKM Pada Unit Pelayanan Rumah Potong Hewan (RPH) 5-97

    5.103 Hasil Analisis Kesesuaian Tingkat Kepentingan dan

    Kenyataan pada Unit Pelayanan Rumah Potong Hewan

    (RPH)

    5-98

    5.104 Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur 5-99

    5.105 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin 5-100

    5.106 Karakteristik Responden Menurut Jenjang Pendidikan 5-101

    5.107 Karakteristik Responden Menurut Jenis Pekerjaan 5-101

    5.108 IKM Pada Unit Pelayanan Pendidikan Dasar dan

    Menengah

    5-102

    5.109 Hasil Analisis Kesesuaian Tingkat Kepentingan dan

    Kenyataan pada Unit Pelayanan Pendidikan Dasar dan

    Menengah

    5-104

    5.110 Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur 5-105

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman x

    5.111 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin 5-105

    5.112 Karakteristik Responden Menurut Jenjang Pendidikan 5-106

    5.113 Karakteristik Responden Menurut Jenis Pekerjaan 5-107

    5.114 IKM Pada Unit Pelayanan Jalan 5-108

    5.115 Hasil Analisis Kesesuaian Tingkat Kepentingan dan

    Kenyataan pada Unit Pelayanan Jalan

    5-109

    5.116 Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur 5-110

    5.117 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin 5-111

    5.118 Karakteristik Responden Menurut Jenjang Pendidikan 5-111

    5.119 Karakteristik Responden Menurut Jenis Pekerjaan 5-112

    5.120 IKM Pada Unit Pelayanan Terminal 5-113

    5.121 Hasil Analisis Kesesuaian Tingkat Kepentingan dan

    Kenyataan pada Unit Pelayanan Terminal

    5-114

    5.122 Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur 5-115

    5.123 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin 5-116

    5.124 Karakteristik Responden Menurut Jenjang Pendidikan 5-116

    5.125 Karakteristik Responden Menurut Jenis Pekerjaan 5-117

    5.126 IKM Pada Unit Pelayanan Persampahan 5-118

    5.127 Hasil Analisis Kesesuaian Tingkat Kepentingan dan

    Kenyataan pada Unit Pelayanan Persampahan

    5-119

    5.128 Indeks Gap antara Harapan dan Persepsi Masyarakat

    atas Kinerja Pelayanan Publik Kota Depok

    5-122

    5.129 Distribusi Frekuensi Gap Tinggi, Gap Sedang dan Gap

    Rendah

    5-123

    5.130 Nilai Gap antara Indeks Harapan dan Indeks Persepsi

    masyarakat atas Kinerja 8 Unit Pelayanan Perijinan

    5-125

    5.131 Nilai Gap antara Indeks Harapan dan Indeks Persepsi

    masyarakat atas Kinerja 13 Unit Pelayanan Dasar

    5-130

    5.132 Indeks Harapan Masyarakat Atas Kinerja Pelayanan

    Publik Kota Depok Tahun 2007, 2008 dan 2009

    5-137

    5.133. Perkembangan IKM Tahun 2007-2008 5-139

    5.134. Indeks Gap antara Harapan dan Persepsi Masyarakat 5-140

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman xi

    atas Kinerja Pelayanan Publik Tahun 2007 2008

    6.1 Rekomendasi untuk Masing-masing Unit Peiayanan di Kota Depok

    6-16

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman xii

    DAFTARGAMBAR

    Halaman 2.1 Model Dasar Indikator Penilaian 2-2

    2.2 Segitiga Pelayanan Publik 2-10

    2.3 Fase-Fase Struktur Pemecahan Persoalan 2-16

    2.4 Three Es 2-22

    2.5 Flower of Services 2-24

    2.6 Operasionalisasi Konsep 2-26

    2.7 Model Konseptual Service Quality (Servqual) 2-28

    3.1 Kerangka Konseptual Penelitian 3-4

    3.2 Bagan Operasionalisasi Konsep 3-26

    3.3 Diagram Kartesius 3-27

    5.1 Indeks Harapan, IKM, dan Gap Kota Depok Tahun 2007,

    2008 & 2009

    5-136

  • 2009 WIRATAMAPRANATAKONSULTAN

    LAPORAN PENDAHULUAN Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    Bab 1-1

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman Bab 1-1

    BAB1 PENDAHULUAN

    1.1. LATAR BELAKANG

    Pemerintah merupakan suatu entitas yang memiliki fungsi dan

    tujuan memberikan pelayanan kepada kelompok masyarakat yang

    dinaunginya, dengan menjalankan peran sebagai organisasi publik non

    profit yang memberikan pelayanan publik kepada masyarakat. Pelayanan

    publik yang diberikan didasarkan atas fungsi, peran, kewajiban dan

    tujuan didirikannya pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan

    masyarakat akan barang dan jasa yang memiliki karakteristik sebagai

    barang publik.

    Filosofi berdirinya pemerintahan memberikan pelayanan kepada

    masyarakat untuk memenuhi dan memfasilitasi kepentingan dan

    kebutuhan masyarakat akan barang atau jasa yang memiliki karakteristik

    barang publik yang perlu pengaturan dalam pemenuhannya. Memberikan

    pelayanan merupakan tugas utama dalam penyelenggaraan

    pemerintahan yang sering terlupakan akibat permasalahan yang dihadapi

    oleh pemerintah yang semakin rumit dan kompleks.

    Perkembangan teknologi infomasi dan perkembangan iklim

    demokrasi menyebabkan perubahan sikap dan cara pandang terhadap

    penyelenggaraan pemerintahan. Masyarakat semakin cerdas, kritis dan

    memahami akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara dalam

    penyelenggaraan pemerintahan memaksa pemerintah untuk mampu

    mengimbangi perkembangan dan pergeseran norma dalam kehidupan

    masyarakat serta memenuhi perkembangan harapan masyarakat

    khususnya harapan dalam penyelenggaraan pelayanan pemenuhan

    kebutuhan akan barang dan jasa yang memiliki karakteristik publik.

    Perubahan harapan masyarakat akan penyelenggaraan pemerintahan

    mengarahkan kepada pemerintahan yang bersih, akuntabel dan reliable

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman Bab 1-2

    dalam menjalankan fungsi dan perannya, ekspektasi yang begitu besar

    tersebut merubah paradigma dan tatanan fundamental pada sistem

    Pemerintahan Daerah, perubahan sistem pemerintahan di daerah

    berbalik haluan dari sentralisasi menjadi desentralisasi dengan

    pelimpahan sebagian besar urusan pemerintahan kepada daerah,

    pelimpahan penyelenggaraan urusan tersebut disertai dengan

    desentralisasi fiscal untuk membiayai penyelenggaraan urusan

    pemerintahan yang dilimpahkan kepada daerah. Perubahan tatanan

    fundamental sistem pemerintahan di daerah dari sentralisasi menjadi

    desentralisasi diawali dengan lahimya Undang-Undang Nomor 22 Tahun

    1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian diperbaharui dengan

    lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang memiliki filosofi

    untuk memberikan pemerataan pelayanan publik dan untuk lebih

    mendekatkan serta meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap

    pelayanan publik melalui pelimpahan penyelenggaraan sebagian urusan

    kepada Pemerintah Daerah.

    Meskipun fungsi utama Pemerintah memberikan pelayanan publik

    namun dalam pelaksanaannya pelayanan publik yang diberikan

    mencitrakan kredibilitas yang buruk dimana pelayanan yang diberikan

    selalu identik dengan prosedur yang tidak jelas dan berbelit-belit,

    persyaratan yang rumit dan tidak masuk akal, biaya pungutan di luar

    ketentuan, dan ketidakpastian penyelesaian. Pencitraan tersebut sangat

    erat kaitannya dengan karakteristik pelayanan publik itu sendiri, dimana

    Pelayanan publik cenderung bersifat monopoli dan bersifat mengatur

    sehingga sangat jauh dari mekanisme pasar dan persaingan. Hal ini

    menimbulkan dampak buruk terhadap perkembangan kualitas pelayanan

    yakni sering terlantarnya upaya peningkatan kualitas pelayanan dan

    kurang berkembangnya inovasi dalam pelayanan serta kurang terpacunya

    pemerintah daerah untuk memperbaiki kualitas layanan. Keadaan ini

    didukung oleh barang yang memiliki karakteristik public goods, dimana

    barang yang disediakan pemerintah pada umumnya merupakan barang

    yang dikonsumsi masyarakat banyak dan tingkat keterhabisannya

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman Bab 1-3

    cenderung rendah (Hewlett dan Ramsesh, 1995:33), sehingga perlu

    pengaturan dalam pemenuhan kebutuhan barang dengan keberadaan

    pemerintah menjamin pemerataan pemenuhan kebutuhan public goods

    tersebut.

    Pelayanan pubilik pada umumnya berkaitan dengan pelayanan

    barang yang bersifat publik (public goods) dan collective goods yang

    dapat disediakan oleh pemerintah maupun common-pool goods. Ketiga

    barang layanan tersebut pada prinsipnya berbeda dengan barang yang

    bersifat privat (private goods). Secara filosofis pembeda kedua barang

    tersebut didasarkan pada consumptions and exclusion, baik yang bersifat

    individual maupun joint. (Savas dalam Trilestari, 2004:13). Lebih lanjut,

    Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun

    2003 membagi pelayanan publik dalam tiga kelompok besar, yaitu :

    1. Pelayanan Administratif, yaitu pelayanan yang menghasilkan

    berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan publik, seperti

    kewarganegaraan, sertifikat kompetensi, kepemilikan atau

    penguasaan terhadap suatu barang dan sebagainya, yang termasuk

    dalam kelompok ini adalah KTP, BPKP, SIM, STNK, IMB, Akte

    Pernikahan, Akte kelahiran, Akte Kematian, dan sebagainya.

