identifikasi jenis gulma pada pengembangan kelapa …
TRANSCRIPT
IDENTIFIKASI JENIS GULMA PADA PENGEMBANGAN KELAPA
SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) (TM1) DI LAHAN TADAH HUJAN
SKRIPSI
Oleh:
MUHAMMAD ALI IMRON
1204290136
AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
ii
IDENTIFIKASI JENIS GULMA TANAMAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq) (TM1) DILAHAN TADAH HUJAN
SKRIPSI
Oleh:
MUHAMMAD ALI IMRON
1204290136
AGROEKOTEKNOLOGI
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Strata-1 (S1) pada
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Komisi Pembimbing
Ir. Alridiwirsah, M.M.
Ketua
Ir. Efrida Lubis, M.P.
Anggota
Disahkan Oleh:
Dekan
Ir. Alridiwirsah, M.M.
Tanggal Lulus: 27 April 2017
i
RINGKASAN
MUHAMMAD ALI IMRON Skripsi ini berjudul ”Identifikasi Jenis Gulma
Pada Pengembangan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis quineensis Jacq) (TMI)
di Lahan Tadah Hujan” telah dilaksanakan di Dusun Wonorejo 33, Sungai
Sentang, Kualuh Hilir Kabupaten Labura, Sumatera Utara dengan ketinggian ±
3meter di atas permukaan laut (mdpl) dibawah bimbingan bapak Ir. Alridiwirsah,
M.M. selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Ir. Hj. Efrida Lubis, M.P. selaku
anggota komisi pembimbing. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis
gulma yang tumbuh pada pengembangan tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis
jacq) dilahan tadah hujan. Metode yang digunakan adalah plot sampling, dengan
membuat plot secara acak dengan ukuran 100×100 cm.
Dari hasil penelitian pada pengembangan kelapa sawit dilahan tadah hujan
gulma yang tumbuh terdapat 11 jenis yaitu gulma Cromolaena odorata, Clidenia
hirta, Amaranthus spinosus, Phyllanthus niruri, Imperata cylindrica, Cyperus
rotundus, Crassocephalum crepidoides, Mimosa pudica, Borreria latifolia,
Ageratum conyzoides, Borreria alata. Gulma yang mendominasi adalah gulma
Krinyuh (Cromolaena odorata)dengan nilai SDR 11.30%, Gulma Lalang
(Imperata cylindrica) dengan nilai SDR 14.62%, Gulma Teki (Cyperus rotundus)
dengan nilai SDR 14.25%, Gulma Babadotan (Ageratum conyzoides) dengan nilai
SDR 10.70%. Terdapat perbedaan jenis gulma yang tumbuh, gulma yang
mendominasi di bawah tegakan kelapa sawit adalah benik-benikan dengan nilai
SDR 10,57%. Gulma yang mendominasi dilahan tadah hujan adalah gulma
Ilalang (Imperata cylindirca) dengan nilai SDR 14.62 %.
i
ii
SUMMARY
MUHAMMAD ALI IMRON this thesis entitled "Identification of
Weed Type on Development of (Elaeis guineensis Jacq) (TMI) Palm Oil
Plant in Rainfed Land" was conducted in Wonorejo 33 Dusun, Sungai Sentang,
Kualuh Hilir Kabupaten Labura, North Sumatera with an altitude of ± 3meter
above sea level (mdpl) under the guidance of Mr. Ir. Alridiwirsah, M.M. as
chairman of the supervising commission and Mrs. Ir. Hj. Efrida Lubis, M.P. as a
member of the supervising commission. This study aims to identify the types of
weed a that grow on the development of oil palm crops (Elaeis guineensis jacq) in
rain-fed areas. The method used is plot sampling, by making plot randomly with
size 100 × 100 cm.
From the results of research on the development of oil palm in the field
of weeds that grow weeds there are 11 species of weeds Cromolaena odorata,
Clidenia hirta, Amaranthus spinosus, Phyllanthus niruri, Imperata cylindrica,
Cyperus rotundus, Crassocephalum crepidoides, Mimosa pudica, Borreria
latifolia, Ageratum conyzoides, Borreria alata . The dominant weeds are Krinyuh
weed (Cromolaena odorata) with SDR 11.30%, Weedang Lalang (Imperata
cylindrica) with SDR 14.62%, Teki Weed (Cyperus rotundus) with SDR 14.25%,
Babadotan Weed (Ageratum conyzoides) with SDR 10.70 %. . There are different
types of weeds that grow, dominant weeds under palm stands are seeded with
SDR values of 10.57%. Weeds that dominate the rain-fed field are Ilalang weed
(Imperata cylindirca) with SDR value of 14.62%.
ii
iii
RIWAYAT HIDUP
Muhammad Ali Imron dilahirkan pada tanggal 25 juli 1994 di Pulo Godang
Kecamatan Na IX-X Kabupaten Labuhan Batu Utara Sumatera Utara. Merupakan
anak ketujuh bersaudara dari pasangan ayahanda H. Pahri Munthe dan ibunda Hj.
Sairohani Ritonga.
Pendidikan yang telah di tempuh sebagai berikut:
1. Tahun 2006 Menyelesaikan sekolah dasar Negri (SDN) di SDN 112323
Desa Silumajang Kecamatan Na IX-X Kabupaten Labuhan Batu Utara.
2. Tahun 2009 Menyelesaikan Sekolah Madrasah Tsanawiyah Swasta (MTs)
di Pondok Peantren Ahmadul Jariyah Kota Pinang Labuhan Batu Selatan.
3. Tahun 2012 Mesnyelesaikan Sekolah Madrasah Aliyah Swasta (MAs) di
Pondok Pesantren Ahmadul Jariah Kota Pinang Labuhan Batu Selatan.
4. Tahun2012 Melanjutkan Pendidikan Strata 1 (S1) Pada Program Studi
Agroekotegnologi di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara (UMSU), Medan.
Kegiatan yang sempat diikuti selama menjadi mahasiswa fakultas pertanian
UMSU antara lain:
1. Mengikuti MASTA pemimpinan komisariat ikatan mahasiswa
muhammadiyah (IMM) Fakultas Pertanian UMSU tahun 2012
2. Mengikuti masa pengenalan dan penyambutan mahasiswa baru (MPPMB)
BEM Fakultas Pertanian UMSU tahun 2012.
3. Praktek Kerja Lapangan (PKL) di perkebunan PD.Paya Pinang Group di
Kota Tebing Tinggi pada tahun 2014
iii
iv
4. Melaksanakan peneitian dan praktek skripsi di desa wonerejo 33
seisentang kec. Kuala hilir, Kabupaten Labuhan Batu Utara, dengan
ketinggian ± 3 meter di atas permukaan laut (m dpl) pada 10 oktober 2016
iv
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT
karena berkat rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan usulan penelitian ini yang berjudul, “IDENTIFIKASI JENIS
GULMA PADA PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis
Jacq) (TM1) DI LAHAN TADAH HUJAN’’. Tujuan dari penyusunan usulan
penelitian ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan kuliah
S1 pada Program Studi Agroekoteknologi di Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara, Medan. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ayahanda H. Pahri Munthe dan Ibunda Hj. Sairohani Ritonga yang telah
memberikan dukungan baik moral maupun material dalam melaksanakan
penelitian dan penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Ir. Alridiwirsah, M.M. Sebagai Ketua Komisi Pembimbing.
3. Ibu Ir. Efrida Lubis, M.P. Sebagai Wakil Ketua Komisi Pembimbing.
4. Ibu Hj. Sri Utami, S.P,M.P. Sebagai Ketua Program Studi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
5. Bapak Ir. Alridiwirsah, M.M. sebagai dekan Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.
6. Ibu Ir. Asritanarni Munar, M.P. sebagai Wakil Dekan I Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
v
vi
7. Bapak Hadriman Khair, S.P., M.Sc. Sebagai Wakil Dekan III Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
8. Rekan-rekan mahasiswa dan tatausaha Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara, khususnya teman-teman Agroekaoteknologi-
3 yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini.
9. Sahabat teristimewa Yodia Utami S.Pd, yang sama-sama berjuang
menyelesaikan penyusunan skripsi untuk meraih gelar sarjana, yang
memberikana dukungan dan do’anya, serta memberikan semangat dikala rasa
putus asa datang menghampiri sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Atas
dasar itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan Skripsi ini. Semoga hasil-hasil yang dituangkan dalam Skripsi ini
dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan, khususnya dalam budidaya tanaman
kelapa sawit, Amin.
