ibpe batik di medan sumatera utara - · pdf fileberiring, itik pulang petang. ... metode...

8
Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” VOL. 2. NO. 4 Desember 2016 15 IbPE BATIK DI MEDAN SUMATERA UTARA Faulina, Efni Siregar, Vivianti Novita Jurusan Administrasi Niaga, Politeknik Negeri Medan ABSTRAK Pengabdian bagi produk ekspor tahun kedua ini diselenggarakan di kecamatan Medan Tembung dengan dua mitra tim pelaksana yang menjadi perintis dan mempunyai usaha batik motif Sumatera Utara. Kedua mitra UKM ini bernama UD Mitra Cahaya dan LKP Saudur Sadalanan. Permasalahan yang ada adalah bahan baku, peralatan produksi, inovasi dan jenis produk, manajemen, pemasaran, SDM, serta fasilitas kerja. Luaran yang telah diperoleh kedua mitra dari kegiatan pengabdian ini adalah: daur ulang bahan baku malam, penambahan alat – alat kantor dan produksi, bertambahnya produk turunan dari batik dan jumlah lembaran batik yang dihasilkan dan dijual naik sekitar 10%, mampu mengelola keuangan, administrasi dan produksi usaha modern secara efisien walau masih secara sederhana, mulai berpromosi secara aktif dengan menggunakan kartu nama, brosur, katalog dan web based marketing, pertambahan pegawai, penataan kantor, show room, dan ruang produksi beserta dengan peralatannya. Kata Kunci: Pengabdian, Batik, Sumatera Utara PENDAHULUAN Batik yang selama ini diketahui luas berasal dari berasal dari Jogja, Pekalongan, Solo dan daerah lain di pulau Jawa dan Madura. Tetapi ternyata ada batik yang berasal dari daerah lain yang sedang dikembangkan, contohnya adalah batik yang berasal dari Sumatera Utara dengan corak yang bernuansa etnik daerah tersebut. Motifnya batik disesuaikan dengan lima etnis Batak yang ada di Sumatera Utara, yaitu Mandailing, Tapanuli Utara (Toba), Simalungun, Karo, Pakpak Dairi, dan Tapanuli Tengah. Motif batik dari lima etnis Batak, itu di antaranya corak dari kain ulos Batak, motif Hari Hara Sundung di Langit yang menunjukkan ciri khas Batak Toba, dan motif Pani Patunda dari Simalungun. Selain itu, motif Melayu seperti pucuk rebung, semut beriring, itik pulang petang. Kemudian motif Toba ada desa nawalu, gorga sitompi, dan juga Batak Mandailing dengan motif mataniari (pemkomedan.go.id.2014). Batik Sumatera Utara ini terdiri dari dua jenis, yaitu batik cap dan batik tulis yang digeluti oleh

Upload: dotruc

Post on 07-Feb-2018

236 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” VOL. 2. NO. 4 Desember 2016

15

IbPE BATIK DI MEDAN SUMATERA UTARA

Faulina, Efni Siregar, Vivianti Novita

Jurusan Administrasi Niaga, Politeknik Negeri Medan

ABSTRAK

Pengabdian bagi produk ekspor tahun kedua ini diselenggarakan di kecamatan

Medan Tembung dengan dua mitra tim pelaksana yang menjadi perintis dan

mempunyai usaha batik motif Sumatera Utara. Kedua mitra UKM ini bernama

UD Mitra Cahaya dan LKP Saudur Sadalanan. Permasalahan yang ada adalah

bahan baku, peralatan produksi, inovasi dan jenis produk, manajemen, pemasaran,

SDM, serta fasilitas kerja.

Luaran yang telah diperoleh kedua mitra dari kegiatan pengabdian ini adalah: daur

ulang bahan baku malam, penambahan alat – alat kantor dan produksi,

bertambahnya produk turunan dari batik dan jumlah lembaran batik yang

dihasilkan dan dijual naik sekitar 10%, mampu mengelola keuangan, administrasi

dan produksi usaha modern secara efisien walau masih secara sederhana, mulai

berpromosi secara aktif dengan menggunakan kartu nama, brosur, katalog dan

web based marketing, pertambahan pegawai, penataan kantor, show room, dan

ruang produksi beserta dengan peralatannya.