    2. Pelayanan Barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai

    bentuk atau jenis barang yang digunakan oleh publik, yang termasuk

    dalam kelompok ini misalnya jaringan telepon, tenaga listrik, air

    bersih, dan sebagainya.

    3. Pelayanan Jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk

    jasa yang dibutuhkan oleh publik, yang termasuk dalam kelompok ini

    adalah pendidikan, pemeliharaan kesehatan, penyelenggaraan

    transportasi, pos, dan sebagainya.

    Selain itu Posisi tawar masyarakat sebagai customer sangatlah

    tidak memungkinkan untuk melakukan langkah keluar dari layanan yang

    diberikan oleh pemerintah, dikarenakan tidak adanya pembanding dalam

    penyediaan pelayanan yang serupa, tidak adanya customer voice, dan no

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman Bab 1-4

    customer out pada pelanggan layanan pemerintah. Dalam hal ini,

    masyarakat membuat kondisi pemerintah begitu berkuasa dan tidak

    rentan terhadap perubahan yang diinginkan masyarakat. Inilah penyebab

    utama pemerintah seakan lamban, tidak responsif, dan terkesan kaku

    dalam pemberian pelayanan publik kepada masyarakat. Hal tersebut

    diperparah dengan tidak dan belum bisanya pemerintah sebagai provider

    layanan dalam membaca arah perubahan dan tuntutan masyarakat serta

    perubahan lingkungan serta belum tahunya masyarakat mengenai

    pelayanan minimal yang seharusnya dilakukan pemerintah, sehingga

    terjadi komunikasi yang terputus (miss link) antara provider dalam

    membaca keinginan masyarakat dan customer dalam melihat potensi

    pemerintah memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam rangka

    pemenuhan kebutuhan akan pelayanan publik yang berkualitas,

    pemerintah sudah menerapkan berbagai kebijakan untuk memperbaiki

    pelayanan publik di Indonesia baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

    Kebijakan tersebut antara lain dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 32

    tahun 2004 pasal 11 ayat 4 bahwa penyelenggaraan urusan pemerintahan

    yang bersifat wajib harus berpedoman kepada Standar Pelayanan

    Minimal yang harus dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh

    pemerintah. Hal ini diperkuat dengan keluarnya petunjuk teknis dalam

    pelaksanaan pelayanan minimal tersebut dengan dikeluarkannya

    Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2005 tentang Pedoman

    Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal, selain itu

    pemerintah melalui Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara

    Mengeluarkan Surat Keputusan Menpan Nomor 63 Tahun 2004 tentang

    Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Pubiik mengamanatkan agar

    setiap penyelenggara pelayanan secara berkala melakukan survei Indeks

    Kepuasan Masyarakat, dimana ukuran keberhasilan penyelenggara

    layanan ditentukan oleh tingkat kepuasan penerima layanan dan

    kepuasan masyarakat identik dengan kualitas pelayanan yang telah

    diberikan oleh penyelenggara layanan. Lebih lanjut pemerintah

    mengatur pedoman dalam pengukuran skala kepuasan masyarakat

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman Bab 1-5

    melalui Surat Keputusan Menpan Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Pedoman

    Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat yang dapat dijadikan

    acuan oleh pemerintah daerah dalam konteks perbaikan kualitas

    pelayanan yang diberikan, beberapa petunjuk teknis yang dikeluarkan

    oleh pemerintah merupakan salah satu bukti nyata upaya pemerintah

    dalam menyeragamkan pelayanan yang diterima oleh masyarakat dalam

    konteks perbedaan penyelenggara layanan (Pemerintah Daerah).

    Filosofi dasar yang digunakan dalam pengukuran Indeks Kepuasan

    Masyarakat sejalan dengan yang dikemukakan oleh Fitzsimmons

    (1994:189) mengenai kualitas pelayanan yakni "customer satisfaction

    with service quality can be defined perceptions of received with

    expectation of service desired" yang dapat diartikan bahwa kepuasan

    pelanggan dalam hal kualitas pelayanan bisa dijelaskan/diukur dengan

    membandingkan persepsi pelayanan yang diterima dengan pelayanan

    yang diinginkan/diharapkan. Artinya, pengukuran kualitas dapat

    dilakukan dengan membandingkan antara pelayanan yang diterima oleh

    masyarakat dengan pelayanan yang diharapkan. Metode ini melakukan

    pengukuran kualitas pelayanan melalui melalui mekanisme suara

    kepuasan pelanggan (customer voice), cara ini sudah dilakukan oleh

    sektor private untuk memberikan gambaran kepuasan pelanggan

    terhadap pelayanan yang telah diberikan serta untuk memberikan

    masukan mengenai kelemahan dan kekuatan perusahaan yang bertujuan

    menjaga agar pelanggan tidak keluar dari pelayanan yang diberikan

    perusahaan (walk out). Hal ini sejalan dengan paradigma baru

    pemerintahan dalam mereformasi birokrasi melalui customer driven,

    yang berarti pelayanan yang diberikan pemerintah sangat dipengaruhi

    dan dikendalikan oleh kebutuhan serta harapan publik (Osborn, David,

    dan Ted Gebler, 1992), dimana pelanggan menjadi titik penting dalam

    penilaian kinerja pemberian pelayanan publik yang berbasiskan kepada

    kepuasan dan keinginan pelanggan.

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman Bab 1-6

    Selain itu, Albert Hircman mengembangkan suatu teori (Jones

    dalam Ratminto, 2005:71) yang menyebutkan bahwa kinerja pelayanan

    publik dapat ditingkatkan apabila ada mekanisme exit dan voice.

    Mekanisme exit dapat diartikan bahwa jika pelayanan publik tidak

    berkualitas, maka konsumen bisa memiliki kesempatan untuk memilih

    lembaga penyelenggara pelayanan publik lain yang disukainya,

    sedangkan mekanisme voice diartikan bahwa adanya kesempatan untuk

    mengungkapkan ketidakpuasan kepada lembaga penyelenggara layanan

    publik. Hircman juga menjelaskan, mekanisme exit biasanya terhambat

    oleh beberapa faktor seperti kekuatan pemaksaan negara, tidak adanya

    lembaga publik alternatif, dan tidak adanya biaya untuk menciptakan

    lembaga penyelenggara layanan publik alternatif, sedangkan mekanisme

    voice biasanya tidak efektif, dikarenakan kurangnya pengetahuan dan

    kepercayaan terhadap mekanisme yang ada, aksesibilitas serta biaya

    untuk mempergunakan mekanisme tersebut. Dengan demikian, untuk

    meningkatkan pelayanan publik diperlukan kesetaraan posisi tawar

    antara konsumen dengan provider (penyelenggara layanan).

    Pemerintah Kota Depok berdasarkan landasan normatif dan

    akademik, berupaya melakukan perbaikan kualitas pelayanan publik

    melalui visi pertama "Mewujudkan pelayanan yang ramah, cepat dan

    transparan" dalam mewujudkan Visi "Menuju Kota Depok Yang Melayani

    dan Mensejahterakan" sebagaimana tertuang dalam Rencana

    Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2006-2011. Dalam

    upaya pencapaian Perbaikan kualitas pelayanan publik, diperlukan suatu

    pengukuran yang dapat dipertanggungjawabkan secara normatif dan

    akademik mengenai kualitas pelayanan publik yang diberikan oleh

    Penyelenggara Layanan (Provider). Pengukuran dimaksud memiliki tiga

    tujuan utama yakni Memperoleh Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat

    sebagai tolok ukur kualitas Pelayanan, Memetakan kualitas pelayanan

    publik, Menjaring harapan masyarakat akan pelayanan publik serta

    Menyusun strategi perbaikan kualitas pelayanan publik di Kota Depok.

    Berdasarkan hal tersebut di atas Pemerintah Kota Depok akan melakukan

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman Bab 1-7

    Pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat Tahun 2009 yang dilandaskan

    pada target pencapaian indikator makro dalam Rencana Pembangunan

    Jangka Menengah Kota Depok, yakni menargetkan peningkatan kepuasan

    masyarakat terhadap pelayanan publik sebesar 2,5% pertahun.

    Penetapan target dilakukan sebagai dasar dalam penilaian pencapaian

    target kinerja melalui indikator makro tersebut.

    Pelaksanaan kajian Indeks Kepuasan Masyarakat Tahun 2009

    merupakan kegiatan simultan yang berkelanjutan, dimana dalam kurun

    waktu dua kali pelaksanaan kajian diperoleh angka dasar dalam

    pencapaian target Indeks Kepuasan Masyarakat sebesar 71,17 pada tahun

    2007 dan hasil tersebut mengalami peningkatan sebesar 4,54 % menjadi

    75,71 Pada tahun 2008. Pelaksanaan Kajian Indeks Kepuasan Masyarakat

    Tahun 2009 memiliki maksud utama untuk mengukur Peningkatan

    kualitas Pelayanan Publik di Kota Depok yang didasarkan pada target

    pencapaian indikator makro sebesar 2,5% di setiap tahunnya, menjaring

    harapan masyarakat akan pelayanan publik serta merumuskan strategi

    perbaikan kualitas pelayanan publik.