Medan, April 2017
Penulis
iv
vii
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN .................................................................................. i
RIWAYAT HIDUP .......................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... x
PENDAHULUAN ........................................................................... 1
Latar Belakang ..................................................................... 1
Tujuan Penelitian .................................................................. 2
Hipotesis .......................................................................... 2
Kegunaan Penelitian ............................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 4
Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit .............................. 4
Pengembangan Kelapa Sawit ............................................... 7
Gulma Di Perkebunanan Kelapa Sawit ............................... 7
Klasifikasi Gulma ................................................................. 9
Morfologi Gulma ................................................................ 9
Siklus Hidup Gulma ............................................................. 10
Habitat Gulma ..................................................................... 11
Perkembangbiakan Gulma ................................................... 12
BAHAN DAN METODE ................................................................ 15
Tempat dan Waktu ............................................................... 15
Bahan dan Alat ..................................................................... 15
Metode Penelitian ................................................................. 15
PELAKSANAAN PENELITIAN ................................................... 16
Survei Lahan ....................................................................... 16
Penentuan Petak Sampel Pengamatan .................................. 16
Identifikasi Gulma ................................................................ 16
Parameter Pengamatan ......................................................... 16
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 18
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 31
vii
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1. Tabel 1. Jenis Gulma Berdasarkan Morfologi .......................... 19
2. Tabel 2. Data Jenis Gulma di Bawah Tegakan Kelapa Sawit .. 26
3. Tabel 3. Data Jenis Gulma di Lahan Tadah Hujan ................... 27
viii
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1. Gulma Krinyuh (Cromolaena odorata) .................................... 37
2. Gulma Herandong (Clidenia hirta) .......................................... 37
3. Gulma Bayam Duri (Amaranthus spinosus)............................. 37
4. Gulma Meniran (Phyllanthus niruri) ........................................ 38
5. Gulma Ilalang (Imperata cylindrica) ........................................ 38
6. Gulma Teki (Cyperus rotundus) ............................................... 38
7. Gulma Sintrong (Crassocephalum crepidoides) ...................... 39
8. Gulam Putri Malu (Mimosa pudica) ......................................... 39
9. Gulma Kentangan (Borreria latifolia) ...................................... 39
10. Gulma Babadotan (Ageratum conyzoides) ............................... 40
11. Gulma Golerak (Borreria alata) .............................................. 40
ix
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Bagan Keseluruhan Plot Penelitian .......................................... 33
2. Data Pengamatan Jenis Gulma Pada Ulangan 1 ...................... 34
3. Data Pengamatan Jenis Gulma Pada Ulangan 2 ...................... 35
4. Data Pengamatan Jenis Gulma Pada Ulangan 3 ...................... 36
5. Dokumentasi Gulma ................................................................ 37
6. Data Curah Hujan Harian Tahun 2015 ..................................... 41
7. Data Curah Hujan Harian Tahun 2016 ..................................... 42
8. Data Curah Hujan Haria Tahun 2017 ....................................... 43
x
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq ) merupakan tumbuhan tropis yang
berasal dari Afrika Barat (Fauzi dkk., 2002). Tanaman ini dapat tumbuh di luar
daerah asalnya, termasuk Indonesia. Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting
bagi pembangunan nasional. Selain mampu menyediakan lapangan kerja, hasil
dari tanaman ini juga merupakan sumber devisa negara (Syahputra Edy, 2011).
Pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia memiliki arti
penting bagi Indonesia, baik dari aspek ekonomis, maupun sosial. Ditinjau dari
aspek ekonomi, perkebunan kelapa sawit dapat mendukung industri dalam negeri
berbasis produk berbahan dasar kelapa sawit. Selain itu, produksi minyak sawit
Indonesia sebagian besar di ekspor ke berbagai negara seperti negara-negara di
Eropa, negara-negara di Amerika, dan Asia (Malaysia, Singapura, India, Arab,
dan Jepang) sehingga menjadi sumber devisa bagi negara. Dari segi aspek sosial,
terjadi penyerapan tenaga kerja dalam jumlah besar dan memperkecil kesenjangan
pendapatan petani dengan pengusaha perkebunann (Sunarko, 2009)
Produksi tanaman kelapa sawit, baik yang diusahakan dalam bentuk
perkebunan rakyat ataupun perkebunan swasta ditentukan oleh beberapa faktor
antara lain hama, penyakit dan gulma. Dalam pertanian gulma merupakan
tumbuhan yang mengganggu tanaman pokok pada masa pertumbuhan dan
perkembangan hidup tanaman merupakan salah satu masalah penting yang dapat
menurunkan produksi tanaman. Kerugian akibat gulma terhadap tanaman
budidaya bervariasi, tergantung dari jenis tanamannya, iklim, jenis gulmanya, dan
1
2
tentu saja praktek pertanian di samping faktor lain. Disamping itu gulma dapat
mengeluarkan zat allelopati yang mengakibatkan sakit atau matinya tanaman
pokok.
Pertumbuhan gulma dalam ruang yang sama mengikat akan terjadi
persaingan di antara keduanya dan mengakibatkan pertumbuhan tanaman utama
akan terhambat sehingga sangat dibutuhkan pengelolaan yang baik yaitu
mengidentifikasi keberadaan gulma dan secara khusus bahwa gulma juga
memiliki persyaratan pertumbuhan sehingga gulma dapat berkembang dengan
baik. Pada lahan tadah hujan suhu tentu berbeda, karna musim hujan lahan akan
tergenang sedangkan musim kemarau lahan akan kering. Diasumsikan gulma
yang berkembang pada lahan tadah hujan berbeda.
Penelitian sebelumnya yang telah di lakukan oleh Supriadi (2016)
identifikasi gulma pada pengembangan tanaman padi di bawah tegakan kelapa
sawit menyimpulkan bawa 16 jenis gulma yang berkembang, saat itu di amati
pada musim hujan (lahan dalam kondisi tergenang), sehingga saya tertarik untuk
mengamati gulma yang berkembang pada musim kemarau.
Tujuan Penelitian
Untuk mengidentifikasi jenis gulma yang tumbuh pada pengembangan
tanaman kelapa sawit ( Elaeis guineensis Jacq ) di lahan tadah hujan.
Hipotesis
1. Ada perbedaan jenis gulma yang tumbuh di lahan tadah hujan.
3
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata satu (S1) pada
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
2. Sebagai bahan informasi bagi semua pihak yang membutuhkan terutama
dibidang pertanian.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit
Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit Pertumbuhan dan produktivitas
kelapa sawit dipengaruhi oleh faktor luar maupun faktor dalam tanaman kelapa
sawit itu sendiri, antara lain jenis atau varietas tanaman. Sedangkan faktor luar
adalah faktor lingkungan antara lain iklim dan tanah (Mangoensoekarjo dan
Semangun, 2005).
Iklim
Secara umun kondisi iklim yang cocok bagi kelapa sawit terletak diantara
150 LU – 15
0 LS. Curah hujan optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit
rata-rata 2000 – 2500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa
bulan kering yag berkepanjangan. Curah hujan yang merata ini dapat menurunkan
penguapan dari tanah dan tanaman kelapa sawit. Air merupakan pelarut unsur -
unsur hara didalam tanah. Sehingga dengan bantuan air, unsur tersebut menjadi
tersedia bagi tanaman. Bila tanah dalam keadaan kering, akar tanaman sulit
menyerap ion mineral dari dalam tanah (Suwarto dan Octavianty, 2010).
Curah Hujan
Tanaman Kelapa sawit menghendaki curah hujan 1.500 – 4.000 mm per
tahun, tetapi curah hujan optimal 2.000 – 3.000 mm per tahun, dengan jumlah hari
hujan tidak lebih dari 180 hari per tahun (Fauzi, 2005).
Penyinaran Matahari
Sinar matahari sangat penting dalam kehidupan tumbuhan, karena
merupakan salah satu syarat mutlak bagi terjadinya proses fotosintesis. Untuk
4
5
pertumbuhan kelapa sawit yang optimal diperlukan sekurang-kurangnya 5 jam
penyinaran per hari sepanjang tahun. Meskipun sebaiknya selama beberapa bulan
terdapat 7 jam penyinaran per hari, tetapi statistik menunjukkan bahwa di
berbagai wilayah kelapa sawit yang lama penyinarannya diluar batas-batas
tersebut dapat diperoleh produktivitas yang memadai juga (Mangoensoekarjo dan
Semangun, 2005).