Kata Kunci: Pengabdian, Batik, Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Batik yang selama ini

diketahui luas berasal dari berasal

dari Jogja, Pekalongan, Solo dan

daerah lain di pulau Jawa dan

Madura. Tetapi ternyata ada batik

yang berasal dari daerah lain yang

sedang dikembangkan, contohnya

adalah batik yang berasal dari

Sumatera Utara dengan corak yang

bernuansa etnik daerah tersebut.

Motifnya batik disesuaikan dengan

lima etnis Batak yang ada di

Sumatera Utara, yaitu Mandailing,

Tapanuli Utara (Toba), Simalungun,

Karo, Pakpak Dairi, dan Tapanuli

Tengah. Motif batik dari lima etnis

Batak, itu di antaranya corak dari

kain ulos Batak, motif Hari Hara

Sundung di Langit yang

menunjukkan ciri khas Batak Toba,

dan motif Pani Patunda dari

Simalungun. Selain itu, motif

Melayu seperti pucuk rebung, semut

beriring, itik pulang petang.

Kemudian motif Toba ada desa

nawalu, gorga sitompi, dan juga

Batak Mandailing dengan motif

mataniari (pemkomedan.go.id.2014).

Batik Sumatera Utara ini

terdiri dari dua jenis, yaitu batik cap

dan batik tulis yang digeluti oleh

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” VOL. 2. NO. 4 Desember 2016

16

kedua mitra dari tim pengabdian

yaitu Ibu Nur Cahaya Nasution

pemilik UD Mitra Cahaya dengan

kelompok pengrajin batik yang

dipunyainya bernama Maju Bersama

sebagai mitra pertama. dan Bapak

Zuhair Kustanto pemilik LKP

Saudur Sadalanan yang berlokasi di

Medan Tembung sebagai mitra

kedua. Ibu Nurcahaya mempunyai

visi kedepannya yaitu agar batik

Sumatera Utara mendunia.

Bapak Zuhair Kustanto

sebagai pemilik LKP Saudur

Sadalanan, gigih dalam memberikan

pelatihan membatik. Walaupun

sebelumnya mitra kedua ini juga

memproduksi kain batik dan seragam

sekolah, tetapi mulai tahun kedua

mitra tersebut fokus terhadap

pemberian pelatihan kemasyarakat

dan mahasiswa, serta

mengembangkan motif dan corak

Sumatera Utara. Selain itu beliau

menjadi salah seorang pendiri

koperasi untuk produk-produk yang

berorientasi ekspor di Sumatera

Utara yang diwadahi oleh Dinas

Koperasi Sumatera Utara yang baru

didirikan pada tahun 2014 lalu.

Keberadaan batik ini

berkembang sedikit demi sedikit

sehingga mulai dikenal masyarakat,

hingga telah dibawa kebeberapa

negara seperti Thailand, Malaysia

dan Nigeria. Tetapi walaupun begitu,

masih menjadi peluang yang sangat

besar bagi kemajuan batik Sumatera

Utara dengan corak uniknya, warna -

warna yang memikat, dan hasil yang

berkualitas merupakan produk

unggulan daerah yang berorientasi

besar untuk ekspor.

Pembuatan batik Sumatera

Utara ini tidak ada bedanya dengan

batik dari daerah Jawa, hanya

berbeda pada corak yang dihasilkan.

Untuk batik yang berasal dari daerah

Jawa lebih utama pada motif hewan,

bunga dan sebagainya. Sedangkan

untuk batik Sumatera Utara coraknya

condong kepada berbagai etnik yang

ada di Sumatera Utara.

Berdasarkan identifikasi

permasalahan yang telah dilakukan

antara tim pengabdian dan kedua

mitra bahwa permasalahan yang

telah diselesaikan hingga tahun

kedua kegiatan adalah masalah

bahan baku, proses produksi, produk

turunan, pengelolaan manajemen,

pemasaran offline dan online,

kurangnya sumber daya manusia

(pembatik), dan fasilitas produksi

dan administrasi yang memadai. Hal

ini sesuai dengan pernyataan Sriyana

(2010) bahwa pada umumnya UKM

di Indonesia masih dihadapkan pada

berbagai permasalahan yeng

menghambat kegiatan usahanya.

