ilmu bunyi bahasa
DESCRIPTION
bahasaTRANSCRIPT
ILMU BUNYI BAHASA(FONOLOGI)
A. Pengertian Fonologi
Kalau kita mendengar orang berbicara, entah berpidato atau bercakap-cakap, maka
akan kita dengar runtunan bunyi bahasa yang terus-menerus, kadang-kadang terdengar suara
menaik dan menurun, kadang-kadang terdengar hentian sejenak atau hentian agak lama,
kadang-kadang terdengar tekanan keras atau lembut, dan kadang-kadang terdengar pula suara
memanjang dan suara biasa.
Bunyi bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dapat
ditangkap dengan telinga. Bunyi bahasa dapat pula diartikan sebagai bunyi yang
diartikulasikan dan menghasilkan gelombang bunyi sehingga dapat diterima oleh telinga
manusia. Bunyi tidak dapat dilihat dengan mata, tidak dapat diraba dengan tangan, tidak
dapat dirasa dengan lidah ataupun dicium dengan hidung. Dalam kehidupan sehari-hari, kita
lebih banyak berinteraksi dengan bunyi melalui indra telinga dibandingkan dengan empat
indra lainnya.
Contoh lain peristiwa terjadinya bunyi sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya orang sedang membelah kayu, menutup dan membuka pintu, bertepuk tangan,
menyanyi, dan sebagainya. Semua itu merupakan kejadian yang dapat menimbulkan bunyi.
Jadi pada dasarnya, terjadinya bunyi diakibatkan oleh adanya benda yang bergetar. Benda
yang bergetar dapat terjadi sebagai akibat dari mendekatnya dua buah benda yang berjauhan,
ataupun sebaliknya menjauhnya dua buah benda yang berdekatan.
Begitu pula dengan bunyi-bunyi yang dihasilkan, sangat beragam. Ada bunyi yang
enak didengarkan, dan ada juga bunyi yang tidak enak untuk didengarkan. Seperti, suara
seorang penyanyi profesional tentu lebih enak didengar jika dibandingkan dengan suara petir
yang menggelegar. Walaupun bunyi tidak bisa kita lihat dengan mata, tetapi kita yakin bahwa
bunyi itu ada dan dapat merambat melalui beberapa media, di antaranya benda cair, padat,
gas. Sebagai bukti, kita dapat mendengarkan orang lain berbicara karena bunyi yang
dihasilkan merambat melalui udara. Binatang-binatang laut dapat saling berkomunikasi lewat
bunyi yang merambat melalui air. Sedangkan kita dapat berkomunikasi melalui saluran
telepon dikarenakan bunyi yang merambat melalui kabel telepon.
Bunyi-bunyi bahasa inilah beserta runtunan dan segala aturannya yang menjadi objek
kajian cabang linguistik yang disebut fonologi. Jadi, objek kajian fonologi adalah bunyi-
bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap atau alat bicara manusia.
Fonologi secara etimologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi, dan logi yaitu ilmu.
Menurut status atau hierarki satuan bunyi terkecil yang menjadi objek kajiannya.
Secara garis besar, fonologi adalah subdisiplin dalam ilmu bahasa atau linguistik yang
mempelajari bunyi bahasa. Pendapat ini dikemukakan antara lain oleh Roger Lass (1988).
Roger Lass selanjutnya menyatakan bahwa untuk fonologi bisa dipersempit lagi sebagai
subdisiplin ilmu bahasa yang mempelajari fungsi bahasa. Ini berarti bahwa fonologi mengkaji
bunyi-bunyi bahasa, baik bunyi-bunyi itu kelak berfungsi dalam ujaran atau bunyi-bunyi
secara umum. Di samping mempelajari fungsi, perilaku, serta organisasi bunyi sebagai unsur-
unsur linguistik (fonemik), fonologi mempelajari juga yang lebih netral terhadap bunyi-bunyi
sebagai fenomena dalam dunia fisika dan unsur-unsur fisiologikal, anatomikal, psikologikal
dan neurologikal manusia yang membuat atau memproduksi bunyi-bunyi itu (fonetik).
Jika diikuti pandangan Roger Lass di atas, nyatalah bahwa fonologi memiliki dua
cakupan, yakni cakupan arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas, fonologi mempelajari
bunyi-bunyi bahasa baik bunyi-bunyi umum (fonetik) atau pembeda makna (fonemik).