Tanah
Tingkat keasaman (pH) yang obtimum untuk sawit adalah 5,0–5,5. Kelapa
sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase (beririgasi) baik
dan memiliki lapisan solum cukup dalam (80 cm) tanpa lapisan padas. Untuk
mencapai tingkat keasaman ini maka didaerah gambut diperlukan perlakuan
pemberian pupuk. dolomite atau kieserite dalam jumlah yang lebih besar bila
dibandingkan dengan kelapa sawit yang ditanam ditanah darat. Kemiringan lahan
kebun kelapa sawit sebaiknya tidak lebih 150. Jika kemiringan lahan sudah
melibihi 150 maka diperlukan tindakan konservasi tanah berupa pembuatan
terasan, tapak kuda, rorak dan parit dan kaki bukit (Sunarko, 2012).
Lahan
Lahan merupakan bagian dari bentang alam yang mencakup lingkungan
fisik termasuk iklim, topografi, tanah, hidrologi, dan vegetasi yang semuanya
secara potensial berpengaruh terhadap penggunaan lahan. klasifikasi kesesuaian
lahan adalah pengelompokan lahan berdasarkan kesesuiannya untuk tujuan
tertentu. Hasil perbandingan dari jenis penggunaan lahan dengan kualitas lahan
dikombinasikan dengan hasil analisis pemasukan pendapatan, biaya-manfaat,
akibat pada lingkungan dan analisis sosial ekonomi menghasilkan suatu
6
klasifikasi yang menunjukkan kesesuaian masing-masing satuan peta tanah (SPT)
untuk jenis penggunaan tertentu. Klasifikasi kesesuaian lahan merupakan survai
komplit/lengkap terhadap seluruh sumberdaya, yaitu iklim, tanah, air, jumlah
penduduk, dan kondisi sosial ekonomi.
Lahan Basah
Lahan basah adalah wilayah-wilayah rawa, daratan rendah, gambut atau
air, baik alami atau buatan, permanen atau temporer, dengan air tenang atau
mengalir, tawar, atau asin, termasuk area laut dengan kedalaman air yang tidak
melebihi 6 meter pada saat air surut. Food and Agriculture Organization (FAO),
menetapkan tentang lahan basah, yaitu : daerah pesisir pantai dan riparian yang
berbatasan dengan lahan basah dapat dimasukkan dalam inventarisasi, begitu pula
pulau-pulau atau daerah laut yang memiliki kedalaman lebih dari 6 meter pada
saat air surut. Menurut Scott (1989) dalam Febriano M R (2013), lahan basah di
Asia terdiri atas bermacam-macam jenis, berupa habitat alami dan buatan. Daerah
inter-tidal dan muara, seperti sungai, danau, dan pesisir. Sungai dan rawa yang
terbentuk dari genangan banjir, anak sungai dan danau dapat membentuk hutan
rawa gambut, hutan rawa air tawar, serta gambut dan lumpur.
Keterbatasan lahan produktif menyebabkan ekstensifikasi pertanian
mengarah pada lahan-lahan marginal, lahan basah merupakan salah satu jenis
lahan yang tergolong lahan marginal. Lahan tadah hujan adalah lahan yang
sumber air pengalirannya berasal dari curah hujan tanpa adanya bangunan irigasi
permanen, lahan tadah hujan umumnya tidak subur (miskin hara) sering
mengalami kekeringan. Di lahan tadah hujan, dimana kondisi lahan pada saat
hujan tergenang dan pada saat musim kemarau lahan ini kering, sehingga pada
7
saat musim hujan lahan ini dimanfaatkan untuk menanam padi dan saat musim
kemarau lahan ini digunakan untuk menanam tanamn kelapa sawit.
Pengembangan Kelapa Sawit
Lahan pasang surut memiliki potensi untuk pengembangan kelapa sawit
baik didasarkan pada karakteristik lahan maupun luasnya, namun demikian
masalah utama yang dihadapi adalah kondisi drainase yang terhambat sampai
tergenang. Agar perakaran tanaman kelapa sawit dapat berkembang setidaknya di
perlukan lapisan yang tidak tergenang air sedalam 50-75 cm dan idealnya adalah
lebih kurang 100 cm (Winarna, 2007).
Pengembangan kelapa sawit dilahan pasang surut akan dihadapkan pada
berbagai tantangan terkait dengan karekteristik tanah pada lahan pasang surut,
yaitu tantangan dalam pengolahan lahan, kulturteknis maupun investasi untuk
pengembangan infrastruktur. Untuk itu, pengembangan lahan rawa pasang surut
memerlukan perencanaan, pengelolaan, dan pemamfaatan yang tepat serta
penerapan teknologi yang sesuai, terutama pengelolaan tanah dan air. Dengan
upaya seperti itu diharapkan lahan rawa pasang surut dapat menjadi lahan
pertanian atau perkebunan yang produktif, berkelanjutan, dan berwawasan
lingkungan (Suriadikarta, 2005).
Gulma Di Perkebunan Kelapa Sawit
Gulma merupakan tanaman pengganggu yang kehadirannya tidak
diinginkan. Kehadiran gulma ini dinilai merugikan karena secara estetika akan
mengganggu keindahan taman dan secara fungsi akan mengurangi hara,
pemanfaatan sinar matahari, air tanah, dan tempat tumbuh yang dapat
8
dimanfaatkan oleh tanaman utama. Gulma menyebabkan gangguan dan kerugian
pada pertumbuhandan produksi tanaman kelapa sawit (Sembodo, 2010).
Gulma adalah suatu tumbuhan liar yang tumbuh pada lahan tanaman
budidaya, tumbuhan yang tumbuh di sekitar tanaman pokok (tanaman yang segaja
ditanam) atau semua tumbuhan yang tumbuh pada tempat (areal) yang diinginkan
oleh si penanam sehingga kehadirannya dapat merugikan tanaman lain yang ada
di dekat atau di sekitar tanaman tersebut. Penertian gulma yang lain adalah
tumbuhan yang belum diketahui mamfaatnya secara pasti sehingga kebanyakan
orang mengangap bahwa gulma mempunyai nilai negatif yang lebih besar dari
pada nilai ekonomisnya. Gulma mudah tumbuh pada tempat yang miskin nutrisi
sampai yang kaya nutrisi. Umumnya, gulma mudah melakukan regenerasi
sehingga unggul dalam persaingan dengan tanaman budidaya (Pahan, 2008).
Secara fisik gulma bersaing dengan tanaman budidaya dalam hal
memperoleh ruang, cahaya, air, nutrisi, gas-gas penting, serta zat kimia (alelopati)
yang disekresikan. Gulma sering dikonotasikan ke dalam kompetisi terhadap
aktifitas manusia/pertanian (Pahan, 2008).
Perkebunan kelapa sawit tidak dikehendaki karena dapat mengakibatkan hal
sebagai berikut:
a. Menurunkan produksi akibat persaingan dalm pengambilan unsur hara, air,
sinar matahari dan ruang hidup.
b. Menurunkan mutu produksi akibat terkontaminasi oleh bagian-bagian
gulma.
c. Mengeluarkan senyawa alelopati yang dapat menggangu pertumbuhan
tanaman.
9
d. Menjadi inang (host) bagi hama, disamping bersifat patogen yang
menyerang tanaman.
e. Menganggu tataguna air.
f. Secara umum, kehadiran gulma akan meninggkatkan biaya usah tani
karena adaya penambahan kegiatan di pertanaman (Pahan, 2008).
Klasifikasi Gulma
Klasifikasi gulma dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, misalnya
gulma dapat dibedakan berdasarkan sifat-sifat morfologi , siklus hidup, Habitat,
ataupun berdasarkan pengaruhnya terhadap tanaman perkebunan (Pahan, 2008).
Berdasarkan morfologi gulma
Berdasarkan sifat morfologi nya, gulma dapat dibedakan menjadi gulma
berdaun sempit (grasses), gulma teki-tekian (sedges), gulma berdaun lebar (broad
leaves) dan gulma pakis-pakisan (ferns) (Pahan, 2008).
1) Gulma berdaun sempit
Gulma berdaun sempit memiliki ciri khas sebagai berikut : daun menyerupai
pita, batang tanaman beruas-ruas, tanaman tumbuh tegak atau menjalar dan
memiliki pelepah serta heleyan daun. Contoh-contoh gulma berdaun sempit.
a. Axonopus compressus
b. Imperata cylindrica
c. Ishaemum timorense (Barus, 2007).
2) Gulma berdaun lebar
Pada umumnya, gulma berdaun lebar lebar merupakan tumbuhan berkeping
dua meskipun ada yang berkeping satu. Gulma berdaun lebar memiliki ciri-ciri
10
bentuk daun melebar dan tanaman tumbuh tegak atau menjalar. Contoh jenis
gulma berdaun lebar adalah sebagai berikut:
a. Ageratum conyzoides
b. Cassia tora
c. Mikania micrantha (Barus, 2007).