Berbagai hambatan tersebut meliputi

kesulitan pemasaran, keterbatasan

finansial, keterbatasan SDM

berkualitas, masalah bahan baku,

keterbatasan teknologi, infrastruktur

pendukung dan rendahnya komitmen

pemerintah.

Rincian dari permasalahan

yang ada yaitu: lilin (malam) dan

pewarna sebagai bahan baku masih

dikirim dari Jawa, sehingga harga

lembaran batik yang ditawarkan

kepada konsumen masih tergolong

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” VOL. 2. NO. 4 Desember 2016

17

tinggi. Antisipasi mitra dengan

mendaur ulang lilin yang telah

dipakai. Daur ulang ini bias

digunakan hingga beberapa kali

pemakaian. Hal ini dapat menghemat

biaya mitra ketika produksi.

Pengerjaan satu lembar batik yang

lama, membutuhkan waktu sekitar

tiga hari untuk batik cap, karena alat

yang digunakan masih berupa cap

tembaga yang berat, dan untuk

memperolehnya harus pesan dari

Solo. Produk yang dihasilkan mulai

tahun kedua hanya berupa lembaran

batik cap dan tidak lagi

memproduksi produk turunannnya.

Bagi pengelolaan usaha, telah mulai

ada perencanaan jangka pendek,

menengah dan panjang yang

dilakukan. Pembukuan dan

administrasi telah dilakukan dengan

menggunakan computer. Pasar

utama produk masih di kota Medan

walau sudah merambah kedaerah

lain seperti Jakarta, dan produk

berpotensi besar untuk dipasarkan ke

mancanegara. Sumberdaya pembatik

yang ada masih kurang dibandingkan

dengan cerahnya prospek usaha

kedepannya. Terakhir adalah fasilitas

yang mulai ditata untuk ruang kantor

dan produksi.

Identifikasi permasalahan mitra

seperti tampak pada Gambar 1:

Gambar 1. Kerangka Pemecahan Masalah

Potensi Mitra : - Jumlah produksi

- Produk orientasi

ekspor

Permasalahan Mitra:

- bahan baku,

- proses produksi,

- produk turunan,

- pengelolaan manajemen,

- pemasaran offline dan online,

- kurangnya sumber daya manusia

(pembatik), dan

- fasilitas produksi dan

administrasiyang memadai.

Alternatif Pemecahan Masalah:

- Pencarian bahan baku alternatif

- Penambahan peralatan membatik, kantor, dan produksi

- Inovasi dan pengembangan produk berupa

bertambahnya corak, jenis produk, dan jumlah produk

yang dihasilkan.

- pelatihan manajemen baik produksi, keuangan,

administrasi, dan pemasaran.

- Pemasaran secara offline dan online

- Pelatihan membatik untuk penambahan SDM pembatik

- Penambahan fasilitas kantor, show room dan produksi

PENINGKATAN JUMLAH HASIL PRODUKSI

DAN DAERAH PEMASARAN

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” VOL. 2. NO. 4 Desember 2016

18

METODE

Metode pendekatan dalam kegiatan

ini dilakukan dengan metode

partisipatif kelompok dan individual

melalui pendampingan dan

koordinasi serta pemantauan, metode

ceramah dan diskusi melalui

pelatihan – pelatihan yang akan

diberikan. Koordinasi dan

pemantauan akan dilakukan setiap

dua minggu sekali atau disesuaikan

dengan keperluan mitra UKM guna

memperlancar kegiatan.

Pendampingan dan pemantauan akan

dilakukan secara optimal agar dapat

memberikan motivasi kepada mitra

dalam menciptakan usaha produk

berorientasi ekspor yang

berkelanjutan.

Solusi yang Ditawarkan

Solusi yang ditawarkan untuk usaha

batik ini adalah:

1. Pencarian bahan baku alternatif

pembuatan batik seperti lilin (

malam).

2. Penambahan peralatan produksi

untuk membatik/ produksi

seperti mesin batik.

3. Pemberian pelatihan manajemen

keuangan, produksi,

administrasi, dan kearsipan

secara manual dan

komputerisasi,

4. Pemberian pelatihan pemasaran

offline dan online untuk

pemasaran nasional dan

internasional.