Dengan kata lain, dalam arti luas kajian fonologi mencakup fonetik dan fonemik. Dalam arti
sempit, fonologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi-fungsi bunyi dan perilaku bunyi suatu
bahasa.
Secara umum fonetik biasa dijelaskan sebagai cabang studi fonologi yang
mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai
fungsi sebagai pembeda makna atau tidak, sedangkan fonemik adalah cabang studi fonologi
yang mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai
pembeda makna.
B. Dasar-dasar Kajian Fonologi
Pandangan terhadap anatomi dan fisiologi dari organ manusia yang menghasilkan
ujaran, pandangan terhadap ujaran sebagai gelombang bunyi yang bisa dianalisa dari segi
fisiknya, dan pandangan terhadap bagaimana bunyi ujaran itu diterima oleh pendengarnya,
merupakan dasar-dasar kajian fonetik. Sementara itu pandangan terhadap ujaran sebagai
suatu organisasi bunyi yang membawa makna, merupakan dasar-dasar kajian fonemik
(fonologi dalam arti sempit).
Berikut adalah garis besar dasar-dasar kajian fonologi mencakup dasar-dasar fonetik
dan dasar-dasar fonemik.
a) Jenis fonetik
b) Alat ucap atau alat bicara
c) Terjadinya bunyi bahasa
d) Klasifikasi bunyi bahasa
e) Dasar-dasar fonemik
C. Tujuan Fonologi
Setiap ilmu atau kajian, akan ada suatu sasaran atau tujuan yang menggambarkan
proses atau hasil kajian. Fonologi adalah sebagai suatu subdisiplin dalam ilmu bahasa atau
linguistik yang membicarakan tentang “bunyi bahasa”. Sebagaimana halnya ilmu induknya
yaitu linguistik, fonologi ada kaitannya dengan ilmu-ilmu lain, sehingga melahirkan
interdisipliner, misalnya antara fonologi dengan ilmu kedokteran, terapi wicara dan lain-lain.
Tujuan fonologi atau studi fonologi dibedakan atas tujuan teoritis dan tujuan praktis.
A. Tujuan Teoritis
Pada pertemuan 1 (satu), Anda telah mempelajari bahwa kajian fonologi dibedakan
atas fonetik dan fonemik (fonologi dalam arti sempit). Pembedaan ini tentu saja menjadikan
tujuan kajiannya berbeda pula. Dalam hal ini John Clarck dan Colin Yallop (1991;3)
membedakan adanya ahli fonetik (phonetic) dan ahli fonemik (phonologist), yang akan
membedakan tugas dan tujuan dari masing-masing kajiannya.
Bagi seorang ahli fonetik, tujuan studinya adalah untuk menemukan kebenaran umum
dan memformulasikan hukum-hukum tentang bunyi-bunyi dan pengucapannya, dan
pengenalan produksi bunyi-bunyi ujar itu. Di samping itu, tujuan teoritis dari studi fonetik ini
adalah untuk mendeskripsikan, mengklasifikasikan, dan menunjukkan fungsi hubungan yang
satu dengan yang lain.
Secara lebih rinci tujuan teoritis studi fonetik bagi seorang ahli fonetik mencakup:
a) Mendeskripsikan bagaimana fungsi organ tubuh sebagai alat bicara, penghasil bunyi-bunyi
bahasa.
b) Mendeskripsikan bagaimana proses terjadinya bunyi bahasa.
c) Mengklasifikasikan bunyi-bunyi bahasa berdasarkan karakteristiknya.
d) Mendeskripsikan runtunan bunyi dalam satuan-satuan bunyi tertentu.
Salah satu satuan bunyi adalah silabis.
e) Pelambangan bunyi-bunyi dalam tulisan fonetis.
Bagi seorang ahli fonemik (fisiologi) tujuan teoritis kajiannya adalah menemukan dan
memformulasikan hukum-hukum bunyi bahasa tertentu, dan pengenalan akan fungsi-fungsi
bunyi bahasa itu. Di samping itu, tujuan teoritis dari kajian fonemik ini adalah untuk
mendeskripsikan, mengklasifikasikan, dan menujukkan fungsi hubungan antara satu bunyi
dengan bunyi yang lain.