3. Gulma teki-tekian
Gulma jenis teki-tekian mirip dengan gulma berdaun sempit, namun
memiliki batang berbentuk segitiga. Berberapa contoh gulma teki-tekian adalah
sebagai berikut :
a. Cyperus rotundus
b. Cvperus kylingia
c. Cyperus compressus (Barus, 2007).
4. Gulma pakis-pakisan
Gulma jenis pakis-pakisan (ferns) umumnya berkembang biak dengan spora
dan berbatang tegak atau menjalar. Contoh gulma pakis-pakisan adalah sebagai
berikut :
a. Dicranopteris linearis
b. Lygodium flexuosum
c. Teanitis blechnoides (Barus, 2007).
Berdasarkan siklus hidup gulma
Berdasarkan siklus hidupnya gulma dapat dibedakan menjadi gulma
semusim, gulma dua musim dan gulma tahunan.
11
1) Gulma semusim
Gulma semusim merupakan gulma yang siklus hidupnya dalam satu tahun
atau satu musim, contohnya Ageratum conyzoides (Pahan, 2008).
2) Gulma dua musim
Gulma dua musim disebut juga dengan gulma biennial, gulma ini
memerlukan dua musim pertumbuhan untuk menyelesaikan siklus hidupnya,
biasanya berbentuk roset pada tahun pertama dan menghasilkan bunga pada tahun
kedua (Pahan, 2008).
3). Gulma tahunan
Gulma tahunan disebut juga dengan gulma perennial, gulma ini hidup lebih
dari dua tahun dan mungkin dalam kenyataannya hampir tidak terbatas, contohnya
Imperata cylindrica.(Pahan, 2008).
Berdasarkan habitat (tempat tumbuh) gulma
Berdasarkan habitatnya gulma dapat dibedakan menjadi gulma air (Aquatic
weeds) dan gulma daratan (terestrial weeds).
1) Gulma air (Aquatic weeds)
Pada umumnya, gulma air tumbuh di air, baik mengapung, tengelam,
ataupun setengah tengelam. Contoh gulma air adalah sebagai berikut:
a. Cyperus iria
b. Echionochloa colonum
c. Salvinia molesta (Barus, 2007).
2) Gulma daratan (terestrial weeds)
Gulma daratan tumbuh di darat, antara lain di tegalan dan di perkebunan.
Jenis gulma darat yang tumbuh di perkebunan sangat tergantung pada jenis
12
tanaman utama, jenis tanah, iklim dan pola tanam. Contoh-contoh jenis gulma
daratan sebagai berikut :
a. Ageratum conyzoides
b. Imperata cylindrical
c. Axonopus compressus (Barus, 2007).
Perkembangbiakan Gulma
1. Dengan biji
Sebagian besar gulma berkembangbiak dengan biji dan menghasilkan jumlah
biji yang sangat banyak. Contoh gulma berkembangbiak dengan biji adalah:
a) Amaranthus spinosus
b) Cynodon dactylon
c) Eragrostis amabilis (Triharso, 2004).
2. Stolon
Adapula gulma yang dapat membentuk individu baru dengan stolon yaitu
bagian batang menyerupai akar yang menjalar di atas permukaan tanah. Dimana
batang ini terdiri dari nodus (buku) dan internodus (ruas), pada setiap nodus dapat
keluar serabut-serabut akar dan tunas sehingga dapat mebentuk individu baru.
Contoh gulma ini adalah:
a) Paspalum conjugatum
b) Cynodon dactylon (Triharso, 2004).
3. Rhizome (akar rimpang)
Yaitu batang beserta bagian-bagiannya yang manjalar di dalam tanah,
bercabang-cabang, tumbuh mendatar dan pada ujungnya atau pada buku dapat
muncul tunas yang membentuk individu baru (Triharso, 2004).
13
4. Tuber (umbi)
Umbi merupakan pembengkakan dari batang atupun akar yang digunakan
sebagai tempat penyimpanan atau penimbun makanan cadangan, sehingga umbi
tersebut bisa membesar. Pada beberapa bagian dari umbi tersebut terdapat titik
(mata) yang pada saatnya nanti bisa muncul atau keluar tunas yang merupakan
individu baru dari gulma tersebut. Contoh gulma ini adalah:
a) Cyperus rotundus
b) Cyperus irinaria (Triharso, 2004).
5. Bulbus (umbi lapis)
Bulbus juga termasuk umbi yang merupakan tempat menyimpan makanan
cadangan tetapi bentuknya berlapis-lapis. Gulma golongan ini dapat ditemukan
pada keluarga Allium, contoh: Allium veneale (bawang-bawang) (Triharso, 2004).
6. Dengan daun
Pada beberapa jenis gulma juga dapat berkembangbiak dengan daunnya
yang telah dewasa. Daun ini berbentuk membulat ataupun oval, pada pinggir daun
bergerigi atau terdapat lekukan yang nantinya tempat muncul tunas menjadi
individu baru. Contohnya:
a) Calanchoe sp
b) Ranunculus bulbasus (Triharso, 2004).
7. Runner (Sulur)
Stolon yang keluar dari ketiak daun dimana internodianya (ruas) sangat
panjang, membentuk tunas pada bagian ujung. Contoh: Eichornia crassipes
(Triharso, 2004)
14
8. Spora.
Ada juga beberapa gulma yang dapat berkembang biak dengan spora,
dimana spora ini bila telah matang dapat diterbangkan oleh angina. Contoh
gulma ini kebanyakan dari keluarga paku-pakuan seperti:
a) Nephrolepsis bisserata
b) Lygopodiu sp (Triharso, 2004).
15
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada pengembangan kelapa sawit di lahan
Tadah Hujan Didusun Wonorejo Tiga – Tiga Desa Sungai Sentang, Kecamatan
Kualuh Hilir, Kabupaten Labuhan Batu Utara, Provinsi Sumatera Utara,yang di
laksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan maret 2017.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan, yaitu tali rafia, kayu kecil berukuran 30 cm,
kantong plastik, lup, Timbangan, kamera dan alat-alat tulis.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah plot sampling, dengan membuat
plot secara acak dengan ukuran 100x100 cm.
16
PELAKSANAAN PENELITIAN
Lahan Pengamatan
Dilokasi pengembangan kelapa sawit yang berumur 3-4 tahun di lahan
tadah hujan seluas 2 hektar.
Penentuan Petak Sampel Pengamatan
Petak sampel dibuat pada plot-plot secara acak. Dimana pada lahan ada 3
ulangan cara penentuan ulangan adalah ulangan I tanaman ditebang 50%, ulangan
II tamanan ditebang 75%, dan ulangan III tamanan yang di tebang tidak ada. Pada
setiap ul angan ada 3 plot pengamatan dengan ukuran 100×100cm.
Identifikasi Gulma
Identifikasi gulma di amati dengan menggunakan alat kaca pembesar (lup)
berdasarkan (morfologi gulma) meliputi Bentuk (batang, daun, bunga), Warna
( batang, daun, bunga), lalu didokumentasi.
Parameter Pengamatan
Jenis Gulma
Mengidentifikasi berdasarkan secara visual berdasarkan morfologi
kemudian disesuaikan dengan referensi yaitu bentuk (batang, daun, bungan),
warna (batang, daun, bunga). Semua yang ada pada plot diamati.
Kerapatan Nisbi (KN)
Kerapatan gulma yang tumbuh dari jenis spesies yang berbeda dihitung,
dengan membandingkan jumlah individu spesies dibagi dengan jumlah semua
17
individu spesies. Lalu hitung tiap gulma yang tumbuh dari tiap jenis spesies yang
berbeda dari tiap petakan sampel. Dengan rumus
Frekuensi Nisbi (FN)
Jumlah gulma yang tumbuh dari tiap jenis spesies yang berbeda dihitung,
dengan membandingkan jumlah frekuensi dibagi dengan jumlah semua individu
spesies. Lalu hitung tiap gulma yang tumbuh dari tiap jenis spesies yang berbeda
dari tiap petakan sampel. Dengan rumus
Frekuensi Mutlak (FM)
Jumlah petakan yang berisi spesies gulma tertentu dihitung. Kemudian
hitung berapa jumlah petak sampel yang ditumbuhi spesies gulma tersebut dari
tiap responden.
Kerapatan Mutlak (KM)
Jumlah individu jenis gulma itu dari seluruh interval rintisan, unit, atau
petak sampel.