Untuk pemasaran online

menggunakan web base

marketing.

5. Pemberian pelatihan membatik

bagi masyarakat dan mahasiswa

untuk menambah tenaga

pembatik.

6. Penataan ruang kantor, show

room, dan produksi serta

penambahan/ pengadaan

peralatan, seperti: meja, kursi,

komputer, dan lain-lain.

Pada tahun ini, pembuatan

mesin batik, yang dikerjakan oleh

salah seorang dosen jurusan Teknik

Mesin Politeknik Negeri Medan dan

akan dibuatkan HAKI untuk mesin

tersebut.

Gambar 2. Mesin Batik

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” VOL. 2. NO. 4 Desember 2016

19

HASIL DAN PEMBAHASAN

Target luaran yang

diharapkan adalah dalam aspek

produksi, produk, manajemen,

pemasaran, SDM dan fasilitas.

Pengetahuan pemasaran online

merupakan salah satu cara yang

sebaiknya diajarkan untuk

memperkaya pengetahuan mitra

dalam pemasaran modern. Karena

sumber daya pada sebuah usaha

sering tidak berwujud, seperti

pengetahuan yang unik dan teknologi

yang eksklusif (Kraus &

Kauranen.2009).

Sesuai dengan kesepakatan

antara tim dan kedua mitra mengenai

kegiatan pengabdian, maka kegiatan

dilaksanakan sesuai dengan hal – hal

yang telah direncanakan bersama.

Pelaksanaan pelatihan

membatik bagi masyarakat yang

berminat untuk menjadi pembatik

dan menjadikannya sebagai

penghasilan tetap ataupun tambahan

hingga mahir selama 4 hari. Pelatih

berasal dari LKP. Saudur Sadalanan

dan diadakan sebanyak sekali dalam

tahun kedua kegiatan. Peserta

pelatihan adalah masyarakat sekitar

kota Medan yang tertarik untuk

membatik sebanyak 10 orang setiap

kegiatan. Walaupun kegiatan ini

diharapkan mampu untuk menambah

jumlah pembatik secara signifikan,

tetapi ternyata hanya 10 orang saja

yang serius untuk mendalami proses

membatik hingga saat ini. Pelatihan

membatik yang direncanakan

diadakan tiga kali, hanya dilakukan

sekali karena biaya yang ada

dialihkan kepada pelatihan

pembuatan canting cap selama 4 hari

dengan pelatih didatangkan langsung

dari Pekalongan.

Tahap pelaksanaan

selanjutnya adalah pemberian

pelatihan manajemen usaha modern

bagi mitra yang mencakup aspek

administrasi (pencatatan segala

kegiatan), keuangan lanjutan

(pembukuan dan laporan keuangan),

serta produksi (pemilihan dan

perencanaan produk, pengelolaaan

bahan baku, serta proses produksi).

Pelatihan manajerial ini ditujukan

agar mitra dapat menjalankan UKM

mereka dengan berdasarkan

manajemen yang tertata baik, untuk

pencapaian usaha yang efektif dan

efisien. Semua kegiatan telah

terlaksana dengan peserta dari kedua

pemilik UKM beserta anak dan istri,

serta beberapa orang karyawan

sebanyak enam orang pada setiap

kegiatan.

Kemudian, pelatihan

pemasaran (pemilihan lokasi

pemasaran, penentuan harga, target

pasar dan promosi) untuk pasar lokal

menuju internasional, menjadi

agenda selanjutnya. Meskipun diluar

dari pelatihan, tim dan mitra sering

berdiskusi mengenai tindakan

pemasaran yang sebaiknya dilakukan

oleh mitra. Pada tahap ini juga

diberikan alat promosi seperti kartu

nama dan brosur, serta website

sebagai toko online kedua mitra yang

berbahasa Indonesia dan Inggris.

Pembuatan website bilingual ini

bertujuan agar produk batik

Sumatera Utara bukan hanya dikenal

lokal dan nasional, tapi juga dapat

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” VOL. 2. NO. 4 Desember 2016

20

merambah hingga ke mancanegara

dengan keunikan pada motifnya yang

beragam dan tidak dipunyai daerah

lain di Indonesia. Pelatihan

pemasaran ini juga dihadiri oleh

pemilik beserta keluarganya dengan

jumlah peserta tetap enam orang.