    Hasil dari pengukuran akan dijadikan acuan serta bahan

    pertimbangan dalam menentukan strategi untuk memperbaiki pelayanan

    publik di Kota Depok. Penentuan strategi dimaksud dilakukan dengan

    mempertimbangkan harapan masyarakat terhadap pelayanan publik di

    Kota Depok, karakteristik layanan, tingkat kepentingan, tingkat capaian

    kepuasan masyarakat (Indeks Kepuasan Masyarakat) dari target indikator

    makro pada setiap tahunnya serta tingkat kesenjangan antara persepsi

    dan harapan terhadap layanan.

    1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

    1.2.1. Maksud

    Maksud dari Pekerjaan Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok

    Tahun 2009 sebagai berikut :

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman Bab 1-8

    a. Mengukur Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009,

    tingkat harapan masyarakat akan pelayanan publik di Kota Depok;

    b. Menyusun Strategi peningkatan kualitas pelayanan publik tahun 2010.

    1.2.2. Tujuan

    Tujuan dari Pekerjaan Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok

    Tahun 2009 sebagai berikut :

    a. Terukurnya Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009;

    b. Teridentifikasinya harapan masyarakat akan pelayanan publik di Kota

    Depok;

    c. Terpetakannya perkembangan persepsi dan harapan masyarakat akan

    pelayanan publik di Kota Depok disetiap tahunnya;

    d. Terpetakannya kelemahan dan kekurangan dari masing-masing unit

    penyelenggara layanan publik;

    e. Terpetakannya kesenjangan antara harapan dan persepsi masyarakat

    akan pelayanan publik di Kota Depok;

    f. Tersusunnya strategi peningkatan kualitas pelayanan publik dalam

    penetapan kebijakan terkait dengan peningkatan kualitas pelayanan

    publik Tahun 2010;

    g. Sebagai ukuran dasar dalam menilai pencapaian kinerja pelayanan

    pada tahun berikutnya.

    1.3. SASARAN KEGIATAN

    a. Diperolehnya Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat Tahun 2009 sebagai

    dasar dalam pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat dalam interval

    waktu tahun berikutnya;

    b. Tersusunnya Strategi dan Rencana Kerja Tahun 2010 Peningkatan

    Kualitas Pelayanan Publik di Kota Depok.

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman Bab 1-9

    1.4. RUANG LINGKUP KEGIATAN

    Kegiatan Indeks Kepuasan Masyarakat meliputi Kajian secara

    mendalam mengenai pengukuran persepsi dan harapan masyarakat

    selaku pengguna jasa dengan melakukan Survei, Analisis dan Pemetaan

    terhadap Kinerja pelayanan/persepsi serta harapan masyarakat Kota

    Depok terhadap pelayanan publik. Melakukan analisa Tingkat Kinerja

    Pelayanan pada masing-masing Unit Pelayanan (GAP Analysis), analisa

    harapan masyarakat terhadap kualitas pelayanan pada masing-masing

    jenis pelayanan, analisa Tingkat kepentingan unsur-unsur layanan yang

    mempengaruhi kualitas layanan (Importance Performance Analysis) dan

    analisa Keterkaitan Karakteristik Layanan dengan tingkat kepentingan

    unsur-unsur layanan (House Of Quality). Kegiatan tersebut di atas

    melingkupi Lokus penelitian sebagai berikut:

    1. Wilayah pekerjaan penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat meliputi

    wilayah administratif pemerintah kota depok meliputi 6 kecamatan

    dan 63 kelurahan;

    2. Pengukuran kepuasan masyarakat dilakukan pada jenis pelayanan :

    1). Pelayanan kesehatan dasar dari puskesmas oleh Dinas

    Kesehatan

    2). Pelayanan pendidikan dasar dan menengah oleh Dinas

    Pendidikan

    3). Pelayanan izin mendirikan bangunan oleh Badan Pelayanan

    Perijinan Terpadu

    4). Pelayanan izin pemasangan reklame oleh Badan Pelayanan

    Perijinan Terpadu

    5). Pelayanan jalan oleh Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air

    6). Pelayanan persampahan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan

    7). Pelayanan Izin Tempat Usaha dan Izin Gangguan (HO) pada

    Badan Pelayanan Perijinan Terpadu

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman Bab 1-10

    8). Pelayanan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) pada

    Badan Pelayanan Perijinan Terpadu

    9). Pelayanan wajib daftar perusahaan pada Badan Pelayanan

    Perijinan Terpadu

    10). Pelayanan kartu kuning pada Dinas Tenaga Kerja dan Sosial

    11). Pelayanan pengujian kendaraan bermotor pada Dinas

    Perhubungan

    12). Pelayanan Terminal oleh Dinas Perhubungan

    13). Pelayanan Akta Kelahiran umum oleh Dinas Kependudukan dan

    Pencatatan Sipil

    14). Pelayanan rumah potong hewan oleh Dinas Pertanian dan

    Perikanan

    15). Pelayanan pasar oleh Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan

    Menengah, dan Pasar

    16). Pelayanan pembayaran pajak oleh Dinas Pendapatan dan

    Pengelolaan Keuangan Daerah

    17). Pelayanan Kartu Tanda Penduduk dan Kartu Keluarga pada

    Dinas Pendudukan dan Pencatatan Sipil

    18). Surat Ijin Trayek angkutan pada Dinas Perhubungan

    19). Ijin Pelayanan Kesehatan Swasta pada Badan Pelayanan

    Perijinan Terpadu

    20). Pelayanan Air Bersih pada Dinas Tata Ruang dan

    Permukiman

    21). Pemadam Kebakaran pada Dinas Pemadam Kebakaran

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman Bab 1-11

    1.5. KELUARAN

    a. Indeks Kepuasan masyarakat Kota DepokTahun 2009;

    b. Analisa Tingkat Kinerja Pelayanan pada masing-masing Unit

    Pelayanan (GAP Analysis);

    c. Analisa harapan masyarakat terhadap kualitas pelayanan pada

    masing-masing jenis pelayanan;

    d. Analisa kesenjangan antara kenyataan dan harapan pada kualitas

    masing-masing jenis pelayanan (GAP Analysis);

    e. Analisa tingkat kepentingan unsur-unsur layanan yang mempengaruhi

    kualitas layanan (importance Performance Analysis).

    f. Analisa Keterkaitan Karakteristik Layanan dengan tingkat

    kepentingan unsur-unsur layanan (House Of Quality)

    g. Rekomendasi strategi Perbaikan kualitas pelayanan publik di Kota

    Depok yang didasarkan pada harapan masyarakat Kota Depok pada

    kualitas pelayanan publik.

    h. Rekomendasi pemenuhan akan harapan masyarakat terhadap

    pelayanan publik yang didasarkan pada tingkat kepentingan unsur-

    unsur layanan yang mempengaruhi kualitas layanan;

    i. Rekomendasi Strategi peningkatan kualitas masing-masing pelayanan

    yang didasarkan pada keterkaitan karakteristik layanan dengan

    tingkat kepentingan unsur-unsur layanan;

    j. Rekomendasi Strategi peningkatan kualitas masing-masing pelayanan

    yang didasarkan pada keterkaitan karakteristik layanan, Analisis

    Tingkat kepentingan unsur-unsur layanan yang mempengaruhi

    kualitas layanan serta analisis kesenjangan persepsi dengan harapan

    pengguna jasa terhadap layanan;

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman Bab 1-12

    1.6. SISTEMATIKA PELAPORAN

    Laporan Antara ini disajikan dengan sistematikan sebagai berikut ;

    Bab 1 Pendahuluan

    Pada bagian ini diuraikan tentang latar belakang, maksud dan

    tujuan, sasaran, ruang lingkup kegiatan, keluaran dan sistematika

    pelaporan.

    Bab 2 Tinjauan Teori

    Bab ini menguraikan mengenai pelayanan publik, indeks kepuasan

    masyarakat, dan pengukuran kinerja layanan publik.

    Bab 3 Metode Penelitian

    Pada bagian ini diuraikan kerangka pendekatan kajian, dan

    metode pelaksanaan pekerjaan.

    Bab 4 Gambaran Umum Kota Depok

    Pada bagian ini akan diuraikan adalah gambaran umum kota

    depok, letak geografis dan Administrasi, data kependudukan dan sosial

    ekonomi, serta fungsi dan tugas pokok unit pelayanan pengukuran IKM.

    Bab 5 Hasil dan Pembahasan

    Bab ini berisikan indeks harapan dan kepuasan masyarakat tahun

    2009, dan indeks kepuasan masyarakat berdasarkan unit pelayanan yang

    ada di Kota Depok untuk tahun 2009.

  • 2009 WIRATAMAPRANATAKONSULTAN

    LAPORAN PENDAHULUAN Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    Bab 1-1

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman Bab 2-1

    BAB2 TINJAUANTEORI

    2.1. UMUM

    Berdasarkan prinsip pelayanan sebagaimana telah ditetapkan

    dalam Keputusan Men-Pan Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 telah

    dikembangkan 14 unsur minimal yang harus ada untuk dasar pengukuran

    Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM). Namun, perubahan indikator-

    indikator dapat terjadi jika pengalaman di lapangan selama survey

    dilakukan menunjukkan bahwa indikator tersebut tidak relevan, terlalu

    sulit untuk diukur, dan sebagainya. Berbicara kesulitan mengukur, pasti

    terkait pula dengan ketersediaan data dan subyektifitas penilaian dari

    masyarakat. Dalam hal ini, peningkatan ketersediaan dan kualitas data

    juga menjadi sasaran turunan yang diharapkan dapat terealisasi seiring

    dengan upaya meningkatkan akuntabilitas pengukuran.