Summed Dominance Ratio (SDR)
Nilai SDR akan menunjukan gulma yang dominan pada areal
pengembangan kelapa sawit. Nilai SDR kemudian disusun berturut-turut dari
yang besar sampai yang terkecil. Dengan rumus
18
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis Gulma
Data jenis gulma pada pengamatan I, II, dan III dapat dilihat pada
Lampiran 2, 3, dan 4. Hasil identifikasi menunjukan bahwa jenis gulma yang
tumbuh di lahan tadah hujan terdapat 11 jenis. Berdasarkan jenis morfologi gulma
dapat dilihat pada tabel 1.
19
Tabel 1. Jenis Gulma Berdasarkan Morfologi
NO
BENTUK WARNA
Spesies
Jumlah DAUN BATANG BUNGA DAUN BATANG BUNGA
1
Segitiga,
runcing,
lancip
Bulat
Lonjong
Hijau
Tua
Kecoklatan
Biru
Krinyuh
(Cromolaena odorata)
370
2
Bulat telur
Bulat
Majemuk
Hijau
Coklat
Putih
Herandong
(Clidenia hirta)
156
3
Lonjong
Bulat
Majemuk
Hijau
Hijau
Putih
Bayam Duri
(Amaranthus spinosus
)
96
4
Bulat telur
Bulat
Tunggal
Hijau
Hujau
Putih
Meniran (Phyllanthus
niruri)
89
5
Runcing
Silinder
Majemuk
Hijau
Hijau
putih
Ilalang
(Imperata
Cylindrica)
552
6
Runcing
Segitiga
Payung
Hijau
Hijau
Hijau
Kecoklatan
Teki (cyperus
rotundus)
532
7
Lonjung
Bulat
Cawan
Hijau
Hijau
putih
Sintrong
(Crassocephalum
crepidoides)
234
8
Runcing
Bulat
Bulat
Hijau
Kehijauan
Merah muda
Putri Malu (Mimosa
pudica)
70
9
Bulat telur
Segi empat
Lonjong
Hijau
kekuning-
kuningan
Hijau
Putih
Kentangan
(Borrevia latifolia)
10
Lebar
,ujung
lancip dan
bergerigi
Bulat
Lonceng
Hijau
Hijau
Putih,biru
muda,
keunguan
Babadotan
(Ageratum conyzoides)
337
11
Bulat telur
Segi empat
Lonjong
Hijau
Hijau
Putih
Goletrak (Borreria
alata)
92
20
Berdasarkan tabel 1 dapat kita lihat bahwa pada pengamatan jenis gulma yang
ada diareal pengembangan kelapa sawit dilahan tadah hujan pada ulangan 1, 2 dan
3 jenis gulma yang paling dominan pada semua petak sampel adalah Ageratum
conyzoides, Imperata cylindrica, Cyperus rotundus Cromolaena odorata.
Adapun ciri-ciri gulma diatas dapat dilihat sebagai berikut:
a. Gulma Krinyuh (Cromolaena odorata)
Krinyuh adalah gulma atau tumbuhan pengganggu yang sangat merugikan
tanaman budidaya di sekitarnya, gulma ini merupakan tumbuhan perdu berkayu
tahunan. Gulma ini memiliki bentuk daun oval. Warna bunga pada saat muda
kebiruan, semakin tua menjadi cokelat , sedangkan bentuk bunga lonjong seperti
membentuk lonceng. Batang krinyuh berwarna hijau dan berbentuk bulat dan
terdapat rambut halus. Krinyuh merupakan gulma daratan dan gulma ini
berkembang biak dengan biji.
b. Herandong (Clidenia hirta)
Clidenia hirta merupakan Bunga tumbuhan ini memiliki ciri: infloresens
terbatas, daun mahkota (petal) berwarna putih, benang sari berjumlah sepuluh,
bunga biseksual, tabung kelopak melebar berbentuk lonceng dengan panjang 0,5
cm, dan tangkai bunga berukuran 3-4 cm. Daun Clidenia hirta memiliki ciri:
pertulangan daun melengkung 3-9, bentuk daun bulat telur, ujung daun
meruncing, pangkal daun berbentuk jantung, tepi daun beringgit (crenate),
permukaan daun adaksial dan abaksial berambut, panjang daun 5-18 cm, lebar
daun 3-10 cm, daun tanpa stipula, dan tangkai daun berambut jarang. Batang C.
21
hirta memiliki ciri: tegak, ditutupi rambut halus, bertangkai berhadapan, dan
tingginya 82-190 cm.
c. Gulma bayam duri (Amaranthus spinosus)
Bayam duri (Amaranthus spinosus L.) merupakan salah satu gulma yang
dapat menurunkan hasil produksi tanaman yang dibudidayakan. Tumbuhan ini
banyak tumbuh liar di kebun-kebun dengan ketinggian 1.400 m dpl. Tingginya
dapat mencapai 1 meter. Tumbuhan ini termasuk tumbuh semusim. Tumbuhan
ini dapat dikembangbiakkan melalui bijinya yang bulat, kecil dan hitam. Sebagai
tanda khas dari tumbuhan bayam duri yaitu pada pohon batang, tepatnya di
pangkal tangkai daun terdapat duri, sehingga orang mengenal sebagai bayam duri.
Bayam duri tumbuh baik di tempat-tempat yang cukup sinar matahari dengan
suhu udara antara 25 – 350 C. Batang tanaman bayam duri ini kecil berbentuk
bulat, lunak dan berair. Batangnya berwarna merah kecoklatan. Yang menjadi ciri
khas pada tanaman ini adalah adanya duri yang terdapat pada pangkal batang
tanaman ini. Memiliki daun tunggal. Berwarna kehijauan, bentuk bundar telur
memanjang (ovalis). Bunga terdapat di axilaar batang. Merupakan bunga
berkelamin tunggal, yang berwarna hijau.. Kumpulan bunganya berbentuk bulir
untuk bunga jantannya.
d. Gulma Meniran (Phyllanthus niruri)
Meniran merupakan tumbuhan liar yang tumbuh dan tersebar diseluruh
daratan Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Meniran dapar berkembang biak
dengan biji. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut : Batangnya berwarna hijau
kemerahan, dan bentuk batang bulat. Daun tunggal, letaknya berseling. Helaian
22
daun bulat telur sampai bulat memanjang, ujung tumpul, pangkal membulat,
permukaan bawah berbintik kelenjar, tepi daun rata, dengan panjang 1,5 cm dan
lebar sekitar 7 mm, berwarna hijau. Pada satu tanaman terdapat bunga jantan dan
bunga betina. Bunga jantan keluar dari bawah ketiak daun, sedangkan bunga
betina keluar dari atas ketiak daun, bunga meniran berwarna putih.
e. Gulma Ilalang (Imperata cylindrica)
Imperata cylindrica merupakan tumbuhan yang tumbuh tahunan. Ilalang
dapat tegak berumpun rapat yang sampai ketinggian 2.500 m dpl, dapat tumbuh
pada tanah kering yang terbuka dan gulma ini berkembang biak dengan biji.
Ilalang memiliki ciri-ciri yaitu: Batang berbentuk segi tiga dan berwarna hijau,
daun berbentuk silinder dan berwarna hijau sedangkan bunga berbentuk majemuk
dan meiliki warna putih.
f. Gulma Teki (Cyperus rotundus)
Cyperus rotundus merupakan gulma tahunan yang cukup berbahaya
diperkebunan kelapa sawit gulma ini mempunyai umbi dan akar ramping. Batang
berbentuk segitiga, warna permukaan atas hijau tua, sedangkan permukaan bawah
hijau muda, mempunyai parit yang membujur dibagian tengah dan ujungnya agak
meruncing lebih pendek dari batang yang membawa bunga. Daun berbentuk
runcing sedangkan pada warna daun berwarna hijau. Bunga berbetuk seperti
payung dan memiliki warna hijau dan kecoklatan. Gulma ini hidup dilahan
tergenang dan dilahan kering. Gulma ini dapat berkembang biak dengan stolon .
23
g. Sintrong (Crassocephalum crepidioides)
Crassocephalum crepidioides merupakan gulma musiman dengan tinggi
hingga 1 m. Bunga berbentuk cawan dan bewarna putih, batang berbentuk bulat
dan bewarna hijau sedangkan daun berbentuk lonjong dan bwrwarna hijau.