Pada pelatihan ini diberikan teori

tentang pemasaran mulai dari

penentuan segmentasi pasar hingga

penentuan harga dan macam–macam

promosi. Selain itu juga diadakan

pelatihan untuk pengelolaan website

bagi kedua mitra.

Gambar 3. Motif Batik Sumatera Utara yang Lebih Berwarna dan

Beragam

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” VOL. 2. NO. 4 Desember 2016

21

Setelah pelatihan dan

kegiatan diatas, adalah tahap

implementasi dimana mitra

menerapkan hasil dari pelatihan dan

ilmu yang diperoleh. Mitra sudah

mempunyai pembukuan yang mulai

rapi. Selain itu, pada produk yang

dihasilkan mulai terlihat berbeda;

yaitu: warna lebih bervariasi, motif

semakin banyak, bertambahnya

jumlah produksi dan permintaan

konsumen terhadap batik Sumatera

Utara yang naik sekitar 150%.

Selama tahun kedua kegiatan

pengabdian ini, mitra pertama

banyak melakukan perjalanan

pameran baik dalam kota Medan,

maupun kota lainnya di Jawa d an

Kalimantan. Pameran yang telah

diikuti berada dikota – kota seperti

Yogyakarta, Pekalongan dan Jakarta

serta Banjarmasin. Mitra kedua juga

sering mengunjungi kota lain di

Sumatera Utara untuk memberi

pelatihan membatik.

Penataan ruang kantor, show

room, dan ruang produksi menjadi

tahap selanjutnya. Tim pelaksana

membantu mitra UKM untuk menata

ruangan dan mengisinya dengan

perabot dan peralatan kantor. Pada

tahun pertama, mitra dengan, inisiatif

sendiri membangun gedung untuk

kantor dan show roomserta tempat

produksi, dilanjutkan ditahun kedua,

mitra telah memperluas tempat

produksi dengan memindah area cuci

yang tadinya didepan, sehingga

pindah kebelakang dan tertutup dari

pandangan. Tempat menjemur juga

sudah dipindahkan keatas bangunan,

sehingga tidak terlihat lagi dari luar

kain batik basah yang dijemur.

SIMPULAN

1. Kegiatan IbPE dengan tujuan

pengabdian kepada masyarakat

yang diberikan kepada dua orang

mitra pemilik usaha batik dan

LKP dilaksanakan selama tiga

tahun, dan sekarang telah

menyelesaikan tahun kedua.

2. Pada kegiatan tahun kedua,

bertujuan untuk menyelesaikan

masalah yang dialami kedua

mitra,yaitu: bahan baku,proses

produksi, pengelolaan

manajemen,

pemasaran,kurangnya sumber

daya manusia (pembatik),

danfasilitas produksi dan

administrasi yang memadai.

3. Luaran yang telah diperoleh

kedua mitra dari kegiatan

pengabdian ini adalah: daur

ulang bahan baku malam,

penambahan alat – alat kantor

dan produksi, bertambahnya

produk dan jumlah lembaran

batik yang dihasilkan dan dijual

naik sekitar 150% dari akhir

tahun pertama, mampu

mengelola keuangan,

administrasi dan produksi usaha

modern secara efisien, mulai

berpromosi secara aktif dengan

menggunakan kartu nama, brosur

sertaweb based marketing,

pertambahan pegawai, penataan

kantor, show room, dan ruang

produksi beserta dengan

peralatannya.

Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU” VOL. 2. NO. 4 Desember 2016

22

DAFTAR PUSTAKA

Kraus. S & Kauranen.2009.Strategic

Management and

entrepreneurship.Friends or

Foes. International Journal of

Business and Applied

Management.Vol 4. Hal.39.

Sriyana, Jaka. 2010. Strategi

Pengembangan Usaha Kecil

dan Menengah (UKM): Studi

Kasus di Kabupaten Bantul.

Simposium Nasional 2010:

Menuju Purworejo Dinamis

dan Kreatif.

Sumber Lain

Batik Medan.

http://pemkomedan.go.id/cirikh

as_detail.php?id=927. Dilihat

pada 10 November 2015.