    Berbicara efisiensi, kinerja masukan-proses-keluaran penting

    untuk dinilai. Namun menilai proses bukan hal yang mudah karena

    menyangkut internal unit pelayanan yang memerlukan skema pengukuran

    tersendiri. Oleh karena itu, indikator-indikator yang berkaitan dengan

    kepemerintahan yang baik harus dikerucutkan pada aspek-aspek

    sederhana yang berkaitan dengan kinerja pelayanan kepada masyarakat.

    Selanjutnya, menilai hasil dan dampak juga bukan hal yang

    mudah. Selain karena kedua aspek tersebut bukan konsekuensi langsung

    input-proses-output yang dijalankan selama setahun, kedua aspek

    tersebut juga bukan merupakan fungsi tunggal kinerja unit pelayanan.

    Untuk mencapai hasil dan dampak yang sesuai, ada aktor lain yang

    menentukan yakni unsur masyarakat dan swasta.

    Model dasar pengukuran kinerja pelayanan ini, pada dasarnya

    menggunakan pendekatan sistemik. Dalam hal ini, indikator dasar yang

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman Bab 2-2

    dikembangkan mampu merepresentasikan kinerja input, proses, output,

    outcome hingga dampak seperti ditunjukkan oleh gambar berikut:

    Gambar 2.1. Model Dasar Indikator Penilaian

    Sumber : Baird and Stammer, 1997

    Dengan demikian, rumusan indikator dasar penyusunan IKM lebih

    ditekankan pada kinerja pelayanan umum dilihat dari proses dan hasil.

    Kedua hal tersebut dirasakan langsung oleh masyarakat selaku pemakai.

    Yang dimaksud proses adalah aspek governance yaitu bagaimana unit

    pelayanan menjalankan penyelenggaraan pelayanan publiknya.

    Sedangkan yang dimaksud hasil adalah aksesibilitas dan kualitas produk

    layanan yang dihasilkan dan dirasakan langsung oleh masyarakat.

    2.2. PELAYANAN PUBLIK

    Pada hakekatnya pelayanan publik merupakan tugas utama dalam

    administrasi negara yang dilakukan oleh aparatur negara. Perkembangan

    yang muncul di sejumlah negara dalam bidang pelayanan publik

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman Bab 2-3

    menunjukkan adanya pergeseran lebih ke arah penerapan prinsip

    orientasi pasar dalam penyediaan pelayanan (Osborn don Gaebler, 1999).

    Ini berarti bahwa pelayanan yang diberikan pemerintah harus

    mengutamakan pelayanan terhadap masyarakatnya. Hal ini diperkuat

    dengan pninsip catalytic government, yang mengandung arti bahwa

    aparatur pemerintah dalam memberikan pelayanan publik bertindak

    sebagai katalisator, memberikan kemudahan dan kelancaran. Untuk itu

    dibutuhkan visi yang jelas dalam memberikan pelayanan yang terdepan

    untuk masyarakatnya.

    Dalam konteks ini pemerintah lebih bertindak sebagai regulator

    dibanding implementor atau aktor pelayanan. Oleh karena itu

    pemerintah perlu memberdayakan kelompok masyarakat itu sendiri

    sebagai penyedia atau pelaksana pelayanan.

    Sementara itu pemerintah hanya membantu masyarakat agar

    mampu membantu dirinya sendiri (helping people to help themselves),

    yang merupakan prinsip self-help atau steering rather than rowing

    dalam gagasan Reinventing Government.

    Dipandang dan sisi masyarakat, tuntutan pelayanan terus

    mengalami perubahan yang didorong oleh arus globalisasi. Di samping itu

    tuntutan masyarakat mempunyai perbedaan yang sangat dipengaruhi

    oleh tingkat kebutuhan dan nilai yang berlaku pada masing-masing

    individu maupun kelompok masyarakat. Hal ini membuka cakrawala baru

    bagi aparatur untuk semakin berperan secara lebih baik dalam

    membantu masyarakat memenuhi kebutuhannya.

    Merujuk SK MENPAN nomor 63 tahun 2003, pelayanan publik, atau

    pelayanan umum, pada dasarnya merupakan, "segala bentuk pelayanan

    umum yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah, di

    lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan jasa, baik dalam

    rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka

    pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan." Dengan

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman Bab 2-4

    demikian pengertian pelayanan publik sebagaimana dimaksud SK

    tersebut mempunyai arti yang sangat luas.

    Melaluli diterapkannya kebijakan UU nomor 32 tahun 2004 tentang

    pemerintahan daerah, dilihat dari sisi pelayanan pubik, diharapkan point

    of delivery menjadi lebih pendek, dalam arti titik antaran pelayanan

    menjadi lebih dekat ke masyarakat. Konsekuensi logisnya adalah perlu

    pelimpahan kewenangan menyangkut pelayanan publik pada tingkatan

    pemenintah di bawahnya, utamanya pemerintah kecamatan.

    Pelayanan yang dilakukan pemerintah dapat diklasifikasikan dalam

    pelayanan administrasi dan pelayanan pembangunan (Hoeseinf 1995),

    sedangkan berdasarkan fungsi pemerintah dalam melakukan pelayanan

    publik terdapat 3 fungsi pelayanan. Pertama, environmental services.

    Bentuk ini mencakup penyediaan sarana dan prasarana lingkungan

    (dalam arti luas) antara lain jalan, jembatan, drainase, jambatan dsb.

    Juga termasuk dalam bentuk layanan ini adalah personal services antara

    lain pelayanan pendidikan dan kesehatan, keagamaan dsb. Kedua,

    developmental services, Layanan bentuk ini lebih bersifat memampukan

    dan memfasilitasi (enabling and facilitating), atau sarana dan prasarana

    yang dapat menunjang peningkatan pertumbuhan perekonomian

    termasuk pelayanan yang berupa pelayanan administrative yang bersifat

    legalitas misalnya melegalkan sesuatu kepemilikan atau keberadaan

    seseorang individu dalam masyarakat yang berbentuk pelayanan

    perijinan, KTP, akte kelahiran, dan sebagainya. Ketiga, protective

    services Bentuk ketiga ini lebih bersifat pemberian pelayanan keamanan

    dan perlindungan yang dilakukan oleh polisi pamong praja, militer,

    bahaya kebakaran, bencana alam dan sebagainya.

    Sementara itu menurut Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003,

    pelayanan publik dapat dikelompokkan kedalam 3 (tiga) kelompok besar,

    yaitu:

    1. Pelayanan administratif, yaitu pelayanan yang menghasilkan

    berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan publik seperti

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman Bab 2-5

    kewarganegaraan, sertifikat kompetensi, kepemilikan atau

    penguasaan terhadap suatu barang dan sebagainya. Yang termasuk

    dalam kelompok ini adalah KTP, BPKB, SIM, STNK, IMB, Akte

    Pernikahan, Akte Kelahiran, Akte Kematian dan sebagainya.

    2. Pelayanan barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai

    bentuk atau jenis barang yang digunakan oleh publik. Yang termasuk

    dalam kelompok ini misalnya jaringan telepon, penyediaan tenaga

    listrik, air bersih dan sebagainya.

    3. Pelayanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk

    jasa yang dibutuhkan oleh publik. Yang termasuk dalam kelompok ini

    adalah pendidikan, pemeliharaan kesehatan, penyelenggaraan

    transportasi, pos dan sebagainya.

    2.2.1 Prinsip-Prinsip Pelayanan Publik

    Sherwood dalam Supriyono (2000:7) menyatakan: Profesionalisme

    pemerintah sedang mengalami pemunduran. Saat ini lebih banyak

    pejabat politik dalam birokrasi, dan lingkungan kerja belum mendukung

    atau dapat dipercaya. Tetapi pejabat pemerintah mempunyai peran

    penting untuk memulihkan lingkungan kerja agar sesuai dengan standart

    profesionalisme. Dengan demikian bidang pelayanan publik masih perlu

    mendapat perhatian dan pembenahan secara sungguh-sunguh dalam

    berbagai sektor yang menjadi pendukung terselenggaranya pelayanan

    publik yang efektif sehingga dapat menjawab tantangan yang ada yaitu

    memberikan pelayanan yang profesional guna memenuhi tuntutan

    masyarakat.

    Dalam kondisi demikian tentunya menjadi tugas pemerintah untuk

    mewujudkan pelayan yang dibutuhkan masyarakat. Maka salah satu

    alasan penting kehadiran pelayanan pemerintah, termasuk pelayanan

    publik yaitu diperlukan untuk melindungi kepentingan masyarakat, jika

    layanan yang dibutuhkan itu ternyata tidak dapat dijangkau masyarakat

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman Bab 2-6

    atau disediakan oleh mekanisme pasar. Meluasnya peran pemerintah

    dalam menyelenggarakan fungsi pelayanan (publik) berkembang dengan

    munculnya paham atau pandangan tentang filsafat negara. Adanya

    perluasan fungsi tersebut tidak lain adalah untuk kesejahteraan rakyat.

    Perluasan yang besar pada akhir-akhir ini dalam fungsi kesejahteraan itu

    telah memperlihatkan konsepsi baru tentang sifat pemerintahan konsepsi

    ini meletakkan pemerintahan dalam hubungan-hubungan yang lebih

    akrab dan kooperatif dengan manusia biasa sekaligus meruntuhkan

    tradisi pemerintahan sebagai suatu kekuasaan.