Crassocephalum crepidioides hidup dilahan kering dan berkembang biak dengan
biji.
h. Putri malu ( Mimosa pudica)
Putri malu atau dalam bahasa latin disebut Mimosa pudica adalah
tumbuhan dengan ciri daun yang dapat menutup dengan sendirinya saat disentuh
dan membuka kembali setelah beberapa lama. Tanaman berduri ini termasuk
dalam tanaman berbiji tertutup dan terdapat pada kelompok tumbuhan berkeping
dua atau dikotil. Putri malu ini desebut gulma semusim dan dapat berkembang
biak dengan biji. Putri malu memiliki ciri-ciri yaitu: Daun berbentuk runcing dan
berwarna kehijaun, batang brwarna kehijauan dan berbentuk bulat sedangkan
bunga berbentuk bulat dan berwarna merah muda.
i. Gulma Kentangan (Borreria latifolia)
Gulma ini banyak ditemukan pada daerah dengan musim kemarau
pendek, pada lahan yang kering yang mendapat sinar matahari penuh atau
agak ternaungi. Tumbuh mulai di dataran rendah hingga ketinggian 1600 m dpl.
Pada umumnya bercabang mulai dari bawah. Batang bersegi empat dan lunak dan
berwarna hijau . Daun agak tebal, sederhana, utuh, berbentuk bulat telur dan
berwarna hijau kekuning-kuningan. Bunga biseksual, kecil, bertandan dan terletak
24
pada ketiak daun berbentuk lonjong dan berwarna putih. Gulma ini dapat
berkembang biak dengan biji.
j. Gulma Babadotan (Ageratum conycoides)
Babadotan merupakan golongan gulma berdaun lebar yang tumbuh hampir
di setiap tempat terutama di daerah tropis. Babadotan dapat tumbuh dilingkungan
yang kering maupun lembab babadotan ini tumbuh pada ketinggian 3000 m dpl,
gulma ini berkembang biak dengan biji atau di kotil, babadotan mempunyai ciri-
ciri seperti Batang : batang babadotan benbentuk bulat dan berwarna hijau, tegak,
mempunyai cabang dan berbulu diseluruh batang nya. Daun: mempunyai daun
lebar dengan ujung nya yang lancip serta bergerigi. Bunga : bunga babadotan
berwarna putih,biru muda dan ke unguan.
k. Gulma Goletrak ( Borreria alata)
Borreria alata merupakan gulma semusiman tumbuh tegak tingginya 15-
20 cm biasanya kurang lebih 25 cm. Gulma ini dapat berkembang biak dengan
biji. Membentuk cabang dari bagian pangkal batang berwarna warnanya ungu,
bentuk penampangnya segi empat, sisi-sisinya segi empat dan berwarna hijau.
Daun Borreria alata memiliki bentuk bulat telur dan berwarna hijau, tepi daun
terasa kasar bila diraba karena adanya bulu-bulu halus yang keras, permukaan
atas berwarna hijau gelap keungu-unguan dengan urat daun yang nyata. Bunga
berbentuk lonjong dan berwarna putih.
25
Data Jenis Gulma
Dari hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh supriadi(2016)
mengenai identifikasi gulma pada pengembangan tanaman padi di bawah tegakan
kelapa sawit , di temukan 16 jenis gulma yaitu: Lindernia anagalli, Cyperus
cyperoides, Leersia hexandra, Cyperus kyllingia, Eleocharis retroflesa,
Echinochloa crusgalli, Frimbristylist miliaceae, Cypirus iria, Alternantrhera
phyloxeroiders, Brachiaria reptans, Cyperus distans, Ludwigia adscendens,
Limnocharis flava, Nymphaea alba, Melastoma affine, Phyhmthns niruri. Dan
pada penelitian selanjutnya mengenai identifikasi jenis gulma pada
pengembangan kelapa sawit dilahan tadah hujan di temukan 11 jenis gulma yaitu:
Cromolaena odorata, Clidenia hirta, Alternan theria phyloxerolders, Phruthns
niruri, Imperata clyndrica, Cyperus rotundus, Crassocephalum crepidoides,
Mimosa pudica, Borrevia lativolia, Ageratum conycoides, Borreria alata. Untuk
melihat hasil kedua penelitian dapat dilihat pada tabel 2 dan 3.
26
Tabel 2. Data Jenis Gulma di Bawah Tegakan Kelapa Sawit
No Nama spesies KM FM KN FN SDR
1
Benik-Benikan
(Lindernia anagallis)
22 3 13,25% 7,89% 10,57%
2 Rumput Pako
(Cyperus cyperoides)
19 3 11,45% 7,89% 9,67%
3 Kalamenta
(Leersia hexandra)
18 3 10,84% 7,89% 9,37%
4 Rumput Kenop
(Cyperus kyllingia)
15 3 9,04% 7,89% 8,47%
5 Bulu Babi
(Eleocharis retroflesa)
13 3 7,83% 7,89% 7,86%
6 Jajagoan
(Echinochloa crusgalli)
13 3 7,83% 7,89% 7,86%
7 Rumput Teki
(Frimbristylist miliaceae)
13 3 7,83% 7,89% 7,86%
8 Rumput Teki
(Cypirus iria)
7 3 4,22% 7,89% 6,06%
9 Bayam Kramah
(Alternantrhera
phyloxeroiders)
10 2 6,02% 5,26% 5,64%
10 Rumput Teki
(Brachiaria reptans)
7 2 4,22% 5,26% 4,74%
11 Rumput Teki
(Cyperus distans)
7 2 4,22% 5,26% 4,74%
12 Kerangkong
(Ludwigia adscendens)
7 2 4,22% 5,26% 4,74%
13 Genjer
(Limnocharis flava)
6 2 3,61% 5,26% 4,44%
14 Teratai Putih
(Nymphaea alba)
4 2 2,41% 5,26% 3,84%
15 Senggani
(Melastoma affine)
2 1 1,20% 2,63% 1,92%
16 Rumput Teki
(Phyhmthns niruri)
3 1 1,81% 3% 2,22%
Jumlah 166 38 100% 100% 100%
Ket: KM (Kerapatan Mutlak)
FM (Frekuensi Mutlak)
KN (Kerapatan Nisbi)
FN (Frekuensi Nisbi)
Dari hasil pengamatan di bawah tegakan kelapa sawit bahwa data jenis
gulma yang mendominasi adalah gulma Benik-Benikan (Lindernia anagallis)
yaitu dengan nilai SDR 10,57%, gulma Rumput Pako (Cyperus cyperoides)
27
dengan nilai SDR 9,67%, gulma Kalamenta (Leersia hexandra) dengan nilai SDR
9,37% dan gulma rumput kenop (cyperus kyllingia) dengan nilai SDR 8,47%.
Tabel 3. Data Jenis Gulma di Lahan Tadah Hujan
NO Nama spesies KM FM KN FN SDR
1 Krinyuh (Cromolaena
odorata) 370 3 13.50% 9.09% 11.30%
2 Herandong (Clidenia hirta) 156 3 5.69% 9.09% 7.39%
3 Bayam Duri (Amaranthus
spinosus ) 96 3 3.50% 9.09% 6.30%
4 Meniran (Phyllanthus niruri) 89 3 3.25% 9.09% 6.17%
5 Ilalang (Imperata
cylindrica) 552 3 20.15% 9.09% 14.62%
6 Rumput Teki (Cyperus
rotundus) 532 3 19.42% 9.09% 14.25%
7 Sintrong (Crassocephalum
crepidoides) 234 3 8.54% 9.09% 8.82%
8 Putri Malu (Mimosa pudica) 70 3 2.55% 9.09% 5.82%
9 Kentangan (Borreria
latifolia) 212 3 7.74% 9.09% 8.41%
10 Babadotan (Ageratum
conycoides) 337 3 12.30% 9.09% 10.70%
11 G oletrak (Borreria alata) 92 3 3.36% 9.09% 6.22%
Jumlah 2740 33 100.00% 100.00% 100.00%
Ket: KM (Kerapatan Mutlak)
FM (Frekuensi Mutlak)
KN (Kerapatan Nisbi)
FN (Frekuensi Nisbi)
Dari hasil pengamatan menyeluruh di lahan tadah hujan bahwa jenis gulma
pada ulangan 1 ada 11 jenis, yang mendominasi adalah gulma rumput teki
(Cyperus rotundus) yaitu dengan nilai SDR 14,25%. Sedangkan Krinyuh
28
(Choromolaena odorata) yaitu dengan nilai SDR 11,30%. Sedangkan gulma yang
resesif di ulangan 1 terdapat gulma putri malu (Mimosa pudica) dengan nilai SDR
5,82%.