Secara lebih rinci tujuan teoritis studi fonemik bagi seorang ahli fonemik mencakup:
a) Menentukan objek kajian bunyi yang membedakan makna yaitu fonem.
b) Menentukan identitas fonem.
c) Mendeskripsikan kaidah-kaidah fonem.
d) Mendeskripsikan struktur fonem.
e) Mendeskripsikan khasanah fonem.
f) Mendeskripsikan klasifikasi fonem.
g) Mendeskripsikan perubahan-perubahan fonem.
B. Tujuan Praktis
Tujuan praktis bagi studi fonetik berkaitan dengan bidang-bidang interdisipliner. Bagi
pengajaran bahasa, fonetik diperlukan untuk tujuan latihan berbicara, penyembuhan penderita
tunawicara. Untuk membantu orang-orang yang mempelajari bahasa kedua, kamus yang
disertai dengan transkripsi fonetis sangan diperlukan. Jadi, untuk tujuan praktis penyusunan
kamus yang memperhatikan aspek fonetis kata-kata dalam kamus, oleh beberapa ahli fonetik
telah dicoba dilakukan. Seiring dengan berkembang kemajuan teknologi dewasa ini telah
diproduksi semacam kamus audio yang memperhatikan aspek pelafalan dan intonasi.
Bagi seorang ahli fonemik (phonologist), tujuan-tujuan praktis studi fonologi ini
terbuka kesempatan yang seluas-luasnya. Bagi ahli perbandingan bahasa, pengetahuan fonem
sangat diperlukan dalam rangka menentukan bahasa purba dengan suatu metode
“rekonstruksi fonem”. Dari rekonstruksi fonem itu dapat disimpulkan adanya fonem atau
bentuk asal dari suatu bahasa. Dengan metode “korespondensi fonem” dapat ditelusuri
hubungan antar kekerabatan antara satu bahasa dengan bahasa yang lain. Hal ini diperlukan
dalam rangka pengelompokan bahasa berdasarkan identitas atau karakteristik fonem.
Tujuan praktis yang lain dari kajian fonologis ini adalah untuk pengajaran bahasa.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran menulis, terutama dalam tata tulis pengetahuan dan
penguasaan kaidah-kaidah ejaan sangat diperlukan. Hal lain yang dapat diungkap dari tujuan
praktis kajian fonologis yaitu penyusunan kamus. Sebagai suatu produk kebahasaan, kamus
tidak dapat dilepaskan dengan pengetahuan tentang bunyi-bunyi bahasa (fonem) suatu
bahasa.
RANGKUMAN
1. Fonologi sebagai subdisiplin linguistik menetapkan objek kajiannya adalah unsur bahasa yang terkecil atau bunyi bahasa.
2. Sebagai suatu subdisiplin linguistik, fonologi memiliki dua cakupan, yakni cakupan arti luas dan arti sempit.
3. Dalam arti luas, fonologi mempelajari bunyi-bunyi bahasa baik bunyi-bunyi umum (fonetik) atau pembeda makna (fonemik).
4. Dasar-dasar kajian fonologi mencakup dasar-dasar fonetik dan dasar-dasar fonemik.5. Fonologi, sebagian dari studi linguistik berdasarkan tujuan kajiannya dibedakan atas
fonologi teoritis dan fonologi praktis.6. Tujuan fonologi didasarkan atas tujuan teoritis dan tujuan praktis.7. Fonologi mencakup atas studi fonetik dan fonemik.8. Tujuan fonetik teoritis adalah untuk menemukan kaidah-kaidah bunyi secara umum.9. Tujuan fonetik praktis adalah menemukan kaidah-kaidah umum bunyi bahasa untuk
keperluan memecahkan masalah secara praktis, misalnya latihan lafal untuk penderita tunawicara.
10. Tujuan fonemik teoritis adalah menemukan kaidah-kaidah bunyi bahasa tertentu, misalnya fonem hambat /b, d, g/ dalam bahasa Jawa.
11. Tujuan studi fonemik praktis adalah untuk keperluan memecahkan masalah, misalnya ejaan.
12. Tujuan-tujuan fonologi secara teoritis maupun praktis, fonetik dan fonemik teoritis maupun praktis berdasarkan bidang kajian linguistik umum yaitu linguistik teoritis dan linguistik praktis atau linguistik terapan.