    Selain itu fungsi pelayanan yang dijalankan oleh Pemerintah saat

    ini sesungguhnya sebagaimana dikatakan Rasyid (1997:11) adalah untuk

    melayani masyarakat. Hal ini berarti pelayanan merupakan sesuatu yang

    terkait dengan peran dan fungsi pemerintah yang harus dijalankannya.

    Peran dan fungsinya itu dimaksudkan selain untuk melindungi juga

    memenuhi kebutuhan dasar masyarakat secara luas guna mewujudkan

    kesejahteraan rakyat.

    Seperti juga disampaikan oleh David Osborne dan Ted Gaebler :

    mengupayakan peningkatan pelayanan publik oleh birokrasi pemerintah

    yaitu dengan memberi wewenang kepada swasta lebih banyak

    berpartsipasi, karena mereka menyadari pemerintah itu milik rakyat

    bukan rakyat milik kekuasaan pemerintah. Selanjutnya dikatakan bahwa

    dalam rangka memperbaiki sistim untuk mewujudkan masyarakat lebih

    baik maka David Osborne dan Ted Gaebler menyimpulkan prinsip-prinsip

    yang mereka anggap sebagai keputusan model baru yaitu:

    1. Pemerintah sebagai pembuat kebijakan tidak perlu harus selalu

    menjadi pelaksana dalam berbagai urusan pemerintahan tetapi

    cukup sebagai penggerak.

    2. Sebagai badan yang dimiliki masyarakat luas, pemerintah bukan

    hanya senantiasa melayani publik tetapi juga memberdayakan

    segenap lapisan secara optimal.

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman Bab 2-7

    3. Sebagai pemilik wewenang untuk mengkompetisikan berbagai

    lapisan, pemerintah hendaknya tetap menyuntikkan ide

    pembangunan tetapi dalam misinya ini tetap diberi kebebasan

    berkarya kepada berbagai lapisan tersebut agar hasil dan berbagai

    masukan dapat ditampung, dalam rangka pemenuhan kebutuhan

    bersama. Dengan demikian berbagai pihak bukan hanya sekedar

    menghabiskan anggaran tetapi menemukan pertumbuhan

    kembangnya.

    4. Pemerintah sebagai pembangkit partisipasi seluruh lapisan

    masyarakat juga mampu melihat dan mengantisipasi keadaan dalam

    arti lebih baik mencegah akan terjadinya berbagai kemungkinan

    kendala daripada menanggulangi di kemudian hari.

    5. Dengan kewenangannya, pemerintah yang terdesentralisasi mampu

    menyerahkan sebagian urusan pemerintahannya, sehingga kekakuan

    aturan dari pemerintah pusat yang lebih atas dapat berganti

    mengikut sertakan daerah-daerah, dimana diharapkan terbentuk tim

    kerja yang optimal dan potensial.

    6. Pemerintah sudah waktunya berorientasi pasar, dimana

    kecenderungannya penyelewengan dan korupsi relatif kecil sehingga

    untuk itu diperlukan perubahan aturan agar lebih efektif dan efisien

    melalui pengendalian mekanisme pasar itu sendiri.

    Ruang lingkup pelayanan publik meliputi semua bentuk pelayanan

    yang berkaitan dengan kepentingan publik yang diselenggarakan oleh

    penyelenggara pelayanan publik dengan tujuan:

    1. Mewujudkan kepastian hak, tanggung jawab, kewajiban, dan

    kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan penyelenggaraan

    pelayanan publik.

    2. Mewujudkan sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang baik

    sesuai dengan asas-asas umum penyelenggaraan pemerintahan yang

    baik (good governance).

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman Bab 2-8

    3. Terpenuhinya hak-hak masyarakat dalam memperoleh pelayanan

    publik secara maksimal.

    4. Mewujudkan partisipasi dan ketaatan masyarakat dalam

    meningkatkan kuliatas pelayanan publik sesuai dengan mekanisme

    yang berlaku.

    2.2.2 Peningkatan Kualitas Pelayanan

    Peningkatan kualitas pelayanan menurut Parasuraman at.al

    (dalam Fandy Tjiptono 1996: 70) meliputi lima dimensi pokok, yaitu:

    1. Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan,

    pegawai, dan sarana komunikasi.

    2. Keandalan (reliability) yaitu kemampuan memberikan pelayanan

    yang dijanjian dengan segera, akurat, dan memuaskan.

    3. Daya tanggap (responsiveness) yaitu keinginan para staf untuk

    membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan

    tanggap.

    4. Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan kemampuan,

    kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas

    dari bahaya, resiko atau keragu-raguan.

    5. Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan,

    komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan

    para pelanggan.

    Lovelock (1992) mengemukakan lima prinsip yang harus

    diperhatikan bagi pelayan publik, agar kualitas layanan dapat dicapai

    antara lain:

    1. Tangible (terjamah), yang antara lain meliputi kemampuan fisik,

    peralatan, personil dan komunikasi material.

    2. Realiable (handal), yang meliputi kemampuan membentuk pelayanan

    yang dijanjikan dengan tepat dan memilki keajegan.

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman Bab 2-9

    3. Responsiveness (pertanggungjawaban), yaitu rasa tanggung jawab

    terhadap mutu pelayanan.

    4. Assurance (jaminan), yang meliputi pengetahuan, perilaku dan

    kemampuan pegawai.

    5. Empathy (empati), yaitu perhatian perorangan pada pelanggan.

    Disamping itu maka dalam rangka peningkatan pelayanan publik

    dalam memberikan layanan publik setidaknya para pelayan publik harus:

    1. Mengetahui kebutuhan yang dilayani.

    2. Menerapkan persyaratan manajemen untuk mendukung penampilan

    (kinerja).

    3. Memantau dan mengukur kinerja.

    Untuk itu sebagai perwujudan dari apa yang harus diperhatikan

    dan dilakukan oleh pelayan publik agar kualitas layanan menajadi baik,

    maka dalam memberikan layanan publik seharusnya:

    1. Mudah dalam pengurusan bagi yang berkepentingan (prosedurnya

    sederhana).

    2. Mendapat pelayanan yang wajar.

    3. Mendapat pelayanan yang sama tanpa pilih kasih.

    4. Mendapat perlakuan jujur dan terus terang (transparansi).

    Dalam pandangan Albrecht dan Zemke (1990:41) kualitas

    pelayanan publik merupakan hasil interaksi dari berbagai aspek, yaitu

    sistem pelayanan, sumberdaya manusia pemberi pelayanan, strategi, dan

    pelanggan (customers), seperti tampak pada gambar berikut ini:

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman Bab 2-10

    Gambar 2.2. Segitiga Pelayanan Publik

    Sumber: Albrecht and Zemke. 1990

    Dari gambar di atas diartikan bahwa sistim pelayanan publik yang

    baik akan menghasilkan kualitas pelayanan publik yang baik pula. Suatu

    sistim yang baik akan memberikan prosedur pelayanan yang terstandar

    dan memberikan mekanisme kontrol di dalam dirinya (build in control)

    sehingga segala bentuk penyimpangan yang terjadi akan mudah

    diketahui. Selain itu sistim pelayanan juga harus sesuai dengan

    kebutuhan pelanggan. Ini berarti organisasi harus mampu merespon

    kebutuhan dan keinginan pelanggan dengan menyediakan sistim

    pelayanan dan strategi yang tepat.

    2.2.3 Karakteristik Pelayanan Publik

    Produk suatu organisasi dapat berupa pelayanan dan produk fisik.

    Produk birokrasi publik sebagai suatu organisasi publik adalah pelayanan

    publik yang diterima oleh warga pengguna maupun masyarakat secara

    luas. Pelayanan publik adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh

    Strategi Pelayanan

    Sistim

    Customers

    SDM

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman Bab 2-11

    birokrasi publik untuk memenuhi kebutuhan warga pengguna. Pengguna

    atau pelanggan yang dimaksud disini adalah masyarakat yang

    membutuhkan pelayanan publik seperti pembuatan KTP, Akta Kelahiran,

    Akta Nikah, Akta Kematian, Sertifikat tanah, ijin usaha, ijin mendirikan

    bangunan (IMB), ijin gangguan, ijin pengambilan air bawah tanah, PDAM,

    PLN, dan lain sebagainya.

    Dalam SK MenPan Nomor 81/1993 yang dimaksud pelayanan umum

    adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh

    instansi pemerintah dan BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan jasa baik

    dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun ketentuan

    peraturan perundang-undangan. Berbeda dengan produk berupa barang

    yang mudah dinilai kualitasnya, pelayanan publik tidak mudah dinilai

    karena berupa jasa. Namun demikian antara barang dan jasa seringkali

    berhimpitan sehingga sulit dipisahkan. Suatu produk yang berupa

    pelayanan barang seringkali disertai dengan pelayanan jasa, misalnya

    penjualan mobil disertai pelayanan jasa berupa garansi dan service.

    Sebaliknya suatu pelayanan jasa seringkali disertai pelayanan barang

    misalnya pelayanan jasa pemasangan listrik tentu akan disertai dengan

    pemasangan tiang listrik dan peralatan pendukung lainnya.