Pada ulangan 2 ada 11 jenis Gulma, yang mendominasi adalah gulma
ilalang (Imperata cyilindrica) yaitu dengan nilai SDR 14,62%. Sedangkan gulma
yang resesif pada ulangan 2 yaitu gulma meniran (Phyllanthus niruri) dengan
nilai SDR 6,17%%.
Pada ulangan 3 ada 11 jenis gulma, yang mendominasi adalah gulma
Babadotan (Ageratum conicoides) yaitu dengan nilai SDR 10,70%. Sedangkan
gulma yang resesif adalah Goletrak (Borreria alata) yaitu dengan nilai SDR
6,22%.
Pada pengembangan kelapa sawit di lahan tadah hujan jumlah kerapatan
mutlak 2740 dan frekuensi mutlak 33. Hal ini disesuaikan pada ulangan 1 dengan
penebangan sawit 50% sehingga cahaya yang masuk lebih banyak di bandingkan
pada ulangan 2 dan 3 yaitu penebangan 75% dan 100% sehingga pada ulangan 2
dan 3 sinar matahari lebih sedikit masuk sehingga populasi gulma tidak banyak.
Gulma sama halnya dengan tumbuhan lainya yang membutuhkan syarat
hidup dan lingkungan yang sesuai dengan pertumbuhannya. Bila lingkungan
tersebut tidak lagi sesuai untuk pertumbuhannya maka gulma yang tumbuh akan
berkurang jumlahnya atau tidak dapat tumbuh sama sekali pada lingkungan
tersebut. Pada tabel 2 dapat dilihat gulma yang mendominasi adalah gulma beik-
benikan (Lindernia anagallis) dengan nilai SDR 10.57%, merupakan gulma
penting relatif kecil yang dapat mengganggu tanaman tumbuh baik di persawahan
29
yang lembab sampai tergenang. Pada tabel 3 dan dapat di lihat gulma yang
mendominasi pada setiap petak sampel adalah gulma Ilalang (Imperata
cylindrica) dengan nilai SDR 14.62%, merupakan gulma yang memiliki daya
adaftasi yang tinggi artinya dalam kondisi lahan yang ekstrim ilalang dapat
bertahan dan dapat berkembang. Gulma yang tumbuh, telah menyesuaikan diri
dengan cara bercocok tanam yang dilakukan baik dilahan kering maupun dilahan
tergenang. Maka dari itu gulma dapat dijadikan sebagai indikator atau petunjuk
dilahan pertanian dalam pengembangan kelapa sawit dengan sistem budidaya
yang berbeda-beda.
30
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pada pengembangan kelapa sawit dilahan tadah hujan ada 11jenis gulma
yang tumbuh yaitu gulma Cromolaena odorata, Clidenia hirta,
Amaranthus spinosus, Phyllanthus niruri, Imperata cylindrica, Cyperus
rotundus, Crassocephalum crepidoides, Mimosa pudica, Borreria latifolia,
Ageratum conyzoides, Borreria alata.
2. Gulma yang mendominasi adalah gulma Krinyuh (Cromolaena
odorata)dengan nilai SDR 11.30%, Gulma Lalang (Imperata cylindrica)
dengan nilai SDR 14.62%, Gulma Teki (Cyperus rotundus) dengan nilai
SDR 14.25%, Gulma Babadotan (Ageratum conyzoides) dengan nilai SDR
10.70%.
3. Terdapat perbedaan jenis gulma yang tumbuh, gulma yang mendominasi
di bawah tegakan kelapa sawit adalah benik-benikan dengan nilai SDR
10,57%. Gulma yang mendominasi dilahan tadah hujan adalah gulma
Ilalang (Imperata cylindirca) dengan nilai SDR 14.62 %.
Saran
Dilihat dari gulma yang mendominasi adalah gulma Krinyuh
(Cromolaena odorata), gulma Lalang (Imperata cylindrica), gulma Teki
(Cyperus rotundus), dan gulma Babadotan (Ageratum conyzoides). Hal ini
merupakan gulma yang daya adaptasi cukup kuat, sehingga perlu di lakukan
pencegahan sehingga populasi tidak meningkat dan tidak mengganggu
pertumbuhan kelapa sawit.
31
Lampiran 1. Bagan Keseluruhan Plot Penelitian
Ulangan III Ulangan II Ulangan I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1
2
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
P3
3
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
4
5
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
6
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
7
8
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
P2
9
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
10
11
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
12
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
13
14
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
P1
15
X
X
X
X
X
X
X
16
17
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
18
X
X
X
X
X
X
X
U
S
Keterangan : X = Kelapa sawit
P3 = Tegakan 100% (tidak ada populasi kelapasawit yang
ditebang).
P2 = Tegakan 75% (25% populasi kelapa sawit ditebang).
32
P1 = Tegakan 50% (50% populasi kelapa sawit ditebang)
Lampiran 2. Data pengamatan jenis gulma pada ulangan 1
NO Nama spesies Sampel
KM PS1 PS2 PS3
1 krinyuh (Cromolacna
odorata) 33 24 24 81
2 Herandong (Clidenia hirta) 12 16 13 41
3 Bayam Duri (Amaranthus
spinosus ) 9 7 14 30
4 Meniran (Phyllanthus niruri) 3 3 8 14
5 Ilalang (Imperata
Cyilindrica) 53 50 36 139
6 Rumput Teki (Cyperus
Rotundus) 51 51 55 157
7 Sintrong (Crassocephalum
Crepidoides) 24 19 14 57
8 Putri Malu (Mimosa Pudica) 5 6 11 22
9 Kentangan (Borria
latifolia) 15 19 14 48
10 Babadotan (Ageratum
conycoides) 33 35 25 93
11 G oletrak (Borreria alata) 3 2 11 16
Jumlah 241 232 225 698
33
Lampiran 3. Data pengamtan jenis gulma pada ulangan 2
NO Nama spesies Sampel
KM PS1 PS2 PS3
1 Krinyuh (Cromolacna
odorata) 40 23 41 104
2 Herandong (Clidenia hirta) 17 16 18 51
3 Bayam Duri (Amaranthus
spinosus ) 12 11 9 32
4 Meniran (Phyllanthus niruri) 9 6 4 19
5 Ilalang (Imperatam
cylindrica) 69 52 67 188
6 Rumput Teki (Cyperus
rotundus) 57 51 38 146
7 Sintrong (Crassocephalum
crepidoides) 16 30 23 69
8 Putri Malu (Mimosa pudica) 5 9 16 30
9 Kentangan (Borreria
latifolia) 17 21 17 55
10 Babadotan (Ageratum
conycoides) 38 35 31 104
11 G oletrak (Borreria Alata) 12 18 7 37
Jumlah 292 272 271 835
34
Lampiran 4. Data pengamatan jenis gulma pada ulangan 3
NO Nama spesies Sampel
KM PS1 PS2 PS3
1 Krinyuh (Cromolacna
odorata) 82 61 42 185
2 Herandong (Clidenia hirta) 27 14 23 64
3 Bayam Duri (Amaranthus
spinosus ) 17 8 9 34
4 Meniran (Phyllanthus
niruri) 15 17 24 56
5 Ilalang (Imperata
cylindrica) 79 76 70 225
6 Rumput Teki (Cyperus
rotundus) 88 78 63 229
7 Sintrong (Crassocephalum
crepidoides) 37 35 36 108
8 Putri Malu (Mimosa
pudica) 1 10 7 18
9 Kentangan (Borreia
latfolia) 22 38 49 109
10 Babadotan (Ageratum
conycoides) 56 33 51 140
11 G oletrak (Borreria alata) 10 16 13 39
Jumlah 434 386 387 1207
35
Lampiran 5. Dokumentasi Gulma
1. Gulma Krinyuh (Cromolaena odorata)
2. Herandong (Clidenia hirta)
3. Gulma bayam duri (Amaranthus spinosus)
36
4. Gulma Meniran (Phyllanthus niruri)
5. Gulma Ilalang (Imperata cylindrica)
6. Gulma Teki (Cyperus rotundus)