    Mengenai perbedaan antara pelayanan barang dan jasa ini,

    Gronroos yang dkutip Lembaga Administrasi Negara (2003) menyusun

    karakteristik pelayanan barang dan jasa. Skema perbedaan antara

    pelayanan barang dan jasa adalah sebagai berikut:

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman Bab 2-12

    Tabel 2.1. Perbedaan Karakteristik antara Pelayanan Barang dan Jasa

    Pelayanan Barang Pelayanan Jasa Sesuatu yang berwujud Sesuatu yaidak berwujud Homogen satu jenis barang dapat berlaku untuk banyak orang

    Heterogen: satu bentuk pelayanan kepada seseorang belum tentu sesuai atau sama dengan bentuk pelayanan kepada orang lain

    Proses produksi dan distribusinya terpisah dengan proses konsumsi

    Proses produksi dan distribusi pelayanan berlangsung bersamaan pada saat dikonsumsi

    Berupa barang/ benda Berupa proses atau kegiatan Nilai utamanya dihasilkan di perusahaan

    Nilai utamanya dihasilkan dalam proses interaksi antara penjual dan pembeli

    Pembeli pada umumnya tidak terlibat dalam proses produksi

    Pembeli terlibat dalam proses produksi

    Dapat disimpan sebagai persediaan Tidak dapat disimpan Dapat terjadi perpindahan kepemimpinan

    Tidak ada perpindahan kepemilikan

    Sumber: Groonroos dikutip LAN.2003:8

    Pelayanan jasa tidak berwujud barang sehingga tidak nampak

    (intangible). Meskipun wujudnya tidak nampak proses

    penyelenggaraannya bisa diamati dan dirasakan, misalnya suatu

    pelayanan bisa dinilai cepat, lambat, menyenangkan, menyulitkan,

    murah, atau mahal.

    Proses produksi, distribusi dan konsumsi dalam penyediaan

    pelayanan jasa berlangsung secara bersamaan, sebagai contoh, ketika

    seorang birokrat memberikan pelayanan perijinan (IMB) maka dia

    melakukan serangkaian kegiatan mulai dari pengukuran, pembuatan

    gambar, dan sebagainya yang kemudian mendistribusikan kepada warga

    yang bersangkutan dan secara bersamaan warga yang bersangkutan ini

    menerima pelayanan tersebut. (Dwiyanto. 2005).

    Pelayanan jasa merupakan sesuatu yang tidak dapat disimpan,

    artinya suatu aktivitas pelayanan yang telah ditawarkan pada kurun

    waktu tertentu tidak dapat disimpan untuk ditawarkan pada kurun waktu

    berikutnya (diadopsi dari Dwiyanto. 2005).

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman Bab 2-13

    Apabila produknya berupa barang maka dapat berlaku untuk

    banyak orang, sebaliknya suatu jasa pelayanan yang diterima seseorang

    belum tentu sesuai atau sama dengan bentuk pelayanan yang diharapkan

    oleh orang lain. Artinya meskipun seseorang mendapat jenis pelayanan

    yang sama tetapi karena bentuknya yang tidak berwujud pelayanan yang

    diterima dapat berbeda.

    2.2.4 Pergeseran Paradigma Model Pelayanan Publik

    Menurut perpektif teoritik telah terjadi pergeseran paradigma

    pelayanan publik dari model administrasi publik tradisional (old public

    administratiton) ke model manajemen publik yang baru (new pulic

    management) dan akhirnya menuju model pelayanan publik baru (new

    public service) seperti tampak pada tabel berikut ini:

    Tabel 2.2. Pergeseran Paradigma Model Pelayanan Publik

    ASPEK OLD PUBLIC ADMINISTRATION

    NEW PUBLIC ADMINISTRATION

    NEW PUBLIC SERVICE

    Dasar Teoritis Teori politik Teori ekonomi Teori Demokrasi Konsep kepentingan publik

    Kepentingan publik adalah sesuatu yang didefinisikan secara politis dan yang tercantum dalam aturan

    Kepentingan publik mewakili agregasi dari kepentingan individu

    Kepentingan publik adalah hasil dari dialog tentang berbagai nilai

    Kepada siapa birokrasi harus bertanggungjawab

    Klien (clients) dan pemilih

    Pelanggan (Customer)

    Warga Negara (citizens)

    Peran pemerintah Pengayuh (Rowing)

    Mengarahkan (Steering)

    Menegoisasikan dan mengelaborasikan berbagai kepentingan warga negara dan kelompok komunitas

    Akuntabilitas Menurut hirarki administratif

    Kehendak pasar yang merupakan

    Multi aspek: akuntabel pada hukum,nilai

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman Bab 2-14

    hasil keinginan pelanggan (customers)

    komunitas, norma politik, standar profesional, kepentingan warga negara

    Sumber: diadopsi dari Denhardt dan Denhardt, 2000:28-29

    Dalam model new public service, pelayanan publik berlandaskan

    teori demokrasi yang mengajarkan egaliter dan persamaan hak diantara

    warga negara. Dalam model ini kepentingan publik dirumuskan sebagai

    hasil dialog dari berbagai nilai yang ada di dalam masyarakat.

    Kepentingan publik bukan dirumuskan oleh elite politik seperti yang

    tertera dalam aturan. Birokrasi yang memberikan pelayanan publik harus

    bertanggung jawab kepada masyarakat secara keseluruhan. Peranan

    pemerintah daerah adalah melakukan negosiasi dan menggali berbagai

    kepentingan dari masyarakat dan berbagai kelompok komunitas yang

    ada. Dalam model ini birokrasi publik bukan hanya sekedar harus

    akuntabel pada berbagai aturan hukum melainkan juga harus akuntabel

    pada nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, norma politik yang berlaku,

    standar profesional dan kepentingan masyarakat.

    Dasar teoritis pelayanan publik yang ideal menurut paradigma new

    public service yaitu pelayanan publik yang harus responsif terhadap

    berbagai kepentingan dan nilai-nilai publik yang ada. Tugas pemerintah

    daerah adalah melakukan negosiasi dan mengelaborasi berbagai

    kepentingan masyarakat dan kelompok komunitas, hal ini mengandung

    pengertian bahwa karakter dan nilai yang terkandung didalam pelayanan

    publik tersebut harus berisi preferensi nilai-nilai yang ada di dalam

    masyarakat. Karena masyarakat bersifat dinamis maka karakter

    pelayanan publik juga harus selalu berubah mengikuti perkembangan

    masyarakat. (Dwiyanto, 2006:145).

    Disamping itu pelayanan publik model baru harus bersifat non-

    diskriminatif sebagaimana dimaksud dasar teoritis yang digunakan yaitu

    teori demokrasi yang menjamin adanya persamaan warga negara tanpa

    membeda-bedakan asal-usul, kesukuan, ras, etnik, agama, dan latar

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman Bab 2-15

    belakang kepartaian. Ini berarti setiap warga negara diperlakukan secara

    sama ketika berhadapan dengan birokrasi publik untuk menerima

    pelayanan sepanjang syarat-syarat yang dibutuhkan terpenuhi. Hubungan

    yang terjalin antara birokrat publik dengan warga negara adalah

    hubungan impersonal sehingga terhindar dari sifat nepotisme dan

    primodialisme.

    2.2.5 Implementasi Kebijakan Publik

    Sebelum dilakukan pelayanan publik, tentunya akan dirumuskan

    kebijakan untuk mengatur teknis pelayanan tersebut kepada masyarakat

    pengguna (customers). Bagaimana agar kebijakan publik yang

    dirumuskan sesuai dengan yang diinginkan oleh masyarakat, adalah

    merupakan titik pangkal dari keberhasilan Pemerintah Daerah dalam

    menerima dan mengimplementasikannya. Kebijakan Publik menurut

    Kartasasmita, 1997:142 adalah upaya untuk memahami dan mengartikan:

    1. Apa yang dilakukan (atau tidak dilakukan) oleh pemerintah mengenai

    suatu masalah;

    2. Apa yang menyebabkan atau yang mempengaruhinya;

    3. Apa pengaruh dan dampak dari kebijakan tersebut.

    Pendapat senada dikemukakan oleh Dye (1992:2)

    mengartikan:public policy is whatever governments choose to or not to

    do, kebijakan publik adalah apapun yang pemerintah pilih untuk

    melakukan atau tidak melakukan. Demikian pula menurut Edward III dan

    Sharkansky dalam Islamy (1984:18) yang mengemukakan:what

    government say and to, or not to do. It is goals or purpose of

    government programs. Kebijakan publik adalah apa yang pemerintah

    katakan dan dilakukan atau tidak dilakukan. Kebijakan Publik merupakan

    serangkaian tujuan dan sasaran dari program-program pemerintah.

    Menurut William Dunn bahwa Pemerintah harus mampu untuk

    memecahkan persoalan-persoalan yang terjadi di dalam masyarakat,

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman Bab 2-16

    dimana beberapa fase tentang struktur pemecahan dalam analisis

    kebijakan dapat digambarkan sebagai berikut:

    Gambar 2.3. Fase-Fase Struktur Pemecahan Persoalan

    Sumber: William N Dunn, Public Policy Analysis, 2000

    Elemen yang terkandung dalam kebijakan publik, dikemukakan

    oleh Anderson dalam Islamy (1994:20-21) yang mencakup:

    1. Kebijakan selalu mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan

    tertentu.

    2. Kebijakan berisi tindakan atau pola tindakan pejabat-pejabat

    pemerintah.

    3. Kebijakan adalah apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah

    dan bukan apa yang bermaksud akan dilakukan.

    4. Kebijakan publik bersifat positif (merupakan tindakan pemerintah

    mengenai suatu masalah tertentu) dan bersifat negatif (keputusan

    pejabat pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu).

    5. Kebijakan publik (positif) selalu berdasarkan pada suatu peraturan

    perundangan tertentu yang bersifat memaksa (otoritatif).

    META PROBLEMA

    PROBLEM SITUATION SUBSTANTIVE PROBLEM

    FORMAL PROBLEM

    Problem Search Problem Definition

    Problem Sensing Problem

    Specification

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman Bab 2-17

    Berdasarkan pengertian dan elemen yang terkandung dalam

    kebijakan sebagaimana disebutkan diatas maka kebijakan publik dibuat

    adalah dalam kerangka untuk memecahkan masalah dan untuk mencapai

    tujuan serta sasaran tertentu yang diinginkan. Kebijakan publik ini

    berkaitan dengan apa yang senyatanya dilakukan oleh pemerintah dan

    bukan sekedar apa yang ingin dilakukan (Wahab, 1991:13).

    Kebijakan publik yang telah disahkan tidak akan bermanfaat

    apabila tidak diimplementasikan. Hal ini disebabkan karena

    implementasi kebijakan publik berusaha untuk mewujudkan kebijakan

    publik yang masih bersifat abstrak ke dalam realita nyata. Dengan kata

    lain pelaksanaan kebijakan publik berusaha menimbulkan hasil

    (outcome) yang dapat dinikmati terutama oleh kelompok sasaran (target

    groups)

    Implmentasi kebijakan publik (public policy implementation)

    merupakan salah satu tahapan dari proses kebijakan publik.

    Implementasi Kebijakan Publik menurut kamus Webster dalam Wahab

    1991:50 diartikan:to provide the means for carrying out (menyediakan

    sarana untuk melaksanakan sesuatu), to give practical effect to (

    menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu). Implementasi

    berarti menyediakan sarana untuk melaksanakan suatu kebijakan dan

    dapat menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu.

    Implementasi Kebijakan Publik menurut (Jones dalam Widodo

    Joko, 2001:194) terdapat tiga macam aktivitas:

    1. Organization; the estabilishment or rearrangment of resources,

    units, and methods for puting a policy into effect.

    2. Intepretation; the translation of languege (often contained in a

    state) into acceptable and feasible plans and directives.

    3. Application; the routine provision of service, payments, or other

    agree upon objectives or instruments.

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman Bab 2-18

    Aktivitas pengorganisasian (Organization) merupakan suatu upaya

    menetapkan dan menata kembali sumber daya (resources), unit-unit

    (units) dan metode-metode (methods) yang mengarah pada upaya

    mewujudkan kebijakan menjadi hasil (outcome) sesuai dengan apa yang

    menjadi tujuan dan sasaran kebijakan. Kemudian aktivitas intrepretasi

    (Intrepretation) merupakan aktivitas interpretasi substansi dari suatu

    kebijakan dalam bahasa yang lebih operasional dan mudah dipahami

    sehingga substansi kebijakan dapat dilaksanakan dan dapat diterima oleh

    para pelaku dan sasaran kebijakan. Sedangkan aktivitas aplikasi

    (application) merupakan aktivitas penyediaan pelayanan secara rutin,

    pembayaran atau lainnya sesuai dengan tujuan dan sarana kebijakan

    yang ada (routine provision of services, payment, or other agree upon

    objectives or instruments). Sehingga bisa disimpulkan bahwa

    implementasi adalah merupakan proses yang memerlukan tindakan-

    tindakan sistematis dari pengorganisasian, intreprestasi, dan aplikasi.

    2.3. INDEK KEPUASAN MASYARAKAT (IKM)

    Dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

    No. Kep./25/M.PAN/2/2004 tentang Indek Kepuasan Masyarakat,

    menyatakan bahwa: Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) adalah data dan

    informasi tentang tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil

    pengukuran secara kuantitatif dan kualitaif atas pendapat masyarakat

    dalam memperoleh pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan

    public dengan membandingkan antara harapan dan kebutuhannya.

    Untuk mengetahui kepuasan masyarakat atau pelanggan dapat

    dilakukan melalui pengukuran kepuasan masyarakat atau pelanggan,

    untuk dapat mengetahui sampai sejauh mana pelayanan telah mampu

    memenuhi harapan atau dapat memberikan pelayanan kepada

    pelanggan, maka organisasi harus mengetahui tingkat harapan pelanggan

    atau suatu atribut tertentu. Harapan pelanggan ini selanjutnya akan

    dibandingkan dengan kinerja aktualnya, sehingga dari sini akan diperoleh

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman Bab 2-19

    indeks kepuasan pelanggan yang mencerminkan kualitas pelayanan yang

    diterima oleh pelanggan.

    Menurut Tjiptono (1997:31), Indeks Kepuasan Pelanggan adalah

    mengukur perbedaan antara apa yang ingin diwujudkan oleh pelanggan

    dalam membeli suatu produk atau jasa dan apa yang sesungguhnya

    ditawarkan perusahaan. Sedangkan Bragan (1992:51-53) memberikan

    alasan pengunaan Indeks Kepuasan Pelanggan sebagai ukuran untuk

    mengetahui kualitas pelayanan adalah berdasarkan kebanyakan pendapat

    yang mengatakan bahwa untuk mengetahui program mutu, apapun

    bentuk organisasinya keberhasilan dari program mutu tersebut diukur

    dari kepuasan pelanggan.

    Menurut Kep./25/M.PAN/2/2004 tersebut terdapat 14 unsur yang

    relevan, valid dan reliable, sebagai unsur minimal yang harus ada

    sebagai dasar pengukuran indeks kepuasan masyarakat, yaitu:

    1. Prosedur Pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang

    diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur

    pelayanan.

    2. Persyaratan Pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif

    yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis

    pelayanannya.

    3. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian

    petugas yang memberikan pelayanan.

    4. Kedislipinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam

    memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja

    sesuai ketentuan yang berlaku.

    5. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan

    tanggungjawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian

    pelayanan.

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman Bab 2-20

    6. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan

    ketrampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan atau

    menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat.

    7. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat

    diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit

    penyelenggaraan pelayanan.

    8. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan

    dengan tidak membedakan golongan/status masyarakat yang

    dilayani.

    9. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas

    dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan

    ramah serta saling menghargai dan menghormati.

    10. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat

    terhadap besarnya biaya yang telah ditetapkan oleh unit pelayanan.

    11. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang

    dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan.

    12. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan,

    sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

    13. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana

    pelayanan yang bersih, rapi dan teratur sehingga dapat memberikan

    rasa nyaman kepeda penerima pelayanan.

    14. Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan

    lingkungan unit pelayanan ataupun sarana yang digunakan sehingga

    masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap

    resiko-resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.

    2.4. PENGUKURAN KINERJA LAYANAN PUBLIK

    Dalam berbagai literatur tentang reformasi pelayanan pubiik,

    terdapat ragam indikator yang dapat digunakan untuk mengukur atau

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman Bab 2-21

    menilai kinerja pelayanan publik tersebut. Salim & Woodward (1992)

    misainya, menggunakan 4 (empat) tolok ukur utama untuk menentukan

    kinerja pelayanan umum yang terdiri dari economy, efficiency,

    effectiveness, dan persamaan pelayanan. Aspek ekonomis dilihat sebagai

    strategi dalam menggunakan sumber daya dengan seminimal mungkin

    dalam proses penyelenggaraan kegiatan pelayanan publik. Aspek efisiensi

    menekankan pada suatu kondisi tercapainya perbandingan yang

    proporsional antara input pelayanan dengan output pelayanan. Aspek

    efektivitas adalah untuk melihat tercapainya pemenuhan tujuan atau

    target yang telah ditetapkan dan aspek persamaan pelayanan (keadilan)

    dilihat sebagai ukuran untuk menilai seberapa jauh suatu bentuk

    pelayanan telah memperhatikan aspek keadilan dan membuka akses yang

    sama bagi publik untuk mendapatkan pelayanan. Sedangkan Rogers

    (1990: 61) mengenalkan model Three Es yang terdiri dari : economies,

    efficiency, dan effectiveness.

    Pertama, economies yang diartikan sebagai seberapa besar biaya

    yang dikeluarkan untuk mendapatkan resources yang dibutuhkan. Kedua,

    Efisiensi adalah perbandingan antara output dengan input yang

    dibutuhkan. Sedangkan yang ketiga, efektifitas adalah hasil akhir dari

    pelayanan dikaitkan dengan outputnya. Dan yang dimaksud Outcomes

    adalah nilai tertinggi atau keuntungan pelayanan bagi pengguna sebagai

    perpaduan kebutuhan Pengguna dalam pencapaian tujuan yang telah

    ditetapkan. Sedangkan tingkat pelayanan adalah volume pelayanan

    kaitannya dengan target populasi yang dapat dijangkau. Take-uP

    (proporsi target populasi menggunakan pelayanan) di sini adalah

    perhitungan yang didasarkan atas indikator kegunaan paling tinggi dari

    kualitas pelayanan yang diberikan. Secara ringkas dapat digambarkan

    dalam bagan berikut:

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman Bab 2-22

    Gambar 2.4. Three E's

    Lebih lanjut menurut Rogers (1990) dalam menilai Kinerja

    Pemerintah harus dilakukan secara komprehensif dengan mengacu pada

    empat dimensi yakni: (1) tingkat komitmen sumberdaya manusia

    terhadap organisasinya; (2) tingkat orientasi pemerintahan kepada

    masyarakat; (3) tingkat keaktifan sebagai produsen pelayanan; (4)

    tingkat keteraturan birokrasi. Keempat dimensi tolok ukur tersebut

    secara rinci terbagi rnenjadi 14 tolok ukur yang sebelumnya diiakukan

    perincian atas 8 kriteria dasar: dimensi I di atas menjadi dua, yakni:

    tingkat keterlibatan pegawai dan pengembangannya; dimensi II tingkat

    penyesuaian dan daya tanggap; dimensi III tujuan dan hasil; dimensi IV

    stabilitas dan pengawasan.