37
7. Sintrong (Crassocephalum crepidioides)
8. Putri malu ( Mimosa pudica)
9. Gulma Kentangan (Borreria latifolia)
38
10. Gulma Babadotan (Ageratum conycoides)
11. Gulma Goletrak ( Borreria alata)
39
DATA CURAH HUJAN HARIAN
Stasiun/Pos Hujan : KP. Mesjid
Tahun : 2015 Kabupaten :Labura
TGL JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES
1 3 - - - - - - - - 2 5 -
2 5 - - - - 15 - 10 - - 8 2
3 - - - - - - - 4 - 2 15 5
4 - - - - - - - - - - 1 -
5 - - - - - - - - - - -
6 - - 2 - - - - 3 2 3 2 2
7 2 - - - - 45 - - - 2 3 -
8 - 2 - - - - - 12 - - 25 -
9 - - - 2 - - - 7 25 - 5 5
10 - - - - 12 - - - - - - -
JLM I 10 2 2 2 12 60 - 36 27 9 64 14
11 - - - - - - - 3 - - 35 -
12 - - - - - 1 - - - - 2 -
13 5 - - - - 2 - 25 - - - 3
14 - 3 - - - - - - - 8 25 -
15 - - - - - - 5 - - 10 6 2
16 - - - - - - - 3 2 - 2 -
17 - - 7 - - - - - - - - -
18 - - - - - - 7 - 3 - - -
19 - - - - - - - - - - - 3
20 - - - - - - - - 8 - - -
JLM II 5 3 7 - - 3 12 31 13 18 70 8
21 - - - - - - - 15 3 - - 2
22 - - - - - - - - 10 - 23 -
23 - 8 - - - - - - - - - -
24 3 - - - - - - - - - 25 -
25 - - - 3 - - 2 - 15 - 2 -
26 - - 7 - - - - - - - 5 -
27 - - - - - - - - - 10 20 -
28 - - - - - - - - 7 2 3 1
29 - - - - - - - - 2 8 - 2
30 - - - - - - 5 - 1 4 8
31 - - - - - -
JLM III 3 8 7 3 - - 2 20 37 21 82 11
HH 5 3 3 2 1 4 3 10 10 11 20 10
MAX 5 8 7 3 12 45 7 25 25 10 25 8
TOTAL 18 13 16 5 12 63 14 87 77 48 216 32
Keterangan :
TTU : Tidak Terukur
HH : Jumlah Hari Hujan
MAX : Curah Hujan Maksimum
TOTAL : Jumlah Curah Hujan Dasarian I,II,III
40
DATA CURAH HUJAN HARIAN
Stasiun/Pos Hujan : KP. Mesjid
Tahun : 2016 Kabupaten : Labura
Keterangan :
TTU : Tidak Terukur
HH : Jumlah Hari Hujan
MAX : Curah Hujan Maksimum
TOTAL : Jumlah Curah Hujan Dasarian I,II,III
TGL JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES
1 - - - - - - - 10 22 - 8 -
2 10 - - - - - - - 1 - 1 2
3 25 - - - - 7 - - - 2 - -
4 - 7 - - - - - - - - - -
5 - 78 - - - - - 2 2 5 4 2
6 - 15 - - - - 1 - - - - -
7 - 43 - - - - - - 3 - - -
8 - 28 - - - 2 - - - - 13 6
9 - 4 - - - 2 - - - - - 7
10 - 7 - - - - - - - 3 17 4
JLM I 35 182 0 0 0 11 1 12 28 10 33 21
11 - - 1 - 5 37 - - - 5 7 22
12 - - - - - - - - - - 8 33
13 - 45 2 - - - - - - 4 10 -
14 - 30 2 - - - - - - - - -
15 2 - 6 2 - - - - - 13 - -
16 7 - - - - - - - - 10 - 9
17 20 - - - - 2 2 - - 11 - 7
18 3 - - - - - - - 3 - - -
19 10 - - 1 - - - - 5 - - -
20 - - - - 2 1 3 7 - - 1 4
JLM II 42 75 11 3 7 40 5 7 8 43 26 75
21 - 5 - - 35 - - 3 4 - - 2
22 - - - - - - - - - 10 - -
23 - - - - - - 3 - - 2 - 5
24 - - - - - - 15 - - - - -
25 3 - - - 10 - - 25 - - - 20
26 - - - - - - - - 5 - 3 -
27 5 3 - - 5 - 3 - 3 3 - -
28 - - - - 7 - 18 - 2 - 2 -
29 - - - 20 - - - - - - - -
30 - - 3 45 - 12 15 - 80 - -
31 - - - - 8 - -
JLM III 8 8 0 23 102 - 50 9 14 100 5 27
HH 9 11 4 4 7 6 8 7 10 12 11 13
MAX 20 78 6 20 45 37 18 25 5 80 13 33
TOTAL 85 265 11 26 109 51 56 28 50 153 64 123
41
DATA CURAH HUJAN HARIAN
Stasiun/Pos Hujan : KP. Mesjid
Tahun : 2017 Kabupaten : Labura
Keterangan :
TTU : Tidak Terukur
HH : Jumlah Hari Hujan
MAX : Curah Hujan Maksimum
TOTAL : Jumlah Curah Hujan Dasarian I,II,III
TGL JA
N
FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES
1 - - 15 - - - - -
2 25 10 2 - - - - 50
3 18 - 39 - - - - -
4 1 - - - - - - -
5 - - - - - - 59 -
6 - - - - 5 - 15 -
7 - - - 97 - - - 18
8 - - - - - - - 27
9 - - - 5 - - - -
10 - - - - - - - -
JLM I 44 10 56 102 5 - 74 95
11 - - - - 63 - -
12 - - - - 15 - 43
13 - - - 2 12 - -
14 - 7 - 36 - - 38
15 - - - 74 76,5 - 17
16 - - - 3 - - -
17 - - - - - - -
18 4 - - - 2 - -
19 2 10 - 8 - - -
20 1 - 33 - 31,5 - -
JLM II 7 17 33 123 200 - 98
21 35 - - - - - -
22 13 - - - - - -
23 5 3 - - - 50 -
24 19 2 - - - - -
25 29 - - - 16 - -
26 26 - - - - - -
27 76 3 1 - - - -
28 2 2 - - - 1 -
29 56 2 - - - -
30 - 21 - - - -
31 - - - -
JLM III 261 10 24 - 16 51 -
HH 15 7 7 7 8 2 5 3
MAX 76 10 56 74 76 50 59 50
TOTAL 312 37 113 232 221 51 172 95
42
DAFTAR PUSTAKA
Barus, E. 2007. Pengendalian Gulma di Perkebunan. Kanisius. Yogyakarta. 91
hal.
Fauzi, Y, dkk. 2002. Kelapa Sawit, Budidaya, Pemanfaatan Hasil Limbah,
Analisis dan Pemasaran Penebar Swadaya. Jakarta.
Fauzi. 2005. Kelapa sawit, budidaya, pemanfaatan hasil dan limbah, analisis
usaha dan pemasaran. Penebar Swadaya. Bogor. 163 Hal.
Febriano, M,R. 2013. Pembukaan Lahan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)
Dikebun Batang Toru, PTPN III (Persero) Tapanuli Selatan, Sumatera
Utara. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Mangoensoekarj dkk. 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta. 605 hal.
Maria, 2016 . Pengaruh Ekstrak Air Daun Babandotan (Ageratum Conyzoides)
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai Merah. Universitas Lampung
Bandar. Lampung.
Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 411 hal.
Sembodo, D. R. J. 2010. Gulma dan Pengelolaanya. Graha Ilmu. Yogyakarta. 166
Hal.
Sunarko. 2009. Budidaya dan Pengolahan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem
Kemitraan. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Sunarko. 2012. Membangun Kebun Mini Kelapa Sawit di Lahhan 2 Hektare.
Perseroan Terbatas AgroMedia Pustaka. Jakarta Selatan.
Supriadi. 2016. Identifikasi Jenis Gulma Pada Pengembangan Tanaman Padi
(Oryza sativa. L) di Bawah Tegakan Kelapa Sawit. Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara. Medan.
Suriadikarta, D.A. 2005. Pengelolaan Lahan Sulfat Masam Untuk Usaha
Pertanian. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol 24(1).
Suwarto dan Y, Octavianty. 2010. Budidaya Tanaman Perkebunan Unggulan.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Syah S,A,.dkk, 2014. Jenis-Jenis Tumbuhan Suku Asteraceae di Desa Mataue
Kawasan Taman Nasional Lore Lindu. Universitas Tadulako. 312 Hal.
Syahputra, Edy, dkk. 2011. Weeds Assessment di Perkebunan Kelapa Sawit
Lahan Gambut. Perkebuanan dan Lahan Tropika. (1) 2088-6381. Hal 37-
42.
43
Triharso, 2004. Identifikasi gulma dan pengendalian gulma dipembibitan main
nursery pada tanaman kelapa sawit. Politeknik Pertanian Negri
Samarinda. Samainda.
Winarna, 2007. Potensi dan kendala lahan rawa pasang surut untuk budidaya
tanaman kelapa sawit. Prosiding seminar. Proseding seminar. Nasional
pertanian lahan rawa. kuala kapuas, p: 223-235