    Namun demikian, dalam menilai kinerja pelayanan publik dengan

    perspektif publik sebagai pengguna layanan masih terbilang jarang,

    padahal penilaian kinerja tersebut selain menggunakan pendekatan dari

    perspektif penyedia layanan (birokrasi-Pemerintah Daerah) juga harus

    memperhatikan perspektif publik yang berkepentingan. Asumsi ini

    berangkat dari satu kenyataan bahwa secara umum pelayanan yang

    disediakan belum mencapai suatu tingkat pemenuhan kebutuhan seperti

    yang diharapkan oleh masyarakat lokal. Dalam kerangka demokrasi lokal,

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman Bab 2-23

    masyarakat sebagai konsumen dan konstituen memiliki hak untuk

    menyatakan puas atau tidak puas terhadap setiap pelayanan publik yang

    dirasakan.

    Dengan berkembangnya tuntutan publik akan kinerja pelayanan

    publik yang baik maka telah mendorong pula perkembangan penerapan

    penilaian kinerja pelayanan publik dengan melandaskan pada

    pendekatan service quality (servqual), bahkan di negara-negara maju isu

    tentang kepuasaan publik terhadap kinerja pelayanan yang diberikan

    pemerintah menjadi perhatian penting dalam setiap pemilihan umum,

    pasalnya publik selain sebagai pengguna layanan juga merupakan

    konstituen dari partai-partai politik yang memperebutkan suara untuk

    menduduki kursi eksekutif dan parlemen. Menurut Lovelock (1980)

    pelayanan yang diberikan akan memberikan nilai tambah dari suatu

    produk yang dihasilkan sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan

    keuntungan dari suatu perusahaan/organisasi yang memproduksinya.

    Perbedaan produk yang dihasilkan tersebut pada dasarnya memiliki

    suplemen pelayanan yang sama yang oleh Lovelock digambarkan sebagai

    diagram bunga dengan delapan kelopaknya yang menganalogikan delapan

    suplemen pelayanan.

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman Bab 2-24

    Gambar 2.5. Flower of Services

    Sumber: Lovelock, 1980

    Diagram bunga ini disebutnya dengan the Flower of Services yang

    meliput; pertama, information. Suplemen informasi yang berkenaan

    dengan produk barang dan jasa merupakan titik awal dari suatu proses

    pelayanan yang berkualitas. Kedua, Consultation. Informasi yang

    diperoleh menjadi acuan bagi para pengguna dalam menentukan

    pilihannya, yaitu memberi atau tidak. Dan dalam tahapan ini seringkali

    pengguna melakukan konsultasi untuk menguatkan pilihannya tersebut,

    misalnya tentang masafah teknis, administrasi, harga, hingga pada

    kualitas barang dan manfaatnya. Ketiga, Ordertaking. Hasil dari

    konsultasi tersebut mendorong pengguna untuk menggunakan produk

    yang telah dipilihnya tersebut .

    Keempat, Hospitality. Keramahan dan sopan santun dari para

    karyawan, suasana dan ruang tunggu yang nyaman, kios untuk membeli

    makanan dan minuman hingga WC/Toilet yang bersih dan tidak bau

    menjadi etalase yang akan dirasakan langsung oleh pengguna. Kelima,

    Caretaking. Variasi latar belakang pengguna yang berbeda-beda akan

    menuntut pelayanan yang berbeda-beda pula. Keenam, Exceptions.

    Dalam hal tertentu pengecualian kualitas pelayanan diharapkan oleh

    pengguna layanan, misalnya, restitusi akibat produk tidak bisa dipakai,

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman Bab 2-25

    layanan untuk orang tua. dan sebagainya. Ketujuh, Billing. Keputusan

    pengguna layanan untuk membeli atau tidak juga terletak pada titik

    krusial ketika tahap administrasi pembayaran. Kedelapan, Payment.

    Penyedia layanan hendaknya memberikan alternative layanan

    pembayaran sesuai dengan kebutuhan dari pelanggan, misalnya, self

    service payment seperti transfer bank melalui credit card, debet

    langsung pada rekening pelanggan di bank, hingga tagihan di rumah.

    Lebih jauh Hogwood menekankan bahwa agenda yang berkaitan

    dengan efisiensi melalui otonomi pada manajemen sektor publik

    menggunakan indikator-indikator tanggung jawab politik dan keuangan

    serta tanggung jawab pada customer/consumer sektor publik. (Hogwood

    dalam Eliassen Kooiman). Sejalan dengan penjelasan tersebut,

    paradigma baru dalam melakukan reformasi birokrasi pemerintahan

    melalui reinventing government menekankan ke arah pelayanan yang

    Customer driven yaitu suatu pelayanan publik yang dikendalikan oleh

    kebutuhan dan harapan publik (Osborne,Gaebler, 1995).

    Secara singkat dinyatakan bahwa customer atau consumer (publik

    pengguna layanan) atau user adalah bagian dari lingkungan eksternal

    yang melingkupi organisasi public yang dapat menghasilkan demand

    maupun support dalam setiap produk kebijakan dan program yang

    dihasilkan. Dengan demikian, memperhatikan dengan sungguh-sungguh

    kepuasan publik dalam menggunakan layanan yang disediakan menjadi

    titik perhatian penting bagi kelangsungan Pemerintah, baik Pusat

    maupun Daerah (Hughes,1994,p.214-216).

    Berikut ini secara sederhana dipaparkan operasionalisasi konsep

    kelima indikator pada masing-masing variabel tersebut dalam bagan

    dibawah ini.

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman Bab 2-26

    Gambar 2.6. Operasionalisasi Konsep

    Namun demikian penerapan pendekatan servqual tersebut

    hendaknya memperhatikan pula pengukurannya terhadap dua dimensi

    yang terkait yaitu, disatu sisi penilaian servqual diiakukan pada dimensi

    konsumen (consumer), sedangkan disisi lain penilaian juga dilakukan

    pada dimensi provider (penyedia layanan) atau secara lebih operasional

    terhadap kemampuan kuaiitas layanan dari mereka yang ada tingkat

    frontline service. Dengan melakukan penilaian terhadap dua dimensi

    tersebut maka akan terlihat kesenjangan atau gap antara harapan dan

    kenyataan yang dialami oleh para pengguna layanan tersebut. Perbedaan

    ini terjadi antara persepsi manajemen (hingga front-line service)

    terhadap harapan-harapan konsumen tersebut. Dalam menjelaskan

    perbedaaan tersebut Zeithaml-Parasuraman-Berry memaparkan terdapat

    lima kesenjangan dalam service quality, yaitu, pertama, kesenjangan

    antara harapan konsumen dengan persepsi manajemen. Terjadi

  • 2009 Indeks Kepuasan Masyarakat Kota Depok Tahun 2009

    LAPORAN AKHIR | Halaman Bab 2-27

    antara dimensi konsumen dengan dimensi manajemen pada tingkat atas.

    Faktor-faktor utama yang menjadi penyebab adalah pertama,

    perusahaan atau organisasi kurang berorientasi pada riset pasar. Kedua,

    ketidakcukupan komunikasi ke atas secara hirarkis dan ketiga, jenjang

    struktur organisasi yang terlalu bertingkat sehingga menimbulkan jarak

    yang jauh antara para pembuat kebijakan dengan front line.

    Kedua, kesenjangan antara persepsi manajemen terhadap

    harapan konsumen dengan spesifikasi kuaiitas pelayanan. Terdapat

    dua faktor utama yang menjadi penyebab gap ini, yaitu; pertama,

    komitmen manajemen terhadap kualitas layanan yang rendah; kedua,

    standarisasi tugas belum tersedia.

    Ketiga, kesenjangan antara spesifikasi kualitas pelayanan

    dengan kenyataan delivery service di tingkat bawah. Gap ini terjadi

    karena suatu perusahaan atau organisasi belum memiliki spesifikasi atau

    suatu citra pelayanannya yang khas Faktor-faktor penyebabnya adalah,

    Pertama, role ambiguity, atau kecenderungan yang menimpa front line

    service terhadap kondisi bimbang dalam memberikan pelayanan karena

    tidak terdapatnya kepastian/standarisasi dari tugas mereka. Kedua, role

    conflict, kecenderungan dimana para pegawai merasa tidak memilik

    kemampuan untuk memuaskan pelanggan. Ketiga, tidak ada kesesuaian

    antara skill pegawai bidang tugas yang sesuai. Keempat, kurangnya

    teknologi yang sesuai. Kelima, tidak ada kesesuaian antara sistem

    kontrol/evaluasi dengan sistem imbalan bagi pegawai. Keenam, kurang

    teamwork.

    Keempat, kesenjangan antara kenyataan delivery service

    quality dengan komunikasi terhadap pelanggan. Faktor-faktor

    penyebabnya adalah, pertama, ketidakpastian komunikasi horizontal

    antara level operasional, antara bagian penjual-bagian operasional, dan

    antara cabang-cabang dengan induk organisasi. Kedua, kecenderungan

    menja